Anda di halaman 1dari 63

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan :SMA Negeri


Pelajaran :Sejarah
Kelas :X I
Sub Materi Pokok :Pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda
abad ke-20
Alokasi Waktu :3 X 40 Menit

A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
1.1 Menghayati nilai-nilai peradaban dunia yang menghargai perbedaan sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa.
1.2 Menghayati sikap jujur, rasa ingin tahu, tanggung jawab, peduli, santun, cinta
damai dalam mempelajari peristiwa sejarah sebagai cerminan bangsa pergaulan
dunia.
3.6 Menganalisis dampak politik, budaya, sosial-ekonomi, dan pendidikan pada
masa penjajahan Barat dalam kehidupan bangsa Indonesia masa kini.
4.6 Menalar dampak politik, budaya, sosial-ekonomi, dan pendidikan pada masa
penjajahan Barat dalam kehidupan bangsa Indonesia dan menyajikan dalam
bentuk berita.

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 1


C. Indikator
 Kognitif
1. Menganalisis kepentingan-kepentingan Belanda mendirikan sekolah di Indonesia
pada abad ke 20
2. Menganalisis kebijakan politik etis di Indonesia
3. Mengidentifikasi ciri umum pendidikan Belanda
4. Menganalisis sekolah-sekolah sebagai implementasi politik etis
5. Menganalisis tingkat pendidikan untuk masyarakat pribumi Indonesia abad ke-
20.
 Afektif
6. Menunjukkan sikap saling menghargai pendapat, jujur, disiplin, kerjasama,
partisipasi, dan tanggung jawab dalam mempelajari peristiwa sejarah sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
 Psikomotor
7. Membuat makalah tentang perkembangan pendidikan di Indonesia pada masa
penjajahan Belanda abad ke- 20.
 Keterampilan Sosial
8. Melakukan komunikasi meliputi mengajukan pertanyaan, berpendapat, dan
tanya jawab.

D. Tujuan Pembelajaran
 Kognitif
1. Diberikan penjelasan secara singkat tentang kepentingan Belanda mendirikan
sekolah di Indonesia, siswa mampu menganalis kepentingan Belanda
mendirikan sekolah di Indonesia abad ke-20 dengan benar.
2. Diberikan foto Van Deveenter serta video tentang kebijakan politik etis, siswa
dapat menganalisis kebijakan politik etis yang diterapkan di Indonesia dengan
benar.
3. Menginspirasi siswa dengan menujukkan gambar-gambar sekolah rendah kelas I
dan kelas II, di akhir kegiatan belajar mengajar siswa mampu mengidentifikasi
ciri-ciri pendidikan yang dibangun oleh Belanda di Indonesia pada abad ke- 20
dengan benar.

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 2


4. Diberikan gambar perkembangan sekolah di Indonesia sebagai implementasi
kebijakan politik etis. Siswa dapat menganalisis sekolah-sekolah sebagai
implementasi dari politik etis dengan benar.
5. Diberikan gambar siswa Technische Hoogeschool dan Rehctskundige
Hoogeschool serta hasil pendidikan di Indonesia, siswa dapat menganalisis
dampak pendidikan di Indonesia abad ke- 20 masa penjajahan Belanda.
 Afektif
6. Terlibat dalam KBM yang berpusat pada siswa, siswa dapat menunjukkan sikap
saling menghargai pendapat, berbagi tugas, partisipasi, bekerja sama, memberi
dukungan minimal dengan rubrik assesmen untuk sikap kooperatif atau afektif.
 Psikomotor
7. Diberikan foto Van Deveenter serta video tentang politik etis, siswa dapat
membuat laporan berupa makalah tentang kebijakan politik etis dan dampaknya
dalam bidang pendidikan di Indonesia.
 Keterampilan Sosial
8. Terlibat dalam KBM yang berpusat pada siswa, siswa dapat melakukan
komunikasi meliputi persentasi, bertanya, bekerjasama, dan berpendapat
minimal dinilai dengan rubrik assesmen diskusi, persentasi, bertanya jawab.
E. Materi Pembelajaran :
Pengaruh penjajahan Barat dalam bidang politik, sosial-budaya, ekonomi,
dan pendidikan di Indonesia
1. Kepentingan Belanda mendirikan sekolah di Indonesia abad 20
2. Kebijakan politik etis
3. Ciri umum pendidikan Belanda
4. Implementasi kebijakan politik etis
5. Tingkat pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda abad ke- 20

F. Model Pembelajaran :
Model : Model Pembelajaran Kooperatif dan Aktif
Metode : Diskusi dan permainan “Group Investigation”
Pendekatan : Scientific

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 3


G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan : 10 menit
1. Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk proses Terlaksana/tidak
belajar mengajar; kerapian dan kebersihan ruang kelas,
presensi (absensi, kebersihan, kelas, menyiapkan media dan
alat serta buku yang diperlukan)
2. Guru menyampaikan topik tenang sejarah sebagai ilmu Terlaksana/tidak
3. Guru memberikan motivasi dan bersyukur telah dilahirkan Terlaksana/tidak
kedunia sebagai manusia
4. Guru menyampaikan inti tujuan pembelajaran meliputi Terlaksana/tidak
kognitif, afektif dan psikomotor

Inti : 30 menit
1. Mengamati :
 Siswa mengamati dan membaca materi ajar yang telah Terlaksana/tidak

diberikan oleh guru


 Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang pendidikan di Terlaksana/tidak

Indonesia pada masa penjajahan Belanda abad 20


 Guru memberikan gambar terkait dengan materi yang akan
diananlisis oleh setiap siswa. Terlaksana/tidak

2. Menanya :
 Setelah mendengarkan penjelasan guru, guru memberikan
Terlaksana/tidak
bahan diskusi untuk didiskusikan siswa dalam kelompok
kecil
 Guru membagi siswa dalam 5 kelompok, tiap kelompok
Terlaksana/tidak
berisi 10 orang.
 Guru menjelaskan kepada siswa bahwa mereka dibagi
Terlaksana/tida
menjadi 5 kelompok secara heterogen supaya terjadi
kemerataan dalam mengksplorasi kemampuan siswa, adapun
topik yang akan dibahas sebagai berikut:
a. Menganalisis, dan mendiskusikan kepentingan Belanda

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 4


mendirikan sekolah di Indonesia abad 20.
b. Menganalisis, mengidentifikasi, dan mendiskusikan
penyelenggaraan pendidikan Belanda di Indonesia pada abad
19 dan 20.
c. Menganalisis, dan mendiskusikan mengenai apa yang
melatarbelakangi pemerintah Belanda menerapkan kebijakan
politik etis
d. Menganalisis dan mendiskusikan apa yang melatarbelakangi
Ki Hajar Dewantara mendirikan Sekolah Taman Siswa pada
abad 20.
e. Menganalisis dan mendiskusikan pengaruh perkembangan
pendidikan Belanda di Indonesia sampai saat ini.
 Dalam melakukan kegiatan diskusi tersebut, siswa diberikan
waktu ± 35 menit.
3. Mengeksplorasi : Terlaksana/tidak

 Siswa diharapkan mencari informasi dari berbagai sumber.


Di perbolehkan mencari data selain dari buku, misal dari
Terlaksana/tidak
internet yaitu artikel pendidikan di Indonesia pada masa
penjajahan Belanda abad 20. Artikel tersebut harus yang
berbentuk PDF karena bisa dipertanggung jawabkan
kebenarannya.
 Guru membimbing siswa untuk berdiskusi memecahkan
masalah dengan soal yang sudah diberikan secara bekerja
Terlaksana/tidak
sama dan saling bertukar pendapat.
4. Mengasosiasikan :
 Guru menyuruh setiap kelompok harus mempresentasikan
hasil diskusinya di depan kelas, dan kelompok yang belum
Terlaksana/tidak
maju harus mengajukan pertanyaan
 Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk bertanya
dan berpendapat, dan jika siswa tersebut sudah tidak
Terlaksana/tidak
bertanya lagi maka siswa lain untuk bertanya dan
mengungkapkan pendapatnya.

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 5


 Setelah mendapatkan data yang baik dan sesuai dengan
materi yang diperoleh dari buku maupun internet, maka
antar anggota kelompok harus menganalisis atas kebenaran
sumber yang diperoleh. Terlaksana/tidak

5. Mengkomunikasikan :
 Guru memberitahukan jika kelompok pertama sudah selesai
melakukan persentasi maka kelompok selanjutnya juga
harus mempersentasikan dengan materi yang berbeda.
Terlaksana/tidak
 Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan
berpendapat, dan jika yang sudah bertanya maka tidak boleh
bertanya lagi karena memberikan kesempatan bagi siswa
lain untuk bertanya.
Terlaksana/tidak
 Diakhir persentasi, guru memberikan evaluasi terhadap
pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dipelajari
serta keaktifannya dalam berpartisipasi.
Terlaksana/tidak
 Guru dan siswa bersama-sama membuat rangkuman sebagai
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan.
 Hasil analisis kemudian dilaporkan dalam bentuk makalah,
Terlaksana/tidak
dikerjakan sebaik mungkin dan dikumpulkan pada guru. Jika
waktu tidak memungkinkan maka makalah tersebut bisa
Terlaksana/tidak
dikumpulkan minggu depan.

Penutup : 10 menit
1. Guru memberikan refleksi tentang materi yang telah Terlaksana/tidak
dipelajari, dan menanyakan kepada siswa apakah pelajaran
hari ini sudah dimengarti oleh semua siswa
2. Guru menberikan uji kompetensi berupa soal pilihan ganda, Terlaksana/tidak
soal esai, dan soal analisis kepada siswa untuk mengukur
pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan
Terlaksana/tidak

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 6


3. Guru bersama dengan siswa menarik manfaat mempelajari
sejarah pada hari ini

Kisi-kisi makalah:
a. Format kertas
 Kertas Makalah A4, Sampul Makalah (Buffalo warna biru)
 Font “Times New Roman”
 Ukuran Huruf “12”
 Spasi “1,5”
 Margin atas 4 cm, kiri 4 cm, bawah 3 cm, kanan 3 cm
b. Lembar Judul atau Jilid
 Judul Makalah
 Penyusunan Makalah (Nama dan Nomor Induk Siswa)
 Nama Sekolah
 Tahun Pembuatan
c. Lembar Pengesahan
d. Kata Pengantar
e. Daftar Isi
f. Pendahuluan
 Latar Belakang Masalah
 Ruang Lingkup Masalah
 Maksud dan Tujuan Penulisan
g. Pembahasan
h. Penutup
 Kesimpulan
 Saran
i. Daftar Pustaka

H. Evaluasi
Sebagai Uji Kompetensi guru mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan
materi yang baru saja disajikan.

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 7


Indikator:
 Siswa mampu menganalisis kepentingan Belanda mendirikan sekolah di Indonesia
abad 20
 Menganalisis kebijakan politik etis
 Mengidentifikasi ciri-ciri umum pendidikan Belanda di Indonesia
 Menganalisis sekolah-sekolah sebagai implementasi politik etis
 Menganalisis tingkat pendidikan untuk masyarakat pribumi Indonesia abad ke-20.
A. Pilihan Ganda
1. Siapakah penasehat Belanda yang menganjurkan agar anak-anak aristokrasi
Indonesia mendapat pendidikan dilingkungan barat....
a. Snouck Hurgronye
b. Van Hoevel
c. Thoerbecke
d. Fransen van de putte
2. Disebut apakah penyediaan pendidikan bagi pendidikan pribumi (Indonesia)
yang mengalami perkembangan pada masa penjajahan Belanda abad 20 ....
a. Gradualisme
b. Prinsip konkordinasi
c. Dualisme
d. Kontrol sentral
3. Dalam buku pelajaran bahasa Belanda untuk siswa ELS , karangan dari R.A.H.
Thierbach yang isinya mengajarkan bahasa Belanda sebagai bahasa asing.
Metode apa yang digunaka.....
a. Melihat
b. Berpikir
c. Menyatakan
d. A,B, dan C benar semua
4. Penyebaran sekolah pada abad 20 terjadi ketidakseimbangan, apakah penyebab
dari ketidakseimbangan sekolah tersebut....
a. Adanya Sekolah Misi
b. Adanya Sekolah Zending
c. A,B benar

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 8


d. Sekolah partikeler
5. Margono Djojohadikusumo merupakan siswa dari ELS di Banyumas pada tahun
a. 1900-1907
b. 1890-1908
c. 1900-1904
d. 1900-1909
B. Esai
1. Sekolah Guru pertama milik pemerintah jajahan didirikan pertama kali di
Surakarta pada April 1852. Apa yang melatarbelakangi pemerintah Belanda
mendirikan Sekolah Guru di Surakarta dan apakah ada kontroversi dalam
pendirian sekolah tersebut, berikan analisisnya!
2.
Dies Natalis ke-1 Technische
Hoogeschool te Bandung
dilakukan pada 2 Juli 1921 di
Barakgebouw A. Bagaimana
pengaruh perkembangan
pendidikan Belanda di Indonesia
sampai saat ini?

Soal analisis!!
a. Menganalisis, dan mendiskusikan kepentingan Belanda mendirikan sekolah di
Indonesia abad 20.
b. Menganalisis, mengidentifikasi, dan mendiskusikan penyelenggaraan pendidikan
Belanda di Indonesia pada abad 19 dan 20.
c. Menganalisis, dan mendiskusikan mengenai apa yang melatarbelakangi pemerintah
Belanda menerapkan kebijakan politik etis
d. Menganalisis dan mendiskusikan apa yang melatarbelakangi Ki Hajar Dewantara
mendirikan Sekolah Taman Siswa pada abad 20.
e. Menganalisis dan mendiskusikan pengaruh perkembangan pendidikan Belanda di
Indonesia sampai saat ini.
Jawaban!!

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 9


A. Pilihan Ganda
1. B
2. C
3. D
4. C
5. A
B. Jawaban Esai
1. Terpilihnya Surakarta sebagai tempat Sekolah Guru Jawa karena menurut J.C.
Baud, Surakarta merupakan pusat bahasa paling murni. Walaupun begitu banyak
pemerintah jajahan di Batavia sulit menerimanya karena pemerintah khawatir
bahwa calon-calon intelektual Jawa akan dipengaruhi agar memusuhi
pemerintah oleh pangeran-pangeran dari daerah bekas pergolakannya Perang
Diponegoro. Hanya dengan jaminan para ahli bahasa Jawa di Surakarta (seperti
C.F. Winter Sr. dan J.A. Wilkens) pemerintah akhirnya menerima rencana
Baud, selain itu juga berkat adanya Institut bahasa Jawa dikota itu. Bebrapa
orang Jawa yang ahli bahasa Jawa masih tetap aktif mengembangkan bahasa
tersebut, seperti Raden Panji Puspowilogo dan Raden Ngabehi Reksodipuro.
2. Setelah sekolah dasar, sekolah menengah maka perguruan tinggi juga dibentuk.
Perguruan tinggi pertama kali adalah Sekolah Tinggi Teknik (Technishe
Hogeschool) di Bandung tahun 1920. Pendirian Technishe Hogeschool
dipaksakan oleh kebutuhan akan petugas yang berpendidikan tinggi, kekurangan
ahli ini disebabkan karena putusnya hubungan dengan Nederland (Belanda)
selama Perang Dunia I sehingga pemerintah dan industri mengalami kesukaran
yang berat dan tidak dapat berfungsi dengan lancar. Maka disadari Indonesia
harus mempunyai lembaga pendidikan tinggi sendiri dan dengan demikian pula
meningkatkan kehidupan intelektul di Indonesia. Kurikulum yang digunakan di
Technishe Hogeschool meliputi matematika, mekanika, geodesi, kimia, teknik
kimia, teknik mesin, teknik elektro, ilmu alam, arsitektur, teknik pertambangan.
Lulusan dari Technishe Hogeschool akan menjadi insinyur Teknik, sehingga
pengaruh yang diberikan dari sekolah tersebut sampai saat ini adalah penduduk
Indonesia mempunyai keahlian dalam bidang penelitian bahan bangunan, adanya
arsitektur yang handal (seperti di Jakarta yang sekarang banyak gedung yang

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 10


menjulang tinggi yang sebelumnya sudah digambar oleh para arstektur), ahli
dalam pembuatan maupun perbaikan alat-alat mesin yang canggih, dan lain-lain.
Dengan demikian lulusan Technishe Hogeschool sekarang ini memberikan
kemajuan Indonesia sampai saat ini.

