LP Halusinasi
LP Halusinasi
5. Fase-fase Halusinasi
Menurut Yosep (2010) tahap halusinasi ada lima fase yaitu:
6. Jenis-jenis Halusinasi
Menurut Yosep (2007) halusinasi terdiri dari delapan jenis.
Penjelasan secara detail mengenai karakteristik dari setiap jenis halusinasi
adalah sebagai berikut:
1) Halusinasi pendengaran (Auditif, Akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau
suara bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar
sebagai sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara
tersebut ditujukan kepada penderita sehingga tidak jarang penderita
bertengkar atau berdebat dengan suara-suara tersebut.
2) Halusinasi Penglihatan (Visual, Optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik).
Biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran,
menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan
3) Halusinasi Pengciuman (Olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu
dan dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada
penderita. Bau dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap
penderita sebagai kombinasi moral
4) Halusinasi Pengecapan (Gustatorik)
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi
penciuman. Penderita merasa mengecap sesuatu.
5) Halusinasi Perabaan (Taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang
bergerak di bawah kulit.
6) Halusinasi Seksual, ini termasuk halusinasi raba
Penderita merasa diraba dan diperkosa sering pada skizofrenia
dengan waham kebesaran terutama mengenai organ-organ.
7) Halusinasi kinesthetik
Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang
atau anggota badannya bergerak-gerak. Misalna “phantom
phenomenom” atau tungkai yang diamputasi selalu bergerak-gerak
(phantom limb).
8) Halusinasi visceral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
a. Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa
pribadinya sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai
dengan kenyataan yang ada.
b. Direalisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungannya
yang tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala
sesuatu yang dialaminya seperti impian.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada halusinasi di bagi menjadi dua yaitu
penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan, yaitu :
1) Penatalaksanaan Medis
a. Psikofarmakoterapi
Gejala halusinasi sebagai salah satu gejala psikotik/ skizofrenia
biasanya diatasi dengan menggunakan obat-obatan anti psikotik
antara lain :
- Golongan butirefenon : Haldol, Serenace, Ludomer. Pada
kondisi akut biasanya diberikan dalam bentuk injeksi 3x5
mg, im. Pemberian injeksi biasanya cukup 3x24 jam.
Setelahnya klien bisa diberikan obat per oral 3x1,5 mg atau
3x5 mg.
- Golongan Fenotiazine :Chlorpramizine/ Largactile/
Promactile. Biasanya diberikan per oral. Kondisi akut
biasanya diberikan 3x 100mg. Apabila kondisi sudah stabil
dosis dapat dikurangi 1x100 mg pada malam hari saja
(Yosep, 2011).
b. Psikoterapi
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan
kejang grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran
listrik melalui electrode yang dipasang pada satu atau dua
temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada skizoprenia
yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi,
dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
c. Rehabilitasi
Terapi kerja baik untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter.
Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila
menarik diri dia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan penderita untuk mengadakan permainan atau
pelatihan bersama (Maramis, 2005).
2) Penatalaksanaan Keperawatan
Terapi Aktivitas Kelompok yang diberikan pada pasien dengan
Halusinasi yaitu ( Keliat, 2010):
a. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau
stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien
dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sessi. Dengan proses ini,
diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam
kehidupan menjadi adatif. Aktivitas berupa stimulus dan
persepsi. Stimulus yang disediakan : baca
artikel/majalah/buku/puisi, menonton acara TV (ini merupakan
stimulus yang disediakan), stimulus dari pengalaman masa lalu
yang menghasilkan proses persepsi klien yang maladaptive atau
distruktif, misalnya kemarahan, kebencian, putus hubungan,
pandangan negative pada orang lain dan halusinasi. Kemudian
dilatih persepsi klien terhadap stimulus.
b. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Sensori
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien.
