Anda di halaman 1dari 6

Penatalaksanaan dan edukasi

Penatalaksanaan sifilis secara umum meliputi skrining pemeriksaan infeksi menular


seksual (IMS) lain termasuk HIV. Pasien harus diberikan penjelasan secara rinci mengenai
sifilis, termasuk implikasi jangka panjang terhadap kesehatan diri dan pasangan serta
keluarganya. Terdapat sedikit studi yang memberikan informasi mengenai lama puasa
berhubungan seksual selama pengobatan, tetapi pasien disarankan untuk menahan diri untuk
melakukan kontak seksual sampai lesi dari sifilis primer (jika ada) benar-benar sembuh dan
sampai 2 minggu setelah selesai pengobatan. Data klinis mengenai dosis optimal dan lama
pengobatan serta efikasi jangka panjang dari antimikroba lain selain penisilin masih kurang.
Rekomendasi pemberian antimikroba ini hanya berdasarkan pertimbangan laboratorium,
pendapat ahli, studi kasus serta pengalaman klinis. Penatalaksanaan secara parenteral lebih di
pilih daripada secara oral karena terapi ini dapat diamati dan bioavailabilitasnya di jamin.( PLOS
One. 2014)

Semua ibu hamil harus diberikan skrining serologis terhadap sifilis pada saat
pemeriksaan antenatal pertama. Tes harus diulang pada kehamilan jika terdapat kemungkinan
infeksi setelah pemeriksaan awal dengan hasil negatif. Pada wanita dengan hasil serologi
treponema positif harus di rujuk ke dokter yang lebih ahli. Pemeriksaan titer TPT/VDRL harus
dilakukan pada pemeriksaan antenatal pertama, dan jika terdapat resiko reinfeksi pada kehamilan
berikutnya. Jika pemeriksaan RPR/VDRL menunjukkan tidak ada reinfeksi maka ibu hamil tidak
memerlukan penanganan lebih lanjut dan tidak perlu untuk melakukan pemeriksaan sifilis pada
neonatus. (Kingston M,2015)

Ibu hamil perlu dirujuk pada ahli fetomaternal apabila umur kehamilan mencapai 26
minggu. Infeksi sifilis pada fetus dapat dideteksi dengan pemeriksaan ultrasonografi untuk
mendeteksi hidrops fetalis atau hepatosplenomegali. Penilaian terhadap fetus akan membantu
perawatan antepartum dan penanganan neonatus. Pengobatan terhadap wanita yang memiliki
riwayat sifilis yang telah diterapi sebelum masa konsepsi dapat dipertimbangkan apabila terdapat
keraguan mengenai pengobatan yang adekuat sebelumnya dan tidak ditemukan penurunan
sebanyak empat kali lipat. Perubahan fisiologis pada kehamilan dapat mengubah farmakokinetik
obat dan dapat menyebabkan penurunah dari konsentrasi penisilin dalam plasma. Untuk alasan
ini, ketika pengobatan dimulai pada trismester ketiga, dosis kedua dari benzatin penisilin
direkomendasikan satu minggu setelah pemberian yang pertama dengan penilaian secara hati-
hati terhadap neonatus pada saat kelahiran.(Margaret, 2011)

Sifilis kongenital jarang terjadi di eropa, diagnosis dari sifilis kongenital sangat susah
dikarenakan kebanyakan dari neonatus yang terinfeksi tampak normal pada saat lahir. Semua
anak yang lahir dengan ibu yang memiliki tes serologi treponemal yang postitif memerlukan
evaluasi klinis dan pemeriksaan serologi sifilis. Bayi yang lahir dengan ibu yang didiagnosis
sifilis dan diterapi selama kehamilan perlu untuk melakukan tes RPR atau VDRL dan tes IgM
pada saat kelahiran dan usia tiga bulan, dan tiga bulan sampai negatif. Apabila titer inikelahiran
dan usia tiga bulan, dan tiga bulan sampai negatif. Apabila titer ini stabil atau meningkat, maka
bayi ini harus di evaluasi dan di berikan terapi untuk sifilis kongenital. Anak pasien yang lain
juga perlu untuk diberikan skrining sifilis jika terdapat diagnosis sifilis pada orang tua atau anak
yang sedang dikandung juga didiagnosis sifilis kongenital. (Kuypers, 2008)