PEDOMAN PENSEKORAN
No. Jawaban Skor
Menyatakan pendapat pribadi disertai dengan argumentasi yang jelas 20
1.
dan memberikan bukti serta sumber yang jelas.
Menyatakan pendapat pribadi disertai dengan analisis fenomena 20
masalah yang terjadi.
Menunjukkan sikap tanggung jawab. 10
2. Menganalisis latar belakang didirikan Technishe Hogeschool 10
Menganalisis kurikulum yang digunakan Technishe Hogeschool 5
Menganalisis tujuan dari Technishe Hogeschool 10
Menghubungkan dari perkembangan Technishe Hogeschool untuk 25
masa sekrang/modern
Jumlah 100

Jawaban diskusi analisis


a. Menganalisis, dan mendiskusikan kepentingan Belanda mendirikan
sekolah di Indonesia abad 20.
Pada tahun 1842 Markus, menteri jajahan, memberikan perintah agar Gubernur
Jendral berusaha dengan segenap tenaga agar memperbesar keuntungan bagi negerinya.
Walaupuan setiap Gubernur Jendaral pada penobatannya berjanji dengan hidmat bahwa
ia akan memajukan kesejahteraan Indonesia dengan segenap usaha prinsip yang masih
dipertahankan pada tahun 1854 ialah bahwa Indonesia sebagai tanah jajahan Belanda
harus terus memberikan keuntungan kepada negeri Belanda sebagai tujuan pendidikan
itu. Tahun 1826 lapangan pendidikan dan pengajaran terganganggu oleh adanya usaha-
usaha penghematan karena adanya kesulitan financial yang berat yang dihadapi orang
Belanda sebagai akibat perang Diponegoro (1825-1830) yang mahal dan menelan
banyak korban seerta peperangan antara Belanda dan Belgia (1830-1839). Kesulitan
keuangan ini menyebabkan raja Belanda untuk meninggalkan prinsip-prinsip liberal dan

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 11


menerima rencana yang dianjurkan Van den Bosch, untuk memanfaatkan pekerjaan
budak menjadi dasar eksploitasi colonial.
Terbongkarnya penyalahgunaan system tanam paksa merupakan faktor dalam
perubahan pandangan. Dalam Peraturan pemerintah tahun 1854, menginstruksikan
bahwa Gubernur Jendral harus mendirikan sekolah dalam tiap kabupaten bagi
pendidikan anak pribumi. Selanjutnya, Peraturan tahun 1863 yang mewajibkan
Gubernur Jendral untuk mengusahakan agar penduduk bumi putera pada umumnya bisa
menikmati pendidikan. Pada tahun 1870, sistem tanam paksa dihapuskan dan digantikan
dengan Undang-Undang Agraria 1870. Pada tahun itu di Indonesia timbul masa baru
dengan adanya undang-undang Agraria dari De Waal, yang memberi kebebasan pada
pengusaha-pengusaha pertanian partikelir. Ketika usaha-usaha perekonomian makin
maju, maka masyarakat lebih banyak lagi membutuhkan pegawai. Sekolah-sekolah
yang ada dianggap belum cukup memenuhi kebutuhan. Itulah sebabnya maka usaha
mencetak calon-calon pegawai makin dipergiat lagi.

b. Menganalisis, mengidentifikasi, dan mendiskusikan penyelenggaraan


pendidikan Belanda di Indonesia pada abad 19 dan 20.

Periode Penyelenggara Arah dan Sifat Kebijakan Pendidikan


Pendidikan

Hindia Belanda Pemerintah dan  Pendidikan diselenggarakan oleh pemerintah


Abad ke-19 swasta, peran NZG dan swasta Belanda;·     NZG menyerahkan
berakhir tahun 1870 sekolahnya kepada Pemerintah Hindia
Belanda;
 Pengaruh Kristen dalam pendidikan
berkurang;
 Prioritas masih untuk orang Eropa dan Indo-
Eropa mengikuti sistem dan kurikulum di
Belanda;
 Pendidikan elitis bagi Bumiputera dan
Melayu untuk mendukung pemerintah
colonial;
 Sekolah guru, kejuruan, dan pamong praja
mulai didirikan.

Politik Etis, Pemerintah Hindia  Pendidikan berubah dari elitis ke populis;·    


Abad ke-20 Belanda Banyak sekolah didirikan;
 Jumlah siswa meningkat tajam;
 Akses ke sekolah lanjutan diperluas;

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 12


 Anggaran untuk pendidikan Bumiputera
disediakan secara khusus.

Perbandingan sekolah yang didirikan Belanda di Indonesia abad 19 dan 20, ibarat
malam dan siang. Karena pendidikan yang diselenggarakan pada abad 19 tidak
memberikan kemajuan terhadap kehidupan penduduk Indonesia, selain itu kalangan
pemerintah Belanda mengubah kebijakan pendidikan dari elitis menjadi lebih populis
adalah karena dua sebab. Pertama, untuk kepentingan penjajah sebagai pegawai
pemerintah. Kedua, semakin kuatnya tekanan dari kalangan intelektual Belanda seperti
van Deventer yang telah berhasil membuat pemerintah Belanda untuk memperhatikan
nasib rakyat jajahannya, dengan program migrasi, irigasi, dan edukasinya. Dalam
bidang edukasi, perkembangan Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat
karena didiberikan juga oleh penduduk Indonesia sehingga nantinya akan memberikan
nasionalisme bangsa Indonesia.
c. Menganalisis, dan mendiskusikan mengenai apa yang melatarbelakangi
pemerintah Belanda menerapkan kebijakan politik etis
Keuntungan yang diperoleh bangsa Belanda dari hasil mengeruk kekayaan
alam bangsa Indonesia digunakan untuk membangun bangsa Belanda hingga bisa
mencapai kemakmuran dalam segala hal. Sebaliknya bangsa Indonesia yang mengalami
kesengsaraan, kemiskinan, dan kemlaratan yang amat sangat. Bangsa Indonesia terjebak
dalam kemlaratan, kebodohan, dan keterbelakangan karena tidak pendidikan yang
layak. Kesengsaraan rakyat pribumi banyak diketahui oleh orang-orang Belanda yang
moderat (orang yang memperhatikan pihak lain), seperti tokoh tulisan C. TH. Van
Deventer tahun 1899 tentang Een Eereschuld (Hutang Kehormatan) dalam majalah De
Gids. Dalam tulisannya tersebut, Van Deventer menghimbau kepada pemerintah
Belanda untuk membuat perhitungan keuangan bagi tanah jajahan yang berkekurangan
sebagai ganti rugi akan laba yang sudah dikeruk dari Indonesia melalui sistem tanam
paksa. Sehubungan dengan tekanan-tekanan itu maka pada tahun 1901, Ratu Wilhemina
menyampaikan pidato didepan parlemen Belanda yang berisi tentang kewajiban moral
bangsa Belanda terhadap kemajuan penduduk pribumi. Sejak itu dimulailah era politik
etis yang kebijakannya meliputi bidang pendidikan, pengairan, dan perpindahan
penduduk. Dampak politik etis dalam bidang pendidikan mengalami kemajuan yang
sangat pesat, dimana banyak didirikan sekolah-sekolah baik sekolah untuk orang-orang

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 13


Belanda, Cina, maupun Indonesia serta adanya sekolah menengah (MULO, HBS,
AMS), sekolah Perguruan Tinggi (Sekolah Teknik Tinggi, Sekolah Tinggi Hukum, dan
Sekolah Kedokteran), akan tetapi didirikannya sekolah tersebut untuk mencetak
pegawai pemerintahan.
d. Menganalisis dan mendiskusikan apa yang melatarbelakangi Ki Hajar
Dewantara mendirikan Sekolah Taman Siswa pada abad 20.
Taman Siswa berdiri pada 3 Juli 1922, pendirinya adalah Raden Mas Soewardi
Soeryaningrat atau yang biasa dikenal dengan Ki Hajar Dewantara. Awal pendirian
Taman Siswa diawali dengan ketidakpuasan dengan pola pendidikan yang dilakukan
oleh pemerintah kolonial, karena jarang sekali negara kolonial yang memberikan
fasilitas pendidikan yang baik kepada negara jajahannya. Seperti yang dikatakan oleh
ahli sosiolog Amerika “pengajaran merupakan dinamit bagi sistem kasta yang
dipertahankan dengan keras di dalam daerah jajahan”. Oleh sebab itu maka didirikanlah
Taman Siswa, berdirinya Taman Siswa merupakan tantangan terhadap politik
pengajaran kolonial dengan mendirikan pranata tandingan. Taman Siswa adalah badan
perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan
dalam arti luas untuk mencapai cita-citanya. Bagi Taman Siswa, pendidikan bukanlah
tujuan tetapi media untuk mencapai tujuan perjuangan, yaitu mewujudkan manusia
Indonesia yang merdeka lahir dan batinnya. Merdeka lahiriah artinya tidak dijajah
secara fisik, ekonomi, politik, dsb, sedangkan merdeka secara batiniah adalah mampu
mengendalikan keadaan. Dengan proses berdirinya Taman Siswa Ki Hajar Dewantara
telah mengesampingkan pendapat revolusioner pada masa itu, tetapi dengan seperti itu
secara langsung usaha Ki Hajar merupakan lawan dari politik pengajaran kolonial. Lain
dari pada itu kebangkitan bangsa-bangsa yang dijajah dan perlawanan terhadap
kekuasaan kolonial umumnya disebut dengan istilah nasionalisme atau paham
kebangsaan menuju kemerdekaan. Taman Siswa mencita-citakan terciptanya pendidikan
nasional, yaitu pendidikan yang beralas kebudayaan sendiri. Dalam pelaksanaanya
pendidikan Taman Siswa akan mengikuti garis kebudayaan nasional dan berusaha
mendidik angkatan muda di dalam jiwa kebangsaan.

e. Menganalisis dan mendiskusikan pengaruh perkembangan pendidikan


Belanda di Indonesia sampai saat ini.

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 14


Setelah sekolah dasar, sekolah menengah maka perguruan tinggi juga dibentuk.
Perguruan tinggi kedua adalah Sekolah Hukum Tinggi (Rehctskundige Hoogeschool)
di Batavia tahun 1924. Sekolah RHS ini menerima siswa lulusan dari Rechtsschool
dengan tujuan mendidik orang-orang Indonesia agar dapat menjadi hakim terdidik bagi
golongan Bumiputra dengan lama belajarnya 4 tahun. Bidang pelajaran yang diberikan
untuk pendidikan sarjana hukum di RHS Batavia adalah Pengantar ilmu hukum,
Hukum tata negara di Hindia Belanda, Hukum perdata dan hukum acara perdata di
Hindia Belanda, Hukum pidana dan hukum acara pidana di Hindia Belanda, Hukum
adat, Hukum Islam dan lembaganya, Hukum dagang di Hindia Belanda, Sosiologi,
Ekonomi studi pembangunan, Etnologi di Hindia Belanda, Bahasa Melayu, Bahasa
Jawa, Bahasa Latin, Filsafat hukum, Prinsip hukum perdata Romawi, Hukum perdata
internasional, Hukum antar golongan, Kriminologi, Psikologi, Kedokteran forensik,
Hukum internasional, Hukum kolonial negara lain, Sejarah Hindia Belanda, dan
Statistika. Rencana masa studi untuk RHS selama empat tahun, dibagi menjadi dua
periode utama. Periode pertama ditutup dengan candidaats-examen, yang kedua adalah
doctoraal-examen. Candidaats-examen dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama
diujikan pada akhir tahun pertama (C1), yang kedua pada akhir tahun kedua (C2).
Doctoraal-examen juga dilakukan dalam dua bagian, bagian pertama diujikan pada
akhir tahun ketiga (D1), yang dibagi menjadi empat arah: (1) Hukum privat/perdata; (2)
Hukum pidana; (3) Hukum tata negara; (4) Sosiologis dan ekonomi. Mereka yang
berhasil lulus doctoraal-examen (D2) memperoleh status meester in de rechten. Mereka
yang berstatus meester in de rechten serta memenuhi persyaratan untuk menempuh
promosi ke doktor dalam ilmu hukum di universitas di Belanda, dapat menempuh
promosi untuk meraih gelar Doktor Ilmu Hukum. Jadi, dengan adanya Sekolah Hukum
Tinggi di Indonesia saat ini memberikan pengaruh yang besar, dimana pada zaman
modern seperti saat ini banyak para ahli hukum yang bekerja di pengadilan, maupun
perusahaan-perusahaan yang nantinya ada yang menjadi hakim, jaksa penuntut umum,
kuasa hukum.

I. Sumber pembelajaran
 Buku Paket siswa Sejarah SMA kelas XI Program IPS
 Buku Siswa tentang pendidikan Indonesia pada masa penjajahan Belanda
abad ke- 20.

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 15


 Internet berupa PDF tentang:
http://pikokola.files.wordpress.com/2008/11/pendidikan-masa-kolonial-dan-
sekarang.pdf
http://haedarakib.files.wordpress.com/2012/01/sejarah-pendidikan-di-
indonesia.pdf
http://centerformunawareducation.files.wordpress.com/2013/06/pendidikan-
di-zaman-penjajahan-belanda.pdf

J. Media Pembelajaran:
 Powerpoint tentang pendidikan Indonesia pada masa penjajahan Belanda
abad ke- 20.
 Foto-foto pendidikan di Indonesia abad pada masa penjajahan Belanda abad
ke- 20
 Video singkat mengenai politik etis, bisa dilihat pada :
http://www.youtube.com/watch?v=qKmJcWers44

Rubrik Assesmen /Penilaian

Guru Mapel (Sutikn

a. Rubrik assesmen untuk Makalah


Sifat tugas : kelompok
Nama :
Tugas :
No Aspek Indikator Bobot Skor Nilai
Penilaian
1 Pemahaman Tingkat pemahaman siswa terhadap 15
tugas yang dikerjakan
2 Argumentasi Alasan yg diberikan siswa dlm 25

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 16


menjelas kan persoalan dalam tugas
yg dikerjakan
3 Kejelasan a. tersusun dgn baik 5
b. tertulis dgn baik 5
c. mudah dipahami 5
4 Informasi a. akurat 15
b. memadai 15
c. penting 15
Jumlah 100
Petunjuk:
Skor = 0,1,2,3,4,5
NA = (bobot x skor): 5
Keterangan:
1 = Sangat Kurang
2 = Kurang
3 =Cukup
4 =Baik
5 =Sangat Baik

b. Rubrik assesmen untuk sikap kooperatif/afektif


Sifat tugas : individual
Nama :
Tugas ke :
No Ketrampilan kooperatif Bobot Skor Nilai
1 Menghargai pendapat orang lain 15
2 Jujur dalam mengerjakan tugas 20
3 Berpartisipasi dalam bertanya 20
4 Mendengarkan secara aktif 20
5 Bekerja sama dalam berdiskusi 10
6 Disiplin untuk tepat waktu 15

Jumlah 100

Petunjuk:
Skor = 0,1,2,3,4,5

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 17


NA = (bobot x skor): 5
Keterangan:
1 : Tidak tampak
2 : Kurang Tampak
3 : Tampak
4 : Baik
5 : Sangat Baik

c. Rubrik assesmen untuk diskusi


Sifat tugas : Kelompok
Nama :
Tugas ke :

No Aspek Indikator Bobot Skor Nilai


1. Argumentasi Pendapat dari siswa 20
dalam berdiskusi

2. Kerjasama dan kreatifitas  Sangat baik 20


dalam berdiskusi.  Baik 10

 Kurang baik 15
3. Informasi yang diperoleh  Akurat 20
 Kurang akurat 10

 Tidak akurat 5
Jumlah 100

Petunjuk:
Skor = 0,1,2,3,4,5
NA = (bobot x skor): 5
Keterangan:
1 : Tidak tampak
2 : Kurang Tampak
3 : Tampak
4 : Baik
5 : Sangat Baik
d. Rubrik assesmen untuk persentasi
Sifat tugas : Kelompok

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 18


Nama :
Tugas ke :

No Komponen Bobot Skor Nilai


1. Penguasaan Materi
a. Kemampuan konseptualisasi 15
b. Kemampuan menjelaskan 15
c. Kemampuan beragumentasi 15
2. Penyajian
a. Sistematika penyajian 15
b. Visualisasi 15
3. Komunikasi Verbal
a. Penggunaan bahasa 10
b. Inotasi dan tempo 10
Jumlah 100

Petunjuk:
Skor = 0,1,2,3,4,5
NA = (bobot x skor): 5
Keterangan:
1 : Tidak tampak
2 : Kurang Tampak
3 : Tampak
4 : Baik
5 : Sangat Baik

e. Rubrik assasmen untuk tanya jawab (Group Investigation)


Sifat tugas : individu
Nama : .............
Tugas ke : .............

