Anda di halaman 1dari 10

HAND OUT

DOSEN : Yuli Indarsih, SH., MH.


MATA KULIAH : Etika Dan Tanggung Jawab Profesi Hukum
PERTEMUAN KE- : 9
JUDUL MATERI : Kode Etik Profesi Polri
SUB-CPMK : Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai pengertian, bentuk,
pelanggaran dan penegakan kode etik profesi Polri
POKOK BAHASAN : a. Kode Etik Profesi Kepolisian Republik Indonesia (KEPP)
b. Bentuk Etika Dalam KEPP
c. Pelanggaran dan Penegakan KEPP
d. Putusan dan Sanksi Pelanggaran KEPP

A. KODE ETIK PROFESI POLRI


 Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) merupakan salah satu aparat penegak
hukum yang sangat penting. Polri adalah alat negara yang berperan dalam memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri. Dasar hukum mengenai Polri diatur dalam UU
No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (UU Kepolisian).
o Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Definisi pada Pasal 1 angka 1 UU
Kepolisian);
o Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat (Pasal 2 UU Kepolisian);
o Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam
negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan
tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat, serta terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia (Pasal 4 UU Kepolisian);
o UU Kepolisian mencantumkan pengaturan mengenai kode etik profesi kepolisian,
seperti pada:
- Pasal 34:
(1) Sikap dan perilaku pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia terikat pada
Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(2) Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat menjadi
pedoman bagi pengemban fungsi kepolisian lainnya dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di lingkungannya.
(3) Ketentuan mengenai Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia
diatur dengan Keputusan Kapolri.

1
- Pasal 35:
(1) Pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia oleh pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia diselesaikan
oleh Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(Penjelasan: Mengingat dalam pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik
Indonesia berkaitan erat dengan hak serta kewajiban warga negara dan
masyarakat secara langsung serta diikat oleh kode etik profesi Kepolisian
Negara Republik Indonesia, maka dalam hal seorang anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia yang melaksanakan tugas dan wewenangnya
dianggap melanggar etika profesi, maka anggota tersebut harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Komisi Kode Etik
Kepolisian Negara Republik Indonesia. Ayat ini dimaksudkan untuk pemuliaan
profesi kepolisian, sedangkan terhadap pelanggaran hukum disiplin dan hukum
pidana diselesaikan sesuai dengan peraturan perundang
(2) Ketentuan mengenai susunan organisasi dan tata kerja Komisi Kode Etik
Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur dengan Keputusan Kapolri.
(Penjelasan: Anggota Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik
Indonesia sepenuhnya anggota Polri yang masih aktif dan mengenai
susunannya disesuaikan dengan fungsi dan kepangkatan anggota yang
melanggar kode etik).
 Kode Etik Profesi Polri diatur berdasarkan:
Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Kode
Etik Profesi Dan Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia tanggal 14
Juni 2022 (KEPP), yang mencabut dan menggantikan peraturan sebelumnya yaitu:
a. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011
tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan
b. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012
tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Dalam konsideran Perkep 7/2022 antara lain dikatakan bahwa setiap pejabat Polri dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya harus dapat mencerminkan kepribadian
bhayangkara negara seutuhnya, menghayati dan menjiwai etika profesi kepolisian yang
tercermin pada sikap dan perilakunya dalam kode etik profesi Kepolisian Negara
Republik Indonesia sebagai kristalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Tribrata1 dan
Catur Prasetya2 yang dilandasi dan dijiwai oleh Pancasila.

1 Tribrata adalah nilai dasar yang merupakan pedoman moral dan penuntun nurani bagi setiap anggota Polri serta
dapat pula berlaku bagi pengemban fungsi kepolisian lainnya: yang berbunyi: Kami Polisi Indonesia: (1) berbakti
kepada nusa dan bangsa dengan penuh ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (2) menjunjung tinggi
kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan dalam menegakkan hukum negara kesatuan republik indonesia yang
berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; dan (3) senantiasa melindungi mengayomi dan melayani,
masyarakat dengan keikhlasan untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban.
2 Catur Prasetya berbunyi: Sebagai insan bhayangkara, kehormatan saya adalah berkorban demi masyarakat, bangsa
dan negara untuk: (1) meniadakan segala bentuk gangguan keamanan; (2) menjaga keselamatan jiwa raga,harta
benda dan hak asasi manusia; (3) menjamin kepastian berdasarkan hukum; dan (4) memelihara perasaan tentram
dan damai.

