Bahan Kuliah IDI Modul Elektif Tokoh Pengobatan Islam DR Susilorini
Bahan Kuliah IDI Modul Elektif Tokoh Pengobatan Islam DR Susilorini
I. Pendahuluan
Penyakit diciptakan oleh Allah demikian pula obatnya. Dalam Shahihul Bukhari dan
Muslim, dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap kali Allah menurunkan penyakit, pasti Allah menurunkan obatnya” (HR. Bukhri
X/113) . Manusia mengetahui obatnya karena ilmunya dan tidak tahu karena kebodohannya
sehingga kadang ilmu yang dimiliki manusia tidak dapat menjangkau, kecuali apabila kita
mendapatkan petunjuk-Nya. Segala sesuatu yang telah diciptakan Allah tidak ada yang sia-sia,
semua mengandung makna dan manfaat. Allah menciptakan manusia dan memuliakannya
sebagai makhluk yang paling istimewa. Oleh karena itu dengan akal dan pikiran diharapkan
manusia dapat hidup seimbang dunia akhirat, sehat jasmani rohani dengan cara memanfaatkan
apa yang ada (bahan alam) dan mencari rahasia yang terkandung didalamnya.
Selain itu firman Allah yang menyebutkan tumbuhan atau hewan sebagai obat,
“ kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang
telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-
macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan” (QS An-Nahl [16]: 69)
Ayat-ayat tersebut, membuktikan sesungguhnya pada zaman para Nabi pun telah dikenal
obat-obatan alami dengan penggunaan ukuran yang sesuai. Sekali lagi, hal ini membuktikan
bahwa Al-Quran adalah kitab yang didalamnya berisi berita dan informasi yang semuanya
terbukti kebenarannya. Al-Quran dijadikan petunjuk bagi manusia, sebagai sumber yang hakiki
agar manusia selamat dunia dan akhirat.
Seiring dengan perkembangan zaman maka peradaban semakin maju hingga pada masa
Rasulullah dan kekhalifahan banyak bermunculan tokoh-tokoh pengobatan yang melakukan
terapinya sesuai petunjuk Islam. Akan tetapi obat-obatan alami ini mengalami kemunduran dan
diganti dengan obat-obatan kimia yang pembuatannya rawan menggunakan bahan-bahan haram.
Menurut Supriadi (2001: 13) pemanfaatan tumbuhan dan hewan sebagai alternatif pengobatan
alami dewasa ini berkembang cukup pesat. Sekitar 25 obat-obatan yang diresepkan negara
industri maju mengandung bahan senyawa aktif hasil ekstraksi tanaman obat.
Sebagai seorang dokter muslim hendaknya kita mampu menteladani para tokoh
pengobatan Islam dari zaman ke zaman agar kita terhindar dari praktek- praktek pengobatan
yang haram dan melampui batas syariat. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian terhadap sejarah
tokoh- tokoh pengobatan Islam.
Orang yang rajin dan pandai mulai mencatat dan mendokumentasikannya dan ia akan dikenal
sebagai tokoh pengobatan. Orang- orang berobat kepadanya dari cerita mulut ke mulut, dan
akhirnya dikenallah ia sebagai seorang tabib. Ada orang yang menggabungkan metode
pengobatannya dengan sihir dan menggunakan bantuan Jin dan syetan sehingga mereka dikenal
sebagai dukun/ kahin. Tabib adalah cikal bakal ilmu kedokteran modern. Perkembangan dunia
pengobatan berkembang pesat, terdapat beberapa tokoh yang berperan dalam pengobatan ini.
Awalnya penggunaan obat dilakukan secara empirik dari tumbuhan, hewan yang didasarkan dari
pengalaman, selanjutnya mulai dilakukan pengobatan berdasarkan eksperimen. Untuk
memudahkan mempelajari bagaimana sejarah tokoh- tokoh pengobatan Islam ini maka secara
garis besar tokoh-tokoh ini terbagi berdasarkan era dan peradaban bangsanya.
1. Kayy
Pada saat itu di Sumeria selain tabib juga dijumpai para dukun yang biasanya
mempraktekkan ilmunya dengan meminta bantuan jin dan syaithan.
