Anda di halaman 1dari 17

Bahan Kuliah IDI Modul Elektif Tokoh Pengobatan Islam

dr. Susilorini, M.Si.Med, SpPA

TOKOH-TOKOH PENGOBATAN ISLAM

I. Pendahuluan

Penyakit diciptakan oleh Allah demikian pula obatnya. Dalam Shahihul Bukhari dan
Muslim, dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

“Setiap kali Allah menurunkan penyakit, pasti Allah menurunkan obatnya” (HR. Bukhri
X/113) . Manusia mengetahui obatnya karena ilmunya dan tidak tahu karena kebodohannya
sehingga kadang ilmu yang dimiliki manusia tidak dapat menjangkau, kecuali apabila kita
mendapatkan petunjuk-Nya. Segala sesuatu yang telah diciptakan Allah tidak ada yang sia-sia,
semua mengandung makna dan manfaat. Allah menciptakan manusia dan memuliakannya
sebagai makhluk yang paling istimewa. Oleh karena itu dengan akal dan pikiran diharapkan
manusia dapat hidup seimbang dunia akhirat, sehat jasmani rohani dengan cara memanfaatkan
apa yang ada (bahan alam) dan mencari rahasia yang terkandung didalamnya.

Dalam Al Quran pun telah dijelaskan tumbuhan yang sangat bermanfaat


” Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon
korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa
(bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-
macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan
disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan” (QS Al_An’am [6]: 141)

Selain itu firman Allah yang menyebutkan tumbuhan atau hewan sebagai obat,
“ kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang
telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-
macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan” (QS An-Nahl [16]: 69)

Ayat-ayat tersebut, membuktikan sesungguhnya pada zaman para Nabi pun telah dikenal
obat-obatan alami dengan penggunaan ukuran yang sesuai. Sekali lagi, hal ini membuktikan
bahwa Al-Quran adalah kitab yang didalamnya berisi berita dan informasi yang semuanya
terbukti kebenarannya. Al-Quran dijadikan petunjuk bagi manusia, sebagai sumber yang hakiki
agar manusia selamat dunia dan akhirat.

Allah menganugerahkan gharizah untuk berobat ketika ia sakit. Permulaan manusia


mengenal ramuan obat untuk suatu penyakit adalah dengan mencoba ramuan dedaunan. Jika
Allah menghendaki maka ditemukan sejenis daun penawar yang cocok dengan penyakitnya.
Bahkan sesungguhnya Allah pun menganugrahkan insting ini pada hewan.

Nabi Adam as sebagai pembentuk masyarakat manusia pertama telah dikaruniai


kemampuan untuk mengenal cara-cara mengatasi penyakit. Sampai kurun waktu 4500 tahun SM,
ilmu pengobatan ini masih dijalankan secara turun temurun menurut tradisi. Belum ada lembaga
kedokteran ilmiah yang dikenal. Umumnya pengetahuan masyarakat mengenai khasiat obat
suatu tumbuhan, didasarkan dari isyarat alam atau prilaku binatang. Sebagai contoh, helai daun
berbentuk hati (daun waru) mempunyai khasiat untuk mengobati penyakit hati, bagian tanaman
yang berwarna kuning dapat menyembuhkan penyakit kuning, binatang sakit yang memakan
tumbuhan tertentu mempunyai petunjuk bahwa tumbuhan tersebut berkhasiat obat. Hal ini sesuai
dengan sejarah pengobatan Islam yang tersirat dalam Al Quran dan Hadis. Allah sendiri telah
memerintahkan hambanya dalam kalam-Nya untuk menggunakan beberapa tanaman dan hewan
serta memanfaatkannya sebagai bahan makanan, obat dan pakaian.

Seiring dengan perkembangan zaman maka peradaban semakin maju hingga pada masa
Rasulullah dan kekhalifahan banyak bermunculan tokoh-tokoh pengobatan yang melakukan
terapinya sesuai petunjuk Islam. Akan tetapi obat-obatan alami ini mengalami kemunduran dan
diganti dengan obat-obatan kimia yang pembuatannya rawan menggunakan bahan-bahan haram.
Menurut Supriadi (2001: 13) pemanfaatan tumbuhan dan hewan sebagai alternatif pengobatan
alami dewasa ini berkembang cukup pesat. Sekitar 25 obat-obatan yang diresepkan negara
industri maju mengandung bahan senyawa aktif hasil ekstraksi tanaman obat.

