Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH ( KMB ) 1

DOSEN PEMBIMBING:

Suwarni Loleh, S.St, M.Kes

DISUSUN OLEH

1. Anastasia Putri Bumulo ( 751440119068 )


2. Mutiarahmawati A Mootalu ( 751440119077 )
3. Nika Yunita ( 751440119079 )
4. Renaldi Moha (751440119088 )
5. Rifky Ademulya Pou ( 751440119086 )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


GORONTALO

DIII KEPERAWATAN

2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Memberi kata sambutan bukan sekedar basa-basi apalagi untuk memberi nilai tambah atas
isi tulisan. Dalam budaya pancasila dan tentang budaya pancasila, jangan hendaknya sekedar
ucapan, tetapi harus berakar sebagai perwujudan iman. Dan akibatnya laksanakan segala sesuatu
berdasarkan iman di sirami roh ke-Tuhanan YME. Untuk menyambut hasil karya ini diawali
dengan niat “Lillahi Robbil Alamin” dan diawali pula dengan syukur “Alhamdulillah Robbil
Alamin”. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, utusan dan
manusia pilihan-Nya, dialah penyampai, pengamal dan penafsir pertama al-Qur’an.

Dengan pertolongan dan hidayahnya-lah, makalah Diabetes Melitus  ini dapat diselesaikan


dan disusun berdasarkan tugas perkuliahan, dengan harapan dapat bermanfaat bagi semua
komponen, khususnya dan bagi berlangsungnya perkuliahan di PoltekkesKemenkes Gorontalo,
sebagai bahan kuliah dan bahan diskusi pada tatap muka perkuliahan. Tentu saja kehadiran
makalah ini sama sekali tidak dimaksudkan membelenggu minat mahasiswa untuk membaca
refrensi lainnya.

Ucapan terma kasih kepada segenap pihak yang telah membantu penyusunan ini. dan
penghargaan pula kami persembahkan kepada teman-teman yang selalu memberikan, dorongan
dan motifasi serta suport kepada kami. Penulis berharap agar para pembaca dapat memberi kritik
dan saran yang positif untuk kesempurnaan makalah ini.

Merupakan suatu harapan pula, semoga makalah ini tercatat sebagai amal sholeh dan
menjadi motifator bagi penulis untuk menyusun makalah lain yang lebih baik dan bermanfaat.
Amin.

ii
DAFTAR ISI

JUDUL..................................................................................................................i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

a. Latar Belakang ...........................................................................................1


b. Rumusan Masalah .....................................................................................2
c. Tujuan Pembahasan ...................................................................................2

BAB II PEMBAHASAM

a. Konsep Medik ............................................................................................3


b. Anamnsa dan Pengkajian fisik sistem pencernaan .....................................7
c. Pemeriksaan Fisik .......................................................................................9
d. Masalah Keperawatan ................................................................................12
e. Tindakan .....................................................................................................13

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan ..................................................................................................15
b. Saran .............................................................................................................16

Daftar Pustaka

iii
BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya kesehatan oleh bangsa
Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Agar dapat mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang optimal maka dikembangkan upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat
yang mencakup upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang bersifat menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan.
Dengan demikian perawatan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam semua
upaya tersebut diatas. Dalam upaya perawatan ini perawat melaksanakan suatu asuhan
keperawatan dengan memperhatikan klien secara menyeluruh baik fisik, mental, sosial
maupun spiritual, dimana perawat harus selalu berusaha untuk meningkatkan mutu
pelayanan dalam proses pertumbuhan dan pemulihan klien dengan gangguan sistem
endokrin khususnya Diabetes Melitus.
Diabetes Mellitus menimbulkan gangguan multi sistem dan merupakan suatu penyakit
yang banyak ditemukan di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah
klien dengan Diabetes Mellitus yang datang ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan
lebih lanjut. Menurut catatan di ruang perawatan Interna Atas Perjan RS DR. Wahidin
Sudirohusodo Makassar Jumlah yang dirawat dari September sampai Desember 2001
sebanyak 15 orang dan dari Januari sampai Agustus 2002 sebanyak 36 Orang.
Diabetes Mellitus jika tidak ditangani dengan baik, maka akan mengakibatkan
timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh
darah, saraf dan lain-lain.
Mengingat resiko dari Diabetes Mellitus tersebut maka tindakan perawatan yang
sempurna sangat dibutuhkan.
Penyembuhan penyakit Diabetes Mellitus tidak hanya dengan pengobatan saja, tapi
yang lebih penting adalah diet yang baik, olah raga yang teratur, dan juga pendidikan bagi
klien dan keluarga.

