Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

LANGKAH KERJA

3.1 Pemasangan Kawat Distribusi


Pemasangan kawat distribusi di lakukan dengan alasan perbaikan yang dapat
terjadi karena suatu masalah yang terjadi pada kawat pendistribusian listrik
yang mungkin terjadi karna berbagai faktor baik dari dalam sitem distribusi
listrik itu sendiri yang dampaknya pada kerusakan kawat distribusi atau bisa
saja terjadi dari faktor eksternal sistem distribusi listrik, baik yang sering terjadi
karena sambaran petir atau faktor-faktor lain yang berdampak pada
menurunnya kualitas kawat penghantar pada sistem distribusi tenaga listrik.
Pemasangan juga bisa saja karna alasan maintenance yang mana umur kawat
penghantar atau kualitas dan penghantar sudah memasuki pada masa harus di
adakan pergantian, berikut adalah langkah-langkah pemasangan kawat
penghantar pada sistem pendistribusian tenaga listrik di bengkel listrik
Politeknik Negeri Ujung Pandang:
1. Yang paling pertama dan yang paling utama adalah memakai kelengkapan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) listrik pada pemasangan sistem
distribusi listrik.
2. Memasang tangga untuk menggapai area kerja serta pastikan bahwa tangga
dalam posisi yang baik agar tidak terjadi kecelakaan kerja
3. Melepas strain clamp agar pemasangan pada sisi pertama dapat di pasang
dengan mudah
4. Melonggarkan baut strain clamp pada tempat kawat penghantar akan di
cengkram
5. Memasukkan kawat penghantar pada stran clamp di daerah baut yang
sudah di longgarkan sebelumnya
6. Kemudian mengencangkan kembali baut tersebut agar kawat penghantar
dapat tercengkram dengan strain clamp, memastikan agar baut terpasang
dengan baik
7. Kemudian memindahkan tangga pada sisi kedua pastikan kembali posisi
tangga dalam keadaan baik agar pekerjaan dapat di lakukan dengan efektif
serta efisien
8. Melonggarkan baut yang akan mencengkram kawat penghantar pada strain
clamp di sisi kedua
9. Posisi strain clamp pada sisi kedia di buat terbaik jika di bandingkan pada
sisi pertama tadi
10. Kemudian memasukkan kawat peghantar masuk pada stran clamp
11. Menarik kawat pengkantar sampai pada posisi di mana posisi porselin
dalam keadaan horizontal atau sampai kawat memiliki tegangan tarikan
yang cukup kuat
12. Lalu menahan tarikan tegangan kawat penghantar kemudian kencangkan
kembali baut yang telah di longgarkan tadi
13. Memastikan baut mencengkram kawat penghantar dengan baik agar antara
kawat penghantar dengan strain clamp dalam keadaan yang baik

3.2 Binding Wire Isolator Tumpu


Isolator Pin Post 20 KV "Long Shank" adalah isolator untuk tegangan
menengah 20 KV, type standard yang kebanyakan di gunakan di jaringan
distribusi Indonesia. tipe ini memiliki stud bolt (Baut) yang panjang sekitar 15
cm (Kurang Lebih). tipe isolator ini di gunakan untuk traves yang berbentuk
"U".
Isolator Pin Post 20 KV " Short Shank" adalah isolator pin post yang di
gunakan untuk tegangan 20 KV, tetapi dengan Stud bolt(Baut) yang pendek,
mungkin sekitar 3-4 cm. type ini di gunakan untuk traves yang berbentuk
segitiga. di luar negeri banyak di gunakan di"Kanada". Kalau secara mekanis
type "long shank" jauh lebih baik dari tipe "Short Shank" karena dudukannya
lebih kuat di traves.
Berikut adalah langkah-langkah Binding Wire Isolator Tumpu pada sistem
pendistribusian tenaga listrik di bengkel listrik Politeknik Negeri Ujung
Pandang:
a. Menyediakan alat bahan yang akan dipraktikkan
b. Melilitkan sebanyak 2 kali putaran pada leher isolator tumpu
c. Maka akan ada 2 ujung wire dimana masing-masing wire memiliki peran
dalam melilit konduktor baik dari bagian kanan dan kiri isolator.
d. Melilit wire pada konduktor bagian isolator
e. Selanjutnya melilit konduktor bagian kiri isolator
f. Melanjutkan lilitan wire dengan bertahap disetiap bagian
g. Menyilangkan kedua ujung wire pada kepala isolator tumpu
h. Mengikat dengan menggunakan tang pada kedua ujung wire di leher
isolator

