A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
1.1 Menghayati nilai-nilai peradaban dunia yang menghargai perbedaan sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa.
1.2 Menghayati sikap jujur, rasa ingin tahu, tanggung jawab, peduli, santun, cinta
damai dalam mempelajari peristiwa sejarah sebagai cerminan bangsa pergaulan
dunia.
3.6 Menganalisis dampak politik, budaya, sosial-ekonomi, dan pendidikan pada
masa penjajahan Barat dalam kehidupan bangsa Indonesia masa kini.
4.6 Menalar dampak politik, budaya, sosial-ekonomi, dan pendidikan pada masa
penjajahan Barat dalam kehidupan bangsa Indonesia dan menyajikan dalam
bentuk berita.
D. Tujuan Pembelajaran
Kognitif
1. Diberikan penjelasan secara singkat tentang kepentingan Belanda mendirikan
sekolah di Indonesia, siswa mampu menganalis kepentingan Belanda
mendirikan sekolah di Indonesia abad ke-20 dengan benar.
2. Diberikan foto Van Deveenter serta video tentang kebijakan politik etis, siswa
dapat menganalisis kebijakan politik etis yang diterapkan di Indonesia dengan
benar.
3. Menginspirasi siswa dengan menujukkan gambar-gambar sekolah rendah kelas I
dan kelas II, di akhir kegiatan belajar mengajar siswa mampu mengidentifikasi
ciri-ciri pendidikan yang dibangun oleh Belanda di Indonesia pada abad ke- 20
dengan benar.
F. Model Pembelajaran :
Model : Model Pembelajaran Kooperatif dan Aktif
Metode : Diskusi dan permainan “Group Investigation”
Pendekatan : Scientific
Inti : 30 menit
1. Mengamati :
Siswa mengamati dan membaca materi ajar yang telah Terlaksana/tidak
2. Menanya :
Setelah mendengarkan penjelasan guru, guru memberikan
Terlaksana/tidak
bahan diskusi untuk didiskusikan siswa dalam kelompok
kecil
Guru membagi siswa dalam 5 kelompok, tiap kelompok
Terlaksana/tidak
berisi 10 orang.
Guru menjelaskan kepada siswa bahwa mereka dibagi
Terlaksana/tida
menjadi 5 kelompok secara heterogen supaya terjadi
kemerataan dalam mengksplorasi kemampuan siswa, adapun
topik yang akan dibahas sebagai berikut:
a. Menganalisis, dan mendiskusikan kepentingan Belanda
5. Mengkomunikasikan :
Guru memberitahukan jika kelompok pertama sudah selesai
melakukan persentasi maka kelompok selanjutnya juga
harus mempersentasikan dengan materi yang berbeda.
Terlaksana/tidak
Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan
berpendapat, dan jika yang sudah bertanya maka tidak boleh
bertanya lagi karena memberikan kesempatan bagi siswa
lain untuk bertanya.
Terlaksana/tidak
Diakhir persentasi, guru memberikan evaluasi terhadap
pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dipelajari
serta keaktifannya dalam berpartisipasi.
Terlaksana/tidak
Guru dan siswa bersama-sama membuat rangkuman sebagai
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan.
Hasil analisis kemudian dilaporkan dalam bentuk makalah,
Terlaksana/tidak
dikerjakan sebaik mungkin dan dikumpulkan pada guru. Jika
waktu tidak memungkinkan maka makalah tersebut bisa
Terlaksana/tidak
dikumpulkan minggu depan.
Penutup : 10 menit
1. Guru memberikan refleksi tentang materi yang telah Terlaksana/tidak
dipelajari, dan menanyakan kepada siswa apakah pelajaran
hari ini sudah dimengarti oleh semua siswa
2. Guru menberikan uji kompetensi berupa soal pilihan ganda, Terlaksana/tidak
soal esai, dan soal analisis kepada siswa untuk mengukur
pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan
Terlaksana/tidak
Kisi-kisi makalah:
a. Format kertas
Kertas Makalah A4, Sampul Makalah (Buffalo warna biru)
Font “Times New Roman”
Ukuran Huruf “12”
Spasi “1,5”
Margin atas 4 cm, kiri 4 cm, bawah 3 cm, kanan 3 cm
b. Lembar Judul atau Jilid
Judul Makalah
Penyusunan Makalah (Nama dan Nomor Induk Siswa)
Nama Sekolah
Tahun Pembuatan
c. Lembar Pengesahan
d. Kata Pengantar
e. Daftar Isi
f. Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Ruang Lingkup Masalah
Maksud dan Tujuan Penulisan
g. Pembahasan
h. Penutup
Kesimpulan
Saran
i. Daftar Pustaka
H. Evaluasi
Sebagai Uji Kompetensi guru mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan
materi yang baru saja disajikan.
