PENDAHULUAN
1
struktur. Peranan kuat geser yaitu kemampuan bambu untuk menahan gaya-gaya
yang membuat suatu bagian bambu bergeser dari bagian lain di dekatnya.
Kekuatan geser bambu merupakan kelemahan di dalam kontruksi bambu.
Kekuatan geser bambu dipengaruhi oleh kadar air, semakin tinggi kadar air, dan
semakin kecil kekuatan gesernya. Peranan kekuatan tarik adalah kekuatan bambu
untuk menahan gaya-gaya yang berusahan menarik lepas bambu satu sama
lainnya. Peranan bambu sebagai bahan subtitusi kayu sudah banyak digunakan di
berbagai negera lain. Selain itu karena bambu memiliki elastisitas dan kekuatan,
bambu cocok untuk kontruksi seperti baja karena bentuk nya yang hampir
menyerupainya dan kekuaan nyapun hamper mendekati baja dan lainnya.
Pada tahun 2016 di daerah Cisolok berdiri dengan membangun pabrik
industri laminasi bambu yang bernama PT.Indonesia Hijau Papan (IHP) yang
menghasilkan produk laminasi bambu berupa untuk kebutuhan pembuatan
bangunan rumah. Contoh hasil produk PT.Indonesia Hijau Papan (IHP), yaitu:
Pembuatan Papan Laminasi (Laminated bambu board) untuk kegunaan papan
lantai rumah dan balok kegunaan untuk struktur rumah.
Berdasarkan latar belakang diatas maka dari itu diperlukan adanya
pengujian terhadap balok laminasi bambu tersebut, sehingga dapat mengetahui
nilai-nilai sifat laminasi bambu tersebut. Dan dengan ketentuan-ketentuan yang
telah ditentukan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI).
Latar Belakang
Produk laminasi bambu yang dihasilkan
perusahaan lokal belum ada
pengujian/penelitian
Rumusan Masalah
Mengetahui nilai hasil uji
kekuatan tarik dan uji geser
Metode Eksperimen
Mengenakan pada satu sampel
atau lebih dan membandingkan
hasil lab uji
Analisis Data
Menghitung data pengujian terhadap
balok laminasi bambu dengan jumlah
sampel yang sudah ditentukan
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian
dan pembahasan yang telah
dilakukan terhadap sampel
balok laminasi bambu yang
berasal dari perushaan lokal
2.1 Bambu
Bambu merupakan tumbuhan yang sudah trmasuk dalam famili
Graminaeae sub-famili Bambusoideae, dari suku BAmbuceae. Bambu merupakan
rumput- rumputan berkayu yang tumbuh sangat cepat dibandingkan pohon.
Bambu adalah tumbuhan yang batabg-batanganya terbentuk sperti buluh, beruas,
berbuku, berongga, adanya cabang, berimpang dan mempunyai daur buluh yang
menonjol (Dransfield dan Widjaja 1995). Bambu dibagi menjadi bagian-bagian
kecil oleh jaringan lateral, yaitu bagian buku (node) dan ruas (internode). Batang
bambu terdiri dari atas sel parenkim, serabut dan pembuluh (Liese 1980).
Bambu center Pusat Study Ilmu Teknik UGM melalui program Magister
Teknologi Bahan Bangunan dan Perhimpunan pecinta bambu Indonesia
(PERBINDO) Yogyakarta, telah melakukan berbagai penelitian tentang
pemanfaatan bambu bagi konstruksi bangunan tahan gempa, serta rancangan
perumahan rumah sangat sederhana yang menggunakan bahan bambu untuk tiang,
dinding, kuda-kuda dan atap.
Banyak jenis bambu yang terdapat di negara Indonesia, kurang lebih sekitar
75 jenis bambu yang digunakan namun mempunyai nilai ekonomis hanya sekitar
10 jenis saja (Sutiyono, 2007). Jenis- jenis bambu yang digunakan untuk kontruksi
bangunan di Indonesia, antara lain bambu wulung, petung, ampel, tali legi, hitam
dan bambu gombong dan masih banyak lainnya.
