Anda di halaman 1dari 34

KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr.Wb
Puji dan syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga laporan “Estimasi Sumberdaya
Bahan Galian” ini dapat disusun dengan baik dan lancar. tak lupa saya ucapkan
terimakasih kepada Orang Tua yang telah memberikan dukungan kepada saya
baik dari segi moril maupun materil. Termasuk kepada teman angkatan yang
telah memberikan saran dan ide, semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pengerjaan laporan ini secara langsung maupun tidak langsung untuk
menunjang ilmu pengetahuan khususnya di bidang Pertmabangan. Saya
menyadari bahwa laporan akhir ini masih jauh dari kata sempurna, oleh Karena
itu kritik dan saran sangat membantu agar laporan selanjutnya menjadi lebih
baik.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis serta pembacanya,
terimakasih.
Wassalamua'laikumWr.Wb

Bandung, 08 Mei 2020


Penulis

Willian Wijaya
10070117093
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR………………………………………………………….... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang…………............................................................ 1
1.2 Maksud dan Tujuan................................................................... 1
1.2.1 Maksud............................................................................. 1
1.2.2 Tujuan.............................................................................. 1
BAB II LANDASAN TEORI.................................................................... 2
2.1 Estimasi Sumberdaya Mineral.......................................... 2
2.2 Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan............................ 2
2.3 Langkah Menentukan Estimasi Sumberdaya.................... 4
2.4 Evaluasi dan Pemodelan Cadangan................................. 5
2.5 Metoda Dalam Perhitungan Cadangan............................. 5
2.5.1 Metoda Daerah Pengaruh...................................... 5
2.5.2 Metoda Penampang............................................... 6
2.5.3 Metoda Kontur........................................................ 7
2.5.4 Metoda Block.......................................................... 8

BAB III TUGAS DAN PEMBAHASAN................................................. 6


BAB IV ANALISA.................................................................................. 34
BAB V KESIMPULAN............................................................................35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

3
BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Operasi pengeboran merupakan pekerjaan yang membutuhkanbbiaya besar
atau padat modal, menggunakan teknologi tinggi dan beresiko tinggi. Para personel
yang bekerja pada operasi pengeboran harus mempunyai pengetahuan yang
baik juga tentang keselamatan kerja. Sehingga operasi pengeboran dapat
berjalan lancar, dan kecelakaan kerja dapat dihindari. Isi mata pelajaran ini lebih
dititik beratkan untuk memberikan pengetahuan dasar teknik pengeboran yang
meliputi pengertian Pengeboran dan kegiatan sebelum pengeboran,jenis-jenis
pengeboran, sistem pengeboran putar, sistem penyemenan, dan well completion.
Eksplorasi sendiri dalam penambangan dilakukan setelah prospeksi atau
setelah endapan bahan galian telah ditemukan dengan tujuan untuk mengetahui
contoh bahan galian yang meliputi bentuk, ukuran, letak kedudukan, kualitas
endapan bahan galian serta karakteristik fisik dari endapan bahan galian tersebut.
Adapun metoda yang dilakukan berupa metoda tidak langsung yadng dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti geolistrik, geomagnet, pembebanan dan
lain-lain.

2.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dari dibuatnya laporan ini yaitu memgetahui tentang Teknik
Pengeboran dan metoda pemengeboran
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya laporan ini antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian estimasi sumberdaya mineral dan cadangan

2. Menegtahui metoda estimasi sumberdaya mineral dan cadangan.

1
Mengetahui proses untuk menentukan estimasi sumberdaya mineral dan cadangan

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Air Tanah


Sebelum membahas tentang konstruksi sumur bor lebih lanjut, mari
kita lihat kembali secara singkat kejadian keberadaan air tanah sehingga
diperoleh pemahaman yang menjadikan kita akan sangat berhati-hati dalam
pengambilan air tanah tersebut demi keberlanjutan pemanfaatannya. Yang
dimaksud dengan air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah
atau batuan di bawah permukaan tanah. Keberadaan air tanah tersebut tidak
dapat dilepaskan dari siklus hidrologi sebagaimana terlihat pada Gambar 1.
Sedangkan lapisan batuan jenuh air yang dapatmenyimpan dan meneruskan
air tanah dalam jumlah cukup dan ekonomis disebut sebagai akuifer.
Berdasarkan siklus tersebut terlihat bahwa masukan pada proses tersebut
adalah presipitasi (hujan) yang kemudian terbagi menjadi sejumlah cadangan
melalui serentetan peristiwa yang akhirnya membentuk suatu hasil antara
lain depresi air seperti waduk, penguapan dan peresapan ke dalam tanah.

