Anda di halaman 1dari 26

Identifikasi Potensi dan Pengelolaan Bahaya di tempat kerja

Laboratorium Energi Atas


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Disusun Oleh :
Artya Pujiatni (181711004)
M. Fadlan Kariman M (181711018)
M. Hafizh Rafi P (181711019)
M. Rafiq Al Masum P (181711020)
Yurieta Khalda L (1817110031)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KONVERSI ENERGI


JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas petunjuk, rahmat, dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan laporan ini dengan judul
“Identifikasi Potensi dan Pengelolaan Bahaya di tempat kerja Laboratorium Energi Atas “

Adapun laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3). Dalam laporan ini mengulas tentang pengelolaan potensi bahaya
di Lab Teknik Energi atas, Sumber bahaya, Pengamanan yang telah di lakukan.

Dalam pembuatan laporan ini kami tidak lepas dari hambatan dan kesulitan. Namun,
berkat bantuan dari semua pihak, kami dapat menyelesaikan laporan ini. Pada kesempatan ini
kami berterimakasih kepada :

1. Allah SWT, Yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya


2. Bapak Ali Mashar selaku dosen mata kuliah K3
3. Orang tua yang selalu mendukung aktivitas anaknya
4. Serta pihak-pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu

Dalam penulisan laoran ini,kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan.


Maka, pada kesempatan ini kami memohon maaf atas segala kekurangan serta kami harapkan
saran maupun kritik dari pembaca terhadap laporan ini, demi perbaikan di masa yang akan
datang.

Demikian laporan ini kami susun. Harapan kami, semoga laporan ini dapat
bermanfaat khususnya bagi kami selaku penulis dan umum nya bagi para pembaca.

Bandung, 28 Mei 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Era globalisasi akan membawa dampak terhadap tatanan kehidupan global,
termasuk dunia usaha yang diwarnai dengan ketatnya persaingan yang tidak hanya
menekankan pada faktor-faktor kualitas dan kuantitas hasil produk, tetapi juga pada
kepatuhan terhadap standar keselamatan dan kesehatan kerja masalah yang selalu
berkaitan dengan dunia kerja sejak awal dunia industri dimulai adalah timbulnya
kecelakaan kerja.(Cristiyanto Sinaga, 2009)
Potensi bahaya terdapat hampir di setiap tempat dimana dilakukan suatu
aktivitas, baik di rumah, di jalan, maupun di tempat kerja. Apabila potensi bahaya
tersebut tidak dikendalikan dengan tepat akan dapat menyebabkan kelelahan, sakit,
cidera, dan bahkan kecelakaan yang serius. Dalam Undang-undang No.1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja, pengurus perusahaan mempunyai kewajiban
untuk menyediakan tempat kerja yang memenuhi syarat keselamatan dan
kesehatan. Sedangkan tenaga kerja mempunyai kewajiban untuk mematuhi setiap
syarat keselamatan dan kesehatan yang ditetapkan baginya. Syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan sesuai Undang-undang Keselamatan Kerja tersebut
antara lain untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan, mencegah dan
mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, mencegah dan mengendalikan
pencemaran udara serta menyediakan penerangan dan mikroklimat sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi biaya perawatan dan rehabilitasi
akibat kecelakaan dan sakit, meningkatkan produktivitas kerja, meningkatkan
moral dan hubungan atau relasi perusahaan yang lebih baik.
Mengingat potensi bahaya terdapat hampir diseluruh tempat kerja, maka upaya
untuk mencegah dan mengurangi resiko yang mungkin timbul akibat proses pekerjaan
perlu segera dilakukan. Melalui hazard management procces, resiko yang mungkin
timbul dapat diidentifikasi, dinilai dan dikendalikan sedini mungkin melalui
pendekatan preventif, inovatif dan partisipatif. (Tarwaka, 2008)
Di indonesia sangat sulit menentukan jumlah angka kerugian materi yang
muncul akibat kecelakaan kerja. Hal ini karena setiap kecelakaan kerja perusahaan
yang bersangkutan tidak berkenan menyampaikan kerugian materi yang mereka
derita, diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh sektor formal adalah lebih
dari Rp 2 trilliun dimana sebagian besar merupakan kerugian dunia usaha. Dengan
kata lain inilah hilangnya produktivitas dunia usaha karena faktor keselamaan dan
kesehatan kerja. Begitu pula survei (International Labour Organization) ILO
menyatakan bahwa karena faktor keselamatan dan kesehatan kerja indonesia
adalah negara ke 2 dari bawah dari lebih 100 negara yang di survei.
Hal ini merupakan propaganda negatif yang dapat mematikan dunia usaha
indonesia di mata buyer luar negeri. Apabila kita melihat data jumlah perusahaan
yang sudah melaksanakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja,
khususnya di jawa tengah hanya terdapat 14 dari 16387 perusahaan atau 0,08%,
maka data dari (International Labour Organization) ILO tersebut sangat mungkin
dapat dipercaya. (Cristiyanto Sinaga, 2009).
Melihat hal tersebut, maka penerapan manajemen resiko dan perilaku
selamat bagi tenaga kerja sangatlah penting diperhatikan atau dilakukan, karena
diharapkan dapat tercipta kondisi sehat dan aman yang akan meningkatkan
produktifitas dan daya saing dunia usaha serta kesejahteraan tenaga kerja
indonesia. (Cristiyanto Sinaga, 2009).

