Anda di halaman 1dari 4

TUGAS ARTIKEL SOSIOLOGI ANTROPOLOGI

KEBIJAKAN DIVERSIFIKASI KONSUMSI MAKANAN BERGIZI UNTUK


PANGAN KEDEPAN

MENDUKUNG PRODUK PANGAN LOKAL PENGGANTI BERAS

DOSEN : ADILITA PRAMANTI, S.Sos, M. Si

&

EMAN FEBRIYANTO, SIP, M.AP

NAMA : LINDA AISAH PUTRI WARDHANI

NIM : P21341118031

KELAS : 1D3-B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II

TAHUN AJARAN 2018/2019


PENDAHULUAN

Ketahanan pangan merupakan yang sangat penting di Indonesia, karena itu merupakan
kebutuhan dasar manusia. Hak atas pangan bagi setiap individu merupakan bagian penting dari
hak asasi manusia seperti yang dijelaskan dalam Universal Declaration of Human Right.
Indonesia telah menyatakan komitmen untuk melaksanakan aksi aksi mengatasi
kelaparan, kekurangan gizi serta kemiskinan di dunia. Dalam Millenium
Development Goals (MDGs) , ditegaskan untuk mengurangi angka kemiskinan
ekstrim dan kerawanan pangan di dunia sampai setengahnya di tahun 2015.
Indonesia dalam pemenuhan konsumsi masyarakatnya menghadapi tantangan
cukup besar karena jumlah penduduknya yang cukup besar. Pada tahun 2010
diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 235 juta jiwa dan terus
bertambah dari tahun ke tahun.1

Sering terjadi gejolak politik karena dipicu oleh kelangkaan


dan naiknya harga pangan. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika pangan
bukan sekedar komoditas ekonomi tetapi juga menjadi komoditas politik yang
memiliki dimensi sosial yang luas (Sambutan Menko Perekonomian, 2005) 2

keberadaan pangan lokal


Permasalahan ketahanan pangan terkait dengan konsumsi pangan. Pemenuhan kebutuhan
pangan merupakan hal yang sangat penting untuk diwujudkan. Ketahanan pangan untuk mendukung
pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup dalam jumlah, gizi, mutu, serta terjangkau oleh daya beli
masyarakat dapat dilakukan melalui diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan sebenarnya telah lama
berlangsung di Indonesia. Pada beberapa daerah tertentu masyarakatnya akrab dengan makanan pokok
nonberas seperti jagung di Madura dan Nusa Tenggara Timur, sagu di Kepulauan Maluku, dan umbi di
Papua. Namun, saat ini sebagian masyarakat di daerah-daerah tersebut mulai bergeser mengonsumsi
beras karena menganggap makanan pokok asli mereka lebih rendah. Untuk mengembalikan dan
memantapkan program diversifikasi pangan yang telah berlangsung, diperlukan teknologi untuk
memberikan nilai tambah terhadap produk pangan yang diproses dari berbagai bahan pangan lokal
tersebut.

1
Mewa ariani, “Diversifikasi Konsumsi Pangan Pokok Mendukung Swasembada Beras
(http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/12/08.pdf, 2010.

