Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

A. Masalah Kependudukan Di Indonesia


Di dalam perekonomian suatu negara penduduk berfungsi ganda. Dalam
konteks pasar mereka berada di sisi permintaan dan sisi penawaran. Di sisi permintaan
mereka berdiri sebagai konsumen dan pada sisi penawaran mereka berdiri sebagai
produsen atau sebagai tenaga kerja. Sedangkan dalam konteks pembangunan,
pandangan mengenai penduduk terpecah menjadi dua. Ada yang beranggapan
sebagai penghambat pembangunan dan ada pula yang beranggapan sebagai pemacu
pembangunan.
Penyebaran penduduk yang tidak merata di Indonesia menyebabkan timbul
permasalahan-permasalahan yang kompleks. Mayoritas penduduk Indonesia justru
berada di Pulau Jawa, suatu pulau yang tidak begitu besar, sekitar 7 (tujuh) persen
dari luas wilayah seluruh Indonesia. Sedangkan penduduk dengan jumlah relatif
sedikit justru berada di wilayah yang luasnya seperlima dari luas seluruh Indonesia,
yaitu di pulau Irian Jaya. Sudah tentu Pulau Jawa menjadi pulau dengan kepadatan
penduduk yang tertinggi di Indonesia.
Ketidakmerataan penduduk yang menyebar di wilayah Indonesia perlu
penanganan yang serius dari pemerintah. Berbagai program diselenggarakan
pemerintah untuk mengatasi hal ini. Program keluarga berencana dan transmigrasi
menjadi program penting dalam mengatasi permasalahan ini. Kebijaksanaan ini
menjadi bagian yang penting dan tak terpisahkan dari program-program
pembangunan lainnya.
Karakteristik penduduk di Indonesia sampai saat ini diperkirakan tidak akan
berubah, terutama mengenai 3 (tiga) hal, yaitu :
1. Menurut jenis kelamin. Penduduk berjenis kelamin perempuan masih
tetap lebih banyak daripada penduduk berjenis kelamin laki-laki.
2. Menurut komposisi umur.Dilihat dari komposisi umur, penduduk Indonesia
tergolong berstruktur usia muda. Komposisi usia penduduk ini tentu saja
berdampak serius pada aspek ketenagakerjaan.
3. Menurut taraf pendidikan Taraf pendidikan penduduk Indonesia pada
umumnya masih tergolong rendah. Kondisi ini lebih memprihatinkan bila
kita meninjau bahwa jumlah penduduk yang berpendidikan rendah atau
bahkan yang banyak tidak bersekolah ada di daerah pedesaan. Secara
keseluruhan mayoritas penduduk Indonesia hanya berpendidikan sekolah
dasar.

Pada satu sisi, permasalahan kependudukan berputar pada masalah pokok


demografis, yaitu fertilitas (kelahiran), morbiditas (kesakitan), mortalitas (kematian),
dan mobilitas (kematian). Pada sisi lain, masalah kependudukan bisa melebar ke
berbagai permasalahan sosial ekonomi lain. Ketenagakerjaan dan kemiskinan, sebagai
contoh adalah dua isu yang sangat erat dan sering dianggap sebagai bagian dari
permasalahan kependudukan. Karenanya, tidak mengherankan bila Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merasa ikut bertanggung jawb dengan
maslaah kemiskinan.

B. Pertumbuhan Penduduk di Indonesia


Sifat penduduk dan juga sifat makhluk lain penghuni bumi adalah mengalami
pertumbuhan. Hal yang cukuo menarik bagi manusia, adalah adanya pertumbuhan
yang tinggi atau cepat dibanding dengan makhluk yang lain. Pertumbuhan penduduk
dipengaruhi oleh tiga faktor penting yaitu tingkat kelahiran, tingkat kematian, dan
tingkat perpindahan penduduk.
Pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi sejak masa revolusi Industri.
Revolusi Industri membawa perubahan dalam kehidupan manusia, seperti perubahan
teknologi, ekonomi, sosial dan politik diseluruh dunia. Sebelum zaman ini, dapat
dikatakan sunia tidak mengalami perubahan penduduk. Hal ini disebabkan karena
jumlah kelahiran dan kematian sama-sama tinggi.
Dengan timbulnya revolusi industri penduduk bertambah cepat. Pertambahan
yang cepat ini adalah karena menurunnya angka kematian bagi seluruh dunia. Hal ini
karena majunya bidang kesehatan. Sehingga harapan hidup pada saat bayi dilahirkan
semakin tinggi. Juga adanya kematian yang disebabkan oleh wabah penyakit dapat
ditanggulangi. Selain itu revolusi industri juga membawa teknik-teknik baru dalam
pertanian dan kemudahan dalam bidang angkutan. Sehingga sangat mendukung
kepada pertambahan pembekalan bahan makanan dan kemudahan penyebarannya.
Dari kedua hal tersebut di atas menimbulkan adanya angka kematian yang
menurun dan angkan kelahiran tetap tinggi, akibatnya perrtumbuhan penduduk dunia
juaga mengalami kenaikan.
Salah satu ciri bagi negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia
adalah adanya pertumbuhan penduduk yang cepat. Jumlah penduduk di dunia ini
begitu banyak. Indonesia saja menurut data BPS tahun 2013 memiliki penduduk
dengan jumlah 235 juta jiwa. Pertumbuhan penduduk yang pesat di Indonesia
khususnya dan di seluruh dunia umumnya harus mendapat perhatian penting bagi para
pengambil kebijakan. Kuantitas penduduk yang banyak hendaknya diikuti dengan
tingginya kualitas penduduk. Penduduk yang merupakan sumber daya dalam
pembangunan suatu bangsa harus memberikan sumbangan positif terhadap program
pembangunan yang dilaksanakan pemerintah.