Sumber : www.tambangunp.blogspot.com

2
Gambar 2.1
Siklus Hidrologi
Hujan yang jatuh, mengalami hambatan oleh adanya vegetasi/
tumbuhan ataupun bangunan dan apabila tidak ada vegetasi/tumbuhan maka
hujan akan jatuh mengenai permukaan tanah secara langsung walaupun
peresapan masih mungkin terjadi karena adanya sampah, kotoran maupun
adanya benda lain di permukaan tanah. Air yang meresap ke dalam tanah
ditahan oleh tanah sebagai cadangan kelembaban tanah dan penambagan
cadangan air tanah, sedangkan cadangan permukaan akan mengalir ke
daerah yang lebih rendah dan sebagian akan meresap kembali ke dalam
tanah selama pengaliran. Di lain pihak air tanah yang mengalir di dalam
batuan (akuifer) dapat keluar kembali menjadi air permukaan sebagai mata
air jika akuifer tersebut terpotong oleh kemiringan topografi permukaan
tanah. Perjalanan air dari masuknya air hujan ke dalam tanah hingga
mencapai lapisan akuifer maupun keluar sebagai mata air membutuhkan
waktu yang sangat bervariasi dari orde bulanan, tahunan, puluhan tahun,
ratusan tahun, bahkan hingga ribuan tahun sebagaimana diperlihatkan pada
Gambar 2

Sumber : www.tambangunp.blogspot.com
Gambar 2.2
Siklus Hidrologi

3
Jumlah cadangan air tanah akan sangat ditentukan oleh kondisi cekungan
airtanahnya, yaitu suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrologeologis,
tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan,
pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung. Dengan demikian potensi
air tanah pada suatu wilayah akan sangat ditentukan

oleh :

 Kondisi curah hujan serta hubungan antara air permukaan dan air tanah
 Kondisi akuifer yang meliputi geometri dan sebarannya, konduktifitas
hidraulik dan litologi pada batas-batas akuifer
 Kondisi daerah imbuhan air tanah, yaitu daerah resapan air yang mampu
menambah air tanah secara alamiah pada cekungan air tanah
 Kondisi daerah repasan air tanah, yaitu daerah keluaran air tanah yang
berlangsung secara alamiah pada cekungan air tanah

Secara umum terdapat dua jenis akuifer, yaitu akuifer bebas dan akuifer
tertekan (Gambar 3). Ekploitasi air tanah pada akuifer bebas biasanya
dilakukan dengan membuat sumur gali ataupun kolam, sedangkan ekploitasi
air tanah pada akuifer tertekan umumnya dilakukan dengan pembuatan
sumur bor dalam. Dalam kenyataan di lapangan, dalam suatu daerah
dijumpai beberapa akuifer tertekan pada berbagai kedalaman yang
dipisahkan oleh lapisan kedap air. Oleh karena itu identifikasi posisi
kedalaman dan ketebalan akuifer-akuifer tersebut menjadi penting untuk
menentukan konstruksi sumurnya.