Penilaian Siswa Penilaian Guru


No Nama
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban
1.
2.
3. dan seterusnya

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 19


Kriteria Indikator Jawaban Indikator pertanyaan
80-100  Jawaban relevan, faktual,  Pertanyaan struktural
konseptual.
 Disampaikan secara logis.  Pertanyaan prosedural
60-79  Jawaban relevan, faktual, dan Pertanyaan deklaratif
konseptual.
 Tidak disampaikan secara logis.
<59 Jawaban tidak relevan Pertanyaan tidak relevan

Daftar Pustaka

 Permendikbud Nomor 69. 2013. Kerangka Dasar dan Strutur Kurikulum SMK-MAK
 Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Jogyakarta: Pustaka Pelajar

Surabaya, 2 Desember 2013


Mengetahui
Dosen Pembimbing Guru Mapel Sejarah

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 20


Dra. Sri Mastuti, M. Hum Yayuk Indrayani

handout

“Pendidikan Pemerintahan Belanda abad 20”

A. Kepentingan Belanda mendirikan sekolah di Indonesia abad 20


B. Kebijakan Politik Etis
C. Ciri Umum Pendidikan Belanda
D. Sekolah-Sekolah sebagai Implementasi Politik Etis
E. Tingkat Pendidikan untuk Masyarakat Pribumi Indonesia pada Masa
Penjajahan Belanda abad ke- 20
1). Sekolah Dasar (Lager Onderwijs)
a. Sekolah Kelas Satu:
 Europase Lagere School (ELS)
 Hollands Chinese School (HCS)
 Hollads Inlandse School (HIS)
b.Sekolah Kelas Dua:
 Sekolah Desa (Volksschool)
 Sekolah Lanjutan (Vervolgschool)
 Sekolah Peralihan (Schakelschool)
2). Sekolah Menengah
 MULO (Meer Uit gebreid lager school)
 AMS (Algemene Middelbare School)

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 21


 HBS (Hoobere Burger School)
3). Sekolah Kejuruan
 Sekolah Pertukangan (Ambachtschool)
 Sekolah Teknis (Technish Onderwijs)
 Pendidikan Dagang (Handels Onderwijs)
 Pendidikan Pertanian (Landbouw Onderwijs)
 Pendidikan Kejuruan Kewanitaan (Meijes Vakonderwijs)
 Pendidikan Keguruan (Kweekschool)
4). Perguruan Tinggi
 Sekolah Tinggi Teknis (Technische Hoogeschool)
 Sekolah Hakim Tinggi (Rehctskundige Hoogeschool)
 Pendidikan Tinggi Kedokteran (Geneeskundige Hoogeschool)

Pendidikan di Indonesia
pada masa penjajahan
BUKU SISWA Belanda abad ke- 20

Kompetensi Dasar:
1.1 Menghayati nilai-nilai peradaban dunia yang menghargai perbedaan sebagai karunia
Tuhan Yang Maha Esa.
1.2 Menghayati sikap jujur, rasa ingin tahu, tanggung jawab, peduli, santun, cinta damai dalam
mempelajari peristiwa sejarah sebagai cerminan bangsa pergaulan dunia.
3.6 Menganalisis dampak politik, budaya, sosial-ekonomi, dan pendidikan pada masa
Perencanaan
penjajahanPembelajaran
Barat dalam Sejarah Page
kehidupan bangsa 22
Indonesia masa kini.
4.6 Menalar dampak politik, budaya, sosial-ekonomi, dan pendidikan pada masa penjajahan
Barat dalam kehidupan bangsa Indonesia dan menyajikan dalam bentuk berita.
A. Kepentingan Belanda mendirikan sekolah di Indonesia abad 20
Setelah ambruknya VOC tahun 1816 pemerintah Belanda menggantikan
kedudukan VOC. Statua Hindia Belanda tahun 1801 dengan terang-terangan
menyatakan bahwa tanah jajahan harus memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya
kepada perdagangan dan kepada kekayaan negeri Belanda. Pada tahun 1842 Markus,
menteri jajahan, memberikan perintah agar Gubernur Jendral berusaha dengan segenap
tenaga agar memperbesar keuntungan bagi negerinya. Walaupuan setiap Gubernur
Jendaral pada penobatannya berjanji dengan hidmat bahwa ia akan memajukan
kesejahteraan Indonesia dengan segenap usaha prinsip yang masih dipertahankan pada
tahun 1854 ialah bahwa Indonesia sebagai tanah jajahan Belanda harus terus
memberikan keuntungan kepada negeri Belanda sebagai tujuan pendidikan itu.
Tahun 1826 lapangan pendidikan dan pengajaran terganganggu oleh adanya
usaha-usaha penghematan. Sekolah-sekolah yang ada hanya bagi anak-anak Indonesia
yang memeluk agama Nasrani. Alasannya adalah karena adanya kesulitan financial
yang berat yang dihadapi orang Belanda sebagai akibat perang Diponegoro (1825-1830)
yang mahal dan menelan banyak korban seerta peperangan antara Belanda dan Belgia
(1830-1839). Kesulitan keuangan ini menyebabkan raja Belanda untuk meninggalkan
prinsip-prinsip liberal dan menerima rencana yang dianjurkan Van den Bosch, untuk
memanfaatkan pekerjaan budak menjadi dasar eksploitasi colonial. Raja Belanda
membawa ide penggunaan kerja paksa(rodi) sebagai cara yang ampuh untuk
memperoleh cara usaha maksimal, yang kemudian terkenal dengan cultuur stelsel atau
tanam paksa yang memaksa penduduk untuk menghasilkan tanaman yang diperlukan
dipasaran Eropa.
Maka untuk memperbaiki stesel pembangunan ekonomi bagi belanda, Van den
Bosch menyatakan agar memperbanyak tenaga-tenaga ahli. Setelah tahun 1848
dikeluarkan peraturan-peraturan yang menunjukan perintah lambat laun menerima
tanggung jawab yang lebih besar atas pendidikan anak-anak Indonesia sebagai hasil

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 23


perdebatan diparlemen Belanda dan mencerminkan sikap Liberal yang lebih
menguntungkan tehadap rakyat Indonesia. Terbongkarnya penyalahgunaan system
tanam paksa merupakan faktor dalam perubahan pandangan. Dalam Peraturan
pemerintah tahun 1854, menginstruksikan bahwa Gubernur Jendral harus mendirikan
sekolah dalam tiap kabupaten bagi pendidikan anak pribumi. Selanjutnya, Peraturan
tahun 1863 yang mewajibkan Gubernur Jendral untuk mengusahakan agar penduduk
bumi putera pada umumnya bisa menikmati pendidikan. Pada tahun 1870, sistem tanam
paksa dihapuskan dan digantikan dengan Undang-Undang Agraria 1870. Pada tahun itu
di Indonesia timbul masa baru dengan adanya undang-undang Agraria dari De Waal,
yang memberi kebebasan pada pengusaha-pengusaha pertanian partikelir. Ketika usaha-
usaha perekonomian makin maju, maka masyarakat lebih banyak lagi membutuhkan
pegawai. Sekolah-sekolah yang ada dianggap belum cukup memenuhi kebutuhan. Itulah
sebabnya maka usaha mencetak calon-calon pegawai makin dipergiat lagi.
Jadi, Belanda mendirikan sekolah pada abad 20 di Indonesia hanya untuk
memperoleh tenaga kerja terdidik yang murah yaitu untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kerja bagi kepentingan administrasi pemerintah dan perusahaan-perusahaan (kapitalis)
baik milik pemerintah maupun swasta. Tenaga-tenaga kerja yang dibutuhkan itu baik
tenaga kerja terdiidik rendahan, menengah, maupun atas.

B. Kebijakan Politik Etis


Kehidupan penduduk pribumi di Indonesia pada abad ke-19 sangat
menyedihkan, karena hidup mereka berada dibawah garis kehidupan yang normal yaitu
dalam kemiskinan dan kesengsaraan. Kondisi seperti ini memicu berbagai kritik
terhadap kebijakan kolonial yang sedang berlangsung, kritik yang tajam dari berbagai
pihak seperti kaum humanis, kaum industralis, dan kaum ekspotir Belanda. Sikap
menyalahkan dan menentang terhadap politik kolonial sebelumnya antara lain nampak
pada tulisan C. TH. Van Deventer tahun 1899 tentang Een Eereschuld (Hutang
Kehormatan) dalam majalah De Gids. Dalam tulisannya tersebut, Van Deventer
menghimbau kepada pemerintah Belanda untuk membuat perhitungan keuangan bagi
tanah jajahan yang berkekurangan sebagai ganti rugi akan laba yang sudah dikeruk dari
Indonesia melalui sistem tanam paksa.

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 24


Dengan dorongan “hutang budi” yang dilancarkan oleh C. TH. Van Deventer,
orang-orang mulai menyadari tentang politik eksploitasi lama yang pada pokonya
pedoman kebijakan pemerintah hanya mengutamakan kepentingan negeri induk dari
pada koloninya. Selain C. TH. Van Deventer yang mempelopori untuk menyerang
pemerintah terhadap soal-soal kebijaksanaan kolonial adalah H.H. Van Kol melalui
Staten General yang isinya adalah tidak terdapat perbedaan di kalangan semua partai
politik, semua ingin memajukan kesejahteraan spiritual dan material penduduk pribumi.
Sehubungan dengan tekanan-tekanan itu maka pada tahun 1901, Ratu
Wilhemina menyampaikan pidato didepan parlemen Belanda yang berisi tentang
kewajiban moral bangsa Belanda terhadap kemajuan penduduk pribumi. Sejak itu
dimulailah era politik etis yang kebijakannya meliputi bidang pendidikan, pengairan,
dan perpindahan penduduk. Menurut I.J. Brugsman politik etis merupakan politik
asosiasi karena tujuannya adalah untuk memberi kemajuan orang pribumi dengan
budaya Eropa Barat tanpa menjadikannya sebagai orang Eropa, membawa pengetahuan
dan metode peradaban yang telah banyak dinikmati oleh bangsa Eropa Barat.
Selanjutnya dikatakan politik etis terutama menekankan pendidikan untuk lapisan atas
masyarakat pribumi dengan maksud secara berlahan-lahan mendudukkan orang-orang
pribumi pada jabatan yang sampai saat itu diduduki oleh orang-orang Belanda.
Politik etis menyajikan slogan yang indah untuk menutupi metode-metode
eksploitasi model raksasa. Perorangan mungin bersikap etis terhadap bangsa Indonesia
akan tetapi perusahaan akan tidak didasarkan atas motif etis melainkan motif ekonomis,
karena kepentingan mereka untuk menjaga upah kerja serendah agar menjamin
keuntungan yang maksimal bagi perusahaan-perusahaan Belanda.
C. Ciri Umum Pendidikan Belanda
Pendidikan kolonial erat hubungannya dengan politik mereka pada umumnya,
yaitu suatu politik yang didominasi oleh golongan yang berkuasa dan tidak didorong
oleh nilai-nilai etis dengan maksud untuk membina kematangan politik dan
kemerdekaan tanah jajahannya.
Pada permulaan abad ke-20, pendidikan merupakan sesuatu yang berharga
sebagai kunci menjadi pegawai pemerintah. Maka banyak desakan dari rakyat untuk
melanjutkan sekolah semakin kuat sehingga pemerintah tidak dapat lagi mengundur-
undurkan perkembangan sistem pendidikan yang memungkinkan anak Indonesia

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 25


mencapai perkembangan yang setingginya. Dengan begitu pemerintah Belanda banyak
mendirikan sekolah-sekolah, akan tetapi yang banyak melanjutkan pelajaran adalah
rakyat Belanda sedangkan rakyat Indonesia hanya sedikit. Pendidikan di Indonesia yang
didirikan pemerintah Belanda menekankan perbedaan yang tajam antara pendidikan
Belanda dan pendidikan pribumi. Dimana sistem pendidikan terdiri terbagi dalam
katagori yang jelas yaitu Sekolah Belanda dan Sekolah Pribumi. Sekolah berorientasi
barat diselenggarakan dalam bahasa Belanda, sedangkan untuk sekolah untuk pribumi
dalam bahasa daerah.
Pemerintah memainkan peranan penting dalam segala masalah pendidikan, tak
ada perubahan sekecil apa pun tanpa sepertujuan Gubernur Jenderal (Direktur
Pendidikan). Dalam melaksanakan tugasnya yang luas, Gubernur Jenderal dibantu oleh
sekertariat umum yang mengurus segala korespondensi dengan kepala-kepala
departemen, selain itu Gubernur Jenderal juga dibantu oleh Departemen pendidikan.
Sebelum mengambil keputusan Gubernur Jenderal miminta keterangan yang diperlukan
dari direktur departemen, misalnya Direktur Pendidikan akan meminta keterangan
terperinci dari para inspektur untuk memperoleh gambaran yang teliti dan nyata tentang
suatu masalah. Setelah itu informasi tersebut akan dikirimkan kepada Gubernur Jendral
beserta dan saran-sarannya.
Sekolah pertama yang didirikan di Indonesia oleh pemerintah Belanda untuk
menjadi pegawai di pemerintahan. Kedudukan sebagai pegawai pemerintah sangat
dihargai pada zaman kolonial yang birokratis, dimana pegawai pemerintah adalah
pendukung otoritas kekuasaan pemerintah Belanda. Satu-satunya jalan keluar orang
Indonesia agar mendapatkan pekerjaan di Pemerintahan Belanda maka orang Indonesia
harus sekolah, karena sekolah pada waktu itu dipandang sebagai persiapan untuk
menjadi pegawai. Untuk mempermudah perpindahan murid-murid dari Indonesia ke
Belanda maka pendidikan di Indonesia disamakan dengan pendidikan dinegeri Belanda
dengan tujuan agar sekolah-sekolah mencapai mutu yang sama dalam segala hal dengan
yang ada di negeri Belanda. Sekolah-sekolah Belanda di Indonesia berhasil dalam
mencapai standar seperti di negeri Belanda.
Ciri khas sekolah yang didirikan oleh pemerintah Belanda adalah bahwa
masing-masing sekolah berdiri sendiri tanpa hubungan organisasi antara yang satu
dengan yang lainnya dan tidak ada jalan untuk melanjutkannya. Baru sekitar tahun

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 26


1910, Gubernur Jendral Idenburg mengirim surat kepada Menteri Jajahan tentang
rencananya untuk menyatukan sekolah yang dulunya lepas-lepas menjadi suatu
kesatuan yang bulat.

D. Sekolah-Sekolah sebagai Implementasi Politik Etis


Sejak dilaksanakan politik etis, memberikan pengaruh yang sangat besar dalam
bidang pendidikan yaitu dengan diperbanyaknya sekolah rendah, sekolah berorientasi
barat untuk orang Cina dan Indonesia juga didirikan. Pendidikan juga berkembang
secara vertikal dengan didirikannya ELS, MULO dan AMS yang lebih terbuka bagi
anak-anak Indonesia daripada HBS dan menjadi pintu masuk ke Universitas. Selama
periode inilah akhirnya sistem pendidikan mencapai kelengkapannya.
Akan tetapi, pengadaan berbagai jenis sekolah agaknya bukan semata-mata
untuk kepentingan kemajuan rakyat pribumi melainkan yang utama ialah untuk
kepentingan Belanda saja. Para pengusaha Belanda menyadari bahwa daya beli di
Hindia-Belanda harus diperkuat, artinya bahwa hidup orang-orang pribumi yang sangat
sukar dan sengsara itu harus diperbaiki. Mereka mendesak supaya pemerintah Belanda
segera mengadakan berbagai aturan yang dapat memperbaiki kehidupan rakyat pribumi
Indonesia. Dengan adanya masyarakat terdidik maka daya beli di Indonesia akan kuat,
akan tetapi kesejahteraan rakyat Indonesia tak kunjung tiba. Pendidikan yang baik
hanya terbatas pada golongan atas, sedangkan untuk rakyat Indonesia pendidikan dijaga
agar tetap rendah dan sederhana. Hampir-hampir tidak ada jalan untuk melanjutkan
sekolah yang lebih tinggi agar mendapatkan kedudukan yang lebih baik.
Pendidikan yang berorientasi barat hanya terbatas untuk golongan kecil,
walaupun demikian golongan kecil menjadikan golongan elite intelektual baru yang
dapat memberikan nasionalisme Indonesia yang anti barat. Jadi, pendidikan yang
seyogyanya mendekatkan bangsa Belanda dan Indonesia dalam kenyatannya
menjauhkan mereka.
E. Tingkat Pendidikan untuk Masyarakat Pribumi Indonesia pada Masa
Penjajahan Belanda abad ke- 20
a. Sekolah Dasar (Lager Onderwijs)
Sekolah Dasar pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia dibedakan
menjadi dua, yaitu Sekolah Kelas Satu yang menggunakan bahasa pengantar

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 27


Belanda dan Sekolah Kelas Dua yang menggunakan bahasa daerah (bahasa
Melayu).
1) Sekolah Kelas Satu
Sekolah Kelas Satu merupakan sekolah untuk golongan atas yang
meliputi anak-anak orang Belanda, golongan timur asing khususnya China, dan
sekolah untuk golongan bumiputera (bangasan dan pemimpin adat, ulama)
sehingga dapat dikatakan Sekolah Kelas Satu adalah sekolah terbaik yang
tersedia bagi anak-anak Indonesia hanya terdapat dikota-kota penting Jawa.
Adapun Sekolah Kelas Satu meliputi;
 Europase Lagere School (ELS)
Europa Lagere School merupakan sekolah
untuk anak-anak keturunan Belanda dengan
tujuan menjadikan anak warga negara yang
baik. Sekolah ini berdiri pada tahun 1833,
dengan meminta bayaran pada sekolah sebesar
ƭ 6,- perbulan. Bagi mereka yang tidak mampu
harus memasuki ELS bukan pertama, ELS
pertama menyajikan pendidikan yang lebih
Gambar samping ELS tinggi mutunya tidak menerima anak-anak
Indonesia sekalipun anak ningrat tinggi.