1.2. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami Sumber bahaya di Lab Teknik Energi Atas
2. Mahasiswa dapat memahami Potensi Bahaya di Lab Teknik Energi Atas
3. Mahasiswa dapat memahami Pengamanan yang telah dilakukan di Lab Teknik
Energi Atas.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa saja sumber bahaya yang ada di Lab Teknik Energi Atas?
2. Apa saja Potensi bahaya yang ada di Lab Teknik Energi Atas?
3. Bagaimana pengamanan dan pencegahan dalam menghadapi sumber bahaya dan
potensi bahaya yang ada di lab energi atas?
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Bahaya


Segala kondisi yang dapat merugikan baik cidera atau kerugian lainnya, atau
bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menciderai manusia atau
sakit penyakit atau kombinasi dari semuanya (menurut OHSAS 18001:2007). bahaya
ini tidak dapat diukur sehingga tidak mungkin bisa dimenej tapi penting bahwa
bahaya tetap bahaya tidak ada efeknya dengan pekerjaan kecuali bahaya terpapar
dengan pekerja, peralatan dan lainnya, barulah itu berisiko.
Pada umumnya ada 5 (lima) aspek bahaya K3 pada tempat kerja, diantaranya :
a. Aspek bahaya biologi(s)
Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari
sumber-sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari
binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang
terdegradasi. Bahaya biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang menyebabkan
infeksi dan non-infeksi. Bahaya dari yang bersifat non infeksi dapat dibagi lagi
menjadi :
 Organisme viable dan racun biogenic
Organisme viable termasuk di dalamnya jamur, spora dan mycotoxins;
Racun biogenik termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri. Perkembangan
produk bakterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan media
dimana mereka tumbuh. Pekerja yang beresiko: pekerja pada silo bahan
pangan, pekerja pada sewage & sludge treatment, dll. Contoh : Byssinosis,
“grain fever”, Legionnaire’s disease.
 Alergi Bionik
Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim.
Bahan alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang, rambut
dari bulu dan protein dari urine dan feaces binatang. Bahan-bahan alergen
pada industri berasal dari proses fermentasi, pembuatan obat, bakery, kertas,
proses pengolahan kayu , juga dijumpai di bioteknologi ( enzim, vaksin dan
kultur jaringan). Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen dapat
menimbulkan gejala alergi seperti rinitis, conjunctivitis atau asma. Contoh :
Occupational asthma : wool, bulu, butir gandum, tepung bawang dsb.
 Bahaya Infeksi
Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai.
Pekerja yang potensial mengalaminya yaitu pekerja di rumah sakit,
laboratorium, jurumasak, penjaga binatang, dokter hewan dll. Contoh :
Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus, salmonella, chlamydia,
psittaci.
b. Aspek bahaya kimia
Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh: Pernapasan (inhalation), Kulit (skin
absorption), Tertelan (ingestion). Racun dapat menyebabkan efek yang bersifat
akut,kronis atau kedua-duanya.
 Korosi : Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada
permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem
pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum terkena. Contoh :
konsentrat asam dan basa ,fosfor.
 Iritasi : iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak.
Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi
pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas,
peradangan dan oedema (bengkak). Contoh : Kulit : asam, basa,pelarut,
minyak. Dan pernapasan : aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen
dioxide, phosgene, chlorine ,bromine, ozone.
 Kanker : Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas
telah terbukti pada manusia. Kemungkinan karsinogen pada manusia
adalah bahan kimia yang secara jelas sudah terbukti menyebabkan kanker
pada hewan .
c. Aspek bahaya fisik
Bahaya fisik yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-
gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar
kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan
kurang memadai, getaran, radiasi.
d. Kebisingan
Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang
dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang
maupun suatu populasi. Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain :
jumlah energi bunyi, distribusi frekuensi, dan lama pajanan. Kebisingan dapat
menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi, turunnya konsentrasi, yang
pada akhirnya mengganggu job performance tenaga kerja. Pajanan kebisingan
yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu tertentu dapat menyebabkan
tuli yang bersifat sementara maupun kronis. Tuli permanen adalah penyakit akibat
kerja yang paling banyak di klaim . Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll.
 Getaran
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti:
frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus
atau intermitten. Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan
penting dalam memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual
menggunakan “powered tool” berasosiasi dengan gejala gangguan
peredaran darah yang dikenal sebagai ”Raynaud’s phenomenon” atau
”vibration-induced white fingers” (VWF). Peralatan yang menimbulkan
getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf dan sistem
musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang
belakang. Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain saws.
 Pencahayaan
a) Tujuan pencahayaan : Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam
melaksanakan pekerjaan dan memberi lingkungan kerja yang aman.
b) Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah, sakit
kepala, berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan
kecelakaan.
c) Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat kerja,
produktivitas, mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping,
kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi kecelakaan kerja.
e. Aspek bahaya psikologis
Bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis
ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti :
penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian,
motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga
kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan
pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta
hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi
kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.
 Stress adalah tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-spesifik
terhadap setiap tuntutan atasnya. Manakala tuntutan terhadap tubuh itu
berlebihan, maka hal ini dinamakan stress.
 Gangguan emosional yang di timbulkan : cemas, gelisah, gangguan
kepribadian, penyimpangan seksual, ketagihan alkohol dan psikotropika.
 Penyakit-penyakit psikosomatis antara lain : jantung koroner, tekanan
darah tinggi, gangguan pencernaan, luka usus besar, gangguan pernapasan,
asma bronkial, penyakit kulit seperti eksim.
f. Aspek bahaya fisiologi
Potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan ergonomi
yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma-norma ergonomi yang berlaku,
dalam melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja
yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai
dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.
Pembebanan Kerja Fisik
Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu memperhatikan kondisi iklim, sosial
ekonomi dan derajat kesehatan. Pembebanan tidak melebihi 30 – 40% dari
kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam jangka waktu 8 jam sehari.
Berdasarkan hasil beberapa observasi, beban untuk tenaga Indonesia adalah 40
kg. Bila mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih dari sekali maka beban
maksimum tersebut harus disesuaikan. Oleh karena penetapan kemampuan kerja
maksimum sangat sulit, parameter praktis yang digunakan adalah pengukuran
denyut nadi yang diusahakan tidak melebihi 30-40 permenit di atas denyut nadi
sebelum bekerja.

