Anda di halaman 1dari 19

PENGEMBANGAN INDEKS EPIDEMIOLOGI MALARIA UNTUK

KADER KESEHATAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR


TAHUN 2016

Tim Peneliti FKM Undana, BALITBANGDA Prov. NTT

Abstrak

Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi ProtozoaGenus Plasmodium yang
ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp betina. Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi
kepulauan dan tercatat sebagai provinsi ketiga tertinggi di Indonesia setelah Papua dan Papua Barat
dengan angka endemisitas malaria. Provinsi NTT juga masuk kategori sebagai daerah penularan
tinggi/High Case Incidence (HCI). Perlu dilakukan upaya yang optimal dalam mencegah peningkatan
kasus malaria khususnya di wilayah terpencil yang terisolasi total ketika terjadi perubahan musim.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan indeks deteksi malaria bagi kader kesehatan dengan
melihat gejala-gejala yang dialami pasien, sehingga dapat dilakukan langkah cepat dan tepat dalam
pengobatannya. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional.
Dimana variable dependen adalah kasus malaria, dan variable independen adalah karakteristik serta gejala
yang dialami pasien dengan dugaan malaria. Gejala-gejala yang dialami pasien akan hubungkan dengan
hasil pemeriksaan darah untuk selanjutnya ditetapkan gejala apa saja yang dapat dijadikan indikator
positif malaria.Berdasarkan data penelitian yang telah dianalisis, ditetapkan 5 (lima) gejala yang dapat
mengindikasikan malaria yaitu menggigil, berkeringat, nyeri sendi, mual muntah dan konjungtiva pucat.
Indeks Klinis (IK) malaria dituliskan dalam persamaan sebagai berikut IK = -1.969 + 1.062menggigil +
1.588 berkeringat + 0.564 nyeri sendi + 0.922 mual muntah + 1.794 konjungtiva pucat. Jika skor indeks
lebih besar atau sama dengan nol (>0) diprediksi positif malaria, jika sebaliknya maka diprediksi negative
malaria. Kader kesehatan (Posyandu) adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan
untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan

Kata kunci : Indeks epidemiologi, Malaria, kader kesehatan.