1
B.     Batasan Masalah
Pada penulisan karya tulis ini, penulis membatasi ruang lingkup masalah hanya pada
asuhan keperawatan yang diberikan pada satu klien yang dirawat di ruang perawatan Interna
Atas Perjan RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan gangguan sistem endokrin :
Diabetes Mellitus Type II, mulai tanggal 3 s.d 4 September 2002.
Uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan kasus Diabetes Mellitus sangatlah penting,
karena itulah sehingga penulis membatasi masalah hanya pada asuhan keperawatan Diabetes
Mellitus yang dirawat di ruang perawatan Interna atas Perjan RS DR. Wahidin Sudirohusodo
Makassar selama dua hari.

C.    Tujuan Penulisan


1.      Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi atau gambaran yang nyata tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan klien dengan gangguan sistem endokrin akibat Diabetes Mellitus.
2.      Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh gambaran tentang pengkajian fisik pada pasien Diabetes Mellitus.
b. Untuk memperoleh gambaran tentang diagnosa perawatan dan rencana keperawatan
pada pasien Diabetes Mellitus.
c. Dapat melakukan tindakan perawatan pada pasien Diabetes Mellitus.
d. Untuk memperoleh gambaran tentang evaluasi pelaksanaan keperawatan pada klien
dengan  Diabetes Mellitus.
e. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pasien Diabetes Mellitus secara benar dan
baik.

D.    Manfaat Penulisan


1. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Politeknik
Kesehatan Program Studi Keperawatan Tidung  Makassar.
2. Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan khususnya di ruang perawatan Interna
Atas Perjan RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
3. Bahan bacaan

2
BAB  II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Konsep Dasar Medik


1. Pengertian Diabetes Mellitus
a. Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan
metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi
makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (Barbara C. Long, 1995).
b. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem
dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja
insulin yang tidak adekuat (Brunner dan Sudarta, 1999).
c. Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor
lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia
kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).
d. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang ditemukan di seluruh dunia dengan
prevalensi penduduk yang bervariasi dari 1 – 6 % (John MF Adam).
2. Anatomi Fisiologi Pankreas
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip dengan
kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100 gram. Letak pada daerah
umbilical, dimana kepalanya dalam lekukanduodenum dan ekornya menyentuh kelenjar
lympe, mengekskresikannya insulin dan glikogen ke darah.
Pankreas terdiri dari tiga bahagian yaitu :
a. Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah kanan umbilical
dalam lekukan duodenum.
b. Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung dan
depan vertebra lumbalis pertama.
c. Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya menyentuh
lympa.

3
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
a. Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.
b. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin
dan glukogen langsung ke darah. Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel
utama yaitu sel alfa, beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dengan struktur dan
sifat pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa mengekresi glukagon, dan
sel-sel delta mengekresi somatostatin.
Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu :
a. Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang membentuk getah pancreas
berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim dari pancreas adalah :
1) Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa dijadikan polisakarida dan
polisakarida dijadikan sakarida kemudian dijadikan monosakarida.
2) Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian menjadi asam amino.
3) Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak dan gliserol gliserin.
b. Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormon dalam pulau langerhans
yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang tersebar antara alveoli-alveoli pancreas terpisah dan
tidak mempunyai saluran. Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans
langsung diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan hormon
tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah insulin dan glukagon
1) Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia. Insulin terdiri dari dua
rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh
glukosa darah dan asam amino yang memegang peranan penting. Perangsang sekresi insulin
adalah glukosa darah. Kadar glukosa darah adalah 80 – 90 mg/ml.
Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu :
a) Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan konsentrasinya setelah
makan, sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3 glukosa yang di absorbsi dari usus dan
kemudian disimpan dalam hati dengan bentuk glukagon.
b) Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darah normal.
c) Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap hypothalamus adalah
merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin yang disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih

4
menyebabkan pelepasan glukosa yang lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi
terhadap hypoglikemia berat.
Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :
a. Menambah kecepatan metabolisme glukosa
b. Mengurangi konsentrasi gula darah
c. Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.
2) Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau langerhans mempunyai
beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan
konsentrasi glukosa dalam darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul
3842 dan terdiri dari 29 rantai asam amino.
Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah :
a. Pemecahan glikogen (glikogenesis)
b. Peningkatan glukogenesis
Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah mempunyai efek
yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu penurunan
glukosa darah dapat menghasilkan sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml
darah pancreas mengekresi glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat memobilisasi
glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu melindungi terhadap hypoglikemia.