Adapun jenis-jenis bambu yang digunakan oleh perushaan PT.Indonesia
Hijau Papan (IHP), untuk bahan penelitian balok laminasi bambu, yang dimana
bambu tersebut mempunyai 4 jenis bambu. yaitu, bambu tali, bambu gombong,
dan bambu hitam. Berikut penjelasan mengenai jenis-jenis bambu yang di
gunakan untuk penelitian laminasi bambu sebagai berikut:
Adapun ketersediaan bambu yang dimana PT.Indonesia Hijau Papan (IHP) ini
menyediakan bambu ini sebagai bahan untuk dijadikan balok laminasi bambu.
Bambu tali adalah jenis bambu yang warna kulitnya hijau tua dan kurang
mengkilap, Bambu tali pada umumnya memiliki diameter 3-7 cm, besar atau
kecilnya tergantung kesuburan tanahnya. Untuk ketinggian/panjangnya pun
bervariasi yakni antara sekitar 4-12 meter.
Bisa digunakan sebagai pengganti kontruksi dari baja atau beton, dan dapat
digunakan sebagai bahan bangunan, misalnya dibuat sebagai rangka atap rumah,
alat bantu/tangga ketika para tukang bangunan membuat rumah yakni sebagai
tempat berpijak ketika dalam ketinggian tertentu.
2. Bambu Hitam (Gigantochloa atroviolacea)
Bambu hitam termasuk salah satau dari 12 jenis bambu berdiamter besar yang
sudah di prioritaskan untuk dikembangkan di indonesia (Yayasan Bambu
Indonesia, 1994). Pemanfaatan bambu hitam oleh masyarakat Indonesia termasuk
tinggi karena dianggap memiliki fungsi serbaguna, tmudah diperoleh dan dengan
harga yang terjangkau. Komoditi bambu ini juga memiliki fungsi serbaguna,
mudah dalam bentuk barang kerjaninan dan perangkat rumah dari bambu.
Selain itu bambu juga dapat dimanfaatkan sebegai bahan baku unuk suatu
kontruksi bangunan, jembatan ataupun bahan baku untuk mebel. Hasil penelitian
terhadap bambu berdiameter besar menunjukan bahwa pengguna teknologi
pengeringan dan pengawetan yang tepat dapat meningkatkan keawetan bambu dan
menjadikan kekuatannya melebihi baja, sehingga sangat cocok untuk dipakai
sebagai bahan kontruksi terdapat di daerah rawan gempa (Dokinfo-Bapeda DIY,
2007).
Adapun jenis-jenis bambu yang digunakan oleh perushaan PT.Indonesia
Hijau Papan (IHP), untuk bahan penelitian balok laminasi bambu, yang dimana
bambu tersebut mempunyai 4 jenis bambu. yaitu, bambu tali, bambu gombong,
dan bambu hitam. Berikut penjelasan mengenai jenis-jenis bambu yang di
gunakan untuk penelitian laminasi bambu sebagai berikut:
Adapun ketersediaan bambu yang dimana PT.Indonesia Hijau Papan (IHP) ini
menyediakan bambu ini sebagai bahan untuk dijadikan balok laminasi bambu.
Bambu tali adalah jenis bambu yang warna kulitnya hijau tua dan kurang
mengkilap, Bambu tali pada umumnya memiliki diameter 3-7 cm, besar atau
kecilnya tergantung kesuburan tanahnya. Untuk ketinggian/panjangnya pun
bervariasi yakni antara sekitar 4-12 meter.
Bisa digunakan sebagai pengganti kontruksi dari baja atau beton, dan dapat
digunakan sebagai bahan bangunan, misalnya dibuat sebagai rangka atap rumah,
alat bantu/tangga ketika para tukang bangunan membuat rumah yakni sebagai
tempat berpijak ketika dalam ketinggian tertentu.
4. Bambu Hitam (Gigantochloa atroviolacea)
Bambu hitam termasuk salah satau dari 12 jenis bambu berdiamter besar yang
sudah di prioritaskan untuk dikembangkan di indonesia (Yayasan Bambu
Indonesia, 1994). Pemanfaatan bambu hitam oleh masyarakat Indonesia termasuk
tinggi karena dianggap memiliki fungsi serbaguna, tmudah diperoleh dan dengan
harga yang terjangkau. Komoditi bambu ini juga memiliki fungsi serbaguna,
mudah dalam bentuk barang kerjaninan dan perangkat rumah dari bambu.