PENDAHULUAN bahwa angka Annual Parasite Incidence


Indonesia merupakan salah satu (API) 29,56‰. Tahun 2013 terlihat API
negara yang masih terjadi transmisi sebesar 18,86‰ dan tahun 2014 API
malaria dengan angka kesakitan yang 14,82‰. Dari data tersebut terlihat
cukup tinggi dimana Annual Parasite bahwa walaupun terjadi penurunan
Incidence (API) berfluktuasi. API pada angka kesakitan, namun jika
tahun 2010 sebesar 1,69‰ (229.819 dibandingkan dengan standar nilai API
kasus), tahun 2011 sebesar 1,75‰ berdasarkan WHO (API <5‰) maka
(256.592 kasus), dan tahun 2012 sebesar hampir semua kabupaten/kota masih
1,69‰ (417.819 kasus) 1]. merupakan daerah yang memiliki
Nusa Tenggara Timur merupakan tingkat endemisitas tinggi (API >5‰).
provinsi ketiga tertinggi di Indonesia Dengan angka kesakitan malaria yang
setelah Provinsi Papua dan Papua Barat ada, tidak menutup kemungkinan akan
dengan angka endemisitas malaria dan terjadi peningkatan kasus penyakit
masuk kategori daerah penularan tinggi malaria pada tahun-tahun berikutnya,
atau High Case Incidence (HCI). bila tidak ada upaya optimal dalam
Berdasarkan data Dinas Kesehatan penanggulangannya 2].
Provinsi NTT tahun 2012 melaporkan
Penderita malaria umumnya Kader dapat diikutsertakan dalam
merupakan penduduk wilayah terpencil, penemuan kasus malaria tetapi
sulit dijangkau serta berada pada kesulitannya adalah dalam membedakan
3]
kantong-kantong kemiskinan . gejala utama maupun gejala lainnya
Disparitas pelayanan kesehatan di yang lebih spesifikdalam membantu
pulau-pulau kecil ketika musim mendeteksi penyakit malaria sejak dini
gelombang yang diakibatkan oleh angin sehingga dapat memberikan intervensi
timur maupun angin barat pelayanan program yang tepat agar dapat
kesehatan di pulau-pulau kecil terpaksa menurunkan kasus malaria.Surveilans
libur karena kapal kecil tidak bisa yang paling memungkinkan dilakukan
merapat ke dermaga. Dalam keadaan oleh kader Posmaldes adalah
demikian maka baik logistik, obat- pengamatan kesakitan malaria serta
obatan, vaksin, serta kunjungan petugas pengamatan Anopheles sp. baik nyamuk
kesehatan ke pulau-pulau kecil tidak dewasa maupun nyamuk pradewasa.
terjadi sehingga pulau-pulau tersebut Di Indonesia sebanyak 25 spesies
totally located atau terisolasi secara total nyamuk Anopheles yang telah
4]
. dikonfirmasi sebagai vektor penyakit
Tingginya angka kesakitan malaria dengan tempat perindukan yang
malaria di NTT terjadi karena hasil berbeda-beda, termasuk 7 spesies di
interaksi antara host/inang (manusia wilayah propinsi NTT 6]. Perbedaan
sebagai inang antara dan nyamuk kondisi habitat dan sosial masyarakat
sebagai inang defenitif), agent juga akan mempengaruhi distribusi
(plasmodium malaria) dan lingkungan. Anopheles di suatu daerah. NTT
Upaya untuk menekan angka kesakitan merupakan daerah endemis malaria
dan kematian dilakukan melalui sehingga banyak gejala lain selain trias
program pemberantasan malaria yang malariayang selama ini dikenal oleh
kegiatannya antara lain meliputi masyarakat (menggigil, demam dan
diagnosis dini, pengobatan cepat dan berkeringat) yang bersifat local spesifik
tepat, surveilans dan pengendalian sehingga perlu dikembangkan indeks
vektor yang ditujukan untuk memutus yang berhubungan dengan gejala
mata rantai penularan malaria 5]. malaria di NTT untuk melihat adanya
Permasalahan yang terjadi gejala lain selain tris malaria yang
sehingga belum bisa mengatasi masalah dialami oleh masyarakat.
malaria di Propinsi NTT sangat
kompleks antara lain diagnosis dini, METODE
pengobatan cepat dan tepat, surveilans Jenis penelitian ini adalah
dan pengendalian vektor belum observasional analitik dengan rancangan
dilakukan secara optimal. Sistem cross sectional study yang dijelaskan
penemuan kasus malaria oleh petugas dalam Gambar 1 berikut
kesehatan di tingkat puskesmas secara
pasif, masih menggunakan data dengan
trias gejala konvensional yaitu demam,
menggigil, dan berkeringat yang
umumnya belum mendeteksi seluruh
penderita di seluruh wilayah terpencil
sehingga membutuhkan bantuan
masyarakat. Oleh karena itu masyarakat
perlu di berdayakan sehingga
memudahkan petugas kesehatan
menemukan penderita secara dini
dengan memanfaatkan kader malaria.
Gambar 1. Bagan desain penelitian cross sectional dilakukan pengujian statistik adalah
untuk memperoleh model regresi yang
Tahap ini untuk menjawab tujuan tepat dan mampu menjelaskan hubungan
pengembangan indikator yang didahului dengan antara prediktor dan respon dalam
pemetaan model hubungan indeks klinis dengan populasi dengan menentukan variabel
kejadian malaria di Provinsi NTT. Untuk yang akan diuji sesuai variabel
menentukan indeks klinis malaria maka penelitian sebagai berikut
dilakukan penelitian hubungan antara semua 1. Melakukan analisis univariabel untuk
variabel antara lain karakteristik kasus malaria, menyaring variabel yang penting yaitu
gejala mayor, dan gejala lain yang dimiliki gejala/tanda malaria dan vektor yang
penderita, faktor lingkungan seperti tempat berpengaruh terhadap kejadian malaria
perindukan vektor dan jenis Anopheles di Nusa 2. Memasukkan dan atau mengeluarkan
Tenggara Timur. variabel-variabel dalam model multivariabel
Populasi dalam penelitian ini 3. Memasukkan dan memeriksa kemungkinan
adalah seluruh pasien demam di wilayah adanya interaksi variabel dalam model
kerja puskesmas yang berada di Provinsi Sesuai anjuran Mickey dan Grenland variabel-
Nusa Tenggara Timur. Sampel dalam variabel melalui uji univariabel memiliki p >
penelitian ini adalah sebagian pasien 0,25 dan memiliki kemaknaan statistik,
demam yang berada di wilayah kerja hendaknya dipertimbangkan untuk dimasukkan
Puskesmas di 11 Kabupaten yang berada dalam model multivariabel. Ketika memasukan
di Provinsi Nusa Tenggara Timur. atau mengeluarkan variabel dalam analisis
Puskesmas yang digunakan sebagai multivariabel, ada beberapa pilihan teknik yang
tempat pengambilan data adalah dapat dilakukan untuk memilih variabel, yaitu7]:
puskesmas yang memenuhi syarat 1. Memasukkan semua variabel secara serentak
inklusi antara lain untuk semua variabel yang diteliti
1. Puskesmas yang berada di ibukota kabupaten 2. Memasukkan sekelompok variabel yang
2. Kasus malaria yang yang tercatat di dianggap penting misalnya variabel gejala
puskesmas dan puskesmas pembantu yang dan tanda klinis dari malaria
terjangkau saat penelitian berlangsung 3. Seleksi maju yaitu teknik yang lebih dikenal
3. Individu yang diambil sebagai sampel adalah dengan forward selection ini memasukkan
yang bersedia menjadi sampel dan kooperatif satu per satu variabel hasil analisis
dalam penelitian ini. univariabel dengan memenuhi kriteria
Teknik pengambilan sampel yang kemaknaan statitik ke dalam model, sampai
digunakan dalam penelitian ini adalah semua variabel yang memenuhi kriteria
pencuplikan random sederhana (Simple tersebut masuk ke dalam model misalnya
Random Sampling)Penelitian dilakukan diawali dengan variabel karakteristik
di 11 Kabupaten yang berada di Provinsi selanjutnya diikuti dengan gejala dan tanda
NTT yiatu Kabupaten Manggarai Barat, malaria dan seterusnya
Manggarai Timur, Nagekeo, Sikka, 4. Seleksi mudur yang lebih dikenal dengan
Lembata, Alor, Timor Tengah Utara, backward selection ini,semua variabel hasil
Timor Tengah Selatan, Malaka, Sumba analisis univariabel ke dalam model, tetapi
Timur, dan Sumba Barat Daya. kemudian disingkirkan satu per satu dari
Penelitian dilakukan selama 3 bulan model berdasarkan kriteria kemaknaan
terhitung dari bulan April sampa Juni statistic
2016. 5. Seleksi stepwise merupakan teknik yang
Pengolahan dan analisis data paling banyak digunakan, lebih sering
dilakukan dengan menggunakan disebut stepwise selection ini memasukan
komputer dengan program yang sesuai satu per satu variabel hasil analisis
dan dianalisis secara deskriptif dan univariabel ke dalam model dan akan
inferensial (regresi logistik). Tujuan dikeluarkan sesuai kriteria tertentu.
Gejala sakit
12. 0,000 Bermakna
HASIL DAN PEMBAHASAN tenggorokan
Gejala wajah
1. Hasil 13 0,002 Bermakna
pucat
a. Analisis Bivariat Gejala
Analisis bivariat merupakan suatu 14 konjungtiva 0,000 Bermakna
metode penyaringan awal yang bertujuan pucat
untuk memperoleh variabel-variabel yang Gejala diare
bermakna, yang nantinya akan dianalisis 15 0,000 Bermakna
ringan
lebih lanjut dengan analisis multivariate. Gejala
dalam melakukan analisis bivariate ini 16 kejang- 0,000 Bermakna
sebaiknya menggunakan tingkat kemaknaan kejang
p < 0,25 (75% CI), karena dengan tingkat Tabel di atas menunjukkan bahwa semua
kemaknaan sebesar ini diharapkan akan variabel bebas yang diuji mempunyai
banyak variabel-variabel penting yang dapat hubungan dengan kejadian malaria.
diikutsertakan dalam analisis multivariate7].
b. Analisis Multivariat
Tabel 1. Hasil analisis bivariat dengan menggunakan
interval keyakinan 75% (p< 0,25) Analisis multivariat yang
Keteranga digunakan pada penelitian ini adalah
No Variabel Nilai p analisis regresi logistik ganda, yang
n
Gejala digunakan untuk menganalisis pengaruh
1. 0,000 Bermakna beberapa variabel bebas secara bersama-
menggigil
sama terhadap variabel tergantung, sehingga
Gejala
2. 0,000 Bermakna didapat faktor/variabel yang paling dominan
berkeringat
terhadap variabel tergantung, Analisis
Gejala sakit
multivariat ini menggunakan interval
3. kepala/ 0,000 Bermakna
keyakinan sebesar 95% dengan tingkat
migraine
kemaknaan p < 0,05
Gejala sakit
Tahap awal yang harus dilakukan
otot/pegal
4. 0,000 Bermakna sebelum melakukan analisis multivariat
linu seluruh
adalah menentukan terlebih dahulu variabel
tubuh
bebas yang akan diikutsertakan dalama
Gejala nyeri analisis multivariat, yaitu variabel bebas yang
5. pada 0,001 Bermakna pada saat analisis bivariat mempunyai p
tengkuk value < 0,25. Dan dari hasil analisis bivariat
Gejala sakit menunjukkan bahwa semua variabel bebas
6. 0,003 Bermakna
pinggang layak untuk diikutsertakan dalam analisis
Gejala nyeri multivariate.Table 2. berikut ini menyajikan
7. 0,000 Bermakna
persendian hasil dari analisis multivariate
Gejala nyeri
8. 0,000 Bermakna
punggung Tabel 1. Hasil analisis bivariat dengan menggunakan
Gejala interval keyakinan 95% (p< 0,05)
9. muntah- 0,000 Bermakna Keteranga
muntah No Variabel Nilai p
n
Gejala nafsu Gejala
makan 1. 0,001 Bermakna
10. 0,000 Bermakna menggigil
berkurang/ Gejala
anoreksia 2. 0,000 Bermakna
berkeringat
Gejala mulut 3. Gejala sakit 0,983 Tidak
11. 0,000 Bermakna
pahit kepala/ Bermakna
migraine Distribusi responden menurut
Gejala sakit kelompok umur adalah sebagai berikut
otot/pegal Tidak responden kelompok umur tertinggi adalah
4. 0,950 umur ≥ 15 tahun (46,8%) dan yang banyak
linu seluruh Bermakna
tubuh menderita malaria berada pada kelompok
Gejala nyeri umur ini yaitu sebesar 44,1 %. Banyaknya
Tidak penderita pada kelompok umur ini berarti
5. pada 0,213
Bermakna banyak orang kehilangan hari kerja sehingga
tengkuk
Gejala sakit Tidak berisiko terhadap pendapatan keluarga yang
6. 0,116 pada akhirnya mengganggu daya beli
pinggang Bermakna
Gejala nyeri maupun kesejahteraan keluarga. Bila
7. 0,042 Bermakna terganggu keadaan ekonomi keluarga sudah
persendian
Gejala nyeri Tidak tentu akibatnya konsumsi berkurang bagi
8. 0,339 anggota keluarga selanjutnya rentang
punggung Bermakna
Gejala terhadap penyakit dan mudah tertular
9. muntah- 0,001 Bermakna penyakit malaria maupun lainnya. Usia
muntah seseorang sangat menentukan penularan dan
Gejala nafsu patologisnya penyakit malaria yaitu semakin
makan Tidak muda atau semakin tua usia sangat mungkin
10. 0,076 atau rentan terhadap penyakit malaria atau
berkurang/ Bermakna
anoreksia penyakit apa saja. Pada golongan anak non-
Gejala mulut Tidak imun, gejala yang umum ditemui ; malas,
11. 0,712 mengantuk, menolak makan, mual, muntah,
pahit Bermakna