Kurikulum yang diberikan di ELS terdiri atas mata pelajaran membaca,


menulis, berhitung, bahasa Belanda, sejarah, ilmu bumi, dan pelajaran
lainnya. Menurut peraturan kurikulum dapat diperluas dengan mata pelajaran
yang lebih tinggi seperti ilmu alam, dasar-dasar bahasa Prancis, bahasa
Inggris, dan bahasa Jerman., sejarah umum atau sejarah Dunia, matematika,
pertanian, menggambar tangan, pendidikan jasmani, pekerjaan tangan, dan
menjahit bagi anak wanita. Bahasa Perancis pada tahun 1868, dimasukkan ke
ELS sebagai mata pelajaran penting karena merupakan syarat untuk masuk
HBS. Murid-murid ELS dapat menempuh dua macam ujian yaitu pegawai
rendah (Klein Ambtenaars examen) setelah kelas 6 dan ujian masuk HBS

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 28


(Hogere Burgerschool, sekolah menengah, setaraf dengan SMP dan SMA
sekarang) setelah lulus kelas 7.
Menurut laporan inspeksi 1891 dan selanjutnya, gedung ELS selalu
dalam kondisi baik. Perabot, buku, dan alat pengajaran lainnya selalu
lengkap, ini menunjukkan bahwa sekolah untuk anak-anak Belanda
merupakan sekolah yang paling baik dan lengkap. Sejak tahun 1905, setiap
ELS mempunyai perpustakaan yang senantiasa diperluas karena untuk tiap
murid kelas 3-7 disediakan ƭ 0,40,- setahun untuk perpustakaan sekolah,
sedangkan untuk instalasi pertama diberikan sebanyak ƭ 40,- dengan rata-rata
sekitar 3.600 buku persekolah.
Berbagai usaha dijalankan untuk memperoleh guru yang berkualitas
tinggi dengan mendatangkan dari negeri Belanda dan melatihnya di Indonesia
atau menyuruh pemuda ke Nederland untuk pendidikan guru. Menurut
peraturan suatu sekolah dapat dibuka bila jumlah murid mencapai 20 orang di
Jawa dan 15 orang di luar Jawa. Pada mulanya tiap ELS mempunyai 3 kelas
yakni kelas rendah, menengah dan atas. Bila jumlah murid kurang dari 30
orang maka seorang kepala sekolah yang menanganinya, untuk murid yang
berjumlah 30-60 orang maka yang menanganinya kepala sekolah dan seorang
guru, dan untuk siswa yang berjumlah 70-119 maka yang menanganinya
adalah seorang kepala sekolah dan dua orang guru.
Inspeksi merupakan aspek penting dalam sistem pendidikan Belanda
yang sudah diatur dalam peraturan sekolah tahun 1818. Tugas inspeksi ini
mengunjungi tiap sekolah dalam seminggu sekali dengan tujuan untuk
memeriksa apakah kurikulum resmi resmi diikuti dengan cermat, dimana
mereka melihat materi yang diberikan guru dan memberikan saran-saran
perbaikan dengan cara yang tenang dan bijaksana.
Dalam hal penerimaan siswa, ELS menerima semua murid yang berasal
dari orang Eropa dan bahkan jika salah satu orang tuanya orang Barat maka
anaknya yang sebenarnya tidak sah orang Barat, mereka masih diberi
kesempatan untuk masuk ke ELS. Selain itu, orang Afrika dan anak-anak dari
serdadu dari Manado, Ternate, Ambon, dan Tidore asal beragama kristen
maka diperbolehkan masuk.

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 29


 Hollands Chinese School (HCS)
Pada tahun 1900, di Indonesia berdiri perkumpulan Cina yaitu Tung Hoa
Hwee Kuan (THHK) yang pada awalnya mendirikan gedung pertemuan
untuk menyebarkan kebiasaan dan moral Cina menurut ajaran Kong Fu Tse.
Perhatian mereka tertuju kepada pendidikan dengan mendirikan sekolah.
Pada mulanya bahasa Belanda termasuk dalam kurikulum, akan tetapi
ternyata orang Belanda tidak terlalu suka menggunakan bahasanya terhadap
bukan Belanda. Begitu sulitnya untuk memasuki ELS maka orang Cina
meminta orang Belanda untuk menjadi gurunya dengan memberikan gaji
yang tinggi, akan tetapi permintaan mereka ditolak. Akibat dari tolakan
tersebut, orang Cina meminta bantuan dari Kaisar Cina supaya guru Belanda
diganti dengan guru orang Inggris dan bahasa Belanda dihapuskan dalam
kurikulumnnya. Dengan senang hati orang Inggris bersedia menyebarluaskan
bahasa mereka, sehingga semakin lama maka semakin banyak pula orang
Cina mengirimkan anaknya ke Rafles Institute di Singapura. Sebagai
konsekuensi, kebangkitan nasional itu bahasa Cina menjadi pusat pendidikan.
Orang Cina memandang rendah terhadap bahasa dan kebudayaan Belanda
bahkan dirasakan timbulnya suasana anti Belanda. Keadaan itu menyadarkan
pemerintah Belanda bahwa mereka harus meninggalkan politik non-intervansi
dalam pendidikan anak Cina, lalu pemerintah Belanda memutuskan untuk
membuka Hollands Chinese School (HCS) pada tahun 1908. Tujuan didirikan
sekolah tersebut agar bahasa Belanda dapat dimengalahkan dorongan
mempelajari bahasa dan kebudayaan Cina.
Kurikulum yang digunakan HCS sama dengan ELS supaya memberikan
pendidikan Belanda yang murni kepada anak-anak Cina. Kebanyakan HCS
mempunyai kelas persiapan untuk anak-anak berusia 5 tahun agar lebih
mudah mengikuti pelajaran di kelas satu. Pemerintah Belanda tidak mau
membiayai sekolah tersebut walapun mereka membayar pajak dengan baik.
Orang Cina tidak mau menggunakan bahasa Melayu karena mereka
menganggap bahasa Melayu dipandang sebagai bahasa pasar dan digunakan
oleh pembantu. Orang Cina hanya menginginkan kebudayaan barat dan

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 30


banyak diantara mereka yang menggunakan bahasa Belanda dalam rumah
tangga dan pergaulannya sehari-hari.
Guru yang mengajar orang Cina adalah lulusan dari HCK (Hollands
Chinese Kweekschool) yang berdiri tahun 1917 di Meester Cornelis, Batavia.
Dimana calon guru diambil dari siswa lulusan HCS dan ELS serta dari
MULO. Uang sekolahan, perumahan di asrama dan buku-buku dibebaskan
dari bayaran, untuk pelajar wanita disediakan asrama khusus. Selain itu,
setiap siswa diberi uang saku sebanyak ƭ 20,- perbulan.
Inspeksi yang ditempatkan di HCS sama dengan ELS karena mempunyai
kurikulum yang sama. Dua orang Cina yang berpendidikan baik ditunjuk
sebagai anggota komisi sekolah Belanda. Penerimaan siswanya dibuka
kepada siapa saja yang menginginkan pendidikan barat, kebanyakan HCS
dimasukin oleh orang-orang Cina-Indo yang lahir di Indonesia. Hal ini mudah
dipahami karena mereka tidak memahami bahasa Cina dan karena itu tidak
tertarik pada sekolah Cina nasional.
Adapun syarat untuk masuk HCS bagi anak Cina lebih mudah, yaitu
maksimal berumur 7 tahun dan bahasa Belanda tidak diberlakukan secara
ketat. Kesempatan belajar bagi anak Cina pada tahun 1908, lebih baik dari
pada untuk anak Indonesia karena setiap tahunnya adanya peningkatan-
peningkatan jumlah muridnya yaitu tahun 1908 dengan 4 sekolah dan
siswanya 821, tahun 1915 dengan 29 sekolah dan siswanya 5.323, dan pada
tahun 1920 dengan 34 sekolah dan siswanya 7.785. Secara proporsional
mereka lebih banyak memasuki universitas daripada orang Indonesia.

 Hollands Inlandse School (HIS)


Didirikan sekolah HIS karena adanya keinginan yang kian menguat
dikalangan orang-orang Indonesia untuk memperoleh pendidikan khususnya
pendidikan barat. Keinginan itu adalah konsekuensi yang wajar dari
perubahan kondisi sosial politik di Timur jauh. Hingga akhinya,tak dapat
dibendung lagi pendirian HIS setelah HCS berdiri. Pemerintah Belanda
menemukan ide untuk menggambungkan HIS pada MULO, karena ada
keterkaitan antara pendidikan pribumi dengan pendidikan barat. Oleh karena

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 31


itu, kurikulumnya harus diperluas dengan sejumlah mata pelajaran seperti
sejarah dan geografi. Dengan demikian Sekolah Kelas Satu sesungguhnya
telah menjadi HIS dan nama Hollands Inlandse School yang secara resmi
didirikan pada tahun 1914.
Kurikulum yang digunakan di HIS tercantum dalam statua 1914 No. 764
meliputi semua mata pelajaran ELS bukan kelas satu, dengan perbedaan
bahwa diajarkan membaca dan menulis bahasa daerah dalam aksara latin dan
bahasa Melayu dalam tulisan Arab dan Latin. Pada tahun 1915, kurikulumnya
tidak meliputi sejarah, bernyanyi, dan pendidikan jasmani karena sejarah
dianggap sensitif dari segi politik sedangkan untuk bernyanyi dan pendidikan
jasmani belum ada guru yang kompeten. Membaca dikelas satu bertujuan
untuk menguasai keterampilan membaca, Ilmu Bumi diberikan sejak kelas 3
dan untuk bahasa yang diberikan adalah bahasa daerah, Melayu, dan Belanda.
Agar lulus dalam HIS maka ada ujian pegawai rendah (Klein Ambtenaars
examen), dan apabila dalam ujian tersebut lulus maka siswanya dapat
diterima di STOVIA (School tot opleiding van Indische Artsen) atau disebut
juga denga “Dokter Jawa” dan MULO. Selain itu mereka dapat memasuki
Sekolah Guru, Sekolah Normal, Sekolah Teknik, Sekolah Tukang, Sekolah
Pertanian, Sekolah Menteri Ukur.

Adapun guru yang mengajar di HIS adalah guru lulusan HKS (Hogere
Kweekschool) yang pertama kali dibuka di Purworejo pada tahun 1914.
Siswa yang bisa masuk di HKS adalah siswa yang terbaik dari lulusan
Kweekschool. Guru-guru HKS sebagia besar adalah golongan rendah,
sedangkan yang dari golongan priayi hanya sedikit. Jadi, HKS adalah sekolah
untuk elit intelektual bukan golongan elit sosial.
Sebagai konsekuensi peralihan Sekolah Kelas Satu menjadi HIS maka
sekolah ini termasuk pengawasan inspektorat sekolah Belanda. HIS dapat
menerima siswanya dari bumiputera golongan atas seperti golongan
bangsawan, dan pegawai negeri.
2). Sekolah Kelas Dua

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 32


Sekolah Kelas Dua merupakan sekolah untuk pribumi biasa dengan
kurikulum yang diajarkan hanya meliputi pelajaran membaca, menulis, dan
berhitung. Sekolah ini berdiri tahun 1892 dengan lama belajarnya selama 7
tahun dan bahasa pengantarnya adalah bahasa daerah. Ada kemungkinan
perluasan kurikulum jika ada persetujuan inspekstur dengan ketentuan bahasa
Belanda tidak boleh diajarkan. Menggambar mulai diajarkan pada tahun 1892,
serta bernyanyi diajarkan pada kelas 3 pada saat itu juga. Akan tetapi, beberapa
tahun kemudian tepatnya tahun 1912 dihapus.
Buku yang digunakan oleh Sekolah Kelas Dua adalah “Emboen”
merupakan buku bacaan karangan G.F.Lavell dan M.Taib yang berisi
pendidikan moral seperti cinta akan binatang, kehematan, hormat terhadap
orang lain, hukuman, pelanggaran, hadiah dan lain-lain. Selain itu buku yang
diberikan adalah “Taman Sari” merupakan buku karangan dari J.Kats yang
berisi tentang kelakuan baik dan buruk, serta sifat-sifat manusia. Buku yang
diberikan pemerintah Belanda tersebut tidak mengandung bahan nasional dan
tidak mengembangkan rasa rasional.
Tempat yang digunakan oleh Sekolah Kelas Dua untuk belajar adalah
berbagai macam gedung seperti gereja, sekolah yang didirikan oleh penduduk,
dan rumah sewaan. Biaya alat pelajaran untuk setiap sekolah tidak melebihi ƭ
200,- pertahun atau kurang dari ƭ 1,50,- untuk setiap murid pertahun. Guru
yang mengajar di Sekolah Kelas Dua adalah guru yang kurang kompeten. Para
inspekturnya yang datang ke sekolah ini jarang ditemui karena hanya satu
tahun atau dua tahun sekali. Adapun sekolah yang termasuk sekolah dengan
bahasa daerah adalah:

 Sekolah Desa (Volksschool)


Pada tahun 1907 didirikan sekolah baru
yaitu Sekolah Desa. Sekolah ini
menggunakan kurikulum meliputi membaca
dan menulis, berhitung dengan lama belajar 3
tahun yaitu yang dimulai dari kelas I, kelas II,
dan kelas III. Karena Sekolah Desa

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 33


merupakan sekolah sederhana dan murah, maka Van Heutz tidak perlu
mencari guru yang kompeten dan menganggap juru tulis desa sudah memadai.
Guru yang mengajar sekolah ini adalah guru lulusan Sekolah Kelas Dua
dengan gaji yang diberikan sebesar 15,- yang diperoleh dari pemerintah dan
sebagian lagi dari uang sekolah murid serta bunga dari lumbung desa. Guru
tersebut dibebaskan dari kerja rodi.
Sekolah Desa didirikan berdasarkan prinsip membantu diri sendiri
dengan gotong royong, dalam praktiknya ternyata bantuan pemerintah sangat
diperlukan untuk mengatasi kesulitan pertama yaitu untuk mendapatkan bahan
yang tidak dapat diperoleh dari lingkungan seperti semen, paku, dan lain-lain.
Pemerintah menyediakan maksimum ƭ50,- untuk pembangunan gedung sekolah
dan ƭ25,- untuk perabot serta kayu dapat diperoleh dari hutan pemerintah.
Dalam kelas tersebut terdapat kayu panjang yang diisi oleh 4 siswa, buku
pelajaran diberikan pemerintah akan tetapi buku dan alat tulis harus beli
sendiri, lemari, papan tulis, dan peta.
Pada tahun 1911 diangkat seorang inspektur yang bertanggung jawab
atas semua Sekolah Desa diseluruh Hindia Belanda dibawah naungan
Departemen Dalam Negeri, akan tetapi dalam segala hal harus diberi informasi
kepada Direktur Departemen Pengajaran dan Agama. Dalam melaksanakan
tugasnya inspektur itu dibantu oleh 3 asisten inspektur, dan disamping itu
penilik kepala serta penilik orang Indonesia dengan diberi gaji ƭ 10,- perbulan.
Mereka bertugas untuk mengunjungi setiap sekolah minimal sekali setahun
untuk mengetahui akan keadaan sekolah .
Keadaan murid pun setiap tahunnya terus bertambah dengan cepat, yaitu
di tahun 1907 jumlah muridnya 70.000, tahun 1910 jumlah muridnya 300.000,
dan tahun 1914 jumlah siswanya 40.000 pertahun. Jumlah siswa yang terputus
sekolahnya juga sangat tinggi khususnya dikelas rendah, hal itu disebabkan
karena tidak teraturnya menghadiri pelajaran, sakit atau meninggal, serta
adanya siswa yang pindah ke desa lain.
 Sekolah Lanjutan (Vervolgschool)
Sekolah ini didirikan pada tahun 1914 dengan lama belajar 2 tahun.
Sekolah ini merupakan lanjutan dari Sekolah Desa (Volksschool) maka bagi

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 34


siswa yang berminat bisa meneruskan ke Sekolah Lanjutan atau Vervolgschool
(Sekolah Ongko Loro) sampai tamat kelas 5. Kesulitan keuangan pemerintah
(1922-1923) mempercepat perpaduan itu dengan Volksschool sebagai
subrastruktur Vervolgschool dengan mengadakan kurikulum di Sekolah Desa.
 Sekolah Peralihan (Schakelschool)
Bagi orang desa yang berpikiran maju dan ingin menyekolahkan anaknya
ke sekolah Belanda, setamat dari kelas 3 ini bisa meneruskan ke Schakel
School. Schakel School adalah Sekolah Rakyat untuk persamaan dengan murid
yang berasal dari Tweede Inlandsche School dan masa pendidikan adalah
selama 5 tahun, sehingga lulusannya dipersamakam dengan lulusan HIS.
Sedangkan bagi yang tidak berminat bisa mengakhiri dengan tamat kelas 3,
(dan memang banyak yang demikian), diberikan ijasah yang ditanda tangani
oleh Kepala Sekolah dan disyahkan oleh Bupati.