4
Sumber : www.tambangunp.blogspot.com
Gambar 2.3
Jenis Akuifer
2.3 Pengeboran dan Logging
Pengeboran pada prinsipnya adalah kegiatan untuk mendapatkan
lubang bor hingga mencapai kedalaman akuifer yang menjadi target dengan
diameter tertentu. Secara umum terdapat dua jenis mesin bor, yaitu mesin
bor tumbuk dan mesin bor putar. Pada saat ini mesin bor putar merupakan
pilihan yang digunakan dan pengeboran airtanah. Sebelum kegiatan
pengeboran dilakukan maka terlebih dahulu dilakukan persiapan yang
berupa pembuatan bak pengendap, bak penampung, serta saluran
sirkulasinya. Pemasangan balok landasan mesin, papan untuk saluran
sirkulasi dan lantai dasar mesin. Selanjutnya dilakukan pengesetan mesin
dan pompa serta pendirian menara dan penyediaan lumpur bor.
Secara garis besar pada setiap mesin bor terdiri dari 5 komponen
utama, yaitu : mesin penggerak, sitem-mekanisme bor, pipa/stang bor,
menara dan pompa. Mesin bor yang dewasa ini banyak digunakan adalah
mesin bor putar jenis meja putar dan spindle. Cara kerja mesin bor putar
pada prinsipnya adalah merupakan kombinasi tekanan dan putaran mata bor
atas batuan yang dibarengi dengan penyemprotan lumpur pemboran melalui
lubang-lubang yang terdapat pada mata bor. Lumpur pemboran tersebut
dipompakan dengan tekanan ke dalam lubang melalui stang bor dan naik
kembali ke permukaan melalui rongga antara dinding lubang bor dengan
stang bor sambil membawa pecahan batuan hasil gerusan mata bor (cutting).

5
Pada lokasi dengan batuan yang mudah runtuh, biasanya dipasang pipa
pelindung (casing) pada lubang bor. Pengeboran diawali dengan pengeboran
awal (Pilot hole) yang dimaksudkan untuk mengetahui litologi secara rinci.
Pengeboan awal biasanya menggunakan mata bor jenis tricone diameter 6”
sampai kedalaman melebihi kedalaman konstruksi sumur yang
direncanakan. Sedangkan pembesaran lubang bor (Reaming) dilakukan
setelah kedudukan lapisan akuifer diketahui melalui kegiatan logging.
2.3.1 Kegiatan Logging
Loging sumur (well logging) juga dikenal dengan borehole logging
adalah cara untuk mendapatkan rekaman log yang detail mengenai formasi
geologi yang terpenetrasi dalam lubang bor Dalam kegiatan pengeboran air
tanah jenis logging yang bisa digunakan adalah electrical loging yang
tujuannya adalah untuk mengetahui letak (posisi) akuifer air, tahap pekerjaan
ini sebagai penentu konstruksi saringan (screen). Electrical Loging dilakukan
dengan menggunakan suatu alat, dimana alat tersebut menggunakan
konfigurasi titik tunggal dimana eletroda arus dimasukakan kedalam lubang
bor dan elektroda yang lain ditanam dipermukaan. Arus dimasukkan kedalam
lubang elektroda yang kemudian menyebar kedalam formasi disekitar lubang
bor. Sebagian arus kembali ke elektroda di permukaan dengan arus yang
telah
mengalami penurunan. Penurunan inilah yang diukur

6
Sumber : www.tambangunp.blogspot.com
Gambar 2.3
Kegiatan Pengukuran

2.4 Konstruksi Sumur


Pembesaran lubang dilakukan setelah selesai pelaksanaan kegiatan
logging, tujuan pembesaran lubang digunakan untuk mendapatkan
kemudahan dalam konstruksi sumur yang berupa pemasangan selubung
casing/pipa dan saringan , peletakan pipa pengantar saat pengisian gravel
dan grouting cement serta peletakan pipa piezometer. Setelah pemboran
selesai, umumnya dilakukan setelah logging untuk mengetahui susunan
lapisan batuan dan menentukan posisi kedalaman akuifer yang akan diambil
air tanahnya dengan memasang saringan (screen) sehingga airtanah akan
masuk ke sumur melalui saringan tersebut. Sedangkan pada kedalaman
lainya dipasang pipa buta. Secara garis besar konstruksi sumur dapat dilihat
pada Gambar 5, terdiri dari beberapa bagian, yaitu pipa jambang, pipa buta,
pipa saringan, tutup bawah, tutup atas, pipa naik, pompa, kerikil pembalut,
pasangan beton (cement grout). Pipa jambang terletak pada bagian atas

7
dengan garis tengah yang lebih besar dari pipa buta/saringan, namun dapat
juga berukuran sama.