Soal analisis!!
a. Menganalisis, dan mendiskusikan kepentingan Belanda mendirikan sekolah di
Indonesia abad 20.
b. Menganalisis, mengidentifikasi, dan mendiskusikan penyelenggaraan pendidikan
Belanda di Indonesia pada abad 19 dan 20.
c. Menganalisis, dan mendiskusikan mengenai apa yang melatarbelakangi pemerintah
Belanda menerapkan kebijakan politik etis
d. Menganalisis dan mendiskusikan apa yang melatarbelakangi Ki Hajar Dewantara
mendirikan Sekolah Taman Siswa pada abad 20.
e. Menganalisis dan mendiskusikan pengaruh perkembangan pendidikan Belanda di
Indonesia sampai saat ini.
Jawaban!!
PEDOMAN PENSEKORAN
No. Jawaban Skor
Menyatakan pendapat pribadi disertai dengan argumentasi yang jelas 20
1.
dan memberikan bukti serta sumber yang jelas.
Menyatakan pendapat pribadi disertai dengan analisis fenomena 20
masalah yang terjadi.
Menunjukkan sikap tanggung jawab. 10
2. Menganalisis latar belakang didirikan Technishe Hogeschool 10
Menganalisis kurikulum yang digunakan Technishe Hogeschool 5
Menganalisis tujuan dari Technishe Hogeschool 10
Menghubungkan dari perkembangan Technishe Hogeschool untuk 25
masa sekrang/modern
Jumlah 100
Perbandingan sekolah yang didirikan Belanda di Indonesia abad 19 dan 20, ibarat
malam dan siang. Karena pendidikan yang diselenggarakan pada abad 19 tidak
memberikan kemajuan terhadap kehidupan penduduk Indonesia, selain itu kalangan
pemerintah Belanda mengubah kebijakan pendidikan dari elitis menjadi lebih populis
adalah karena dua sebab. Pertama, untuk kepentingan penjajah sebagai pegawai
pemerintah. Kedua, semakin kuatnya tekanan dari kalangan intelektual Belanda seperti
van Deventer yang telah berhasil membuat pemerintah Belanda untuk memperhatikan
nasib rakyat jajahannya, dengan program migrasi, irigasi, dan edukasinya. Dalam
bidang edukasi, perkembangan Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat
karena didiberikan juga oleh penduduk Indonesia sehingga nantinya akan memberikan
nasionalisme bangsa Indonesia.
c. Menganalisis, dan mendiskusikan mengenai apa yang melatarbelakangi
pemerintah Belanda menerapkan kebijakan politik etis
Keuntungan yang diperoleh bangsa Belanda dari hasil mengeruk kekayaan
alam bangsa Indonesia digunakan untuk membangun bangsa Belanda hingga bisa
mencapai kemakmuran dalam segala hal. Sebaliknya bangsa Indonesia yang mengalami
kesengsaraan, kemiskinan, dan kemlaratan yang amat sangat. Bangsa Indonesia terjebak
dalam kemlaratan, kebodohan, dan keterbelakangan karena tidak pendidikan yang
layak. Kesengsaraan rakyat pribumi banyak diketahui oleh orang-orang Belanda yang
moderat (orang yang memperhatikan pihak lain), seperti tokoh tulisan C. TH. Van
Deventer tahun 1899 tentang Een Eereschuld (Hutang Kehormatan) dalam majalah De
Gids. Dalam tulisannya tersebut, Van Deventer menghimbau kepada pemerintah
Belanda untuk membuat perhitungan keuangan bagi tanah jajahan yang berkekurangan
sebagai ganti rugi akan laba yang sudah dikeruk dari Indonesia melalui sistem tanam
paksa. Sehubungan dengan tekanan-tekanan itu maka pada tahun 1901, Ratu Wilhemina
menyampaikan pidato didepan parlemen Belanda yang berisi tentang kewajiban moral
bangsa Belanda terhadap kemajuan penduduk pribumi. Sejak itu dimulailah era politik
etis yang kebijakannya meliputi bidang pendidikan, pengairan, dan perpindahan
penduduk. Dampak politik etis dalam bidang pendidikan mengalami kemajuan yang
sangat pesat, dimana banyak didirikan sekolah-sekolah baik sekolah untuk orang-orang
I. Sumber pembelajaran
Buku Paket siswa Sejarah SMA kelas XI Program IPS
Buku Siswa tentang pendidikan Indonesia pada masa penjajahan Belanda
abad ke- 20.