Sebagai seorang dokter muslim hendaknya kita mampu menteladani para tokoh
pengobatan Islam dari zaman ke zaman agar kita terhindar dari praktek- praktek pengobatan
yang haram dan melampui batas syariat. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian terhadap sejarah
tokoh- tokoh pengobatan Islam.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Awal perkembangan pengobatan adalah dengan mengikuti insting manusia. Teknik


pengobatan telah ada sejak zaman dahulu dimana ilmu memijat dan meramu obat adalah metode
pengobatan yang paling tua. Pengobatan bermula dari pengalaman sakit, atas dorongan insting/
gharizah yang dianugerahkan Allah secara reflex manusia akan memijat, menggaruk atau
mengurapi tubuh. Manusia umumnya memanfaatkan tanaman atau hewan yang ada disekitar
mereka. Jika Allah menghendaki maka ditemukan daun penawar yang cocok untuk sakitnya.
Orang-orang zaman pra sejarah mengenal manfaat maupun efek toksik dari berbagai macam
bahan yang berasal dari tumbuhan dan hewan.

Orang yang rajin dan pandai mulai mencatat dan mendokumentasikannya dan ia akan dikenal
sebagai tokoh pengobatan. Orang- orang berobat kepadanya dari cerita mulut ke mulut, dan
akhirnya dikenallah ia sebagai seorang tabib. Ada orang yang menggabungkan metode
pengobatannya dengan sihir dan menggunakan bantuan Jin dan syetan sehingga mereka dikenal
sebagai dukun/ kahin. Tabib adalah cikal bakal ilmu kedokteran modern. Perkembangan dunia
pengobatan berkembang pesat, terdapat beberapa tokoh yang berperan dalam pengobatan ini.
Awalnya penggunaan obat dilakukan secara empirik dari tumbuhan, hewan yang didasarkan dari
pengalaman, selanjutnya mulai dilakukan pengobatan berdasarkan eksperimen. Untuk
memudahkan mempelajari bagaimana sejarah tokoh- tokoh pengobatan Islam ini maka secara
garis besar tokoh-tokoh ini terbagi berdasarkan era dan peradaban bangsanya.

1. Tabib-tabib pada Masa sebelum Nabi Muhammad SAW

2. Tabib-tabib pada Masa Nabi Muhammad SAW

3. Tabib- tabib pada masa sesudah nabi Muhammad SAW


2.1. TABIB-TABIB PADA MASA SEBELUM NABI MUHAMMAD SAW

2.1.1. Tabib-tabib Bangsa Sumeria dan Akadia (IRAK)

Sekitar 4000 tahun SM di negeri Sumeria yang terbentang sepanjang sungai


Eufrat dan Tigris, ilmu pengobatannya dikenal maju dan disana dilahirkan para
tabib masyhur yang hanya menurunkan ilmunya kepada murid pilihan. Pengkajian
ilmu dilakukan secara privat atau berkelompok tetapi tidak lebih dari 5-6 orang.
Para tabib inipun telah mengkitabkan ilmunya pada papan tulis dari tanah liat.
Metode pengobatan yang digunakan antara lain;

1. Kayy

2. Cara lasah dengan balutan bidai

3. Ramuan herba, madu, ramuan serbuk tanduk.

Pada saat itu di Sumeria selain tabib juga dijumpai para dukun yang biasanya
mempraktekkan ilmunya dengan meminta bantuan jin dan syaithan.

Selain Negeri Sumeria di Irak juga dijumpai negeri Akadia, terbentang tepat di
pertemuan sungai Daljah dan Furat. Sekitar tahun 2300 SM seorang tabib yang
merupakan bekas pelayan raja Arab Purba ( raja Zababa) menobatkan dirinya
menjadi raja. Putri raja Sargon ini yang bernama Anhiduana menjadi pendeta
dan tabib yang mengembangkan ilmu kedokteran Samiah. Raja mendirikan
lembaga pengkajian ilmu kedokteran yang berkembang hingga awal
pemerintahan raja Namruz yang akhirnya memindahkan pemerintahannya ke
Babilonia.