Sumber : www.tambangunp.blogspot.com
Gambar 2.3
Kegiatan Pengukuran

Biasanya pipa jambang dipasang hingga 3 – 5 meter dibawah


drawdown maksimum, dengan diameter 1 inchi lebih besar dari diameter
peralatan pompa dan pipa piezometer yang akan dipasang. Pipa buta ini
diikatkan dengan lapisan batuan di sekitarnya dengan pasangan beton agar
kedudukannya stabil. Pipa buta dipasang di bawah pipa jambang dengan
panjang tergantung ketebalan lapisan yang tidak diinginkan baik kuantitas
maupun kualitasnya. Pada akuifer yang kualitas air tanahnya jelek,
pemasangan harus 0,5 m lebih panjang agar tidak terjadi kebocoran. Pipa
saringan adalah pipa berlubang yang dimaksudkan sebagai jalan masuknya
air tanah dari akuifer ke dalam sumur. Ukuran lubang, bentuk dan bahan pipa
saringan ditentukan berdasarkan distribusi ukuran butir akuifer dan sifat kimia
air tanahnya. Pipa naik merupakan pipa yang dihubungkan. dengan pompa
sebagai saluran untuk menaikan air dari sumur ke atas permukaan tanah /
tendon. Kerikil pembalut adalah kerikil yang bersih berukuran butir seragam,
dan bulat digunakan sebagai penyaring agar material halus yang ada di

8
dalam lapisan akuifer tidak masuk ke dalam sumur. Sumbat dipasang pada
ujung bawah rangkaian pipa konstruksi sumur yang berguna untuk
mencegah material yang tidak diinginkan masuk ke dalam sumur yang
nantinya dapat mengganggu pompa.

Sumber : www.tambangunp.blogspot.com
Gambar 2.3
Kegiatan Pengukuran
Dalam pelaksanaan pembuatan sumur, setelah kerikil pembalut
selesai dipasang maka dilakukan pembersihan dan penyempurnaan sumur
(well development) yang dimaksudkan untuk dapat membersihkan dinding
dan zona invasi akuifer serta kerikil pembalut dari partikel halus, agar seluruh
pori/celah akuifr dapat terbuka penuh sehingga air tanah dapat.
mengalir ke dalam sumur secara bebas. Dengan demikian akan
dihasilkan sumur dengan efisiensi kapasitas jenis yang maksimal.
Keuntungan yang diperoleh dari well development ini antara lain adalah :
 Mengurangi penyumbatan (clogging) akuifer pada dinding lubang bor
dan di pinggiran zona invasi sebagai akibat sampingan kegiatan
pemboran dan menghilangkan efek jembatan pasir.
 Meningkatkan porositas dan permeabilitas akuifer di sekeliling sumur
 Menstabilkan lapisan pasir di sekeliling saringan, sehingga
pemompaan bebas dari kandungan pasir
 Memaksimalkan kapasitas jenis serta umur pemanfaatan sumur

9
berbagai metode dapat dilakukan pada well development ini seperti
surging, jetting, airlifting, backwashing dan overpumping. Prinsip kerja
metode surging adalah menekan air mengalir masuk dan keluar pada interval
saringan dengan menaikan dan menurunkan plunger di dalam casing, seperti
gerakan piston. Dalam metode jetting alat (jetting tool) dimasukan ke dalam
tiap-tiap interval saringan dari bawah ke atas dengan pipa stang bor yang
dihubungkan dengan pompa tekan yang memompakan air bersih ke dalam
sumur. Dalam pengoperasiannya alat digerakan berputar-putar dengan
memutar stang bor dan naik turun sepanjang pipa saringan. Metode airlifting
hampir sama dengan metode jetting, namun yang dipompakan ke dalam
sumur adalah udara. Prinsip dasar metode backwashing adalah membuat
efek surging dengan menggunakan pompa. Cara kerjanya pompa dijalankan
untuk menimbulkan aliran aair dari akuifer masuk ke dalam sumur melalui
saringan.
Begitu aliran muncul ke permukaan tanah, pompa segera dimatikan
sehingga air akan kembali turun ke bawah melalui pipa naik, sehingga akan
terjadi aliran dari sumur ke akuifer melalui saringan. Hal ini dilakukan
berulang-ulang. Sedangkan pada metode overpumping hanya mengalirkan
air dari akuifer ke dalam sumur dengan cara memompa sumur melebihi
rencana kapasitas pemompoaan yang akan dioperasikan pada tahap
produksi.
5. Pumping test
Salah satu hal yang tidak boleh ditinggalkan setelah kegiatan
konstruksi sumur selesai adalah menentykan keterusan akuifer. Untuk
menghitung keterusan akuifer biasanya dilakukan pemompaan uji (pumping
test) terhadap sumur yang telah dibuat. Disamping untuk mengetahui
keterusan akuifer, pemompaan uji juga untuk memperoleh parameter akuifer
yang lain seperti koefisien simpanan (Coefisien storage), kapasitas jenis
(spesific capacity), dan debit optimum.

