Anda di halaman 1dari 92

BIODATA

NAMA : HERU HERDIAWATI (WATI)


ALAMAT : JL LEGOSO RAYA NO 72 CIPUTAT TANG-SEL
NO HP & WA : 081296741028
RIWAYAT PEKERJAAN
• MANAJER KEPERAWATAN DEPARTEMEN OBGYN RSCM
• KA-SUBDIT RAWAT JALAN TERPADU RSCM
• KA SUBDIT PENERIMAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN RSCM
• SEKRETARIS KOMITE ETIK & HUKUM RSCM

RIWAYAT PENDIDIKAN:
• D3 KEBIDANAN CIPTO MANGUNKUSUMO
• D4 KEBIDANAN UNIVERSITAS NASIONAL
• S1 HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA
• S2 HUKUM UNIVERSITAS PANCASILA
• S3 HUKUM UNIVERSITAS TRISAKTI

RIWAYAT ORGANISASI:
• KETUA IBI RANTING RSCM
• MPEB IBI DKI
• BENDAHARA PP IBI

SAAT INI
• BIDANG HUKUM PP IBI
• DOSEN TIDAK TETAP PADA D3, D4 S1 KESMAS DAN D3, D4, S1 KEBIDANAN
• TRAINER P2KS JAKARTA
HUKUM KESEHATAN
DALAM PERAN DAN FUNGSI BIDAN
SERTA PELANGGARAAN ETIKA & HUKUM
DI ERA INFORMASI TEKNOLOGI ELEKTRONIK

SEMINAR NASIONAL KEBIDANAN

27 AGUSTUS 2019
PILIHAN HIDUP
DAN
PANGGILAN JIWA

Profesi CITA - CITA


Bidan

TERPAKSA/ KEBETULAN/
ALTERNATIF TERAKHIR

Profesi Mulia
[officium nobile]
HEAD -> Knowledge

ROFESI
MULIA
BIDAN
DIDASARI HAND’S -> Skill
OLEH
III H :

HEART - > Attitude


PERAN DAN FUNGSIBIDAN
Dalam melaksanakan profesinya
bidan memiliki peran dan fungsi
sebagai :

 Pelaksana

 Pengelola

 Pendidik

 Peneliti
1. Undang –Undang Dasar 1945 pasal 28 b
2.Undang – Undang no 36 /2009 Tentang Kesehatan
3.Undang – Undang n o 36 /2014 Tentang TENAKES
4.Undang –Undang no 44/2009 Tentang Rumah Sakit
5.Undang –Undang no 29/2004 Tentang Praktik Kedokteran
6.Undang – Undang n o 38/2014 Tentang Keperawatan
7.PMK no 28/2017 Tentang Izin & Penyelenggaraan Praktik Bidan

Serta beberapa Undang – Undang yang terkait diantaranya :

1.Undang – Undang n o 39/1999 Tentang HAM


2.Undang – Undang n o 35 /2014 Tentang Perlindungan anak
3.Undang – Undang n o 8 /1999 Tentang Perlindungan Konsumen
4.Undang – Undang n o 13 /2003 Tentang tenaga kerja
5.Undang - Undang n o 19/2016 Tentang ITE
Pengertian Hukum

Secara umum :
Himpunan petunjuk atas kaidah /norma
yang mengatur tata tertib di dalam suatu
masyarakat agar masyarakat bisa teratur
Tujuan :
Keselarasan,kebahagiaan dan tata tertibdi
dalam masyarakat
Hukum Kesehatan

Pengertian secara ringkas :

1. Kumpulan peraturan yang mengatur tentang


hal – hal yang berkaitan drngan kesehatan
2. Seperangkat kaedah yang mengatur seluruh
aspek yang berkaitan dengan upaya dan
pemeliharaan dibidang kesehatan
3. Rangkaian peraturan per undang undangan
dalam bidang kesehatan yang mengatur
pelayanan medik dan sarana medik
PENGERTIAN ETIKA
Etika : berasal dari bahasa Yunani dari kata “Ethos” yang berarti
kebiasaan-kebiasaan atau tingkah laku manusia.Dalam bahasa
Inggris disebut “Ethis” yang mempunyai pengertian sebagai ukuran
tingkah laku atau perilaku manusia yang baik, yakni tindakan yang
tepat, yang harus dilaksanakan oleh manusia sesuai dengan MORAL
pada umumnya
PRINSIP KODE ETIK BIDAN

KAEDAH DASAR
MORAL

NON RESPECTFOR
BENEFICENCE MALEFICENCE PERSON :
- Autonomy JUSTICE
( Menguntungkan (Tidak merugikan
Pasien) pasien) - Privacy ( Keadilan )
--Telling the truth
-- Confidentiality
KODE ETIK BIDAN

1.KLIEN/
MASYARAKAT 4. PROFESINYA
( 6 butir ) ( 3 butir )

2. TUGASNYA BIDAN 5. DIRI SENDIRI


( 3 butir ) ( 2 butir )

3. SEJAWAT& 6. NEGARA/BANGSA
TENAKES LAIN DAN TANAHAIR
( 2 butir) ( 2 butir)

7.PENUTUP

12
Kewenangan Bidan dalam PMK 28/2017
Pra Hamil Persalinan Nifas
Hamil ANC Normal Normal

Kesehatan
Konseling Menyusui
Ibu

Keluarga Ke se hatan
Be re ncana
Bidan Anak

Kesehatan
Repro duksi
IMPLIKASI HUKUM

PIDANA

PERDATA

ADMINISTRASI
14
Unsur Pokok hukum Pidana

Norma
Larangan ( Verbods)
Suruhan ( Gebods)

-
Sanksi ->
atas pelanggaran Norma

Ancaman dengan hukum


Pidana
15
TANGGUNG JAWAB HUKUM PIDANA

Tanggungjawab individu atas perbuatan nya,


tidak dapat dilimpahkan ke orang lain

Orang lain dapat turut bertanggung jawab


apabila termasuk PIDANA PENYERTAAN ( pem beri
perintah,turut serta,perbantuan, dll)
CONTOH
KASUS USG: BPM melakukan USG ->
Diagnosajanin Gemelli

Bumil menerima DP dari


Keluarga yang akan adopsi
1 bayi -> 2 bayi

Hamil aterm -> di lakukan SC ->


Gawat janin -> Ternyata Bayi Bumil dan adoptan
Dirujuk bidan ke RS tunggal -> Menuntut bidan

MENUNTUT

USG diluar luar kewenangan bidan


BAB III pasal 18 Kewenangan Bidan :
1.Kesehatan ibu
2.Kesehatan Anak
3.Kesehatan Reproduksi Perempuan & KB
Praktik Bidan tidak mengatur tentang USG