2.2 Definisi Analisis Bahaya


Kegiatan analisis bahaya merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengenali dan mengidentifikasi serta menganalisis potensi bahaya di tempat kerja
yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kegiatan identifikasi
bahaya memiliki tujuan untuk mengurangi daan meminimalisasi risiko, agar dapat
mencegah dan menganggulangi kecekalan agar tidak terjadi lagi di masa akan datang.
Pada kebanyakan operasi, bahaya-bahaya akan dikaitkan dengan mesin-mesin dan
peralatan-peralatan: pusat kegiatan, perangkat penyaluran tenaga, sumber energi
berbahaya, area bukan tempat kerja di sekeliling mesin-mesin, pekerjaan pelayanan
dan pemeliharaan, serta pekerja-pekerja lain yang berdekatan (Rijanto, 2011).

2.3 Potensi Bahaya ( Hazard )


Hazard yaitu segala suatu hal yang dapat berpotensi menjadi bahaya bahkan
accident atau incident. Di beberapa lingkungan kerja di pastikan kita dapat temukan
hazard itu dengan melakukan identifikasi. Ada beberapa cara yang bisa dipakai dalam
mengidentifikasi hazard di suatu lingkungan, namun kita harus tau dahulu ada
berapakah pengelompokan hazard berdasar pada teori yang ada.
2.3.1 Macam-macam Potensi Bahaya
a. Bahaya Listrik
Bahaya listrik dibedakan menjadi dua, yaitu bahaya primer dan
bahaya sekunder. Bahaya primer adalah bahaya-bahaya yang disebabkan
oleh listrik secara langsung, seperti bahaya sengatan listrik dan bahaya
kebakaran atau ledakan. Sedangkan bahaya sekunder adalah bahaya-
bahaya yang diakibatkan listrik secara tidak langsung. Namun bukan
berarti bahwa akibat yang ditimbulkannya lebih ringan dari yang primer.
Contoh bahaya sekunder antara lain adalah tubuh/bagian tubuh
terbakar baik langsung maupun tidak langsung, jatuh dari suatu
ketinggian, dan lain-lain.

b. Bahaya Mekanik
Permesinan merupakan sumber bahaya terjadinya kecelakaan
industri. Beberapa studi di Amerika Serikat menyatakan bahwa kecelakaan
yang disebabkan oleh mesin menduduki rangking ke-3 dan menduduki
rangking pertama penyebab cacat permanen yang dialami oleh pekerja,
yaitu 32 %. Dari kecelakaan yang disebabkan oleh permesinan ini, 20 % di
antaranya adalah akibat dari lemahnya pelindung/pengaman mesin
(machinery guards).
Banyak potensi bahaya terkait dengan mesin. Berikut ini adalah
beberapa jenis potensi bahaya yang ada.
 Bersentuhan dengan mesin atau terperangkap antara mesin dan sesuatu
benda di mesin.
 Terbenturnya anggota tubuh atau tersangkutnya anggota tubuh ke
mesin atau bagian mesin yang bergerak.
 Terbentur oleh bagian-bagian dari mesin karena operasinya.
 Terbentur oleh barang-barang yang terlempar keluar dari mesin.
Di samping bahaya-bahaya tersebut, biasanya masih ada bahaya-
bahaya lain seperti bahaya listrik, bahaya kimia, dan lain-lain.

c. Bahaya Ledakan Pada Bejana Tekan


Ketel uap (boiler), kompresor, dan tabung bertekanan banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari terutama di gedung-gedung
komersial atau industri. Ketel uap (boiler) merupakan peralatan yang
digunakan untuk membangkitkan uap panas. Ketel uap banyak digunakan
di pembangkit listrik tenaga uap, hotel-hotel sebagai sarana mandi air
hangat, industri pertanian untuk keperluan pengeringan, industri sebagai
pembangkit uap panas untuk proses produksinya. Jadi sangat luas
pemakaiannya.
Kompresor banyak digunakan mulai pada usaha tambal ban,
sampai dengan industri manufaktur sebagai pembangkit udara bertekanan
dalam menunjang proses produksinya. Sedangkan tabung-tabung
bertekanan tinggi juga dipakai di mana diperlukan zat yang
penyimpanannya memerlukan tekanan tinggi. Ketel uap merupakan bejana
bertekanan berapi sedangkan kompresor dan tabung yang disebutkan di
atas merupakan bejana bertekanan tinggi yang tidak berapi. Walau pun
berbeda dalam tingkat bahayanya, namun kedua macam bejana bertekanan
tersebut sama-sama berbahayanya