Gejala sakit Tidak nyeri kepala dan diare, suhu badan dapat
12. 0,219 meningkat >40°C (hyperpyrexia), konvulsi
tenggorokan Bermakna
Gejala wajah Tidak sering dijumpai 8].
13 0,075 Perbedaan jumlah penderita malaria
pucat Bermakna
Gejala antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan
14 konjungtiva 0,000 Bermakna tidak berbeda jauh, dimana jumlah penderita
pucat malaria laki-laki sebanyak 218 orang (49,1%)
dan penderita malaria perempuan sebanyak
Gejala diare Tidak
15 0,759 226 orang (50,9%). Hal ini menunjukkan
ringan Bermakna
bahwa penularan malaria tidak mengenal
Gejala
Tidak jenis kelamin, penularan malaria sangat
16 kejang- 0,243
Bermakna tergantung pada banyak faktor seperti tempat
kejang
dimana orang dengan kasus malaria tinggal
Hasil analisis multivariat menunjukkan
apakah dekat dengan sumber perindukan
bahwa dari 16 variabel bebas yang diuji
vektor penular penyakit atau tidak.
hanya ada 5 variabel bebas yang berpengaruh
Percepatan penularan menurut jenis kelamin
terhadap kejadian malaria yaitu variabel
sangat tergantung pula aktivitas dari setiap
gejala menggigil, gejala berkeringat, gejala
orang misalnya kemungkinan aktivitas dari
nyeri persendiaan, gejala mual muntah,
perempuan lebih banyak diluar rumah, atau
gejala konjungtiva pucat, Dan dari hasil
dalam keadaan hamil akan rentan tertular
analisis ini diperoleh model logistik yaitu:
penyakit malaria dari pada laki-laki.
Sampel dari penelitian ini yang
F(z)= 1/1+e(-1,969 + 1,062 menggigil + 1,588 berkeringat + paling banyak menderita malaria adalah
0,564 Nyeri sendi + 0,922 mual muntah + 1,794 Konjungtiva pucat)
responden yang tidak atau belum sekolah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
2. Pembahasan yang dilakukan oleh Babba et al, (2007)
a. Karakteristik sampel bahwa orang yang berpendidikan rendah
(<SMP) akan beresiko terkena malaria 2,81
kali dari pada orang yang berpendidikan penetasan telur ya tidak sempat menjadi
tinggi (>SMP). Perilaku seseorang breeding site, disamping itu sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan tergantung pada intensitas curah hujan
pendidikan yang rendah akan mempengaruhi itu sendiri, jika hujan terjadi sangat lebat
tingkat pengetahuan yang dimiliki, sehingga diikuti dengan angin dalam waktu yang
pendidikan diperlukan sesorang dalam relatif lama, justru akan dapat
membuka jalan pikiran untuk menerima, dan menghilangkan tempat perindukan
mencoba hal baru. Hal ini dapat mempersulit tersebut, karena aliran air yang deras
maupun mempermudah suatu komunitas akan membawa larva-larva dalam
mengaplikasikan konsep- konsep terutama tempat perindukan, dan pada akhirnya
upaya untuk mengendalikan penyakit larva akan mati, dengan demikian siklus
malaria. Bahkan masyarakat agak sulit untuk hidup nyamuk akan terputus mata
diajak bekerjasama untuk berpartisipasi dari rantainya.
berbagai aspek upaya pencegahan penyakit Hujan yang intensitasnya tidak
malaria. terlalu deras dan diselingi oleh panas,
Pendidikan sangat berpengaruh akan memperbanyak tempat perindukan,
terhadap derajat kesehatan, biasanya mereka sehingga memperbesar kesempatan
yang berpendidikan tinggi akan mempunyai nyamuk untuk berkembang secara
pengertian yang lebih baik tentang optimal (Depkes RI, 2007), pengaruh
pencegahan penyakit dan memiliki kesadaran hujan lainnya adalah bisa meningkatkan
tinggi akan mempunyai pengertian yang kandungan uap air di udara, sehingga
lebih baik terhadap masalah kesehatan. kelembaban akan lebih tinggi, akibatnya
Dengan memperhatikan pendidikan usia nyamuk akan semakin panjang,
masyarakat yang relatif rendah sehingga memungkinkan siklus
menumbuhkan dan meningkatkan peran serta sporogoni terbentuk dengan demikian
masyarakat dalam kegiatan pengendalian angka kesakitan dan kematian malaria
malaria perlu mendapat perhatian semua berfluktuasi secara linier dengan curah
pihak dan lembaga-lembaga masyarakat yang hujan, Beberapa penelitian
ada. Menurut Sukowati dkk 2008, menunjukkan, pada curah hujan sekitar
mengatakan bahwa beberapa hal yang kurang 1,5 mm perhari merupakan kebutuhan
memberikan dukungan terhadap keberhasilan minimum nyamuk, Curah hujan 150 mm
program pengendalian malaria antara lain per bulan mengakibatkan perkembangan
karena persepsi yang keliru, yaitu bahwa pesat terhadap populasi nyamuk An,
malaria adalah penyakit yang biasa Gambiae9].
masyarakat menderita malaria tidak segera Hasil pengamatan yang
berobat, dan masih percaya terhadap takhyul dilakukan sepanjang tahun sesuai data
b. Faktor lingkungan sekunder tahun 2015 curah hujan harian
1) Curah hujan di 11 kabupaten lokasi penelitian
berkisar antara 0,1 - 553 mm10]. Curah
Hujan dalam epidemiologi
hujan yang tinggi ini mengakibatkan
malaria berperan pada tersedianya
banyak genangan air yang muncul
tempat perindukan (breeding places),
secara tiba-tiba, yang akan menjadi
sehingga memperbesar tempat yang
tempat perindukan vektor sebagai
memungkinkan terjadinya siklus akuatik
perantara penyakit malaria (breeding
dalam siklus hidup nyamuk, hal ini tidak
place). Pola hujan di lokasi penelitian
terjadi secara begitu saja tapi sangat
sering diselingi panas matahari yang
tergantung dari porositas dan
mendukung teori bahwa nyamuk
permeabilitas (kemampuan untuk
Anopheles menyukai pola hujan seperti
menyerap air) tanah dalam menyerap air
ini.
hujan dan lamanya genangan, jika lama
2) Kondisi lingkungan tempat
genangan tidak melampaui proses
tinggal sampel/responden
Kejadian penyakit pada Anopheles subpictus sangat bervariasi,
dasarnya berbasis lingkungan, dapat hidup di air jernih maupun air keruh,
munculnya gejala penyakit pada air tawar maupun air payau. Nyamuk ini
kelompok penduduk merupakan bersifat eksofagik/senang menghisap darah
resultante hubungan antara manusia di luar rumah daripada didalam rumah dan
bertemu atau berinteraksi dengan eksofilik/senang beristirahat diluar rumah
lingkungan yang memiliki potensi daripada didalam rumah. Pada umumnya
bahaya kejadian penyakit atau kedua Anopheles tersebut mempunyai
munculnya sekumpulan gejala penyakit perilaku menghisap darah sepanjang malam
11]
. Manusia disini harus dilihat sebagai mulai dari pukul 18.00-06.00 dengan pucak
perspektif fisik, sosio- budaya maupun gigitan pada jam 22.00-04.0012].
genomic statusnya. Sedangkan
lingkungan yang memiliki potensi d. Gejala Klinis Malaria
bahaya penyakit dalam komponen Gejala klinis malaria yang muncul
lingkungan tersebut terkandung satu sangat bervariasi. Menurut Soedarto (2011)
atau lebih agen penyakit seperti gambaran klinis malaria sangat bervariasi
kelompok mikroorganisme, senyawa bentuknya, gejala klasik malaria antara lain
kimia, toksik maupun energi yang adalah demam yang berulang, menggigil,
diradiasikan. Dampak dari agen penyakit nyeri sendi, sakit kepala, dan muntah-
terhadap manusia yang dalam teori muntah. Penelitian yang dilakukan pada
simpul akan menimbulkan kelainan anak penderita malaria di Gambia pada
fungsi yang dikenal sebagai tahun 2000, diperoleh hasil bahwa 58,3%
11]
serangkaian gejala . Indikasi ini terlihat penderita malaria tersebut menderita
pada hasil penelitian bahwa sampel dari demam, 86% mengalami pusing dan 60,7%
penelitian ini banyak yang tinggal di mengalami gangguan pencernaan,7%
lingkungan yang memiliki potensi untuk Sementara itu, penelitian di Thailand
penularan penyakit malaria seperti melaporkan bahwa gejala klinis penderita
adanya sawah, tambak, kolam, genangan malaria umumnya adalah demam (42,3%),
air hujan, sungai, perlindungan mata air pusing (98,3%), badan pegal (96,6%),
yang umumnya mencerminkan adanya menggigil (88,4%) dan gangguan
tempat breeding place maupun resting pencernaan (29,3%).
dari vektor kasus malaria. Penelitian lain yang dilakukan di
Nigeria pada tahun 2005 juga mendapatkan
c. Vektor hasil 100% penderita malaria yang diteliti
Vektor penyakit malaria adalah mengalami demam, 69,6% mengalami
nyamuk Anopheles sp. keberadaan nyamuk pusing dan 50,4% mengalami gangguan.
Anopheles di 11 kabupaten penelitian Hasil penelitian dari Risniati at al, (2011)
sangat beragam. Dari 4 spesies nyamuk menunjukkan bahwa gejala klinis yang
Anopheles yang sudah dikonfirmasi sebagai ditemukan adalah demam menggigil
vektor utama malaria di NTT terdapat 2 (49,6%), berkeringat (75,6%), nyeri otot,
spesies yang selalu ditemukan diseluruh nyeri sendi (73,9%), sakit kepala (76,5%),
kabupaten penelitian yaitu Anopheles tidak ada nafsu makan (71,4%), dan gejala
barbirostris dan Anopheles subpictus. mual muntah (29,4%). Sedangkan hasil
Kedua spesies ini juga berperan sebagai yang diperoleh dari penelitian ini adalah
vektor filariasis di NTT. Anopheles ada 5 gejala yang dominan terhadap
barbirostris mempunyai tempat perindukan munculnya kejadian penyakit di 11
yang sangat bervariasi seperti sawah, Kabupaten yang menjadi lokasi penelitian
saluran irigasi, kolam, rawa, mata air, yaitu gejala menggigil, gejala berkeringat,
sumur, sungai yang mengalir lambat, lagun. gejala nyeri persendiaan, gejala mual
Demikian juga dengan tempat perindukan muntah, gejala konjungtiva pucat.
e. Indeks Klinis Malaria DAFTAR PUSTAKA
Indeks Klinis Malaria merupakan
indeks yang dapat menjadi faktor prediktor [1] Kemenkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar
untuk menentukan kasus malaria yang yang (Riskesdas) 2013. Badan Litbangkes
terjadi di daerah endemis pada kondisi Depkes RI. Jakarta.
klinis yang telah dilakukan uji coba pada [2] Dinas Kesehatan Provinsi NTT. 2015. Profil
komunitas tertentu. Indeks ini nantinya Dinas Kesehatan Propinsi NTT,
dapat digunakan oleh kader untuk Kupang.
mendeteksi terjadianya kasus malaria di [3] Departemen kesehatan R.I. 2007. Riset
wilayah dengan karkteristik yang sama Kesehatan Dasar (Riskesdas), Jakarta.
dengan daerah penelitian. [4] Achmadi. 2008. Horison Baru Kesehatan
Berdasarkan hasil analisis telah Masyarakat di Indonesia. Jakarta:
tersusun 5 variabel untuk menentukan Rineka Cipta.
indeks klinis malaria yaitu gejala [5] Kemenkes. 2011. Buku Saku Menuju
menggigil, gejala berkeringat, gejala nyeri Eliminasi Malaria. Direktorat
persendiaan, gejala mual muntah, gejala Jenderal Pengendalian Penyakit
konjungtiva pucat. Sehingga dirumuskan Menular dan Penyehatan Lingkungan,
indeks klinis epidemiologi malaria Jakarta.
kepulauan wialyah Provinsi Nusa Tenggara [6] Departemen Kesehatan R.I. 2003. Modul
Timur adalah Manajemen Program Pemberantasan
Indeks Klinis (IK)= -1,969 + 1,062 menggigil Malaria, Jakarta.
+ 1,588 berkeringat + [7] Murti, Bhisma. 1997. Prinsip Dan Metode
0,564 nyeri sendi + 0,922 Riset Epidemilogi. Gadjah Mada
mual muntah + 1,794 University Press.
konjungtiva pucat [8] Dachlan YP. 2010. Regulation of Immune
Nilai cut off = 0 Response to Malaria Depertemen of
Berdasarkan nilai cut off tersebut dapat Parasitology. Airlangga University,
dibuat 2 kategori yaitu: Surabaya
1. Skor indeks < 0 = diprediksi negatif [9] Coosemans., Ernhart. 2012. ---
malaria [10] BMKG Stasiun Klimatologi Lasiana
2. Skor indeks ³ 0 = diprediksi positif Kupang. 2014. Peta Sebaran Vektor
malaria Malaria Berdasarkan Desa Dan
Kabupaten Di Provinsi NTT.
Kader Kesehatan di wilayah [11] Achmadi,UF. 2005. Manajeman Penyakit
Puskesmas akan menggunakan indeks Berbasis Wilayah. Jakarta: Penerbit
klinis epidemiologi malaria untuk Buku Kompas.
mendeteksi dini kasus malaria, karena [12] Rahmawati. 2014. ---
dengan demikian dapat terdeteksi kasus
malaria di wilayah pulau terpencil dan
terluar sehingga kasus Kejadian Luar biasa
Malaria dapat dieliminasi secara bertahap.
Selain kader kesehatan dapat pula
diberikan keterampilan kepada ibu-ibu tim
penggerak PKK yang dapat berperan aktif
atau lembaga sosial masyarakat maupun
karang taruna di lingkungan untuk dapat
memanfaatkan indeks kilinis dalam
mengkaji kasus malaria di sekitar
lingkungannya.
1. Telaah laporan penelitian