F. Sekolah Menengah
 Meer Uitgebreit Lager Onderwijs (MULO)
MULO merupakan sekolah pertama yang tidak mengikuti pola
pendidikan di Belanda, namun tetap merupakan pendidikan yang berorientasi
barat dan tidak mencari penyesuaian dengan keadaan Indonesia. MULO adalah
sekolah lanjutan bagi anak ELS, HCS, dan HIS yang berdiri tahun 1914.
Sekolah ini menggunakan kurikulum meliputi membaca, bahasa Belanda,
menulis (okasional), berhitung, Sejarah (Jajahan dan Dunia), Geografi, Ilmu
Alam, bahasa Perancis, bahasa Inggris, bahasa Jerman, dan menggambar. Pada
tahun 1919 juga diberikan tambahan yaitu bahasa Melayu sebagai tambahan.
Fungsi MULO yang penting ialah memberikan dasar yang lebih baik bagi
pendidikan kejuruan dan bagi lanjutan pelajaran. Namun, dari pihak tertentu
timbul keberatan untuk memberikan status sekolah lanjutan kepada MULO.
Hubungan antara MULO dan HBS tak kunjung tercapai, akan tetapi sebagai
penggantinya adalah AMS.
Guru yang mengajarkan di MULO harus mempunyai kompetensi tinggi
karena pelajaran di MULO melebihi apa yang diajarkan di sekolah rendah.
Mereka harus memiliki ijasah HA (Hoofdacte) atau akta kepala sekolah serta

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 35


ijasah pelajaran tertentu. Pemerintah menggalakkan kursus-kursus dan
menyediakan macam-macam ujian untuk memperoleh diploma, kursus tersebut
ditempuh selama 2 tahun. Setelah MULO berkembang menjad subtruktur AMS
maka setiap mata pelajaran diberikan oleh seorang guru khusus. Guru MULO
mendapat tambahan gaji sehingga kedudukannya terhormat, kecuali guru
bahasa Melayu atau daerah. Bagi guru Indonesia tidak mungkin untuk
mencapai gelar HA, kecuali bila ia belajar di Nederland dan karena itu
kesempatan mengajar di MULO merupakan monopoli guru-guru Belanda.
Inspeksi di MULO adalah inspeksi pendidikan rendah, karena pada dasarnya
MULO adalah sekolah rendah.
Dalam melakukan penerimaan siswa di MULO dilihat dari 3 macam,
yaitu kebangsaan, sex, dan status sosial orang tua. Adapun Penerimaan siswa
menurut kebangsaan di MULO pada tahun1914 adalah mengambil siswa
lulusan dari sekolah rendah bahasa Belanda yaitu ELS, HCS, dan HIS. Dari
ketiga macam lulusan sekolah rendah tersebut yang menjadi sumber utama
adalah HIS. Menurut sex, karena adat istiadat belum diterimanya ide tentang
wanita sebagai pegawai kantor, pertimbangan finansial yang mendahulukan
anak pria. Perkawinan gadis pada usia muda dapat dipandang sebagai alasan
maka jumlah murid wanita lebih kecil dari murid pria Indonesia. Sedangkan
untuk orang Belanda tidak ditemui keberatan-keberatan serupa itu, bahkan di
MULO anak wanita Belanda senantiasa melebihi jumlah anak pria karena
mereka lebih menyukai MULO yang lebih singkat dari pada HBS. Pada tahun
1920 jumlah anak wanita belanda 57%, Indonesia 17,2%, dan Cina 14,2%
dibanding dengan jumlah murid pria.
Menurut status sosial orang tua siswa, pada dasarnya sekolah berbahasa
Belanda untuk golongan elit namun dalam praktiknya juga dimasuki oleh anak-
anak dari golongan rendah. MULO memberikan kesempatan melanjutkan
pelajaran, membuka kesempatan untuk memperolah kedudukan yang baik yang
sediakala ditempati oleh kaum ningrat. Orang tua siswa yang dari golongan
rendah rela mengirimkan anaknya ke MULO yang relatif sangat mahal dengan
pengorbanan yang luar biasa dengan harapan mendapatkan kedudukan yang
lebih baik dimasa depan anaknya. Jadi, MULO merupakan alat penting dalam

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 36


mobilitas sosial. Kesempatan belajar di MULO untuk anak Indonesia dilakukan
melalui seleksi yang ketat, dibandingkan dengan anak Belanda yang lebih
mudah untuk memasuki MULO dan HBS sehingga prestasi untuk Indonesia
lebih baik daripada yang lainnya. Mereka yang berhasil menamatkan MULO
ke Sekolah Kejuruan, HBS, maupun AMS.
 Hogere Burgersschool (HBS)
Sejak tahun 1839 telah dipikirkan tentang perlunya sekolah menengah di
Indonesia sehingga anak-anak tidak perlu pergi ke Nederland. Pada tahun
1848, tokoh di Indonesia mengadakan rapat di Batavia untuk mengajukan
permohonan kepada raja Belanda agar didirikan sekolah menengah. Hingga
pada akhirnya raja Belanda menyetujui pendirian sekolah menengah dan
memperkenankan namanya diberikan kepada
sekolah itu yang menjelma menjadi Gymnasium
koning Willem III, yang mendapat dukungan dari
semua pembesar Indonesia tepatnya tahun 1860.
Tujuan dari sekolah ini ialah mempersiapkan siswa
untuk universitas dan jabatan yang tidak
memerlukan diploma universiter. Gymnasium ini
terbagi menjadi dalam dua bagian, yaitu (1) Seksi
A, dengan lama studi 6 tahun untuk mereka yang
ingin melanjutkan pelajaran di universitas dan
menyajikan program klasik.
(2) Seksi B, lama studi 4 tahun yang memberi
persiapan untuk akademi militer, perdagangan, dan
industri di Delft.
Seksi A yang memberikan pendidikan klasik tidak baik
perkembangannya. Siswa sejak mulanya 5 orang dan setelah pada tahun 1866,
siswa terakhir meninggalkannya maka sekolah itu ditutup secara resmi pada
tahun 1868. Sedangkan untuk Seksi B, terjadi Gymnasium direorganisasi yaitu
perubahan sekolah menjadi bentuk baru yakni HBS (Hogere Burgerschool)
tepatnya tahun 1867 dan untuk pertama kalinya dianjurkan oleh menteri liberal
Thorbecke pada tahun 1863.

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 37


HBS adalah sekolah lanjutan kelanjutan dari ELS yang disediakan untuk
golongan eropa, bangsawan golongan bumi putra, atau tokoh-tokoh terkemuka.
Dalam menempuh Sekolah di HBS lama belajarnya adalah 5 tahun untuk
mempersiapkan pegawai tinggi yang sejak 1842 merupakan wewenang
Akademi di Delf, dan untuk menjadi pegawai tinggi maka seseorang
diwajibkan untuk memiliki Ijasah Pegawai Tinggi yang berlangsung sampai
1913. HBS di Indonesia pertama kali didirikan di Jakarta (1867), Surabaya
(1875), Semarang (1877).
Kurikulum HBS di Indonesia tidak berbeda dengan yang dinegeri
Belanda, dan tidak banyak mengalami perubahan karena dirasa sudah sesuai.
Kurikulum tersebut terdiri atas 19 mata pelajaran yaitu meliputi berhitung dan
Aljabar, Matematika, Mekanika, Fisika, Kimia, Botani, Biologi, Kosmografi,
Undang-undang Negara, Ekonomi, Tata buku, Sejarah, Geografi, Bahasa
Belanda, Bahasa Perancis, Bahasa jerman, Bahasa Inggris, Menggambar
Tangan, dan Menggambar Garis. Siswa HBS harus menguasai Matemati, Ilmu
Pengetahuan Alam, dan Bahasa karena pada akhir sekolah akan diberikan ujian
meliputi semua bahan yang telah diajarkan selama 5 tahun. Sedangkan untuk
Bahasa Klasik, Latin dan Grik (Yunani) tidak diberikan, sehingga
menimbulkan masalah karena beberapa fakultas seperti hukum, teologi,
kesusasteraan, dan kedokteran mempersyaratkan penguasaannya. Dengan tidak
diberikannya bahasa tersebut, maka siswa harus belajar sendiri dan menempuh
ujian negara dalam bahasa klasik jika ingin memasuki fakultas itu.
Guru yang mengajar di HBS harus mereka yang memiliki ijasah Ph.D
(Doktor) atau diploma MO. Diploma MO-B adalah ijasah tertinggi yang dapat
dicapai oleh seorang guru, yang dapat disamakan dengan gelar Doktor. Namun
karena sulitnya memperoleh guru dengan kualifikasi demikian maka
dipekerjakan juga guru yang berijasah rendah. Mereka yang berijasah Ir,
perwira AD dan AL, pemegang diploma MO-A (wewenang mengajar pada tiga
tahun pertama di HBS) bahkan yang berijasah HA (Hoofdacte) untuk
sementara dapat dipekerjakan pada HBS, khususnya pada kelas rendah. Dalam
HBS tidak terdapat inspeksi, urusan dan pengawasan HBS diserahkan kepada
Badan Pengawas yang beranggotakan tokoh-tokoh pemerintah tertinggi seperti

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 38


presiden Dewan Hindia Belanda dan pembesar-pembesar lainnya. Hal ini
menunukkan betapa besarnya perhatian pemerintah akan sekolah ini yang
tentunya menambah prestise HBS.
Dalam penerimaan siswa, HBS melakukan melalui seks dan kebangsaan.
Berdasarkan seks, hampir setengah abad HBS tidak menerima siswa wanita,
akan tetapi banyak yang menentang koedukasi sehingga pada tahun 1882
dibuka HBS untuk wanita di Jakarta akan tetapi siswi yang ingin masuk dari
luar Jakarta sulit karena orang tuanya keberatan anak gadisnya pergi ke Jakarta
meninggalkan rumah orang tuanya. Sedangkan di Semarang (1879) anak
perempuan bisa masuk HBS sebagai murid, akan tetapi banyak pro dan kontra
karena ditakutkan murid perempuan menimbulkan berbagai masalah bahwa
anak-anak pria pada usia itu secara moral dan sosial belum dapat bergaul gadis-
gadis. Hingga pada akhirnya pada tahun 1891, murid perempuan diterima dan
ternyata kehadiran siswa gadis tersebut memperbaiki suasana sekolah. Dalam
hal akademis siswa gadis tidak kurang daripada anak laki-laki, dan mengalami
peningkatan pada tahun 1919 yaitu 1/3 dari jumlah murid laki-laki.
Sedangkan penerimaan murid dari kebangsaan yaitu sewaktu
Gymnasium Koning Willem III yang didirikan pada tahun 1860 siswanya
hanya orang Belanda, akan tetapi setelah 14 tahun kemudian anak Indonesia
pertama diterima (1874) dan anak Cina pertama pada tahun (1877). Jumlah
anak Indonesia di HBS pada tahun 1900 hanya 2%, tahun 1915 hanya 6,1%
dari 915 murid. Faktor yang menyebabkan kecilnya jumlah itu antara lain
sulitnya anak Indonesia memasuki ELS kelas satu untuk mempelajari bahasa
Perancis, tingginya uang sekolah (ƭ 15,-), tidak adanya hubungan antara HIS
dengan HBS serta terbukanya kesempatan memasuki MULO. Pada tahun 1910,
jumlah anak Cina melampaui jumlah anak Indonesia dan memegang posisi
dalam dekade-dekade berikutnya.

Persentasi putus sekolah di HBS termasuk tinggi, 50% mencapai tingkat


IV, 25% berhasil lulus dengan memperoleh ijasah. Anak Indonesia
menunjukkan hasil yang lebih baik dibanding dengan siswa bangsa lain,
walaupun sebenarnya sekolah itu untuk anak-anak Belanda. terputusnya siswa

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 39


di HBS disebabkan karena faktor banyaknya jumlah mata pelajaran, tingginya
syarat akademis, dan intelektual yang dituntut dari murid baik dalam bidang
bahasa, matematika, ilmu pengetahuan serta beratnya ujian yang harus
ditempuh.

 Algemene Middelbare School (AMS)


Dengan diresmikannya HIS dan MULO maka timbul ide untuk
mendirikan sekolah menengah khusus bagi anak-anak Indonesia yang berbeda
namun ekuivalen dengan HBS. Ada beberapa alasan mendirikan untuk
pendirian sekolah menengah menjadi diharuskan yaitu lulusan MULO yang
dihalangi memperoleh pendidikan yang sama dengan HBS akan segera
meminta agar diberi kesempatan untuk memasuki perguruan tinggi. Suatu
permintaan yang wajar dan perlu dipenuhi yang ditinjau dari segi politik
pendidikan.
Dirasakan bahwa anak Indonesia untuk memasuki universitas melalui
ELS – HBS dengan persyaratan bahasa Perancis sangat sulit, sehingga anak
Indonesia yang paling pandai pun dihalangi untuk meneruskan pelajarannya
karena ditakutkan nanti siswa Indonesia akan berusaha mencari pendidikan
tinggi di negara lain. Pada umumnya semua tokoh-tokoh pemerintahan di
Indonesia dan di Nederlands, termasuk tokoh Budi Utomo mendukung
pembukaan sekolah ini dan untuk itu didirikan suatu komisi penasihat tentang
sekolah menengah. Komisi ini berpendapat bahwa sekolah ini akan terbuka
bagi semua bangsa , menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar,
tidak memasukkan bahasa Perancis dalam program dan memasukkan dalam
sejumlah mata pelajaran menurut kebudayaan Indonesia, setidak-tidaknya
bahasa dan sastra suatu bahasa Indonesia.

Sekolah menengah ini merupakan superstruktur MULO yang terbagi


dalam dua bagian yaitu Bagian A yang mengutamakan sastra dan sejarah, dan
Bagian B yang mengutamakan matematika dan fisika. Untuk mencegah
perkembangan berat sebelah maka Bagian A diberikan matematika dan fisika,
dan Bagian B diberikan sastra dan sejarah.

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 40


Bagian A dibagi pula dalam A I untuk studi klasik Timur dan bagian A II
untuk studi klasik Barat. Bagian A I lebih lebih sesuai dengan kondisi
Indonesia, sedangkan A II antara lain mengajarkan bahasa Latin dan Yunani
yang sebenarnya tidak sesuai dengan Indonesia. Namun dalam kenyataan
bahasa Latin diperlukan untuk lanjutan studi diberbagai fakultas, bagian A I
lebih agak sulit bagi siswa yang hidup diluar kebudayaan hindu-Jawa yang
merupakan pokok pelajaran dalam bagian itu. Setelah 1903 bahasa Yunani
dihapuskan sebagai syarat perguruan tinggi dan karena itu juga tidak
dimasukkan dalam program sekolah ini.
Nama yang diberikan kepada sekolah menengah ini adalah Algemene
Middelbare School (AMS). AMS B pertama mengutamakan matematika dan
fisika yang secara resmi dibuka di Jakarta (1919), AMS AII mengutamakan
klasik Barat dibuka di Bandung (1920), dan untuk AMS A I mengutamakan
klasik Timur yang dibuka di Solo (1926) karena pusat kebudayaan Jawa.
Ijasah AMS disamakan dengan HBS untuk memasuki perguruan tinggi atau
menduduki jabatan tertentu.
Adapun kurikulum AMS terdiri atas (1) mata pelajaran umum yang
diharuskan bagi semua siswa yakni bahasa Melayu, bahasa Belanda, bahasa
Inggris, sejarah, geografi, undang-undang negara, matematika, botani, zoologi,
dan pendidikan jasmani. Setiap bagian AMS mempunyai mata pelajaran
khusus sesuai dengan hakikat bagian itu. AMS bagian AI klasik Timur
meliputi bahasa Jawa, arkeologi, etnologi Indonesia, fisika, kimia,
menggambar tangan, dan bahasa Jerman. Sedangkan bahasa Perancis dijadikan
elektif. AMS bagian AII klasik Barat meliputi mata pelajaran yang sama
seperti bagian klasik Timur kecuali bahasa Latin sebagai pengganti bahasa
Jawa, arkeologi serta tata buku.
AMS bagian B memusatkan studi pada matematika dan fisika, kimia,
matematika, kosmografi, gambar garis, dan bahasa Jerman. Sedangkan bahasa
Perancis dijadikan elektif. AMS bagian B memusatkan studi matematika 6
tahun agar tamat, jika dibandingkan 5 tahun di HBS. Akan tetapi biasanya
lamanya 7 tahun karena MULO bagi kebanyakan memerlukan 4 tahun
termasuk kelas persiapannya. AMS B dianggap sama dengan HBS dan