2
“Sambutan Menko Bidang Perekonomian. Rapat Koordinasi Evaluasi Inpres
2/2005 dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Bidang Pangan”.
20 Juli 2005. Jakarta
Produksi pangan memang mengalami peningkatan, antara lain ditunjukkan
dengan peningkatan produksi padi pada kurun waktu 2004-2009 dari 54,1 ribu
ton menjadi 63,8 juta ton tahun 2009 atau naik sebesar 5,83%.
Dilihat berdasarkan kandungan karbohidrat dan nilai gizinya. Produk
pangan lokal seperti serealia, umbi-umbian dan palmae dapat digunakan
sebagai panganan lokal. Namun kendala yang dihadapi dalam pengembangan
bahan baku lokal hingga saat ini masih konevensional, nilai gizi kurang lengkap
dan tampilan kurang menarik.hal ini disebabkan karna masyarakat yang kurang
tertarik terhadap ban pangan lokal. Untuk meningkatkan nilai tambah dari produk berbahan
baku lokal ini agar bisa sejajar dengan pangan lain, perlu adanya sentuhan teknologi sehingga menarik
untuk disajikan serta enak dan ekonomis
Selama ini bahan pangan tersebut sering disebut bahan alternatif pengganti beras (sebagai
sumber karbohidrat/kalori) sehingga mengandung pengertian kelas dua. Padahal, dengan sentuhan
teknologi yang memadai, bahan-bahan tersebut dapat digunakan sebagai pendamping nasi (sebagai
makanan pokok), makanan kudapan (snack food) baik tradisional maupun dengan teknologi modern. 3

Pemerintah memutuskan mengimpor beras sebanyak 500.000 ton dari Thailand dan Vietnam
pada akhir Januari 2018. Kebijakan ini diambil untuk mengatasi lonjakan harga beras dan menambah
pasokan yang sedang menurun. Keputusan impor ini memicu perbedaan pendapat banyak pihak. 4

Terlepas dari pro dan kontra perihal impor beras, kejadian ini kembali menyadarkan kita bahwa
ketergantungan pada beras sebagai sumber pangan masih demikian tinggi.  Belum makan kalau belum
makan nasi, begitulah slogan yang terus membayangi masyarakat sehingga harus selalu tersedia beras
untuk memenuhi kebutuhan pangan. Padahal, fakta menunjukkan bahwa pangan pokok penduduk yang
bertumpu pada satu sumber karbohidrat yaitu beras akan melemahkan ketahanan pangan sekaligus
menimbulkan kesulitan dalam pengadaannya. Dalam 10-15 tahun mendatang Indonesia diperkirakan
akan mengalami kerawanan pangan jika konsumsi masyarakat hanya bergantung pada beras.

Contoh jenis pangan lokal yang potensial dikembangkan oleh petani adalah jagung dan umbi-umbian.
Selain tingkat konsumsi masyarakat tinggi, petani juga mendapat keuntungan dengan produktivitas yang
tinggi.

Untuk mendorong agar petani mau menanam produk pangan lokal, perlu ada mekanisme
subsidi dari pemerintah kepada petani, dan menumbuhkan permintaan dengan sosialisasi yang
baik.Sejatinya Indonesia memiliki keragaman yang tinggi dalam penyediaan bahan pangan sumber
karbohidrat (lebih dari 30 jenis pangan), dengan komposisi gizi yang tidak kalah dengan beras dan sagu.

Seringkali pemerintah hanya menganjurkan masyarakat untuk melakukan keanekaragaman


konsumsi pangan dan bersifat hanya menyuruh tanpa didukung oleh ketersediaan bahannya yang dapat
diperoleh secara mudah. Dalam memenuhi permintaan konsumen, salah satu faktor yang sangat 5
3

4
Rifda naufalin, “Beras dan urgensi diversifikasi pangan”, Koran sindo, 17 januari 2018
5
Dinar, S.P., M.P., “diversifikasi pangan lokal yang sudah dilupkan”, agrotani.com, 8 mei 2017
penting dalam mensukseskan program keanekaragaman pangan adalah melaksanakan product
development. Produk ini merupakan upaya menciptakan suatu produk baru yang memiliki sifat antara
lain sangat praktis, tersedia dalam segala ukuran.

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20161016185442-255-165893/pangan-lokal-indonesia-
kaya-manfaat-tapi-dilupakan

https://nasional.sindonews.com/read/1274243/18/beras-dan-urgensi-diversifikasi-pangan-1516130495

https://www.agrotani.com/diversifikasi-pangan-lokal-yang-sudah-terlupakan/

http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/12/08.pdf

Ibid.

Anda mungkin juga menyukai