2
 Definisi Kode Etik Polri (Pasal 1 angka 1 KEPP)
Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat
KEPP adalah norma atau aturan moral baik tertulis maupun tidak tertulis yang menjadi
pedoman sikap, perilaku dan perbuatan pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia
dalam melaksanakan tugas, wewenang, tanggung jawab serta kehidupan sehari-hari.
 Ruang lingkup pengaturan KEPP ini, tidak hanya mencakup etika mengenai rincian
aturan mengenai larangan dan kewajiban, tetapi juga meliputi aturan dalam hal terjadi
pelanggaran kode etik, seperti prosedur pemeriksaan pendahuluan, proses sidang,
pengenaan sanksi etika dan administratif, banding dan peninjauan kembali terhadap
putusan Komisi Kode Etik Polri (KKEP), termasuk hak dan kewajiban terduga pelanggar
dan pendamping.

B. BENTUK ETIKA DALAM KEPP


 Bentuk etika dalam KEPP ada 4 (empat), yaitu:
1) Etika Kenegaraan adalah norma-norma yang memuat pedoman bersikap dan
berperilaku setiap Pejabat Polri terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Pancasila, UUD 1945, dan kebhinekatunggalikaan.
2) Etika Kelembagaan adalah norma-norma yang memuat pedoman bersikap dan
berperilaku setiap Pejabat Polri dalam hubungannya dengan pelaksanaan tugas,
wewenang, dan tanggung jawab kewajiban hukum dan penggunaan kewenangan
profesi Polri sesuai dengan bidang tugas, wewenang, dan tanggung jawab pada
masing-masing fungsi kepolisian.
3) Etika Kemasyarakatan adalah norma-norma yang memuat pedoman bersikap dan
berperilaku setiap Pejabat Polri dalam hubungannya dengan pelaksanaan tugas,
wewenang, dan tanggung jawab kewajiban hukum dan penggunaan kewenangan
profesi Polri, yang berhubungan dengan masyarakat.
4) Etika Kepribadian adalah norma-norma yang memuat pedoman bersikap dan
berperilaku setiap Pejabat Polri dalam kapasitasnya sebagai pribadi yang terikat
dengan moralitas etika pribadinya, baik di dalam maupun di luar pelaksanakan tugas,
wewenang, dan tanggung jawab dan penggunaan kewenangan profesinya dalam
kehidupan sehari-hari.
 Dalam masing-masing bentuk etika tersebut, diatur dan diperinci mengenai mengenai
berbagai kewajiban dan larangan bagi setiap pejabat Polri, sebagaimana diuraikan dalam
tabel di bawah ini:
Etika Kenegaraan
Kewajiban (Pasal 4) Larangan (Pasal 9)
a. setia kepada Negara Kesatuan Republik a. terlibat dalam kegiatan yang bertujuan
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan untuk mengubah, mengganti atau
UUD 1945; menentang Pancasila dan UUD 1945 secara
b. menjaga keamanan dalam negeri yang tidak sah;
meliputi terpeliharanya keamanan dan b. terlibat dalam kegiatan menentang
ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya kebijakan pemerintah;
hukum, terselenggaranya perlindungan, c. menjadi anggota atau pengurus organisasi
pengayoman, dan pelayanan masyarakat atau kelompok yang dilarang pemerintah;