10
Uji pemompaan menerus dan uji kambuh dalam rangkaian pumping
test dipakai untuk mengetahui parameter berupa tingkat kelulusan (hydraulic
conductivity, k), keterusan (transmissivity, T) dan kapasitas jenis (Sc) pada
akuifer sebuah sumur. Untuk mengetahui parameter tersebut diatas dipakai
metode Jacob pada uji pemompaan jenis menerus dan metode Theis pada
uji kambuh. Kelulusan air adalah tingkat kemampuan batuan seluas 1m2
dalam
melalukan air, pada gradien hidrolika = 1 dalam rentang waktu satu satuan
waktu hari. Besar nilai kelulusan amat tergantung oleh ketebalan akuifer.
Besar nilai kelulusan tersebut dinyatakan sebagai keterusan. Debit
pemompaan yang dihasilkan dari suatu pemompaan sangat dipengaruhi oleh
besarnya nilai kelulusan yang dimiliki oleh akuifer. Semakin besar nilai
kelulusan dan ketebalan akuifer, maka debit yang dihasilkan akan semakin
besar, dan begitu pula sebaliknya.

Sumber : www.tambangunp.blogspot.com
Gambar 2.4
Pumping Test

2. Proses Pengeboran

11
Untuk pengeboran dengan kedalaman dan diameter tertentu
diperlukan dua tahapan, yaitu Pengoboran Inti dan Non-Inti. Pengeboran Inti
dilakukan untuk mengeksplorasi dan survey geoteknik. Informasi geoteknik
(data rekahan, joint, dan struktur lainnya), informasi litologi, kualitas terhadap
mineral tertentu, dll. Eksplorasi informasi yang diperoleh tebal dan posisi
endapan serta kualitas (melalui analisis kimia). Pengeboran inti hanya
memungkinkan dilakukan dengan metode pengeboran putar, dan panjang inti
bor pada setiap run pengeboran akan dibatasi oleh panjangnya stang bor itu
sendiri.
Untuk pengeboran yang dalam akan lebih efektif menggunakan sistem
wireline (core barrel diangkat cukup menggunakan sebuah kawat yang ditarik
dari atas). Sampel yang didapatkan dalam pengeboran inti adalah inti bor
dan cutting. Dalam pengeboran non (membuat lubang tanpa memperoleh inti
bor). Pengeboran non inti bisa dilakukan dengan metode pengeboran putar,
tumbuk (cable tool), auger, bor bangka, dll. 
Dalam pengeboran non inti ini interpretasi bawah permukaan melalui
cutting yang terangkat ke permukaan oleh fluida bor. Akurasi interpretasi
geologi akan menemui banyak kelemahan terutama dalam ketepatan
penentuan kedalamannya. Hal penting dalam pengeboran non inti adalah
bidang gerus (berai) mata bor yang lebih luas. Sebelum membor sebuah
lubang, disarankan untuk membuat penampang memanjang hal ini
bertujuan untuk deviasi lubang jika memungkinkan. Pemboran sangat
mahal dan memerlukan waktu yang banyak dalam kegiatan eksplorasi
karena obyeknya adalah jumlah lubang yang pasti dan dilengkapi dengan
data kadar dan tonase tiap level dari zona mineralisasi.
Permasalahan utama yang dihadapi dalam perhitungan cadangan
adalah zona pengaruh tiap conto belum dapat diketahui sampai
setengah perkerjaan selesai.
Sebagai contoh, dapat dilihat beberapa tahapan pemboran