d. Bahaya Kebakaran
Api merupakan sahabat yang amat kita butuhkan di dalam
kehidupan ini,, api bisa menjadi sumber malapetaka. Api sangat kita
butuhkan, misalnya untuk memasak di dapur, menghangatkan air untuk
mandi, peleburan logam di bidang pengecoran. Api akan sangat
bermanfaat bagi manusia selama ada di bawah kontrol manusia itu sendiri.
Api akan menjadi sumber bahaya bagi manusia karena dapat
menimbulkan kerugian baik harta benda maupun jiwa jika api tersebut di
luar kemampuan kendali kita, seperti: kebakaran rumah, pabrik, dan pasar-
pasar.
Sebagaimana kita ketahui, semakin maju budaya manusia, dunia
semakin dipenuhi oleh industri-industri yang semakin canggih juga.
Perkembangan industri dan perkembangan teknologi yang semakin
canggih ini kurang diimbangi dengan sistem keselamatan yang memadai,
maka petaka kebakaran juga semakin meningkat
e. Hazard Biologi
Hazard Biologi ialah potensi bahaya dimana diakibatkan dari aspek
makhluk hidup. Biasanya hazard biologi ini berada dilingkungan yang
tidak bersih.
f. Hazard Kimia
Hazard Kimia ialah potensi yang disebabkan oleh karakter atau ciri-ciri
kimia yang mempunyai ahan berbahaya. Hazard Kimia sangat beresiko
bila kita tidak mengetahui karakter-karakter bahan yang berbahaya. Pada
Hazard Kimia ini sangat membutuhkan perlakuan yang intensif.
g. Hazard Fisik
Hazard Fisik ialah potensi bahaya yang disebabkan oleh aspek fisik dari
seseorang yang sedang melakukan pekerjaan.
h. Hazard Ergonomi
Hazard Ergonomi ialah potensi bahaya yang dikarenakan terjadi karena
tidak efisienya jalinnya alat kerja dengan manusia, biasanya berhubungan
dengan perilaku kerja manusia dengan alatnya. Pada Hazard Ergonomi ini
yang mengakibatkan timbulnya penyakit akibat kerja karena beberapa
kekeliruan dalam perilaku pemaikaian alat kerjanya.
i. Hazard Psikologis
Hazard Psikologis ialah potensi bahaya yang disebabkan terjadinya suatu
konflik dalam lingkungan kerja. Psikologis ini ialah hal yang sangat
penting dikarenakan dapat mempengaruhi bagaimana orang itu bekerja,
dimana makin banyak perseteruan maka pekerjaan yang dilakukan
semakin tidak efektif dan jadi banyak menyebabkan permasalahan yang
terjadi.
IDENTIFIKASI POTENSI DAN PENGELOLAAN BAHAYA DI TEMPAT KERJA

LABORATORIUM ENERGI ATAS

PENGAMANA
SUMBER POTENSI N YANG
NO. FOTO / GAMBAR
BAHAYA BAHAYA TELAH
DILAKUKAN
1. Boiler -Terjadinya -Safety valve
Ledakan
-Kebakaran
menimbulkan
kebisingan
2. Komponen -Terjadinya -Emergency Stop
Listrik yang Ledakan
sudah lama

3. KIT Praktikum -Sengatan -Pemberian


listrik ground
-Ledakan -Emergency stop
-Kebakaran

4. Listrik -Kebakaran -Alarm


kebakaran
-APAR
-Alat pengaman
tegangan sentuh
otomatis
-Proteksi dengan
pemberian jarak
-Proteksi dengan
system
pengetanahan
(grounding)
-Proteksi dengan
isolasi pengaman

5. Motor Listrik -Sengatan -Emergency Stop


listrik -Grounding

6 Turbin Kebisingan -APD


-Sumbat Telinga
(Ear plug)
-Penutup Telinga
(Ear muff)  

7 Mesin bor Moving part -APD


-Sepatu Kulit
-Kaca Mata
-Sarung Tangan
-Lain-lain
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Boiler
Boiler merupakan mesin kalor (thermal engineering) yang menstransfer energi
kimia atau energi otomis menjadi kerja (usaha). Boiler atau ketel steam adalah suatu
alat berbentuk bejana tertutup yang digunakan untuk menghasilkan steam. Steam
diperoleh dengan memanaskan bejana yang berisi air dengan bahan bakar. Boiler
mengubah energi kimia menjadi bentuk energi yang lain untuk menghasilkan kerja.
Boiler dirancang untuk melakukan atau memindahkan kalor dari suatu sumber
pembakaran, yang biasanya berupa pembakaran bahan bakar.
Diketahui bahwa sumber bahaya yang terdapat pada boiler adalah berasal dari
material bahan bakar yang panas, debu batubara, air dan uap yang dihasilkan boiler,
listrik bertekanan tinggi serta jatuh dari ketinggian. Serta radiasi panas yang terdapat
pada boiler akan mengakibatkan terjadinya kebakaran. Selain kebakaran juga ada
juga bahaya gangguan pendengaran akibat kebisingan dimana salah satunya bisa
dilihat dari parameter kebisingan. Parameter kebisingan terdiri dari parameter dasar
dan parameteer turunan. Parameter dasar meliputi frekuensi yang dinyatakan dalam
Hertz yaitu siklus per detik, tenaga bunyi yang dinyatakan dalam watt yaitu energi
pancaran bunyi total, dan tekanan bunyi yang dinyatakan dalam mikropaskal (uPa)
yakni intensitas sebagai akar dari kuadrat amplitudo.
Oleh sebab itu, sistem uap perlu dijaga keamanannya. Jenis keamanan
otomatis yang dibutuhkan diantaranya :
a. Safety valve
Safety valve ialah jenis valve yang mekanismenya secara otomatis melepaskan
zat dari boiler, bejana tekan, atau suatu system. Ketika tekanan atau temperature
melebihi batas yang telah ditetapkan. Selain itu juga safety valve ini berfungsi
membuang uap yang telah menjadi kondensat agar tidak masuk ke turbin yang
akan menyebabkan korosi pada turbin.
Cara kerja safety valve secara otomatis ialah safety valve yang otomatis akan
terbuka jika tekanan mencapai level tidak aman. Level tekanan pada valve ini bisa
diatur sesuai dengan kemampuan jaringan yang akan telah di pasang, sehingga
bisa ditentukan pada level tekanan berapa valve ini akan terbuka. Ketika kembali
normal, Valve ini secara otomatis akan tertutup kembali.