3
serta terbinanya ketentraman masyarakat d.menjadi anggota atau pengurus partai politik;
dengan menjunjung tinggi hak asasi e.menggunakan hak memilih dan dipilih;
manusia; f.melibatkan diri pada kegiatan politik praktis;
c. menjaga terpeliharanya keutuhan wilayah g. mendukung, mengikuti, atau menjadi
Negara Kesatuan Republik Indonesia; simpatisan paham/aliran terorisme, atau
d. menjaga terpeliharanya persatuan dan ekstrimisme berbasis kekerasan yang dapat
kesatuan bangsa dengan menjunjung tinggi mengarah pada terorisme; dan/atau
kebhinekatunggalikaan dan toleransi h. mendukung, mengikuti, atau menjadi
terhadap kemajemukan suku, bahasa, ras dan simpatisan eksklusivisme terhadap
agama; kemajemukan budaya, suku, bahasa, ras dan
e. mengutamakan kepentingan bangsa dan agama.
Negara Kesatuan Republik Indonesia
daripada kepentingan pribadi, seseorang,
dan/atau golongan;
f. memelihara dan menjaga kehormatan
bendera negara sang merah putih, bahasa
Indonesia, lambang negara Garuda
Pancasila, dan lagu kebangsaan Indonesia
Raya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
g. membangun kerja sama dengan sesama
pejabat penyelenggara negara dan pejabat
negara dalam pelaksanaan tugas, wewenang
dan tanggung jawab; bersikap netral dalam
kehidupan politik ; dan
h. mendukung dan mengamankan kebijakan
Pemerintah.

Etika Kelembagaan
Kewajiban (Pasal 5 ayat (1)) Larangan (Pasal 10)
a. setia kepada Polri sebagai pengabdian a. melakukan perbuatan yang tidak sesuai
kepada masyarakat, bangsa, dan negara dengan ketentuan peraturan perundang-
dengan memedomani dan menjunjung tinggi undangan, dan/atau standar operasional
Tribrata dan Catur Prasetya; prosedur, meliputi: 1. penegakan hukum; 2.
b. menjaga dan meningkatkan citra, soliditas, pengadaan barang dan jasa; 3. penerimaan
kredibilitas, reputasi, dan kehormatan Polri; anggota Polri dan seleksi pendidikan
c. menjalankan tugas, wewenang dan pengembangan; 4. penerbitan dokumen
tanggungjawab secara profesional, dan/atau produk Kepolisian terkait pelayanan
proporsional, dan prosedural; masyarakat; dan 5. penyalahgunaan barang
d. melaksanakan Perintah Kedinasan dan milik negara atau barang yang dikuasai
menyelesaikan tugas, wewenang dan secara tidak sah;
tanggung jawab dengan saksama dan penuh
rasa tanggung jawab;
e. mematuhi hierarki Atasan dalam b. menyampaikan dan menyebarluaskan infor-
pelaksanaan tugas, wewenang dan tanggung masi yang tidak dapat dipertangungjawabkan
jawab. kebenarannya tentang Polri dan/atau pribadi
f. memegang teguh rahasia yang menurut pegawai negeri pada Polri;
sifatnya atau menurut Perintah Kedinasan c. menghindar dan/atau menolak Perintah Ke-
harus dirahasiakan; dinasan dalam rangka Pemeriksaan internal
g. menampilkan sikap kepemimpinan melalui yang dilakukan oleh fungsi pengawasan
keteladanan, ketaatan pada hukum, terkait dengan Laporan atau Pengaduan
kejujuran, keadilan, serta menghormati dan masyarakat;
menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam d. menyalahgunakan kewenangan dalam melak-

4
melaksanakan tugas, wewenang dan sanakan tugas kedinasan;
tanggung jawab; e. melaksanakan tugas tanpa Perintah Kedinas-
h. menyampaikan pendapat dengan cara sopan an dari pejabat yang berwenang, kecuali
dan santun dan menghargai perbedaan ditentukan lain dalam ketentuan peraturan
pendapat pada saat pelaksanaan rapat, perundang-undangan; dan
sidang, atau pertemuan yang bersifat f. melakukan permufakatan Pelanggaran KEPP
kedinasan; atau disiplin atau tindak pidana.
i. mematuhi dan menaati hasil keputusan yang
telah disepakati dalam rapat, sidang, atau
pertemuan yang bersifat kedinasan;
j. mengutamakan kesetaraan dan keadilan
gender dalam melaksanakan tugas,
wewenang dan tanggung jawab;
k. mendahulukan peran, tugas, wewenang dan
tanggung jawab sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
l. menjaga, mengamankan dan merawat senjata
api, barang bergerak dan/atau barang tidak
bergerak milik Polri yang dipercayakan
kepadanya;
m. menghargai dan menghormati dalam
melaksanakan tugas, wewenang dan
tanggungjawab;
n. bekerja sama dalam meningkatkan kinerja
Polri;
o. melaporkan setiap Pelanggaran KEPP atau
disiplin atau tindak pidana yang dilakukan
oleh pegawai negeri pada Polri, yang dilihat,
dialami atau diketahui secara langsung
kepada pejabat yang berwenang;
p. menunjukan rasa kesetiakawanan dengan
menjunjung tinggi prinsip saling
menghormati; dan
q. melindungi dan memberikan pertolongan
kepada sesama dalam melaksanakan tugas,
wewenang dan tanggung jawab.