2.1.2. Tabib-tabib Babilonia

Negeri Akadia yang hancur akhirnya dipindahkan oleh raja Namruz ke


Babilonia. Ilmu kedokteran Akadia masih dikembangkan pada awal
pemerintahan raja Namruz. Pada perjalanannya lahirlah Raja Hamurrabi yang
dikenal sebagai seorang ilmuwan yang nmenguasai berbagai ilmu seperti ilmu
hukum, ilmu falaq, ilmu pasti , ilmu kedokteran dll.

Pada masa itu lembaga pengkajian kedokteran terdiri atas banyak cabang,
meliputi beberapa metode pengobatan ilmu lasah (fisioterapi), ilmu terapi air
(hidroterapi), ilmu bedah, AL- kayy, ilmu peracikan obat (farmakologi). Pada
saat itu obat sudah dibuat dalam bentuk pil.

Praktik pengobatan dilakukan oleh tabib dan juga dukun/ kahin. Para tabib
meramu obat menggunakan tumbuh-tumbuhan, serangga, madu, dan unsure-
unsur kimia yang lain. Mereka juga telah menggunakan alat- alat kedokteran
seperti pisau bedah, alat-alat kayy, alat-alat lasah dll.

Pada masa ini Raja Hamurabi menyusun pula undang-undang kesehatan.


Kejayaan bangsa ini dilanjutkan oleh raja Nebukadnezar.

2.1.3. Tabib- tabib dari Mesir

Pada masa kekuasaan Fir’aun Ramses II, 1200 tahun SM, di ibu kota
Ramses dan di kota Thebe serta Memphis berkembang lembaga- lembaga
pengkajian kedokteran yang maju. Cabang ilmu kedokteran yang sangat
menonjol di Mesir adalah Ilmu Bedah Besar. Dalam hal ramuan obat, para
tabib Mesir mencampurkan ramuan herbal dengan ramuan- ramuan dari hewan
dana bahkan mayat manusia. Mereka juga mengembangkan terapi diet (dawit),
dan al- kayy. Dalam perkembangan selanjutnya ilmu Kedokteran Mesir juga
dipengaruhi oleh bani Israil.

2.1.4. Tabib- tabib dari Persia

3000 tahun SM, bangsa Persia mengambil alih wilayah negeri Sumeria. Bangsa
Persia pada saat itu telah mengkitabkan ilmu-ilmu kedokteran dalam
lempengan-lempengan tanah liat, kulit dan lembaran tembaga. Pada tahun 650
tahun SM pada masa pemerintahan Raja Daryawahusy, para tabib mendirikan
Lembaga Pengkajian Ilmu kedokteran di 2 kota yaitu Jundi Kirman dan
Syahran.

Para tabib Persia melakukan beberapa metode pengobatan yaitu antara lain
ilmu bedah, ilmu lasah, ilmu bekam, al kayy, urbuz (infus), burbul
(kemoterapi) dan ramuan obat-obatan . Dalam hal ilmu bedah tabib Persia
dikenal halus jahitannya, dan dalam tindakan bedah mereka menggunakan
opium sebagai zat anestesi.Ramuan-ramuan obat dibuat dengan tumbuh-
tumbuhan basah maupun kering

Sekolah kedokteran Persia menerima murid dari berbagai bangsa yang


diantaranya dating dari Hindustan, Arab, dan orang-orang jauh dari barat. Pada
saat Persia dikalahkan oleh raja Iskandar lembaga kedokteran ini tetap
dipelihara oleh raja Iskandar, dan bahkan dikembangkan olehnya. Terjadi
percampuran antara ilmu kedokteran Hilaniah ( Yunani) dengan kedokteran
Persia sehingga lahirlah ilmu filsafat Yunani. Sesudah raja Iskandar
meninggal, Persia mengalami perpecahan yang berlangsung hingga lahirnya
Nabi Isa as.