3.2 Komponen yang sudah tua/rusak


Pada saat praktikum di Lab Teknik energi atas pasti kita menggunakan
komponen-komponen yang telah di sediakan oleh teknisi. Komponen seperti
osiloskop, power supply, protoboard, dll adalah komponen-komponen yang kita
butuhkan dalam menjalani praktikum agar dapaat memahami materi yang telah di
sampaikan oleh dosen pembimbing dari mata kuliah yang menggunakan komponen-
komponen elektronika sebagai bahan ajar.
Disisi lain kami menemukan terdapat beberapa komponen elektronika yang
sebenarnya sudah tidak layak pakai namun masih tetap dipergunakan. Tentu saja ini
dapat menimbulkan bahaya jika masih tetap dipergunakan
Potensi bahaya yang ditimbulkan juga tidak bisa di anggap remeh. Seseorang
dari kelas kami pernah mengalami kecelakaan ketika sedang praktikum yaitu sebuah
kapasitor yang meledak. Tentu ini dapat membahayakan praktikan.
Sumber bahaya ini berasal dari komponen yang sudah tidak layak pakai.
Sehingga ketika praktikan memberikan sebuah tegangan listrik kepada rangkaian
yang telah disusun praktikan menjadi berbahaya dan harus di minimalisir bahaya dari
rangkaian tersebut.
Tindakan pengamanan yang kami lakukan adalah mengecek setiap komponen
yang masih layak pakai atau tidak agar tidak terjadi hal yang diinginkan. Lalu
melaporkan kepada teknisi yang bertanggung jawab di Lab Teknik Energi atas agar
komponen yang tidak layak tersebut dapat di ganti atau di perbaiki agar tidak terjadi
hal hal yang tidak diinginkan.
Alat pelindung diri pun harus di pakai seperti menggunakan jas lab, sarung
tangan, sepatu pengaman, dll agar potensi bahaya dapat di minimalisir sebaik
mungkin.

3.3 KIT Praktikum


Pada kit praktikum rangkaian listrik yang digunakan oleh mahasiswa dalam
praktikum berupa rangkaian komponen elektronika. Yang mana komponen komponen
tersebut menyimpan potensi bahaya apabila terjadi suatu kesalahan dalam proses
perangkaian. Potensi bahaya yang dihasilkan mulai dari yang terkecil yaitu komponen
rusak bahkan potensi yang lebih berbahaya dapat berupa kit praktikum yang terbakar
atau meledak. Tentu hal tersebut membahayakan keselamatan mahasiswa maupun
lingkungan sekitar. Potensi tersebut dapat diminimalisir dengan cara melakukan
pemasangan ground pada kit praktikum dan menlakukan pengecekanrangkaian yang
teliti dan memastikannya apakah rangkaian sudah sesuai dengan gambar pada modul
praktikum sebelum dihubungkan dengan sumber listrik.

3.4 Listrik
Sebagai mahasiswa jurusan Teknik Konversi Energi,kita diharuskan untuk
mempelajari mata kuliah rangkaian Listrik, elektronika dll yang dimana mata kuliah
ini memerlukan daya listrik, sehingga kita harus mengetahui potensi bahaya apa saja
yang bisa diakibatkan oleh listrik.
a. Bahaya Listrik
Bahaya listrik dibedakan menjadi dua,yaitu bahaya primer dan bahaya
sekunder. Bahaya primer adalah bahaya-bahaya yang disebabkan oleh listrik
secara langsung, seperti bahaya sengatan listrik dan bahaya kebakaran atau
ledakan.
Sedangkan bahaya sekunder adalah bahaya-bahaya yang diakibatkan listrik
secara tidak langsung. Namun bukan berarti bahwa akibat yang ditimbulkannya
lebih ringan dari yang primer. Contoh bahaya sekunder antara lain adalah
tubuh/bagian tubuh terbakar baik langsung maupun tidak langsung, jatuh dari
suatu ketinggian, dan lain-lain
b. Bahaya sengatan listrik bagi manusia
 Dampak sengatan listrik antara lain:
1. Gagal kerja jantung (Ventricular Fibrillation), yaitu berhentinya denyut
jantung atau denyutan yang sangat lemah sehingga tidak mampu
mensirkulasikan darah dengan baik. Untuk mengembalikannya perlu
bantuan dari luar.
2. Gangguan pernafasan akibat kontraksi hebat (suffocation) yang dialami
oleh paru-paru
3. Kerusakan sel tubuh akibat energy listrik yang mengalir didalam tubuh
4. Terbakar akibat efek panas dari listrik
 Tiga factor penentu tingkat bahaya listrik
Ada tiga factor yang menentukan tingkat bahaya listrik bagi manusia,
yaitu tegangan (v), arus (I), dan tahanan (R). Ketiga factor tersebut saling
mempengaruhi anata satu dan lainnya yang ditunjukan dalam hokum Ohm.
Bila dalam hal ini, titik perhatiannya adalah manusia, maka selain
kabel (penghantar),system pertahanan, dan bagian dari peralata lain, tubuh
kita termasuk bagian dari tahanan rangkaian tersenut. Tingkat bahaya listrik
bagi manusia, salah satu faktornya ditentukan oleh tinggi rendah arus listrik
yang mengalir kedalam tubuh kita. Sedangkan kuantitas arus akan ditentukan
oleh tegangan dan tahanan tubuh manusia serta tahanan lain yang menajdi
bagian dari saluran.
Banyak peristiwa bahaya listrik berawal darisistem tegangan yang
digunakan untuk mengoperasikan alat. Semakin tinggi system tegangan yang
digunakan, semakin tinggi pula tingkat bahayanya.