No Topik Pembahasan
1 Judul “Pengembangan Indeks Epidemiologi Malaria untuk
Kader Kesehatan di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tahun 2016”
2 Penulis Tim Peneliti Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)
Universitas Nusa Cendana dan Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah (BALITBANGDA) Provinsi Nusa
Tenggara Timur
3 Latar Belakang 1. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh infeksi ProtozoaGenus Plasmodium yang
ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp betina.
2. Indonesia merupakan salah satu daerah endemis
malaria, dengan angka kejadian cukup tinggi yaitu
229.819 kasus pada 2010, 256.592 kasus pada 2011
dan 417.819 kasus pada tahun 2012.
3. Nusa Tenggara Timur sebagai Provinsi ketiga tertinggi
dengan angka endemisitas malaria tertinggi, setelah
Provinsi Papua dan Papua Barat. Selain itu wilayah
NTT yang merupakan Provinsi Kepulauan, sehingga
kegiatan surveilans malaria bersifat pasif dan belum
optimal dalam mendeteksi kasus malaria
4. Masyarakat dilibatkan sebagai kader malaria sehingga
memudahkan petugas kesehatan menemukan penderita
malaria sejak dini.
5. Kader diikutsertakan dalam dalam penemuan kasus
malaria, akan tetapi karena NTT merupakan endemis
malaria, maka ada gejala lain selain trias malaria
(menggigil, demam dan berkeringat) yang bersifat
local spesifik yang diketahui masyarakat.
6. Oleh karena itu perlu dikembangkan indeks yang
berhubungan dengan gejala malaria di NTT untuk
melihat adanya gejala lain selain trias malaria yang
dialami oleh masyarakat