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 41


membuka kesempatan yang sama seperti HBS. AMS AII membuka
kesempatan melanjutkan pelajaran ke fakultas hukum, fakultas teologi dan
filologi dengan tambahan bahasa Yunani. Ijasah AMS AI membuka pintu ke
fakultas sastra dan fakultas hukum dengan tambahan bahasa Latin. Diferensi
AMS menjadi 3 bagian tidak memungkinkan siswa untuk berpindah jurusan,
dan harus mengikutinya sampai lulus. Kesulitan yang dihadapi di AMS adalah
lulusan AMS harus berorientasi pada pendidikan di Nederland dan tidak dapat
disesuaikan dengan keadaan di Indonesia.
Pada tahun 1919 AMS pertama dibuka dengan mayoritas siswa
Indonesia, yaitu 22 anak Indonesia, 15 anak Belanda, dan 5 anak Cina.
Walaupun orang Indonesia mayoritas, tetapi dalam bagian klasik Barat murid
Belanda melebihi murid Indonesia. Jumlah siswa yang keluar dari AMS lebih
rendah daripada sekolah lain, angkatan pertama yang masuk yang masuk
pertama pada tahun 1919 sebanyak 74,4% mencapai kelas tertinggi dan 71,4%
berhasil lulus pada ujian akhir. Seleksi yang ketat diantara murid Indonesia
menjadi penyebab hasil yang baik.
Guru-guru AMS harus memenuhi syarat yag sama dengan HBS dengan
harapan menghasilkan akademis yang sama dengan kedua lembaga pendidikan
itu. HBS tetap lembaga elite dengan uang sekolah minimal ƭ15,-, sedangkan
uang sekolah AMS ƭ7,50-. Penerimaan siswa di AMS didasarkan atas angka
ujian akhir MULO. Angka cukup untuk bahas Belanda dijadikan syarat
penerimaan dibagian klasik Barat, sedangkan untuk AMS B harus diperoleh
angka cukup untuk matematika dan fisika.
Supervisi AMS dan MULO diserahkan kepad inspekstur khusus untuk
sekolah menengah. Untuk menjamin peralihan yang lancar antara MULO dan
AMS, direktur MULO diberi kesempatan untuk menghadiri pelajaran dikelas I
AMS sedangkan direktur AMS diizinkan untuk menghadiri pelajaran dikelas
tertinggi MULO.
G. Pendidikan Kejuruan
Selain sekolah rendah bahasa pengantar Beladan dan daerah, MULO,
HBS, dan AMS. Pada tahun 1904, dibawah pemimpinan guberbur jendral J.B. van
Heutzs (pahlawan Belanda dalam perang Aceh) memberikan pendirian pendidikan

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 42


praktis (pendidikan kejuruan) karena didesak dari soal yang dikesankan dalam
surat-surat menteri jajahan sehingga kalangan Bumiputra pun dapat
merasakannya. Adapun Pendidikan Kejuruan yang didirikan oleh Gubernur
Jendral J.B. van Heutzs meliputi;

 Pada tahun 1906, J.E. Jesper sebagai pengganti Mr.J.G.Pott (pengganti


Abendanon) diberi tugas untuk memimpin penelitian Sekolah Kejuruan Teknik.
Ketika laporan Japer sudah selesai, ada kekhawatiran dari Snouck Hurgronce
yaitu jika dikalangan Bumiputra belum ada keperluan akan tenaga teknik
terdidik, dan Bumiputra nantinya akan dididik di Sekolah Teknik maka
penyalurannya hanya terbatas pada perusahaan Eropa yang terpusat di Surabaya,
dan laporan tersebut juga menegaskan bahwa lambat laun akan mendorong
tumbuhnya wirausaha dikalangan Bumiputra. Sehingga perlu didirikan Sekolah
Teknik, Sekolah Pertukangan yang didirikan pemerintah Belanda ada dua,
yaitu sekolah tukang dengan pengantar bahasa Daerah dan sekolah Tukang
dengan pengantar bahasa Belanda. Adapun sekolah Tukang pengantar bahasa
Daerah yaitu semacam balai latihan (Amachts leergang) yaitu sekolah yang
didirikan pada tahun 1906, sekolah ini menerima siswa lulusan Sekolah Dasar
Kelas Dua untuk dididik menjadi tukang-tukang dengan lama belajar tiga tahun.
Sehingga Sekolah Tukang ini harus disesuaikan dengan keadaan Sekolah Kelas
Dua. Sedangkan Sekolah Tukang pengantar bahasa Belanda (Ambachtsschool)
adalah sekolah yang menerima lulusan ELS, HIS, HCS dengan tujuan untuk
mendidik dan mencetak siswa menjadi mandor jurusanya antara lain montir
mobil, mesin, listrik, kayu dan piñata batu dengan lama belajar sekolah ini
adalah tiga tahun.
 Sekolah teknik (Technish Onderwijs) adalah kelanjutan dari Ambachtsschool
dengan pengantar bahasa Belanda yang lamanya sekolah 3 tahun. Sekolah
tersebut bertujuan untuk mendidik tenaga-tenaga Indonesia untuk menjadi
pengawas, semacam tenaga teknik menengah dibawah insinyur.
 Pendidikan Hukum (Rechtsschool) adalah sekolah untuk mendidik orang-orang
Indonesia agar dapat menjadi hakim Landraat yang merupakan pengadilan
sehari-hari bagi golongan pribumi, akan tetapi pada dasarnya demi kepentingan

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 43


Belanda sendiri yang memerlukan terpeliharanya ketertiban dan keamanan
diwilayah jajahannya untuk melancarkan penanaman modal dan
mengembangkan industri. Masa studi Rechtsschool adalah 6 tahun yang terbagi
dalam dua bagian, yaitu bagian “Persiapan” (voorbereidende afdeeling) selama 3
tahun, dan bagian "Keahlian Hukum" (rechtskundige afdeeling) untuk masa 3
tahun berikutnya. Yang dapat diterima menjadi murid Rechtschool adalah
lulusan HIS (Sekolah Dasar pada masa kolonial) yang harus masuk bagian
"Persiapan" terlebih dahulu. Bagi lulusan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs
(MULO - Sekolah Menengah Pertama pada masa kolonial), dan Sekolah
Menengah Pamong Praja atau MOSVIA dapat langsung diterima pada bagian
"Keahlian Hukum". Pada bagian "Persiapan" diberikan mata pelajaran: Bahasa
Belanda, Bahasa Perancis, Sejarah Umum, Matematika, dan Pengetahuan Alam
(seperti pelajaran pada tingkat MULO/SMP). Pada bagian "Keahlian Hukum"
diberikan mata pelajaran: Pengantar Ilmu Hukum, Tata Negara Belanda, Tata
Negara Hindia Belanda, Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Dagang,
Hukum Rakyat atau Volksrecht, Hukum Adat, Hukum Acara, Bahasa Melayu,
dan Bahasa Belanda. Sekolah Hukum pertama berdiri di Betawi tahun 1924.
 Pendidikan Dagang (Handels Onderwijs), bertujuan untuk menjadikan pegawai
yang nantinya akan memenuhi kebutuhan perusahaan Eropa yang berkembang
dengan pesat.
 Pendidikan pertanian (landbouw Onderwijs), didirikan pada tahun 1903 yang
menerima lulusan sekolah dasar dengan pengantar bahasa belanda. Ketika tahun
1911 mulai didirikan sekolah pertanian (cultuurschool) yang terdiri atas dua
jurusan yaitu pertanian dan kehutanan. Lama belajaranya sekitar 3-4 tahun dan
bertujuan untuk menghasilkan pengawas-pengawas pertanian dan kehutanan.
Pada tahun 1911 didirikan pula sekolah pertanian menengah atas (Middelbare
Landbouwschool) yang menerima lulusan MULO atau HBS yang lamanya
belajar 3 tahun.
 Pendidikan kejuruan kewanitaan (Meisjes Vakonderwijs). Pendidikan ini
merupakan kejuruan wanita yang termuda. Setelah itu juga didirikan sekolah
yang sejenis oleh swasta dan dinamakan Sekolah Rumah Tangga
(Huishoudschool) dengan lama belajarnya tiga tahun.

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 44


 Pendidikan keguruan (Kweekschool). Lembaga keguruan ini adalah lembaga
yang tertua dan sudah ada sejak permulaan abad ke-19. Sekolah guru negeri
yang pertama didirikan pada April 1852 di Surakarta yaitu untuk mencetak calon
guru-guru Sekolah Dasar di Jawa. Kendati diperlakukan kaidah “pendidikan
Jawa oleh orang Jawa”, kepala Sekolah Guru ini adalah orang Belanda yang
khusus belajar bahasa Jawa dan Melayu di Delf. Kepala sekolah pertama yang
terpilih adalah Dr. W. Palmer van den Broek, selain itu murid calon guru harus
terpisah dari masyarakat. Mereka harus tinggal di asrama dibawah pengawan
pembantu yang merupakan orang Belanda juga yaitu F.W. Winter yang baru
berusia 18 tahun. Mereka yang baru diterima sebagai murid relatif mudah
dibentuk karena berusia 14-17 tahun dan berasal dari keluarga baik-baik.
Empat tahun kemudian tepatnya tahun 1856, pemerintah daerah untuk
pantai barat juga mendirikan Sekolah Guru di Fort de Kock (Bukit Tinggi).
Polanya menirukan Sekolah Guru di Surakarta, Cuma lebih kecil, perbedaannya
terdapat pada kepala sekolahnya bukan ahli bahasa, juga bukan ahli pendidikan
tetapi residen setempat. Alasannya sebagai pejabat yang mengenal betul keadaan
daerah itu dialah yang paling tepat mengepalai Sekolah Guru. Tidak lama
kemudian, residen mengundurkan diri dan digantikan oleh guru Bumiputra yang
lebih tak mengerti soal pendidikan. Akibatnya, Sekolah Guru Fort de Kock
dinyatakan oleh Inspektur Pendidikan Bumiputra sebagai bukan Sekolah Guru
melainkan Sekolah Dasar. Pada tahun 1862, dibuka Sekolah Guru lain di
Tanobato (Tapanuli) oleh Willem Iskandar atas restu pemerintahan setempat.
Berbeda sekolah guru di Bukit Tinggi, mutu Sekolah Guru di Tanobato ini jauh
lebih tinggi, dikarenakan Willem Iskandar (putra asli Batak) adalah lulusan
Sekolah Guru di Belanda. Dalam pemeriksaannya kemudian, Inspektur
Pendidikan Bumiputra memuji sekolah itu.
Dalam perkembangannya, Sekolah Guru di Surakarta dinilai tidak dapat
menandingi mutu Sekolah Guru di Tanowangko, penyebabnya adalah
penekanan yang berlebihan atas pengetahuan bahasa sehingga pengetahuan
pedagogi terlupakan. Selain itu Van den Broek adalah ahli bahasa yang sama
sekali tidak pernah menerima ilmu pendidikan. Baik pemerintah maupun kaum
Liberal tidak puas dengan keadaan itu sehingga mereka melakukan perbaikan

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 45


dalam bidang penataan. Sejak awal, pendidikan Bumiputra ditempatkan
dibawah pengawasan pemerintah daerah dan penguasa Bumiputra. Inilah
sebabnya pengawan Bumiputra terpusat dianggap akan memperbaiki keadaan.
Pada tahun 1864, Mr.J.A. van der Chijs sebagai pejabat tinggi di Sektorat
Negara diangkat menjadi Inspektur Pendidikan Bumiputra, dengan penuh
semangat ia berusaha memperbaiki keadaan itu.
Pada 1866, berdasarkan hasil pemeriksaan pejabat baru tersebut atas
Sekolah Guru di Surakarta, murid-murid yang berbahasa Sunda dipisahkan dan
didirikan sekolah lain di Bandung. Dan pada tahun 1876, murid-murid yang
berbahasa Madura dipindah juga ke Sekolah Guru Probolinggo. Dengan
demikian, beban pelajaran bahasa banyak berkurang dan digantikan dengan ilmu
pengetahuan dan keterampilan mengajar. Ketika tahun 1883, Sekolah Guru
terdapat penyederhanaan kurikulum, pengurangan masa belajar dari delapan
tahun menjadi lima tahun serta terdapat pembedaan kategori Sekolah Guru.
Adapun abad ke-20 terdapat tiga macam pendidikan guru, yaitu:

 Normaalschool,sekolah guru dengan masa pendidikan empat tahun dan


menerima lulusan sekolah dasar lima tahun yaitu Sekolah Kelas Dua yang
berbahasa pengantar bahasa dearah. Guru dari lulusan Normaalschool hanya
dapat menjadi guru sekolah rendah biasa.
 Kweekschool, sekolah guru empat tahun yang menerima lulusan berbahasa
pengantar belanda yaitu ELS . Guru dari lulusan ini dapat diterima mengajar
pada sekolah yang lebih tinggi khususnya pada MULO.
 Hollandschool Indlandschool kweekschool, sekolah guru 6 tahun berbahasa
pengantar Belada dan bertujuan menghasilkan guru HIS-HCS.

H. Perguruan Tinggi
Setelah sekolah rendah (Sekolah Kelas I (ELS, HCS, HIS) dan Sekolah
Kelas II (Volkschool, Vervolgschool, dan Schakelschool), menengah (MULO,
HBS, dan AMS) didirikan di Indonesia maka untuk melanjutkan dari lulusan
AMS ini, pemerintah Belanda mendirikan Perguruan Tinggi meliputi Sekolah
Tinggi Teknik, Sekolah Tinggi Hukum, dan Sekolah Tinggi Kedokteran.

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 46


Awalnya terjadi adalah ketika adanya kesulitan yang menimpa para
lulusan sekolah menengah di Indonesia untuk melanjutkan ke Delf sebagai akibat
dari berkobarnya Perang Dunia Pertama (1914-1918). Sambil menanti
kesempatan yang lebih baik, mereka melaksanakan kursus-kursus yang sama
dengan mata kuliah tahun pertama di perguruan tinggi. Kursus-kursus itu
dilaksanakan dibawah suatu lembaga yang mereka sebut Lembaga Kerajaan untuk
Para Insinyur (Koninklijke Instituut van Ingenieurs). Diilhami oleh semangat
mereka ini, para mahasiswa Indonesia yang ada di Nederland membentuk
Lembaga Kerajaan untuk Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia (Koninklijke
Instituut voor Hooger Technish Onderwijs in Nederlandsh-Indie) pada 1918.
Lembaga tersebut berusaha mengumpulkan uang untuk membangun
Sekolah Tinggi Teknik di Indonesia berstatus swasta, lembaga ini berhasil
membangun Sekolah Tinggi di Bandung pada 3 Juli 1920 yang disebut dengan
Technische Hoogeschool te Bandung. Adapun kedetailannya dari Sekolah Tinggi
Teknik, Hukum, dan Kedokteran adalah sebagai berikut;

Upacara Pembukaan Technische


Hoogeschool te Bandoeng pada hari
Sabtu, 3 Juli 1920 di Barakgebouw B
a. (Technische Hoogeschool)
Sekolah Tinggi Teknik pertama
di Indonesia adalah Technishe
Hoogeschool te Bandung. Technishe
Hoogeschool te Bandung atau biasa
disingkat menjadi TH te Bandung
adalah Perguruan Tinggi Teknik
pertama sekaligus Lembaga Pendidikan Tinggi pertama di Indonesia yang
dibuka sejak 3 Juli 1920 berkedudukan di Kota Bandung atas prakarsa badan
swasta Koninklijk Instituut voor Hooger Technis Onderwijs in Nederlandsch-
Indie.

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 47


Awal mula berdirinya yaitu dimulai pada tahun 1917 di Amsterdam
Belanda, pembicaraan telah dimulai ke arah persiapan pendirian technische
hoogeschool (sekolah tinggi teknik) di antara para pemuka bank, perdagangan,
dan perusahaan. Dalam tahun 1918 satu delegasi dari Indonesia datang ke
Belanda, diantaranya adalah Karel Albert Rudolf Bosscha yaitu seorang
pengusaha perkebunan di Malabar, Pangalengan, selatan Kota Bandung.
Delegasi ini menyokong berdirinya Koninklijk Instituut voor Hooger
Technisch Onderwijs in Nederlandsch-Indië - KIHTONI (Institut Kerajaan
bagi Pendidikan Teknik Tinggi di Hindia Belanda) di Belanda (30 Mei 1917)
yang merupakan suatu badan yang menyiapkan pendirian Sekolah Tinggi
Teknik (Technische Hoogeschool). KIHTONI merupakan gabungan pemuka
pengusaha swasta, wakil dari Ministerie van Kolonien (Kementerian Urusan
Daerah Jajahan), dan wakil dari Koninklijk Instituut van Ingenieurs (semacam
Persatuan Insinyur Belanda).

Dengan adanya orang yang berpengaruh maka dalam waktu singkat


terkumpul uang sebanyak tiga juta gulden, suatu jumlah yang dianggap cukup
untuk mendirikan program studi Weg- en Waterbouwkunde (Bangunan jalan
dan bangunan air) yaitu sebesar ƒ 3.000.000,- di tahun 1919. Pengurus umum
kemudian membentuk Raad van Beheer (Dewan Pengurus) untuk memimpin
pelaksanaan selanjutnya dengan bantuan Technisch Onderwijs Comissie. Ketua
Raad van Beheer semula adalah Dr. C. J. K. van Aalst, kemudian digantikan
oleh Jan Willem IJzerman (dalam ejaan sebelumnya dituliskan "Yzerman",
namun pada referensi berikutnya dituliskan "IJzerman"), sementara Dr. C. J. K.
van Aalst menjadi Ketua Kehormatan. J. W. IJzerman dipercaya berhubung
pengalamannya dalam perkereta-apian di Jawa dan Sumatera, dan pengetahuan
kemasyarakatan Indonesia, termasuk sejarah kuno tentang Jawa dan Sumatera.