Persia mengalami penyatuan kembali pada tahun 227 M. Lembaga Pengkajian


kedokteran mencapai kemajuan puncak pada masa Qisra Kuphaz I. Pengobatan
pun mulai dilakukan berdasarkan penelitian eksperemental pada tawanan-
tawanan perang. Obat- obat keras dicobakan pada mereka. Lembaga
kedokteran termaju berada di kota Jundi Syahpur, dimana disana kitab-kitab
kedokteran berbagai bangsa diterjemahkan. Pada tahun 489 M banyak orang-
orang nasrani dari Nasturiyyah dari kota Konstantinopel yang memasuki
lembaga Ilmu kedokteran di Jundi Syahpur. Sebelum perkembangan Islam
beberapa orang Arab pun menuntut ilmu Kedokteran ke kota ini. Diantaranya
adalah Haris ibnu Khalad (Ben Khalad), nashir ibnu Al-Qamah (Ben Kama),
maimun ibnu Aqab (ben Akab) dan Thariq ibnu Hazb (ben Huz). Ben Khalda
menjadi tabib ahli Al-Kay, peramu obat, ilmu tulang, lasah/fisioterapi dan ilmu
penyakit dalam. Ben Kamah menjadi tabib ahli tulang, lasah, al-kayy, bekam,
bedah, peramu obat. Sedangkan Ben Akab dan Ben Huz kurang dikenal.

Pada tahun 35H kota Jundi Syahpur jatuh ke tangan Islam di bawah pimpinan
Abu Musa Al-Asy’ariy, dan kota ini ditetapkan sebagai kota ilmu pengetahuan.
Pada masa dinasti Ummayah didirikanlah rumah sakit kecil tempat para murid
melakukana praktek. Pada tahun 136-158 H, oleh khalifah Abu Ja’far al-
Mansur, lembaga ini tetap dipertahankan , dikepalai oleh seorang tabib
Nasturiyyah yang bernama Jirjis Bukhtyishu yang menjadi tabib istana dan
tabib pribadi Al-Mansur.

Jirjis Bukhtisyu adalah penulis kitab- kitab kedokteran yang pandai


menterjemahkan kitab ke berbagai bahasa yaitu Persia, Yunani dan Arab.
1.2.5. tabib- tabib dari Hindustan

Ilmu kedokteran Hindustan berakar dari kedokteran Aria, Sumeria, Yunani dan
Persia. Pengaruh Yunani dibawa oleh raja Iskandar. Pada saat itu banyak tabib
yang dibawa olehnya menetap di Hindustan dan mendirikan lembaga-lembaga
pengkajian Ilmu Kedokteran. Akhirnya berdirilah lembaga lembaga ilmu ini di
beberapa kota seperti di Mathura, Pataliputra dan Indraprahasta.

Di Hindustan berkembang macam-macam metode kedokteran:

1. Berasaskan agama bepangkal pada kitab Ayurweda; seperti Yoga, tapa,


pengobatan jarak jauh.

2. Ilmu kedokteran murni: diet, pijatan, tepukan, senam, lasah, cucukan dan
bedah, ramuan obatnya terpengaruh oleh ramuan dari Persia, ramuan untuk
pengobatan tumor pun dikenal maju.

3. Metode kedokteran yang bercampur sihir: dengan meminta bantuan surusta


I.2.6. Tabib- tabib dari Suriah

Pada awal perkembangan agama nasrani di Suriah telah berdiri


lembaga-lembaga kedokteran. Ilmunya berakar dari ilmu Mesir purba.

Metode pengobatannya antara lain terdiri dari al-kayy, bekam,


pembedahan, ramuan herba yang terkenal dengan pengguanaan madu,
kurma, susu dan campuran khamr basah maupun kering. Pada masa
kerahiban ilmu kedokteran Suriah memudar.

I.2.7. Tabib-tabib Romawi dan Yunani

Pada 500 tahun SM dikenal beberapa tabib terkenal merangkap kahin.


Rsebagian besar mereka dianggap dapat memperantarai maanusia
dengan dewa-dewa. Tabib Yunani lebih banyak menulis kitab-kitab dan
belajar dari peradaban Mesir. Tabib romawi belajar dari tabib Yunani.
Lambing- lambing ilmu kedokteran Yunani dan Romawi hingga
sekarang masih digunakan symbol-simbolnya. Bahkan banyak tabib
Muslim yang latah menggunakannya. Mereka menggantikan istilah-
istilah Islam dengannya. Seperti istilah Recipere yang dibuat sebagai
lambang R dalam penulisan resep yang berasal dari lambang altar dewa
Jupiter. Lambang ini dahulu dibuat sebagai jimat penangkal yang
berarti semoga dewa Jupiter segera memberi kesembuhan.

