Anda di halaman 1dari 42

SOP

PENGELOLAAN
BUMDES
SOP (standart operasional prosedur)

DESA SEKETI KECAMATAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRI

[2017]
STANDART OPERASIONAL DAN PROSEDUR
PENGELOLAAN BUM DESA
“ RUKUN MAKMUR “
DESA SEKETI KECAMATAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRI

BAB I
PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah memberikan spirit baru
dengan menegaskan bahwa Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa atau
disebut BUM Desa. BUM Desa adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal
dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan
usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. 

Ketentuan tentang pendirian BUM Desa ditegaskan kembali dalam Peraturan


Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014Junto PP No 47 Tahun 2015 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa juga menyebutkan
bahwa Desa dapat mendirikan BUM Desa melalui musyawarah Desa dan ditetapkan
dengan Peraturan Desa. BUM Desa dirancang dengan mengedepankan peran
Pemerintah Desa dan masyarakatnya secara lebih proporsional. Melalui BUM Desa
ini diharapkan terjadi revitalisasi peran Pemerintah Desa dalam pengembangan
ekonomi lokal/pemberdayaan masyarakat karena BUM Desa dikelola dengan
semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan yang merupakan ciri khas dari
masyarakat Desa.

Secara teknis BUM Desa diatur dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa. Pendirian
BUM Desa dimaksudkan sebagai upaya menampung seluruh kegiatan di bidang
ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh Desa dan/atau kerja sama
antar-Desa. Pendirian BUM Desa harus dengan mempertimbangkan: a. inisiatif
Pemerintah Desa dan/atau masyarakat Desa; b. potensi usaha ekonomi Desa; c.
sumber daya alam di Desa; d. sumberdaya manusia yang mampu mengelola BUM
Desa; dan e.penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan dan
kekayaan Desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha BUM
Desa.

Saat ini BUM Desa diberi peluang untuk mengembangkan berbagai jenis usaha
meliputi: bisnis yang bersifat sosial, bisnis penyewaan, usaha perantara, bisnis
perdagangan, bisnis keuangan, dan usaha bersama. Namun dari jenis-jenis usaha
yang ada tidak seluruhnya dapat dilaksanakan di Desa, tetapi hanya jenis usaha
yang sesuai kebutuhan dan potensi Desa yang dapat dilaksanakan.
Keberhasilan BUM Desa sangat ditentukan oleh inovasi dan kemampuan organisasi
Pengelola BUM Desa. Penasihat yang secara ex officio dijabat oleh Kepala Desa
diharapkan dapat memberikan nasihat dan masukan yang baik guna meningkatkan
kinerja Pelaksana Operasional yang mempunyai tugas mengurus dan mengelola
BUM Desa sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Sedangkan
Pengawas yang merupakan perwakilan kepentingan masyarakat mempunyai
kewajiban menyelenggarakan Rapat Umum untuk membahas kinerja BUM Desa.

Pengelolaan BUM Desa berdasarkan pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga yang merupakan aturan tertulis organisasi yang dibuat dan disepakati
bersama melalui musyawarah Desa.Berdasarkan uraian tersebut di atas maka
disusunlah Standart Operasional Presedur pengelolaan BUM Desa.

Pasal 1
Latar Belakang

1. BUM Desa merupakan Badan Usaha yang dibentuk oleh Pemerintah Desa
sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat desa juga sebagai
upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa melalui kegiatan
Usaha/enterprenour dari penyertaan modal dan penyediaan Sumber Daya yang
dibutuhkan
2. Untuk dapat mewujudkan Visi, Misi, dan Tujuan pendirian BUM Desa maka
perlu dibentuk Unit Usaha

Pasal 2
Tujuan

1. Sebagai pedoman dasar dan penetapan standar kerja BUM Desa.

2. Sebagai pedoman dasar pengelolaan BUM Desa terkait Unit Unit Usaha BUM
Desa

3. Sebagai pedoman dasar pengelolaan BUM Desa terkait dengan penguatan dan
pengembangan BUM Desa dan Unit Usaha BUM Desa.

4. Menjadi acuan pengelolaan Pengaduan dan penyelesaian masalah dan untuk


memperkuat kinerja pengelolaan.

5. Menjadi pedoman dasar pengembangan BUM Desa terkait dengan penilaian


kesehatan kelembagaan.

6. Menjelaskan keberadaan kelembagaan (Unit Usaha) pendukung operasional


BUM Desa.

7. Untuk melindungi dana yang dikelola BUM Desa


8. BUM Desa mempunyai pedoman dalam pengelolaan dan pertangggungjawaban
Kelembagaan dan Keuangan

9. Pengelolaan BUM Desa tetap berdasarkan tujuan, prinsip dan aturan pokok
BUM Desa yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku

10.Unit Usaha BUM Desa dikelola sebagai penguatan lembaga dan efektifitas
penggunaan dana

11.Sebagai pedoman Pemerintah Daerah dalam Penasehatan, perlindungan,


pelestarian dan pengembangan BUM Desa

Pasal 3
Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan


Kewajiban Pembayaran Utang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4443);
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4756);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 12, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5394);
4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5587), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5589);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan


Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5539);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5558);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman
Teknis Peraturan Di Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
2091);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2093);
10. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan
Keputusan Musyawarah Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 159);
11. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 296);
12. Peraturan Daerah No 7 Tahun 2017 tentang pendirian Badan Usaha Milik Desa
13. Peraturan Bupati No. 22 Tahun2017 tentang pendirian Badan Usaha Milik Desa
14. Peraturan Desa No. Tahun tentang pendirian Badan Usaha Milik Desa
(Lembaran Desa Tahun No )
15. AD/ART Badan Usaha Milik Desa (Bumdesa) di Tetapkan Tanggal :

BAB II
KETENTUAN UMUM
Pasal 4

Dalam standar operasional dan prosedur ini yang dimaksud dengan :


1. Pemerintahan Desa adalah Pemeritahan Desa Banjarejo
2. Desa adalah Desa Banjarejo
3. Kepala Desa adalah Kepala Desa Banjarejo
4. Perangkat desa adalah Aparatur Desa yang bertugas membantu Kepala Desa
dalam melaksakan tugas sehari-hari.
5. Badan Permusyawaratan Desa adalah Badan Permusyawaratan Desa Banjarejo
6. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal- usul dan adat- istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Pemerintahan Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur
Penyelenggara Pemerintahan Desa.
8. Pemerintahan Desa adalah penyelengaraan purusan pemerintahan oleh
pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkam asal- usul dan adt-
istiadat setempat yangdiakui dan dihormati dalam Sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
9. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD. Adalah lembaga
yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelengaraan pemerintahan
desa sebagai unsur penyelengara pemerintah desa.
10. Peraturan Desa adalah Peraturan perundang – undangan yang dibuat bersama
antara Badan Permusayawaratan Desa dan Kepala Desa.
11. Keputusan Kepala Desa adalah keputusan yangh dibuat oleh Kepala Desa ;
12. Musyawarah Desa adalah musyawarah yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa
dan dihadiri oleh BPD dan perwakilan lapisan masyarakat desa untuk
menentukan kebijakan desa dan merupakan kekuasaan tertinggi dalam
menentukan kebijakan dalam pengelolaan BUM Desa yang dipimpin langsung
oleh Kepala Desa;
13. Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disingkat BUM Desa adalah Suatu
Badan Perekonomian Desa yang dibentuk dan dimiliki oleh Pemerintah Desa,
dikelola secara ekonomis mandiri dan profesional dengan modal keseluruhan
atau sebagian besar merupakan kekayaan Desa yang dipisahkan dan ditetapkan
dalam Peraturan Desa ;
14. Anggaran pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disingkat APBDes,
adalah rencana keuangan tahunan pemerintah desa yang dibahas dan disetujui
bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD yang ditetapkan dengan Peraturan Desa
15. Penasihat BUM Desa adalah kepengurusan organisasi pengelola BUM Desa
dijabat secara ex officio oleh Kepala Desa yang bersangkutan yang bertugas
memberikan nasihat kepada Pelaksana Operasional dalam
melaksanakan pengelolaan BUM Desa, memberikan saran dan pendapat
mengenai masalah yang dianggap
penting bagi pengelolaan BUM Desa, mengendalikan pelaksanaan kegiatan
pengelolaan BUM Desa
16. Pelaksana Operasional BUM Desa adalah kepengurusan organisasi pengelola
BUM Desa yang mempunyai tugas dan tanggungjawab mengurus dan
mengelola BUM Desa sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga.
17. Pengawas BUM Desa adalah kepengurusan organisasi pengelola BUM Desa yang
mewakili kepentingan masyarakat dan mertugas melakukan pengawasan terhadap
pengelolaan BUM Desa
18. Masyarakat adalah masyarakat yang menjadi penduduk di wilayah desa
Banjarejo
19. Kelompok adalah sekumpulan orang atau masyarakat yang melakukan kegiatan
tertentu yang tidak melanggar ketentuan social maupun hukum yang berlaku.
20. Unit Usaha BUM Desa adalah kegiatan Usaha BUM Desa yang dibentuk oleh
BUM Desa, bersifat tetap yang berfungsi dan bertanggungjawab dibidang
pengelolaan dan pengembangan usaha yang dimiliki BUM Desa
21. Domisili adalah tempat atau lokasi domisili dimana Kelompok melakukan
aktifitasnya secara rutin.
BAB III
DASAR DASAR PENGELOLAAN DAN ATURAN POKOK BUM DESA
Pasal 5

1. Upaya pelestarian dan pengembangan BUM Desa yaitu dengan membuat aturan
dan prosedur pengelolaan. Pembuatan aturan dan prosedur pengelolaan
tersebut perlu memperhatikan beberapa hal yang menjadi dasar-dasar
pengelolaan BUM Desa
2. Salah satu strategi kebijakan membangun Indonesia dari pinggiran melalui
pengembangan usaha ekonomi Desa yang bersifat kolektif.
3. Salah satu strategi kebijakan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia di Desa.
4. BUM Desa sebagai salah satu bentuk kemandirian ekonomi Desa dengan
menggerakkan unit-unit usaha yang strategis bagi usaha ekonomi kolektif Desa.