Selain Negeri Sumeria di Irak juga dijumpai negeri Akadia, terbentang tepat di
pertemuan sungai Daljah dan Furat. Sekitar tahun 2300 SM seorang tabib yang
merupakan bekas pelayan raja Arab Purba ( raja Zababa) menobatkan dirinya
menjadi raja. Putri raja Sargon ini yang bernama Anhiduana menjadi pendeta
dan tabib yang mengembangkan ilmu kedokteran Samiah. Raja mendirikan
lembaga pengkajian ilmu kedokteran yang berkembang hingga awal
pemerintahan raja Namruz yang akhirnya memindahkan pemerintahannya ke
Babilonia.
Pada masa itu lembaga pengkajian kedokteran terdiri atas banyak cabang,
meliputi beberapa metode pengobatan ilmu lasah (fisioterapi), ilmu terapi air
(hidroterapi), ilmu bedah, AL- kayy, ilmu peracikan obat (farmakologi). Pada
saat itu obat sudah dibuat dalam bentuk pil.
Praktik pengobatan dilakukan oleh tabib dan juga dukun/ kahin. Para tabib
meramu obat menggunakan tumbuh-tumbuhan, serangga, madu, dan unsure-
unsur kimia yang lain. Mereka juga telah menggunakan alat- alat kedokteran
seperti pisau bedah, alat-alat kayy, alat-alat lasah dll.
Pada masa kekuasaan Fir’aun Ramses II, 1200 tahun SM, di ibu kota
Ramses dan di kota Thebe serta Memphis berkembang lembaga- lembaga
pengkajian kedokteran yang maju. Cabang ilmu kedokteran yang sangat
menonjol di Mesir adalah Ilmu Bedah Besar. Dalam hal ramuan obat, para
tabib Mesir mencampurkan ramuan herbal dengan ramuan- ramuan dari hewan
dana bahkan mayat manusia. Mereka juga mengembangkan terapi diet (dawit),
dan al- kayy. Dalam perkembangan selanjutnya ilmu Kedokteran Mesir juga
dipengaruhi oleh bani Israil.
3000 tahun SM, bangsa Persia mengambil alih wilayah negeri Sumeria. Bangsa
Persia pada saat itu telah mengkitabkan ilmu-ilmu kedokteran dalam
lempengan-lempengan tanah liat, kulit dan lembaran tembaga. Pada tahun 650
tahun SM pada masa pemerintahan Raja Daryawahusy, para tabib mendirikan
Lembaga Pengkajian Ilmu kedokteran di 2 kota yaitu Jundi Kirman dan
Syahran.
Para tabib Persia melakukan beberapa metode pengobatan yaitu antara lain
ilmu bedah, ilmu lasah, ilmu bekam, al kayy, urbuz (infus), burbul
(kemoterapi) dan ramuan obat-obatan . Dalam hal ilmu bedah tabib Persia
dikenal halus jahitannya, dan dalam tindakan bedah mereka menggunakan
opium sebagai zat anestesi.Ramuan-ramuan obat dibuat dengan tumbuh-
tumbuhan basah maupun kering
Pada tahun 35H kota Jundi Syahpur jatuh ke tangan Islam di bawah pimpinan
Abu Musa Al-Asy’ariy, dan kota ini ditetapkan sebagai kota ilmu pengetahuan.
Pada masa dinasti Ummayah didirikanlah rumah sakit kecil tempat para murid
melakukana praktek. Pada tahun 136-158 H, oleh khalifah Abu Ja’far al-
Mansur, lembaga ini tetap dipertahankan , dikepalai oleh seorang tabib
Nasturiyyah yang bernama Jirjis Bukhtyishu yang menjadi tabib istana dan
tabib pribadi Al-Mansur.
Ilmu kedokteran Hindustan berakar dari kedokteran Aria, Sumeria, Yunani dan
Persia. Pengaruh Yunani dibawa oleh raja Iskandar. Pada saat itu banyak tabib
yang dibawa olehnya menetap di Hindustan dan mendirikan lembaga-lembaga
pengkajian Ilmu Kedokteran. Akhirnya berdirilah lembaga lembaga ilmu ini di
beberapa kota seperti di Mathura, Pataliputra dan Indraprahasta.
2. Ilmu kedokteran murni: diet, pijatan, tepukan, senam, lasah, cucukan dan
bedah, ramuan obatnya terpengaruh oleh ramuan dari Persia, ramuan untuk
pengobatan tumor pun dikenal maju.