Tabib- tabib itu antra lain;

1. Hipokrates yang meninggal pada 337 tahun SM, diantara


tulisannya adalah kitab Afurimah yang berisi tentang peramuan
obat.

2. Galen, seorang tabib merangkap kahin, tulisannya banyak tentang


ramuan obat.
3. Dioskurides seorang ahli obat-obatan yang menyususn buku
Materia Medica.

4. Thales yang menulis buku tentang Kitab petunjuk untuk tabib.

Cabang ilmu kedokteran yang berkembang di Yunani dan romawi


meliputi:pengobatan herba, pengobatan xaphon ( menggunakan
serbuk dari tulang, abir, batu-batuan, serangga dan darah),
fisioterapi dan lasah, ilmu bedah dan pengobatan umum.
Hippocrates (459-370 SM) yang dikenal sebagai ”bapak
kedokteran”, dalam pengobatannya telah menggunakan 200 jenis
tumbuhan (Wolft, 1994: 3).

Dokter dari Rumania, Dewey Sokoriyus yang berasal dari Yunani


muncul pada abad pertama Masehi dan menghasilkan karya buku ”
Kitab al-Hasyaaisy fi al-Thib”, sebuah kitab yang berisi data 1000
jenis rumput, jerami, buah, pohon, tembaga serta manfaat,
kandungan dan tempat bahan tersebut berada (Muhammad, 2007:
67).

Ilmu kedokteran ini mengalami kemunduran ketika ia terpecah


menjadi dua yaitu kelompok yang mendewakan akal dan kelompok
yang berasaskan agama nasrani. Pada masa ini banyak tabib yang
dihukum berat oleh karena bila pengobatan tidak masuk akal
penguasa keagamaan maka jenis pengobatan ini akan dilarang keras
dan pelakunya dihukum berat. Pada masa pemerintahan Islam
banyak kitab-kitab Yunani diterjemahkan dalam bahasa Arab.

I.2.8. Tabib- tabib dari negeri Saba

Di Saba terdapat beberapa metode pengobatan yang berkembang


seperti Al-Kayy,bekam,lasah, bedah dan ramuan obat-obatan. Tabib-
tabibnya menurunkan ilmunya secara turun temurun. Al- kayy yang
dipraktekkan di Saba praktiknya sangat ceroboh. Setelah kedatangan
beberapa tabib dari Persia dan Mesir maka di Saba mulai berkembang
praktek al-kayy dengan alat yang lebih aman.

I.2.9. Tabib-tabib dari Palestina

Ilmu pertabiban bani Israil adalah ilmu campuran dari Mesir, Funisia,
Khaldan dan Assiria. Pada zaman kebesaran nabi Sulaiman as, ilmu
mereka sangat maju, dan mengalami kemunduran ketika dijajah oleh
bangsa lain. Pada masa kejayaan Persia tabib-tabib banyak yang
mengkaji ilmunya ke Persia. Tabib-tabib Yahudi terkenal hingga
Romawi dan Yunani.

I.2.10. Tabib- tabib dari China

Ilmu pengobatan China dikenal Maju sejak 2500 tahun SM, kitab
pengobatan tertua berasal dari dinasti Hsia, sedangkan kitaab yang
lengkap ditulis pada zaman Ts’in Shih Huang Tie (221-210).

Pengobatan China erat dengan kepercayaan kepada 2 dewa Yin (langit)


dan Yang (Bumi). Praktek pengobatannya dilakukan oleh anak negeri
dan sinse/tabib. Anak negeri mencari ilmu secara otodidak, dan kepada
guru yang menurunkan ilmunya turun temurun berdasarkan kitab
pusaka. Mereka melakukan pengobatan dengan berbagai metode
meliputi pijatan tangan, tongkat, biji-bijian, batu-batuan dan giok,
dipadukan dengan ramuan jamu turun temurun, sihir, magnet tubuh,
arak, darah, serangga, empedu dll.