3.3 Pemasangan FCO


Fuse cut out sendiri meupakan suatu alat pengaman yang melindungi
jaringan terhadap arus beban lebih (over load current) dan yang mengalir
melebihi dari batas maksimum. Konstruksi dari fuse cut out ini jauh lebih
sederhana jika dibandingkan dengan pemutus beban (circuit breaker) yang
terdapat pada gardu induk (sub-station). Akan tetapi fuse cut out ini memiliki
kemampuan yang sama dengan pemutus beban tadi. Fuse cut out ini hanya
dapat memutuskan satu saluran tiga fasa, maka dibutuhkan fuse cut out
sebanyak tiga buah untuk saluran tiga fasa. Selain itu Fuse cut out juga
merupakan pengaman lebur yang ditempatkan pada sisi TM yang gunanya
untuk mengamankan jaringan TM dan peralatan kearah GI terhadap hubungan
singkat di trafo, atau sisi TM sebelum trafo tetapi sesudah cut out. Untuk
menentukan besarnya cut out yang harus dipasang, maka harus diketahui arus
nominal trafo pada sisi TM, sedangkan besarnya cut out harus lebih besar dari
arus nominal trafo sisi TM.
Prinsip Kerja
Pada sistem distribusi FCO yang digunakan mempunyai prinsip melebur,
apabila dilewati arus yang melebihi batas arus nominalnya. Biasanya FCO
dipasang setelah PTS maupun LBS untuk memproteksi feeder dari gangguan
hubung singkat dan dipasang seri dengan jaringan yang dilindunginya. FCO
juga sering ditemukan pada setiap trafo.
Penggunaan FCO ini merupakan bagian yang terlemah di dalam jaringan
sistem distribusi karena FCO boleh dikatakan hanya berupa sehelai kawat yang
memiliki penampang yang disesuaikan dengan besarnya arus maksimum yang
diperkenankan mengalir di dalam kawat tersebut. Pemilihan kawat yang
digunakan pada fuse cut out ini didasarkan pada faktor lumer yang rendah dan
harus memiliki daya hantar (conductivity) yang tinggi. Faktor lumer ini
ditentukan oleh temperatur bahan tersebut. Biasanya bahan-bahan yang
digunakan untuk FCO adalah kawat perak, kawat tembaga, kawat seng, kawat
timbel atau kawat paduan dari bahan – bahan tersebut. Pada umumnya diantara
kawat diatas, yang sering digunakan adalah kawat logam perak, hal ini karena
logam perak memiliki Resistansi Spesifik (µΩ/cm) yang paling rendah dan
Titik Lebur (oC) yang rendah. Kawat ini dipasangkan di dalam tabung porselin
yang diisi dengan pasir putih sebagai pemadam busur api, dan menghubungkan
kawat tersebut pada kawat fasa, sehingga arus mengalir melaluinya.

Tabel 3.1 Tabel Titik Lebur dan Resistansi Spesifik Jenis Logam
Penghantar Pada FCO
No Jenis Logam Titik Lebur Resistansi Spesifik
(oC) (µΩ/cm)
1 Tembaga 1090 1,7
2 Aluminium 665 2,8
3 Perak 980 1,6
4 Timah 240 11,2
5 Seng 419 6,0

Jika arus beban lebih melampaui batas yang diperkenankan, maka kawat
perak di dalam tabung porselin akan putus dan arus yang membahayakan dapat
dihentikan. Pada waktu kawat putus terjadi busur api, yang segera dipadamkan
oleh pasir yang berada di dalam tabung porselin Karena udara yang berada di
dalam porselin itu kecil maka kemungkinan timbulnya ledakan akan berkurang
karena diredam oleh pasir putih. Panas yang ditimbulkan sebagian besar akan
diserap oleh pasir putih tersebut. Apabila kawat perak menjadi lumer karena
tenaga arus yang melebihi maksimum, maka waktu itu kawat akan hancur.
Karena adanya gaya hentakan, maka tabung porselin akan terlempar keluar dari
kontaknya.
Dengan terlepasnya tabung porselin ini yang berfungsi sebagai saklar
pemisah, maka terhidarlah peralatan jaringan distribusi dari gangguan arus
beban lebih atau arus hubung singkat.
Umur dari fuse cut out ini tergantung pada arus yang melaluinya. Bila arus
yang melalui FCO tersebut melebihi batas maksimum, maka umur fuse cut out
lebih pendek. Oleh karena itu pemasangan FCO pada jaringan distribusi
hendaknya yang memiliki kemampuan lebih besar dari kualitas tegangan
jaringan, lebih kurang tiga sampai lima kali arus nominal yang diperkenankan.
Fuse cut out ini biasanya ditempatkan sebagai pengaman tansformator distribusi
dan pengaman pada cabang – cabang saluran feeder yang menuju ke jaringan
distribusi sekunder. Adapun konstruksi fuse cut out ditunjukkan pada gambar
3.1 berikut.
Gambar 3.1 Konstruksi Fuse Cut Out

Keterangan:
1. Isolator porselin
2. Kontak tembaga (disepuh perak)
3. Alat pemadam/pemutus busur
4. Tutup yang dapat dilepas (dari kuningan)
5. Mata kait (dari perak)
6. Tabung pelebur (dari resin)
7. Penggantung (dari kuningan)
8. Klem pemegang (dari baja)
9. Klem terminal (dari kuningan)

3.4 Pengukuran Tahanan Pentanahan


Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang
menghubungkan sistem, badan peralatan dan instalasi dengan tanah sehingga
dapat mengamankan manusia dari sengatan listrik, dan mengamankan
komponen-komponen instalasi dari bahaya gangguan listrik. Oleh karena itu,
sistem pentanahan menjadi bagian pengaman dari sistem tenaga listrik.
Gambar 3.7 Rangkaian Percobaan Pengujian Tahanan Pentanahan

Berikut ini Tabel peralatan dan perlengkapan K3 dalam pengukuran nilai


tahanan pentanahan, sebagai berikut :

Tabel 3.2 Peralatan dan perlengkapan K3


Peralatan Kerja
No Nama Alat Jumlah
1 Alat Ukur Pembumian (Earth Tester) 1 buah
2 Tangga Fiber 1 buah
3 Megger 1000V dan 5000V 1 set
Perlengkapan K3
1 Helm Pengaman 1 buah
2 Sepatu Alas Karet 1000 Volt 1 pasang
3 Sarung Tangan Kulit 2 pasang
4 Safety Belt 1 set

Cara mengukur grounding dengan earth tester :


a. Menyiapkan peralatan yang akan di gunakan, seperti alat ukut, kabel, dan
konduktor/stik besi.
b. Mengkalibrasi jarum pada alat ukur harus dalam posisi nol.
c. Memastikan baterai dari earth tester terdapat pada keadaan “Battery Good”
d. Memasang kabel pada alat ukur. Earth Tester mempunyai tiga kabel
diantaranya adalah kebel merah, kuning dan hijau.
e. Langkah berikutnya menghubungkan kabel hijau ke grounding “Arrester”
yang sudah terpasang ke tanah.
f. Selanjutnya menancapkan stik besi ketanah untuk mengukur resistansi
pentanahan Arrester dengan dua posisi, yakni posisi sejajar dan segaris
masing masing pada jarak 20 meter dan 10 meter. Menghubungkan kabel
merah setra kuning ke stik besi dengan masing-masing jarak pemasangan
kabel merah pada posisi 20 meter dan kabel kuning pada posisi 10 meter.
Untuk pengukuran dengan jarak 10 meter, kabel merah dipasangkan pada
stik besi pada jarak 10 meter dan kabel kuning pada jarak 5 meter.
g. Jika semua kabel telah terpasang, melakukan pengukuran dengan menekan
tombol “Test” pada alat ukur. Kemudian mencatat hasil pengukuran yang
dilakukan.
h. Melakukan pengukuran dengan posisi sejajar dan posisi segitiga untuk
setiap konduktor pentanahan yang akan diukur.
i. Mengulangi prossedur diatas untuk melakukan pengukuran resistansi
pentanahan yang dilakukan pada Grounding Body Trafo, dan Grounding
pada tanah yang lembab.

3.5 Pengukuran Tahanan Isolasi


Alat yang digunakan yaitu Megger, berikut langkah penggunaannya:
a. Menyiapkan peralatan.
b. Memasang kabel test pada terminal megger, serta memasang grounding
pada terminal grounding yang terdapat pada megger.
c. Menyalakan megger, jika megger dalam posisi on, mengatur settingan
pengukuran yang akan digunakan ke “Pengukuran Tahanan Isolasi”.
d. Mentukan besar tegangan beserta waktu yang akan digunakan untuk
menguji tahanan isolasi.
e. Masang kabel test pada bagian yang akan di uji tahanan isolasinya, contoh
(U-V).
f. Menekan tombol start pada megger, pada saat yang bersamaan alat ukur
akan bekerja sesuai dengan setingan waktu yang telah kita tentukan.
g. Jika waktu telah selesai, alat ukur akan menunjukkan besar tahanan isolasi
yang terdapat pada bagian yang kita ukur.
h. Mencatat besar tahanan isolasi yang diukur oleh megger.
i. Melakukan pengukuran untuk bagian yang lainnya sesuai dengan prosedur
diatas.