Pasal 6
BUM Desa dan Tradisi Berdesa
Konsepsi Tradisi Berdesa merupakan salah satu gagasan fundamental yang
mengiringi pendirian BUM Desa. Tradisi Berdesa sejajar dengan kekayaan modal
sosial dan modal politik serta berpengaruh terhadap daya tahan dan keberlanjutan
BUM Desa. Inti gagasan dari Tradisi Berdesa dalam pendirian BUM Desa adalah:

1. BUM Desa membutuhkan modal sosial (kerja sama, solidaritas, kepercayaan,


dan sejenisnya) untuk pengembangan usaha yang menjangkau jejaring sosial
yang lebih inklusif dan lebih luas.
2. BUM Desa berkembang dalam politik inklusif melalui praksis Musyawarah
Desa sebagai forum tertinggi untuk pengembangan usaha ekonomi Desa yang
digerakkan oleh BUM Desa.
3. BUM Desa merupakan salah satu bentuk usaha ekonomi Desa yang bersifat
kolektif antara pemerintah Desa dan masyarakat Desa. Usaha ekonomi Desa
kolektif yang dilakukan oleh BUM Desa mengandung unsur bisnis sosial dan
bisnis ekonomi.
4. BUM Desa merupakan badan usaha yang dimandatkan oleh UU Desa sebagai
upaya menampung seluruh kegiatan di bidang ekonomi dan/atau pelayanan
umum yang dikelola oleh Desa dan/atau kerja sama antar-Desa.
5. BUM Desa menjadi arena pembelajaran bagi warga Desa dalam menempa
kapasitas manajerial, kewirausahaan, tata kelola Desa yang baik,
kepemimpinan, kepercayaan dan aksi kolektif.
6. BUM Desa melakukan transformasi terhadap program yang diinisiasi oleh
pemerintah (government driven; proyek pemerintah) menjadi “milik Desa”.
Pasal 7
Fungi dan Kedudukan BUM Desa

1. Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) adalah Badan usaha yang ada di desa
yang di bentuk oleh Pemerintahan Desa Bersama Masyarakat Desa. Maksud
dari pembentukan BUM Desa sebagaimana dalam Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan transmigrasi No. 4 Tahun 2015
Tentang Pendirian, pengurusan dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan
Usaha Milik Desa Pasal 2 ”Pendirian Bum Desa dimaksudkan sebagai upaya
menampung seluruh kegiatan di bidang ekonomi dan/atau pelayanan
umum yang dikelola oleh Desa dan/atau kerjasama antar desa.
2. Pendirian BUM Desa harus diawali sebagai pola untuk memperkuat
ekonomi rakyat desa. Embrio ekonomi desa harus terlebih dahulu
teridentifikasi secara jelas. Identifikasi sangat diperlukan jangan sampai
setelah berdiri BUM Desa tidak ada kegiatan apapun didalamnya dan saat
ini yang terjadi pada sebagaian BUM Desa
3. BUM Desa sebagai instrumen untuk menggerakkan ekonomi masyarakat
belum sepenuhnya menjadi pemahaman di kalangan pegiatan ekonomi lokal
dan rakyat desa. Akhirnya BUM Desa seharusnya menjadi modal awal
gerakan sosial dari pertarungan ”ekonomi” belum tercapai secara maksimal.
Kesadaran masyarakat desa untuk memahami posisi mereka dalam rangka
merebut desa menjadi sentral ekonomi belum menjadi sebuah tujuan
4. BUM Desa bukan semata-mata harus ada didesa tetapi bagaimana BUM
Desa dijadikan sebuah gerakan sosial untuk menggerakkan ekonomi rakyat
Desa.
5. BUM Desa sebagai instrumen untuk menggerakkan ekonomi masyarakat desa
6. BUM Desa sebagai wadah untuk mengorganisir rakyat desa untuk
meningkatkan semangat mereka dalam memperkuat dan mengembangkan
ekonomi
7. BUM Desa dapat dijadikan sarana sharing bagi kelompok-kelompok
masyarakat desa untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk
sekaligus membahas stratategi pengembangan pemasarannya
8. BUM Desa adalah sebuah pusat bagi masyarakat apabila ada permasalaha
terhadap usaha yang sedang mereka jalani
9. BUM Desa hadir sebagai wadah untuk mengorganisir rakyat desa untuk
meningkatkan semangat mereka dalam memperkuat dan mengembangkan
ekonomi.
10.BUM Desa dapat dijadikan sarana sharing bagi kelompok-kelompok
masyarakat desa untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk
sekaligus membahas stratategi pengembangan pemasarannya. Jadi BUM
Desa lambat laun akan menjadi sebuah centre bagi mereka apabila ada
permasalahan terhadap usaha yang sedang mereka jalani

Pasal 8
Prinsip Prinsip BUM Desa

BUM Desa merupakan sebuah badan yang didirikan oleh masyarakat desa dengan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. BUM Desa bersifat terbuka, semua warga masyarakat desa bisa
mengakses semua kegiatannya.
2. BUM Desa adalah bersifat sosial (social interpreunership), tidak semata-
mata mencari keuntungan
3. BUM Desa harus dikelola oleh pihak-pihak yang independen. Pengelola
tidak boleh dari unsur pemerintahan desa BUM Desa tidak boleh
mengambil alih kegiatan masyarakat desa yang sudah jalan tetapi
bagaimana BUM Desa mengkonsolidasikan dalam meningkatkan kualitas
usaha mereka.
4. Partisipatif; Selalu melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan
dan pelestarian kegiatan.

5. Transparansi dan Akuntabilitas; pengelolaan kegiatan dan keuangan dapat


dilaksanakan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara
moral, teknis, legal, maupun administratife, serta Realisasi kegiatan dan
penggunaan dana dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan atau
pihak terkait.

6. Kesetaraan Gender; Perempuan memiliki hak dan kesempatan yang sama


dengan laki-laki dalam kegiatan pengelolaan BUM Desa.

7. Otonomi; memiliki hak dan kewenangan mengatur diri secara mandiri dan
bertanggung jawab, tanpa intervensi negatif dari luar

8. Demokratis. Pengertian prinsip demokratis adalah setiap keputusan yang


menyangkut kepentingan dan aurgensitas pengelolaan dan pengembangan
BUM desa di ambil secara musyarawah dan mufakat

9. Prioritas. Pengertian prinsip prioritas adalah memilih kegiatan yang


diutamakan dengan mempertimbangkan kemendesakan dan kemanfaatan
untuk Pngembangan dan pelestarian BUM Desa,

10.Keberlanjutan. dalam setiap pengambilan keputusan, mulai dari tahap


perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan kegiatan harus
telah mempertimbangkan sistem keberlanjutan dan pelestarian BUM desa dan
hendaknya hasil dan manfaat kegiatan yang dilaksanakan dapat senantiasa
dilestarikan dan berkembang sampai waktu yang tak terbatas
Pasal 9
Tujuan BUM Desa

Sebagaimana dalam Permendesa PDTT No. 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,


Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Pasal 3
Pendirian BUM Desa dan peraturan desa pendirian BUM Desa bertujuan:
1. Meningkatkan perekonomian desa;
2. Mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa;
3. Meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi Desa;
4. Mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan
pihak ketiga;
5. Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan
layanan umum warga;
6. Membuka lapangan kerja;
7. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan
umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa; dan
8. Meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli Desa.

BAB IV
PERMODALAN BUM DESA
PASAL 10

1. Modal awal BUM Desa bersumber dari APB Desa.


2. Modal BUM Desa terdiri atas:
a. penyertaan modal Desa; dan
b. penyertaan modal masyarakat Desa.
3. Kekayaan BUM Desa yang bersumber dari penyertaan Modal Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan kekayaan Desa yang
dipisahkan.
4. Penyertaan modal Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
berasal dari APB Desa.
5. Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota dapat memberikan bantuan kepada BUM Desa yang
disalurkan melalui APB Desa.

Pasal 11

1. Penyertaan modal Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf
a terdiri atas:
a. dana segar yang salurkan melalui mekanisme APB Desa
a. hibah dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan dan/atau
lembaga donor yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa;
b. bantuan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa;
c. kerjasama usaha dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi
kemasyarakatan dan/atau lembaga donor yang dipastikan sebagai
kekayaan kolektif Desa dan disalurkan melalui mekanisme APB Desa;
d. aset Desa yang diserahkan kepada BUM Desa melalui mekanisme APB
Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang aset
desa.
2. Penyertaan modal masyarakat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (2) huruf b berasal dari tabungan masyarakat dan/atau simpanan
masyarakat desa.
Pasal 12

Masyarakat Desa dapat berperan dalam kepemilikan BUM Desa melalui


penyertaan modal masyarakat Desa paling banyak 40% (empat puluh perseratus).

klasifikasi saham / penyertaan modal


Pasal 13

1. Penyertaan modal masyarakat desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 12


disalurkan pada unit usaha BUM Desa
2. Kepemilikan setiap warga masyarakat desa atas penyertaan modal unit usaha
desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 paling banyak sebesar 20% (dua puluh
persen)
3. Penyertaan modal masyarakat desa sebagaimana dimaksud ayat 2 bisa
berbentuk saham jika unit usaha BUM Desa berbadan Hukum seperti Perseroan
Terbatas (PT)
4. Hak dan kewajiban pemegang saham sebagaimana dimaksud ayat 2 di
perhitungkan secara proporsional sesuai dengan klasifikasi saham.
5. Klasifikasi saham sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 antara lain :
a. saham dengan hak suara atau tanpa hak suara;
b. saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota Direksi dan/atau
anggota Dewan Komisaris;
c. saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau ditukar
dengan klasifikasi saham lain;
d. saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen
lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian dividen
secara kumulatif atau nonkumulatif;
e. saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima lebih
dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan
Perseroan dalam likuidasi.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai permodalan, klasifikasi saham, dan mekanisme
perhitungan keuntungan akan di atur di Standart Perencanaan keuangan Bum
Desa

BAB V
KELEMBAGAAN BUM DESA
Pasal 14

1. BUM Desa merupakan salah satu lembaga Desa yang mawadahi kegiatan-
kegiatan bidang ekonomi. Sebagai sebuah lembaga maka BUM Desa harus
mempunyai struktur organisasi, aturan organisasi dan rencana kerja kegiatan.
Sebagaimana dalam Permendesa PDTT No. 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Pasal
9 Organisasi pengelola BUM Desa terpisah dari organisasi Pemerintahan Desa,

2. Pengelola BUM Desa tidak boleh dari unsur pemerintahan Desa, Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dan Lembaga Pembangunan Masyarakat Desa.
Hal ini untuk menghindari adanya kepentingan dengan memanfaatkan jabatan
dalam pemerintahan desa. Kecuali untuk jabatan penasehat ex officio akan
dijabat oleh Kepala Desa.

3. Pengelola BUM Desa harus netral dan profesional dalam bekerja. Tidak boleh
ada intervensi dari pihak manapun yang berkaitan dengan pengelolaan
keuangan. Pengelola BUM Desa harus transparan dan
mempertanggungjawabkan kepada pemerintahan desa dan masyarakat desa
apa yang telah dikerjakan.