3. Patofisiologi
Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama
kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh,
dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml.
(2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan
kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang
mengakibatkan aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes Mellitus yang
tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita Diabetes Mellitus. Bila jumlah
glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225
mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi

5
glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa
meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah
dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto
– asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai
setinggi 10 Meq/Liter.
4. Etiologi
Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari
studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahuo bahwa Diabetes Mellitus adalah merupakan
suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang
mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
a. Faktor genetik
Riwayat keluarga dengan diabetes : Pincus dan White berpendapat perbandingan
keluarga yang menderita Diabetes Mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata
angka kesakitan keluarga yang menderita Diabetes Mellitus mencapai 8, 33 % dan 5, 33
% bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.
b. Faktor non genetik
1) Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi
genetic terhadap Diabetes Mellitus.
2) Nutrisi
a. Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
b. Malnutrisi protein
c. Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
3) Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan
hyperglikemia sementara.
4)   Hormonal

6
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali karena
jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam
darah tinggi, feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat

5. Gambaran Klinik
Gejala yang lazim terjadi, pada Diabetes Mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya
serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak
menarik cairan dan elektrolit sehingga penderita mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.
c. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan
glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat
dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa,
sehingga menyebabkan pembentukan katarak

B. Anamnesa
1. Identitas
Nama, usia (DM Tipe 1 Usia < 30 tahun. DM Tipe 2 Usia > 30 tahun, cenderung
meningkat pada usia > 65 tahun), jenis kelamin, status, agama, alamat, tanggal MRS,
diagnosa masuk. Pendidikan dan pekerjaan, orang dengan pendapatan tinggi cenderung
mempunyai pola hidup dan pola makan yang salah. Cenderung untuk mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung gula dan lemak yang berlebihan. Penyakit ini

7
biasanya banyak dialami oleh orang yang pekerjaannya dengan aktivitas fisik yang
sedikit.
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya
luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
Kondisi hiperglikemi:
Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh
meningkat, sakit kepala.
Kondisi hipoglikemi
Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah
konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo,
perubahan emosional, penurunan kesadaran.
b. Riwayat penyakit sekarang
Dominan yang muncul adalah sering kencing, sering lapar dan haus, berat badan
menurun. Biasanya penderita belum tahu kalau itu penyakit DM, baru tahu setelah
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah
dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
c. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit  lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.  Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Menurun menurut silsilah karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tidak
dapat menghasilkan insulin dengan baik.
e. Riwayat Psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan,stress dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.

8
C. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik penderita DM tipe II sering tidak ditemukan gambaran khas.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi pengukuran tinggi badan dan berat badan,
pengukuran tekanan darah termasuk tekanan darah posisi berdiri dan tidur untuk mengetahui
kemungkinan hipotensi ortostatis. Pemeriksaan palpasi nadi, pemeriksaan kulit apakah
ditemukan acantosis nigricans dan bekas penyuntikan insulin, apakah ditemukan kelainan
neuropati dan kelainan kulit akibat komplikasi mikrovaskuler DM tipe II. Dan perlu dilakukan
pemeriksaan neurologis.

Pemeriksaan fisik ditujukan terutama terhadap manifestasi diabetes serta komplikasinya. Pada
kasus baru, pemeriksaan fisik umumnya normal. Pada pasien yang datang dengan ketoasidosis
diabetik, dapat ditemukan adanya pola respirasi Kussmaul, tanda dehidrasi, tekanan darah
rendah, serta penurunan status mental.
Pemeriksaan fisik untuk pasien diabetes mellitus tipe 1 juga harus mencakup pemeriksaan terkait
komplikasi diabetes. Pemeriksaan komplikasi mencakup pemeriksaan mata (funduskopi) dan
pemeriksaan kaki, serta komplikasi lainnya seperti infeksi, nefropati dan neuropati diabetik, dan
komplikasi makrovaskular berupa aterosklerosis yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit
arteri perifer.
Poin pemeriksaan fisik terkait diabetes mellitus tipe 1 adalah sebagai berikut:
 Penilaian tanda-tanda vital
 Penilaian pola respirasi pasien: tanda pola respirasi Kussmaul
 Pemeriksaan funduskopi
 Pemeriksaan abdomen: nyeri tekan kuadran kanan atas
 Pemeriksaan pulsasi vaskular pada dorsalis pedis dan posterior tibialis
 Pemeriksaan kaki:
 Tanda infeksi kaki
 Pulsasi: pulsasi yang lemah atau tidak teraba menandakan aliran darah yang buruk
 Pemeriksaan neurologis