c. Tiga factor penetu keseriusan akibat sengatan listrik


Ada tiga factor yang menentukan keseriusan sengatan listrik pada tubuh manusia,
yaitu:
1. Besar arus listrik
Besar arus yang mengalir dalam tubuh akan ditentukan oleh tegangan
dan tahanan tubuh. Tegangan tergantung system tegangan yang digunakan,
sedangkan tahanan tubuh manusia bervariasi tergantung pada jenis,
kelembaba/moistur kulit dan factor-faktor lain seperti ukuran tubuh, berat
badan, dan lain sebagainya. Tahanan kontak kulit bervariasi dari 1000KOhm
(kulit kering) sampai 100Ohm (kuliat basah). Tahanan dalam (internal) tubuh
sendiri atara 100-500 Ohm
2. Lintasan aliran arus dalam tubuh
Lintasan aliran arus dalam tubuh juga akan sangat menentukan tingkat
akibat sengatan listrik. Lintasan yang sangat berbahaya adalah yang melewati
jantung, dan pusat saraf (otak).
3. Lama waktu sengatan
Lama waktu sengatan listrik ternyata sangat menentukan kefatalan
akibat sengatan listrik. Penemuan factor ini menjadi petunjuk yang sangat
berharga bagi pengembangan teknologi proteksi dan keselamatan listrik.
Semakin lama waktu tubuh dalam sengatan semakin fatal pengaruh yang
diakibatkannya.

d. Penyebab Bahaya listrik


Banyak penyebab bahaya listrik yang ada dan terjadi di sekitar kita, di
antaranya adalah isolasi kabel rusak, bagian penghantar terbuka, sambungan
terminal yang tidak kencang.
a. Isolasi kabel yang rusak
Isolasi kabel yang rusak merupakan akibat dari sudah terlalu tuanya
kabel dipakai atau karena sebab-sebab lain (teriris, terpuntir, tergencet oleh
benda berat dll), sehingga ada bagian yang terbuka dan kelihatan
penghantarnya atau bahkan ada serabut hantaran yang menjuntai. Ini akan
sangat berbahaya yang secara tidak sengaja menyentuhnya atau bila terkena
ceceran air atau kotoran-kotoran lain bisa menimbulkan kebakaran.
b. Penghantar yang terbuka
Penghantar yang terbuka biasa terjadi pada daerah titik-titik
sambungan terminal dan akan sangat membahayakan bagi yang bekerja pada
daerah tersebut, khususnya dari bahaya sentuhan langsung.
c. Sambungan listrik yang kendor
Sambungan listrik yang kendor atau tidak kencang. Walaupun
biasanya tidak membahayakan terhadap sentuhan, namun akan
menimbulkan efek pengelasan bila terjadi gerakan atau goyangan sedikit. Ini
kalau dibiarkan akan merusak bagian sambungan dan sangat memungkinkan
menimbulkan potensi kebakaran.
d. Bahaya kebakaran akibat listrik
Kebakaran terjadi karena adanya panas berlebih pada bahan-bahan
yang mudah terbakar. Terkait dengan kelistrikan, panas lebih bisa terjadi
akibat dari banyak faktor, antara lain adalah: arus beban lebih, arus hubung
singkat, sambungan/kontak yang longgar. Arus beban lebih berarti bahwa
arus yang mengalir pada komponen instalasi melebihi arus pengenal
komponen tersebut. Dengan berlebihnya arus tersebut, maka rugi-rugi
saluran I2Rt juga akan berlebih (dari nominalnya).
Sementara itu, rugi-rugi ini akan keluar dalam bentuk panas,
sehingga komponen-komponen instalasi yang mengalami kelebihan arus
akan mengalami kelebihan panas juga. Panas inilah yang akan merusak dan
membakar isolasi dan pada akhirnya bisa menimbulkan kebakaran. Sama
halnya akan terjadi bila kabel/penghantar yang digunakan terlalu kecil.
Pada peristiwa hubung singkat di mana terjadi kontak langsung
antara saluran yang mempunyai beda tegangan, Bila ini terjadi maka akan
menimbulkan arus hubung singkat yang sangat tinggi. Semakin tinggi arus
hubung singkat, semakin tinggi pula busur api yang terjadi dan semakin
keras pula bunyi ledakan yang terjadi. Bila dalam kondisi semacam ini di
sekitar terdapat bahan-bahan yang mudah terbakar maka akan besar sekali
kemungkinan terjadinya kebakaran.
Tidak jauh berbeda dengan peristiwa longgarnya suatu kontak listrik,
pada kontaknya pasti akan menimbulkan efek pengelasan dan bila hal ini
terjadi secara berulang dalam waktu lama maka akan sangat dimungkinkan
juga terjadinya kebakaran.
Ada satu hal lagi yang barangkali ini kurang disadari oleh
masyarakat adalah dampak arus bocor ke tanah. Peristiwa arus bocor ini
terjadi akibat kegagalan isolasi sehingga ada arus bocor yang mengalir
melalui moistur/kotoran-kotoran. Pada awalnya, arus yang mengalir sangat
kecil (5 mA), namun dengan mengalirnya arus ini membuat kotoran-kotoran
yang dilewati mengalami pemanasan dan terbakar serta berubah menjadi
karbon.
Setelah menjadi karbon, lintasan arus mempunyai konduktivitas yang
lebih baik sehingga arus yang mengalir akan semakin besar. Demikian
terjadi terus menerus dan sampai pada keadaan di mana besar arus bocor
sampai 500 mA.
Berdasarkan penelitian arus 500 mA tersebut sudah mampu
membakar benda-benda disekitarnya sehingga terjadi kebakaran. Penghantar
yang berada pada lingkungan lembab, akan terjadi penetrasi kelembaban ke
dalam isolasi yang kemudian menimbulkan arus bocor. Itulah beberapa
penyebab kebakaran akibat dari sistem kelistrikan yang perlu kita waspadai.
Hubung singkat terjadi bila terjadi kontak langsung antara kawat fasa
dan netral, kawat fasa dan tanah, dan antar kawat fasa sendiri. Semakin
tinggi tegangan maka peristiwa hubung singkat akan semakin besar pula.
Kegagalan isolasi dapat dihindarkan dengan pemilihan penghantar
yang benar dan dengan pembebanan mekanis pada penghantar yang sesuai.
Hal ini disebabkan karena kemampuan hantar arus pada penghantar dan
kabel ditentukan oleh ketahanan panas dan konduktivitas panas material
isolasi, material penghantar (misal tembaga atau aluminium), media
pendinginan dan juga kondisi lingkungan. Kegagalan isolasi sering terjadi
pada isolasi yang besar dan rapuh, juga yang sering terbebani beban lebih.