12
berdasarkan anamoli geokimia :
1. Titik bor ke-1 dan ke-2 ditujukan untuk memastikan
(membuktikan) adanya zona mineralisasi (secara vertikal) pada pusat
anomali.
2. Selanjutnya pemboran pada titik bor ke-3 bersifat memastikan
kemenerusan zona mineralisasi tersebut (ke arah kemiringan).
3. Sedangkan titik bor ke-4 dan ke-5 merupakan titik bor yang ditujukan
untuk melihat kemenerusan zona mineralisasi ke arah jurus dari
hasil
pemboran pada titik ke-1 dan ke-2.
4. Begitu juga dengan titik bor ke-6 dan ke-7, ditujukan untuk mengetahui
kemenerusan searah jurus hasil pemboran pada titik bor ke-3.
5. Dan selanjutnya dilanjutkan dengan titik bor ke-8 dan ke-9, yang
ditujukan untuk mengetahui kemenerusan titik bor sebelumnya,
dan seterusnya dengan pola yang sama sampai diperkirakan
zona mineralisasi telah tercakup secara keseluruhan.
Dalam melakukan perencanaan pemboran, hal-hal yang perlu
diperhatikan dan direncanakan dengan baik adalah :
1. Kondisi geologi dan topografi,
2. Tipe pemboran yang akan digunakan,
3. Spasi pemboran,
4. Waktu pemboran, dan
5. Pelaksana (kontraktor) pemboran.
Monitoring geologi dan mineralisasi yang dipotong selama
pemboran sangat penting dalam rangka pengontrolan harga atau biaya.
Pada tahap awal dari pemboran dibutuhkan seorang engineer disamping alat
bor sehingga kegiatan pemboran dapat berjalan dengan cepat. Data
mineralisasi, litologi, dan struktur dapat direkam dan diplot pada grafik
log sesegera mungkin setelah data diperoleh. Data ini umumnya diperoleh

13
dari kepingan material yang dibor yang biasanya menyatu dengan
permukaan alat bor.
Informasi mengenai assay dapat diperoleh beberapa hari kemudian
tetapi lokasi dan kedudukan mineralisasi harus segera diplot pada log litologi.
Dengan pemboran dapat diketahui kontrol struktur dan stratigrafi dari suatu
zona mineralisasi. Adanya pengambilan asumsi pada saat interpretasi
pemboran sering tidak dapat dilokalisasi sampai adanya data yang valid
tentang kondisi bawah permukaan.
Beberapa metode yang digunakan untuk memplot atau
mengekspresikan data lubang bor, antara lain :
1. Kontur struktur.
2. Peta isopach
3. Kontur kadar.
4. Peta ketebalan.
5. Peta kombinasi antara kadar dan ketebalan

Peta-peta tersebut biasanya digunakan untuk memperkirakan letak


bijih dan juga membantu dalam pemboran lanjut. Salah satu kunci
dalam kegiatan pemboran adalah kemenerusan zona mineralisasi,
hal ini menentukan spasi lubang bor serta ketelitian dalam perhitungan
cadangan. Dalam beberapa kegiatan eksplorasi kemenerusan ini dapat
dilihat dengan membandingkan endapan tersebut dengan endapan
yang sejenis, uji kemenerusan ini dilakukan dengan jalan menguji
titik-titik terdekat atau pengujian terhadap suatu lokasi kecil dengan spasi
rapat. Salah satu keputusan yang paling sulit dalam kegiatan pemboran
adalah memutuskan kapan pemboran tersebut diakhiri. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam mengambil keputusan adalah :
1. Tidak adanya mineralisasi yang dijumpai.