Adapun sinse telah mengenal cara mendiagnosis penyakit ,dan melihat


hubungan titik-titik tubuh. Mereka melakukan beberapa metode
pengobatan yang mereka kaji dan melakukan metode pengobatannya
berdasarkan apa yang mereka kaji. Metode yang mereka gunakan
adalah bedah, akupungtur, pijatan (akupressur) dan ramuan-ramuan
yang beraneka ragam. Catatan tertulis kuno dari Cina dan Mesir
menyebutkan berbagai jenis obat yang bermanfaat dan yang tidak
bermanfaat. Bahan kuno pertama yang ditemukan ialah ”Chiang
Shang” di Cina yang kemudian dikenal sebagai obat anti malaria
(Wolft, 1994: 2). Ketika Islam datang beberapa pengobatan dengan
menggunakan bahan haram mulai dihilangkan oleh para tabib di daerah
pemukiman Muslim.

2.2. TABIB_TABIB PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW

Nabi SAW bukanlah seorang tabib, akan tetapi dalam syariat Islam terkandung ilmu pengobatan
yang bernilai tinggi dan dirahmati Allah. Pada dasarnya ilmu kedokteran sifatnya umum dan
universal akan tetapi Islam memberikan batasan-batasan sehingga tidak bertentangan terhadap
Al-Qur’an dan Al-hadist. Nabi SAW berobat kepada tabib yang ahli di masanya. Nabi SAW
pernah memanggil ahli Bekam, ahli bedah dan tabib-tabib yang lainnya. Diantara sahabat beliau
juga ada yang menjadi tabib seperti Abi Thalhah yang mempunyai keahlian dalam pengobatan
Al-Kayy. Nabi sendiri melakukan pencegahan dengan mengatur makan dan minum, shaum,
minum air putih, air madu, kurma dan lain-lain. Sehingga beliau selalu dalam kondisi sehat.
Pernah suatu ketika beliau diberi hadiah oleh raja Mesir berupa tabib yang mengikuti beliau
hingga di Madinah, akan tetapi tabib ini akhirnya meminta ijin kepada nabi untuk kembali ke
Mesir karena penduduk Madinah hamper semuanya sehat wal’afiat sehingga dia merasa tidak
diperlukan di Madinah.

2.3. Tabib-tabib pada masa sesudah Nabi SAW

Perkembangan kedokteran Islam secara besar-besaran dimulai dari upaya penterjemahan dan
penyaduran kitab-kitab ilmu pengetahuan. Pada masa kekhalifahan Khalid ibnu Muawiyyah,
dibuatlah perpustakaan besar dan pengembangan ilmu. Khalifah behkan memanggil sarjana
kimia dari Iskandariah yang bernama Mariuanus dan mengangkat ahli- ahli terjemah. Pada
masa itu pusat ilmu pengetahuan berada di Damsyiq.

Pada masa khalifah Abu ja’far Al-Mansur pada tahun 136-158 H kegiatan ini dilanjutkan dan
didirikannlah lembaga pengkajian Ilmu kedokteran. Dua tabib yang berpengaruh pada masa
ini adalah Jirjis Bukhtisyu dan Sarjis Risy Aina. Keduannya adalah tabib yang beragama
nasrani nasturiyyah yang mengesakan Allah.

Tabib lain yang termasyur adalah Al-Masawih seorang tabib lulusan Jundi Syahpur. Pada
masa kehalifahan Harun ar’Rasyid ia menjadi tabib istana. Ia mempunyai metode kedokteran
sendiri dan mengembangkannya. Ia menulis banyak kitab. Anaknya bernama Yuhana ibnu
Maswaih melanjutkan ilmu ini dan mengembangkannya serta menuliskan kitab yang terkenal
antara lain: An-Nawadir-ut-Thibbiyah, kitab ul-hammiyyat dan ul-Azminah.

Pada masa kekhalifahan al- Makmun 193-218 H usaha penterjemahan buku dari Yunani
dilakukan. Hingga pemerintahan Al-Muqtadir telah diterjemahkan 150 buku kitab kedokteran
dan lebih dari 200 buku kitab sastra dan filsafat. Sejak saat ini mulai merebak wabah
penyakit syubhat yang menggerogoti aqidah ummat Islam.

Di Bagdad berkembang banyak metode pengobatan antara lain:

1. Metode kedokteran Yunani dan Romawi, terutama dipraktekkan di kota-kota namun


masyarakat muslim jarang berobat kepada mereka oleh karena tarifnya mahal.