Untuk USG serahkan pada ahlinya yang memiliki kewenangan

Ingat Pasal 23 Ayat (2) :


Dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimilik

Pasal 58 ayat (2)


Semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berdasar
kewenangan,.berbasis kompetensi ,didasari suatu evidence based
CONTOH KASUS
ABORSI 1:
Unwanted Pregnancy ( 20 mg )

Faskes -> menolak

Pasien datang -> ke Bidan membawa Target Operasi ( TO )


Faskes tempat Polisi -> ditangkap->
Keklinik aborsi -> di
bidan bekerja -> di Laminaria di aff di RS
pasang laminaria stif Polri -> lanjut hamil
Tolak

Bidan
Pasal 346 -> memberitahu 4 thn pidana penjara -> Lawyer -> 4 bulan
CONTOH KASUS
ABORSI 2: 2 Intel polwanmenyamar
-> praktik bidan

Mengaku terlambat 4
minggu

Tarif Bidan :
1 polwan izin keluar -> Bidan itangkap ->
1 minggu -> 1 juta
2 minggu -> 1 juta Menghubungi atasandan Target Operasi ( TO )
3 minggu -> 3 juta Team di polseksetempat Polisi
4 minggu -> 4 juta

Praktik Aborsi ?
UU yang digunakan tergantung JPU dan hakim -> KUHP / UU Kesehatan ?
PASAL 346 KUHP :
Memberitahu / menyuruh orang lain untuk melakukan
aborsi/menggugurkan kandungannyan dipidana penjara 4 tahun

PASAL 347 KUHP :


Barang siapa melakukan aborsi tanpa seizin wanita hamil
dihukum penjara 12 tahun penjara dan apabila wanita tersebut
meninggal maka dipenjara 15 tahun.

PASAL 348 KUHP :


Barang siapa melakukan aborsi dengan izin wanita hamil
maka dihukum pidana 5 tahun 6 bulan dan apabila wanita
hamil meninggal maka dihukum pidana 7tahun
PASAL 349 KUHP :
barang siapa yang melakukan pengguran tersebut dokter/
bidan/ juru obat maka hukumannya dihukum sepertiga.
Pasal 75 UU no 36/2009 Tentang Kesehatan :
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat
dikecualikan
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin,
yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan,
maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan
bayi tersebut hidup di luar kandungan;
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
p si k o lo g is
Pas a l1 9 4 U U no 36 tahun 2009 :
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak
sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (s (satu miliar rupiahepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp.1.000.000.000,00 ).
Pasal 45A UU n0 35/2014 tentang perlindungan anak :
Setiap Orang dilarang melakukan aborsi terhadap Anak yang
masih dalam kandungan, kecuali dengan alasan dan tata cara
yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Pasal 77A
(1) Setiap Orang yang dengan sengaja melakukan aborsi
terhadap Anak yang masih dalam kandungan dengan
alasan dan tata cara yang tidak dibenarkan oleh ketentuan
peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45A, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10(sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah kejahatan
CONTOH KASUS
KELALAIAN YANG
Kasus Dokumentasi Partograph
MENYEBABKAN
KEMATIAN ->
Dokumetasi taklengkap:

G1P0A0 Hamil
aterm

PD pkl 23.00 wib Pkl 3.30 wib


SC pkl 5.00 wib
6 cm djj 140x/mnt djj 50x/mnt
Bayi meninggal
His 3x 10 ->45” Lapor dokter

Kelalaian berat yang menyebabkan matinya orang lain


Pasal 359 KUHP : 5 thn penjara
Pasal 84 ayat(2) UU Tenakes : 5 thn penjara
CONTOH KASUS
KELALAIAN YANG IBU G 5 P4 A0 hamil aterm ->
MENYEBABKAN datang ke RSUK -> Persalinan
KECACATAN ->
Terkait Etika pelayanan:

Saat dipimpin meneran


2 bidan menahan paha ibu
dengan paksa

Pasca persalinan LSM memfasilitasi Bidan dipanggil ->


ibu tidak dapat Rontgent di RS lain -> polisi ->
berjalan normal Retak tulang syimpisis pasal 360 KUHP

Kelalaian berat yang menyebabkan cacatnya orang lain


Pasal 360 KUHP : 5 thn penjara
Pasal 84 ayat(1) UU Tenakes : 3 thn penjara
Pasal 359 KUHP
Barang siapa karena kesalahannya (kelalaiannya)
menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan
paling lama satu tahun.

Pasal 360 KUHP:


Barang siapa karena kesalahannya (kelalaiannya)
menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
atau pidana kurungan paling lama satu tahu n.
Pasal 84 (1) UU no 36 /2014 Tentang Tenaga Kesehatan :

Setiap Tenaga Kesehatan yang melakukan kelalaian berat


yang mengakibatkan Penerima Pelayanan Kesehatan luka
berat dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun.

Pasal 84 (2) UU no 36 /2014 Tentang Tenaga Kesehatan :

Jika kelalaian berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


mengakibatkan kematian, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun.
Pasal 1365 KUH Perdata:
Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa
kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang
karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut“
Pasal 1367 KUH Perdata:
Seorang tidak saja bertanggungjawab untuk kerugian yang
disebabkan perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugi
an yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi
tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang
berada di bawah pengawasannya.”(Respondit Superior)
IMPLIKASI PASAL 58 UU no 36/2009 tentang KESEHATAN:
Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap
seseorang, tenaga kesehatan yang menimbulkan kerugian
akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan
yang diterimanya
Pasal 188 ayat (1)
Menteri dapat mengambil tindakan administratif
terhadap tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan
yang melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini

Pasal 188 ayat (2)


Tindakan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) d a p a t berupa :
1. Peringatan secara tertulis
2. Pencabutan izin sementara atau izin tetap.
Bab VI Pasal 46 ( Pembinaan & Pengawasan) :
1) Menteri ,Ka Dinkes Provisnsi ,dan / atau Ka Dinkes
Kabupaten / Kota melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan praktik Bidan sesuai
kewenangan masing - masing
5)Tindakan administratif sbgmn dimaksud pada ayat (1)
dilakukan
melalui :

a.Teguran lisan
; b.Teguran
tertulis ;
c.Pencabutan SIP utk sementara paling lama 1 (satu)
tahun ; atau
d.Pencabutan SIPB selamanya.
KASUS ASI : Keluarga muda Faham UU no 36/2009
Pasal 128 -> ASI Ekslusif

Praktik Mandiri Bidan

Berakhir -> Mediasi


Susu Formula Bonus ke LN dan
negosiasi

Ketentuan Pidana Psl 200 UU no 36/ 2009 tentang kesehatan


1 tahun penjara denda 100 juta
Pasal 128 UU no 36/2009 tentang kesehatan
(1) Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak
dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis.
(2) Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi
secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus.
(3) Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum.