Etika Kemasyarakatan
Kewajiban (Pasal 7) Larangan (Pasal 12)
a. menghormati harkat dan martabat manusia a. menolak atau mengabaikan permintaan per-
berdasarkan prinsip dasar hak asasi tolongan, bantuan, atau Laporan dan
manusia; Pengaduan masyarakat yang menjadi lingkup
tugas, fungsi dan kewenangannya;
b. menjunjung tinggi prinsip kesetaraan bagi
b. mencari-cari kesalahan masyarakat;
setiap warga negara di hadapan hukum;
c. menyebarluaskan berita bohong dan/atau
c. memberikan pelayanan kepada masyarakat
menyampai-kan ketidakpatutan berita yang
dengan cepat, tepat, mudah, nyaman, dapat meresahkan masyarakat;
transparan, dan akuntabel sesuai dengan d. mengeluarkan ucapan, isyarat, dan/atau
ketentuan peraturan perundangundangan; tindakan dengan maksud untuk mendapatkan
d. melakukan tindakan pertama kepolisian imbalan atau keuntungan pribadi dalam
sebagaimana yang diwajibkan dalam tugas memberikan pelayanan masyarakat;
wewenang dan tanggungjawab kepolisian, e. bersikap, berucap, dan bertindak sewenang-
wenang;

5
baik sedang bertugas maupun di luar tugas; f. mempersulit masyarakat yang membutuhkan
e. memberikan pelayanan informasi publik perlin-dungan, pengayoman, dan pelayanan;
kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan g. melakukan perbuatan yang dapat
merendahkan kehormatan perempuan pada
peraturan perundang-undangan;
saat melakukan tindakan kepolisian;
f. menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran, h. membebankan biaya dalam memberikan
keadilan, dan menjaga kehormatan dalam pelayanan di luar ketentuan peraturan
berhubungan dengan masyarakat; dan perundang-undangan;
g. melaksanakan moderasi beragama berupa i. bersikap diskriminatif dalam melayani
sikap atau cara pandang perilaku beragama masyarakat; dan
yang moderat, toleran, menghargai j. bersikap tidak perduli dan tidak sopan dalam
perbedaan agama dan selalu mewujudkan melayani pemohon.
kemaslahatan bersama.

Etika Kepribadian
Kewajiban (Pasal 8) Larangan (Pasal 13)
a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang a. menganut paham radikal dan/atau eks-
Maha Esa; klusivisme terhadap kemajemukan budaya,
b. bertanggung jawab, jujur, disiplin, bekerja suku, bahasa, ras dan agama;
sama, adil, peduli, responsif, tegas, dan b. mempengaruhi atau memaksa sesama
humanis; anggota Polri untuk mengikuti cara
c. menaati dan menghormati: 1. norma hukum; beribadah di luar keyakinannya;
2. norma agama; 3. norma kesusilaan; c. menampilkan sikap dan perilaku menghujat,
dan/atau 4. nilai-nilai kearifan lokal; serta menista kesatuan, Atasan dan/atau
d. menjaga dan memelihara kehidupan sesama anggota Polri;
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan d. melakukan perilaku penyimpangan seksual
bernegara secara santun; atau disorientasi seksual;
e. melaksanakan tugas kenegaraan, e. melakukan penyalahgunaan narkotika, psiko-
kelembagaan, dan kemasyarakatan dengan tropika dan obat terlarang meliputi
niat tulus/ikhlas, sebagai wujud nyata amal menyimpan, menggunakan, mengedarkan
ibadahnya; dan dan/atau memproduksi narkotika,
f. menjaga sopan santun dan etika dalam psikotropika dan obat terlarang;
pergaulan dan penggunaan sarana media f. melakukan perzinaan dan/atau perseling-
sosial dan media lainnya. kuhan;
g. mengunakan sarana media sosial dan media
lainnya untuk aktivitas atau kegiatan
mengunggah, memposting dan
menyebarluaskan: 1. berita yang tidak benar
dan/atau ujaran kebencian; 2. perilaku
memamerkan kekayaan dan/atau gaya hidup
mewah; 3. aliran atau paham terorisme,
radikalisme/ekstremisme yang dapat
menimbulkan perpecahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia; 4. konten yang bersifat
eksklusivisme terhadap kemajemukan
budaya, suku, bahasa, ras danagama;
dan/atau 5. pornografi dan pornoaksi;
h. melakukan tindakan kekerasan dalam rumah
tangga;
i. mengikuti aliran atau ajaran yang tidak sah
dan/atau tidak dibenarkan oleh peraturan
perundang-undangan;
j. menyimpan, memiliki, menggunakan, dan/