4. Susunan kepengurusan organisasi pengelola BUMDesa terdiri dari:


1. Penasihat ; dijabat secara ex officio oleh Kepala Desa
2. Pelaksana Operasional ; berasal dari anggota masyarakat yang memenuhi
persyaratan dan dipilih melalui musyawarah Desa
3. Pengawas ; mewakili kepentingan masyarakat Desa yang dipilih melalui
musyawarah Desa

Penasehat BUM Desa


Pasal 15

1. BUM Desa didirikan atas keputusan Musdes dan Pemerintah Desa sebagai
penyadang modal awal pendirian BUM Desa
2. Semua Unit Usaha milik BUM Desa pada dasarnya adalah milik masyarakat
yang diwakili oleh Pemerintah Desa
3. Pemerintah desa sebagai pemilik BUM Desa dalam struktur organisasi
berkedudukan sebagai Penasehat dan pembina yang sekaligus memberikan
pengawasan atas jalannya organisasi BUM Desa maupun jalannya usaha yang
dikelola BUM Desa
4. Penasehat BUM Desa secara ex-officio dijabat oleh Kepala Desa

Tugas Pokok dam Fungsi Penasehat BUM Desa


Pasal 16

1. Sebagai Top leader Kelembagaan BUM Desa


2. memberikan nasihat, pembinaan, dan pengawasan kepada Pelaksana
Operasional dalam
melaksanakan pengelolaan BUM Desa;
3. memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dianggap
penting bagi pengelolaan BUM Desa; dan
4. mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pengelolaan BUM Desa.
5. Sebagai Penasehat, dan penjamin atas dilaksanakannya semua keputusan
Musdes terkait pengelolaan BUM Desa
6. Sebagai Penasehat dan penjamin terlaksananya Rencana Kerja BUM Desa
sesuai ketetapan Musdes

Kewenangan Penasehat BUM Desa


Pasal 17

1. Penasehat BUM Desa bertindak untuk dan atas nama Penasehat BUM Desa.
2. Memberikan arah kebijakan, masukan, nasehat dan pertimbangan  -
pertimbangan dalam suatu ide dan program  dalam pengembangan organisasi
sesuai dengan AD/ ART dan Visi Misi organisasi.
3. Sebagai penampung aspirasi didalam usaha – usaha pengembangan organisasi
sesuai dengan AD /ART  dan Visi Misi organisasi
4. Meminta dan menerima laporan keuangan maupun administrasi kegiatan BUM
Desa dari Direksi BUM Desa dan atau Pengelola Unit Usaha secara periodik
minimal 1 bulan sekali
5. Memberikan Penasehatan terhadap semua pengurus Kelembagaan BUM Desa
yang terdiri dari Badan Pengawas, Direksi, dan Pengelola Unit Usaha
6. Memberikan peringatan dan teguran sesuai kebutuhan dalam upaya
pengawalan dan pelaksanaan target kerja yang telah ditetapkan musyawarah
desa
7. Memanggil dan meminta keterangan dari semua pengurus Kelembagaan BUM
Desa untuk mendapatkan data dan keterangan yang diperlukan atas
pengaduan atau permasalahan yang ada sebelum dibahas pada forum Musdes
8. Menonaktifkan sementara pengurus BUM Desa sesuai bukti dan fakta yang ada
9. Mengusulkan diadakannya Musdes Khusus untuk membahas permasalahan
yang memerlukan ketetapan Musdes

Direksi Bum Desa


Pasal 18

1. Direksi BUM Desa, terdiri dari :


a. Direktur/Ketua/Kepala BUM Desa
b. sekretaris,
c. Bendahara,
d. (Dapat ditambah staf sesuai kebutuhan)
2. Personil Direksi BUM Desa diatur sebagai berikut :
a. Personil Direksi BUM Desa adalah masyarakat diwilayah desa Banjarejo yang
memiliki kemampuan memadai dibidang Organisasi dan Hubungan antar
pihak
b. Personil Direksi BUM Desa memiliki waktu yang memadai untuk dapat
bekerja penuh waktu dan tidak mengganggu jam kerja Profesi utama yang
bersangkutan
c. Personil Direksi BUM Desa bukan berasal dari Perangkat penyelenggara
pemerintahan desa ( anggota BPD , Perangkat Pemerintah Desa, Lembaga
Kemasyarakatan Desa )
d. Personil Direksi Desa mengerti seluk beluk mengatur perusahaan dan hal-
hal yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan

Pasal 19
Tugas Umum Direksi Bum Desa

1. Menjalankan amanah keputusan Musyawarah Desa terkait kesepakatan untuk


menjalankan pengelolaan Bum Desa Banjar Arta.
2. Menjalankan BUM Desa dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar hidup
masyarakat desa terkait kegiatan Unit-unit Usaha
3. Mengembangkan BUM Desa agar mampu memberikan masukan PAD dan
mengembangkannya untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat desa
4. Bertanggung jawab penuh atas kelangsungan hidup BUM Desa yang dikelola
baik resiko keuangan maupun pengadaan inventaris
5. Sebagai penjamin terlaksananya Rencana Kerja BUM Desa sesuai ketetapan
Musdes
6. Bertanggungjawab atas Seluruh Pengelolaan Kegiatan dan keuangan BUM
Desa.
7. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan administrasi dan pelaporan seluruh
transaksi kegiatan BUM Desa.
8. Melakukan sosialisasi dan penegakan prinsip-prinsip program Kegiatan BUM
Desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian aset
9. Melakukan administrasi dan pelaporan setiap transaksi baik keuangan ataupun
non-keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan program.
10.Membuat perencanaan keuangan (anggaran) dan rencana kerja sesuai dengan
kepentingan program yang disampaikan pada Penasehat BUM Desa.
11.Membuat pertanggung jawaban keuangan dan realisasi rencana kerja pada
Penasehat BUM Desa sesuai dengan kebutuhan.
12.Menyiapkan dukungan teknis bagi terbentuknya kerja sama dengan pihak
luar/pihak lain dalam kaitannya dengan pengembangan potensi BUM Desa.
13.Membantu pengembangan kapasitas pelaku program melalui pelatihan,
bimbingan lapangan, dan pendampingan dalam setiap program kegiatan BUM
Desa
14.Melakukan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan BUM
Desa, perkembangan program kegiatan dan informasi lainnya melalui papan
informasi dan menyampaikan secara langsung kepada Penasehat BUM Desa.
15.Melakukan penyelesaian permasalahan-permasalahan yang menyangkut
perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian aset BUM Desa.
16.Melakukan sosialisasi program Kegiatan BUM Desa dan Membantu sosialisasi
program Desa.
17.Melakukan pembinaan administrasi Unit- unit Usaha BUM Desa.
18.Melakukan Pengawasan dan Pengendalian Kegiatan-kegiatan di setiap Unit
Usaha BUM Desa
19.Melakukan Monitoring dan Evaluasi Kerja Unit-Unit Usaha Bum Desa.
20.Melakukan Supervisi Unit-Unit Usaha BUM Desa.
21.Meningkatkan Kapasitas Unit Usaha BUM Desa.

Pasal 20
Tugas Khusus Direksi Bum Desa

1. Bertanggung jawab terhadap seluruh pengelolaan dana BUM Desa dan BOP
BUM Desa.

2. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan administrasi dan pelaporan seluruh


transaksi kegiatan BUM Desa dan Operasional BUM Desa.

3. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan dana bergulir BUM Desa (jika ada).

4. Melakukan pembinaan terhadap Unit-unit Usaha BUM Desa.

5. Melakukan sosialisasi dan penegakan prinsip-prinsip program Kegiatan BUM


Desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian aset.

6. Melakukan administrasi dan pelaporan setiap transaksi baik keuangan ataupun


non-keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan program.
7. Membuat perencanaan keuangan (anggaran) dan rencana kerja sesuai dengan
kepentingan program yang disampaikan pada Penasuhat BUM Desa.

8. Membuat pertanggung jawaban keuangan dan realisasi rencana kerja pada


Penasehat BUM Desa sesuai dengan kebutuhan. Bahan laporan pertanggung
jawaban disampaikan satu minggu sebelum pelaksanaan.

9. Melakukan bimbingan teknis dan pemeriksaan secara langsung administrasi


dan pelaporan Unit-unit Usaha BUM desa.

10.Membuat draft aturan perguliran yang sesuai dengan prinsip dan mekanisme
yang ada untuk disahkan oleh Musdes dan menegakkan dalam pelaksanaan
dengan tujuan pelestarian dana bergulir.

11.Menyiapkan dukungan teknis bagi terbentuknya kerja sama dengan pihak


luar/pihak lain dalam kaitannya dengan pengembangan potensi wilayah.

12.Melakukan penguatan Unit usaha dalam kelembagaan, pengelolaan keuangan,


pengelolaan pinjaman, dan memfasilitasi pengembangan unit usaha.

13.Membantu pengembangan kapasitas pelaku program melalui pelatihan,


bimbingan lapangan, dan pendampingan dalam setiap program kegiatan BUM
Desa

14.Mendorong transparansi dalam pengelolaan keuangan, pengelolaan pinjaman,


perkembangan program dan informasi lainnya melalui papan informasi dan
menyampaikan secara langsung kepada pihak yang berkompeten.

15.Melakukan (bersama pelaku lain) penyelesaian permasalahan-permasalahan


yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian aset kegiatan
BUM Desa

Pasal 21
Kewenangan Direksi Bum Desa

1. Memanggil pengurus kelembagaan unit usaha BUM Desa yang dibentuk oleh
BUM Desa dalam rangka meminta klarifikasi atas kebenaran pengaduan atau
temuan pelanggaran
2. Melaporakan hasil investigasi kepada Penasehat BUMDesa setelah mendapatkan
2 alat bukti yang menyakinkan atas penyalahgunaan dan atau penyelewengan
yang dilaporkan oleh Badan Pengawas
3. Mengusulkan diadakannya Musyawarah Desa Khusus untuk menyelesaikan
permasalahan.
Pasal 22
Hak Direksi Bum Desa

1. Mendapatkan informasi secara periodik atas hasil kegiatan yang dilakukan oleh
lembaga yang dibentuk BUM Desa (Badan Pengawas & Pengelola Unit Usaha)
2. Mendapatkan pelatihan peningkatan kapasitas
3. Mendapat honor/Insentif atas pelaksanaan tugas dengan bukti kerja laporan
Desa dan pertanggung jawaban keuangan BUM Desa
4. Menggunakan fasilitas dan inventaris dalam kaitan pelaksanaan kerja BUM Desa
5. Mendapatkan pembinaan dari steak holder yang berwenang terhadap pembinaan
BUM Desa, baik dari birokrasi resmi pemerintah maupun dari
konsultan/petugas yang mendapatkan pelaksanaan Koodinasi, Penasehatan,
pengawasan, pelaksanaan Renja BUM
6. perintah untuk melakukan pembinaan dan pendampingan BUM Desa
7. Mendapatkan pendanaan untuk mendukung kegiatan Direksi BUM Desa sesuai
dengan ketentuan pendanaan BUM Desa
8. Apabila Unit Usaha BUM Desa belum memperoleh surplus yang memadai, maka
pendanaan dapat diambilkan dari APBDes