Pasal 200
Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program
pemberian air susu ibu eksklusif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 128 ayat (2) dipidana penjara paling 1 (satu) tahun penjara
dan denda paling banyak Rp.100.000.000,00(seratus juta rupiah).
KASUS Laserasi
Grade 4 : Ibu Guru partus di BPM
Laserasi grade 4

dijahit oleh bidan

kontrol I minggu Kembali 1 minggu masih 2 minggu kembali


Mengeluh BAB -> Mengeluh BAB -> Vagina Keluhan sama ->
Vagina Kembali dijahit oleh bidan dirujuk ke RS ->
Dijahit oleh bidan
Senior-> tanpa konsul
Damai melalui melaui Pasien menuntut
Mediasi dan Negosiasi ->
Repair oleh konsultan
Uroginekologi -> biaya di Bidan melakukan diluar kewenangan
tanggung Oleh bidan ->
BAB III pasal 18 Kewenangan Bidan :
1.Kesehatan ibu
2.Kesehatan Anak
3.Kesehatan Reproduksi Perempuan & KB

Kewenangan Bidan dalam pasal 19 ayat (3) huruf c

Pemjahitan luka jalan lahir tingkat


1 dan 2 Pasal 58 UU kesehatan:
Pasien berhak menuntut
Ingat Pasal 23 Ayat (2) : ganti rugi atas pelayanan
Dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dianggap merugikan
yang dimiliki
Pasal 58 ayat (2) UU Tenakes
Semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berdasar
kewenangan,.berbasis kompetensi ,didasari suatu evidence based
KASUS Vaksin palsu :
Juli 2016 Running Tag
Metro TV -> 179 Vaksin yang
Diberikan bidan M -> 139 palsu

Olah TKP Polisi & Menkes

Ketuk palu hakim


Pasal 196 -> ketentuan Utk 2 0rang bidan :
9 x Persidangan Pidana 10 tahun penjara 7 thn penjara denda
dan denda 1 Milyar rupiah 200 juta dan 6 thn
denda 1 Milyar

JPU menuntut Hakim


Pasal 130 UU no 36/2009 Tentang Kesehatan
Pemerintah wajib memberikan imunisasi
lengkap kepada setiap bayi dan anak.

Pasal 153 UU no 36 /2009 Tentang Kesehatan :


Pemerintah menjamin ketersediaan bahan imunisasi
yang aman, bermutu, efektif, terjangkau, dan merata bagi
bagi masyarakat untuk upaya pengendalian penyakit
menular melalui imunisasi
Pasal 196
Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan
sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar
dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah]
Pasal 197
Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau
mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang
tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp.1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
Suami istri yang memproduksi Diputus PN setempat :
1. Suami mendapat :
Hukuman 9 tahun penjara dan denda Rp 1.500.000.000 ,-
seharusnya 15 tahun
2. Istri mendapat :
Hukuman 8 tahun penjara dan denda Rp 1.500.000.000,-
seharusnya 15 tahun
Pelimpahan kewenangan ->
(1) Kewenangan berdasarkan program Pasal
25 psl 23 (1) huruf
pemerintah dalam
d.Pemberian imunisasi rutin dan
tambahan sesuai program
pemerintah

(2) Kebutuhan dan penyediaan obat, vaksin,


dan/atau kebutuhan logistik lainnya dalam
pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan per Undang - Undangan
CONTOHKASUS
Surat keterangan Seorang ibu akan umroh
Lahir (SKL) 1 : Minta dibuatkan SKL -> Bidan

SKL -> Akte kelahiran ->


membuat paspor

PTSP bersurat ke
Ibu lahir tahun 1976 PP IBI -> Pembinaan
Bidan lahir tahun 1970
Adakah bidan 6 thn
nolong partus ?

Keterangan Palsu 267-268 KUHP -> Pemalsuan data -> 4 – 6 tahun


pidana penjara
Contoh Surat Pengantar untuk membuat aktekelahiran
Pada hari ini jumat tanggal 4 Agustus 2018 Pukul 10.00 WIB
menghadap seorang ibu
Nama : ny Wati
Tempat/Tgl/lahir : Jakarta 4 agustus 1976
Alamat : jl Lubang Buaya n o 47 jakarta timur
Agama : Islam
Nomor KTP : 010011100076

Menerangkan bahwa dirinya Lahir ditolong oleh : dukun pada tanggal dan
tahun tersebut diatas sesuai keterangan yang bersangkutan

Surat Pengantar ini diberikan hanya untuk membantu membuat akte


Kelahiran yang akan digunakan dalam mengurus pembuatan pasport
perjalanan umroh

Yang membuat pengantar Yang memberi keterangan


TT Bidan & Stempel TT IBU &Materai
Nama jelas Nama Jelas
CONTOHKASUS
Surat keterangan Seorang ibu
Lahir (SKL) 2 : Minta dibuatkan SKL

Surat Akte kelahiran ->


Untuk masuk sekolah

Pengadilan -> dewasa->


10 tahun berlalu tersangkut kasus Ibu sianak menolak->
Narkotika dan kriminal anaknya blm dewasa ->
Bidan salah menulis SKL

Keterangan Palsu 267-268 KUHP -> Pemalsuan data -> 4 – 6 tahun


pidana penjara
Contoh Surat Pengantar untuk membuat aktekelahiran
Pada hari ini jumat tanggal 4 Agustus 2018 Pukul 10.00 WIB
menghadap seorang ibu
Nama : Ny Septy / Tn Setya Novanto
Tempat/Tgl/lahir : Jakarta 16 Februry 1991 /.........................
Alamat : jl Muara enim n o 47 Palembang
Agama : Islam/.................
Nomor KTP : 01001110001991/..............
Men erangkan bahwa putranya
Nama :Adriano
Tempat/Tgl/lahir : Muara enim 16 Agustus 2011
Alamat : jl Muara enim n o 47 Palembang
Agama : Islam
Lahir ditolong oleh : Dukun
Surat Pengantar ini diberikan hanya untuk membantu membuat akte
kelahiran yang akan digunakan untuk masuk sekolah .