Selain itu bambu juga dapat dimanfaatkan sebegai bahan baku unuk suatu
kontruksi bangunan, jembatan ataupun bahan baku untuk mebel. Hasil penelitian
terhadap bambu berdiameter besar menunjukan bahwa pengguna teknologi
pengeringan dan pengawetan yang tepat dapat meningkatkan keawetan bambu dan
menjadikan kekuatannya melebihi baja, sehingga sangat cocok untuk dipakai
sebagai bahan kontruksi terdapat di daerah rawan gempa (Dokinfo-Bapeda DIY,
2007).
5. Bambu Gombong (Gigantochloa verticillata)
Bambu laminasi dibuat dengan cara membuat bambu menjadi bilah bambu
yang dipilah berdasarkan ukuran yang sama untuk mempermudah pengerjaan,
kemudian direkatkan dengan sistem press dan membentuk balok-balok yang
ukuran dan dimensinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan (Putri R, 2012).
Sifat Bambu pada umum nya terdapat nilai kekuatan, kualitas dan umur
bambu. Adapun sifat bambu ini menjadi 2 bagian yaitu, sifat mekanik dan sifat
fisik bambu.
Kuat tarik merupakan ketahanan suatu benda menahan gaya luar yang berupa
gaya tarik yang bekarja pada benda tersebut. Morisco pada tahun 1994 - 1999
telah melakukan pengujian terhadap kuat tarik bambu. Hasil yang didapatkan kuat
tarik kulit bambu ori cukup tinggi yaitu hampir mencapai 5000 kg/cm², atau
sekitar dua kali tegangan luluh baja, sedang kuat tarik rata-rata bambu petung juga
lebih tinggi dari tegangan luluh baja, hanya satu specimen yang mempunyai kuat
tarik lebih rendah dari tegangan luluh baja.
Contoh hasil pengujian yang sudah diteliti, untuk acuan nilai rata-rata hasil
pengujian kuat tarik balok laminasi bambu. Dari penelitian sebelumnya
menjelaskan bahwa kekuatan tarik bambu ini senilai 116 Mpa (bambu petung) dan
untuk (bambu apus) senilai 55 Mpa, ini untuk perbedaan dari satu objek bambu
saja dan belum termasuk laminasinya. Untuk mengetahui nilai rata-rata Kuat
Tarik laminasi antara bambu apus dan petung, yaitu pada pengujian yang sudah di
uji ia menggunakan kode spesimen setiap bahan uji nya, seperti contoh dibawah
ini :
Kuat geser sejajar serat merupakan kemampuan benda untuk menahan gaya
dari luar yang datang pada arah sejajar serat yang cenderung menekan bagian-
bagian benda secara tidak bersama-sama atau dalam arah yang berbeda. Kuat
geser bambu sangat kecil jika dibandingakan dengan kuat tarik dan kuat tekan
bambu.
Bambu memiliki kuat geser yang sangat kecil jika dibandingkan dengan kuat
tekan dan kuat tariknya, kuat geser tertinggi ada pada bambu dewasa dan kuat
geser terendah pada bambu muda. Hal ini disebabkan nilai kerapatan bambu,
dimana bambu dewasa memiliki kerapatan tertinggi pula. Hasil analisis variansi
menunjukkan bahwa kuat geser bambu beda signifikan antar umur bambu.
Untuk contoh acuan pada pengujian kuat geser balok laminasi bambu yang
sudah dapat nilai rata-rata pengujian kuat geser di penelitian sebelumnyaa.
Pada pengujian kuat geser disini menggunakan bambu petung saja, dengan tediri
dari 3 specimen benda uji.
1. Kuat geser terletak pada benda uji B-GS-1 dengan nilai 8,45 Mpa.
2. Kuat geser terendah terjadi benda uji B-GS-2 dengan nilai 7,26 Mpa.
3. Sedangkan kuat geser rata-rata dari total benda uji adalah 7,88 Mpa.
1) Kadar Air
Kadar air bambu adalah banyaknya air dalam sepotong bambu yang
dinyatakan sebagai prosentase dari berat kering tanurnya. Kandungan dalam
bambu bervariasi baik arah memanjang maupun arah melintang dan tergantung
pada umur bambu, waktu penebangan, tempat tumbuh, dan jenis bambu. Kondisi
udara di Indonesia termasuk lembab karena terletak di daerah tropis dan berupa
negara kepulauan. Kelembaban relatifnya berkisar 60 % - 80 % dengan
temperature 18° - 35° C pada
musim kemarau. Kondisi ini berbeda-beda, bergantung pada letak geografis dan
tinggi daerah dari permukaan laut. Bila nilaikelembaban relative dan temperature
dihubungkan, titik keseimbangan kayu di Indonesia berkisar 12 % - 20 %,
bergantung pada jenis kayu.