Diagnosis Banding

Diagnosis banding diabetes mellitus tipe 1 adalah sebagai berikut:


 Diabetes Mellitus tipe 2
 Hiperglikemia sekunder
 Gangguan lokal pada jaringan lemak, hepar, otot

9
 Gangguan endokrin, seperti tumor endokrin, penyakit Addison, Graves
disease, Hashimoto tiroiditis, acanthosis nigricans
 Obat-obatan: obat seperti diuretik, phenytoin, dan glukokortikoid dapat menyebabkan
hiperglikemia
 Pankreatitis kronis
 Fibrosis kistik
 Sindrom Prader-Willi
 Glikosuria nondiabetik
 Renal glikosuria
 Neuropati perifer disebabkan penyalahgunaan alkohol, atau defisiensi vitamin B-
12[1,6,9,11,14]
Diabetes Mellitus Tipe 2
Penentuan apakah pasien terkena diabetes mellitus tipe 1 atau 2 sangat penting untuk
menentukan terapi dan prognosis. Penentuan ini menjadi semakin sulit dewasa ini karena
peningkatan diabetes mellitus tipe 2 yang terjadi pada usia muda akibat perubahan gaya hidup.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membedakan diabetes mellitus tipe 1 dan 2
adalah kadar insulin, C-peptide, dan uji antibodi untuk melihat adanya autoantibodi pada
diabetes mellitus tipe 1.[10,11]

Pemeriksaan Penunjang
Untuk penegakan diagnosis DM tipe II yaitu dengan pemeriksaan glukosa darah dan
pemeriksaan glukosa peroral (TTGO). Sedangkan untuk membedakan DM tipe II dan DM tipe I
dengan pemeriksaan C-peptide.
Pemeriksaan glukosa darah
a) Glukosa Plasma Vena Sewaktu
Pemeriksaan gula darah vena sewaktu pada pasien DM tipe II dilakukan pada
pasien DM tipe II dengan gejala klasik seprti poliuria, polidipsia dan polifagia. Gula darah
sewaktu diartikan kapanpun tanpa memandang terakhir kali makan. Dengan pemeriksaan
gula darah sewaktu sudah dapat menegakan diagnosis DM tipe II. Apabila kadar glukosa
darah sewaktu ≥ 200 mg/dl (plasma vena) maka penderita tersebut sudah dapat disebut
DM. Pada penderita ini tidak perlu dilakukan pemeriksaan tes toleransi glukosa.

b) Glukosa Plasma Vena Puasa

10
Pada pemeriksaan glukosa plasma vena puasa, penderita dipuasakan 8-12 jam
sebelum tes dengan menghentikan semua obat yang digunakan, bila ada obat yang harus
diberikan perlu ditulis dalam formulir. Intepretasi pemeriksan gula darah puasa sebagai
berikut : kadar glukosa plasma puasa < 110 mg/dl dinyatakan normal, ≥126 mg/dl adalah
diabetes melitus, sedangkan antara 110- 126 mg/dl disebut glukosa darah puasa
terganggu (GDPT). Pemeriksaan gula darah puasa lebih efektif dibandingkan dengan
pemeriksaan tes toleransi glukosa oral.

c) Glukosa 2 jam Post Prandial (GD2PP)


Tes dilakukan bila ada kecurigaan DM. Pasien makan makanan yang
mengandung 100gr karbohidrat sebelum puasa dan menghentikan merokok serta
berolahraga. Glukosa 2 jam Post Prandial menunjukkan DM bila kadar glukosa darah ≥
200 mg/dl, sedangkan nilai normalnya ≤ 140. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)
apabila kadar glukosa > 140 mg/dl tetapi < 200 mg/dl.28

d) Glukosa jam ke-2 pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)