Nama organisasi Koninklijk Instituut voor Hooger Technisch Onderwijs


in Nederlandsch-Indië mengandung maksud bahwa semula yang akan didirikan
adalah sebuah perguruan teknik pada tingkat di antara MTS di Belanda dan
perguruan tinggi (Hogere technische school (HTS) dan bukan Technische
Hoogeschool (THS); 'politeknik' dan bukan 'sekolah tinggi teknik'). Oleh

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 48


karena itu, Prof. Ir. Jan Klopper, guru besar TH Delft, telah ditugasi menyusun
program pendidikan/kurikulum sesuai maksud KIHTONI. Program tersebut
memuat rencana memusat di mana setelah tiga tahun studi, lulusannya dapat
bekerja sebagai middelbaar technicus (teknisi menengah), dan bagi yang pintar
dapat meneruskan studi untuk keinsinyuran. Namun berbagai kalangan di
Indonesia tidak menghendaki program “setengah-setengah” tersebut, tetapi
menghendaki perguruan tinggi penuh - technische hoogeschool dan bukan
“sekedar” setingkat hogere technische school atau politeknik.

Technisch Onderwijs Comissie yang diketuai Ir. Rudolf Adriaan van


Sandick dan diperbantukan pada KIHTONI telah merencanakan program studi
keinsinyuran untuk insinyur sipil dan insinyur kimia. Sebagai sumber
mahasiswa diambil lulusan HBS-B yang telah ada di Indonesia, dan dari
sekolah menengah/persiapan perguruan tinggi (VHO AMS-B) yang sedang
direncanakan dan dibuka tahun 1919 di Yogyakarta. Program ini pada
prinsipnya disetujui, namun dengan catatan bahwa akan dipotong setengahnya,
sehubungan dengan biaya pendirian yang sangat besar untuk insinyur teknik
kimia, maka pada awal pendidikan insinyur kimia ditiadakan, dan telah
ditetapkan untuk hanya mempersiapkan pendidikan untuk insinyur teknik sipil.
Program studi secara prinsip meniru kurikulum TH Delft dengan modifikasi
antara lain:

a. Kurikulum TH Bandung dirancang untuk studi selama 4 tahun, berbeda


dengan TH Delft yaitu 5 tahun, dengan pertimbangan satu tahun pelajaran di
Delft hanya memuat 25 minggu sementara di Bandung 40 minggu (4 x 40 =
160 > 5 x 25 = 125) – Sumber lain menyatakan satu tahun pelajaran di Delft
memuat 28 minggu sementara di Bandung 35 minggu (4 x 35 = 140 ≡ 5 x
28 = 140). Masa ujian diambil 2 minggu, dan jumlah hari libur 10 minggu.
Percepatan masa studi dari 5 tahun menjadi 4 tahun ini berkaitan dengan
kebutuhan yang mendesak akan tenaga insinyur sebagaimana telah dibahas
sebelumnya.

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 49


b. Tidak ada vrije studie (studi bebas) di tingkat satu, dalam arti misalnya
adanya keharusan kuliah (para mahasiswa diharuskan menandatangani
daftar hadir).
c. Sebabnya mungkin diadakan 'tentamen' dalam tahun kuliah sebelum ujian
akhir tahun.
d. Dosen menyediakan diktat yang agak lengkap (untuk mengantisipasi
keterbatasan dalam mendapatkan text book di tanah jajahan).
e. Matematika dikonsentrasikan di tingkat satu, dan langsung ditujukan pada
kegunaannya dalam bidang teknik.

Sementara itu di Indonesia Ir. Henri MacLaine Pont telah merencanakan


bangunan yang bergaya Minangkabau (Minangkabau stijl), sedangkan kota
tempat lokasi kampus belum ditetapkan. Kalangan di Belanda memikirkan
pilihan antara Solo/Yogya atau Batavia/Bandung. Technisch Onderwijs
Comissie mengusulkan di Jakarta, tetapi Burgemeester (Walikota) Bandung,
Bertus Coops dengan tegas mengajukan bahwa kotanya bersedia menerima TH
itu, sekaligus menunjukkan lokasi kampusnya di dalam Kota Bandung.

Ketua Raad van Beheer J. W. IJzerman bersama Prof. Ir. Jan Klopper
datang ke Indonesia pada tanggal 19 April 1919. Bersama dengan para pemuka
di Indonesia, mereka mengadakan konferensi dengan Gouverneur Generaal
Jonkheer Mr. Johan Paul van Limburg Stirum di istana tanggal 1 Mei 1919.
Gubernur Jenderal menerima pendirian sekolah tinggi teknik itu di Bandung
dengan harapan bahwa perguruan tinggi itu dapat dibuka dalam tahun 1920.

Dalam sidang Dewan Kota Bandung tanggal 3 Mei 1919 anggota dewan
Eerdmans telah menekankan apa artinya penetapan tempat kedudukan tersebut
bagi kota ini. Beliau menyebutnya sebagai suatu anugerah tertinggi dan
membandingkannya dengan kehormatan kerajaan dari sesepuh Belanda yang
diterima kota Leiden pada tahun 1579 untuk mendirikan suatu perguruan
tinggi. TH Bandung akan ditetapkan sebagai bijzondere school (sekolah luar
biasa) yang akan menerima subsidi dari Pemerintah sebesar setengah biaya
eksploitasi. Segala biaya pembangunan dan perlengkapan akan ditanggung

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 50


Institut (kemudian ditetapkan dalam Ordonnantie 11 April 1921, Staatsblad
No.218). Lulusan TH Bandung dalam penempatan di kantor pemerintah akan
diakui sama dengan lulusan TH Delft.

Pada tanggal 6 Januari 1920, korps guru besar TH Bandung yang akan
memulai tahun akademiknya pada bulan Juli telah lengkap, mereka adalah Ir.
Van Alphen de Veer untuk Pengetahuan tentang Penelitian Bahan Bangunan,
Dr. Willem Boomstra untuk Matematika, Dr. Jacob Clay untuk Fisika, Ir. Jan
Klopper untuk Mekanika Terapan, dan Richard Leonard Arnold Schoemaker
(adik kandung Charles Prosper Wolff Schoemaker). Ir. Van Alphen de Veer
dan Schoemaker sementara waktu tinggal di Belanda. Dr. Boomstra dan Dr.
Clay akan segera datang.

Selama bulan Januari 1920, Prof. Ir. Klopper berkunjung ke empat HBS
di Bandung, Batavia, Surabaya, dan Semarang untuk memberikan penyuluhan
kepada orang tua atau wali murid dan para siswa itu sendiri untuk menjaring
calon mahasiswa baru TH Bandung yang akan dibuka pada Juli 1920. Tim
tersebut juga siap dan bersedia untuk memberikan informasi secara tertulis

Pada 3 Juli 1920, tepatnya sabtu jam 09.00 berlangsung Upacara


Pembukaan Technische Hoogeschool te Bandoeng yang diadakan di gedung
utama timur/Barakgebouw B yang belum sepenuhnya selesai, dihadiri para
undangan antara lain para tokoh Hindia Belanda, anggota Raad van Indië, para
Direktur Departemen, direktur Javasche Bank, anggota Volksraad, anggota
Dewan Daerah Karesidenan Priangan (Resident der Preanger Regentschappen),
Dewan Kota Bandung, dan berbagai pejabat pemerintah dan tokoh lainnya.
Hadir juga Sultan Yogyakarta, Susuhunan Solo, kepala Keraton Paku Alaman,
dan kepala Keraton Mangkunegaran. Dan pada saat dibukanya Sekolah Tinggi
Teknik dinyatakan semua aktivitas diliburkan baik semua sekolah dan bank.

Ir. R. A. van Sandick (sebagai wakil Raad Beheer) menyampaikan


bahwa peristiwa ini merupakan saat bersejarah yang penuh makna dalam
perkembangan Hindia Belanda, yaitu dengan berdirinya instansi pertama untuk
pendidikan tinggi di wilayah kepulauan yang luas ini.

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 51


Secara prinsip, tujuan pendiriannya adalah bahwa insinyur lulusan
Technische Hoogeschool te Bandoeng akan setara dengan insinyur dari sekolah
tinggi teknik terbaik di dunia barat, namun bukan berarti bahwa kurikulumnya
merupakan salinan buta dari kurikulum TH Delft. Karena setiap pendidikan
insinyur pada dasarnya harus memperhatikan kondisi dari negara di mana
insinyur tersebut diharapkan akan bekerja. Dan ilmu rekayasa di daerah
pegunungan yang berkontur ini, air harus bisa dimanfaatkan untuk pengairan
sawah, yang tentunya berbeda dengan di Belanda yang rendah dan datar di
mana air, yang merupakan musuh bebuyutan dari penduduk harus dibuang
keluar dari dalam tanggul.

Rel kereta api antara Krawang dan Padalarang mempunyai tuntutan yang
sangat berbeda dengan di Belanda yang relatif datar, dan sebuah dinas untuk
urusan tenaga air dan listrik tidak akan pernah muncul dalam pemerintah
Belanda. Akan tetapi ilmu rekayasa di Hindia Belanda berakar dari ilmu barat,
dan taraf pengetahuan yang diterapkan di sekolah tinggi yang didirikan ini
tidak boleh lebih rendah dari yang ada di tempat lainnya. Kaum muda bangsa
apapun akan diterima di Technische Hoogeschool. Jumlah orang pribumi
lulusan HBS 5 tahun tidak banyak dibanding dengan siswa bangsa lain, karena
tidak ada kesempatan untuk pendidikan akademis lanjutan di Hindia Belanda.
Demikian juga hasil dari pendidikan lanjutan melalui pengiriman ke Belanda
sampai sekarang sangat sedikit. Setelah didirikannya Technische Hoogeschool
diharapkan orang pribumi yang berbakat, dalam jumlah yang lebih besar dari
sekarang, akan menyiapkan diri untuk studi lanjutan.

Pendaftaran untuk mahasiswa angkatan pertama ini telah diadakan pada


hari Jumat, 2 Juli 1920 jam 08.00-10.00. Uang kuliah bagi mahasiswa reguler
untuk satu tahun ƒ 200. Setelah dibuka secara resmi pada hari Sabtu (3 Juli
1920), maka pada hari Senin (5 Juli 1920) dimulailah masa perkuliahan tahun
akademik ke-1 dengan 22 mahasiswa yang kemudian bertambah menjadi 28
mahasiswa reguler yang terdiri dari 22 orang Eropa (di antaranya 2 wanita), 2
orang pribumi, dan 4 orang Tionghoa. Selain itu terdapat 5 mahasiswa luar
biasa (pendengar) terdiri dari 3 orang untuk kuliah Matematika dan 2 orang

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 52


untuk kuliah Fisika. Sebagai perbandingan, pada TA 1920-1921 TH Delft
menerima 312 mahasiswa baru, sementara TA sebelumnya menerima 406
mahasiswa baru. Dua mahasiswa pribumi tersebut, R. Katamso berasal dari
Solo, sementara R. Soeria Nata Legawa berasal dari Garut.

Kegiatan belajar yang sudah dimulai pada 5 Juli 1920, dengan demikian
maka sudah terbentuklah staf pengajarnya yang meliputi Prof.Ir. Jan Klopper
(Rector Manigsificus), Prof.Dr. Jacob Clay (Sekertaris), Prof.Dr. Willem
Boomstra (guru besar matematika), Prof.Ir.Richard Leonard Arnold
Schoemaker (guru besar arsitektur), Prof.Ir.W.H.A. van Alphen de Veer (guru
besar luar biasa pengetahuan dan penelitian bahan bangunan). Adapun
kurikulum yang diberikan adalah matematika dan mekanika, ilmu ukur tanah
dan perataan, teknik sipil, ilmu alam, teknik mesin, teknik elektro, teknik
kimia, arsitektur, teknik pertambangan dengan lama belajarnya lima tahun.

b. Sekolah Hukum Tinggi (Rehctskundige Hoogeschool)


Setelah THS di Bandung buka, maka selanjutnya dibuka perguruan tinggi
Hakim yaitu Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta)
biasa disingkat menjadi RH te Batavia (RHS) yang dibuka sejak 28 Oktober
1924 di Batavia. Sekolah RHS ini menerima siswa lulusan dari Rechtsschool
dengan tujuan mendidik orang-orang Indonesia agar dapat menjadi hakim
terdidik bagi golongan Bumiputra dengan lama belajarnya 4 tahun.

Pembukaan RHS (Selasa, 28 Oktober 1924) maka kedua sekolah tinggi


tersebut diatur dalam peraturan perundang-undangan tentang
pendidikan/perguruan tinggi di Hindia Belanda yang selanjutnya disebut
Hooger Onderwijs Wet 1924 Ordonnantie 9 Oktober 1924 No.1 (Stb. No.
457/1924) yang di antaranya mengatur:

a. Sebuah sekolah tinggi tidak mencakup lebih dari satu fakultas; sebuah
fakultas dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang masing-masing
mewakili suatu disiplin tertentu; beberapa sekolah tinggi dapat disatukan
menjadi sebuah universitas.

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 53


b. Warga negara secara otomatis diberi kesempatan untuk mendapatkan
pendidikan yang lebih tinggi di:
 Fakultas Teknik
 Fakultas Hukum
c. Bidang pelajaran yang diberikan untuk pendidikan sarjana hukum di RHS
Batavia adalah Pengantar ilmu hukum, Hukum tata negara di Hindia
Belanda, Hukum perdata dan hukum acara perdata di Hindia Belanda,
Hukum pidana dan hukum acara pidana di Hindia Belanda, Hukum adat,
Hukum Islam dan lembaganya, Hukum dagang di Hindia Belanda,
Sosiologi, Ekonomi studi pembangunan, Etnologi di Hindia Belanda,
Bahasa Melayu, Bahasa Jawa, Bahasa Latin, Filsafat hukum, Prinsip hukum
perdata Romawi, Hukum perdata internasional, Hukum antar golongan,
Kriminologi, Psikologi, Kedokteran forensik, Hukum internasional, Hukum
kolonial negara lain, Sejarah Hindia Belanda, dan Statistika.
d. Rencana masa studi untuk RHS selama empat tahun, dibagi menjadi dua
periode utama. Periode pertama ditutup dengan candidaats-examen, yang
kedua adalah doctoraal-examen. Candidaats-examen dibagi menjadi dua
bagian, bagian pertama diujikan pada akhir tahun pertama (C1), yang kedua
pada akhir tahun kedua (C2). Doctoraal-examen juga dilakukan dalam dua
bagian, bagian pertama diujikan pada akhir tahun ketiga (D1), yang dibagi
menjadi empat arah: (1) Hukum privat/perdata; (2) Hukum pidana; (3)
Hukum tata negara; (4) Sosiologis dan ekonomi. Mereka yang berhasil lulus
doctoraal-examen (D2) memperoleh status meester in de rechten.
f. Mereka yang berstatus meester in de rechten serta memenuhi persyaratan
untuk menempuh promosi ke doktor dalam ilmu hukum di universitas di
Belanda, dapat menempuh promosi untuk meraih gelar Doktor Ilmu Hukum.
g. Staf pengajar/dosen diangkat oleh Gubernur Jenderal dan dibagi atas guru
besar tetap/biasa (gewoon hoogleraar), guru besar luar biasa/tidak tetap
(buitengewoon hoogleraar), lektor tetap (gewoon lector), lektor luar
biasa/tidak tetap (buitengewoon lector). Guru besar yang berhenti dengan
hormat tetap memegang gelar hoogleraar, peraturan ini tidak berlaku bagi

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 54


guru besar luar biasa. Perlu diperhatikan bahwa sebutan "profesor" tidak
ditulis dalam Hooger Onderwijs Ordonnantie maupun Reglement.[2]:23

Dengan dikeluarkannya UU tersebut pada tahun 1924, semakin kuatlah


dasar pijakan bagi Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta RHS. Tiga tahun ke
depan, tepatnya tahun 1927, bertambah lagi sekolah tinggi di negeri ini, yaitu
Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta GHS. Berdasarkan Besluit tanggal 21
Oktober 1924 ditunjuk sebagai Dewan Kurator RHS, meliputi;

a. Presiden Kurator yaitu Mr. K. F. Creutzberg - anggota Raad van Indië;


b. Anggota Kurator yaitu:

 Mr. L. J. A. Trip - Presiden Javasche Bank;


 Raden Adipati Aria Achmad Djajadiningrat - Bupati Batavia;
 Mr. G. A. Hoeffelman - Ketua Hooggerechthof (Mahkamah Agung);
 H. H. Kan - anggota Volksraad;
 Mr. A. H. van Ophuyzen - candidaat-notaris di Batavia;
 J. R. Schenck de Jong - Residen Batavia.