2) Berat jenis
Berat jenis adalah nilai perbandingan antara kerapatan suatu benda dengan
kerapatan benda standar pada volume yang sama. Kerapatan adalah perbandingan
massa suatu benda dengan volumenya. Menurut Liese (1980) dalam Pambudi
(2002), berat jenis bambu berkisar antara 0,5 - 0,9 gr/cm3. Variasi berat jenis
terjadi baik arah vertikal maupun horizontal. Batang bambu bagian luar
mempunyai berat jenis lebih tinggi daripada bagian dalam, sedangkan pada arah
memanjang berat jenis meningkat dari pangkal ke ujung.
Bambu laminasi dibuat dengan cara membuat bambu menjadi bilah bambu
yang dipilah berdasarkan ukuran yang sama untuk mempermudah pengerjaan,
kemudian direkatkan dengan sistem press dan membentuk balok-balok yang
ukuran dan dimensinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan (Putri R, 2012).
Penelitian bambu laminasi di Indonesia telah memberikan informasi
berupa sifat mekanik dan sifat fisika nya juga, bambu laminasi yang meliputi
modulus elastisitas, modulus lentur, kuat tarik, kuat tekan sejajar serat, kuat tekan
tegak lurus serat, serta kuat geser. Sifat mekanik bambu laminasi sangat
dipengaruhi oleh jumlah ruas yang ada pada satu batang, jumlah dan jenis perekat
terlabur yang digunakan serta factor tekanan kempa yang diberikan (Setyo H,
2014).
24) yaitu untuk meneliti kemungkinan (sebab dan akibat) dengan mengenakan
pada satu atau lebih kelompok eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan
satu variable/sampel atau lebih kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan.
3. Menentukan sampel
4. Menyusun alat
4) Melakukan eskperimen
Kuat Tekan-Tarik ∕ ∕
kelas Berat Jenis Serat Kg/cm²
Absolut Ijin
I ≥ 0.900 > 650 130
II 0.60-0.90 425-650 85
III 0.40-0.60 300-425 60
IV 0.30-0.40 215-300 45
V ≤ 0.300 < 215 -
Sumber : PKKI 1979
2.8 Rumus perhitungan dan pengujian kuat tarik dan kuat geser
menggunakan SNI 03-3399-1994 dan SNI 03-3400-1994.
Adapun rumus perhitungan untuk pengujian kuat tarik dan kuat geser untuk
mempermudah hitungan disaat hasil pengujian uji kuat tarik dan geser , yang
dimana akan mengacu pada teori ini , berikut penjelasan rumus yang ada dibawah
ini:
ƒʈ = Kuat Tarik
p = beban maksimum
𝑝
ƒ𝑠ǁ = ……………………………………………………………
(𝑀𝑃𝑎)
𝑏𝑥ℎ
Keterangan :
Mulai
Analisa Data
Hasil Dan
Pembahasa
n
Kesimpulan
dan Saran
Selesai
Laminasi bambu ini merupakan bahan mentah yang sudah dijadikan produk jadi,
sehingga layak di pergunakan untuk rangka rumah/kontruksi rumah. Benda uji terdapat di
PY. INDONESIA HIJAU PAPAN. Namun pada penelitian kali ini balok laminasi
tersebut akan di uji oleh peneliti, pada sebelum masanya indsutri lokal ini belum ada
pengujia terhadap balok ini. Pada kali ini peneliti akan menguji balok tersebut dengan
ketentuan yang ada, seperti pada SNI 03-3399-1994 pengujian kuat tarik dan SNI 03-
3400-1994 pengujian kuat geser dengan ukuran yang sudah ada pada masing-masing SNI.
Berikut persiapan perlatan untuk pembuatan balok laminasi bambu:
Mesin pres adalah yang bergfungsi untuk menghilangkan kadar air bambu,
sehingga bambu yang akan siap untuk dilaminasi agar benar-benar kering.