C. Kebijakan Kependudukan dan Ketenagakerjaan Di Indonesia


Perubahan lingkungan kebijakan seperti meluasnya tuntutan pemberdayaan
perempuan, perlindungan HAM, dan otonomi luas membuat kebijakan dan program-
program kependudukan yang ada perlu ditinjau kembali relevansinya.
Suatu kebijakan selalu melibatkan lembaga pemerintah, beisa lebih dari satu,
baik sebagai perumus maupun sebagai agen pelaksana. Masih begitu kuatnya peran
negara dalam berbagai aspek kehidupan menyebabkan masalah kepndudukan seolah-
olah menjadi tanggung jawab dan monopoli lembaga-lembaga negara semata-semata.
Untuk memahami tantangan dan perubahan kebijakan kependudukan yang perlu
direspon oleh pemerintah maka identifikasi masalah sangat penting. Beberapa hal
yang harus diperhatikan oleh pemerintah dalam meninjau kembali kebijakan
kependudukan yang ada.
Pertama, visi dan arah dari pembangunan kependudukan perlu diperjelas.
Sebelum ini, arah kebijkan program-program kependudukan lebih banyak ditujukan
pada target-target kuantitatif dari parameter-parameter demografis seperti penurunan
angka fertilitas dan mortalitas, serta jumlah peserta program transmigrasi. Orientasi
seperti ini sebenarnya merupakan hal wajar dan dipraktekkan diberbagai negara.
Sayangnya, target-target tersebut menjadi sesuatu yang seolah-olah tidak bisa ditawar
dan harus tercapai, apapun jalan yang harus ditempuh. Akhirnya dikalangan pelaksana
program biasanya diikuti dengan pendekatan yang kurang simpatik terhadap
kelompok sasaran. Orientasi pada kualitas, baik dalam implementasi program maupun
hasil yang diharapkan, yaitu kualitas penduduk sudah saatnya menjadi arah kebijakan
dan program yang baru. Kebijakan penurunan mortalitas juga sangat erat dengan
masalah hak asasi warga negara. Pada implementasi, program pemerintah harus
menjamin hak-hak itu dalam bentuk menjamin tersedianya pelayanan kesehatan mulai
dari menyediakan informasi, penanganan masalah-masalah kesehatan, dan pelayanan
pascapenanganan.
Masalah kependudukan tidak akan perlah lepas dari masalah ketenagakerjaan.
Berbagai masalah ketenagakerjaaan muncul seiring bertambahnya jumlah penduduk.
Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang
cukup memprihatinkan ditandai dengan jumlah penganggur dan setengah penganggur
yang besar, pendapatan yang relatif rendah dan kurang merata. Sebaliknya
pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan
sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber
utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal, dan
dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang.
Kondisi pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan
pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan
masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan
sosial dan kriminal; dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang.
Pembangunan bangsa Indonesia ke depan sangat tergantung pada kualitas sumber
daya manusia Indonesia yang sehat fisik dan mental serta mempunyai keterampilan
dan keahlian kerja, sehingga mampu membangun keluarga yang bersangkutan untuk
mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang tetap dan layak, sehingga mampu
memenuhi kebutuhan hidup, kesehatan, dan pendidikan anggota keluarganya.
Masalah-masalah ketenagakerjaan bersifat multidimensi, mempengaruhi, dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor dengan pola hubungan yang kompleks, sehingga
penyelesaiannya menuntut arah kebijakan dan pendekatan yang multidimensi pula.
Masalah ketenagakerjaan yang berskala. Olehnya itu, masalah ketenagakerjaan dan
pengangguran harus diminimalisasi agar tidak berdampak terhadap kemiskinan.
Dalam mengatasi ketenagakerjaan dan pengangguran, dibutuhkan kebijakan-
kebijakan yang mampu menurunkan angka pengangguran dan mengatasi masalah
ketenagakerjaan, diantaranya:
Pertama, dalam pembangunan nasional, kebijakan ekonomi makro yang