Yang membuat pengantar Yang memberi keterangan


TT Bidan & Stempel TT Ibu / Ayah & Materai
Nama jelas Nama Jelas
 Apabila kantor Kelurahan dan atau kantor Dukcapil setempat
memfasilitasi -> serahkan saja
 Namun bila bidan diminta membuatkan SKL maka contoh diatas
dapat digunakan -> dengan meminta kantor kelurahan dan atau kantor
Dukcapil setempat untuk membuat SK / SE/ SP bahwa bidan diminta
membantu membuat surat keterangan pengantar untuk pembuatan
akte kelahiran -> Bukan SKL

YANG PERLU DI INGAT DAN DIPERHATIKAN OLEH TS BIDAN

TIDAK MEMBUAT SURAT KETERANGAN LAHIR (SKL)

BILA TIDAK DITOLONG SENDIRI OLEH BIDAN-

DAPAT TERKENA PASAL MEMBUAT KETERANGAN PALSU


KASUS ADOPSI :
Langsung dari Unwanted Pragnancy
PMB

hamil trimester ke 2 tinggal


di PMB -> sang pria-> tdk TJ

Bayi lahir -> ibu -> 3 bulan berlalu ayah bayi Ayah bayi lapor ->
menyerahkan pada datang untuk mengambil polisi dan bersurat
bidan -> diatas anaknya->bidan telah me pada Presiden ( Bapak
materai nyerahkan pada yang me Jokowi) -.> bayi dijual
ngadopsi-> imbalan 13 juta oleh bidan

Pasien menuntut
UUPA 35/2014
dan
UU kesehatan UU perlindungan anak dan perdaganganmanusia
PERSYARATAN ADOPSI :

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.54 Tahun 2007 tentang


Pelaksanaan Pengangkatan Anak, warga negara Indonesia wajib
memenuhi persyaratan seperti dibawah ini:
1.Bagi calon orangtua harus berusia minimal 30 hingga 50 tahun dan usia
perkawinan minimal 5tahun.
2.Membuat Surat Permohonan Ijin Pengangkatan Anak kepada Kepala Dinas
Sosial DKI Jakarta (bila berdomisi di Jakarta) diatas materai. Surat Edaran
Mahkamah Agung RI No.6/83 yang mengatur tentang cara mengadopsi :
3.Membuat surat pernyataan motivasi pengangkatan anak dari calon orangtua
dilengkapi materai. Dalam isi surat itu, calon orangtua dapat menuliskan
alasan mengadopsi anak.
4.Calon orangtua dilengkapi surat keterangan kelakuan baik dari kepolisian
sesuai domisili, salinan surat nikah, salinan kartu tanda penduduk, salinan
kartu keluarga legalisir, salinan akte kelahiran.
Persyaratan Adopsi Anak (lanjutan):

5.Untuk persyaratan kesehatan, dilengkapi surat keterangan sehat dari


dokter pemerintah seperti puskesmas, ahli ginekolog (ahli
kandungan) pemerintah, dan keterangan dari psikolog/psikiatri
mengenai keadaan suami istri.
6. Surat keterangan pendapatan dari perusahaan tempat bekerja artinya
calon orangtua harus memiliki pendapatan tetap perbulan.
7. Surat pernyataan persetujuan berisi tidak keberatan untuk
mengadopsi anak dari orangtua, keluarga suami istri diatas materai.
8. Surat pernyataan dari suami istri bahwa calon anak angkat akan
diperlakukan sama mengenai hak dan status seperti anak kandung
diatas materai.
9. Bagi calon adoptan yang akan mengadopsi anak perempuan, calon
orangtua membuat pernyataan tidak menjadi wali nikah diatas
materai apabila anak adopsi ingin melangsungkan pernikahan.
Setelah semua persyaratan dipenuhi, pihak panti akan
membawa berkas pemohon kepada Tim Pertimbangan Ijin
Pengangkatan Anak (PIPA) yang terdiri dari :
 Perwakilan Kepolisian
 Kependudukan Catatan sipil
 Hukum dan HAM
 Dinas Sosial
 Dinas Kesehatan
 Kantor Wilayah Agama dan
 Yayasan Sayap Ibu,
- Untuk memutuskan apakah calon pemohon layak untuk
menjadi orangtua asuh.
- Bila rekomedasi pemohon disetujui, PIPA akan melegalkan
- melalui pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
Bab I Pasal 1 butir 2 :
Praktik kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang
dilakukan oleh bidan dalam bentuk asuhan kebidanan

Bab III -> Kewenangan


Pasal 18 :
Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan .Bidan memiliki
kewenangan untuk
memberikan :
a.Pelayanan Kesehatan ibu ;
b.Pelayanana kesehatan anak; dan
c.Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga
Berencana
Contoh kasus
Praktik tanpa Izin/ PMB izin habis ->
Izin habis & Bidan D1
Diluar kewenangan:

Tetap Praktik

Menata laksana ibu PEB

Perdarahan -> Rujuk RS Keluarga menuntut ->


TD 180/100 -> Nifedifin Lawyer -> Mediasi &
Inertia -> Drip Syinto Negosisi ->
Retensio->Manual
Tidak tertolong
120 juta

Pasien Meninggal
Pasien menggunakan
lawyer-> Mediasi &
negosiasi -> 120 juta-> Melanggar <- Diluar kewenangan
Analisa :
1.SIPB telah habis baru diperpanjang pada hari H ->
persiapkan min 3 bln
2.Gunakan penatalaksanaan PEB -> lakukan rujukan
3.PMK tidak mengatur tentang augmentasi syintosinon ( drip
syintosinon)
4.Tidak melakukan manual placenta dalam keadaan tidak
berdarah -> Rujuk

Siapa yang tahu -> ada hadiah bagi yang dapat


menjawab
1.Pelanggaran UU Kesehatan no 36/2014 Pasal
...........?
2.Pelanggaran UU Tenakes no 36/2014
pasal ............? 3. Pelanggaran PMK 28/2017
.CONTOH KASUS
DARURAT : IBU Hamil aterm
Dengan kontraksi

PMB -> ditolak bidan -> akan


bekerja ke RS

Ibu -> mencari bidan Di depan Ruko–


di tolong -> siswa akbid Media menulis ->
lain -> ditengah beruntung kasustidak
Jalan ketuban pecah Semester 6-> lahir +>ibu
dan bayi -> selamat berlanjut

Gawat Darurat pasal 190 ayat ( 1) dan (2) UU no 36/2009

Darurat
Pasal 190 ayat (1) UU n o 36/2009 :
“Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga
kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada
fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak
memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang
dalam keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Ayat (2) :
Mengakibatkan terjadinya kecacatan atau kematian,pimpinan
fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan
tersebut dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
CONTOH KASUS
UPLOAD DI ERA
2 TS Bidan-> aplikasi Tik Tok
DIGITAL :

Menggunakan Bayi diRSIA

Tersebar dan menuai


Terlihat tanpa rasa Reaksi negatif ? -> Terkena sanksi
bergaya->Video TikTok Seorang ibu tidak ber Administrasi ->
kenan & lapor ke Dinkes Pemecatan dari RSIA