6
atau memperjualbelikan barang bergerak
atau tidak bergerak secara tidak sah;
k. menista dan/atau menghina;
l. melakukan tindakan yang diskriminatif; dan
m. melakukan tindakan kekerasan, berperilaku
kasar dan tidak patut.

C. PELANGGARAN DAN PENEGAKAN KEPP


 Pasal 1 angka 21 KEPP mendefinisikan bahwa Pelanggaran adalah setiap perbuatan yang
dilakukan oleh Pejabat Polri yang bertentangan dengan KEPP.
 Penegakan KEPP dalam hal terjadi pelanggaran KEPP oleh anggota Polri dilaksanakan
melalui sidang dan putusan Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia
(KKEP), yang pada pokoknya dilakukan setelah dilakukan proses pemeriksaan
pendahuluan, yang terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu: Audit Investigasi (serangkaian
kegiatan penyelidikan dengan melakukan pencatatan, perekaman fakta, dan peninjauan
dengan tujuan untuk memperoleh kebenaran tentang peristiwa yang diduga pelanggaran
KEPP); pemeriksaan; dan pemberkasan, serta adanya pendapat dan saran fungsi hukum
untuk dilakukannya sidang KKEP tersebut.
 Para Pihak
o Terduga Pelanggar adalah Pejabat Polri yang karena perbuatannya atau keadaannya
patut diduga telah melakukan Pelanggaran KEPP (Pasal 1 angka 22). Sedangkan
Pelanggar adalah setiap Pejabat Polri yang karena kesalahannya telah dinyatakan
terbukti melakukan Pelanggaran melalui Sidang KKEP (Pasal 1 angka 23).
o Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat
KKEP adalah komisi yang dibentuk di lingkungan Kepolisian Negara Republik
Indonesia untuk penegakan KEPP (Pasal 1 angka 2).
o Akreditor adalah Pejabat Polri pengemban fungsi profesi dan pengamanan Polri
bidang pertanggungjawaban profesi yang ditunjuk sebagai pemeriksa untuk
melaksanakan Pemeriksaan pendahuluan dugaan pelanggaran KEPP (Pasal 1 angka
16).
o Penuntut adalah Akreditor yang melaksanakan Pemeriksaan pendahuluan, atau
anggota Polri pengemban fungsi Profesi dan Pengamanan yang melaksanakan
penuntutan dalam perkara Pelanggaran KEPP (Pasal 1 angka 27).
o Pendamping adalah Pegawai Negeri pada Polri yang mendampingi Terduga
Pelanggar dalam Pemeriksaan Pendahuluan dan Sidang KKEP (Pasal 1 angka 28).
o Saksi adalah seseorang yang memberikan keterangan guna kepentingan Pemeriksaan
Pendahuluan, Sidang KKEP, tentang suatu Pelanggaran KEPP yang dilihat, didengar,
dan dialami sendiri (pasal 1 angka 32).
o Keterangan Ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki
keahlian khusus atau keahlian dibidangnya tentang hal yang diperlukan untuk
membuat terang suatu Pelanggaran KEPP guna kepentingan Pemeriksaan (Pasal 1
angka 33).