Pasal 23
Masa Tugas Direksi Bum Desa

1. Masa tugas personil direksi BUM Desa adalah hingga yang bersangkutan telah
mancapai usia 60 tahun
2. Personil Direksi BUM Desa bisa berhenti karena :
a. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri
b. Meninggal dunia
c. Tidak mematuhi AD/ART BUM Desa
d. Melanggar Kode Etik
3. Penggantian personil direksi BUM Desa diputuskan di forum Musyawarah Desa
4. Kode Etik Personil Direksi BUM Desa sebagaimana dimaksud ayat 2 huruf d
adalah sebagai berikut :
a. Tidak boleh menerima imbalan, hadiah atau komisi dari pihak lain dengan
tujuan demi kepentingan pribadi atau golongan/kelompok tertentu
b. Tidak boleh meninggalkan kewajiban pelaksanaan Tupoksi Personil Direksi
BUM Desa tanpa alasan yang dibenarkan
c. Tidak boleh memalsukan bukti transaksi keuangan
d. Tidak boleh memanipulasi data-data laporan keuangan.
e. Tidak boleh menyalahgunakan wewenang /jabatan demi kepentingan pribadi
atau keuntungan pribadi.
f. Tidak boleh melanggar norma susila
g. Personil Direksi BUM Desa menggunakan uang perusahaan untuk
kepentingan pribadi.
h. Personil Direksi BUM Desa meminjam uang perusahaan dengan
mengatasnamakan orang lain maupun nasabah fiktif.
i. Personil Direksi BUM Desa meminjam uang dari unit usaha Bum Desa
dalam bentuk apapun.
j. Personil Direksi BUM Desa menerima uang transport, hadiah/gratifikasi,
kompensasi pencairan atau lainya dari masyarakat desa yang terkait dengan
pekerjaan.
k. Personil Direksi BUM Desa melakukan pemalsuan dokumen/administrasi
apapun yang berhubungan dengan kelembagaan.
l. Personil Direksi BUM Desa memiliki pekerjaan di
instansi/lembaga/perusahaan manapun (merangkap pekerjaan lain).
m.Menjadi Pengurus PARPOL

Pengelola Unit Usaha Bum Desa


Pasal 24

1. Unit Usaha dibentuk oleh BUM Desa, bersifat tetap yang berfungsi dan
bertanggungjawab dibidang pengelolaan dan pengembangan usaha yang
dimiliki BUM Desa
2. Tugas Pokok dan Tanggung Jawab Pengelola Unit Usaha BUM Desa adalah
sebagai berikut :
a. Melaksanakan tugas-tugas pengelolaan unit usaha yang dimandatkan oleh
Musyawarah Desa
b. Melaksanakan pengelolaan Unit Usaha agar senantiasa berjalan dengan
baik dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai tujuan
didirikannya unit usaha
c. Membuat rencana kerja dan target pendapatan Unit Usaha yang
dikelolanya berdasarkan potensi yang dimiliki
d. Melaksanakan pengelolaan keuangan unit usaha agar efisien dan berdaya
guna serta menghasilkan keuntungan bagi pengambangan unit usaha dan
pendapatan asli desa
e. Membuat laporan perkembangan kegiatan dalam bentuk laporan bulanan
yang ditujukan kepada Penasehat BUM Desa secara periodik sebulan sekali
f. Membuat laporan pertanggungjawaban hasil pengelolaan kegiatan kepada
Masyarakat melalui Musyawarah Desa sedikitnya sekali dalam setahun
g. Mengembangkan unit usaha dalam upaya pencapaian Visi, Misi, dan
Tujuan BUM Desa
3. Ketentuan Kepengurusan Unit Usaha BUM Desa :
a. Pengelola Unit Usaha bukan merupakan personil penyelenggara
pemerintahan desa (anggota BPD , perangkat pemerintah desa atau
lembaga kemasyarakatan desa)
b. Pengelola Unit Usaha diangkat dan diberhentikan oleh Musyawarah Desa
sesuai ketentuan.
4. Persyaratan Menjadi Pengurus Uint Usaha BUM Desa, sebagai berikut :
a. Merupakan warga Desa Banjarejo dan berdomisili di wilayah Desa
Banjarejo dibuktikan dengan KTP dan KK serta Alamat Domisili tempat
tinggal
b. Berpendidikan minimal SLTA atau sederajat.
c. Usia maksimal pada saat seleksi adalah 20 tahun.
d. Berkelakuan baik.
e. Bukan perangkat desa, unsur BPD, lembaga kemasyarakatan desa.
5. Sanksi Bagi Pengelola Unit Usaha dapat berupa :
a. Sanksi pemberhentian.
b. Sanksi lain yang bertujuan untuk Penasehatan, pembelajaran dan
peningkatan kinerja.
6. Penerapan sanksi pemberhentian bagi Pengelola Unit Usaha, dalam masa
jabatannya sebagai Pengelola Unit Usaha, apabila :
a. Mencalonkan diri sebagai perangkat desa dan anggota legeslatif
b. Mangkir bekerja (tidak menjalankan Tupoksinya) selama 15 hari berturut-
turut
c. Menyalahgunakan / menyelewengkan dana-dana yang dikelola
d. Terlibat dalam tindak pidana
e. Membuat laporan fiktif untuk kepentingan pribadi atau
kelompok/golongan tertentu yang dapat merugikan masyarakat
f. Mengundurkan diri
g. Melanggar kode etik Pengelola Unit Usaha
7. Kode Etik Personil Pengelola Unit Usaha :
a. Tidak boleh menerima imbalan, hadiah atau komisi dari pihak lain berupa
apapun dengan tujuan untuk memperkaya diri sendiri atau kelompok
tertentu
b. Tidak boleh memalsukan bukti transaksi keuangan.
c. Tidak boleh memanipulasi data-data laporan keuangan.
d. Tidak boleh menyalahgunakan wewenang /jabatan demi kepentingan
Pribadi atau keuntungan pribadi.
e. Tidak boleh menyalahgunakan uang yang dikelola Unit Usaha untuk
kepentingan pribadi.
f. Tidak bekerja secara professional sesuai dengan jabatannya.
g. Tidak boleh terlibat dalam tindak pidana
h. Tidak boleh melanggar norma susila yang berlaku di masyarakat
i. Menjadi pengurus parpol
8. Bentuk sanksi lain selain pemberhentian sebagai Pengelola Unit Usaha,
antara lain :
a. Permohonan maaf pada masyarakat melalui Musyawarah Desa.
b. Reposisi jabatan.
c. Penundaan kenaikan gaji dan tunjangan.
d. Penonaktifan sementara selama satu bulan tanpa gaji dan tunjangan
e. Pemotongan gaji dan tunjangan
f. Penetapan bentuk sanksi ini akan disesuaikan dengan tingkat
pelanggaran yang dilakukan
9. Pengelola Unit Usaha dapat ditetapkan kembali pada Forum Musyawarah
Desa Pertanggung jawaban BUM Desa, jika :
a. Sepanjang laporan pertanggung jawaban Kinerja Unit Usaha BUM Desa
dapat diterima oleh Peserta Musyawarah Desa dan bersedia memenuhi
semua catatan yang diberikan oleh peserta Musyawarah Desa
b. Bersedia menjalankan ketetapan Musyawarah Desa atas penilaian Kinerja
Pengelola Unit Usaha beserta sanksi yang diberikan
2. Masa Tugas Pengurus Unit Usaha BUM Desa akan berakhir sampai yang
bersangkutan mencapai usia 60 tahun
3. Hak Pengelola Unit Usaha BUM Desa, antara lain :
a. Menerima Insentife secara langsung setiap bulan atas pelaksanaan
Tupoksinya yang besarnya sesuai keputusan musyawarah desa dengan
dibuktikan dengan laporan pelaksanaan kerja yang disampaikan kepada
Penasehat BUM Desa
b. Menerima Bonus tahunan atas prestasi kerja yang telah dicapai yang
besarnya sesuai keputusan musyawarah desa
c. Menggunakan inventaris Unit Usaha BUM Desa dalam menjalankan
Tupoksinya
d. Mendapatkan pendampingan dan bantuan hukum atas perkara yang
dihadapi Unit Usahanya dengan pihak lain, sesuai keputusan
musyawarah desa
e. Mengajukan usulan biaya operasional Unit Usaha untuk didanai dari
Rencana Pendapatan dan belanja BUM Desa dan atau dari anggaran
APBDes

Badan Pengawas
Pasal 25

1. Untuk memeriksa pertanggungjawaban dan pengelolaan kegiatan dari seluruh


kelembagaan BUM Desa maka dibentuk Badan Pengawas
2. Pemeriksaan dalam rangka pengawasan sedikitnya dilakukan satu kali dalam
satu bulan untuk seluruh Kelembagaan BUM Desa (Direksi dan unit-unit usaha)
3. Pemeriksaan dilakukan secara administratif dikantor dan selanjutnya dilakukan
cros cek dengan kondisi riil hasil kegiatan dilapangan
4. Hasil pemeriksaan dilaporkan kepada Penasehat BUM Desa secara periodik
setiap bulan dan dilaporkan secara Kolektif minimal 1 (satu) tahun sekali kepada
masyarakat pada forum Musyawarah desa pertanggung jawaban BUM Desa
5. Masa Tugas Badan Pengawas adalah 3 tahun dan sesudahnya dapat dipilih
kembali hingga ............... kali Periode
6. Badan Pengawas dapat melakukan pengawasan dan pemeriksaan Rencana Kerja
seluruh lembaga BUM Desa (Direksi BUM Desa dan Unit Usaha BUM Desa) dan
Audit Keuangan seluruh lembaga BUM Desa (Direksi BUM Desa dan Unit Usaha
BUM Desa)
7. Jam Kerja Badan Pengawas tentatif disesuaikan dengan kebutuhan Tugas dan
Tanggung jawabnya
8. Biaya atas pelaksanaan Tupoksi Badan Pengawas dibebankan dari Rencana
Anggaran dan Biaya Direksi BUM Desa
9. Personil Badan Pengawas diatur sebagai berikut :
e. Anggota BP sedikitnya terdiri dari 4 orang.
f. Anggota BP adalah masyarakat diwilayah Desa Banjarejo yang memiliki
kemampuan memadai dibidang pengawasan pengelolaan administrasi
keuangan dan administrasi kinerja.
g. Anggota BP bukan merupakan personil penyelenggara pemerintahan desa
(Anggota BPD, lembaga kemasyarakatan desa atau perangkat pemerintah
desa) untuk menjaga obyektifikasi dan indepensi
h. Susunan pengurus BP dipilih dari dan oleh anggota BP sendiri.
10. Tugas Pokok dan Tanggung jawab (Tupoksi) Badan Pengawas, sebagai berikut :
a. Melakukan pemeriksaan dan evaluasi transaksi, bukti transaksi, dokumen-
dokumen, pelaksanaan administrasi dan pelaporan pengelolaan keuangan
seluruh lembaga BUM Desa (Direksi BUM Desa dan Unit Usaha BUM Desa).
b. Melakukan pengawasan ketaatan dan kepatuhan pengurus lembaga BUM
Desa terhadap semua Ketetapan Musyawarah Desa BUM Desa
c. Memantau pelaksanaan tugas dan tanggungjawab pengurus Kelembagaan
BUM Desa
d. Memantau realisasi anggaran dan rencana kerja Kelembagaan BUM Desa
e. Memberikan masukan, peringatan dan mengusulkan diadakannya
Musyawarah Desa Khusus apabila terjadi pelanggaran dan penyelewengan
f. Menampung pengaduan dari masyarakat.
11. Hak Badan Pengawas :
a. Menggunakan fasilitas dan inventaris yang dimiliki BUM Desa dan unit
usaha BUM Desa terkait dengan tugas pemeriksaan/audit.
b. Mendapatkan pelatihan
c. Memperoleh informasi tentang permasalahan yang ada di BUM Desa
d. Dalam menjalankan Tupoksinya Badan Pengawas berhak mendapatkan
Insentif dengan bukti kerja laporan hasil pemeriksanaan audit administratif
dan Supervisi lapangan
12. Kode Etik Badan Pengawas :
a. Dalam melaksanakan Tupoksinya BP harus bersikap Independen dan
obyektif.
b. Tidak boleh menerima Suap dalam melaksanakan Tupoksinya yang dapat
berakibat pada hasil pemeriksaan yang tidak Independen dan Obyektif.
c. Tidak boleh menerima imbalan, hadiah atau komisi dari pihak lain dengan
tujuan demi kepentingan pribadi atau golongan/kelompok tertentu
d. Tidak boleh meninggalkan kewajiban pelaksanaan Tupoksi Pengawas BUM
Desa tanpa alasan yang dibenarkan
e. Tidak boleh memanipulasi data-data laporan keuangan.
f. Tidak boleh menyalahgunakan wewenang /jabatan demi kepentingan pribadi
atau keuntungan pribadi.
g. Tidak boleh melanggar norma susila
h. Personil Pengawas BUM Desa menggunakan uang perusahaan untuk
kepentingan pribadi.
i. Personil Pengawas BUM Desa menerima uang transport, hadiah/gratifikasi,
kompensasi pencairan atau lainya dari masyarakat desa yang terkait dengan
pekerjaan.
j. Personil pengawas BUM Desa melakukan pemalsuan dokumen/administrasi
apapun yang berhubungan dengan kelembagaan.
k. Menjadi Pengurus PARPOL