Ilmu pertabiban bani Israil adalah ilmu campuran dari Mesir, Funisia,
Khaldan dan Assiria. Pada zaman kebesaran nabi Sulaiman as, ilmu
mereka sangat maju, dan mengalami kemunduran ketika dijajah oleh
bangsa lain. Pada masa kejayaan Persia tabib-tabib banyak yang
mengkaji ilmunya ke Persia. Tabib-tabib Yahudi terkenal hingga
Romawi dan Yunani.
Ilmu pengobatan China dikenal Maju sejak 2500 tahun SM, kitab
pengobatan tertua berasal dari dinasti Hsia, sedangkan kitaab yang
lengkap ditulis pada zaman Ts’in Shih Huang Tie (221-210).
Nabi SAW bukanlah seorang tabib, akan tetapi dalam syariat Islam terkandung ilmu pengobatan
yang bernilai tinggi dan dirahmati Allah. Pada dasarnya ilmu kedokteran sifatnya umum dan
universal akan tetapi Islam memberikan batasan-batasan sehingga tidak bertentangan terhadap
Al-Qur’an dan Al-hadist. Nabi SAW berobat kepada tabib yang ahli di masanya. Nabi SAW
pernah memanggil ahli Bekam, ahli bedah dan tabib-tabib yang lainnya. Diantara sahabat beliau
juga ada yang menjadi tabib seperti Abi Thalhah yang mempunyai keahlian dalam pengobatan
Al-Kayy. Nabi sendiri melakukan pencegahan dengan mengatur makan dan minum, shaum,
minum air putih, air madu, kurma dan lain-lain. Sehingga beliau selalu dalam kondisi sehat.
Pernah suatu ketika beliau diberi hadiah oleh raja Mesir berupa tabib yang mengikuti beliau
hingga di Madinah, akan tetapi tabib ini akhirnya meminta ijin kepada nabi untuk kembali ke
Mesir karena penduduk Madinah hamper semuanya sehat wal’afiat sehingga dia merasa tidak
diperlukan di Madinah.
Perkembangan kedokteran Islam secara besar-besaran dimulai dari upaya penterjemahan dan
penyaduran kitab-kitab ilmu pengetahuan. Pada masa kekhalifahan Khalid ibnu Muawiyyah,
dibuatlah perpustakaan besar dan pengembangan ilmu. Khalifah behkan memanggil sarjana
kimia dari Iskandariah yang bernama Mariuanus dan mengangkat ahli- ahli terjemah. Pada
masa itu pusat ilmu pengetahuan berada di Damsyiq.
Pada masa khalifah Abu ja’far Al-Mansur pada tahun 136-158 H kegiatan ini dilanjutkan dan
didirikannlah lembaga pengkajian Ilmu kedokteran. Dua tabib yang berpengaruh pada masa
ini adalah Jirjis Bukhtisyu dan Sarjis Risy Aina. Keduannya adalah tabib yang beragama
nasrani nasturiyyah yang mengesakan Allah.
Tabib lain yang termasyur adalah Al-Masawih seorang tabib lulusan Jundi Syahpur. Pada
masa kehalifahan Harun ar’Rasyid ia menjadi tabib istana. Ia mempunyai metode kedokteran
sendiri dan mengembangkannya. Ia menulis banyak kitab. Anaknya bernama Yuhana ibnu
Maswaih melanjutkan ilmu ini dan mengembangkannya serta menuliskan kitab yang terkenal
antara lain: An-Nawadir-ut-Thibbiyah, kitab ul-hammiyyat dan ul-Azminah.
Pada masa kekhalifahan al- Makmun 193-218 H usaha penterjemahan buku dari Yunani
dilakukan. Hingga pemerintahan Al-Muqtadir telah diterjemahkan 150 buku kitab kedokteran
dan lebih dari 200 buku kitab sastra dan filsafat. Sejak saat ini mulai merebak wabah
penyakit syubhat yang menggerogoti aqidah ummat Islam.
2. Metode kedokteran Arab meraka lebih disukai oleh karena jasanya murah dan
menggunakan metode bekam modern, Al kayy, bedah, yang sudah diterilkan serta
menggunakan ramuan yang berbahan halal.