Susunan guru besar tetap (gewoon hoogleraar) adalah Mr. A. H. M. J.


van Kan (Hukum perdata dan hukum acara perdata di Hindia Belanda), Mr. J.
H. J. Schepper (Hukum pidana dan hukum acara pidana di Hindia Belanda,
Kriminologi, dan Filsafat hukum), R. A. Dr. Hoesein Djajadiningrat (Hukum
Islam dan pranata sosial, dan Bahasa Melayu), Mr. Dr. R. D. Kollewijn
(Pengantar ilmu hukum, Hukum dagang di Hindia Belanda, Hukum perdata
internasional, dan Hukum antar golongan), Dr. D. A. Logeman (Hukum tata
negara dan Hukum administrasi negara di Hindia Belanda), Dr. B. J. O.
Schrieke (Sosiologi dan Etnologi di Hindia Belanda). Sedangkan guru besar
luar biasa (buitengewoon hoogleraar) meliputi Mr. Dr. F. M. baron van Asbeck
(Hukum internasional, dan Hukum kolonial negara lain), Dr. J. H. Boeke
(Ekonomi studi pembangunan), Mr. B. ter Haar (Hukum adat). Susunan lektor
luar biasa (buitengewone lector) RHS meliputi Dr. E. Bessem (Bahasa Latin),
J. Cats (Bahasa Jawa).

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 55


c. Pendidikan Tinggi Kedokteran (Geneeskundige Hogeschool)
Perguruan Tinggi setelah Sekolah Tinggi Teknik di Bandung, Sekolah
Hukum Tinggi, maka sekolah tinggi lanjutnya adalah Sekolah Tinggi
Kedokteran. Sekolah Tinggi Kedokteran pertama di Indonesia yaitu School tot
Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) merupakan sekolah untuk
pendidikan dokter pribumi di Batavia pada zaman kolonial Hindia-Belanda.

Pendirian STOVIA ini dikarenakan adanya kekhawatiran akan kurangnya


tenaga juru kesehatan untuk menghadapi berjangkitnya berbagai macam
penyakit berbahaya di wilayah-wilayah jajahannya, sehingga membuat
pemerintah kolonial menetapkan perlunya diselenggarakan suatu kursus juru
kesehatan di Hindia Belanda. Pada 2 Januari 1849, dikeluarkanlah Surat
Keputusan Gubernemen no. 22 mengenai hal tersebut, dengan menetapkan
tempat pendidikannya di Rumah Sakit Militer (di kawasan Weltevreden,
Batavia).

Pada tahun 5 Juni 1853, kegiatan kursus juru kesehatan ditingkatkan


kualitasnya melalui Surat Keputusan Gubernemen no. 10 menjadi Sekolah
Dokter Djawa, dengan masa pendidikan enam tahun setelah masa persiapan
tiga tahun. Lulusannya berhak bergelar "Dokter Djawa", akan tetapi sebagian
besar pekerjaannya adalah sebagai mantri cacar.

Selanjutnya Sekolah Dokter Djawa yang terus menerus mengalami


perbaikan dan penyempurnaan kurikulum. Pada tahun 1889 namanya diubah
menjadi School tot Opleiding van Inlandsche Geneeskundigen (Sekolah
Pendidikan Ahli Ilmu Kedokteran Pribumi), lalu pada tahun 1898 diubah lagi
menjadi School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (Sekolah Dokter Pribumi).
Akhirnya pada tahun 1913, diubahlah kata Inlandsche (pribumi) menjadi
Indische (Hindia) karena sekolah ini merupakan sekolah pertama yang
mengumpulkan murid-murid dari seluruh penjuru tanah air baik kalangan atas,
kalangan tengah, dan kalangan bawah yaitu termasuk penduduk keturunan
"Timur Asing" dan Eropa, sedangkan sebelumnya hanya untuk penduduk
pribumi. Selain itu STOVIA di Jakarta mendapatkan teman dengan

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 56


didirikannya NIAS (Nederlandsch Indesche Artsen School). Pendidikan dapat
diperoleh oleh siapa saja yang lulus ujian dan masuk dengan biaya sendiri.
Nama STOVIA tetap digunakan hingga tanggal 9 Agustus 1927, yaitu saat
pendidikan dokter resmi ditetapkan menjadi pendidikan tinggi, dengan nama
Geneeskundige Hoogeschool (atau Sekolah Tinggi Kedokteran). Sembilan
tahun kemudian STOVIA dihapuskan dan tinggallah NIAS yang tetap
menjalankan tugas sebagai sekolah kedokteran setengah akademis.

Mahasiswa STOVIA, selain nantinya bisa menjadi dokter cacar tetapi


mahasiswa STOVIA ini akan membentuk organisasi kebangsaan. Yaitu dengan
dimulainya ketika majalah Retnodhoemilah yang dengan bahasa Melayu, yang
dipimpin oleh Wahidin Soedirohoesodo tahun 1901. Melalui majalah atau surat
kabar Retnodhoemilah, Wahidin memperkenalkan pikiran, cita-cita, dan
programnya kepada masyarakat luas. Salah satu pikiran pokok Wahidin adalah
kemunduran Jawa sejak abad ke-16 yaitu ketika Islam mengakhiri peradaban
Hindhu-Budha, sementara masyarakat Cina dan Arab jauh lebih maju. Kini
kemajuan jawa akan dicapai dengan ilmu pengetahuan Barat lewat pendidikan,
tetapi tanpa melupakan warisan peradaban Jawa. Pada dasarnya Wahidin yakin
bahwa pendidikan modern bersama dengan pengalaman budaya Jawa akan
dapat membantu masyarakat mengatasi masalah kehidupan sehari-hari. Itulah
sebabnya Wahidin selalu setia memberitakan dan mengomentari dengan penuh
simpati munculnya upaya masyarakat bentuk organisasi untuk menambah ilmu
pengetahuan.
Kebetulan pemikiran dan usul Wahidin muncul bersamaan dengan
rencana pemerintah untuk memajukan pendidikan. Sejak 1900, Mr.
J.H.Abendanon sangat bersemangat melaksanakan rencana itu dalam
kedudukannya sebagai Direktur Departemen Pendidikan, Agama, dan Indutri.
Oleh karena itu, cita-cita dan progam Wahidin kurang mendapat sambutan.
Lalu ia memutuskan untuk berlangsung menemui para pemuka masyarakat
Jawa dan meminta mereka terlibat khususnya menyumbangkan dana beasiswa,
untuk melaksanakan gagasan ini ia melepaskan pekerjaannya sebagai

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 57


pemimpin redaksi Retnodhoemilah. Akan tetapi, upaya Wahidin untuk
mengumpulkan dana tersebut kurang berhasil. Walaupun demikian, cita-
citanya yang luhur itu serta usahanya yang gigih tersebut membangkitkan jiwa
beberapa siswa Sekolah Dokter Bumiputra (STOVIA) di Batavia. Mereka
menyebut usahanya tersebut sangat baik dan berdasarkan keutamaan budi,
mereka juga mengusulkan agar dibentuk organisasi yang bertujuan lebih luas.
Organisasi ini seyogyanya tidak hanya membantu pendidikan, tetapi juga
menyadarkan penduduk Jawa akan keutamaannya.
Akhirnya usul dari siswa-siswa STOVIA itulah yang menang ketika
beradaban dengan keengganan dan ketakutan para pejabat Bumiputra terhadap
cita-cita Wahidin. Pada hari minggu, 20 Mei 1908 tepatnya jam 09.00 pagi,
para siswa STOVIA berhasil mengumpulkan rekan-rekan mereka dari seluruh
Jawa di aula STOVIA, Weltevreden di Batavia untuk membentuk organisasi
yang akan memperjuangkan cita-cita Wahidin. Rekan-rekan siswa STOVIA ini
berusia antara 19-20 tahun, mereka adalah siswa dari tujuh sekolah menengah
di Jawa yaitu Cultuurschool (Bogor), OSVIA (Magelang dan Probolinggo),
Normaalschool (Yogyakarta, Bandung, Probolinggo), dan HBS (Surabaya).
Hari itu organisasi yang mereka bentuk secara resmi adalah Boedi Oetomo
(BO) dengan Soetomo sebagai ketua, Goenawan dan Soewarno sebagai
sekertaris. Dengan segera organisai organisasi baru itu menuntut pengorbanan
dari Soetomo, teman-temannya, dan para siswa lain di STOVIA karena
pengorbanan ini bisa mengancam tugas mereka sebagai pelajar sehingga para
siswa mulai ragu. Soetomo dan para teman-temannya menyadari bahwa BO
dapat berfungsi hanya jika dipimpin oleh mereka yang sudah berpenghasilan
dan berpengalaman. Kesadaran itu membuat Soetomo dan teman-temannya
berjuang sekuat tenaga mengadakan kongres BO dan secara resmi
menjadikannya organisasi bagi seluruh masyarakat Jawa (Algemeen
Javaansche Bond). Ia dan rekan-rekannya tidak hanya berkorban tenaga dan
waktu, tetapi juga uangnnya. Dimana mereka sampai menjual arloji mereka
sendiri dan barang berharga lainnya demi kongres, selain itu mereka juga
memperluas keanggotaan BO.

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 58


Sejak dimulainya Perguruan Tinggi sampai dengan tahun ajaran
1929/1930, jumlah mahasiswa Eropa lebih banyak daripada jumlah mahasiswa
pribumi. Mula-mula dibuka (1920-1921), jumlah keseluruhan mahasiswa
Indonesia tidak lebih dari 2 orang, golongan Cina sebanyak 4 orang, sedang
dari golongan Eropa adalah 22 orang. Tetapi setelah itu, tahun berikutnya
jumlah mahasiswa Indonesia semakin meningkat. Perbandingan ini akan
mencolok lagi jika diperhatikan pula angka tamatan perguruan tinggi. Pertama
kali orang Indonesia menamatkan pelajaran di sekolah tinggi pada 1925,
dimana jumlah mahasiswa Indonesia yang lulus adalah 4 orang, Eropa
sebanyak 9 orang, dan orang Cina adalah 3 orang. Kecilnya angka kelulusan ini
disebabkan karena pada waktu itu jumlah penduduk Indonesia kira-kira 70 juta
jiwa, sedangkan jumlah siswa yang menduduki sekolah rendah “Bumiputra”
telah mendekati angka 2 juta.
Disamping kesempatan belajar di dalam negeri, sebenarnya sejak awal
abab 20 telah pula mulai pintu terbuka bagi anak untuk belajar di luar negeri
terutama di negeri Belanda. Pada tahun 1900 ada lima orang yang belajar di
Belanda, dan secara perlahan-lahan jumlah ini makin lama makin naik.
Bangsawan terkemuka dan kaya mulai mengirimkan anak-anaknya ke negeri
Belanda yang betul-betul dirasakan penuh harapan. Karena yang dapat dibiayai
oleh pemerintah ini sangat sedikit jumlahnya, hanya yang betul-betul mampu
yang sanggup mengirim anaknya ke Eropa. Oleh karena itu, banyak diantara
mahasiswa yang dianggap sebagai “warga negara” Indonesia yang berasal dari
golongan Cina yang mempunyai kehidupan ekonomi yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
 Simbolon, T. Parakitri. 2006. Menjadi Indonesia. Jakarta: KOMPAS
 Djoened Poesponegoro, Marwati dan Nugroho Notosusanto. 2009. Sejarah
Nasional Indonesia: “ Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia Belanda”.
Jakarta: Balai Pustaka.
 Suparwoto.2013.Handout “Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Indonesia”. Surabaya:
Unesa University Press
 Nasution, S. 1995. Sejarah Pendidikan Nasional. Jakarta: Bumi Aksara.
 Wikipedia (online, diakses pada 15 Desember 2013) mengambil rujukan dari:

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 59


 Sakri, A. (1979a). Dari TH ke ITB: Kenang-kenangan lustrum keempat 2
Maret 1979, Jilid 1: Selintas perkembangan ITB. Bandung: Penerbit ITB.
 Goenarso (1995). Riwayat perguruan tinggi teknik di Indonesia, periode
1920-1942. Bandung: Penerbit ITB.
 Somadikarta, S. (1999). Tahun emas Universitas Indonesia, Jilid 1: Dari
Balai ke Universitas. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
 De ingenieur in Nederlandsch-Indië" edisi September 1936, Tahun ke-3
No. 9 dan 7
 Verlenging van den studietijd" dalam Harian "De Sumatra post" edisi 23
Januari 1939, Tahun ke-41 No.19.
 Nortier, J. J. (1987). "De afdeling Operatiën van het Algemeen
Hoofdkwartier KNIL in 1941/42".
 Brugmans, H. (ed). (1923). Officieel gedenkboek ter gelegenheid van het
vijf en twintig jarig regeeringsjubileum van Hare Mejesteit Koningin
Wilhelmina Helena Pauline Maria. Amsterdam: Van Holkema &
Warendorf.
 Reksodiputro, M. (2004). Reformasi dan reorientasi pendidikan tinggi
hukum di Indonesia. Jakarta: Tim Peneliti Komisi Hukum Nasional.
 "Sejarah Singkat FKUI", Situs Resmi FKUI, diakses Mei 2007
 Antara lain penduduk keturunan Tionghoa, Arab, dan India

Kisi-kisi Rubrik Assesmen


(Pendidikan di Indonesia masa Penjajahan Belanda abad 20)

Rubrik
Indikator Tujuan Pembelajaran Assesmen dan Kunci LKS
LKS
Produk : Produk
1. Menganalisis 1. Diberikan penjelasan  Rubrik  Kunci LKS
kepentingan- secara singkat tentang pilihan “pilihan ganda

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 60


kepentingan kepentingan Belanda ganda dan dan esai”
Belanda mendirikan mendirikan sekolah di esai, serta
sekolah di Indonesia, siswa afektif
Indonesia abad ke- mampu menganalis
20. kepentingan Belanda
mendirikan sekolah di
Indonesia abad ke-20
dengan benar.

2. Menganalisis 2. Diberikan foto Van  Rubrik  Kunci LKS


kebijakan politik Deveenter serta video pilihan “pilihan ganda
etis tentang kebijakan ganda dan dan esai”
politik etis, siswa esai, serta
dapat menganalisis afektif
kebijakan politik etis
yang diterapkan di
Indonesia dengan
benar.

3. Mengidentifikasi 3. Mengisp  Rubrik  Kunci LKS


ciri umum irasi siswa dengan pilihan “pilihan ganda
pendidikan Belanda menujukkan gambar- ganda dan dan esai”
gambar sekolah esai, serta
rendah kelas I dan afektif
kelas II, di akhir
kegiatan belajar
mengajar siswa
mampu
mengidentifikasi ciri-
ciri pendidikan yang
dibangun oleh
Belanda di Indonesia
pada abad ke- 20
dengan benar.
4. Menganalisis  Rubrik  Kunci LKS
sekolah-sekolah 4. Diberika pilihan “pilihan ganda
sebagai n gambar ganda dan dan esai”
implementasi perkembangan esai, serta
politik etis. sekolah di Indonesia afektif
sebagai implementasi
kebijakan politik etis.
Siswa dapat
menganalisis sekolah-
sekolah sebagai
implementasi dari
politik etis dengan  Rubrik  Kunci LKS
5. Menganalisis benar. pilihan “pilihan ganda

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 61


tingkat pendidikan ganda dan dan esai”
untuk masyarakat 5. Diberikan gambar esai, serta
pribumi Indonesia siswa Technische afektif
abad ke- 20. Hoogeschool dan
Rehctskundige
Hoogeschool serta
hasil pendidikan di
Indonesia, siswa dapat
menganalisis dampak
pendidikan di
Indonesia abad ke- 20
masa penjajahan
Belanda.

Afektif: Afektif:
f. Menunjukkan sikap 1. Terlibat dalam  Rubrik
saling menghargai KBM yang berpusat assesmen b
pendapat, jujur, pada siswa, siswa
disiplin, kerjasama, dapat menunjukkan
partisipasi, dan sikap saling
tanggung jawab menghargai
dalam mempelajari pendapat, berbagi
peristiwa sejarah tugas, partisipasi,
sebagai cerminan bekerja sama,
bangsa dalam memberi dukungan
pergaulan dunia. minimal dengan
rubrik assesmen
untuk sikap
kooperatif atau
afektif.

Psikomotor: Psikomotor:
1. Membuat makalah 6. Diberika  Rubrik
tentang n foto Van Deveenter assesmen a.
perkembangan serta video tentang
pendidikan di politik etis, siswa
Indonesia pada dapat membuat
masa penjajahan laporan berupa
Belanda abad ke- makalah tentang
20. kebijakan politik etis
dan dampaknya
dalam bidang
pendidikan di
Indonesia.

Keterampilan Sosial Keterampilan Sosial  Rubrik


1. Melakukan 1. Terlibat dalam KBM assesmen c,

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 62


komunikasi yang berpusat pada e.
meliputi siswa, siswa dapat
mengajukan melakukan
pertanyaan, komunikasi meliputi
berpendapat, dan persentasi, bertanya,
tanya jawab. bekerjasama, dan
berpendapat minimal
dinilai dengan rubrik
assesmen diskusi,
persentasi, bertanya
jawab.

Daftar Pustaka

 Mastuti,dkk.2013. Perencanaan Pembelajaran Sejarah (PPS).Surabaya:UNESA


 Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Jogyakarta: Pustaka Pelajar.

Perencanaan Pembelajaran Sejarah Page 63

Anda mungkin juga menyukai