UU PA Pasal

Pasal ......-........
Video Kasus bidan bermain tik tok
UU n o 35/2014 tentang Perlindungan Anak
Pasal 76 B : Setiap Orang dilarang menempatkan,membiar
kan, melibatkan, menyuruh melibatkan Anak
dalam situasi perlakuan salah & penelantaran

Pasal 77 B : Setiap Orang yang melanggar ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76B,
dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
Pasal 133ayat (1) UU n0 36/2009 tentang Kesehatan :
Setiap bayi dan anak berhak terlindungi dan terhindar
dari segala bentuk diskriminasi dan tindak kekerasan
yang dapat mengganggu kesehatannya.
BAGAIMANA PERAN
IBI ? Sosialisasi/Seminar

PERAN IBI DALAM PEMBINAAN DAN


PENGAWASAN TERHADAP PELAKSANAAN
TUGAS PROFESI BIDAN DI ERA INFORMASI
DAN TRANSAKSIELEKTRONIK
Pembinaan/Tuntunan

Teguran
(lisan dan/atau tulisan)

Pengawasan

1. Era Digitalisasi bidan harus ber hati hati dalam mengguna
kan perangkat cangih tersebut -> perhatikan regulasi sesuai
peran dan fungsi bidan dalam pelayanan kebidanan

2. Akuntabilitas bidan adalah pertanggung jawaban dan


tanggung gugat (accountability ) atas semua tindakan
yang dilakukanya
3. Sesusai pasal 58 ayat (1) :
Tenakes dalam menjalankan praktik wajib memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan standar profesi ,
standar pelayanan profesi,standar prosedur operasional
dan etika profesi serta kebutuhan kesehatan penerima
pelayanan kesehatan
Das sollen
berupa standar yang harus dipatuhi (standar
pelayanan, standar profesi, standar prosedur)
Das sein
berupa bukti fakta suatu kejadian (rekam medis,
evidence/barang bukti lain)

apabila terdapat masalah sebagai


bahan yang perlu diperbandingkan yaitu das
sollen dan das sein
TUNTUTAN PIDANA:
Melalui proses penyidikan Dll
Penuntutan
Pengadilan dan eksekusi

TUNTUTAN PERDATA:
Melalui proses pengadilan
Di luar pengadilan :
•Negosiasi
•Mediasi, dll
Semoga Bermanfaat
Sampai Jumpa
PMK nomor 28 tahun 2017

Izin dan Penyelenggaraan praktik Bidan


TERDIRI ATAS :

VIII BAB

50 Pasal
SISTEMATIK A PMK 28/2017
BAB I : Ketentuan umum BAB V : Pencatatan dan
Pasal 1( 11butir ) Pelaporan Pasal 45

BAB II : Perizinan BAB VI : Pembinaan &


Kualifikasi -> pasal 2 Pengawasan -> Pasal 46
STRB -> pasal 3-4
SIPB -> pasal 5-14

BAB III : Penyelenggaraan BAB VII Ketentuan Peralihan :


Keprofesian -> Pasal 47 - 48
Umum -> Pasal 15-17
Kewenangan -> pasal 18-21
Pelimpahan
kewenangan -> pasal 22-27
Kewajiban & Hak -> pasal 28-29
BAB IV: Praktik Mandiri Bidan -> BAB VIII : Ketentuan Penutup :
Pasal 30 -44 -> Pasal 49 - 50
Pasal 2
Kualifikasi Bidan :
Dalam menjalankan praktik kebidanan ,Bidan paling rendah
memiliki kualifikasi jenjang pendidikan diploma 3
kebidanan

Pasal 3
(1) :Setiap bidan harus memiliki STRB untuk dapat
melakukan praktik keprofesianya
(2) :STRB sebagaimana dimaksud pada ayat(1) berlaku
selama 5 (lima) tahun
Pasal 4
STRB yang telah habis masa berlakunya dapat di per
panjang selama memenuhi persyaratan sesuai per Undang
Undang
SIPB
Pasal 5 :
(1) Bidan yang menjalankan praktik keprofesianya wajib
memiliki SIPB
(2) SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
kepada bidan yang telah memiliki STRB
(3) SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
untuk 1 (satu) fasilitas Pelayanan Kesehatan
(4) SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
selama STRB masih berlaku,dan dapat di perpanjang
selama memenuhi persyaratan
Pasal 6 :
(1) Bidan hanya dapat memiliki paling banyak 2 (dua) SIPB
(2) Permohonan SIPB kedua,harus dilakukan dengan me-
nunjukan SIPB pertama
Pasal 7
(1) SIPB diterbitkan oleh Instansi pemberi izin yang di-
tunjuk pada pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
(2) SIPB harus ditembuskan kepada Dinkes Kabupaten/Kota
(3) Bila instansi pemberi izin dari Dinkes Kabupaten/Kota
-> SIPB tidak ditembuskan
Pasal 8 :
(1) Untuk memperoleh SIPB ,Bidan harus mengajukan per
mohonan kepada instansi pemberi izin dgn melampirkan :
a. fotocopy STRB yang masih berlaku & dilegalisasi asli
b. Surat keterangan Sehat dari dokter yang memiliki izin
c. Surat pernyataan memiliki tempat praktik
d. Surat keterangan dari pimpinan Fasyankes tempat Bidan
e. akan berpraktik
Fasfoto berwarna terbaru 4 x 6 sebanyak 3 lembar
f. Rekomendasi dari Kadinkes kabupaten/kota
g. Rekomendasi dari Organisasi Profesi -> Juk lak OP
Pasal 8 :
(2) Persyaratan surat keterangan dari pimpinan fasyankes tempat
Bidan akan berpraktik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d dikecualikan untuk Praktik mandiri Bidan
(4) Untuk Praktik Mandiri Bidan dan Bidan Desa, rekomendasi di
keluarkan oleh Dinkes Kab/Kota setelah dilakukan visitasi
penilaianpemenuhan persyaratan tempat praktik Bidan
(5) Contoh permohonan SIPB -> Form III & IV tidak dari PMK ini
Pasal 9 :
(1) Dalam waktu 14 hari kerja sejak berkas permohonan diterima,
persyaratan surat keterangan dari pimpinan dan dinyatakan
lengkap.instansi pemberi izin harus mengeluarkan SIPB dengan
ketentuan peraturan per Undang Undangan
(2) Pernyataan pada ayat (1) dibuktikan dengan surat tanda
terima kelengkapan data
kelengkapan data
Pasal 10
SIPB dinyatakan tidak berlaku dalam hal :
a.Tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIPB
b. STRB telah habis dan tidak diperpanjang
c. Dicabut oleh pejabat yang berwenang / memberi izin
d. Bidan meninggal dunia