e. Sistem pengamanan terhadap bahaya listrik


1. Proteksi dengan isolasi pengaman
Penyekatan dimaksudkan untuk menghindarkan ketidaksengajaan
mendekati daerah aktif (seperti misalnya dengan palang, atau pagar) atau
menghindarkan menyentuh bagian aktif secara tidak sengaja (dengan cara
penutupan khusus). Penutupnya dapat dilepas tanpa menggunakan obeng
atau peralatan lainnya. Langkah proteksi dengan menjaga jarak, adalah
dengan meletakkan bagian-bagian bertegangan diluar jangkauan. Langkah
pengamanan ini hanya dapat dilakukan pada keadaan khusus, misalnya
untuk instalasi listrik yang tertutup.
2. Proteksi dengan pemberian jarak
3. Proteksi dengan system pengetanahan (grounding)
Sistem pengetanahan ini menghubungkan bagian-bagian peralatan
(mesin) yang terbuat dari logam yang kemungkinan tersentuh oleh manusia
ke tanah melalui elektroda pengetanahan. Sistem pengetanahan ini harus
menjamin bahwa apabila terjadi kebocoran listrik pada peralatan kita maka
tegangan sentuhnya tidak melebihi 50 volt. Oleh karena itu, saluran
pengetanahan juga disebut sebagai saluran pengaman.
4. Alat pengaman tegangan sentuh otomatis
Jenis-jenis alat proteksi yang banyak dipakai, antara lain adalah:
Residual Current Device (RCD), Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB) dan
Ground Fault Current Interruptor (GFCI). Walaupun berbeda-beda namun
secara prinsip adalah sama. Yakni, alat ini akan bekerja/aktif bila
mendeteksi adanya arus bocor ke tanah. Karena kemampuan itulah, arus
bocor ini dianalogikan dengan arus sengatan listrik yang mengalir pada
tubuh manusia. Alat ini dalam PUIL 2000 disebut gawai pendeteksi arus sisa
(GPAS).
RCD dan GFCI merupakan pengaman terhadap arus sengatan listrik
(bocor ke tanah). RCD dalam pemakaiannya banyak yang sudah digabung
dengan alat-alat pemutus tenaga seperti circuit breaker (CB) atau miniature
circuit breaker (MCB). Salah satunya adalah ELCB. Dengan demikian
ELCB mempunyai fungsi ganda sebagai pengaman komponen rangkaian
dan juga sebagai pengaman manusia.
5. APAR
APAR ialah Alat Pemadam Api Ringan merupakan tabung yang berfungsi untuk
mencegah atau membantu memadamkan api yang diakibatkan oleh arus yang
bocor dsb.
6. Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran merupakan alat yang dirancang untuk mendeteksi terjadi
kebakaran pada area yang dipasang. Alarm kebakaran didisain khusus untuk
mengeluarkan bunyi yang bising dan flash camp / lampu indicator dipanel
control dan bunyi.

3.5 Motor Listrik


Motor listrik adalah alat untuk mengubah energilistrik menjadi energi
mekanik. Alat yang berfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik disebut generator atau dinamo. Motor listrik dapat ditemukan pada
peralatan rumah tangga seperti kipas angin, mesin cuci, pompa air dan penyedot debu.
Pada motor listrik ini terdapat potensi bahaya yaitu dapat menimbulkan
sengatan listrik, dapat terjadi apabila terjadi kelalaian lupa mematikan sumber ketika
melepaskan kabel fasa dari sumber.
Oleh karena itu, pada motor listrik ini terdapat alat pengamannya yaitu :
a. System grounding
Memasang kabel grounding pada rangkaian motor listrik agar tidak terjadi
kebocoran arus.
b. Emergency stop
Emergency stop digunakan pada saat terjadi kecelakaan kerja di area motor listrik.
Terdapat dua jenis emergency stop ialah :
1. Tombol warna kuning : berfungsi untuk memutus aliran listrik di area
kerja saja.
2. Tombol warna merah : berfungsi untuk memutus aliran listrik di seluruh
area laboratorium kecuali system penerangan.