7
 Hak dan kewajiban terduga pelanggar
o Terduga Pelanggar berhak:
a. menerima turunan Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan;
b. menunjuk Pendamping;
c. mengajukan saksi yang meringankan;
d. menerima salinan surat persangkaan;
e. mengajukan eksepsi/bantahan;
f. menerima salinan tuntutan;
g. mengajukan pembelaan;
h. menerima petikan putusan sidang KKEP;
i. mengajukan banding atas putusan sidang KKEP; dan
j. menerima petikan putusan sidang banding.
o Terduga Pelanggar berkewajiban:
a. memenuhi panggilan pemeriksaan pendahuluan dan sidang KKEP;
b. menghadiri sidang KKEP;
c. menaati tata tertib sidang KKEP;
d. berperilaku sopan santun selama pemeriksaan pendahuluan dan sidang KKEP; dan
e. memberikan keterangan yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
 Hak dan kewajiban Pendamping
Pendamping terduga pelanggar harus memenuhi persyaratan: berpendidikan sarjana
hukum dan/atau sarjana ilmu kepolisian: memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan beracara dalam sidang KKEP; dan tidak sedang menjalani proses hukum
atau menjalani hukuman. Pendamping terduga pelanggar berhak:
a. menerima turunan Berita Acara Pemeriksaan terduga pelanggar;
b. mendampingi Terduga Pelanggar pada saat pemeriksaan pendahuluan dan sidang
KKEP;
c. menerima jadwal pelaksanaan pemeriksaan pendahuluan dan sidang KKEP;
d. mengajukan pertanyaan terhadap saksi, ahli, dan terduga pelanggar yang diajukan oleh
penuntut dalam sidang KKEP;
e. mengajukan saksi dan barang bukti dalam Sidang KKEP;
f. mengajukan pembelaan dalam sidang KKEP; dan
g. mengajukan keberatan kepada KKEP atas pertanyaan yang diajukan Penuntut yang
bersifat menyesatkan, menjebak, dan menyimpulkan.
Pendamping terduga pelanggar wajib: a. memiliki surat kuasa dari terduga pelanggar
dan/atau surat perintah dari Kepala Satuan Kerja; b. memberikan saran dan pertimbangan
hukum kepada terduga pelanggar; c. menyusun dan membacakan nota pembelaan dalam
sidang KKEP; d. membela hak-hak terduga pelanggar; dan e. menyusun dan
menyampaikan memori Banding.
 Tugas dan Wewenang Penuntut
Penuntut ditunjuk berdasarkan surat perintah: a. Kapolri, untuk Sidang KKEP pada
tingkat Markas Besar Polri; b. Kepala Kepolisian Daerah, untuk Sidang KKEP di tingkat
Kepolisian Daerah; dan c. Kepala Kepolisian Resor, untuk Sidang KKEP di tingkat
Kepolisian Resor.

8
Dalam hal ini tugas-tugas Penuntut ditentukan sebagai berikut:
a. menyiapkan dan menyusun surat persangkaan dan surat penuntutan;
b. menyerahkan surat persangkaan kepada KKEP, terduga pelanggar atau pendamping;
c. membacakan persangkaan pada persidangan KKEP;
d. mendalami temuan fakta di persidangan;
e. membuat dan membacakan tuntutan; dan
f. melaksanakan putusan komisi terkait barang bukti.
Penuntut berwenang:
a. memanggil dan/atau menghadirkan terduga pelanggar, saksi dan/atau ahli di
persidangan; dan
b. mengajukan barang bukti atau alat bukti lainnya dalam persidangan.
 Tugas dan wewenang KKEP
Susunan organisasi KKEP keanggotaannya berpangkat sama atau lebih tinggi dengan
pangkat Terduga Pelanggar. KKEP bertugas:
a. mempelajari hasil Pemeriksaan Akreditor;
b. melaksanakan persidangan Pelanggaran KEPP; dan
c. membuat putusan sidang.
Sedangkan wewenang KKEP adalah:
a. memutuskan sidang dilaksanakan secara terbuka atau tertutup;
b. mengeluarkan para pihak yang tidak tertib;
c. mengatur jalannya persidangan;
d. memanggil terduga pelanggar untuk didengar keterangannya;
e. memeriksa identitas terduga pelanggar, saksi, ahli, dan legalitas pendamping yang
ditunjuk;
f. mengajukan pertanyaan kepada terduga pelanggar, saksi, dan ahli;
g. memeriksa barang bukti secara kualitas dan kuantitas;
h. menjatuhkan sanksi kepada terduga pelanggar; dan
i. menentukan status barang bukti.