Pasal 11 :
(1- 5 ) Bidan WNA untuk menjalankan praktik harus memiliki sertifikat
kompetensi, STR dan SIPB sementara
Pasal 12
STR & SIPB sementara untuk Bidan WNA berlaku selama1(satu) tahun
dan dapat diperpanjang hanya untuk 1(satu) tahun berikutnya
Pasal 13
(1) Bidan WNI lulusan LN yang akan melakukan praktik harus memiliki
STRB dan SIPB
(2) STRB diperoleh setelah melakukan proses evaluasi sesuai peraturan
per Undang - Undangan
(3) SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh melalui per
mohonan kpd instansi pembero izin sesuai persyaratan yang dimaksud
pada pasal 8 ayat (1)
Pasal 14 :
(1) Pimpinan Fasyankes dilarang memperkerjakan Bidan yang tidak
(2) memiliki SIPB
Pimpinan Fasyankes harus melaporkan Bidan yg bekerja di Fasyankes
tiap triwulan kepada Dinkes Kabupaten/ kota dengan tembusan
kepada Organisasi Profesi SIPB
Penyelenggaraan keprofesian
Pasal 15 :
(1) Bidan dapat menjalankan praktik kebidanan secara mandiri dan/atau
bekerkja di Fasyankes
(2) Praktik Kebidanan secara mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) (1) berupa praktik mandiri bidan
Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana pada ayat(1) dapat
berupa :
Pasal 15 :
a. Klinik b.Pukesmas c.Rumah sakit ; dan /atau d. Fasyankes lainya
Pasal 16 :
(1) Bidan yang berpraktik di Fasyankes berupa Puskesmas
sebagamaan dimaksud dalam pasal 15 ayat (3) huruf b
a. meliputi :
Bidan yang melakukan praktik kebidananya di puskesmas ;
dan
b.Bidan desa
(1) Bidan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b -> bidan
yang memiliki SIPB di Puskesmas dan bertempat tinggal serta men
dapat penugasan untuk melaksanakan praktik kebidanan dari
Pemerintah daerah pada satu desa/kelurahan dalam wilayah kerja
yang bersangkutan
(3) Praktik Bidan Desa pada ayat (1) merupakan tempat praktik Bidan
Desa sebagai jaringan Puskesmas
(4) Dalam rangka jaminan mutu pelayanan kesesehatan,Dinkes Kab/kota
harus melakukan penilaian pemenuhan pesyaratan untuk penyelengga
raan praktik Bidan Desa dengan menggunakan form 1 merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari PMK
(5) Hasil penilaian pada ayat (4) menjadi dasar rekomendasi sebelum
SIPB diterbitkan
Pasal 17 :
(1) Bidan desa dapat mengajukan permohonan SIPB kedua berupa
Praktik Mandiri Bidan,selama memenuhi pesyaratan dengan
ketentuan :
a. Lokasi Praktik Mandiri Bidan berada pada satu desa/ kelurahan
sesuai dengan tempat tinggal dan penugasan Pemerintah Daerah
b. Memiliki tempat Praktik Mandiri Bidan tersendiri (Tidak digabung)
c. Waktu praktik tidak bersamaan dengan waktu pelayanan Praktik
Bidan Desa
Bab III -> Kewenangan
Pasal 18 :
Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan .Bidan memiliki
kewenangan untuk memberikan :
a.Pelayanan Kesehatan ibu ;
b.Pelayanana kesehatan anak; dan
c.Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga
Berencana
Pasal 19 ayat :
(1)Pelayanan kesehatan Ibu sebagaimana dimaksud pada
pasal 18 huruf a, diberikan pada masa sebelum
hamil,masa persalinan, masa
nifas,masa menyusui, dan masa antara dua
kehamilan

(2)Pelayanan kesehatan pada ayat (1) meliputi:


