Anda di halaman 1dari 2

Tema : berpkir kritis

Menghindari Hoax

Pengalaman ini terjadi sekitar tahun 2017 silam, waktu saya masih duduk di bangku SMP.
Saya akan ceritakan pengalaman ini dengan rinci. Sekitar jam 05.30 saya sudah siap dengan
seragam dan rambut yang rapi, tinggal lansung berangkat ke sekolah. Sayapun langsung meminta
ayah untuk mengantarkan saya ke sekolah. Saya bergumam “Yah, sudah jam 06.00 pas nih, ayo
kita berangkat ke sekolah”. Ayah pun menjawab “wahh kakak udah rapi banget nih, tunggu apa
lagi, ayo kita berangkat!”. Sebelum berangkat kita pun berdoa dahulu. Selama perjalanan ayah
bercerita “kak, tau ngga tadi ayah liat di story whatsapp, ada obat2an yang dicampurkan di
makanan ringan setelah ayah baca baca obat2an itu termasuk narkoba lohh, kamu harus waspada
yaa”. Aku pun menjawab “astagfirullah, sungguh jahat sekali orang yang mencampurkan obat2an
itu”. ayah berkata “lain kali, kakak harus kurangin makan yang kyk gitu yaa, mending bawa bekal
dari rumah saja”. aku bergumam “oke siapp yah”. Tak lama kemudian aku pun sampai disekolah
dan langsung berpamitan dengan ayah. Dengan santai akupun menuju kelas, sesampainya disana
tiba tiba temanku langsung mencubit pundakku “hai ihza, aku duluan loh yang sampai kelas,
hahahaha”. Aku pun menjawab “halo wildan, yang penting aku ngga telat wekkkk”.kitapun duduk
di kursi masing masing. Ngga lama kemudian guru jam pertama datang, dan langsung menanyakan
tugas yang kemarin diberikan guru itu. wildan dengan wajah kebingungan berkata “astagaa, buku
tugasku ketinggalan, gimana nihh, aduhh, pasti aku langsung dijemur di bawah tiang bendera nih”.
Aku menjawab “hmmm kamu emang ga berubah2 yaa wildan, lain kali klo habis ngerjain tugas,
bukunya langsung dimasukin ke tas biar ga ketinggalan kamu ini yaa”. Tiba tiba wajah wildan
berubah pucat, dia sangat takut dihukum seperti yang kapan lalu. Aku pun punya akal agar wildan
bisa selamat dari hukuman itu yaitu dengan cara memolorkan waktu. Aku akan bertanya kepada
bu guru tentang kasus narkoba yang ayah ceritakan tadi.
Akupun mengacungkan tangan dan langsung bertanya “assalamualikum bu saya mau
bertanya, apakah benar sekarang ini telah beredar obat2an yang dicampurkan atau diselipkan ke
makanan ringan bu?”. Bu guru langsung menanggapiku dan menjawab “ihza tau darimana kasus
itu?”. aku pun menjawab “saya tadi diberitahu oleh ayah , dan ayah tau itu dari media sosial bu”.
Bu guru bergumam “oalahh, dari media sosial tohh, anak2 harus kalian tahu bahwa kita harus bijak
dalam menggunakan media sosial atau sejenis itu, karena didalam sana banyak sekali hal hal yang
berbau negatif dan yang paling utama adalah infromasi HOAX”. Aku dan teman2 kelas menjawab
“apa itu informasi hoax bu?”. Bu guru menjawab “jadi kalian semua belum tau apa itu informasi
hoax? Hmmm okelah ibu akna jelaskan, jadi Hoaks atau berita bohong (dalam Bahasa Inggris
disebut “hoax” atau “fake news”) merupakan rangkaian informasi yang sengaja dimanipulasi
namun “dijual” sebagai kebenaran. Kebanyakan hoaks sengaja dibuat dan disebarluaskan untuk
untuk menyesatkan pikiran masyarakat atau membentuk opini yang sesuai dengan keinginan
pembuatnya. Senada dengan itu, mendefinisikan hoaks sebagai informasi yang sengaja
dimodifikasi dan diterbitkan dengan maksud untuk menipu dan menyesatkan orang lain sehingga
mereka mempercayai kebohongan atau, sebaliknya, meragukan fakta-fakta yang dapat
diverifikasi. jelaslah bahwa hoaks dibentuk dengan menciptakan cerita bohong, memodifikasi atau
merekayasa informasi tertentu, dan membumbuinya dengan sentimen emosi dan/atau
kepercayaan. Orang yang tidak cermat dan kritis menyaring informasi, karena emosi dan
keyakinan pribadinya telah tersulut, akan mempercayai hoaks yang dibaca atau didengarnya”. Aku
menjawab “oalahh paham , bagaimana cara mengatasi hal hal yang berbau HOAX bu?”. Bu guru
menjawab “Apa yang dapat dilakukan untuk menangkal hoaks? Karena hoaks merupakan
kebohongan yang dibumbui dengan sentimen emosi dan keyakinan personal, cara untuk
menangkalnya adalah menyaring setiap infromasi yang diterima dengan pikiran yang kritis. The
Foundation of Critical Thinking mendefinisikan berpikir kristis sebagai metode berpikir yang
dilakukan denga cara menganalisis, menilai, dan merekonstruksi setiap subjek, konten, atau
masalah dengan cermat. Dalam konteks mencermati hoaks, berpikir kritis dilakukan melalui satu
atau kombinasi dari lima langkah berikut: (1) membedakan antara fakta dan opini dalam sebuah
berita; (2) memeriksa kompetensi pembuat berita; (3) memeriksa keotentikan dan reliabilitas
sumber berita; (4) menganalisis logika (misalnya dalam penarikan kesimpulan) yang digunakan
dalam pernyataan/ berita; dan (5) membandingkan sebuah berita dengan berita yang sama tapi
diperoleh dari sumber-sumber lain, jadi gitu anak anak”. Aku dan teman2 kelas menjawab “wahh
terimakasih infonya bu, untung bu guru sudah menjelaskan dengan panjang lebar agar kita semua
tau dan terhindar dari HOAX”. Bu guru menjawab “iya sama sama, ibu guru bangga dengan kalian
semua”. Tanpa disadari tiba tiba bel istirahat berbunyi “tett, tetttt”. Wildan pun kegirangan karena
dia berhasil lolos dari hukuman bu guru namun dia tidak dapat nilai karena tidak mengumpulkan
tugas. Hal yang bisa saya simpulkan dari penjelasan guru tadi adalah kita harus tetap menyaring
berita berita yang ada di media sosial dan kita harus bijak dalam menggunakannya.

Anda mungkin juga menyukai