D. PUTUSAN DAN SANKSI PELANGGARAN KEPP


 Putusan sidang KKEP berisikan pernyataan bahwa pelanggar:
a. terbukti secara sah dan meyakinkan telah terjadi Pelanggaran KEPP; dan
b. tidak terbukti melakukan pelanggaran KEPP.
 Bentuk sanksi: (pasal 107, 108 dan 109 KEPP)
Pejabat Polri yang melakukan Pelanggaran KEPP dikenakan sanksi berupa sanksi etika
dan/atau sanksi administratif.
a. sanksi etika, meliputi:
1) perilaku pelanggar dinyatakan sebagai perbuatan tercela;
2) kewajiban pelanggar untuk meminta maaf secara lisan dihadapan Sidang KKEP
dan secara tertulis kepada pimpinan Polri dan pihak yang dirugikan; dan
3) kewajiban pelanggar untuk mengikuti pembinaan rohani, mental dan pengetahuan
profesi selama 1 (satu) bulan.

9
Sanksi etika dikenakan terhadap pelanggar yang melakukan pelanggaran dengan
kategori ringan.
b. sanksi administratif, meliputi:
1) Mutasi bersifat demosi (pemindahaan anggota dari satu jabatan ke jabatan lain
yang tingkatnya lebih rendah) paling singkat 1 (satu) tahun;
2) penundaan kenaikan pangkat paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga
tahun);
3) penundaan pendidikan paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga
tahun);
4) penempatan pada Tempat Khusus (tempat dan/atau ruang tertentu yang ditunjuk
Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri, Kepala Kepolisian Daerah atau
Kepala Kepolisian Resor dalam penegakan KEPP) paling lama 30 (tiga puluh)
hari kerja; dan
5) Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH).
Sanksi administratif dapat dikenakan terhadap terduga pelanggar yang melakukan
pelanggaran dengan kategori sedang dan kategori berat.
 Menurut Pasal 110 KEPP, penjatuhan sanksi bersifat kumulatif dan/atau alternatif sesuai
dengan penilaian dan pertimbangan sidang KKEP. Disamping itu penjatuhan sanksi
KEPP tidak menghapuskan tuntutan pidana dan/atau perdata, dan penjatuhan sanksi
KEPP gugur karena terduga pelanggar meninggal dunia.
 Putusan KKEP bersifat final dan mengikat apabila:
a. tidak diajukan keberatan oleh Pelanggar;
b. setelah ada keputusan dari pejabat pembentuk KKEP; atau
c. Terduga Pelanggar tidak hadir pada saat sidang KKEP dan pembacaan putusan.
 Pasal 69 KEPP menentukan bahwa pelanggar yang dijatuhkan sanksi administratif
berhak mengajukan banding atas putusan sidang kepada Pejabat pembentuk KKEP
Banding melalui Sekretariat KKEP, dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja
setelah putusan sidang dibacakan KKEP.
KKEP Banding dibentuk oleh Kapolri, yang dapat melimpahkan kewenangan
pembentukan KKEP Banding kepada Wakil Kapolri, untuk tingkat Markas Besar Polri;
dan Kepala Kepolisian Daerah, untuk tingkat Kepolisian Daerah (pasal 71).
 Pasal 83 KEPP mengatur mengenai KKEP Peninjauan Kembali, yang menentukan
bahwa:
(1) Kapolri berwenang melakukan peninjauan kembali atas putusan KKEP atau putusan
KKEP Banding yang telah final dan mengikat.
(2) Peninjauan kembali sebagaimana dilakukan apabila:
a. dalam putusan KKEP atau KKEP Banding terdapat suatu kekeliruan; dan/atau
b. ditemukan alat bukti yang belum diperiksa pada saat sidang KKEP atau KKEP
Banding.
(3) Peninjauan kembali dapat dilakukan paling lama 3 (tiga) tahun sejak putusan KKEP
atau putusan KKEP Banding.

10

Anda mungkin juga menyukai