a.Konseling pada masa sebelum hamil ;
b. Antenatal pada kehamilan normal ;
c.Persalinan normal ;
d. Ibu nifas;
e. Ibu menyusui ; dan
f. konseling pada masa antara dua kehamilan
(3)Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ,Bidan
berwenang ;
a.Episiotomi
b.Pertolongan persalinan normal
c.Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan IIc.Ibu
menyusui ; dan
f. konseling pada masa antara dua kehamilan
d. Penanganan GADAR dilanjutkan dengan
perujukan e.Pemerian tablet tambah darah
pada ibu hamil
f.Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
g.Fasilitas /bimbingan IMD dan promosi ASI
Ekslusif h.Pemberian uterotonika pada MAK
III dan post partum i.Penyuluhan dan
konseling
j.Bimbingan pada kelompok Bumil ; dan
k.Pemberian surat keterangan kehamilan dan
kelahiran
Kewenangan
Pasal 20 :
(1)Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud daalm pasal 18
huruf b diberikan pada BBL ,bayi,anak balita,dan anak pra sekolah
(2)Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagamana dimaksud
pada yat (1)
Bidan berwenang melakukan :
a.Pelayanan Neonatal Esensial
b.Penanganan GADAR dilanjutkan dengan rujukan
c.Pemantauan Tumbang,anak balita,anak prasekolah
d.Konseling dan penyuluhan
(3) Pelayanan Neonatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a meliputi IMD,pemotongan dan perawatan tali pusat
,pemberian suntikan Vit K ,pemberian imunisasi HBO , pemeriksaan
fisik BBL, pemantauan tanda bahaya , pemberian tanda identitas diri ,
dan merujuk kasus yang tidak dapat di tangani dalam kondidi stabil
dan tepat waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu
Kewenangan
Pasal 20 :
4) Penanganan GADAR ,dilanjutkan dengan perujukan sebagaimana di
maksud pada ayat
(2) huruf b meliputi :
a.Penangana awal asfiksia BBl melalui pembersihan jalan nafas ventilasi
tekanan positif.
dan/atau kompresi jantung
b.Penanganan awal hipotermi pada BBL dengan BBLR dengan
penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara menghangatkan bayi
dengan metode kanguru
c.Penanganan awal infeksi tali pusat dgn mengoleskan alkohol / povidon
dan jaga luka
tetap bersih dan kering
d.Membersihkan dan memberikan salep mata pada BBl dengan infeksi GO
(5)Pemantauan tumbuh kembang bayi ,anak balita,dan anak pra sekolah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi kegiatan
penimbangan BB, pengukuran LK ,TB, stimulasi deteksi dini,dan
intervensi dini penyimpangan TUMBANG balita dengan menggunakan
Kewenangan
Pasal 21 :
Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan & KB ,se bagaimana di maksud dalam pasal 18
huruf c,bidan berwenang memberi :
a.Penyuluhan dan Konseling Kespro dan KB ; dan
b.Pelayanan kontrasepsi oral,kondom,dan suntikan
Pelimpahan kewenangan
Pasal 22
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud daalm
pasal18,bidan memiliki kewenangan berdasarkan :
a.Penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan dan /atau
b.Pelimpahan wewenang melakukan pelayanan kesehatan
secara mandat dari dokter
Pasal 23 :
(1) Kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan
penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan sbgmn
dimaksud psl 22 huruf a terdiri :
a. Kewenangan berdasarkan program pemerintah ; dan
b. Kewenangan karena tidak adanya tenakes lain di suatu
wilayah tempat bidan bertugas
(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh
bidan setelah mendapatkan pelatihan
3) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan
oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah daerah bersama
Organisasi Profesi terkait berdasarkan modul dan kurikulum yang
terstandarisasi sesuai ketentuan peraturan per Undang Undangan
(4)Bidan yang telah mengikuti pelatihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) berhak memperoleh sertifikat pelatihan
(5)Bidan yang diberi kewenangan sebagaimana dimaksud psda ayat (1)
harus
mendapat penetapan dari Kadinkes Kabupaten / Kota
Pelimpahan Kewenangan
Pasal 24 :
(1)Yankes yang diberikan oleh bidan ditempat kerjanya,akibat
kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 harus sesuai
dengan kompetensi yang diperolehnya selama pelatihan
(2)Untuk menjamin kepatuhan terhadap penerapan kompetensi yang
di peroleh bidan selama pelatihan sbgmn dimaksud pada ayat (1)
Dinkes Kab/Kota harus melakukan
evaluasi pasca pelatihan di tempat kerja bidan
(3)Evaluasi pascapelatihan sbgmn dimaksud pada ayat (2) dilakukan
paling lama 6 (enam)
bulan setelah pelatihan
Pasal 25 :
(1) Kewenangan berdasarkan program pemerintah dalam psl 23 (1) huruf a
a.Pemberian pelayanan AKDR dan alat kontrasepsi bawah kulit ;
b.ANC terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit tertentu ;
c.Penanganan bayi & anak balita sakit sesuai dengan pedoman
yang di tetapkan d.Pemberian imunisasi rutin dan tambahan
Pelimpahan Kewenangan
Pasal 25 :
e. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang
kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja,dan
penyehatan lingkungan .
f. Pemantauan TUMBANG bayi,anak balita, anak pra sekolah dan
sekolah
g.Deteksi dini ,merujuk & Penyuluhan terhadap IMS termasuk
pemberian
kondom dan penyakit
h.Pencegahan penyalah gunaan NAFZA melaui KIE dan melakukan
i . Melakukan pelayanan kebidanan komunitas
(2) Kebutuhan dan penyediaan obat, vaksin, dan/atau
kebutuhan logistik lainnya dalam pelaksanaan
kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
Pasal
(1)Kewenangan karena tidak adanya
26 : TENAKES lain disuatu wilayah
tempat bidan bertugas sebagaimana dalam psl 23 ayat (1) huruf b
tidak berlaku dalam hal telah tersedia TENAKES lain dengan
kompetensi & kewenangan yg sesuai
(2)Keadaan tidak adanya TENAKES lain disuatu tempat bidan
bertugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Kadinkes Kab/kota setempat

Pasal 27 :
(1)Pelimpahan wewenang melakukan tindakan Yankes secara mandat
dari dokter sebagaimana dimaksud daalm pasla 23 huruf b diberikan
secara tertulis oleh dokter pada fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama tempat bidan bekerja
(2)Tindakan fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) hanya dapat diberikan dalam keadaan dimana terdapat
kebutuhan pelayanan yang melebihi ketersediaan dokter di Fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama tersebut
Pasal
a.Tindakan yang dilimpahkan termasuk
27 : dalam kompetensi yang
telah dimiliki oleh bidan yang menerima pelimpahan
b.Pelimpahan tugas tetap dibawah pengawasan dokter pemberi
pelimpah
c.Tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil keputusan
klinis sebagai
dasar pelaksanaan tindakan ; dan
d.Tindakan pelimpahan tidak bersifat terus menerus
(4) Tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menjadi tanggung jawab dokter pemberi mandat ,sepanjang
pelaksanaan tindakan sesuai dengan pelimpahan yang diberikan
Kewajiban dan Hak
Pasal 28 :
Dalam melaksanakan praktik kebidannya ,bidan berkewajiban untuk :
a.Menghormasti hak pasien ;
b.Memberikan informasi ttg masalah kesehatan pasien & pelayanan yang
di butuhkan ;
c. Merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tdk dpt ditangani
dengan tepat waktu;
d.Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan ;
e.Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan per UU ;
f.Melakukan pencatatan Askeb dan pelayanan lainnya yang diberikan
secara sistimatis ; g.Mematuhi standar profesi,standar pelayanan,dan
SPO ;
h.Melakukan pencatatan dan pelaporan penyelengaraan praktik
kebidanan termasuk pelaporan kelahiran dan kematian ;
i. Pemberian surat rujukan dan surat keterangan kelahiran ; dan
j. Meningkatkan mutu pelayanan profesinya,dengan mengikuti
perkembangan IPTEK melalui pendidikan dan pelatihan sesuai
dengan bidang tugasnya .

Pasal 29
Dalam melaksanakan praktik kebidanannya, bidan memiliki hak :
a.Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan
pelayanannya sesuai standar profesi,standar pelayanan ,dan
BAB IV
PRAKTIK MANDIRI BIDAN
Pasal 30
(1) Bidan yang menyelenggarakan praktik mandiri bidan harus
memenuhi persyaratan selain ketentuan persyaratan memperoleh
SIPB sbgmn dimaksud dlm psl 8 ayat (1)
(2) Pessyaratan sebgmn dimaksud pada ayat (1) meliputi persyaratan
lokasi, bangunan prasarana,peralatan,serta obat dan bahan habis
pakai
Pasal 31
Persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat (2) berupa
praktik mandiri
Bidan harus berada pada lokasi yang mudah unutk akses rujukan dan
memperhatikan aspek kesehatan lingkungan.

Pasal 32
Persyaratan bangunan sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat (2)
meliputi ruangan dalam bangunan praktik mandiri bidan yang terdiri
atas :
a.Ruang tunggu
b.Ruang
Pasal 33
(1)Selain Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 32,
bangunan PMB harus bersifat permanen dan tidak bergabung fisik
bangunan lainnya
(2)ketentuan tidak bergabung fisik bangunan lainnya sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1) tidak termasuk rumah tinggal perorangan, apartemen,
ruko, rukan, rusun, dan bangunan yang sejenis
(3)Dalam hal praktik mandiri berada di rumah tinggal
perorangan,akses pintu keluar masuk tempat praktik harus
terpisah dari tempat tinggal perorangan
(4)Bangunan PMB hrs memperhatikan keamanan,kenyamanan &
kemudahan dalam
pemberian pelayanan serta perlindungan keselamatan & kesehatan
bagi semua orang termasuk penyandang cacat,anak anak & lanjut
usia

Pasal 34
(1) Persyaratan prasarana PMB sebagaimana dimaksud dalam pasal 30
ayat (2), paling sedikit memiliki :
Pasal
35
Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat
(2),berupa peralatan PMB harus dalam keadaan terpelihara dan
berfungsi dengan baik untuk menyelenggara kan pelayanan.