13. Badan Pengawas dapat diberhentikan dengan ketentuan :


b. Atas permintaan sendiri dengan mengajukan surat pengunduran diri
c. Meninggal dunia
d. Telah selesai masa bhaktinya
e. tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik sehingga menghambat
perkembangan kinerja BUM Desa
f. Melanggar Kode Etik Badan Pengawas
g. Bertindak tidak obyektif karena condong pada kepentingan pribadi atau
kolompok sehingga merugika kepentingan masyarakat
h. Merongrong kewibawaan Direksi BUM Desa dengan membuat laporan palsu
yang berakibat terganggunya organisasi BUM Desa
i. Tidak menjalankan Tupoksinya selama 2 bulan berturut-turut tanpa alasan
yang dapat dibenarkan
j. Mencalonkan diri sebagai perangkat desa dan anggota legeslatif
k. Menyalahgunakan wewenang dan jabatan untuk kepentingan pribadi atau
kelompok
l. Terlibat dalam tindak pidana dan telah mempunyai ketetapan hukum
m. Melanggar norma susila yang berlaku dimasyarakat

Pengawasan Eksternal
Pasal 26

Bila diperlukan Direksi BUM Desa dapat bekerjasama dengan institusi/lembaga


pemeriksa /Auditor Independen lain untuk melakukan pemeriksaan/Audit seluruh
lembaga bentukan BUM Desa.

Alokasi Hasil Usaha BUM Desa


Pasal 27

Hasil usaha BUM Desa yang merupakan alokasi PADesa dapat dimanfaatkan untuk:
a. Pengembangan usaha,
b. Penyelenggaraan pemerintah, pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan,
dan pemberdayaan masyarakat, bantuan untuk masyarakat miskin melalui
hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir, lain-lain sesuai dengan situasi,
kondisi, dan kebutuhan desa yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa.
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan PADesa dari laba hasil
usaha BUM Desa diatur dengan Peraturan Desa.

Pasal 28

(1) Hasil usaha BUM Desa merupakan pendapatan yang diperoleh dari hasil
transaksi dikurangi dengan pengeluaran biaya dan kewajiban pada pihak
lain termasuk biaya operasional dan cadangan resiko, serta penyusutan atas
barang-barang inventaris dalam 1 (satu) tahun buku.
(2) Hasil usaha Bum desa sekurang-kurangnya di alokasikan untuk :
a. pendapatan asli desa (PADesa), maksimal 30 %
b. penambahan Modal, Sekurang-kurangnya 50 %
c. Operasional Penasihat, Maksimal 5 %
d. insentif Pelaksana Operasional, maksimal dua kali gaji pelaksana
operasional, dan atau maksimal 5 % (dipilih yang paling sedikit)
e. operasional Pengawas, maksimal 5 %
f. peningkatan kapasitas kelembagaan/pendidikan dan pelatihan
kepengurusan organisasi BUM Desa, maksimal 5 %
(2) besaran Alokasi hasil usaha BUM desa di bahas dan ditetapkan melalui
mekanisme Musyawarah Desa
(3) Pembagian hasil usaha BUM Desa ditetapkan berdasarkan ketentuan yang
diatur dalam AD/ART BUM Desa/SOP BUM Desa.
(4) Alokasi pembagian hasil usaha sebagaimana dimaksud dapat dikelola melalui
sistem akuntansi sederhana.

Biaya Operasional BUM Desa


Pasal 29

1. Biaya operasional adalah sejumlah anggaran yang digunakan untuk dapat


menjalankan roda usaha BUM Desa
2. Biaya operasional terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Biaya Tetap, adalah biaya yang dikeluarkan setiap bulan nilainya tetap tidak
berubah, diantaranya adalah:
2) Nilai penyusutan Inventaris
3) Nilai penyusutan biaya dibayar dimuka
4) Biaya perawatan inventaris
5) Dan lain-lain (sesuai analisa keuangan secara umum)
b. Biaya tidak tetap, adalah biaya yang dikeluarkan berdasarkan kebutuhan
operasional, diantaranya :
1) Honor atau insentife pengelola BUM Desa
2) Biaya produksi
3) Pajak
4) Dan biaya lainnya (sesuai analisa keuangan secara umum)
2. Biaya operasional dapat diambil dari dari alokasi APBDesa, atau dari Alokasi
hasil usaha BUM Desa setelah Tutup buku akhir tahun, atau rencana
pendapatan tahun berjalan yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan
dan perkembangan Usaha BUM Desa
3. Jumlah besaran alokasi biaya operasional BUM Desa maksimal 40 % (empat
puluh persen) dari proyeksi pendapatan tahun berjalan

Target pendapatan dan Rencana Anggaran Biaya


Pasal 30

1. Target pendapatan dibuat berdasarkan proyeksi pendapatan atau asumsi


pendapatan berdasarkan pangsa pasar yang ada dan Kemampuan produksi yang
bisa dicapai secara realistis dari SDA dan SDM yang dimiliki
2. Rencana anggaran biaya adalah target pengeluaran yang diperlukan untuk
menjalankan roda usaha termasuk didalamnya biaya Produksi dan biaya
operasional
3. Rencana anggaran biaya diprioritaskan untuk biaya minimal agar roda usaha
dapat berjalan dengan baik
4. Target pendapatan dan rencana anggaran biaya disusun untuk satu tahun
anggaran
Pasal 31
Recana Kerja dan Jam Kerja

1. Pelaksana Operasional BUM Desa harus mempunyai rencana kerja.

2. Cuti melahirkan maksimal 3 bulan bisa diambil didepan atau dibelakang.

3. Cuti tahunan 12 hari, bagi pelaksana operasional yang minimal masa kerjanya
sudah satu tahun, termasuk hari raya dan tidak boleh bersamaan .

4. Ijin tidak masuk harus membuat surat tertulis ditujukan ke direktur BUM Desa
mengetahui Penasehat

5. Senin s/d Sabtu, masuk jam 08.00 s/d 17.00 WIB dan sesuai kebutuhan
masyarakat (jika setiap hari unit usaha buka maka disesuaikan dengan jam dan
hari kerja, setiap personil diberikan hari libur satu hari selama seminggu)

6. Jika ada kerja di luar jam dan hari kerja di perhitungkan lembur

Pasal 33

Evaluasi Kinerja Pelaksana Operasional BUM Desa

1. Evaluasi kinerja Pelaksana operasional BUM Desa dilakukan oleh Penasehat


BUM Desa dan Pengawas BUM Desa.

2. Hasil evaluasi kinerja disampaikan ke masyarakat melalui forum musyawarah


desa.

3. Hasil evaluasi Kinerja sebagai dasar pertimbangan forum untuk memutuskan


laporan pertanggungjawaban pelaksana operasional BUM Desa diterima, ditolak
atau diterima dengan catatan, dan evaluasi ini dilakukan setiap akhir tahun.

4. Jika Pengawas BUM Desa menemukan adanya pelanggaran prosedur maupun


kode etik oleh pelaksana operasional maka prosedur yang ditempuh, yaitu :

a. Pelaksana operasional BUM Desa diberi hak klarifikasi hasil temuan


pengawas BUM Desa kepada penasehat BUM Desa dan Pengawas BUM Desa.

b. Pengawas BUM Desa akan memberikan rekomendasi terhadap hasil temuan


dan klarifikasi pelaksana operasional kepada forum musyawarah desa.

c. Rekomendasi dari pengawas BUM Desa dipakai sebagai bahan pertimbangan


forum musyawarah desa untuk mengambil keputusan.

d. Pelaksana operasional BUM Desa yang terbukti melakukan pelanggaran


prosedur maupun kode etik maka wajib mengundurkan diri atau dilakukan
PHK.
e. Pelaksana operasional BUM Desa yang mengundurkan diri atau PHK
diwajibkan mengadakan serah terima pekerjaan ke Penasehat BUM Desa

Pasal 34
Kategori Pelanggaran Kode Etik

1. Pelaksana operasional BUM Desa menggunakan uang BUM Desa untuk


kepentingan pribadi.

2. Pelaksana operasional BUM Desa meminjam uang dikelompok atau nasabah


dengan mengatasnamakan orang lain maupun kelompok fiktif (untuk yang
memiliki unit usaha simpan pinjam keuangan/lembaga keuangan )

3. Pelaksana operasional BUM Desa menerima uang transport, hadiah/gratifikasi,


kompensasi pencairan atau lainya dari kelompok dan masyarakat desa yang
terindikasi bermasalah.

