Di dalam perekonomian suatu negara penduduk berfungsi ganda. Dalam konteks pasar mereka berada di sisi permintaan dan sisi penawaran. Di sisi permintaan mereka berdiri sebagai konsumen dan pada sisi penawaran mereka berdiri sebagai produsen atau sebagai tenaga kerja. Sedangkan dalam konteks pembangunan, pandangan mengenai penduduk terpecah menjadi dua. Ada yang beranggapan sebagai penghambat pembangunan dan ada pula yang beranggapan sebagai pemacu pembangunan. Penyebaran penduduk yang tidak merata di Indonesia menyebabkan timbul permasalahan-permasalahan yang kompleks. Mayoritas penduduk Indonesia justru berada di Pulau Jawa, suatu pulau yang tidak begitu besar, sekitar 7 (tujuh) persen dari luas wilayah seluruh Indonesia. Sedangkan penduduk dengan jumlah relatif sedikit justru berada di wilayah yang luasnya seperlima dari luas seluruh Indonesia, yaitu di pulau Irian Jaya. Sudah tentu Pulau Jawa menjadi pulau dengan kepadatan penduduk yang tertinggi di Indonesia. Ketidakmerataan penduduk yang menyebar di wilayah Indonesia perlu penanganan yang serius dari pemerintah. Berbagai program diselenggarakan pemerintah untuk mengatasi hal ini. Program keluarga berencana dan transmigrasi menjadi program penting dalam mengatasi permasalahan ini. Kebijaksanaan ini menjadi bagian yang penting dan tak terpisahkan dari program-program pembangunan lainnya. Karakteristik penduduk di Indonesia sampai saat ini diperkirakan tidak akan berubah, terutama mengenai 3 (tiga) hal, yaitu : 1. Menurut jenis kelamin. Penduduk berjenis kelamin perempuan masih tetap lebih banyak daripada penduduk berjenis kelamin laki-laki. 2. Menurut komposisi umur.Dilihat dari komposisi umur, penduduk Indonesia tergolong berstruktur usia muda. Komposisi usia penduduk ini tentu saja berdampak serius pada aspek ketenagakerjaan. 3. Menurut taraf pendidikan Taraf pendidikan penduduk Indonesia pada umumnya masih tergolong rendah. Kondisi ini lebih memprihatinkan bila kita meninjau bahwa jumlah penduduk yang berpendidikan rendah atau bahkan yang banyak tidak bersekolah ada di daerah pedesaan. Secara keseluruhan mayoritas penduduk Indonesia hanya berpendidikan sekolah dasar.
Pada satu sisi, permasalahan kependudukan berputar pada masalah pokok
demografis, yaitu fertilitas (kelahiran), morbiditas (kesakitan), mortalitas (kematian), dan mobilitas (kematian). Pada sisi lain, masalah kependudukan bisa melebar ke berbagai permasalahan sosial ekonomi lain. Ketenagakerjaan dan kemiskinan, sebagai contoh adalah dua isu yang sangat erat dan sering dianggap sebagai bagian dari permasalahan kependudukan. Karenanya, tidak mengherankan bila Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merasa ikut bertanggung jawb dengan maslaah kemiskinan.
B. Pertumbuhan Penduduk di Indonesia
Sifat penduduk dan juga sifat makhluk lain penghuni bumi adalah mengalami pertumbuhan. Hal yang cukuo menarik bagi manusia, adalah adanya pertumbuhan yang tinggi atau cepat dibanding dengan makhluk yang lain. Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh tiga faktor penting yaitu tingkat kelahiran, tingkat kematian, dan tingkat perpindahan penduduk. Pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi sejak masa revolusi Industri. Revolusi Industri membawa perubahan dalam kehidupan manusia, seperti perubahan teknologi, ekonomi, sosial dan politik diseluruh dunia. Sebelum zaman ini, dapat dikatakan sunia tidak mengalami perubahan penduduk. Hal ini disebabkan karena jumlah kelahiran dan kematian sama-sama tinggi. Dengan timbulnya revolusi industri penduduk bertambah cepat. Pertambahan yang cepat ini adalah karena menurunnya angka kematian bagi seluruh dunia. Hal ini karena majunya bidang kesehatan. Sehingga harapan hidup pada saat bayi dilahirkan semakin tinggi. Juga adanya kematian yang disebabkan oleh wabah penyakit dapat ditanggulangi. Selain itu revolusi industri juga membawa teknik-teknik baru dalam pertanian dan kemudahan dalam bidang angkutan. Sehingga sangat mendukung kepada pertambahan pembekalan bahan makanan dan kemudahan penyebarannya. Dari kedua hal tersebut di atas menimbulkan adanya angka kematian yang menurun dan angkan kelahiran tetap tinggi, akibatnya perrtumbuhan penduduk dunia juaga mengalami kenaikan. Salah satu ciri bagi negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia adalah adanya pertumbuhan penduduk yang cepat. Jumlah penduduk di dunia ini begitu banyak. Indonesia saja menurut data BPS tahun 2013 memiliki penduduk dengan jumlah 235 juta jiwa. Pertumbuhan penduduk yang pesat di Indonesia khususnya dan di seluruh dunia umumnya harus mendapat perhatian penting bagi para pengambil kebijakan. Kuantitas penduduk yang banyak hendaknya diikuti dengan tingginya kualitas penduduk. Penduduk yang merupakan sumber daya dalam pembangunan suatu bangsa harus memberikan sumbangan positif terhadap program pembangunan yang dilaksanakan pemerintah.