Pasal 36
1) Persyaratan obat dan bahan habis pakai PMB sebgmn dimaksud dlm
pasal 30 ayat (2), meliputi pengelolaan obat & bahan habis pakai yang
diperlukan untuk pelayanan antenatal,persalinan normal
,penatalaksanaan BBL Nifas,KB& penanganan awal kasus
kegawatdaruratan kebidanan dan BBL
(2)Obat dan bahan habis pakai sbgmn dimaksud pada ayat (1) hanya
diperoleh dari apotik melalui surat pesanan kebutuhan obat dan bahan
habis pakai
(3)Bidan yang melakukan PMB harus melakukan pendokumentasian
surat pesanan kebu tuhan obat dan bahan habis pakai sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) serta melakukan pengelolaan obat yang baik
sesuai dengan ketentuan peraturan per UU an
(4)Contoh surat pesanan obat dan bahan habis pakai sebagaimana dimaksud
pada ayat
Pasal 37
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan bangunan ,prasarana
,peralatan ,dan obat obatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 30
sampai dengan pasal 36 tercantum dalam lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari PMK ini.
Pasal 38
(1)PMB harus melaksanakan pengelolaan limbah medis
(2)Pengelolaan limbah medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan melalui kerjasama dengan instisusi yang memiliki
instalansi pengelolaan limbah .

Pasal 39
(1)PMB harus memasang papan nama pada bagian atau ruang yang
mudah terbaca dengan jelas oleh masyarakat umum dengan ukuran
60 x 90 cm dasar papan nama berwarna putih dan tulisan berwarna
hitam.
(2)Papan nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat
nama
Pasal
(1) Dinkes Kabupaten/Kota harus melakukan
40 penilaian terhadap
pemenuhan persyaratan praktik mandiri bidan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 30 sampai dengan pasal 36 dengan menggunakan
instrumen penilaian sebagaimana tercantum dalam formulir 1 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan menteri ini.
(2)Hasil penilaian kelayakan sebagaimana dimaksud pada huruf (1)
menjadi dasar dalam pembuatan rekomendasi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) huruf f
Pasal 41
(1)PMB tidak memerlukan izin penyelenggaraan sebagai fasilitas
pelayanan kesehatan
(2)Izin penyelenggaraan PMB sbgmn dimaksud pada ayat (1) melekat pada
SIPB ybs
Pasal 42
(1) Bidan dalam menyelenggarakan PMB ,bidan dapat dibantu oleh
TENAKES lain atau tenaga non kesehatan
(2)TENAKES lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memiliki SIP sesuai dengan ketentuan peraturan per Undang –
Undangan
Pasal 43
Pasal 44
Dalam rangka melaksanakan praktik kebidanan,PMB dapat melakukan
pemeriksaan laboratorium sederhana antenatal sesuai ketentuan
peraturan per Undang - Undangan

BAB V
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasal 45
(1)Bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dgn
pelayanan yang diberikan.
(2)Pelaporan sbgmn dimaksud pd ayat (1) ditujukan ke puskesmas
wilayah tempat praktik
(3)Pencatatan sbgmn dimaksud pd ayat(1) dilaksanakan dan disimpan
sesuai dengan
ketentuan pearturan per Undang -Undangan
(4)Ketentuan pelaporan sbgmn dimaksud pada auayt (2) dikecualikan
bagi bidan yang
BAB VI
PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN
pasal 46
(1)Menteri ,Ka Dinkes Provisnsi ,dan / atau Ka Dinkes Kabupaten / Kota
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
praktik Bidan sesuai kewenangan masing - masing
(2) Dalam melakukan pembinaan sbgmn dimaksud pada ayat (1)
Menteri,Dinkes Provins Dinkes Kabupaten/kota dapat mengikut
sertakan Organisasi Profesi .
(3)Pembinaan dan pengawasan sbgmn yang dimaksud pada ayat (1) di
arahkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan,keselamatan pasien,dan melindungi
masyarakaat ter
hadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi
kesehatan .
(4)Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebgmn dimaksud pada
ayat (1) ,Menteri, Dinkes Provinsi,Dinkes kab/kota dapat
memberikan tindakan administrartif kepada bidan yang melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan praktik

5) Tindakan aadministratif sbgmn dimaksud pada ayat (1)


BAB VII
Ketentuan
Peralihan
Pasal 47
(1)PMB yang telah terselenggara berdasarkan PMK nomor
1465/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan penyelenggaraan
Praktik Bidan tetap dapat menyelenggarakan pelayanan sampai
habis masa berlakunya izin
(2)PMB yang diselenggarakan berdasarkan PMK nomor
1464/Menkes/Per/X/2010
tentang Izin dan penyelenggaraan Praktik Bidan , harus sesuai
dengan peraturan menteri ini paling lambat 2 ( dua) tahun sejak
peraturan menteri ini diundangkan
Pasal 47
(3)Proses permohonan SIPB baru atau peranjangan SIPB yg telah
memenuhi persyaran berdasarkan PMK nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan penyelenggaraan
Praktik Bidan , dan diajukan sebelumberlakunya perauran menteri ini,
tetap diproses berdasarkan PMK nomor 1465/Menkes/Per/X/2010
Pasal 48
BAB VIII
Ketentuan Penutup -> Pasal 49
Pada saat peraturan ini mulai berlaku , PMK nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang
tentang Izin dan penyelenggaraan Praktik Bidan,dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku
BAB VIII
Ketentuan Penutup Pasal 50
Pearturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal di undangkan agar
setiap orang menge tahuinya ,memerintahkan pengundangan peraturan
Diiundangkan di
menteri ini dengan penempatannya dalam Ditetapkan
berita di
negara Republik
Jakarta pada tgl 13
Indonesia Jakarta pada tgl
Juli 2017 12 Mei 2017

DIREKTUR JENDERAL MENTERI


PERATURAN PER UU KESEHATAN
KEMENTERIAN HUKUM REPUBLIK
DAN HAM REPUBLIK INDONESIA
INDONESIA , NILA FARID
TTD
TTD MOELOEK
WIDODO EKATJAHJANA

Anda mungkin juga menyukai