4. Pelaksana operasional BUM Desa melakukan pemalsuan dokumen/administrasi


apapun yang berhubungan dengan usaha BUM Desa dan kelembagaan BUM
Desa.

5. Pelaksana operasional BUM Desa memiliki pekerjaan di


instansi/lembaga/perusahaan manapun (merangkap pekerjaan lain).

6. Menjadi Pengurus PARPOL.

Pasal 35

Kategori Pelanggaran Prosedur

1. Pelaksana operasional BUM Desa tidak masuk selama 3 hari berturut – turut
tanpa seijin Direktur BUM Desa atau Penasehat BUM Desa

2. Pelaksana operasional BUM Desa tidak melaksanakan tugasnya sesuai dengan


tupoksinya

3. Pelaksana operasional BUM Desa mencairkan dana tidak sesuai keputusan


musyawarah Desa

4. Pelaksana operasional BUM Desa dalam menjalankan tugasnya mengabaikan


aturan yang ada.
Pasal 36

Kategori Kinerja Rendah

1. Pelaksana operasional BUM Desa tidak mampu merealisasikan target yang telah
direncanakan dan ditetapkan.

2. Realisasi minimal bagi BUM Desa adalah sekurang – kurangnya 80 % dari target
yang telah direncanakan dan ditetapkan.

3. Jika realisasi target kurang dari 80 %, maka Pelaksana operasional BUM Desa
dapat dikenai sangsi :

1. Tidak Berhak Menerima Bonus Tahunan

2. Tidak mendapatkan Hak Kenaikan Gaji pada tahun berjalan.

3. Diberhentikan jika Pelaksana operasional memiliki kolekbilitas V diatas 10 %


dari asset produktif dan stagnant selama 5 bulan berturut-turut (untuk yang
memiliki unit usaha simpan pinjam keuangan/lembaga keuangan )

BAB VII
RAPAT
Pasal 37

Pelaksanaan rapat dalam rangka pengelolaan Badan Usaha Milik Desa meliputi :
a. Rapat Insidentil : Pertemuan yang dilakukan oleh seluruh kepengurusan
maupun tiap-tiap kepengurusan untuk membahas pengelolaan Badan Usaha
Milik Desa sesuai dengan kebutuhan.
b. Rapat Berkala : Pertemuan yang dilakukan oleh seluruh kepengurusan maupun
tiap-tiap kepengurusan untuk membahas Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa
pada tiap-tiap bulan, semester maupun tahun;
c. Rapat Pertanggungjawaban : Pertemuan yang dilakukan oleh seluruh
kepengurusan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas
pengelolaan Badan Usaha Milik Desa pada akhir masa jabatan yang disampaikan
kepada Penasehat. Dan penasehat menyampaikan kepada BPD melalui
Musyawarah Desa Pertanggungjawaban BUM Desa

BAB VIII
Pengelolaan Pengaduan Dan Masalah
Pasal 38

(1) Pengelolaan pengaduan dan masalah (PPM) merupakan bagian dari tindak
lanjut hasil kegiatan pemantauan, pengawasan dan pemeriksaan.
(2) Setiap pengaduan dan masalah yang muncul dari masyarakat atau pihak
manapun yang berkompeten melakukan pemantauan, pengawasan, dan
pemeriksaan harus segera ditanggapi secara serius dan proposional serta cepat.
(3) Munculnya pengaduan terhadap pelaksanaan kegiatan merupakan wujud
pengawasan oleh masyarakat.
(4) Pengaduan terhadap pelaksanaan Operasional BUM Desa dapat dilakukan
melalui:
a. Surat/berita langsung/SMS/email kepada Pelaksana operasional,
Penasehat, pengawas, dan atau Pihak terkait
b. Surat/berita langsung/SMS/email kepada aparat pemerintahan yang
terkait, seperti pemerintah Desa, Pemerintah kecamatan, dan atau SKPD
Terkait
c. Pemantau kegiatan operasional BUM Desa, termasuk wartawan dan LSM.
(5) Dalam menangani setiap pengaduan dan permasalahan dilakukan
berdasarkan prinsip-prinsip :
a. Rahasia. Iidentitas yang melaporkan (pelapor) pengaduan harus dirahasiakan.
b. Berjenjang, Semua pengaduan ditangani pertama kali oleh Pelaksana
Operasional BUM Desa setempat. Jadi bila permasalahan muncul di tingkat
desa, maka pertama kali yang bertanggung jawab untuk menanganinya
adalah masyarakat desa tersebut difasilitasi oleh pemrintah kecamatan,
Pendamping Desa, pendamping lokal, Kader Desa, Kepala Desa, pelaksana
Operasional BUM Desa. Pelaku di jenjang atasnya memantau
perkembangan penanganan, Bila pelaku di tempat tidak berhasil menangani
pengaduan, maka pelaku di jenjang atasnya memberi rekomendasi
penyelesaian atau bahkan turut memfasilitasi proses penyelesaiannya.
c. Transparan dan Partisipatif. Sejauh mungkin masyarakat harus diberitahu
dan dilibatkan dalam proses penanganan pengaduan terhadap masalah yang
ada di wilayahnya dengan difasilitasi oleh fasilitator. Sebagai
pelaku utama pelaksanaan program masyarakat harus disadarkan untuk
selalu mengendalikan jalannya kegiatan.
d. Proporsional. Penanganan sesuai dengan cakupan kasusnya. Jika
kasusnya hanya berkaitan dengan prosedur, maka penanganannya pun
harus pada tingkatan prosedur saja. Jika permasalahannya berkaitan
dengan prosedur dan pengaduan dana, maka masalah atau kasus yang
ditangani tidak hanya masalah prosedur atau penyalahgunaan dana saja.
e. Objektif. Sedapat mungkin dalam penanganan pengaduan, ditangani
secara objektif. Artinya pengaduan-pengaduan yang muncul harus selalu
diuji kebenarannya, melalui mekanisme uji silang. Sehingga tindakan yang
dilakukan sesuai dengan data yang sebenarnya. Tindakan yang dilakukan
bukan berdasarkan pemihakan salah satu pihak, melainkan pemihakan pada
prosedur yang seharusnya.
f. Akuntabilitas. Proses kegiatan pengelolaan pengaduan dan masalah
serta tindak lanjutnya harus dapat dipertanggungjawabkan pada
masyarakat sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku.
g. Kemudahan. Setiap anggota masyarakat terutama kelompok perempuan
dan laki-laki,harus mudah untuk menyampaikan
pengaduan/masalah. Pengadu/pelapor dapat menyampaikan pengaduan ke
jenjang yang paling mudah dijangkau dengan menggunakan media/saluran
pengaduan yang telah dibangun oleh program dan/atau yang telah ada di
lingkungannya.
h. Cepat dan akurat. Setiap pengaduan dan permasalahan
perlu ditangani/ditanggapi secara cepat dengan menggunakan informasi
yang akurat. Untuk itu penanganan pengaduan dan masalah
diupayakan penyelesaiannya pada tingkat yang terdekat.

BAB IX
Pembinaan, Pengendalian, Pengawasan, Monitoring Dan Evaluasi
Pembinaan
Pasal 39

(1) Penasehat melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi serta pelatihan


teknis terhadap manajemen BUM Desa.
(2) Dalam melaksanakan pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelatihan teknis
pengelolaan manajemen BUMDes penasehat dapat melimpahkan tugas-tugas
tersebut kepada aparutur desa yang terkait.
(3) Pembinaan BUMDesa dapat dilakukan melalui Model Pendampingan Program
yang kredibel dan mempunyai pengalaman di bidang Pemberdayaan Masyarakat
(4) Pendampingan sebagaimana dimaksud ayat (3) dilaksanakan untuk
memfasilitasi pengelolaan BUMDesa sehingga dapat berjalan secara optimal
sesuai dengan mekanisme, sistem dan prosedur yang ada.
(5) Fasilitasi pendampingan secara operasional dilakukan oleh Tenaga Pendamping
BUM Desa yang berkedudukan di masing-masing Kecamatan dan Desa.

Pengendalian
Pasal 40

1. Pengendalian BUM Desa merupakan kegiatan yang diarahkan demi memastikan


pelaksanaan program BUM Desa berjalan sesuai dengan prinsip dan mekanisme
yang telah ditetapkan.
2. Pengendalian program penting demi menjaga mutu proses dan hasil kegiatan
secara optimal.
3. Bentuk kegiatan Pengendalian Program meliputi :
a. Pelaporan
b. pengawasan publik,
4. pelaporan sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf a merupakan proses
penyampaian data dan/atau informasi mengenai kemajuan pelaksanaan
kegiatan, beserta berbagai masalah yang dihadapi.
5. Pelaporan BUM Desa bertujuan untuk mengetahui perkembangan proses
pelaksanaan program BUM Desa mulai tahap sosialisai, perencanaan,
pelaksanaan sampai pada tahap pertanggungjawaban dan pelestarian.
6. Laporan dilakukan secara berkala dan berjenjang oleh pengelola BUM Desa
(desa/kelurahan), pendamping kecamatan sampai pengelola kabupaten.
7. Jenis laporan sebagaimana dimaksud ayat (6) antara lain meliputi :
a. Laporan Bulanan merupakan progres report perkembangan pelaksanaan
kegiatan BUM Desa yang dilaporkan setiap bulan selambat-lambatnya tanggal
10 bulan berikutnya.
b. Laporan Berkala merupakan laporan pengelolaan program yang
menggambarkan perkembangan aktivitas kegiatan BUM Desa mulai kegiatan
Sosialisasi sampai dengan Pertanggungjawaban
7. Jalur Pelaporan antara lain meliputi:
a. Jalur Struktural merupakan pelaporan oleh pengelola BUM Desa mulai dari
pengelola BUM Desa di Desa kepada kecamatan dan DPMPD kabupaten
b. Jalur Fungsional merupkan pelaporan yang dilakukan melalui jalur kegiatan
pendampingan mulai dari Pengelola BUM Desa kepada Pendamping local
desa dan pendamping kecamatan kepada pendamping Ahli Kabupaten yang
mengangani bidang BUM Desa, pendamping ahli BUMDesa kepada DPMPD
kabupaten.
c. Dalam pelaporan melalui jalur fungsional terdapat kewajiban Laporan
Bulanan, yang berisi laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan (Progress
Report).