4. Oven
5. Tempat perebusan
Mesin pres laminasi berfungsi untuk merekatkan bilah-bilah bambu yang sudah
di potong dengan tambahan lem dan dijadikan satu objek/benda, sehingga dapat
berbentuk balok
3.3.2 Bahan
Bambu yang digunakan yaitu bambu jenis Gombong, Hitam dan bambu
Tali
1. Diameter minimal 8 cm
2. Lem AICA
Pada bab ini menguraikan data hasil peneltian yang sudah di peroleh dan
seluruh proses pengujiannya yang mengacu kepada SNI. Kemudian hasil
penelitian di uraikan dalam bentuk table, hitungan dan grafik.
Proses pengujian kuat geser ini dilakukan dengan alat UTM (Universal
Testing Machine ) sehingga terjadi pergeseran yang diakibatkan adanya tekanan
pada beban yang telah diberikan. Dari data tersebut kemudian diolah sehingga di
dapat nilai kekuatan geser dari benda uji. Sehingga perhitungan nilai kuat geser
dapat dilakukan dengan cara perbandingan antara beban maksimum dengan luas
penampang. Pengujian kuat geser dilakukan dengan 5 specimen benda uji
Menurut
( SNI 03-3400-1994 ) dengan tidak boleh kurang dari standar yang sudah di
terapkan, jika lebih dari 5 specimen maka lebih bagus dan bisa membandingkan
hasil yang banyak. Adapun hasil bentuk benda uji geser yang sudah di uji :
No
Specimen setelah di uji Bentuk retakan
Kode
G-01
G-02
G-03
G-04
Dapat dilihat dari table di atas variasi garis bentuk kerusakan semua hampir
menyerupai dengan benda uji yang lainnya.
G-05
310,000
300,000 296,954
292,548
290,000
284,159
280,000
268,949
270,000
260,000
252,779
250,000
240,000
230,000
G-01 G-02 G-03 G-04 G-05
Pada grafik di atas nilai beban maksimum (Kgf) kuat geser laminasi
kombinasi bambu tali, hitam dan gombong di atas menunjukan bahwa kekuatan
geser pada laminasi bambu dengan perbedaan persentase dengan kode G-03
sebesar 252,779 Kgf dapat di bandingkan dengan persentase paling besar dengan
kode G-04 sebesar 296,954 Kgf. Hal ini menunjukan bahwa laminasi bambu
akibat perbedaan persentase bahan dengan kode G-04 memiliki kuat geser yang
paling besar di bandingkan dengan persentase bahan lainnya.
125,000
120,000 118,782
117,019
115,000 113,664
110,000
107,580
105,000
101,112
100,000
95,000
90,000
TSR 01 TSR 02 TSR 03 TSR 04 TSR 05
Hasil pengujian kuat tarik sejajr serat dilakukan dengan menggunakan alat
UTM (Universal Testing Machine), pengujian kuat tarik ini dilakukan di Lab
Keteknikan Kayu IPB Bogor. Pada setiap benda uji di beri kode specimen sebagai
berikut :
Proses pengujian kuat tarik sama hal nya dilakukan dengan menggunakan alat
UTM, hanya saja pada teknis pengujian kuat tarik tentunya berbeda dengan
pengujian kuat geser. Berikut bentuk retakan specimen yang sudah di uji :
TSR-01
TSR-02
TSR-03
TSR-04
TSR-05
Dapat dilihat dari table di atas variasi garis bentuk kerusakan semua
hampir menyerupai dengan benda uji yang lainnya.