J. Media Pembelajaran:
Powerpoint tentang pendidikan Indonesia pada masa penjajahan Belanda
abad ke- 20.
Foto-foto pendidikan di Indonesia abad pada masa penjajahan Belanda abad
ke- 20
Video singkat mengenai politik etis, bisa dilihat pada :
http://www.youtube.com/watch?v=qKmJcWers44
Jumlah 100
Petunjuk:
Skor = 0,1,2,3,4,5
Kurang baik 15
3. Informasi yang diperoleh Akurat 20
Kurang akurat 10
Tidak akurat 5
Jumlah 100
Petunjuk:
Skor = 0,1,2,3,4,5
NA = (bobot x skor): 5
Keterangan:
1 : Tidak tampak
2 : Kurang Tampak
3 : Tampak
4 : Baik
5 : Sangat Baik
d. Rubrik assesmen untuk persentasi
Sifat tugas : Kelompok
Petunjuk:
Skor = 0,1,2,3,4,5
NA = (bobot x skor): 5
Keterangan:
1 : Tidak tampak
2 : Kurang Tampak
3 : Tampak
4 : Baik
5 : Sangat Baik
Daftar Pustaka
Permendikbud Nomor 69. 2013. Kerangka Dasar dan Strutur Kurikulum SMK-MAK
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Jogyakarta: Pustaka Pelajar
handout
Pendidikan di Indonesia
pada masa penjajahan
BUKU SISWA Belanda abad ke- 20
Kompetensi Dasar:
1.1 Menghayati nilai-nilai peradaban dunia yang menghargai perbedaan sebagai karunia
Tuhan Yang Maha Esa.
1.2 Menghayati sikap jujur, rasa ingin tahu, tanggung jawab, peduli, santun, cinta damai dalam
mempelajari peristiwa sejarah sebagai cerminan bangsa pergaulan dunia.
3.6 Menganalisis dampak politik, budaya, sosial-ekonomi, dan pendidikan pada masa
Perencanaan
penjajahanPembelajaran
Barat dalam Sejarah Page
kehidupan bangsa 22
Indonesia masa kini.
4.6 Menalar dampak politik, budaya, sosial-ekonomi, dan pendidikan pada masa penjajahan
Barat dalam kehidupan bangsa Indonesia dan menyajikan dalam bentuk berita.
A. Kepentingan Belanda mendirikan sekolah di Indonesia abad 20
Setelah ambruknya VOC tahun 1816 pemerintah Belanda menggantikan
kedudukan VOC. Statua Hindia Belanda tahun 1801 dengan terang-terangan
menyatakan bahwa tanah jajahan harus memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya
kepada perdagangan dan kepada kekayaan negeri Belanda. Pada tahun 1842 Markus,
menteri jajahan, memberikan perintah agar Gubernur Jendral berusaha dengan segenap
tenaga agar memperbesar keuntungan bagi negerinya. Walaupuan setiap Gubernur
Jendaral pada penobatannya berjanji dengan hidmat bahwa ia akan memajukan
kesejahteraan Indonesia dengan segenap usaha prinsip yang masih dipertahankan pada
tahun 1854 ialah bahwa Indonesia sebagai tanah jajahan Belanda harus terus
memberikan keuntungan kepada negeri Belanda sebagai tujuan pendidikan itu.
Tahun 1826 lapangan pendidikan dan pengajaran terganganggu oleh adanya
usaha-usaha penghematan. Sekolah-sekolah yang ada hanya bagi anak-anak Indonesia
yang memeluk agama Nasrani. Alasannya adalah karena adanya kesulitan financial
yang berat yang dihadapi orang Belanda sebagai akibat perang Diponegoro (1825-1830)
yang mahal dan menelan banyak korban seerta peperangan antara Belanda dan Belgia
(1830-1839). Kesulitan keuangan ini menyebabkan raja Belanda untuk meninggalkan
prinsip-prinsip liberal dan menerima rencana yang dianjurkan Van den Bosch, untuk
memanfaatkan pekerjaan budak menjadi dasar eksploitasi colonial. Raja Belanda
membawa ide penggunaan kerja paksa(rodi) sebagai cara yang ampuh untuk
memperoleh cara usaha maksimal, yang kemudian terkenal dengan cultuur stelsel atau
tanam paksa yang memaksa penduduk untuk menghasilkan tanaman yang diperlukan
dipasaran Eropa.