2. Metode kedokteran Arab meraka lebih disukai oleh karena jasanya murah dan
menggunakan metode bekam modern, Al kayy, bedah, yang sudah diterilkan serta
menggunakan ramuan yang berbahan halal.

3. Metode kedokteran Persia : mereka dipengaruhi oleh metode pengobatan Yunani dan
bayarannya mahal. Salah satu contohnya adalah tabib Jibril al-Bukhtisyu seorang tabib
istana. Pada masa harun ar-Rasyid.

4. Metode kedokteran campuran: tabib-tabibnya rata-rata berusia muda dan berpendidikan


tinggi, mereka juga tidak menentukan upah.

5. Metode kedokteran Nabi SAW; terdiri dari para tabib yang hanya mau mengambil dari
apa yang dipraktekkkan nabi SAW. Tabib-tabib inipun ada yang mengambil ilmunya dari
lembaga pengkajian ilmu kedokteran, hanya mereka memilih berhati-hati agar tidak
melanggar sunnah Rasulullah SAW. Bila mereka mengalami kesulitan mereka
melakukan shalat istikharah. Mereka menolak al-Kayy dan cara pengobatan yang
mencacatkan tubuh, serta menjaga diri dari yang syubhat dan haram.

6. Metode klasik; tabib-tabib yang mempelajari ilmunya secara turun temurun. Mereka
menjadikan pengobatan hanya sambilan, mereka bekerja sebagai pengajar al-qur’an,
pedagang dll, dan hanya mengobati ketika dimintai pertolongan, sehingga ada kalanya
mereka menolak diberi upah.

Diantara keenam metode itu yang paling banyak pada saat itu adalah tabib-tabib yang
menggunakan metode kedokteran Arab. Di kota Bagdad tercatat ada 860 tabib.

Nama nama tabib, bidang dan metode kedokterannya, antara lain

No nama bidang
1. Abu Yusuf ibnu Tabib, ahli kimia Metode Menulis 256 kitab, 32 kitab
Ishaq (185H-252 H) hilaniah kedokteran, salah satunya
kitab tentang pengobatan
(keturunan Qais al-
mata yang diterjaemahkan
Kindi sahabat Nabi
menjadi bahasa latin “De
SAW)
Aspectibus”, kitab tentang
obat-obatan penyakit
gastrointestinal“Medicarum
compacitarum Gradibus”
2. Hunain ibnu Ishaq Tabib dan Metode Menterjemahkan 72 buku
al-ubbadi (194- Apoteker terkenal Yunani dan menulis ulang buku
265H) material medika, dan
berbagai kitab kedokteran.
Seorang nasrani
nasturiyyah teman
Galen
3 Ali Ibnu Suhal at Tabib Peletak Metode 360 buku kitab yang
Thabariy 228H dasar Yunani terkenal Al-firdaus al
masuk Islam 253 H farmakologi, hikmati tentang berbagai
(guru Ar-Razi) patologi dan diet diet dan perilaku hidup
sehat
4 Yuhana ibnu Tabib ketua Metode Beberapa kitab penyakit
. masawaih jurusan mata dan Yunani gizi dan penyakit menular
pertengahan abad kebidanan anak.
ke-3 H
5 Jabir ibnu Hayyan Tabib ahli obat, Metode Peletak dasar ekstraksi obat
(keluarga Al- ahli kimia yunani dengan alat dan
Barmaki pada masa mempunyai laboratorium
pemerintahan harun kimia yang dibangunnya
Ar-rasyid) sendiri.
6 Abu bakar Ibnu Tabib ahli kimia Metode Menulis kitab al-hawi yang
zakaria Ar-Razi 251 dan obat campuran terdiri daari 100 jilid atas
H-320 H perintah raja Charles I pada
1279M, dlm bidang kimia
menulis Al-Kymia,
menemukan dasar-dasar
patologi Cacar dan campak.