Pemeriksan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dilakukan apabila pada
pemeriksaan glukosa sewaktu kadar gula darah berkisar 140-200 mg/dl untuk
memastikan diabetes atau tidak. Sesuai kesepakatan WHO tahun 2006,tatacara tes TTGO
dengan cara melarutkan 75gram glukosa pada dewasa, dan 1,25 mg pada anak-anak
kemudian dilarutkan dalam air 250-300 ml dan dihabiskan dalam waktu 5 menit.TTGO
dilakukan minimal pasien telah berpuasa selama minimal 8 jam. Penilaian adalah sebagai
berikut;
1) Toleransi glukosa normal apabila ≤ 140 mg/dl;
2) Toleransi glukosa terganggu (TGT) apabila kadar glukosa > 140 mg/dl tetapi < 200
mg/dl; dan
3) Toleransi glukosa ≥ 200 mg/dl disebut diabetes melitus.
Pemeriksaan HbA1c
HbA1c merupakan reaksi antara glukosa dengan hemoglobin, yang tersimpan dan
bertahan dalam sel darah merah selama 120 hari sesuai dengan umur eritrosit. Kadar HbA1c
bergantung dengan kadar glukosa dalam darah, sehingga HbA1c menggambarkan rata-rata kadar
gula darah selama 3 bulan. Sedangkan pemeriksaan gula darah hanya mencerminkan saat
diperiksa, dan tidak menggambarkan pengendalian jangka panjang. Pemeriksaan gula darah
diperlukan untuk pengelolaaan diabetes terutama untuk mengatasi komplikasi akibat perubahan
kadar glukosa yang berubah mendadak.

Tabel 2.1 Kategori HbA1c

HbA1c < 6.5 % Kontrol Glikemik Baik


HbA1c 6.5 % - 8% Kontrol Glikemik Sedang
HbA1c > 8% Kontrol
11 Glikemik Buruk
Pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan pada pasien dengan:
 sel darah merah abnormal seperti pada anemia hemolitik, atau anemia defisiensi besi
 Anak-anak dengan perkembangan penyakit DM 1 yang cepat
 Diabetes neonatal[15]
Pemeriksaan untuk Membedakan Diabetes Mellitus Tipe 1 dan 2
Untuk membedakan diabetes mellitus tipe 1 dan 2, pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
 Kadar insulin
 Kadar C-peptide: dibentuk selama konversi proinsulin ke insulin
 Kadar insulin atau C-peptide < 0,6 ng/mL mengarah kepada diabetes mellitus tipe 1
 Kadar C-peptide puasa > 1 ng/dL pada penderita diabetes sekitar lebih dari 1-2 tahun
mengarah kepada diabetes mellitus tipe 2
 Marker auto antibodi untuk penentuan tipe diabetes mellitus, contohnya glutamic acid
decarboxylase (GAD)[10]
Pemeriksaan Laboratorium Lainnya
Pemeriksaan laboratorium lain yang dapat dilakukan berupa hitung jenis leukosit, kultur darah,
dan urin bila ada kecurigaaan infeksi atau sepsis. Kadar plasma aseton, yaitu β-hidroksibutirat
bermanfaat untuk menilai ada tidaknya ketoasidosis diabetik, nilai normalnya < 0,4-0,5 mmol.
Pemeriksaan terhadap ketoasidosis diabetik juga dapat dilakukan berdasarkan kadar keton darah.
Pada ketoasidosis diabetik, perlu juga dilakukan pemeriksaan elektrolit karena sering kali
ditemukan gangguan kalium.[16]
Pemeriksaan laboratorium lain yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan kadar kolesterol
darah serta pemeriksaan fungsi  ginjal jika dicurigai adanya komplikasi nefropati

D. Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan yang timbul adalah:


- gangguan keseimbangan cairan
- gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Penurunan curah jantung
- Resiko tinggi perluasaan luka infeksi

12
E. Tindakan Keperawatan
Penatalaksanaan atau tindakan Medik
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai penyakit dan
diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan
tersebut dilakukan berbagai usaha dan akan diuraikan sebagai berikut :
a. Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal
karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu :
1) Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %
2) Protein sebanyak 10 – 15 %
3) Lemak sebanyak 20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan
jasmani. Untuk kepentinganklinik praktis, penentuan jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu
Barat Badan Ideal = (TB-100)-10%, sehingga didapatkan =
1) Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal
2) Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal
3) Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal
4) Gemuk = > 120% dari BB Ideal. Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali
kelebihan kalori basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg BB, kemudian
ditambah untuk kebutuhankalori aktivitas (10-30% untuk pekerja berat). Koreksi status gizi
(gemuk dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress akut sesuai dengan
kebutuhan. Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut diatas dibagi dalam
beberapa porsi yaitu :
1) Makanan pagi sebanyak 20%
2) Makanan siang sebanyak 30%
3) Makanan sore sebanyak 25%
4) 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya.
b. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit yang
disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Sebagai contoh olah raga ringan
adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit, olehraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan
olah raga berat jogging.
c. Obat Hipoglikemik
1) Sulfonilurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
1) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.
2) Menurunkan ambang sekresi insulin.

