&
NIM : P21341118031
KELAS : 1D3-B
Ketahanan pangan merupakan yang sangat penting di Indonesia, karena itu merupakan
kebutuhan dasar manusia. Hak atas pangan bagi setiap individu merupakan bagian penting dari
hak asasi manusia seperti yang dijelaskan dalam Universal Declaration of Human Right.
Indonesia telah menyatakan komitmen untuk melaksanakan aksi aksi mengatasi
kelaparan, kekurangan gizi serta kemiskinan di dunia. Dalam Millenium
Development Goals (MDGs) , ditegaskan untuk mengurangi angka kemiskinan
ekstrim dan kerawanan pangan di dunia sampai setengahnya di tahun 2015.
Indonesia dalam pemenuhan konsumsi masyarakatnya menghadapi tantangan
cukup besar karena jumlah penduduknya yang cukup besar. Pada tahun 2010
diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 235 juta jiwa dan terus
bertambah dari tahun ke tahun.1
1
Mewa ariani, “Diversifikasi Konsumsi Pangan Pokok Mendukung Swasembada Beras
(http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/12/08.pdf, 2010.
2
“Sambutan Menko Bidang Perekonomian. Rapat Koordinasi Evaluasi Inpres
2/2005 dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Bidang Pangan”.
20 Juli 2005. Jakarta
Produksi pangan memang mengalami peningkatan, antara lain ditunjukkan
dengan peningkatan produksi padi pada kurun waktu 2004-2009 dari 54,1 ribu
ton menjadi 63,8 juta ton tahun 2009 atau naik sebesar 5,83%.
Dilihat berdasarkan kandungan karbohidrat dan nilai gizinya. Produk
pangan lokal seperti serealia, umbi-umbian dan palmae dapat digunakan
sebagai panganan lokal. Namun kendala yang dihadapi dalam pengembangan
bahan baku lokal hingga saat ini masih konevensional, nilai gizi kurang lengkap
dan tampilan kurang menarik.hal ini disebabkan karna masyarakat yang kurang
tertarik terhadap ban pangan lokal. Untuk meningkatkan nilai tambah dari produk berbahan
baku lokal ini agar bisa sejajar dengan pangan lain, perlu adanya sentuhan teknologi sehingga menarik
untuk disajikan serta enak dan ekonomis
Selama ini bahan pangan tersebut sering disebut bahan alternatif pengganti beras (sebagai
sumber karbohidrat/kalori) sehingga mengandung pengertian kelas dua. Padahal, dengan sentuhan
teknologi yang memadai, bahan-bahan tersebut dapat digunakan sebagai pendamping nasi (sebagai
makanan pokok), makanan kudapan (snack food) baik tradisional maupun dengan teknologi modern. 3
Pemerintah memutuskan mengimpor beras sebanyak 500.000 ton dari Thailand dan Vietnam
pada akhir Januari 2018. Kebijakan ini diambil untuk mengatasi lonjakan harga beras dan menambah
pasokan yang sedang menurun. Keputusan impor ini memicu perbedaan pendapat banyak pihak. 4
Terlepas dari pro dan kontra perihal impor beras, kejadian ini kembali menyadarkan kita bahwa
ketergantungan pada beras sebagai sumber pangan masih demikian tinggi. Belum makan kalau belum
makan nasi, begitulah slogan yang terus membayangi masyarakat sehingga harus selalu tersedia beras
untuk memenuhi kebutuhan pangan. Padahal, fakta menunjukkan bahwa pangan pokok penduduk yang
bertumpu pada satu sumber karbohidrat yaitu beras akan melemahkan ketahanan pangan sekaligus
menimbulkan kesulitan dalam pengadaannya. Dalam 10-15 tahun mendatang Indonesia diperkirakan
akan mengalami kerawanan pangan jika konsumsi masyarakat hanya bergantung pada beras.
Contoh jenis pangan lokal yang potensial dikembangkan oleh petani adalah jagung dan umbi-umbian.
Selain tingkat konsumsi masyarakat tinggi, petani juga mendapat keuntungan dengan produktivitas yang
tinggi.
Untuk mendorong agar petani mau menanam produk pangan lokal, perlu ada mekanisme
subsidi dari pemerintah kepada petani, dan menumbuhkan permintaan dengan sosialisasi yang
baik.Sejatinya Indonesia memiliki keragaman yang tinggi dalam penyediaan bahan pangan sumber
karbohidrat (lebih dari 30 jenis pangan), dengan komposisi gizi yang tidak kalah dengan beras dan sagu.
4
Rifda naufalin, “Beras dan urgensi diversifikasi pangan”, Koran sindo, 17 januari 2018
5
Dinar, S.P., M.P., “diversifikasi pangan lokal yang sudah dilupkan”, agrotani.com, 8 mei 2017
penting dalam mensukseskan program keanekaragaman pangan adalah melaksanakan product
development. Produk ini merupakan upaya menciptakan suatu produk baru yang memiliki sifat antara
lain sangat praktis, tersedia dalam segala ukuran.
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20161016185442-255-165893/pangan-lokal-indonesia-
kaya-manfaat-tapi-dilupakan
https://nasional.sindonews.com/read/1274243/18/beras-dan-urgensi-diversifikasi-pangan-1516130495
https://www.agrotani.com/diversifikasi-pangan-lokal-yang-sudah-terlupakan/
http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/12/08.pdf
Ibid.