Ar-razi menolak wahyu


dan mempelajari filsafat
yunani dan Hindu
7. Abu al-Qasim ibnu Tabib istana Metode Peletak dasar ilmu bedah
abbas Azzahrawani khalifah campuran/c Eropa dan Al-Kayy modern
324H-404 H Abdurrahman III ampuran
di Andalusia
Keturunan bani
Anshar, Ahli bedah dan
ahli obat
8. Abu Raihan Tabib ahli obat- Metode Kitab as-Shaidanah fi
Muhammad ibnu obatan campuran/h Thibb berisi ilmu
Ahmad al-Bairuni ilaniah pengobatan , peracikan
pada tahun 351 H- obat terpenting dan dosis
440H, sahabat ibnu obat
Sina
9. Abu Ali al-Husain Tabib terkenal di Metode Al- qanun al thib, Asy-
ibnu Abdillah ibnu Bukhara, ahli campuran syifa’, buku-buku filsafat
Sina (Ibnu Sina) obat
371-429H
7. Ibnu Bulthan 450H Tabib ahli bedah, Metode Menentang pendapat
kayy dan obat Arab Galen, kitab yang terkenal
Kitab Synopsis Tables of
Medicine
8. Muhammad ibnu Fuqaha, tabib Thibbun Aqidah, fiqih, farmasi dan
ahmad ibnu Ayyub nabawy kedokteran Za’adul Ma’ad
ibnu Sa’adudin fi hadyi Khairil ‘Ubbad
Hafidz ( Ibnu al-
Qayyim al
Jauziyyah) 691-
751H
9. Abu ‘Umaran Musa Tabib Salahuddin Metode Kitab Al-Qurthubi dll
ibnu maimun al- Al-Ayubi Mesir
qurthubi 529H-
601H
10. Abu Muhammad Tabib ahli Metode Al-Jami’li Mufradati al-
Abdullah ibnu ramuan herbal campuran adwiah wa al-Aghdiah
Ahmad dliya ad-Din berisi macam-macam obat
Tabib raja Al-
al Andalusia / Ibnu dll
kamil al’Ayubi-
al-Baithari 575H-
Raja Najmudin
646H
11. Muhammad ibnu Tabib peneliti Campuran Al Hawary kitab
utsman ibnul Khatib demam hitam di epidemiologi
713-766H Eropa,
menyebarkan
sabun pada
mayarakat Eropa
12. Ahmad Syarif Tabib ahli bedah campuran
Shabran dan kandungan
dan obat
13. Muhammad Husaini Tabib ahli obat- Kitab Syifa’i Syafii 10 jilid
Nurbakhski 920H obatan kitab obat-obatan dan
bedah
Tabib yang baik
hati dan ringan
tangan
14. Lukman hakim Tabib apoteker Thibbun
L jawad ahli fiqih ahli nabawiyy
ibadah

15. Abdul Muluk atTim Tabib, pembuat


A obat dan pengajar
Al-Qur’an

16. Ibnu Syamsuddin Seorang aopteker Bustan I nabati


dai dan tabib
17. Addah tsabit Tabib orang
penshabi 750H miskin terkenal
murah hati dan
murah senyum,
gemar beramal
18. Abu Bakr (Turki) Penemu suntikan

Seeorang ahli kimia dari Swedia Paracelsus (1541-1493 SM) berpendapat bahwa untuk membuat
sediaan obat diperlukan pengetahuan kandungan zat aktifnya. Selanjutnya Islam masuk dengan
motivasi yang kuat dalam ilmu pengetahuan khususnya dunia pengobatan. Al-Dinury yang
dikenal sebagai ”bapak nabati” bangsa Arab menghasilkan karangan tentang tumbuh-tumbuhan
(nabati) (Muhammad, 2007: 67). Sedangkan Ilmuan Arab Ibnu Sina (980-1037 M) seorang tabib
sekaligus filosof dikenal sebagai ”bapak kedokteran Islam”, berhasil melahirkan karya ”Al-
Qamus Fi al-Thibb” tentang metode pengumpulan, penyimpanan dan khasiat tumbuhan obat.

Lahirnya tokoh-tokoh di bidang kedokteran khususnya dari Islam membuktikan bahwa


sejak masa kuno, manusia dengan kelebihan akal dan fikirannya, mampu mengkaji objek alam
yang ada disekitarnya serta mampu menemukan rahasia keajaiban ciptaan Allah dengan
peralatan yang relatif sederhana.

Anda mungkin juga menyukai