Kemudian diobservasi reaksi sensori klien terhadap stimulus
yang disediakan, berupa ekspresi perasaan secara nonverbal
(ekspresi wajah, gerakan tubuh). Biasanya klien yang tidak mau
mengungkapkan komunikasi verbal akan testimulasi emosi dan
perasaannya, serta menampilkan respons. Aktivitas yang
digunakan sebagai stimulus adalah : musik, seni menyanyi,
menari. Jika hobby klien diketahui sebelumnya, dapat dipakai
sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien, dapat
digunakan sebagai stimulus.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Klien yang mengalami halusinasi sukar mengontrol diri dan susah
berhubungan dengan orang lain. Untuk itu, perawat harus mempunyai
kesadaran yang tinggi agar dapat mengenal, menerima dan mengevaluasi
perasaan sensitif sehingga dapat memakai dirinya secara terapeutik dalam
merawat klien. Dalam memberikan asuhan keperawatan pasien, perawat
harus jujur, empati, terbuka dan penuh penghargaan, tidak larut dalam
halusinasi klien dan tidak menyangkal.
1. Pengkajian
Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umumnya,
dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar
memudahkan dalam pengkajian. Isi pengkajian meliputi:
1) Identitas klien
2) Keluhan utama atau alasan masuk
3) Faktor predisposisi
4) Aspek fisik atau biologis
5) Aspek psikososial
6) Status mental
7) Kebutuhan persiapan pulang
8) Mekanisme koping
9) Masalah psikososial dan lingkungan
10) Pengetahuan
11) Aspek medik
Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua
macam sebagai berikut:
1) Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini
didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh
perawat.
2) Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien
dan keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada
klien dan keluarga. Data yang langsung didapat oleh perawat disebut
sebagai data perimer, dan data yang diambil dari hasil catatan tim
kesehatan lain sebagai data sekunder.
Pohon Masalah
Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri,
orang lain, lingkungan, dan verbal
Effect
Core Problem
Isolasi sosial
Causa
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan klien yang muncul klien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi adalah sebagai berikut:
1) Gangguan persepsi sensori: halusinasi
2) Isolasi sosial
3) Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan
verbal.
3. Intervensi Keperawatan klien Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Diagnosa Perencanaan
Tgl DX Keperawatan Intervensi Rasional
Pasien Tujuan Kriteria Evaluasi
1. Klien dapat 1.1 Ekspresi wajah 1.1.1 Bina hubungan
1 Gangguan persepsi membina bersahabat, saling percaya dengan Hubungan saling
sensori: halusinasi hubungan saling menunjukkan rasa mengungkapkan prinsip percaya
percaya senang, ada komunikasi terapeutik merupakan dasar
kontak mata, mau a. Sapa klien dengan untuk kelancaran
berjabat tangan, ramah baik verbal hubungan saling
mau maupun nonverbal interaksi
menyebutkan b. Perkenalkan diri selanjutnya.
nama, mau dengan sopan
menjawab salam, c. Tanyakan nama
klien mau duduk lengkap klien dan nama
berdampingan panggilan yang disukai
dengan perawat, klien
mau d. Jelaskan tujuan
mengutarakan pertemuan
masalah yang e. Jujur dan menepati
dihadapi. janji
f. Tunjukkan sikap
empati dan menerima
klien apa adanya
g. Beri perhatian pada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien.
2.1.1 Adakah kontak sering
dan singkat secara Kontak sering tapi
bertahap singkat selain
membina
hubungan saling
percaya, juga
dapat
memutuskan
halusinasi.
3.1.2Diskusikan manfaat
cara yang dilakukan
klien, jika bermanfaat
beri pujian. Reinforcement
3.1.3Diskusikan cara baru positif akan
untuk memutus atau meningkatkan
mengontrol halusinasi: harga diri klien.
a. Katakan “Saya
tidak mau dengar
kamu” (pada saat
halusinasi terjadi) Memberikan
b. Menemui orang lain alternatif pilihan
(perawat/teman/ang bagi klien untuk
gota keluarga) mengontrol
untuk bercakap- halusinasi
cakap atau
mengatakan
halusinasi yang
terdengar.
c. Membuat jadwal
kegiatan sehari-hari
agar halusinasi
tidak muncul
d. Minta
keluarga/teman/
perawat jika
nampak bicara
sendiri.
Dengan
mengetahui efek
samping obat
klien akan tahu
apa yang harus
dilakukan setelah
minum obat.