Latar belakang penelitian disusun secara deduktif dengan


menampilkan data yang berhubungan sehingga mudah
untuk dipahami, bahkan oleh masyarakat awam
sekalipun. Data yang ditampilkan merupakan data
terbaru dari sumber yang terpercaya dan sangat relevan
dengan masalah yang dikemukakan.
4 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini dijabarkan permasalahan sebagai
berikut:

Diagnosis dini untuk kasus malaria di daerah terpencil


belum optimal karena deteksi yang dilakukan oleh petugas
kesehatan dipuskesmas yang cenderung pasif. Untuk
mengatasinya maka perlu dilibatkan masyarakat sebagai
kader malaria untuk melakukan deteksi khususnya bagi
masyarakat di daerah terpencil. Deteksi dapat dilakukan
dengan melihat gejala trias malaria yang ditunjukan oleh
penderita, akan tetapi gejala malaria diluar trias malaria
sangat banyak, khususnya untuk malaria mix (malaria
campuran). Untuk itu, perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium, yang hasilnya digunakan untuk mengukur
gejala mana saja yang lebih dominan untuk diakumulasi
sebagai gejala tambahan dengan gejala utama. Perumusan
masalah dalam penelitian dituliskan:
1. Bagaimana rumusan indeks epidemiologi malaria bagi
kader kesehatan di Provinsi NTT?
2. Jenis habitat potensial apa untuk vector malaria?
3. Bagaimana formulir deteksi dini kejadian malaria bagi
kader kesehatan?