3.6 Turbin
Turbin adalah sebuah mesin penggerak yang memanfaatkan energy fluida
seperti air, gas, uap untuk menggerakan beban seperti generator, pompa, baling –
baling, kompresor.
Pada turbin ini memiliki potensi bahaya yaitu kebisingan, dimana kebisingan
ialah Semua bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang dapat menganggu
kesehatan dan keselamatan kerja. Kebisingan yang ditimbulkan dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu:
a. Bising yang berfrekuensi tinggi
b. Bising yang berfrekuensi menengah
c. Bising yang berfrekuensi rendah
Dikarenakan ada potensi bahaya maka pada turbin ini harus ada pengaman yang
berupa APD ( Alat Pengaman Diri ) berupa :
a.  Sumbat Telinga (Ear plug)
Sumbat telinga yang paling sederhana terbuat dari kapas yang dicelup dalam lilin
sampai dengan bahan sintetis sedemikian rupa sehingga sesuai dengan liang
telinga pemakai. Sumbat telinga ini dapat menurunkan intensitas kebisingan
sebesar 25 dB sampai 30 dB.
b. Penutup Telinga (Ear muff)  
Penutup telinga lebih baik daripada penyumbat telinga, karena selain
menghalangi hambatan suara melalui udara, juga menghambat hantaran melalui
tulang tengkorak. Penutup telingadapat menurunkan intensitas kebisingan sebesar
30 dB sampai 40 dB.
3.7 Mesin Bor
Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong
yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan
pelubangan). Sedangkan Pengeboran adalah operasi menghasilkan lubang berbentuk
bulat dalam lembaran-kerja dengan menggunakan pemotong berputar yang disebut
BOR.
Di Lab Teknik Energi Atas, Kita memiliki satu jenis bor yaitu Mesin Bor Meja
yang dimana Mesin bor meja adalah mesin bor yang diletakkan diatas meja. Mesin ini
digunakan untuk membuat lobang benda kerja dengan diameter kecil (terbatas sampai
dengan diameter 16 mm). Prinsip kerja mesin bor meja adalah putaran motor listrik
diteruskan ke poros mesin sehingga poros berputar. Selanjutnya poros berputar yang
sekaligus sebagai pemegang mata bor dapat digerakkan naik turun dengan bantuan
roda gigi lurus dan gigi rack yang dapat mengatur tekanan pemakanan saat
pengeboran.
Potensi bahaya yang ditimbulkan pun cukup serius yaitu dapat sewaktu-waktu
terjadi sebuah kecelakaan sepeti tangan terkena putaran mesin bor, debu dari hasil bor
terhirup, dan yang paling parah bisa menghilangkan salah satu dari jari kita.
Hal ini disebabkan oleh putaran mesin bor yang sangat cepat dan juga bisa
karena faktor kelalaian manusia yang mempengaruhi pada saat kita melakukan
pengeboran.
Oleh karena itu pengamanan dan pencegahan kecelakaan harus dilakukan
untuk meminimalisir bahaya yang di timbulkan dari pengggunaan mesin bor. Hal
yang harus di persiapkan yaitu seperti di bawah ini :
1. Pakaian praktikan harus rapi dan tidak ada bagian yang terbuka pada waktu
mengebor.
2. Sepatu Kulit ; Dalam praktek untuk menghindari benda-benda kerja yang
tertumpuk. Dan kemungkinan benda jatuh, jepitan benda lain.
3. Kaca Mata ;  Pada waktu melakukan pengeboran diharuskan memakai kaca mata
untuk melindungi mata kita sendiri, sebab pada waktu pengeboran banyak bram
yang bisa melesat  ke mata.
4. Sarung Tangan ;  Pada waktu melakukan pengeboran, si pekerja tidak boleh
memakai sarung tangan, untuk menjaga tangan dari belitan mesin bor. Sarung
tangan perlu dipakai apabila mesin bor dalam keadaan berhenti dan untuk
memegang benda kerja yang panas.
5. Lain-lain ;  Rambut tidak boleh panjang dalam pekerjaan mengebor. Apabila
berambut panjang harus memakai topi pengaman dan rambut diikat.
BAB VI
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari pemaparan Laporan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan
perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental
maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi
kesehatan dan keselamatan kerja tidak selalu berkaitan dengan masalah fisik pekerja,
tetapi juga mental, psikologis dan emosional
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting
dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan
perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur masalah kesehatan dan keselamatan
kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata.
Oleh karena itu, perlu ditingkatkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan
kerja yang dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi semua pihak. Tidak hanya bagi
para Mahasiswa, tetapi juga Jurusan Teknik Konversi Energi itu sendiri sehingga
tercipta kondisi belajar mengajar yang baik dan untuk menciptakan mahasiswa Teknik
Konversi Energi yang berkualitas. 

4.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan diatas maka kami ajukan saran-saran
sebagai berikut:
a. Bagi Jurusan Teknik Konversi Energi
Bagi pihak jurusan disarankan untum menekankan seminimal mungkin terjadinya
kecelakaan kerja, dengan jalan antara lain meningkatkan pengetahuan tentang K3
dengan sering diadakan sosialisasi tentang manfaat dan arti penting program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi mahasiswa, misalnya dengan
pemberitahuan bagaimana cara penggunaan peralatan, pemakaian Alat Pelindung
Diri (APD), dan cara mebgoperasikan mesin secara baik dan benar.

b. Bagi mahasiswa
Bagi Mahasiswa lebih memperhatikan program keselamatan dan kesehatan kerja
(k3) dengan bekerja secara disiplin dan berhati-hati serta mengikuti proses. Selalu
memperhatikan aspek potensi bahaya dan sumber bahaya sehingga dalam kegiatan
praktikum dapat berjalan dengan baik dan sesuai prosedur.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.synergysolusi.com/berita/berita-k3/9-cara-mengidentifikasi-bahaya-di-tempat-
kerja
http://artikel-teknologi.com/pengertian-boiler-ketel-uap/
http://dunia-engineer.blogspot.com/2011/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html
https://www.bromindo.com/alarm-kebakaran/
https://www.academia.edu/9278770/Laporan_Praktikum_-
Laboratorium_Dasar_Teknik_Elektro_STEI_ITB_MODUL_V_RANGKAIAN_AC_Laboratorium_
Dasar_Teknik_Elektro_-Sekolah_Teknik_Elektro_dan_Informatika_ITB
https://www.tokootomotif.com/pengertian-mesin-bor-dan-jenisnya/
https://hseprime.com/bahaya-listrik-dan-pencegahannya/
modul-keselamatan-dan-kesehatan-kerja (K3) oleh Pak Ali Mahsyar

Anda mungkin juga menyukai