Pengawasan
Pasal 41

(1) BPD dan/atau pengawas internal yang dibentuk melalui musyawarah desa
melakukan pengawasan terhadap pengelolaan BUM Desa.
(2) BPD bersama Kepala Desa dapat meminta auditor independen untuk
melakukan audit terhadap pelaksanaan dan pengelolaan BUM Desa yang
dilaksanakan secara berkala setiap masa jabatan kepengurusan dan/atau
pada saat yang diperlukan.
(3) Pengawasan publik adalah pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat baik
secara langsung maupun tidak langsung terhadap proses pelaksanaan BUMDesa
di Desa.
(4) Pengawasan publik sebagaiman dimaksud ayat (4) bertujuan untuk memastikan
seluruh proses pelaksanaan kegiatan di desa/kelurahan berjalan sesuai dengan
aturan main serta ketentuan yang telah disepktai bersama
(5) Untuk menumbuhkan proses pengawasan publik agar dapat berjalan dengan
baik, maka pengelola program di desa/kelurahan perlu memberikan informasi
yang seluas-luasnya kepada masyarakat berkaitan dengan perkembangan
pelaksanaan kegiatan BUMDesa melalui:
a. Papan informasi kegiatan dan keuangan BUMDesa
b. Forum-forum pertemuan yang dilakukan di desa/kelurahan merupakan
sarana efektif dalam penyampaian laporan dan evaluasi
(6) Pengawasan fungsional merupakan pengawasan kepada pengelola BUMDesa yang
dilakukan oleh aparat pengawasan pemerintah.
(7) Pengawasan fungsional dilakukan dalam waktu-waktu tertentu untuk
memastikan bahwa pengelola BUMDesa telah melaksanakan amanat program
secara partisipatif, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan
(8) Pengawasan fungsional sebagaimana dimaksud ayat (7) bertujuan untuk :
a. melakukan pengawasan terhadap kinerja pengelola program
b. melakukan pengawasan terhadap proses pelaksanaan kegiatan BUMDesa
c. Meningkatkan kualitas kinerja dan kualitas hasil dari proses pelaksanaan
kegiatan BUMDesa
d. Memastikan bahwa program BUMDesa telah dilaksanakan sesuai dengan
prinsip dan prosedur dalam Peraturan tentang BUMDesa
(9) Pengawasan fungsional dilakukan menurut peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku berkaitan dengan pengawasan program. Proses pengawasan
dilakukan dengan cara:
a. Rapat Kerja ; Panitia pengawas mengundang para pengelola program untuk
diminta keterangan berkaitan dengan pelaksanaan program BUMDesa yang
meliputi:
1) Implementasi pelaksanaan prosedur program
2) Perkembangan kegiatan
3) Perkembangan penggunaan dana
4) Kendala dan masalah yang dihadapi
b. Kunjungan Lapang ; Kunjungan lapangan oleh panitia pengawas untuk
membuktikan kebenaran informasi dan laporan dari para pengelola program

Monitoring dan Evaluasi


Pasal 44

(1) Pemantauan dan evaluasi partisipatif merupakan kegiatan pemantauan dan


evaluasi yang dilakukan oleh masyarakat sendiri untuk membahas proses,
capaian hasil, kendala dan permasalahan yang dihadapi, maupun demi
merumuskan solusi tindakan yang tepat sesuai dengan pandangan dan
kebutuhan mereka sendiri.
(2) Pemantauan dan evaluasi partisipatif dapat dilaksanakan dalam bentuk forum
dialog atau pertemuan informal untuk berbagai pengalaman secara terbuka
berkaitan dengan perkembangan kegiatan, masalah-masalah yang dihadapi
selama pelaksanaan kegiatan maupun pemecahannya
(3) Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan untuk: (i) mengetahui kemajuan
perkembangan BUM Desa, (ii)menilai kesesuaian pelaksanaan program BUMDesa
dengan prinsip dan mekanisme yang telah ditetapkan, dan (iii)
mendokumentasikan berbagai kegiatan sebagai bahan penyusunan tindakan
perbaikan
(4) Pemantauan dan evaluasi partisipatif oleh masyarakat desa/kelurahan
dilaksanakan pada setiap tahap kegiatan, mulai dari (i) Sosialisasi, (ii)
pembentukan dan pendirian BUM Desa (iii) Pelaksanaan kegiatan usaha BUM
Desa dan (iv) Musdes pertanggungjawaban maupun pelestarian
(5) Hasil pemantauan dan evaluasi partisipatif berupa rekomendasi perbaikan
maupun pengembangan alternatif kegiatan baru sebagai kelanjutan
program,dapat langsung dimanfaatkan dan diterapkan
(6) Kegiatan pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan secara partisipatif oleh
masyarakat desa/kelurahan maupun dilaksanakan oleh pengelola di kabupaten
(7) Langkah Pemantauan dan Evaluasi Partisipatif :
a. Persiapan meliputi: (i) penetapan tema kegiatan yang akan dibahas, (ii) kapan
dan dimana dilakukan, (iii) siapa saja yang diperankan, (iv) apa hasil optimal
yang diinginkan dari pembahasan
b. Pelaksanaan meliputi: (i) pengumpulan bahan dan informasi, (iii) pendalaman
informasi yang diperoleh melalui dialog maupun uji silang antar pendapat
dan pandangan, (iii) merumuskan dan menyepakati rencana tindakan
c. Kategori rencana tindakan antara lain meliputi: (i) kegiatan apa yang harus
dilakukan untuk mempertahankan dan mengembangkan kemajuan yang
sudah dicapai, (ii) kegiatan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi
masalah dan atau kendala yang dihadapi
d. Agar rencana tindakan memperoleh dukungan masyarakat luas, maka harus
segera disebarluaskan, terutama kepada pihak-pihak yang memiliki kaitan
atau berkepentingan.

BAB X
Pembiayaan
Pasal 45

1. Segala pembiayaan yang dikeluarkan dalam rangka pembinaan, pengendalian,


pengawasan, monitoring dan evaluasi BUM Desa yang dilaksanakan oleh kepala
desa selaku penasehat bersumber dari Biaya operasional BUM Desa atau Biaya
operasional penasehat
2. Segala pembiayaan yang dikeluarkan dalam rangka monitoring dan evaluasi
partisipatif BUM Desa yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dibebankan
pada APBDesa
3. Segala pembiayaan yang timbul dalam rangka pendirian BUM Desa oleh
Pemerintah Desa dibebankan pada Anggaran dan Pendapatan Belanja Desa
(APBDesa).

Pelaporan pelaksana Operasional BUM Desa

Pasal 46

1. Pelaksana operasional BUM Desa setiap bulannya wajib membuat laporan


minimal rangkap 4 (empat) untuk dikirim ke Pemerintah Desa, penasehat BUM
Desa, pengawas BUM Desa, dan arsip BUM Desa.

2. Laporan harus menggambarkan kegiatan selama satu bulan penuh meliputi


laporan keuangan dan kegiatan yang telah dilaksanakan serta rencana kegiatan
bulan berikutnya dan laporan ditutup tiap akhir bulan.

3. Pelaksana operasional BUM Desa juga mempunyai kewajiban untuk menyususn


laporan akhir tahun setelah tutup buku akhir tahun, yang menggambarkan
ringkasan kegiatan selama satu tahun meliputi laporan keuangan dan kegiatan
yang telah dilaksanakan serta rencana kegiatan tahun berikutnya dan laporan
ditutup buku akhir tahun.

4. Pelaksana operasional BUM Desa juga mempunyai kewajiban untuk


memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat sebagai bentuk
pengembangan sikap transparan.

Pasal 47

Pelaksanaan Laporan meliputi :


a. Laporan Insidentil : Laporan yang disusun oleh pelaksana operasional
BUM Desa untuk memperoleh data dan informasi
tentang pelaksanaan tugas pada saat dibutuhkan
dalam rangka pengawasandan pengendalian
pengelolaan Badan Usaha Milik Desa;
b. Laporan Bulanan : Laporan rutin yang disusun untuk memperoleh data
dan informasi pelaksanaan tugas secara berkala
tiap-tiap bulan, paling lambat tanggal 10 tiap bulan
berikutnya kepada penasehat tembusannya kepada
pengawas paling lambat tanggal 5 di setiap
bulannya.
c. Laporan Pertanggungjawaban : Laporan yang disusun oleh pelaksana
operasional BUM Desa sebagai bentuk pertanggung-
jawaban atas pelaksanaan tugas pengelolaan Badan
Usaha Milik Desa pada akhir tahun jabatan yang
disampaikan kepada penasehat

Laporan Pertanggung Jawaban Bum Desa


Pasal 49

(1) Pelaksana Operasional melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan BUM Desa


kepada Penasihat yang secara ex-officio dijabat oleh Kepala Desa.
(2) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-
kurangnya memuat tentang:
a. laporan keuangan;
b. neraca rugi laba usaha;
c. perkembangan aset BUM Desa/laporan perubahan modal; dan
d. daftar utang piutang serta hak dan kewajiban BUM Desa kepada pihak
ketiga.
e. Laporan daftar aktiva/ daftar inventaris
f. Laporan kegiatan Bum desa
(3) Untuk mendukung laporan pertanggungjawaban sebagaimana di maksud ayat
(2) pelaksana operasional harus memiliki sekurang-kurangnya :
a. Buku bank umum BUM Desa
b. Buku kas harian umum BUM Desa
c. Buku bank operasional BUM desa
d. Buku kas harian operasional Bum Desa
e. Buku perubahan modal BUM Desa
f. Buku laporan arus kas BUM Desa
g. Buku laporan rugi laba BUM Desa
h. Buku neraca BUM Desa
i. Buku Inventaris/daftar aktiva
j. Buku Daftar Pemilik Modal
k. Buku daftar pembagian hasil usaha
l. Buku daftar utang piutang/daftar Pinjaman BUM Desa
m. Buku penghasilan pengelola
(4) Untuk mendukung laporan pertanggungjawaban sebagaimana di maksud ayat
(2) pelaksana operasional juga harus memiliki administrasi lembaga sekurang-
kurangnya :
a. Buku agenda surat masuk
b. Buku agenda surat keluar
c. Buku tamu
d. Buku daftar pengelola BUM Desa
e. Buku rencana kegiatan
f. Buku laporan kegiatan
(5) Pelaksana operasional setiap bulan harus melakukan tutup buku akhir bulan,
dan tutup buku akhir tahun
(6) Pelaksana operasional wajib melaporkan kegiatan dan keuangan kepada
penasihat setiap bulan dan akhir tahun setelah tutup buku tahunan
(7) Tutup buku tahunan merupakan periodesasi januari sampai dengan Desember
tahun N.
(8) Laporan pertanggungjawaban pelaksana operasional dilaksanakan melalui
musayawarah desa pertanggungjawaban
(9) Proses penyampaian laporan pertanggungjawaban dilakukan 2 kali dalam
setahun pada semester pertama dan setelah dilakukan tutup buku pada tahun
anggaran, dilakukan sebagai berikut :
a. Pelaksana operasional BUM Desa melaporkan pertanggungjawaban
pelaksanaan BUM Desa kepada Kepala Desa.
b. Kepala Desa melaporkan pertanggungjawaban BUM Desa kepada BPD dalam
forum Musyawarah Desa.
c. Penyampaian laporan pertanggungjawaban dilakukan dalam Forum
Musyawarah Desa pertanggungjawaban yang menghadirkan elemen
pemerintah desa, elemen masyarakat serta seluruh kelengkapan organisansi
BUM Desa.
d. Laporan pertanggungjawaban ini antara lain memuat :
1. Laporan kinerja pelaksana operasional selama satu tahun.
2. Kinerja usaha yang menyangkut realisasi kegiatan usaha, upaya
pengembangan, indikator keberhasilan.
3. Laporan Keuangan termasuk rencana pembagian laba usaha.
4. Rencana-rencana pengembangan usaha yang belum terealisasi.
e. Proses pertanggungjawaban dilakukan sebagai upaya untuk evaluasi
tahunan serta pengembangan usaha ke depan.
f. Mekanisme dan tata tertib Musyawarah Desa pertanggungjawaban BUM
Desa ini disesuaikan dengan AD/ART/SOP yang berlaku