Rumusan masalah menjelaskan tentang masalah


penelitian yang akan dijawab. Namun menurut reviewer
penjelasan awal sebelum masuk pada poin-poin
permasalahan penelitian terlalu panjang. Sebaiknya
penjelasan dimasukan dalam poin latar belakang,
sehingga pada poin rumusan masalah, langsung
dijabarkan poin-poin permasalahan penelitian.
5 Maksud dan Tujuan 1. Maksud
Menemukan rumusan indeks epidemiologi malaria
bagi kader kesehatan untuk penemuan kasus malaria
di Provinsi NTT
2. Tujuan
a. Merumuskan indeks epidemiologi malaria bagi
kader kesehatan sebagai petunjuk awal penyakit
malaria di Provinsi Nusa Tenggara Timur
b. Mengidentifikasi habitat potensial vektor malaria
c. Mengembangkan formulir deteksi dini kejadian
malaria bagi kader kesehatan

Maksud dan yujuan penelitian dijabarkan dengan jelas


dan sesuai dengan latar belakang dan rumusan
permasalahan penelitian yang dituliskan
6 Manfaat 1. Manfaat Praktis
a. Bagi pengambil kebijakan
1) Deteksi dini malaria berdasarkan indeks klinis
2) Mempertajam pogram pengendalian
berdasarkan morbiditas
3) Upaya pemberdayaan masyarakat melalui
kader kesehatan
b. Bagi kader kesehatan untuk dijadikan pedoman
melakukan deteksi bagi orang yang beresiko
menderita malaria
2. Manfaat Teoritis penelitian adalah sebagai bahan
referensi bagi peneliti lain yang melakukan kegiatan
penelitian-penelitian malaria selanjutnya, khususnya
yang dilakukan di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Manfaat penelitian dijabarkan secara jelas dengan


membedakan antara manfaat praktis bagi pengambil
keputusan dan kader kesehatan serta manfaat teoritis
untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
7 Sasaran Sasaran dari penelitian ini adalah pasien demam yang
berada di wilayah kerja Puskesmas di 11Kabupatenyang
berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sasaran penelitian cukup banyak yaitu di puskesmas 11


kabupaten di NTT. Sebaiknya penelitian dilakukan
diseluruh kabupaten di NTT sehingga data yang diperoleh
lebih baik lagi
8 Ruang Lingkup Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi kegiatan
merumuskan indeks epidemiologi malaria yang nantinya
digunakan oleh kader sebagai pedoman untuk penemuan
kasus malaria secara dini di masyarakat dan kegiatan
mengidentifikasi habitat potensial vector malaria di lokasi
penelitian

Ruang lingkup penelitian sesuai dengan maksud dan


tujuan penelitian yang akan dicapai
9 Hipotesis Hipotesis penelitian dijelaskan bahwa ada pengaruh
komposit gejalaterhadap kejadian malaria di Provinsi Nusa
Tenggara Timur
10 Identifikasi variable 1. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
independen dan dependen kasus/kejadian malaria
2. Variabel independen dibedakan menjadi:
a. Karakteristik kasus malaria mencakup usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan
b. Gejala-gejala indikasi malaria seperti menggigil,
berkeringat, sakit kepala /migrain, sakit otot/pegal
linu seluruh tubuh, nyeri pada tengkuk, sakit
pinggang, nyeri persendian, nyeri punggung, mual-
muntah, nafsu makan berkurang/anoreksia, mulut
pahit, sakit tenggorokan/nyeri telan, wajah
pucat,konjugtiva pucat, diare ringan,dan kejang-
kejang.

Variabel independen dalam penelitian ini dibagi menjadi


dua kelompok besar yaitu karakteristik kasus malaria dan
gejala-gejala indikasi sementara variable dependen
adalah kasus malaria.
11 Jenis dan desain penelitian Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan
desain cross sectional.

Jenis dan desain penelitian dipilh dengan tujuan untuk


melakukan pemetaan model hubungan setiap variable
independen yaitu karakteristik serta gejala malaria, untuk
kemudian dirumuskan indeks klinis kasus malaria. Oleh
karena itu jenis dan desain penelitian sudah sesuai untuk
penelitian yang dilakukan
12 Identifikasi alat ukur dengan
informasi reliabilitas dan
validitasnya
13 Deskripsi sampel Sampel dalam penelitian dipilih secara acak dengan
teknik Simple random samplingdari pasien demam yang
berada di wilayah kerja puskesmas di 11 kabupaten di
NTT, dengan criteria puskesmas ditentukan yaitu
4. Puskesmas yang berada di ibukota kabupaten
5. Kasus malaria yang yang tercatat di puskesmas dan
puskesmas pembantu yang terjangkau saat penelitian
berlangsung
6. Individu yang diambil sebagai sampel adalah yang
bersedia menjadi sampel dan kooperatif dalam
penelitian ini
Penentuan besar sampel ditetapkan mengikuti persamaan
dari Limeshow (1997). Total sampel untuk penelitian
berdasarkan perhitungan diperoleh 583 sampel, sehingga
untuk setiap kabupaten dipilih 53 sampel

Sampel dan teknik pengambilan sampel sudah sesuai


dengan penelitian yang akan dilakukan

14 Deskripsi etika penelitian Setiap perlakuan yang diberikan kepada pasien sebagai
sampel, wajib mendapatkan persetujuan dari pasien
tersebut. Dalam penelitian dijelaskan mengenai
pencuplikan sampel dengan criteria pasien kooperatif
namun tidak dijelaskan mengenai prosedur pemberian
Informed consent bagi pasien atau keluarga pasien.
15 Pernyataan cara pengumpulan Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
data dan instrument yang penelitian ini adalah dengan melakukan studi dokumen,
digunakan wawancara dengan sampel, Observasi dan pemeriksaan
darah. Instrumen yang dipakai dalam pengumpulan data
berupa lembar pengumpul data, lembar pertanyaan atau
kuisioner dan lembar observasi
16 Analisis data Analisis data penelitian dijelaskan sebagai berikut
1. Karakteristik sampel
a. Umur
Pasien yang dinyatakan positif malaria didominasi
oleh kelompok usia >= 15 tahun (44.1%)
b. Jenis kelamin
Penderita malaria positif di dominasi oleh sampel
yang berjenis kelamin perempuan (50.9%)
c. Tingkat pendidikan
sebagian besar sampel yang menderita malaria
mempunyai tingkat pendidikan tidak sekolah atau
belum sekolah (30,6).
d. Pekerjaan
Penderita malaria sebagian besar tidak bekerja
(75,7%).