13
3) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal dan masih bisa dipakai
pada pasien yang beratnya sedikit lebih. Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan
insufisiensi renal dan orangtua karena resiko hipoglikema yang berkepanjangan, demikian juga
gibenklamid. Glukuidon juga dipakai untuk pasien dengan gangguan fungsi hati atauginjal.
2) Biguanid
Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin. Sebagai obat tunggal dianjurkan pada
pasien gemuk (imt 30) untuk pasien yang berat lebih (imt 27-30) dapat jugadikombinasikan
dengan golongan sulfonylurea
3) Insulin
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM) dalam keadaan
ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis.
b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan diet (perencanaan
makanan).
c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif maksimal. Dosis insulin
oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan perlahan – lahan sesuai dengan
hasil glukosa darah pasien. Bila sulfonylurea atau metformin telah diterima sampai dosis
maksimal tetapi tidak tercapai sasaran glukosa darah maka dianjurkan penggunaan kombinasi
sulfonylurea dan insulin.
d) Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan
dan keterampilan yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan
pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat yang
optimal. Penyesuaian keadaan psikologik kualifas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan
bagian integral dari asuhan keperawatan diabetes (Bare & Suzanne, 2002)

14
BAB III
PENUTUP
 Kesimpulan
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah di dalam tubuh, Penyakit ini berhubungan erat dengan
keberadaan hormon Insulin yang di produksi oleh kelenjar Pankreas serta
berfungsi mengubah glukosa menjadi glikogen. Terdapat beberapa tipe DM
yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM Gestasional dan DM jenis lain. Penyebab
umum dari DM adalah genetika, usia, obesitas, hipertensi, gaya hidup yang
salah. Dan fakto lingkungan.
DM memengaruhi berbagai sistem tubuh yang meliputi sistem pencernaan,
sistem urinaria, sistem imun, sistem integument, sistem kardiovaskuler,
sistem pernapasan, system saraf dan sistem indra sehingga menimbulkan
beberapa gejala kesehatan pada penderitanya. Sebagai contoh adalah hal yang dirasakan
pasien dalam kasus pemicu yaitu sering buang air kecil, sering haus dan lapar, serta terjadi
penurunan berat badan sebanyak 15 Kg dalam 2 bulan terakhir dan merasa sering kesemutan
pada ekstremitas bawah. Gejala yang umumnya ada pada penderita DM yaitu hipoglukemia,
polyuria, polydipsia,polifagia, rasa lelah dan kelemahan otot , penurunan berat badan
secara drastis dan beberapa kasus mengalami gangguan pandangan.
Usaha untuk menangani penyakit DM ada bermacam-macam dan umumnya
adalah mengenai pola hidup. Aktivitas yang dapat mendukung kesehatan
penderita DM meliputi perbaikan pola makan, olahraga, pemberian injeksi
Insulin ( DM tipe 1) dan meminum obat oral untuk diabetes (biasanya DM

15
tipe 2). Dengan begitu diperlukan usaha yang aktif dari penderita DM untuk
memulihkan kesehatannya sendiri.

 Saran
Setelah mengetahui dan memahami bagaimana proses penyakit Diabetes Melitus dan
asuhan keperawatan kepada klien dengan Diabetes Melitus, mahasiswa keperawatan
sebaiknya mampu menerapkannya dalam praktik lapangan. Hasil diskusi kelompok kami ini
tentunya masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu kami memohon kritik dan sran
sehingga dapat membangun kesempurnaan makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/179358617/88445539-Makalah-Kmb-1-Tentang-Asuhan-
Keperawatan-Diabetes-Melitus-docx Diakses tanggal 6 Mei 2015
Alvarado. (2011). Diabetes and Your Eyesight. Diambil dari
http://www.glaucoma.org/glaucoma/diabetes-and-your-eyesight.php.
Baradero, Mary, et. al. (2009). Klien Gangguan Endokrin: Seri Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tambayong, Jan. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/159/jtptunimus-gdl-nurfitriwi-7914-3-babii.pdf
https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/diabetes-mellitus-tipe-1/diagnosis
https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/diabetes-mellitus-tipe-2/diagnosis

17

Anda mungkin juga menyukai