Maka untuk memperbaiki stesel pembangunan ekonomi bagi belanda, Van den
Bosch menyatakan agar memperbanyak tenaga-tenaga ahli. Setelah tahun 1848
dikeluarkan peraturan-peraturan yang menunjukan perintah lambat laun menerima
tanggung jawab yang lebih besar atas pendidikan anak-anak Indonesia sebagai hasil
Adapun guru yang mengajar di HIS adalah guru lulusan HKS (Hogere
Kweekschool) yang pertama kali dibuka di Purworejo pada tahun 1914.
Siswa yang bisa masuk di HKS adalah siswa yang terbaik dari lulusan
Kweekschool. Guru-guru HKS sebagia besar adalah golongan rendah,
sedangkan yang dari golongan priayi hanya sedikit. Jadi, HKS adalah sekolah
untuk elit intelektual bukan golongan elit sosial.
Sebagai konsekuensi peralihan Sekolah Kelas Satu menjadi HIS maka
sekolah ini termasuk pengawasan inspektorat sekolah Belanda. HIS dapat
menerima siswanya dari bumiputera golongan atas seperti golongan
bangsawan, dan pegawai negeri.
2). Sekolah Kelas Dua
F. Sekolah Menengah
Meer Uitgebreit Lager Onderwijs (MULO)
MULO merupakan sekolah pertama yang tidak mengikuti pola
pendidikan di Belanda, namun tetap merupakan pendidikan yang berorientasi
barat dan tidak mencari penyesuaian dengan keadaan Indonesia. MULO adalah
sekolah lanjutan bagi anak ELS, HCS, dan HIS yang berdiri tahun 1914.
Sekolah ini menggunakan kurikulum meliputi membaca, bahasa Belanda,
menulis (okasional), berhitung, Sejarah (Jajahan dan Dunia), Geografi, Ilmu
Alam, bahasa Perancis, bahasa Inggris, bahasa Jerman, dan menggambar. Pada
tahun 1919 juga diberikan tambahan yaitu bahasa Melayu sebagai tambahan.
Fungsi MULO yang penting ialah memberikan dasar yang lebih baik bagi
pendidikan kejuruan dan bagi lanjutan pelajaran. Namun, dari pihak tertentu
timbul keberatan untuk memberikan status sekolah lanjutan kepada MULO.
Hubungan antara MULO dan HBS tak kunjung tercapai, akan tetapi sebagai
penggantinya adalah AMS.
Guru yang mengajarkan di MULO harus mempunyai kompetensi tinggi
karena pelajaran di MULO melebihi apa yang diajarkan di sekolah rendah.
Mereka harus memiliki ijasah HA (Hoofdacte) atau akta kepala sekolah serta
H. Perguruan Tinggi
Setelah sekolah rendah (Sekolah Kelas I (ELS, HCS, HIS) dan Sekolah
Kelas II (Volkschool, Vervolgschool, dan Schakelschool), menengah (MULO,
HBS, dan AMS) didirikan di Indonesia maka untuk melanjutkan dari lulusan
AMS ini, pemerintah Belanda mendirikan Perguruan Tinggi meliputi Sekolah
Tinggi Teknik, Sekolah Tinggi Hukum, dan Sekolah Tinggi Kedokteran.
Ketua Raad van Beheer J. W. IJzerman bersama Prof. Ir. Jan Klopper
datang ke Indonesia pada tanggal 19 April 1919. Bersama dengan para pemuka
di Indonesia, mereka mengadakan konferensi dengan Gouverneur Generaal
Jonkheer Mr. Johan Paul van Limburg Stirum di istana tanggal 1 Mei 1919.
Gubernur Jenderal menerima pendirian sekolah tinggi teknik itu di Bandung
dengan harapan bahwa perguruan tinggi itu dapat dibuka dalam tahun 1920.
Dalam sidang Dewan Kota Bandung tanggal 3 Mei 1919 anggota dewan
Eerdmans telah menekankan apa artinya penetapan tempat kedudukan tersebut
bagi kota ini. Beliau menyebutnya sebagai suatu anugerah tertinggi dan
membandingkannya dengan kehormatan kerajaan dari sesepuh Belanda yang
diterima kota Leiden pada tahun 1579 untuk mendirikan suatu perguruan
tinggi. TH Bandung akan ditetapkan sebagai bijzondere school (sekolah luar
biasa) yang akan menerima subsidi dari Pemerintah sebesar setengah biaya
eksploitasi. Segala biaya pembangunan dan perlengkapan akan ditanggung
Pada tanggal 6 Januari 1920, korps guru besar TH Bandung yang akan
memulai tahun akademiknya pada bulan Juli telah lengkap, mereka adalah Ir.