2. Jenis plasmodium
Hasil pemeriksaan darah terhadap 444 sampel yang
menderita malaria diperoleh data bahwa terdapat 220
sampel (49,5%) yang positif Plasmodium falciparum
dan terdapat sedikitnya 1sampel (0,2%) dinyatakan
positifPlasmodium ovale. Plasmodium vivax
menempati posisi kedua dengan 207 sampel (46.6%)
sedangkan mix malaria ditemukan 16 sampel (3.6%)

3. Gejala malaria
Gejala sakit yang dianalisis sebanyak 16 gejala yaitu
menggigil, berkeringat, sakit kepala, sakit otot, nyeri
pada tengkuk, sakit pinggang, nyeri sendi, nyeri
punggung, mual muntah, anoreksia, mulut pahit, sakit
tenggorokan, wajah pucat, konjungtiva pucat, diare
ringan dan kejang-kejang. Berdasarkan gejala yang
dianalisis, diperoleh hasil bahwa, sebagian besar
gejala merupakan gejala yang dialami oleh diatas 50%
paenderita malaria positif. Gejala-gejala yang diderita
oleh pasien malaria positif kurang dari 50% adalah
nyeri tengkuk, sakit pinggang, nyeri sendi, sakit
punggung, sakit tenggorokan dan kejang-kejang.
Perlu diperhatiakan lagi penjelasan tabel karena
pada beberapa tabel, penjelasan tidak sesuai dengan
data yang ditampilkan dalam tabel.Misalnya untuk
Tabel 4.2.1. dijelaskan bahwa sampel yang positif
menderita malaria sebagian besar merasakan gejala
kejang-kejang sebesar 338 orang (76,1%), padahal
dalam tabel, angka tersebut merupakan pasien yang
positif malaria tapi tidak mengalami gejala kejang-
kejang.

4. Kondisi lingkungan tempat tinggal sampel


kondisi lingkungan tempat tinggal sampel mendukung
sebagai tempat istirahat nyamuk Anopheles sp. seperti
terdapat semak dan keberadaan kandang hewan (non
unggas). Hasil identifikasi kondisi lingkungan yang
terbanyak adalah keberadaan kandang hewan disekitar
rumah (68,3%)

Berdasarkan hasil penelitian yang dikumpulkan dari


berbagai sumber oleh dinas kesehatan terlihat bahwa
nyamuk Anopheles sp di NTT terdapat 15 spesies. Dan
yang sudah dikonfirmasi sampai dengan saat ini sebagai
vektor malaria yaitu ada 4 spesies (An. barbirostris, An.
sundaicus, An. subpictus dan An. minimus) dan 2 spesies
(An. vagus dan An. annularis) dinyatakan sebagai
tersangka vektor berdasarkan hasil tes ELISA dan 9
spesies (An. indefenitus, An. aconitus. An. flavirostis, An.
maculatus, An. kochi, An. tesselatus, An. balabacensis,
An. umbrosus dan An. hyrcanus group) lainnya
merupakan vektor potensial karena ditemukan juga di
NTT dan sudah dikonfirmasi sebagai vektor malaria di
tempat lain di Indonesia
17 Pembahasan Hasil Setelah dilakukan analisis dari data yang diperoleh, hasil
dijelaskan dalam pembahasan sebagai berikut:
1. Karakteristik sampel
Semakin tua dan semakin muda usia, dapat
meningkatkan resiko terkena malaria, karena daya
tahan tubuh yang menurun. Jenis kelamin tidak
memiliki hubungan erat dengan malaria, terbukti dari
jumlah penderita malaria hamper sama untuk laki-laki
atau perempuan. Pendidikan memiliki pengaruh untuk
derajat kesehatan, termasuk kasus malaria, dilihat dari
data yang diperoleh bahwa pendierita malaria sebagian
besar adalah reponden yang tidak atau belum
bersekolah.
2. Faktor lingkungan meliputi curah hujan, kondisi
lingkungan tempat tinggal dan vector penyakit malaria
3. Gejala dan indeks klinis gejala
Berdasarkan hasil analisis telah tersusun 5 variabel
untuk menentukan indeks klinis malaria yaitu gejala
menggigil, gejala berkeringat, gejala nyeri
persendiaan, gejala mual muntah, gejala konjungtiva
pucat.Sehingga dirumuskan indeks klinis epidemiologi
malaria kepulauan wialyah Provinsi Nusa Tenggara
Timur adalah
Indeks Klinis (IK)= -1,969 + 1,062 menggigil +
1,588 berkeringat + 0,564
Nyeri sendi + 0,922 mual
muntah + 1,794 Konjungtiva
pucat
Nilai cut off = 0
Berdasarkan nilai cut off tersebut dapat dibuat 2
kategori yaitu:
Skor indeks < 0 = diprediksi negatif malaria
Skor indeks ³ 0 = diprediksi positif malaria
18 Implikasi hasil Kader Kesehatan di wilayah Puskesmas akan
menggunakan indeks klinis epidemiologi malaria untuk
mendeteksi dini kasus malaria, karena dengan demikian
dapat terdeteksi kasus malaria di wilayah pulau terpencil
dan terluar sehingga kasus Kejadian Luar biasa Malaria
dapat dieliminasi secara bertahap.Selain kader kesehatan
dapat pula diberikan keterampilan kepada ibu-ibu tim
penggerak PKK yang dapat berperan aktif atau lembaga
sosial masyarakat maupun karang taruna di lingkungan
untuk dapat memanfaatkan indeks kilinis dalam mengkaji
kasus malaria di sekitar lingkungannya.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini sangat membantu
Karena disusun dengan sangat sederhana sehingga dapat
dimengerti oleh masyarakat awam sekalipun. Pencatatan
gejala klinis juga dipermudah dengan menyediakan
formulir khusus.Dengan adanya indeks klinis malaria,
diharapkan dapat mendorong tercapainya derajat
kesehatan yang lebih baik, khususnya untuk penyakit
malaria
19 Simpulan dan saran Simpulan dari suatu laporan penelitian merupakan
jawaban dari tujuan penelitian tersebut. Dalam penelitian
ini, diajukan 3 tujuan yaitu
1. Merumuskan indeks epidemiologi malaria bagi kader
kesehatan sebagai petunjuk awal penyakit malaria di
Provinsi Nusa Tenggara Timur
2. Mengidentifikasi habitat potensial vektor malaria
3. Mengembangkan formulir deteksi dini kejadian
malaria bagi kader kesehatan
Sedangkan simpulan yang ditampilkan hanya menjelaskan
mengenai 5 variabel independen yang dimasukan dalam
rumus perhitungan indeks klinis, beserta dengan
perhitungan skornya dan habitat potensial vector malaria,
sedangkan pengembangan formulir tidak dielaskan dalam
simpulan

Sebaiknya formulir pencatatan gejala malaria,


ditampilkan dalam bagian simpulan untuk menjawab
tujuan ke-3 dari penelitian. Saran telah dijabarkan
dengan baik meliputi saran untuk indeks klinis malaria
yang telah dirumuskan, vector penyakit malaria serta
pengembangan formulir deteksi dini penyakit malaria
20 Daftar Pustaka Daftar pustaka ditulis dengan format penulisan Harvard.