C. Kebijakan Kependudukan dan Ketenagakerjaan Di Indonesia
Perubahan lingkungan kebijakan seperti meluasnya tuntutan pemberdayaan perempuan, perlindungan HAM, dan otonomi luas membuat kebijakan dan program- program kependudukan yang ada perlu ditinjau kembali relevansinya. Suatu kebijakan selalu melibatkan lembaga pemerintah, beisa lebih dari satu, baik sebagai perumus maupun sebagai agen pelaksana. Masih begitu kuatnya peran negara dalam berbagai aspek kehidupan menyebabkan masalah kepndudukan seolah- olah menjadi tanggung jawab dan monopoli lembaga-lembaga negara semata-semata. Untuk memahami tantangan dan perubahan kebijakan kependudukan yang perlu direspon oleh pemerintah maka identifikasi masalah sangat penting. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah dalam meninjau kembali kebijakan kependudukan yang ada. Pertama, visi dan arah dari pembangunan kependudukan perlu diperjelas. Sebelum ini, arah kebijkan program-program kependudukan lebih banyak ditujukan pada target-target kuantitatif dari parameter-parameter demografis seperti penurunan angka fertilitas dan mortalitas, serta jumlah peserta program transmigrasi. Orientasi seperti ini sebenarnya merupakan hal wajar dan dipraktekkan diberbagai negara. Sayangnya, target-target tersebut menjadi sesuatu yang seolah-olah tidak bisa ditawar dan harus tercapai, apapun jalan yang harus ditempuh. Akhirnya dikalangan pelaksana program biasanya diikuti dengan pendekatan yang kurang simpatik terhadap kelompok sasaran. Orientasi pada kualitas, baik dalam implementasi program maupun hasil yang diharapkan, yaitu kualitas penduduk sudah saatnya menjadi arah kebijakan dan program yang baru. Kebijakan penurunan mortalitas juga sangat erat dengan masalah hak asasi warga negara. Pada implementasi, program pemerintah harus menjamin hak-hak itu dalam bentuk menjamin tersedianya pelayanan kesehatan mulai dari menyediakan informasi, penanganan masalah-masalah kesehatan, dan pelayanan pascapenanganan. Masalah kependudukan tidak akan perlah lepas dari masalah ketenagakerjaan. Berbagai masalah ketenagakerjaaan muncul seiring bertambahnya jumlah penduduk. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan ditandai dengan jumlah penganggur dan setengah penganggur yang besar, pendapatan yang relatif rendah dan kurang merata. Sebaliknya pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal, dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang. Kondisi pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal; dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang. Pembangunan bangsa Indonesia ke depan sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusia Indonesia yang sehat fisik dan mental serta mempunyai keterampilan dan keahlian kerja, sehingga mampu membangun keluarga yang bersangkutan untuk mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang tetap dan layak, sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup, kesehatan, dan pendidikan anggota keluarganya. Masalah-masalah ketenagakerjaan bersifat multidimensi, mempengaruhi, dan dipengaruhi oleh berbagai faktor dengan pola hubungan yang kompleks, sehingga penyelesaiannya menuntut arah kebijakan dan pendekatan yang multidimensi pula. Masalah ketenagakerjaan yang berskala. Olehnya itu, masalah ketenagakerjaan dan pengangguran harus diminimalisasi agar tidak berdampak terhadap kemiskinan. Dalam mengatasi ketenagakerjaan dan pengangguran, dibutuhkan kebijakan- kebijakan yang mampu menurunkan angka pengangguran dan mengatasi masalah ketenagakerjaan, diantaranya: Pertama, dalam pembangunan nasional, kebijakan ekonomi makro yang bertumpu pada sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter diarahkan pada penciptaan dan perluasan kesempatan kerja. Guna menumbuh kembangkan usaha mikro dan usaha kecil yang mandiri perlu keberpihakan kebijakan termasuk akses, pendamping, pendanaan usaha kecil dan tingkat suku bunga kecil yang mendukung. Program- program yang terkait dengan kebijakan fiskal dan pemberdayaan UKM meliputi: a. Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K) b. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) c. Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) d. Program Pengembangan Kecamatan (PPK) e. Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE). Kedua, Sinergisitas kebijakan Pemerintah Pusat dengan kebijakan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang merupakan satu kesatuan yang saling mendukung untuk penciptaan dan perluasan kesempatan kerja. Perhatian lebih besar perlu diberikan kepada jenis-jenis industri manufaktur yang dapat mendorong pertumbuhan yang ramah tenaga kerja. Industri tersebut bercirikan tidak terlalu tergantung pada bahan impor (yakni industriindustri yang berbasis alamiah) atau berorientasi pasar domestik yang dapat memberikan input bagi industri-industri yang sangat bergantung pada impor. Sekitar 90% industri di Indonesia diperkirakan termasuk kategori ini, sehingga jelas merupakan lapangan usaha andalan dalam menyediakan lapangan kerja setelah pertanian. Perlu pula diperhatikan, bahwa upaya ke arah ini dalam praktiknya menghadapi sejumlah kendala, mulai dari proses permohonan izin usaha, permohonan kredit bank, hingga sejumlah retribusi pada tingkat propinsi atau kabupaten/kota. Sebelum perekonomian mencapai tingkat perkembangan dimana semua pelaku pasar terlibat dalam kelembagaan perekonomian modern, maka lapangan usaha informal dapat diandalkan untuk menyerap tenaga kerja. Kekuatan lapangan usaha informal adalah kemudahan untuk menyerap tenaga kerja dan yang lebih penting di dalam era globalisasi sekarang ini lapangan usaha informal tidak terkait secara langsung oleh dampak negatif globalisasi. Dalam era otonomi daerah dewasa ini, tantangan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam bidang ketenagakerjaan adalah melakukan analisis situasi, merencanakan, serta memonitor proses pembangunan yang bertumpu pada ketenagakerjaan. Dalam kaitan ini, sistem informasi ketenagakerjaan akan sangat membantu sebagai salah satu alat dalam pengambilan kebijakan. Untuk menghindari dampak negatif globalisasi tidak harus melalui pasar kerja secara langsung, tetapi bisa melalui kebijakan tidak langsung seperti pemberian prioritas terhadap pendidikan, regulasi finansial, dan manejemen ekonomimakro yang kondusif. Selama perekonomian nasional masih terbatas menyediakan peluang kerja dalam jumlah besar, maka pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri masih dianggap strategis. Namun, program ini harus dibarengi dengan kebijakan menyeluruh dan terpadu untuk memberikan perlindungan kepada mereka. DAFTAR PUSTAKA
Muhdar HM, (20015). Potret ketenagakerjaan, pengangguran, dan kemiskinan di Indonesia:
maslah dan soslusi. Jurnal IAIN Gorontalo, 42-66 Widiastutik Anik, (2013). Problematika Ketenagakerjaan di Indonesia. Diktat Universitas Negeri Yogyakarta. Sofyan, Iskandar Elvira, Izzati Zakia, (2015). Analisis Kesempatan Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja Pada Sektor Pertanian di Provinsi Aceh. Jurnal Agrisep Volume (16) No 2. Fitri, Junaidi , (2016). Pengaruh Pendidikan, Upah dan Kesempatan Kerja Terhadap Pengangguran Terdidik di Povinsi Jambi. E-journal ekonomi sumberdaya dan lingkungan, Vol. 5,No 1 Sunartono, (2008). Analisis Peningkatan Kesempatan Kerja Di Indonesia. Jurnal sains dan Teknologi Indonesia, Vol.10, No. 1 hal. 48-53 Kusumawati Dyah, (2008). Penduduk, Ketenagakerjaan dan Sistem pengupahan. Jurnal ekonomi dan ilmu sosial.