Sebagian besar ahli dan pedoman merekomendasikan pengobatan yang sama pasien
dengan infeksi HIVmaupun dengan infeksi HIV. Pasien dengan infeksi HIV memiliki
kemungkinan kegagalan pengobatan yang tinggi jika dibandingkan dengan pasien tanpa infeksi
HIV, walaupun dikatakan bahwa kemungkinan ini sangat kecil. Pengobatan yang lebih lama dan
pemberian antibiotic tambahan juga dikatakan tidak memberikan hasil yang lebih baik.
Pengamatan serologi yang hatihati direkomendasikan terutama apabila pasien diberikan
pengobatan non-penisilin. Pasien yang mengkonsumsi ART menunjukkan perbaikan klinis dan
menurunkan kemungkinan kegagalan tes serologis. Peningkatan titer RPR atau VDRL sebagian
besar lebih dikaitkan dengan reinfeksi dibandingkan dengan kegagalan pengobatan. Efikasi dari
regimen non-penisilin pada pasien dengan HIV positif belum diteliti lebih mendalam. Pasien
dengan alergi penisilin yang terapi maupun pengamatan lanjutannya sulit untuk dievaluasi perlu
untuk di desensitisasi dan di terapi dengan penisilin. Terapi non-penisilin hanya dapat diberikan
pada pasien dengan pengamatan klinis dan tes serologis yang ketat. Beberapa studi kasus
mengatakan pemberian ceftriaxone mungkin efektif, walaupun dosis maupun lama
pengobatannya belum diuji lebih lanjut.(Daili, 2013)
Rekomedasi pengobatan sifilis

Terdapat beberapa rekomendasi regimen untuk pengobatan sifilis. Pengobatan ini berdasarkan atas
gejala klinis maupun hasil tes laboratorium pasien.(Workowski, 2015)

A. Sifilis Stadium Primer, Sekunder dan Laten Dini


1. Benzatin Penisilin G 2,4 juta unit, intramuskular, dosis tunggal

Terapi Alternatif

1. Prokain Penisilin G 600.000 unit, intramuskular setiap hari selama 10 hari

2. Doksisiklin 100 mg peroral dua kali sehari selama 14 hari4,29 ,30 hari
3. Tetrasiklin 500 mg peroral empat kali sehari selama 14 hari
4. Ceftriaxone 500 mg intramuscular setiap hari selama 10 hari (apabila tidak terdapat reaksi
anafilaksis dengan penisilin)
5. Amoxicillin 500 mg peroral empat kali sehari ditambah Probenesid 500 mg empat kali sehari
selama 14 hari
6. Azitromisin 2 gram peroral atau Azitromisin 500 mg setiap hari selama 10 hari
7. Eritromisin 500 mg peroral empat kali sehari selama 14 hari
B. Sifilis Laten Lanjut, Sifilis Kardiovaskuler, Sifilis Gumamatosa
1. Benzatin Penisilin 2,4 juta unit, intramuskular, setiap minggu (tiga dosis)

Terapi Alternatif

1. Doksisiklin 100 mg peroral dua kali sehari selama 28 hari4 ,30 hari
2. Amoxicillin 2 gram peroral tiga kali sehari ditambah probenesid 500 mg empat kali sehari
selama 28 hari
C. Neurosifilis termasuk Keterlibatan Neuro-oftalmologis pada Sifilis Primer
1. Aqueus crystalline penisilin 18-24 juta unit perhari diberikan dengan cara pemberian 3-4
juta unit, intravena setiap 4 jam atau diinfus, pemberian selama 10-14 hari
2. Prokain Penisilin 2,4 juta unit, intaramuskular sekali sehari ditambah probenesid 500 mg
peroral empat kali sehari selama 14 hari
3. Benzil Penisilin 10,8-14,4 gram setiap hari dengan cara pemberian 1,8- 2,4 gram intravena
setiap empat jam selama 14 hari
Terapi Alternatif

1. Doksisiklin 200 mg peroral dua kali sehari selama 28 hari


2. Amoxicillin 2 gram peroral tiga kali sehari ditambahkan Probenesid 500 mg peroral empat
kali sehari selama 28 hari
3. Ceftriaxone 2 gram, intramuscular atau intravena selama 10-14 hari
D. Sifilis Stadium Dini pada Kehamilan
1. Benzatin Penisilin G 2,4 juta unit, intramuscular dosis tunggal (Trismester satu dan dua
(termasuk umur kehamilan 27 minggu 6 hari)
2. Benzatin Penisilin G 2,4 juta unit, intramuscular, pada hari pertama dan kedelapan

Terapi Alternatif (Ketiga Trismester)