bertumpu pada sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter diarahkan pada penciptaan
dan perluasan kesempatan kerja. Guna menumbuh kembangkan usaha mikro dan
usaha kecil yang mandiri perlu keberpihakan kebijakan termasuk akses, pendamping,
pendanaan usaha kecil dan tingkat suku bunga kecil yang mendukung. Program-
program yang terkait dengan kebijakan fiskal dan pemberdayaan UKM meliputi:
a. Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K)
b. Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
c. Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT)
d. Program Pengembangan Kecamatan (PPK)
e. Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE).
Kedua, Sinergisitas kebijakan Pemerintah Pusat dengan kebijakan
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang merupakan satu kesatuan
yang saling mendukung untuk penciptaan dan perluasan kesempatan kerja.
Perhatian lebih besar perlu diberikan kepada jenis-jenis industri manufaktur
yang dapat mendorong pertumbuhan yang ramah tenaga kerja. Industri tersebut
bercirikan tidak terlalu tergantung pada bahan impor (yakni industriindustri yang
berbasis alamiah) atau berorientasi pasar domestik yang dapat memberikan input bagi
industri-industri yang sangat bergantung pada impor. Sekitar 90% industri di
Indonesia diperkirakan termasuk kategori ini, sehingga jelas merupakan lapangan
usaha andalan dalam menyediakan lapangan kerja setelah pertanian. Perlu pula
diperhatikan, bahwa upaya ke arah ini dalam praktiknya menghadapi sejumlah
kendala, mulai dari proses permohonan izin usaha, permohonan kredit bank, hingga
sejumlah retribusi pada tingkat propinsi atau kabupaten/kota.
Sebelum perekonomian mencapai tingkat perkembangan dimana semua
pelaku pasar terlibat dalam kelembagaan perekonomian modern, maka lapangan usaha
informal dapat diandalkan untuk menyerap tenaga kerja. Kekuatan lapangan usaha
informal adalah kemudahan untuk menyerap tenaga kerja dan yang lebih penting di
dalam era globalisasi sekarang ini lapangan usaha informal tidak terkait secara
langsung oleh dampak negatif globalisasi. Dalam era otonomi daerah dewasa ini,
tantangan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam bidang ketenagakerjaan
adalah melakukan analisis situasi, merencanakan, serta memonitor proses
pembangunan yang bertumpu pada ketenagakerjaan. Dalam kaitan ini, sistem
informasi ketenagakerjaan akan sangat membantu sebagai salah satu alat dalam
pengambilan kebijakan.
Untuk menghindari dampak negatif globalisasi tidak harus melalui pasar kerja
secara langsung, tetapi bisa melalui kebijakan tidak langsung seperti pemberian
prioritas terhadap pendidikan, regulasi finansial, dan manejemen ekonomimakro yang
kondusif. Selama perekonomian nasional masih terbatas menyediakan peluang kerja
dalam jumlah besar, maka pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri
masih dianggap strategis. Namun, program ini harus dibarengi dengan kebijakan
menyeluruh dan terpadu untuk memberikan perlindungan kepada mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Muhdar HM, (20015). Potret ketenagakerjaan, pengangguran, dan kemiskinan di Indonesia:


maslah dan soslusi. Jurnal IAIN Gorontalo, 42-66
Widiastutik Anik, (2013). Problematika Ketenagakerjaan di Indonesia. Diktat Universitas
Negeri Yogyakarta.
Sofyan, Iskandar Elvira, Izzati Zakia, (2015). Analisis Kesempatan Kerja dan Produktivitas
Tenaga Kerja Pada Sektor Pertanian di Provinsi Aceh. Jurnal Agrisep Volume (16) No
2.
Fitri, Junaidi , (2016). Pengaruh Pendidikan, Upah dan Kesempatan Kerja Terhadap
Pengangguran Terdidik di Povinsi Jambi. E-journal ekonomi sumberdaya dan
lingkungan, Vol. 5,No 1
Sunartono, (2008). Analisis Peningkatan Kesempatan Kerja Di Indonesia. Jurnal sains dan
Teknologi Indonesia, Vol.10, No. 1 hal. 48-53
Kusumawati Dyah, (2008). Penduduk, Ketenagakerjaan dan Sistem pengupahan. Jurnal
ekonomi dan ilmu sosial.

Anda mungkin juga menyukai