Van Alphen de Veer untuk Pengetahuan tentang Penelitian Bahan Bangunan,
Dr. Willem Boomstra untuk Matematika, Dr. Jacob Clay untuk Fisika, Ir. Jan
Klopper untuk Mekanika Terapan, dan Richard Leonard Arnold Schoemaker
(adik kandung Charles Prosper Wolff Schoemaker). Ir. Van Alphen de Veer
dan Schoemaker sementara waktu tinggal di Belanda. Dr. Boomstra dan Dr.
Clay akan segera datang.
Selama bulan Januari 1920, Prof. Ir. Klopper berkunjung ke empat HBS
di Bandung, Batavia, Surabaya, dan Semarang untuk memberikan penyuluhan
kepada orang tua atau wali murid dan para siswa itu sendiri untuk menjaring
calon mahasiswa baru TH Bandung yang akan dibuka pada Juli 1920. Tim
tersebut juga siap dan bersedia untuk memberikan informasi secara tertulis
Rel kereta api antara Krawang dan Padalarang mempunyai tuntutan yang
sangat berbeda dengan di Belanda yang relatif datar, dan sebuah dinas untuk
urusan tenaga air dan listrik tidak akan pernah muncul dalam pemerintah
Belanda. Akan tetapi ilmu rekayasa di Hindia Belanda berakar dari ilmu barat,
dan taraf pengetahuan yang diterapkan di sekolah tinggi yang didirikan ini
tidak boleh lebih rendah dari yang ada di tempat lainnya. Kaum muda bangsa
apapun akan diterima di Technische Hoogeschool. Jumlah orang pribumi
lulusan HBS 5 tahun tidak banyak dibanding dengan siswa bangsa lain, karena
tidak ada kesempatan untuk pendidikan akademis lanjutan di Hindia Belanda.
Demikian juga hasil dari pendidikan lanjutan melalui pengiriman ke Belanda
sampai sekarang sangat sedikit. Setelah didirikannya Technische Hoogeschool
diharapkan orang pribumi yang berbakat, dalam jumlah yang lebih besar dari
sekarang, akan menyiapkan diri untuk studi lanjutan.
Kegiatan belajar yang sudah dimulai pada 5 Juli 1920, dengan demikian
maka sudah terbentuklah staf pengajarnya yang meliputi Prof.Ir. Jan Klopper
(Rector Manigsificus), Prof.Dr. Jacob Clay (Sekertaris), Prof.Dr. Willem
Boomstra (guru besar matematika), Prof.Ir.Richard Leonard Arnold
Schoemaker (guru besar arsitektur), Prof.Ir.W.H.A. van Alphen de Veer (guru
besar luar biasa pengetahuan dan penelitian bahan bangunan). Adapun
kurikulum yang diberikan adalah matematika dan mekanika, ilmu ukur tanah
dan perataan, teknik sipil, ilmu alam, teknik mesin, teknik elektro, teknik
kimia, arsitektur, teknik pertambangan dengan lama belajarnya lima tahun.
a. Sebuah sekolah tinggi tidak mencakup lebih dari satu fakultas; sebuah
fakultas dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang masing-masing
mewakili suatu disiplin tertentu; beberapa sekolah tinggi dapat disatukan
menjadi sebuah universitas.
Rubrik
Indikator Tujuan Pembelajaran Assesmen dan Kunci LKS
LKS
Produk : Produk
1. Menganalisis 1. Diberikan penjelasan Rubrik Kunci LKS
kepentingan- secara singkat tentang pilihan “pilihan ganda
Afektif: Afektif:
f. Menunjukkan sikap 1. Terlibat dalam Rubrik
saling menghargai KBM yang berpusat assesmen b
pendapat, jujur, pada siswa, siswa
disiplin, kerjasama, dapat menunjukkan
partisipasi, dan sikap saling
tanggung jawab menghargai
dalam mempelajari pendapat, berbagi
peristiwa sejarah tugas, partisipasi,
sebagai cerminan bekerja sama,
bangsa dalam memberi dukungan
pergaulan dunia. minimal dengan
rubrik assesmen
untuk sikap
kooperatif atau
afektif.
Psikomotor: Psikomotor:
1. Membuat makalah 6. Diberika Rubrik
tentang n foto Van Deveenter assesmen a.
perkembangan serta video tentang
pendidikan di politik etis, siswa
Indonesia pada dapat membuat
masa penjajahan laporan berupa
Belanda abad ke- makalah tentang
20. kebijakan politik etis
dan dampaknya
dalam bidang
pendidikan di
Indonesia.
Daftar Pustaka