3. Metode kedokteran Persia : mereka dipengaruhi oleh metode pengobatan Yunani dan
bayarannya mahal. Salah satu contohnya adalah tabib Jibril al-Bukhtisyu seorang tabib
istana. Pada masa harun ar-Rasyid.
5. Metode kedokteran Nabi SAW; terdiri dari para tabib yang hanya mau mengambil dari
apa yang dipraktekkkan nabi SAW. Tabib-tabib inipun ada yang mengambil ilmunya dari
lembaga pengkajian ilmu kedokteran, hanya mereka memilih berhati-hati agar tidak
melanggar sunnah Rasulullah SAW. Bila mereka mengalami kesulitan mereka
melakukan shalat istikharah. Mereka menolak al-Kayy dan cara pengobatan yang
mencacatkan tubuh, serta menjaga diri dari yang syubhat dan haram.
6. Metode klasik; tabib-tabib yang mempelajari ilmunya secara turun temurun. Mereka
menjadikan pengobatan hanya sambilan, mereka bekerja sebagai pengajar al-qur’an,
pedagang dll, dan hanya mengobati ketika dimintai pertolongan, sehingga ada kalanya
mereka menolak diberi upah.
Diantara keenam metode itu yang paling banyak pada saat itu adalah tabib-tabib yang
menggunakan metode kedokteran Arab. Di kota Bagdad tercatat ada 860 tabib.
No nama bidang
1. Abu Yusuf ibnu Tabib, ahli kimia Metode Menulis 256 kitab, 32 kitab
Ishaq (185H-252 H) hilaniah kedokteran, salah satunya
kitab tentang pengobatan
(keturunan Qais al-
mata yang diterjaemahkan
Kindi sahabat Nabi
menjadi bahasa latin “De
SAW)
Aspectibus”, kitab tentang
obat-obatan penyakit
gastrointestinal“Medicarum
compacitarum Gradibus”
2. Hunain ibnu Ishaq Tabib dan Metode Menterjemahkan 72 buku
al-ubbadi (194- Apoteker terkenal Yunani dan menulis ulang buku
265H) material medika, dan
berbagai kitab kedokteran.
Seorang nasrani
nasturiyyah teman
Galen
3 Ali Ibnu Suhal at Tabib Peletak Metode 360 buku kitab yang
Thabariy 228H dasar Yunani terkenal Al-firdaus al
masuk Islam 253 H farmakologi, hikmati tentang berbagai
(guru Ar-Razi) patologi dan diet diet dan perilaku hidup
sehat
4 Yuhana ibnu Tabib ketua Metode Beberapa kitab penyakit
. masawaih jurusan mata dan Yunani gizi dan penyakit menular
pertengahan abad kebidanan anak.
ke-3 H
5 Jabir ibnu Hayyan Tabib ahli obat, Metode Peletak dasar ekstraksi obat
(keluarga Al- ahli kimia yunani dengan alat dan
Barmaki pada masa mempunyai laboratorium
pemerintahan harun kimia yang dibangunnya
Ar-rasyid) sendiri.
6 Abu bakar Ibnu Tabib ahli kimia Metode Menulis kitab al-hawi yang
zakaria Ar-Razi 251 dan obat campuran terdiri daari 100 jilid atas
H-320 H perintah raja Charles I pada
1279M, dlm bidang kimia
menulis Al-Kymia,
menemukan dasar-dasar
patologi Cacar dan campak.
Seeorang ahli kimia dari Swedia Paracelsus (1541-1493 SM) berpendapat bahwa untuk membuat
sediaan obat diperlukan pengetahuan kandungan zat aktifnya. Selanjutnya Islam masuk dengan
motivasi yang kuat dalam ilmu pengetahuan khususnya dunia pengobatan. Al-Dinury yang
dikenal sebagai ”bapak nabati” bangsa Arab menghasilkan karangan tentang tumbuh-tumbuhan
(nabati) (Muhammad, 2007: 67). Sedangkan Ilmuan Arab Ibnu Sina (980-1037 M) seorang tabib
sekaligus filosof dikenal sebagai ”bapak kedokteran Islam”, berhasil melahirkan karya ”Al-
Qamus Fi al-Thibb” tentang metode pengumpulan, penyimpanan dan khasiat tumbuhan obat.