1. Prokain Penisilin G 600.000 unit, intramuscular setiap hari selama 10 hari


2. Amoxicillin 500 mg peroral, empat kali sehari ditambahkan Probenesid 500 mg peroral
empat kali sehari selama 14 hari
E. Sifilis Stadium Lanjut pada Kehamilan
1. Benzatin Penisilin G 2,4 juta unit, intramuscular pada hari ke 1, 8, dan 15 ( tiga dosis ) (Sifilis
Laten Lanjut, Sifilis Kardiovaskular dan Sifilis Gummatosa)

Terapi Alternatif

1. Prokain Penisilin G 600.000 unit, intramuscular sekali sehari selama 14 hari


2. Amoxicillin 2 gram peroral tiga kali sehari ditambah Probenesid 500 mg empat kali sehari
selama 28 hari
F. Neurosifilis pada Kehamilan
1. Prokain Penisilin G 2,4 juta unit, intramuscular, sekali sehari ditambahkan Probenesid 500
mg peroral empat kali sehari selama 14 hari
2. Benzil Penisilin 10,8-14,4 gram setiap hari dengan cara pemberian 1,8- 2,4 gram intravena
setiap 4 jam selama 14 hari
3. Aqueus crystalline penisilin 18-24 juta unit perhari diberikan dengan cara pemberian 3-4
juta unit, intravena setiap 4 jam atau diinfus, pemberian selama 10 -14 hari
Terapi Alternatif

1. Amoxicillin 2 gram peroral tiga kali sehari ditambah Probenesid 500 mg peroral empat kali
sehari selama 28 hari
2. Ceftriaxone 2 gram, intramuskular (dengan lidokain sebagai pengencer) atau intravena
(dengan aquadest sebagai pengencer bukan lidokain) selama 10-14 hari (jika tidak terdapat
reaksi anafilaksis terhadap penisilin)
G. Sifilis pada Pasien dengan HIV Positif
1. Pengobatan pasien dengan HIV positif diberikan pengobatan yang sama dengan pasien HIV
negatif
H. Sifilis Kongenital
1. Aqueus crystalline penisilin G 100.000-150.000 unit/kg/hari, diberikan dengan pemberian
50.000 unit/kg/dosis setiap 12 jam selama 7 hari pertama kehidupan dan setiap 8 jam
kemudian untuk total dari 10 hari.

Terapi Alternatif

1. Prokain Penisilin 50.000 mikro/KgBB intramuskular setiap hari selama 10 hari

Sampai saat ini penisilin masih merupakan antibiotika yang paling efektif untuk mengobati
sifilis, dari beberapa literature belum terdapat laporan adanya resistensi terhadap penisilin tetapi sudah
terdapat beberapa laporan resistensi terhadap pengobatan dengan makrolida. Apabila regimen
pengobatan utama tidak dapat diberikan, dapat diberikan terapi alternatif sebagai pengganti terapi
utama.

Daftar Pustaka

Kingston M, French P, Higgins S et al. UK national guidelines on the management of syphilis 2015.
Intional Journal of STD and AIDS OnlineFirst, published on Mei 01, 2020 as
doi:10.1177/0956462415624059.

Margaret, P.F. A review of the biology and the laboratory diagnosis of Treponema pallidum infections.
Journal of Continuing Education Topics and Issues. 2011; 13(3): 1-10.
Causer, L.M., Keldor, J.M., Fairley, C.K., Donovan, B., Karapanagiotidis, T., Leslie, D.E., Robertson, P.W.,
McNulty, A.M., Anderson, D., Wand, H., Conway, D.P., Denham, I., Ryan, C., Guy, R.J. A Laboratory-based
Evaluation of Four Rapid Point-of-Care Tests for Syphilis. PLOS One. 2014; 9(3): 1-7.

Kuypers, J., Gaydos, C.A., Peeling, R.W. Principles of Laboratory Diagnosis of STIs. In: Holmes, K.K.,
Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N., Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., eds. Sexually
Transmitted Disease. 4 th edition. New York: McGraw Hill; 2008, p. 937.

Workowski, K.A., Bolan, G. Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines 2015. CDC MMWR
Recommendations and Reports / Vol. 64 / No. 3 June 5, 2015

Daili, S.F., Indriatmi, W., Wiweko, S.N., Dewi, H., Tanujaya, F., Wignall, S., Anartati, A. Pedoman Tata
laksana Sifilis Untuk Pengendalian Sifilis di Layanan Kesehatan Dasar. Edisi 1. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia; 2013, p. 1-37.

Anda mungkin juga menyukai