Ukuran
B fefefefwef
(mm)
Dilihat dari tabel di atas diketahui nilai uji kuat tarik balok laminasi bambu yang
sudah di uji dengan nilai rata-rata 251, 005 Kgf/cm², kekuatan uji tarik pada kelas
kuat kayu yaitu tergolong kelas kuat kayu IV. Untuk mengetahui batang
grafikyang sudah di uji dengan 5 specimen dapat memperbandingkan nilai kuat
geser tersebut. Berikut grafik yang sudah dibuat :
14,000
13,100 13,170
12,000 11,705
10,010
10,000 9,242
8,000
6,000
4,000
2,000
0
TSR-01 TSR-02 TSR-03 TSR-04 TSR-05
Gambar 4.3 Grafik Beban Maksimum Kuat Tarik Sejajar Serat Balok Laminasi
Bambu
Pada grafik di atas nilai beban maksimum (Kgf) kuat tarik laminasi
kombinasi bambu tali, hitam dan gombong di atas menunjukan bahwa kekuatan
tarik pada laminasi bambu dengan perbedaan persentase dengan kode TSR-03
sebesar 9,242 Kgf dapat di bandingkan dengan persentase paling besar dengan
kode TSR-05 sebesar 13,170 Kgf. Hal ini menunjukan bahwa laminasi bambu
akibat perbedaan persentase bahan dengan kode TSR-04 memiliki kuat tarikyang
paling besar di bandingkan dengan persentase bahan lainnya.
350,000
256,707
250,000
219,528
202,680
200,000
150,000
100,000
50,000
0
TSR-01 TSR-02 TSR-03 TSR-04 TSR-05
Pada grafik di atas nilai rata-rata kuat tarik laminasi kombinasi bambu tali, hitam
dan gombong di atas menunjukan bahwa kekuatan tarik Kgf/cm² pada laminasi bambu
dengan perbedaan persentase dengan kode TSR-05 sebesar 288,826 Kgf/cm² dapat di
bandingkan dengan persentase paling rendah dengan kode TSR-03 rata-rata sebesar
202,680 Kgf/cm². Hal ini menunjukan bahwa laminasi bambu akibat perbedaan
persentase bahan dengan kode TSR-05 memiliki kuat tarik yang paling besar di
bandingkan dengan persentase bahan lainnya.
4.3 Pembahasan Hasil Pengujian Kuat Geser Dan Kuat Tarik Balok
Laminasi bambu
Dapat dilihat dari hasil pengujian di atas bahwa dapat di simpulkan dengan
adanya pengujian kuat tarik balok laminasi bambu ini pada saat pengujian tentunya akan
berbeda nilai- nilai yang akan keluar setelah di uji. Pada uji kuat geser kali ini tergolong
pada kelas kuat kayu I, yang berarti pada saat proses pemotongan, benda uji tersebut
dinyatakan benar. Namun perlu diketahui juga bahwa pada pengujian kuat tarik sejajar
serat ini dengan kegagalan hasil uji sehingga peneliti akan membahas sebab akibat
pengujian tersebut mengalami kegagalan, berikut penjelasannya :
1. Factor Lem Aica yang di sajikan dalam balok laminasi bambu sudah hampir
mengering sebagian dan kurang nya pengepressan pada balok laminasi sehingga
dalam pengujian kuat tarik sejajar serat ini mengalami kekurangan lem dan
kurang rapat. Namun bila perlu bisa menggantikan lem aica menjadi lem yang
lainnya supaya lebih kuat dan lebih tahan lama lagi untuk pembuatan balok
laminasi bambu .
DAFTAR PUSTAKA
Breyer, D.E., (1988). "Design of Wood Structures" , Second Edition Me Graw-
Hlil, New York.
Dokinfo-Bapeda DIY. 2007. Bambu Lebih kuat Dibanding Baja. Artikel dari
http://www.bapeda.pemda-diy.go.id/detail.php.jenis. Diakses pada tanggal
29 Maret 2020.
Kusuma, H. 2. (2008). Sfiat Fisis dan Mekanis Bambu Lapis Bambu Tali
(Gigantochola apus (J. A. & J. H. Schultes) Kurz) dengan Perekat Tanin
Resorsinol Formaldehida. IPB. Bogor.
Sri Ruliaty Sutardi, N. N. (2015). Seri Paket Iptek Informasi Sifat Dasar dan
Kemungkinan Penggunaan 10 jenis bambu. Bogor: IPB Press.
Setyo H, Nor Intang ., Satyarno, Iman., Sulistyo, Djoko., and Paryitno, TA. 2014.
Sifat Mekanika Bambu Petung Laminasi Dinamika Rekayasa Vol. 10 No.1
: 6-13.
Yayasan Bambu Indonesia, 1994. Simpulan dan Saran. Sarasehan Strategi
Penelitian Bambu Indonesia. Yayasan Bambu Lingkungan Lestari-LIPI.
Bogor.