Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN KASUS Callosum Neurology, Volume 2, Nomor 2: 49-51, 2019

ISSN 2614-0276 | E-ISSN 2614-0284

TINJAUAN ASPEK RADIOLOGIS


FAHR’S DISEASE
Jimmy Indarto Gunawan, Rizaldy Taslim Pinzon
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta

Diterima 20 Mei 2018 DOI: 10.29342/cnj.v2i2.19


Disetujui 29 April 2019
Publikasi 27 Mei 2019 Korespondensi: jimmydsb@yahoo.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Fahr’s disease merupakan penyakit Diskusi: Fahr’s disease merupakan penyakit yang
langka saat deposit kalsium abnormal berada di area memiliki satu atau lebih gejala gangguan neurologis,
otak yang mengontrol pergerakan. kognitif, dan psikiatri secara progresif atau dengan
Kasus: Wanita 54 tahun datang ke mengeluh badan adanya kombinasi dari kalsifikasi ganglia basalis yang
lemah, sulit menelan, demam, dan sulit berbicara. simeteris. Pasien pada kasus ini tergolong sebagai
Pasien memiliki riwayat diabetes melitus, hipertensi Fahr’s disease idiopatik. Penyakit ini bersifat progresif
dan stroke. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan dan memerlukan CT-scan serial untuk mengevaluasi
darah tinggi dan tonus otot meningkat. Pemeriksaan keberhasilan pengobatan. Saat ini belum ada terapi
laboratorium menunjukkan kondisi hiperglikemia. definitif Fahr’s disease, dan terapi masih simptomatik.
Pemeriksaan computed tomography (CT)-scan pasien Simpulan: Penemuan kasus Fahr’s disease
menunjukkan gambaran kalsifikasi di ganglia basalis memerlukan pemeriksaan yang runtut dan evaluasi CT-
dan kedua hemisfer serebelum. scan berkala sembari mencari faktor risiko pasien.

Kata Kunci: Fahr’s disease, CT scan, radiologis, gambaran radiologis

ABSTRACT

Background: Fahr’s syndrome is a rare disease Discussion: Fahr’s disease is a disease that has one or
characterized as an abnormal calcium deposit in the more of neurogical, cognitive and psychiatric
area of the brain that controls movement. symptoms or the presence of combination of
Purpose: The research purpose is to report a case of symmetric basal ganglia calcification. The patient’s
Fahr’s disease in Yogyakarta city. illness is classified as an idiopathic Fahr’s disease. It is
Case report: A 54 years old woman with history of a progressive disease that needed routine CT-scan for
diabetes, hypertension, and stroke came to ER with a the evidence of successful therapy. There isn’t any
state of weakness, fever, and difficulty in swallowing standard treatment proven to cure Fahr’s disease, as
and speaking. High blood pressure and increased current treatment aims at controlling symptoms.
muscle tone were found in physical examination. Conclusion: The discovery of the rare Fahr's disease
Laboratory assessment obtained hyperglycemia. case requires a coherent examination and regular CT-
Multiple calcification on basal ganglia and on both Scan monitoring while looking for patients risk factors.
cerebellum lobes were found in CT scan.

Keywords: Fahr disease, CT Scan, radiology, imaging

Latar Belakang demensia, kejang, nyeri kepala, disartria,


Fahr’s disease merupakan penyakit langka yang penurunan fungsi pengelihatan, dan atetosis.3,4
dikarakteristikan dengan adanya deposit kalsium Penyakit ini ditemukan pertama kali pada pasien
abnormal yang berada di area otak yang berusia 81 tahun dengan demensia, demam, dan
mengontrol gerakan, termasuk di area ganglia malaise.5,6 Angka kejadian Fahr’s disease belum
basalis dan korteks serebral.1,2 Gejala-gejala yang diketahui dengan jelas, namun diperkirakan
dapat terjadi antara lain; kelainan motorik, kurang dari 1/1.000.000.7 Menurut usia, Fahr’s