Beberapa referensi yang dikutip dalam laporan penelitian


tidak dicantumkan dalam daftar pustaka, misalnya pada
bagian pembahasan mengenai pengaruh curah hujan
terhadap perkembangbiakan nyamuk dikutip dalam
tulisan (Coosemans dan Ernhar, 2012) namun tidak
dicantumkan dalam daftar pustaka dan ada beberapa
referensi yang tidak dimuat dalam tulisan tetapi dutulis
dalam daftar pustaka misaalnya ( bustan, M.N.2006
pengantar epidemologi .Jakarta:Rineka Cipta

 Judul Baru

1. Hubungan pengetahuan dan perilaku tentang pencegahan malaria dengan kejadian


malaria pada pasien di puskesmas bakunase 2 tahun 2016
2. Analisis kompetensi petugas puskesmas dalam penemuan penderita malaria pada
program penanggulangan malaria di nusa tenggara timur tahun 2016
3. Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit malaria di nusa tenggara timur tahun
2016
 Intervensi
1. beradaan rawa-rawa sebagai tempat perkembangbiakkan jentiknyamuk
2. Penggunaan kawat kasa pada ventilasi rumah
3. Keberadaan kandang ternak
4.  Penggunaan obat anti nyamuk
5.  Penggunaan kelambu
6.  Keluar rumah pada malam hari
7.  Kebiasaan menggantung pakaian
8.  Kebiasaan tidak menggunakan insektisida di halaman rumah
9.  Dinding rumah penduduk
10.  Tidak adanya ikan pemangsa larva

 Kebijakan Program Nasional Yang Dilakukan Untuk Program


Pengendalian Malaria

Strategi yang dapat dilakukan adalah upaya intensifikasi, yaitu dengan cara melakukan
pemeriksaan sediaan darah secara pasif hanya kepada semua pengunjung fasilitas kesehatan
yang datang dengan gejala panas tanpa sebab yang jelas.

Kegiatan ekstensifikasi dapat dilakukan dengan cara:

1. melakukan pemeriksaan
sediaan darah secara aktif langsung ke masyarakat baik dengan Mass Blood Survey
(MBS) yaitu dengan melakukan pemeriksaan darah massal kepada seluruh penduduk atau
Mass Fever Survey (MFS) yaitu dengan melakukan pemeriksaan darah kepada seluruh
penduduk yang mengalami gejala panas, khususnya ke desa-desa endemik tinggi di NTT
2. melakukan Contact Survey (CS)
khususnya ke desa-desa endemik rendah (Low Case Incidence) dan endemik sedang
(Moderate Case Incidence). Kegiatan CS di desa endemik rendah dan sedang penting
dilakukan, khususnya di 6 kabupaten yang masih tinggi SPR-nya yaitu Kabupaten Alor,
Sumba Barat Daya, Sumba Timur, Sambu Raijua, dan Lembata. Caranya dengan
melakukan kegiatan pengambilan sediaan darah pada orang-orang yang tinggal serumah
dengan penderita positif malaria, dan atau orang-orang yang berdiam di dekat tempat
tinggal orang yang menderita malaria. Apabila setiap 1 kasus positif dilakukan
pemeriksaan sediaan darah di sekitar 5 rumah yang berdekatan, jadi 5 rumah x 5 orang
(asumsi rata-rata penghuni setiap rumah), maka diperoleh 25 sediaan darah.
Kebijakan nasional eliminasi malaria (SK Menkes No 293 tahun 2009) akan berjalan
dengan baik apabila dinas-dinas kesehatan di tingkat provinsi dapat
mengimplementasikannya sampai ke tingkat kabupaten/kota secara baik. Implementasi
Kemenkes di tingkat provinsi adalah tersedianya peraturan gubernur.
Tingginya Plasmodium vivax di suatu daerah menunjukkan tidak adekuatnya
penatalaksanaan kasus malaria yang mengakibatkan relaps yang disebabkan hipnozoit yang
masih bertahan di dalam hati. Hipnozoit yaitu sporozoit yang tidak mengalami
perkembangan lanjut pada proses skizogoni dan akan tetap laten selama 8 – 9 bulan sebelum
berkembang menjadi schizon jaringan. Untuk mencegah kasus relaps pada Plasmodium
vivax perlu dilakukan perbaikan penatalaksanaan kasus dengan pengobatan primakuin
selama 14 hari yang diminum secara tuntas, terus berlangsung karena parasit yang ada
ditubuh manusia tidak habis sama sekali akibat adanya resistensi klorokuin terhadap parasit
malaria.
Selain penanganan terhadap penderita malaria, hal penting lain yang seharusnya
dilakukan dalam upaya eliminasi malaria adalah pengendalian vektor (Anopheles spp).
Pelaksanaan pengendalian vektor akan rasional, efektif dan efisien apabila didukung oleh
informasi mengenai vektornya, yaitu perilaku, distribusi dan musim penularan.
Dengan demikian penguasaan bionomik vektor sangat diperlukan dalam perencanaan
pengendalian vektor, dan akan memberi hasil maksimal apabila terdapat kesesuaian antara
perilaku vektor selaku sasaran dan metode pengendalian yang diterapkan.Oleh karenanya
perlu diberikan informasi seluas-luasnya kepada seluruh stake holder baik itu tenaga medis,
paramedis, serta tenaga penunjang lainnya dalam rangka pengendalian malaria termasuk
kepada masyarakat. Kebijakan pengobatan positif malaria dengan pengobatan ACT
ditujukan agar penderita malaria sembuh dan hilang gejala malarianya sekaligus untuk
mencegah terjadinya penularan malaria.

Pengobatan terhadap Plasmodium vivax dilakukan dengan pemberian primakuin selama 14


hari agar hipnozoit yang doorman di dalam hati dapat sembuh total dan tidak menimbulkan
relaps.

Anda mungkin juga menyukai