Larangan Dan Sanksi


Pasal 50
Daftar Larangan

Pengelolaan BUM Desa dirancang agar memungkinkan keberlanjutan program


menuju kemandirian perekonomian masyarakat desa. Oleh karena itu dalam
pengelolaan BUM Desa agar memperhatikan :
a. Usaha BUM Desa tidak boleh bertentangan dengan ketentuan hukum,
norma agama, maupun norma lain yang berlaku di masyarakat.
b. Usaha BUM Desa tidak boleh memperkerjakan anak- anak di bawah umur.
c. Dana kegiatan tidak boleh dikelola oleh Kepala Desa /Istri/Suami,
perangkat desa /istri/suami, jajaran pengawas istri/suami
d. Kepala Desa, Istri/Suami Kepala Desa dan astir/suami Aparat Pemerintah
Desa, perangkat desa /istri/suami, jajaran pengawas istri/suami, dan
jajaran pelaksana operasional /istri/suami, tidak boleh sebagai penerima
manfaat program (peminjam atau mitra)
e. Pelaksana operasional dilarang merangkap jabatan yang melaksanakan
fungsi pelaksana lembaga Pemerintahan Desa termasuk staff pendukungnya
/ karyawan/tenaga yang di kontrak desa dan Lembaga Kemasyarakatan
Desa
f. Anggota BPD tidak boleh masuk kedalam struktur organisasi kepengurusan
BUM Desa
g. Pelayanan BUMDesa tidak boleh diskriminatif bagi warga masyarakat
h. Masyarakat dari luar desa setempat tidak boleh masuk kedalam struktur
organisasi kepengurusan BUM Desa dan ikut penyertaan modal ke BUM
Desa
i. Pelaksana operasional BUM Desa tidak dibenarkan untuk memangku
jabatan rangkap sebagaimana tersebut dibawah ini :
a. Anggota pengelola perseroan lain, perusahaan swasta, atau jabatan yang
lain yang berhubungan dengan pengelolaan perusahaan lain yang
bersifat mengikat;
b. Pejabat Struktural dan fungsional dan atau lainnya dalam
instansi/Lembaga;Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan atau
Perangkat Desa;
c. Pegawai Negeri Sipil;
d. Pegawai Honorer

Pasal 51

1. Pengurus BUM Desa dapat dikenakan sanksi apabila melanggar larangan dan
tidak menjalankan tugas dan kewajibannya selaku Pengurus BUM Desa.
2. Sanksi terhadap pelaksana operasional BUM Desa akan diberlakukan apabila
pelaksana operasional BUM Desa:
a. Melakukan pelanggaran kode etik
b. Melakukan Penyelewengan Dana;
c. Memberikan pinjaman tanpa prosedur;
d. Menggunakan dana kas tanpa prosedur;
e. Terjadi selisih dana pada kas;
f. Menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan pribadi dan golongan yang
mengakibatkan kerugian BUM Desa;
g. Tidak disiplin dalam tingkat kehadiran harian dan setiap kegiatan yang
dilakukan di tingkat kabupaten,kecamatan dan desa yang berkenaan dengan
kegiatan BUM Desa;
h. Apabila tidak melaporkan pertanggung jawaban kepada kepada
penasehat/kepala Desa;
i. Tidak menjalankan Tugas dan Kewajibannya sebagai Pengurus;
j. Melakukan sesuatu diluar prosedur yang telah diatur BUM Desa;
k. Tidak membuat atau tidak menyampaikan laporan BUM Desa setiap bulan
atau terlambat setiap bulan sesuai dengan laporan berjenjang dan tidak
ditembuskan kepada badan pengawas
3. Bagi Direktur dan Kepala Unit Usaha (Pelaksana Operasional) : Apabila terjadi
pelanggaran terhadap ketentuan diatas maka penasehat dan atau Kepala Desa
dapat memberikan surat teguran/Peringatan kepada yang bersangkutan. Apabila
2 (dua) kali mendapat surat teguran/Peringatan maka yang bersankutan tidak
boleh di angkat atau ditetapkan kembali pada periode berikutnya dan apabila
mendapat surat teguran/Peringatan sebanyak 3 (tiga) kali maka Kepala Desa
wajib memberhentikan yang bersangkutan dan dapat diproses secara hukum
pidana atau perdata.
4. Pelanggaran Sanksi oleh Asiten Direktur dan staf, maka Direktur yang
mengeluarkan surat teguran/Peringatan serta pemberhentian apabila telah
mendapat surat teguran/Peringatan sebanyak 3 (tiga) kali dan dapat diproses
secara hukum pidana atau perdata.
5. Penasehat berhak memberhentikan operasional unit usaha BUM Desa atau BUM
Desa dan memerintahkan dana kas untuk di setor ke rekening BUM Desa dan
menahan Buku Rekening sampai waktu ada penyelesaian.

BAB XI
Kerjasama Dengan Pihak Ketiga
Pasal 52

(1) BUM Desa dapat melakukan kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau
lebih.
(2) Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih dapat dilakukan dalam satu
kecamatan atau antar kecamatan dalam satu Kabupaten.
(3) Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih harus mendapat persetujuan
masing-masing Pemerintah Desa.

Pasal 53

(1) Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih dibuat dalam naskah
perjanjian kerjasama.
(2) Naskah perjanjian kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih paling
sedikit memuat:
a. subyek kerjasama;
a. obyek kerjasama;
b. jangka waktu;
c. hak dan kewajiban;
d. pendanaan;
e. keadaan memaksa;
f. pengalihan aset ; dan
g. penyelesaian perselisihan
(3) Naskah perjanjian kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih ditetapkan oleh
Pelaksana Operasional dari masing-masing BUM Desa yang bekerjasama.

Pasal 54

(1) Kegiatan kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih


dipertanggungjawabkan kepada Desa masing-masing sebagai pemilik BUM Desa.
(2) Dalam hal kegiatan kerjasama antar unit usaha BUM Desa yang berbadan
hukum diatur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan tentang
Perseroan Terbatas dan Lembaga Keuangan Mikro.

Pasal 55

(1) Dalam rangka pengembangan usaha, BUM Desa dapat melakukan kerjasama
dengan Pihak Ketiga dengan prinsip saling menguntungkan atas persetujuan
penasihat.
(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan ketentuan :
a. Apabila kerja sama dimaksud memerlukan jaminan harta benda yang
dimiliki dan atau dikelola BUM Desa, dan atau yang mengakibatkan beban
hutang bagi BUM Desa, maka rencana kerja sama tersebut harus mendapat
persetujuan Penasihat dan Pengawas;
b. Apabila kerjasama dimaksud tidak memerlukan jaminan harta benda yang
dimiliki atau dikelola BUM Desa dan tidak mengakibatkan beban hutang
maka rencana kerjasama tersebut cukup dilaporkan secara tertulis kepada
Penasihat;
c. Kerjasama dimaksud tidak boleh bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan yang berlaku.

Pasal 56

Naskah perjanjian kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih dalam satu
kecamatan atau antar kecamatan dalam satu Kabupaten, disampaikan kepada
kepada Bupati melalui camat paling lambat 14 (empat belas) hari sejak
ditandatangani.
BAB XII
Kepailitan BUM Desa
Pasal 57

Kerugian yang dialami oleh BUM Desa menjadi tanggung jawab pelaksana
operasional BUM Desa

Pasal 58

(1) Kerugian yang dialami BUM Desa menjadi beban BUM Desa.
(2) Dalam hal BUM Desa tidak dapat menutupi kerugian dengan aset dan
kekayaan yang dimilikinya, dinyatakan rugi melalui Musyawarah Desa.
(3) Unit usaha milik BUM Desa yang tidak dapat menutupi kerugian dengan aset
dan kekayaan yang dimilikinya, dinyatakan pailit sesuai dengan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan mengenai kepailitan.

Pasal 59

(1) Kepailitan BUM Desa hanya dapat diajukan oleh Kepala Desa.
(2) Pengajuan kepailitan BUM Desa dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang
diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XIII
Pembubaran Unit Usaha Bum Desa
Pasal 60

(1) Unit Usaha BUM Desa dapat dibubarkan apabila :


a. rugi terus-menerus selama 2 (dua) tahun berturut-turut;
b. perubahan bentuk badan hukum;
c. adanya ketentuan peraturan yang lebih tinggi yang menyatakan Unit
usaha BUM Desa tersebut harus dibubarkan; dan
d. unot usaha BUM Desa dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan.
(2) Pembubaran unit uasaha BUM Desa dilaksanakan setelah mempertimbangkan
penilaian yang dilakukan oleh tim penilai independen.
(3) Pembubaran unit usaha BUM Desa ditetapkan melalui Peraturan Desa dengan
berpedoman pada Peraturan Perundangan-undangan yang berlaku.
(4) Kekayaan desa yang tersisa pada unit usaha BUM Desa yang telah dibubarkan
menjadi hak milik desa dan harus disetor langsung ke Kas Desa.
BAB XIV
PENUTUP
Pasal 61

1. Hal hal yang belum diatur dalam Standart Operasional dan Prosedur ini,
dapat ditetapkan dalam Musyawarah Desa
2. Perubahan dan penambahan isi SOP ini dilakukan apabila :
a. Adanya perubahan atau penambahan aturan dari Pemerintahan Desa,
Pemerintahan Daerah, dan pemerintah.
b. Adanya Perubahan kebijaksanaan mendasar Pemerintahan Desa,
Pemerintahan Daerah, dan pemerintah..
2. SOP ini dinyatakan sah dan berlaku sejak ditetapkan dalam forum
musyawarah desa dan menjadi kekuatan aturan yang mengikat.

Ditetapkan di : ...........................
Pada tanggal : ...........................
PIMPINAN MUSYAWARAH DESA
DESA SEKETI
Ketua Sekretaris

................................... ..........................
Ketua BPD Sekertaris BPD
Mengetahui
Kepala Desa
Desa Seketi

( ...................................... )

Mengetahui Wakil Peserta Musyawarah Desa


N Nama Alamat Tanda Tangan
O

1 ................................. ........................................... .........................

2 ................................. ........................................... .........................

3 ................................. ........................................... .........................

4 ................................. ........................................... .........................


5 ................................. ........................................... .........................

Anda mungkin juga menyukai