Anda di halaman 1dari 2

Dias Nur Bawa Laksana

1806040028
Etika Profesi Hukum
1)
Perampokan adalah suatu tindakan kriminal atau kejahatan terhadap harta benda, yang terjadi
dengan paksaan yang dilakuakan seseorang atau sekelompok orang untuk menyerahkan harta
bendanya. Korbannya dapat berada di bawah ancaman fisik dan atau psikologis, kekerasan,
dan dalam keadaan tidak sadar dan tidak berdaya.Saat ini tindak pidana perampokan
merupakan kejahatan yang kerap terjadi di masyarakat. Seperti berita yang dikutip berikut ini
bahwa Aksi perampokan kembali terjadi di wilayah Kabupaten Magelang. Kawanan
perampok tersebut berhasil mebawa kabur anggota Polri dan ASN yang sudah ditetapkan
sebagai tersangka ini memiliki peran yang sama dalam merampas mobil milik korban.
Kedua tersangka tak hanya merampas mobil korban tetapi juga mengancam korban dengan
senjata dan meminta sejumlah uang. Setelah menetapkan sebagai tersangka keduanya kini
telah ditahan untuk proses penyelidikan.
Berdasarkan Pasal 87 ayat (4) UU Nomor 5 tahun 2014 disebutkan ada empat jenis
pelanggaran yang dapat mengakibatkan ASN atau PNS dipecat yakni (1) Melakukan
penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Kemudian, (2) Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau
tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan dan pidana umum.
Lalu, (3) Menjadi anggota dan pengurus partai politik dan (4) Dihukum penjara berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan dengan
berencana.
Bripka IS yang terlibat dalam perampokan itu akan diproses sesuai hukum yang berlaku.
"Ancaman hukumannya 12 tahun penjara. Dan akan saya pastikan dipecat
2)
Cara yang halus dilakukan agar kasus tersebut tidak terulang kembali adalah menjunjung
tinggi kode etik polisi
Kode Etik Profesi
Polri sebagaimana diatur dalam peraturan Kapolri No. 7 tahun 2006 dan Peraturan Kapolri
No.8 Tahun 2006, merupakan kaidah moral dengan harapan tumbuhnya komitmen yang
tinggi bagi seluruh anggota Polri agar mentaati dan melaksanakan mengamalkan) Kode Etik
Profesi Polri dalam segala kehidupan, yaitu dalam pelaksaan tugas, dalam kehidupan sehari-
hari dan dalam pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan negara. Kaidah moral tersebut
penting untuk di pahami dan diaktualisasikan,karrena bagaimanapun juga keberhasilan
pelaksanaan sebuah ketentuan, norma, kaida termasuk kode etik, tergantung pada semangat
dari pelaksananyan, artinya setiap anggota Polri harus mempunyai tekad dan komitmen yang
tinggi untuk mengamalkan kode etiknya. Apabila kode etik tersebut dipatuhi dalam segala
bentuk kehidupan, maka harapan untuk terciptanya insane dan institusi Polri yang dan
professional serta dicintai rakyatnya akan tercapai. Baik buruknya institusi Polri bergantung
pada integritas moral yang tinggi pada setiap anggota Polri.
Untuk memaksimalkan sanksi yang
diterapkan dalam Undang-undang kepolisian maka penulis menyarankan agar masyarakat
dan Pemerintah secara bersama-sama menjadi super visi dalam tugas dan kerja penegak
Hukum. Menurut Undang-undang No 2 tahun 2002 tentang Kode Etika Profesi, Pasal 13 ayat
(1) Republik Indonesia dapat diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas Kepolisian
Negara Republik Indonesia karena melanggar sumpah/ janji anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia, sumpah/ janji jabatan, dan/atau Kode Etik Profesi Kepolisian Negara
Republik Undang-undang No. 2 Tahun 2002 berbunyi: kepolisian adalah segala hal ihwal
yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Gerakan kolektif Pemerintah dan Lapisan masyarakat dalam bentuk pengawasan terhadap
mafia hukum yang sering dilakukan oleh penegak hukum (polisi). Kita jangan lelah
mengawasi pergerakan yang dilakukan oleh oknum-oknum polisi yang sering merendahkan
harkat dan martabat manusia terutama dikalangan masyarakat, karena memang kita sekarang
membutuhkan energy besar menghadapinya. Khususnya masyarakat sipil sebagai pemilik
kedaulatan di negara kita. Kita harus terus melakukan tindakan korektif untuk terus
menciptakan tatanan hukum yang bermartabat dan untuk kepentingan publik yang lebih adil
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai