PENGELOLAAN
BUMDES
SOP (standart operasional prosedur)
[2017]
STANDART OPERASIONAL DAN PROSEDUR
PENGELOLAAN BUM DESA
“ RUKUN MAKMUR “
DESA SEKETI KECAMATAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRI
BAB I
PENDAHULUAN
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah memberikan spirit baru
dengan menegaskan bahwa Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa atau
disebut BUM Desa. BUM Desa adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal
dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan
usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
Secara teknis BUM Desa diatur dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa. Pendirian
BUM Desa dimaksudkan sebagai upaya menampung seluruh kegiatan di bidang
ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh Desa dan/atau kerja sama
antar-Desa. Pendirian BUM Desa harus dengan mempertimbangkan: a. inisiatif
Pemerintah Desa dan/atau masyarakat Desa; b. potensi usaha ekonomi Desa; c.
sumber daya alam di Desa; d. sumberdaya manusia yang mampu mengelola BUM
Desa; dan e.penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan dan
kekayaan Desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha BUM
Desa.
Saat ini BUM Desa diberi peluang untuk mengembangkan berbagai jenis usaha
meliputi: bisnis yang bersifat sosial, bisnis penyewaan, usaha perantara, bisnis
perdagangan, bisnis keuangan, dan usaha bersama. Namun dari jenis-jenis usaha
yang ada tidak seluruhnya dapat dilaksanakan di Desa, tetapi hanya jenis usaha
yang sesuai kebutuhan dan potensi Desa yang dapat dilaksanakan.
Keberhasilan BUM Desa sangat ditentukan oleh inovasi dan kemampuan organisasi
Pengelola BUM Desa. Penasihat yang secara ex officio dijabat oleh Kepala Desa
diharapkan dapat memberikan nasihat dan masukan yang baik guna meningkatkan
kinerja Pelaksana Operasional yang mempunyai tugas mengurus dan mengelola
BUM Desa sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Sedangkan
Pengawas yang merupakan perwakilan kepentingan masyarakat mempunyai
kewajiban menyelenggarakan Rapat Umum untuk membahas kinerja BUM Desa.
Pengelolaan BUM Desa berdasarkan pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga yang merupakan aturan tertulis organisasi yang dibuat dan disepakati
bersama melalui musyawarah Desa.Berdasarkan uraian tersebut di atas maka
disusunlah Standart Operasional Presedur pengelolaan BUM Desa.
Pasal 1
Latar Belakang
1. BUM Desa merupakan Badan Usaha yang dibentuk oleh Pemerintah Desa
sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat desa juga sebagai
upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa melalui kegiatan
Usaha/enterprenour dari penyertaan modal dan penyediaan Sumber Daya yang
dibutuhkan
2. Untuk dapat mewujudkan Visi, Misi, dan Tujuan pendirian BUM Desa maka
perlu dibentuk Unit Usaha
Pasal 2
Tujuan
2. Sebagai pedoman dasar pengelolaan BUM Desa terkait Unit Unit Usaha BUM
Desa
3. Sebagai pedoman dasar pengelolaan BUM Desa terkait dengan penguatan dan
pengembangan BUM Desa dan Unit Usaha BUM Desa.
9. Pengelolaan BUM Desa tetap berdasarkan tujuan, prinsip dan aturan pokok
BUM Desa yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku
10.Unit Usaha BUM Desa dikelola sebagai penguatan lembaga dan efektifitas
penggunaan dana
Pasal 3
Dasar Hukum
BAB II
KETENTUAN UMUM
Pasal 4
1. Upaya pelestarian dan pengembangan BUM Desa yaitu dengan membuat aturan
dan prosedur pengelolaan. Pembuatan aturan dan prosedur pengelolaan
tersebut perlu memperhatikan beberapa hal yang menjadi dasar-dasar
pengelolaan BUM Desa
2. Salah satu strategi kebijakan membangun Indonesia dari pinggiran melalui
pengembangan usaha ekonomi Desa yang bersifat kolektif.
3. Salah satu strategi kebijakan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia di Desa.
4. BUM Desa sebagai salah satu bentuk kemandirian ekonomi Desa dengan
menggerakkan unit-unit usaha yang strategis bagi usaha ekonomi kolektif Desa.
Pasal 6
BUM Desa dan Tradisi Berdesa
Konsepsi Tradisi Berdesa merupakan salah satu gagasan fundamental yang
mengiringi pendirian BUM Desa. Tradisi Berdesa sejajar dengan kekayaan modal
sosial dan modal politik serta berpengaruh terhadap daya tahan dan keberlanjutan
BUM Desa. Inti gagasan dari Tradisi Berdesa dalam pendirian BUM Desa adalah:
1. Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) adalah Badan usaha yang ada di desa
yang di bentuk oleh Pemerintahan Desa Bersama Masyarakat Desa. Maksud
dari pembentukan BUM Desa sebagaimana dalam Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan transmigrasi No. 4 Tahun 2015
Tentang Pendirian, pengurusan dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan
Usaha Milik Desa Pasal 2 ”Pendirian Bum Desa dimaksudkan sebagai upaya
menampung seluruh kegiatan di bidang ekonomi dan/atau pelayanan
umum yang dikelola oleh Desa dan/atau kerjasama antar desa.
2. Pendirian BUM Desa harus diawali sebagai pola untuk memperkuat
ekonomi rakyat desa. Embrio ekonomi desa harus terlebih dahulu
teridentifikasi secara jelas. Identifikasi sangat diperlukan jangan sampai
setelah berdiri BUM Desa tidak ada kegiatan apapun didalamnya dan saat
ini yang terjadi pada sebagaian BUM Desa
3. BUM Desa sebagai instrumen untuk menggerakkan ekonomi masyarakat
belum sepenuhnya menjadi pemahaman di kalangan pegiatan ekonomi lokal
dan rakyat desa. Akhirnya BUM Desa seharusnya menjadi modal awal
gerakan sosial dari pertarungan ”ekonomi” belum tercapai secara maksimal.
Kesadaran masyarakat desa untuk memahami posisi mereka dalam rangka
merebut desa menjadi sentral ekonomi belum menjadi sebuah tujuan
4. BUM Desa bukan semata-mata harus ada didesa tetapi bagaimana BUM
Desa dijadikan sebuah gerakan sosial untuk menggerakkan ekonomi rakyat
Desa.
5. BUM Desa sebagai instrumen untuk menggerakkan ekonomi masyarakat desa
6. BUM Desa sebagai wadah untuk mengorganisir rakyat desa untuk
meningkatkan semangat mereka dalam memperkuat dan mengembangkan
ekonomi
7. BUM Desa dapat dijadikan sarana sharing bagi kelompok-kelompok
masyarakat desa untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk
sekaligus membahas stratategi pengembangan pemasarannya
8. BUM Desa adalah sebuah pusat bagi masyarakat apabila ada permasalaha
terhadap usaha yang sedang mereka jalani
9. BUM Desa hadir sebagai wadah untuk mengorganisir rakyat desa untuk
meningkatkan semangat mereka dalam memperkuat dan mengembangkan
ekonomi.
10.BUM Desa dapat dijadikan sarana sharing bagi kelompok-kelompok
masyarakat desa untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk
sekaligus membahas stratategi pengembangan pemasarannya. Jadi BUM
Desa lambat laun akan menjadi sebuah centre bagi mereka apabila ada
permasalahan terhadap usaha yang sedang mereka jalani
Pasal 8
Prinsip Prinsip BUM Desa
BUM Desa merupakan sebuah badan yang didirikan oleh masyarakat desa dengan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. BUM Desa bersifat terbuka, semua warga masyarakat desa bisa
mengakses semua kegiatannya.
2. BUM Desa adalah bersifat sosial (social interpreunership), tidak semata-
mata mencari keuntungan
3. BUM Desa harus dikelola oleh pihak-pihak yang independen. Pengelola
tidak boleh dari unsur pemerintahan desa BUM Desa tidak boleh
mengambil alih kegiatan masyarakat desa yang sudah jalan tetapi
bagaimana BUM Desa mengkonsolidasikan dalam meningkatkan kualitas
usaha mereka.
4. Partisipatif; Selalu melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan
dan pelestarian kegiatan.
7. Otonomi; memiliki hak dan kewenangan mengatur diri secara mandiri dan
bertanggung jawab, tanpa intervensi negatif dari luar
BAB IV
PERMODALAN BUM DESA
PASAL 10
Pasal 11
1. Penyertaan modal Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf
a terdiri atas:
a. dana segar yang salurkan melalui mekanisme APB Desa
a. hibah dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan dan/atau
lembaga donor yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa;
b. bantuan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa;
c. kerjasama usaha dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi
kemasyarakatan dan/atau lembaga donor yang dipastikan sebagai
kekayaan kolektif Desa dan disalurkan melalui mekanisme APB Desa;
d. aset Desa yang diserahkan kepada BUM Desa melalui mekanisme APB
Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang aset
desa.
2. Penyertaan modal masyarakat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (2) huruf b berasal dari tabungan masyarakat dan/atau simpanan
masyarakat desa.
Pasal 12
BAB V
KELEMBAGAAN BUM DESA
Pasal 14
1. BUM Desa merupakan salah satu lembaga Desa yang mawadahi kegiatan-
kegiatan bidang ekonomi. Sebagai sebuah lembaga maka BUM Desa harus
mempunyai struktur organisasi, aturan organisasi dan rencana kerja kegiatan.
Sebagaimana dalam Permendesa PDTT No. 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Pasal
9 Organisasi pengelola BUM Desa terpisah dari organisasi Pemerintahan Desa,
2. Pengelola BUM Desa tidak boleh dari unsur pemerintahan Desa, Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dan Lembaga Pembangunan Masyarakat Desa.
Hal ini untuk menghindari adanya kepentingan dengan memanfaatkan jabatan
dalam pemerintahan desa. Kecuali untuk jabatan penasehat ex officio akan
dijabat oleh Kepala Desa.
3. Pengelola BUM Desa harus netral dan profesional dalam bekerja. Tidak boleh
ada intervensi dari pihak manapun yang berkaitan dengan pengelolaan
keuangan. Pengelola BUM Desa harus transparan dan
mempertanggungjawabkan kepada pemerintahan desa dan masyarakat desa
apa yang telah dikerjakan.
1. BUM Desa didirikan atas keputusan Musdes dan Pemerintah Desa sebagai
penyadang modal awal pendirian BUM Desa
2. Semua Unit Usaha milik BUM Desa pada dasarnya adalah milik masyarakat
yang diwakili oleh Pemerintah Desa
3. Pemerintah desa sebagai pemilik BUM Desa dalam struktur organisasi
berkedudukan sebagai Penasehat dan pembina yang sekaligus memberikan
pengawasan atas jalannya organisasi BUM Desa maupun jalannya usaha yang
dikelola BUM Desa
4. Penasehat BUM Desa secara ex-officio dijabat oleh Kepala Desa
1. Penasehat BUM Desa bertindak untuk dan atas nama Penasehat BUM Desa.
2. Memberikan arah kebijakan, masukan, nasehat dan pertimbangan -
pertimbangan dalam suatu ide dan program dalam pengembangan organisasi
sesuai dengan AD/ ART dan Visi Misi organisasi.
3. Sebagai penampung aspirasi didalam usaha – usaha pengembangan organisasi
sesuai dengan AD /ART dan Visi Misi organisasi
4. Meminta dan menerima laporan keuangan maupun administrasi kegiatan BUM
Desa dari Direksi BUM Desa dan atau Pengelola Unit Usaha secara periodik
minimal 1 bulan sekali
5. Memberikan Penasehatan terhadap semua pengurus Kelembagaan BUM Desa
yang terdiri dari Badan Pengawas, Direksi, dan Pengelola Unit Usaha
6. Memberikan peringatan dan teguran sesuai kebutuhan dalam upaya
pengawalan dan pelaksanaan target kerja yang telah ditetapkan musyawarah
desa
7. Memanggil dan meminta keterangan dari semua pengurus Kelembagaan BUM
Desa untuk mendapatkan data dan keterangan yang diperlukan atas
pengaduan atau permasalahan yang ada sebelum dibahas pada forum Musdes
8. Menonaktifkan sementara pengurus BUM Desa sesuai bukti dan fakta yang ada
9. Mengusulkan diadakannya Musdes Khusus untuk membahas permasalahan
yang memerlukan ketetapan Musdes
Pasal 19
Tugas Umum Direksi Bum Desa
Pasal 20
Tugas Khusus Direksi Bum Desa
1. Bertanggung jawab terhadap seluruh pengelolaan dana BUM Desa dan BOP
BUM Desa.
3. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan dana bergulir BUM Desa (jika ada).
10.Membuat draft aturan perguliran yang sesuai dengan prinsip dan mekanisme
yang ada untuk disahkan oleh Musdes dan menegakkan dalam pelaksanaan
dengan tujuan pelestarian dana bergulir.
Pasal 21
Kewenangan Direksi Bum Desa
1. Memanggil pengurus kelembagaan unit usaha BUM Desa yang dibentuk oleh
BUM Desa dalam rangka meminta klarifikasi atas kebenaran pengaduan atau
temuan pelanggaran
2. Melaporakan hasil investigasi kepada Penasehat BUMDesa setelah mendapatkan
2 alat bukti yang menyakinkan atas penyalahgunaan dan atau penyelewengan
yang dilaporkan oleh Badan Pengawas
3. Mengusulkan diadakannya Musyawarah Desa Khusus untuk menyelesaikan
permasalahan.
Pasal 22
Hak Direksi Bum Desa
1. Mendapatkan informasi secara periodik atas hasil kegiatan yang dilakukan oleh
lembaga yang dibentuk BUM Desa (Badan Pengawas & Pengelola Unit Usaha)
2. Mendapatkan pelatihan peningkatan kapasitas
3. Mendapat honor/Insentif atas pelaksanaan tugas dengan bukti kerja laporan
Desa dan pertanggung jawaban keuangan BUM Desa
4. Menggunakan fasilitas dan inventaris dalam kaitan pelaksanaan kerja BUM Desa
5. Mendapatkan pembinaan dari steak holder yang berwenang terhadap pembinaan
BUM Desa, baik dari birokrasi resmi pemerintah maupun dari
konsultan/petugas yang mendapatkan pelaksanaan Koodinasi, Penasehatan,
pengawasan, pelaksanaan Renja BUM
6. perintah untuk melakukan pembinaan dan pendampingan BUM Desa
7. Mendapatkan pendanaan untuk mendukung kegiatan Direksi BUM Desa sesuai
dengan ketentuan pendanaan BUM Desa
8. Apabila Unit Usaha BUM Desa belum memperoleh surplus yang memadai, maka
pendanaan dapat diambilkan dari APBDes
Pasal 23
Masa Tugas Direksi Bum Desa
1. Masa tugas personil direksi BUM Desa adalah hingga yang bersangkutan telah
mancapai usia 60 tahun
2. Personil Direksi BUM Desa bisa berhenti karena :
a. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri
b. Meninggal dunia
c. Tidak mematuhi AD/ART BUM Desa
d. Melanggar Kode Etik
3. Penggantian personil direksi BUM Desa diputuskan di forum Musyawarah Desa
4. Kode Etik Personil Direksi BUM Desa sebagaimana dimaksud ayat 2 huruf d
adalah sebagai berikut :
a. Tidak boleh menerima imbalan, hadiah atau komisi dari pihak lain dengan
tujuan demi kepentingan pribadi atau golongan/kelompok tertentu
b. Tidak boleh meninggalkan kewajiban pelaksanaan Tupoksi Personil Direksi
BUM Desa tanpa alasan yang dibenarkan
c. Tidak boleh memalsukan bukti transaksi keuangan
d. Tidak boleh memanipulasi data-data laporan keuangan.
e. Tidak boleh menyalahgunakan wewenang /jabatan demi kepentingan pribadi
atau keuntungan pribadi.
f. Tidak boleh melanggar norma susila
g. Personil Direksi BUM Desa menggunakan uang perusahaan untuk
kepentingan pribadi.
h. Personil Direksi BUM Desa meminjam uang perusahaan dengan
mengatasnamakan orang lain maupun nasabah fiktif.
i. Personil Direksi BUM Desa meminjam uang dari unit usaha Bum Desa
dalam bentuk apapun.
j. Personil Direksi BUM Desa menerima uang transport, hadiah/gratifikasi,
kompensasi pencairan atau lainya dari masyarakat desa yang terkait dengan
pekerjaan.
k. Personil Direksi BUM Desa melakukan pemalsuan dokumen/administrasi
apapun yang berhubungan dengan kelembagaan.
l. Personil Direksi BUM Desa memiliki pekerjaan di
instansi/lembaga/perusahaan manapun (merangkap pekerjaan lain).
m.Menjadi Pengurus PARPOL
1. Unit Usaha dibentuk oleh BUM Desa, bersifat tetap yang berfungsi dan
bertanggungjawab dibidang pengelolaan dan pengembangan usaha yang
dimiliki BUM Desa
2. Tugas Pokok dan Tanggung Jawab Pengelola Unit Usaha BUM Desa adalah
sebagai berikut :
a. Melaksanakan tugas-tugas pengelolaan unit usaha yang dimandatkan oleh
Musyawarah Desa
b. Melaksanakan pengelolaan Unit Usaha agar senantiasa berjalan dengan
baik dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai tujuan
didirikannya unit usaha
c. Membuat rencana kerja dan target pendapatan Unit Usaha yang
dikelolanya berdasarkan potensi yang dimiliki
d. Melaksanakan pengelolaan keuangan unit usaha agar efisien dan berdaya
guna serta menghasilkan keuntungan bagi pengambangan unit usaha dan
pendapatan asli desa
e. Membuat laporan perkembangan kegiatan dalam bentuk laporan bulanan
yang ditujukan kepada Penasehat BUM Desa secara periodik sebulan sekali
f. Membuat laporan pertanggungjawaban hasil pengelolaan kegiatan kepada
Masyarakat melalui Musyawarah Desa sedikitnya sekali dalam setahun
g. Mengembangkan unit usaha dalam upaya pencapaian Visi, Misi, dan
Tujuan BUM Desa
3. Ketentuan Kepengurusan Unit Usaha BUM Desa :
a. Pengelola Unit Usaha bukan merupakan personil penyelenggara
pemerintahan desa (anggota BPD , perangkat pemerintah desa atau
lembaga kemasyarakatan desa)
b. Pengelola Unit Usaha diangkat dan diberhentikan oleh Musyawarah Desa
sesuai ketentuan.
4. Persyaratan Menjadi Pengurus Uint Usaha BUM Desa, sebagai berikut :
a. Merupakan warga Desa Banjarejo dan berdomisili di wilayah Desa
Banjarejo dibuktikan dengan KTP dan KK serta Alamat Domisili tempat
tinggal
b. Berpendidikan minimal SLTA atau sederajat.
c. Usia maksimal pada saat seleksi adalah 20 tahun.
d. Berkelakuan baik.
e. Bukan perangkat desa, unsur BPD, lembaga kemasyarakatan desa.
5. Sanksi Bagi Pengelola Unit Usaha dapat berupa :
a. Sanksi pemberhentian.
b. Sanksi lain yang bertujuan untuk Penasehatan, pembelajaran dan
peningkatan kinerja.
6. Penerapan sanksi pemberhentian bagi Pengelola Unit Usaha, dalam masa
jabatannya sebagai Pengelola Unit Usaha, apabila :
a. Mencalonkan diri sebagai perangkat desa dan anggota legeslatif
b. Mangkir bekerja (tidak menjalankan Tupoksinya) selama 15 hari berturut-
turut
c. Menyalahgunakan / menyelewengkan dana-dana yang dikelola
d. Terlibat dalam tindak pidana
e. Membuat laporan fiktif untuk kepentingan pribadi atau
kelompok/golongan tertentu yang dapat merugikan masyarakat
f. Mengundurkan diri
g. Melanggar kode etik Pengelola Unit Usaha
7. Kode Etik Personil Pengelola Unit Usaha :
a. Tidak boleh menerima imbalan, hadiah atau komisi dari pihak lain berupa
apapun dengan tujuan untuk memperkaya diri sendiri atau kelompok
tertentu
b. Tidak boleh memalsukan bukti transaksi keuangan.
c. Tidak boleh memanipulasi data-data laporan keuangan.
d. Tidak boleh menyalahgunakan wewenang /jabatan demi kepentingan
Pribadi atau keuntungan pribadi.
e. Tidak boleh menyalahgunakan uang yang dikelola Unit Usaha untuk
kepentingan pribadi.
f. Tidak bekerja secara professional sesuai dengan jabatannya.
g. Tidak boleh terlibat dalam tindak pidana
h. Tidak boleh melanggar norma susila yang berlaku di masyarakat
i. Menjadi pengurus parpol
8. Bentuk sanksi lain selain pemberhentian sebagai Pengelola Unit Usaha,
antara lain :
a. Permohonan maaf pada masyarakat melalui Musyawarah Desa.
b. Reposisi jabatan.
c. Penundaan kenaikan gaji dan tunjangan.
d. Penonaktifan sementara selama satu bulan tanpa gaji dan tunjangan
e. Pemotongan gaji dan tunjangan
f. Penetapan bentuk sanksi ini akan disesuaikan dengan tingkat
pelanggaran yang dilakukan
9. Pengelola Unit Usaha dapat ditetapkan kembali pada Forum Musyawarah
Desa Pertanggung jawaban BUM Desa, jika :
a. Sepanjang laporan pertanggung jawaban Kinerja Unit Usaha BUM Desa
dapat diterima oleh Peserta Musyawarah Desa dan bersedia memenuhi
semua catatan yang diberikan oleh peserta Musyawarah Desa
b. Bersedia menjalankan ketetapan Musyawarah Desa atas penilaian Kinerja
Pengelola Unit Usaha beserta sanksi yang diberikan
2. Masa Tugas Pengurus Unit Usaha BUM Desa akan berakhir sampai yang
bersangkutan mencapai usia 60 tahun
3. Hak Pengelola Unit Usaha BUM Desa, antara lain :
a. Menerima Insentife secara langsung setiap bulan atas pelaksanaan
Tupoksinya yang besarnya sesuai keputusan musyawarah desa dengan
dibuktikan dengan laporan pelaksanaan kerja yang disampaikan kepada
Penasehat BUM Desa
b. Menerima Bonus tahunan atas prestasi kerja yang telah dicapai yang
besarnya sesuai keputusan musyawarah desa
c. Menggunakan inventaris Unit Usaha BUM Desa dalam menjalankan
Tupoksinya
d. Mendapatkan pendampingan dan bantuan hukum atas perkara yang
dihadapi Unit Usahanya dengan pihak lain, sesuai keputusan
musyawarah desa
e. Mengajukan usulan biaya operasional Unit Usaha untuk didanai dari
Rencana Pendapatan dan belanja BUM Desa dan atau dari anggaran
APBDes
Badan Pengawas
Pasal 25
Pengawasan Eksternal
Pasal 26
Hasil usaha BUM Desa yang merupakan alokasi PADesa dapat dimanfaatkan untuk:
a. Pengembangan usaha,
b. Penyelenggaraan pemerintah, pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan,
dan pemberdayaan masyarakat, bantuan untuk masyarakat miskin melalui
hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir, lain-lain sesuai dengan situasi,
kondisi, dan kebutuhan desa yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa.
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan PADesa dari laba hasil
usaha BUM Desa diatur dengan Peraturan Desa.
Pasal 28
(1) Hasil usaha BUM Desa merupakan pendapatan yang diperoleh dari hasil
transaksi dikurangi dengan pengeluaran biaya dan kewajiban pada pihak
lain termasuk biaya operasional dan cadangan resiko, serta penyusutan atas
barang-barang inventaris dalam 1 (satu) tahun buku.
(2) Hasil usaha Bum desa sekurang-kurangnya di alokasikan untuk :
a. pendapatan asli desa (PADesa), maksimal 30 %
b. penambahan Modal, Sekurang-kurangnya 50 %
c. Operasional Penasihat, Maksimal 5 %
d. insentif Pelaksana Operasional, maksimal dua kali gaji pelaksana
operasional, dan atau maksimal 5 % (dipilih yang paling sedikit)
e. operasional Pengawas, maksimal 5 %
f. peningkatan kapasitas kelembagaan/pendidikan dan pelatihan
kepengurusan organisasi BUM Desa, maksimal 5 %
(2) besaran Alokasi hasil usaha BUM desa di bahas dan ditetapkan melalui
mekanisme Musyawarah Desa
(3) Pembagian hasil usaha BUM Desa ditetapkan berdasarkan ketentuan yang
diatur dalam AD/ART BUM Desa/SOP BUM Desa.
(4) Alokasi pembagian hasil usaha sebagaimana dimaksud dapat dikelola melalui
sistem akuntansi sederhana.
3. Cuti tahunan 12 hari, bagi pelaksana operasional yang minimal masa kerjanya
sudah satu tahun, termasuk hari raya dan tidak boleh bersamaan .
4. Ijin tidak masuk harus membuat surat tertulis ditujukan ke direktur BUM Desa
mengetahui Penasehat
5. Senin s/d Sabtu, masuk jam 08.00 s/d 17.00 WIB dan sesuai kebutuhan
masyarakat (jika setiap hari unit usaha buka maka disesuaikan dengan jam dan
hari kerja, setiap personil diberikan hari libur satu hari selama seminggu)
6. Jika ada kerja di luar jam dan hari kerja di perhitungkan lembur
Pasal 33
Pasal 34
Kategori Pelanggaran Kode Etik
Pasal 35
1. Pelaksana operasional BUM Desa tidak masuk selama 3 hari berturut – turut
tanpa seijin Direktur BUM Desa atau Penasehat BUM Desa
1. Pelaksana operasional BUM Desa tidak mampu merealisasikan target yang telah
direncanakan dan ditetapkan.
2. Realisasi minimal bagi BUM Desa adalah sekurang – kurangnya 80 % dari target
yang telah direncanakan dan ditetapkan.
3. Jika realisasi target kurang dari 80 %, maka Pelaksana operasional BUM Desa
dapat dikenai sangsi :
BAB VII
RAPAT
Pasal 37
Pelaksanaan rapat dalam rangka pengelolaan Badan Usaha Milik Desa meliputi :
a. Rapat Insidentil : Pertemuan yang dilakukan oleh seluruh kepengurusan
maupun tiap-tiap kepengurusan untuk membahas pengelolaan Badan Usaha
Milik Desa sesuai dengan kebutuhan.
b. Rapat Berkala : Pertemuan yang dilakukan oleh seluruh kepengurusan maupun
tiap-tiap kepengurusan untuk membahas Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa
pada tiap-tiap bulan, semester maupun tahun;
c. Rapat Pertanggungjawaban : Pertemuan yang dilakukan oleh seluruh
kepengurusan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas
pengelolaan Badan Usaha Milik Desa pada akhir masa jabatan yang disampaikan
kepada Penasehat. Dan penasehat menyampaikan kepada BPD melalui
Musyawarah Desa Pertanggungjawaban BUM Desa
BAB VIII
Pengelolaan Pengaduan Dan Masalah
Pasal 38
(1) Pengelolaan pengaduan dan masalah (PPM) merupakan bagian dari tindak
lanjut hasil kegiatan pemantauan, pengawasan dan pemeriksaan.
(2) Setiap pengaduan dan masalah yang muncul dari masyarakat atau pihak
manapun yang berkompeten melakukan pemantauan, pengawasan, dan
pemeriksaan harus segera ditanggapi secara serius dan proposional serta cepat.
(3) Munculnya pengaduan terhadap pelaksanaan kegiatan merupakan wujud
pengawasan oleh masyarakat.
(4) Pengaduan terhadap pelaksanaan Operasional BUM Desa dapat dilakukan
melalui:
a. Surat/berita langsung/SMS/email kepada Pelaksana operasional,
Penasehat, pengawas, dan atau Pihak terkait
b. Surat/berita langsung/SMS/email kepada aparat pemerintahan yang
terkait, seperti pemerintah Desa, Pemerintah kecamatan, dan atau SKPD
Terkait
c. Pemantau kegiatan operasional BUM Desa, termasuk wartawan dan LSM.
(5) Dalam menangani setiap pengaduan dan permasalahan dilakukan
berdasarkan prinsip-prinsip :
a. Rahasia. Iidentitas yang melaporkan (pelapor) pengaduan harus dirahasiakan.
b. Berjenjang, Semua pengaduan ditangani pertama kali oleh Pelaksana
Operasional BUM Desa setempat. Jadi bila permasalahan muncul di tingkat
desa, maka pertama kali yang bertanggung jawab untuk menanganinya
adalah masyarakat desa tersebut difasilitasi oleh pemrintah kecamatan,
Pendamping Desa, pendamping lokal, Kader Desa, Kepala Desa, pelaksana
Operasional BUM Desa. Pelaku di jenjang atasnya memantau
perkembangan penanganan, Bila pelaku di tempat tidak berhasil menangani
pengaduan, maka pelaku di jenjang atasnya memberi rekomendasi
penyelesaian atau bahkan turut memfasilitasi proses penyelesaiannya.
c. Transparan dan Partisipatif. Sejauh mungkin masyarakat harus diberitahu
dan dilibatkan dalam proses penanganan pengaduan terhadap masalah yang
ada di wilayahnya dengan difasilitasi oleh fasilitator. Sebagai
pelaku utama pelaksanaan program masyarakat harus disadarkan untuk
selalu mengendalikan jalannya kegiatan.
d. Proporsional. Penanganan sesuai dengan cakupan kasusnya. Jika
kasusnya hanya berkaitan dengan prosedur, maka penanganannya pun
harus pada tingkatan prosedur saja. Jika permasalahannya berkaitan
dengan prosedur dan pengaduan dana, maka masalah atau kasus yang
ditangani tidak hanya masalah prosedur atau penyalahgunaan dana saja.
e. Objektif. Sedapat mungkin dalam penanganan pengaduan, ditangani
secara objektif. Artinya pengaduan-pengaduan yang muncul harus selalu
diuji kebenarannya, melalui mekanisme uji silang. Sehingga tindakan yang
dilakukan sesuai dengan data yang sebenarnya. Tindakan yang dilakukan
bukan berdasarkan pemihakan salah satu pihak, melainkan pemihakan pada
prosedur yang seharusnya.
f. Akuntabilitas. Proses kegiatan pengelolaan pengaduan dan masalah
serta tindak lanjutnya harus dapat dipertanggungjawabkan pada
masyarakat sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku.
g. Kemudahan. Setiap anggota masyarakat terutama kelompok perempuan
dan laki-laki,harus mudah untuk menyampaikan
pengaduan/masalah. Pengadu/pelapor dapat menyampaikan pengaduan ke
jenjang yang paling mudah dijangkau dengan menggunakan media/saluran
pengaduan yang telah dibangun oleh program dan/atau yang telah ada di
lingkungannya.
h. Cepat dan akurat. Setiap pengaduan dan permasalahan
perlu ditangani/ditanggapi secara cepat dengan menggunakan informasi
yang akurat. Untuk itu penanganan pengaduan dan masalah
diupayakan penyelesaiannya pada tingkat yang terdekat.
BAB IX
Pembinaan, Pengendalian, Pengawasan, Monitoring Dan Evaluasi
Pembinaan
Pasal 39
Pengendalian
Pasal 40
Pengawasan
Pasal 41
(1) BPD dan/atau pengawas internal yang dibentuk melalui musyawarah desa
melakukan pengawasan terhadap pengelolaan BUM Desa.
(2) BPD bersama Kepala Desa dapat meminta auditor independen untuk
melakukan audit terhadap pelaksanaan dan pengelolaan BUM Desa yang
dilaksanakan secara berkala setiap masa jabatan kepengurusan dan/atau
pada saat yang diperlukan.
(3) Pengawasan publik adalah pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat baik
secara langsung maupun tidak langsung terhadap proses pelaksanaan BUMDesa
di Desa.
(4) Pengawasan publik sebagaiman dimaksud ayat (4) bertujuan untuk memastikan
seluruh proses pelaksanaan kegiatan di desa/kelurahan berjalan sesuai dengan
aturan main serta ketentuan yang telah disepktai bersama
(5) Untuk menumbuhkan proses pengawasan publik agar dapat berjalan dengan
baik, maka pengelola program di desa/kelurahan perlu memberikan informasi
yang seluas-luasnya kepada masyarakat berkaitan dengan perkembangan
pelaksanaan kegiatan BUMDesa melalui:
a. Papan informasi kegiatan dan keuangan BUMDesa
b. Forum-forum pertemuan yang dilakukan di desa/kelurahan merupakan
sarana efektif dalam penyampaian laporan dan evaluasi
(6) Pengawasan fungsional merupakan pengawasan kepada pengelola BUMDesa yang
dilakukan oleh aparat pengawasan pemerintah.
(7) Pengawasan fungsional dilakukan dalam waktu-waktu tertentu untuk
memastikan bahwa pengelola BUMDesa telah melaksanakan amanat program
secara partisipatif, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan
(8) Pengawasan fungsional sebagaimana dimaksud ayat (7) bertujuan untuk :
a. melakukan pengawasan terhadap kinerja pengelola program
b. melakukan pengawasan terhadap proses pelaksanaan kegiatan BUMDesa
c. Meningkatkan kualitas kinerja dan kualitas hasil dari proses pelaksanaan
kegiatan BUMDesa
d. Memastikan bahwa program BUMDesa telah dilaksanakan sesuai dengan
prinsip dan prosedur dalam Peraturan tentang BUMDesa
(9) Pengawasan fungsional dilakukan menurut peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku berkaitan dengan pengawasan program. Proses pengawasan
dilakukan dengan cara:
a. Rapat Kerja ; Panitia pengawas mengundang para pengelola program untuk
diminta keterangan berkaitan dengan pelaksanaan program BUMDesa yang
meliputi:
1) Implementasi pelaksanaan prosedur program
2) Perkembangan kegiatan
3) Perkembangan penggunaan dana
4) Kendala dan masalah yang dihadapi
b. Kunjungan Lapang ; Kunjungan lapangan oleh panitia pengawas untuk
membuktikan kebenaran informasi dan laporan dari para pengelola program
BAB X
Pembiayaan
Pasal 45
Pasal 46
Pasal 47
Pasal 51
1. Pengurus BUM Desa dapat dikenakan sanksi apabila melanggar larangan dan
tidak menjalankan tugas dan kewajibannya selaku Pengurus BUM Desa.
2. Sanksi terhadap pelaksana operasional BUM Desa akan diberlakukan apabila
pelaksana operasional BUM Desa:
a. Melakukan pelanggaran kode etik
b. Melakukan Penyelewengan Dana;
c. Memberikan pinjaman tanpa prosedur;
d. Menggunakan dana kas tanpa prosedur;
e. Terjadi selisih dana pada kas;
f. Menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan pribadi dan golongan yang
mengakibatkan kerugian BUM Desa;
g. Tidak disiplin dalam tingkat kehadiran harian dan setiap kegiatan yang
dilakukan di tingkat kabupaten,kecamatan dan desa yang berkenaan dengan
kegiatan BUM Desa;
h. Apabila tidak melaporkan pertanggung jawaban kepada kepada
penasehat/kepala Desa;
i. Tidak menjalankan Tugas dan Kewajibannya sebagai Pengurus;
j. Melakukan sesuatu diluar prosedur yang telah diatur BUM Desa;
k. Tidak membuat atau tidak menyampaikan laporan BUM Desa setiap bulan
atau terlambat setiap bulan sesuai dengan laporan berjenjang dan tidak
ditembuskan kepada badan pengawas
3. Bagi Direktur dan Kepala Unit Usaha (Pelaksana Operasional) : Apabila terjadi
pelanggaran terhadap ketentuan diatas maka penasehat dan atau Kepala Desa
dapat memberikan surat teguran/Peringatan kepada yang bersangkutan. Apabila
2 (dua) kali mendapat surat teguran/Peringatan maka yang bersankutan tidak
boleh di angkat atau ditetapkan kembali pada periode berikutnya dan apabila
mendapat surat teguran/Peringatan sebanyak 3 (tiga) kali maka Kepala Desa
wajib memberhentikan yang bersangkutan dan dapat diproses secara hukum
pidana atau perdata.
4. Pelanggaran Sanksi oleh Asiten Direktur dan staf, maka Direktur yang
mengeluarkan surat teguran/Peringatan serta pemberhentian apabila telah
mendapat surat teguran/Peringatan sebanyak 3 (tiga) kali dan dapat diproses
secara hukum pidana atau perdata.
5. Penasehat berhak memberhentikan operasional unit usaha BUM Desa atau BUM
Desa dan memerintahkan dana kas untuk di setor ke rekening BUM Desa dan
menahan Buku Rekening sampai waktu ada penyelesaian.
BAB XI
Kerjasama Dengan Pihak Ketiga
Pasal 52
(1) BUM Desa dapat melakukan kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau
lebih.
(2) Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih dapat dilakukan dalam satu
kecamatan atau antar kecamatan dalam satu Kabupaten.
(3) Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih harus mendapat persetujuan
masing-masing Pemerintah Desa.
Pasal 53
(1) Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih dibuat dalam naskah
perjanjian kerjasama.
(2) Naskah perjanjian kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih paling
sedikit memuat:
a. subyek kerjasama;
a. obyek kerjasama;
b. jangka waktu;
c. hak dan kewajiban;
d. pendanaan;
e. keadaan memaksa;
f. pengalihan aset ; dan
g. penyelesaian perselisihan
(3) Naskah perjanjian kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih ditetapkan oleh
Pelaksana Operasional dari masing-masing BUM Desa yang bekerjasama.
Pasal 54
Pasal 55
(1) Dalam rangka pengembangan usaha, BUM Desa dapat melakukan kerjasama
dengan Pihak Ketiga dengan prinsip saling menguntungkan atas persetujuan
penasihat.
(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan ketentuan :
a. Apabila kerja sama dimaksud memerlukan jaminan harta benda yang
dimiliki dan atau dikelola BUM Desa, dan atau yang mengakibatkan beban
hutang bagi BUM Desa, maka rencana kerja sama tersebut harus mendapat
persetujuan Penasihat dan Pengawas;
b. Apabila kerjasama dimaksud tidak memerlukan jaminan harta benda yang
dimiliki atau dikelola BUM Desa dan tidak mengakibatkan beban hutang
maka rencana kerjasama tersebut cukup dilaporkan secara tertulis kepada
Penasihat;
c. Kerjasama dimaksud tidak boleh bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan yang berlaku.
Pasal 56
Naskah perjanjian kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih dalam satu
kecamatan atau antar kecamatan dalam satu Kabupaten, disampaikan kepada
kepada Bupati melalui camat paling lambat 14 (empat belas) hari sejak
ditandatangani.
BAB XII
Kepailitan BUM Desa
Pasal 57
Kerugian yang dialami oleh BUM Desa menjadi tanggung jawab pelaksana
operasional BUM Desa
Pasal 58
(1) Kerugian yang dialami BUM Desa menjadi beban BUM Desa.
(2) Dalam hal BUM Desa tidak dapat menutupi kerugian dengan aset dan
kekayaan yang dimilikinya, dinyatakan rugi melalui Musyawarah Desa.
(3) Unit usaha milik BUM Desa yang tidak dapat menutupi kerugian dengan aset
dan kekayaan yang dimilikinya, dinyatakan pailit sesuai dengan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan mengenai kepailitan.
Pasal 59
(1) Kepailitan BUM Desa hanya dapat diajukan oleh Kepala Desa.
(2) Pengajuan kepailitan BUM Desa dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang
diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XIII
Pembubaran Unit Usaha Bum Desa
Pasal 60
1. Hal hal yang belum diatur dalam Standart Operasional dan Prosedur ini,
dapat ditetapkan dalam Musyawarah Desa
2. Perubahan dan penambahan isi SOP ini dilakukan apabila :
a. Adanya perubahan atau penambahan aturan dari Pemerintahan Desa,
Pemerintahan Daerah, dan pemerintah.
b. Adanya Perubahan kebijaksanaan mendasar Pemerintahan Desa,
Pemerintahan Daerah, dan pemerintah..
2. SOP ini dinyatakan sah dan berlaku sejak ditetapkan dalam forum
musyawarah desa dan menjadi kekuatan aturan yang mengikat.
Ditetapkan di : ...........................
Pada tanggal : ...........................
PIMPINAN MUSYAWARAH DESA
DESA SEKETI
Ketua Sekretaris
................................... ..........................
Ketua BPD Sekertaris BPD
Mengetahui
Kepala Desa
Desa Seketi
( ...................................... )