49 | Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali


Gunawan dan Pinzon 2019 LAPORAN KASUS
disease ditemukan pada dekade keempat atau berhubungan dengan adanya gangguan ion
kelima.3 Pengobatan Fahr’s disease bersifat kalsium dalam darah yang menyebabkan
simptomatis dan disesuaikan dengan terjadinya deposit kalsium di ganglia basalis otak.4
penyebabnya. Prognosis dari penyakit ini Pasien pada kasus di atas tidak memiliki gangguan
berbeda-beda, tidak dapat diprediksi, dan metabolik hormon paratiroid. Gangguan yang
tergantung pada luas dari kalsifikasi tersebut.3 dimiliki berupa gangguan metabolisme gula
Ilustrasi Kasus darahnya. Sehingga dapat disimpulkan Fahr’s
Seorang wanita berusia 54 tahun datang ke disease yang diderita pasien ini tergolong sebagai
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Bethesda Fahr’s disease idopatik.
Yogyakarta dengan keadaan lemas yang disertai Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
keluhan kesulitan menelan, demam sejak 1 hari diagnosis Fahr’s disease ini menggunakan CT-
yang lalu, dan sulit untuk berbicara. Pasien Scan kranium.8 Gambaran, letak, dan ukuran
memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, kalsifikasi memberikan gambaran yang hiperdens.
hipertensi, dan memiliki riwayat stroke. Luas dari kalsifikasi penyakit ini cukup bervariasi,
Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah tidak hanya tampak pada ganglia basalis namun
160/100 mmHg dengan denyut nadi, frekuensi dapat meluas ke daerah-daerah di luar ganglia
nafas, dan suhu tubuh dalam batas normal. Tidak basalis.4 Sesuai gambar 1, tampak gambaran
ditemukan abnormalitas pada pemeriksaan hiperdens pada ganglia basalis dan serebellum
kepala, leher, dada, perut, maupun ekstremitas. yang muncul simetris yang merupakan kalsifikasi
Pada pemeriksaan neurologis hanya ditemukan lokal di ganglia basalis dan struktur di sekitarnya.
peningkatan tonus otot. Pada pemeriksaan Evaluasi CT scan juga dapat digunakan untuk
laboratorium dilakukan pemeriksaan darah rutin, melihat keberhasilan pengobatan penyakit Fahr’s
elektrolit natrium dan kalium yang semua hasilnya disease.9
dalam batas normal. Namun, pada pemeriksaan
gula darah sewaktu didapatkan hasil yang sangat
tinggi yakni 1.016 gr/dL. Pemeriksaan
elektrokardiografi menunjukan irama sinus. Pada
gambaran computed tomography (CT) scan
pasien didapatkan gambaran multipel kalsifikasi
di ganglia basalis dan di kedua lobus serebelum.
Pengobatan yang diberikan pada pasien ini antara
lain ranitidin, ondansetron, metformin,
glimepiride, serta insulin. Pada intinya
pengobatan yang dilakukan pada pasien ini adalah
pengobatan simptomatis. Gambar 1. Gambaran hiperdens simetris pada
Pembahasan ganglia basalis dan serebelum
Fahr’s disease dikarakteristikan sebagai penyakit
yang memiliki satu atau lebih dari gejala
gangguan neurologis, kognitif, dan psikiatri yang
terjadi secara progresif disertai adanya kalsifikasi
ganglia basalis yang simeteris.5 Hal ini sesuai
dengan dasar penegakan diagnosis pasien di atas.
Fahr’s disease merupakan penyakit yang hingga
saat ini belum diketahui patofisiologinya dengan
jelas. Beberapa kondisi yang berhubungan dengan
diagnosis ini diantaranya infeksi otak, gangguan
metabolik, dan penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan kelainan genetik. Gangguan Gambar 2. Gambaran hiperdens pada bagian
metabolik yang paling sering ditemukan berupa serebelum
gangguan hormon paratiroid seperti
hipoparatiroidisme, pseudohipoparatiroidisme, Belum ada manajemen standar guna
dan hiperparatiroidisme. Hal ini sangat menyembuhkan Fahr’s disease, target terapi

Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali | 50


LAPORAN KASUS Gunawan dan Pinzon 2019
hanya bersifat simptomatis, yaitu mengurangi menunjukkan gejala kelainan neurologis, kognitif
gejala-gejala yang mungkin timbul.10 Pemberian dan psikiatri secara progresif harus dicurigai
obat antikonvulsan dan antipsikotik merupakan mengidap penyakit ini. Pemeriksaan CT-scan
pengobatan yang paling sering diberikan kepada membantu menegakkan diagnosis serta perlu
pasien.6 dilakukan secara berkala guna memonitoring
Simpulan penyakit ini. Pengobatan bersifat simptomatik
Kasus Fahr’s disease masih belum dapat dengan mengatasi faktor risiko pasien seperti
diidentifikasi penyebab pastinya. Pasien yang hipoparatiroidisme.

Daftar Rujukan
1. Ahad MA, Bala C, Karim S. Fahr’s syndrome. idiopathic basal ganglia calcification. JIACM.
Bangladesh Medical Journal Khulna. 2013; 2010; 11(3): pp. 239-241.
45(1-2): pp. 33-35. 7. Shafaq S, Hafiz MA, Maheen A, Shahza A,
2. Amir AM. Familial idiopathic basal ganglia Maria S, Anum S, Muhammad AKR. Fahr’s
calcification. Neuroscience. 2014; 19(3): pp. syndrome: Literature review of current
171-177. evidence. Orphanet Journal of Rare Diseases.
3. Asif H, Geetika B, Nittin V. Fahr’s disease. 2013; 8: pp. 156.
Journal, Indian Academy of Clinical 8. Verulashvili, Glonti L, Miminoshvili D,
Medicine. 2007; 8(3): pp. 260-261. Maniia M, Mdivani K. Basal ganglia
4. Engin DA, Fevzi Y, Sukran K, Bunyamin U, calcification: Clinical manifestations and
Muge S, Cemil K. Fahr’s disease and its diagnostic evaluation. Georgian Med News.
relationship with hypoparathyroidism: Case 2006; 140: pp. 39-43.
report. JAEMCR. 2013; 4: pp. 95-97. 9. Andreia VF, Ines CP, Livio N. Computerized
5. Hoque MA, Siddiqui MR, Arafat Y. Fahr’s tomography findings in Fahr’s syndrome. Arq
disease: A very rare cause of epilepsy. Neuropsiquiatr. 2004; 62(3-8): pp. 789-792.
Mymensingh Med J. 2010; 19: pp. 127-129. 10. Elisabetta S, Cecilia S, Eleonora C, Massimo
6. Mittal A, Agrawak BK, Amit M, Praveen G, B, Giovanni BC. Angelina P, et al. Bilateral
Anuj J. Fahr’s syndrome: a rare case of strio-pallido-dentate calcinosis (Fahr’s
disease). BMC Neurology. 2016; 16: pp. 165.

51 | Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali

Anda mungkin juga menyukai