3.6 Pemeliharaan Jaringan


Pemeliharaan merupakan suatu pekerjaan yang dimaksudkan untuk
mendapatkan jaminan bahwa suatu sistem atau peralatan akan berfungsi secara
optimal, umur teknisnya meningkat dan aman baik bagi personil maupun bagi
masyarakat umum.
Faktor yang menyebabkan diharuskannya dilakukan pemeliharaan jaringan
distribusi yakni karena pada umumnya jaringan distribusi berada pada
saluran bebas, jadi tentunya tidak akan terlepas dari faktor-faktor alam
yang bisa menyebabkan gangguan bahkan kerusakan pada jaringan
distribusi. Contohnya adanya petir yang mengenai saluran, binatang seperti
ular dan tumbuhan yang daunnya merambat masing-masing dapat
menimbulkan hubungan antar fasa pada jaringan, dll

3.6.1 Prosedur pemadaman PHB – TR sebelum pemeliharaan


a) Petugas pelaksana melapor ke petugas piket, bahwa akan dilakukan
pemadaman PHB – TR yang akan dipelihara.
b) Mengurangi beban dengan cara melepas seluruh beban setiap jurusan.
c) Membuka saklar utama (helfboom Saklar)
d) Membuka FCO dengan menggunakan stick 20 KV
e) Menanamkan (Grounding) semua kabel jurusan dengan
menggunakan Grounding TR.
3.6.2 Pelaksanaan Pemeliharaan PHB – TR
a) Membersihkan rel, dudukan fuse holder, pisau saklar utama
(helfboom saklar), sepatu kabel dari kotoran / korosi, dan
membersihkan ruangan dalam Panel Hubung Bagi (PHB)
b) Memeriksa kekencangan mur dan baut pada saklar utama, sepatu
kabel, rel, fuse holder, kondisi isolasi dan sistem petanahan.
c) Melakukan pengantian komponen PHB – TR bila ada yang rusak
d) Mengukur dan catat nilai tahanan isolasi antara rel dan atau rel
terhadap body dan tahanan pentanahan, dan mencatat dalam formulir
berita acara (BA).

3.6.3 Prosedur pengoperasian kembali PHB – TR sesudah pemeliharaan


a) Melepaskan pentanahan pada seluruh kabel jurusan (kabel yang di
grounding)
b) Pelaksana melapor kepada petugas piket bahwa pekerjaan
pemeliharaan telah selesai.
c) Memasukan Fuse Cut Out (FCO)
d) Memasukan saklar utama tanpa beban
e) Mengukur tegangan fasa - fasa dan fasa – netral
f) Melakukan pengecekan Rating NH fuse
g) Memasukan NH Fuse secara bertahap perjurusan
h) Melakukan pengukuran beban
i) Menutup kunci pintu panel PHB – TR
j) Pelaksana melapor kepada petugas piket bahwa pekerjaan
pemeliharaan telah selesai.

3.7 Pemasangan NH-Fuse


Pada praktikum ini dilakukan pergantian NH Fuse lama dengan memasang
NH Fuse baru :
a. Pertama, menyiapkan alat dan bahan kerja.
b. Selanjutnya,memasang dudukan NH Fuse dengan cara melakukan
pengeboran pada besi terminal dudukan NH Fuse.
c. Setelah melakukan pengeboran, selanjutnya dilakukan pemasangan
dudukan NH Fuse dengan mengencangkan baut sampai rapat agar dudukan
NH Fuse tidak mudah terlepas.
d. Setelah dudukan NH Fuse terpasang dengan benar, selanjutnya memasang
NH Fuse dengan menggunakan NH Fuse Puller.
e. Pemasangan NH Fuse dilakukan dengan cara memasang dari bawah
kemudian dirapatkan bagian atas.
f. Ketika NH Fuse mengalami kerusakan, pergantian NH Fuse juga
menggunakan NH Fuse Puller.

Anda mungkin juga menyukai