14
2. Mineralisasinya dapat dilokalisasi tetapi tidak ekonomis atau terlalu
dalam.
3. Pemboran yang dilakukan menghasilkan beberapa zona mineralisasi
yang ekonomis tetapi penyebaran kadarnya terbatas atau perhitungan
cadangan menunjukkan bahwa endapan tersebut terlalu kecil.
4. Tubuh kadar yang ekonomis sudah diketahui pasti.
5. Biaya pemboran sudah habis
Keputusan pada langkah pertama relatif lebih mudah, namun
demikian penyebab anomali permukaan atau bawah permukaan yang
menentukan letak lubang bor tidak dapat dihindari. Langkah kedua lebih sulit
dan dalam hal ini kemungkinan mineralisasi kadar tinggi harus dapat
dieliminasi. Adanya beberapa perpotongan pada saat prospeksi
memberikan gambaran bahwa proses penentuan kadar yang ekonomis
berlaku tetapi tidak pada skala yang memungkinkan dalam suatu endapan
yang besar. kadar mineralisasi yang tinggi sering menghasilkan beberapa
tahap pemboran untuk menguji semua hipotesis dan lokasi di sekitarnya.
Pemboran dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan sendiri atau
dengan mengontrak
perusahaan konsultan pemboran. Permasalahan menyangkut kondisi
pemboran, jumlah lubang yang diminta, dan harga akan dijelaskan dalam
surat kontrak. Tujuan pemboran adalah untuk memperoleh data yang
representatif dari target yang ada dengan biaya yang tersedia.
Konsekuensinya pemilihan alat bor sangat penting dan bergantung kepada
pemimpin proyek. Disamping kondisi pemboran yang harus diperhatikan kita
juga harus dapat membandingkan beberapa metode pemboran yang
berbeda sebelum kegiatan lain dilakukan.
Beberapa hal penting dari kontrak pemboran adalah :
1. Mobilisasi dan transportasi peralatan ke lokasi bor.
2. Tatanan lokasi dan pergerakan antar tiap lubang bor.

15
3. Harga satuan tiap meter lubang yang akan dibor.
4. Perolehan inti bor (%) jika digunakan pemboran inti.
5. Biaya konstruksi lubang (penyemenan, casing dan survei).
6. Pengangkutan dan mobilisasi kembali peralatan bor.
Setiap hal tersebut harus dapat dideskripsikan secara detail didalam
kontrak. Dalam hal pembayaran tenaga kerja juru bor biasanya dibayar per
shift dan sesuai dengan kedalaman lubang yang dibor, sedangkan wellsite
geologist dibayar sesuai dengan perjanjian mulai dari kegiatan eksplorasi
sampai target tercapai. Setelah semua tahapan dan semua persiapan
tempat pemboran selesai maka alat-alat pengeboran dan alat pendukung
lainya di setting di tempat tersebut sehingga jalan pengeboran dapat
berlangsung dengan lancar, setelah semua persiapan selesai maka sesuai
dengan planning awal apakah pemboran akan dilakukan dengan metode full
core atau coring maupun open hole dan apakah pemboran dilakukan dengan
model miring atau vertikal.

1. Open Hole
Drilling open hole merupakan pengeboran yang dilakukan
untuk
mendapatkan data-data bawah permukaan tanah sehingga menjadi
data geologi. Pengeboran ini menghasilkan lubang terbuka dengan
kedalaman
sesuai dengan target kedalaman yang diinginkan. Selama proses
pengeboran berlangsung, diperoleh data cutting yang merupakan material
hasil gerusan mata bor (bit) yang mengalir keluar kepermukaan bersama
fluid. Cutting tersebut diambil setiap interval 1,5 meter yang menjadi

16
representasi jenis litologi yang sedang dibor pada kedalaman interval
tersebut.

Sumber : www.tambangunp.blogspot.com
Gambar 2.5
Open Hole

2. Coring
Drilling coring merupakan pengeboran yang dilakukan untuk
mengambil contoh sampel (coring) pada lapisan litologi dibawah
permukaan sebagai data geologi. Coring dilakukan pada interval
kedalaman tertentu berdasarkan dari interpretasi data logging geofisika atau
data cutting yang diperoleh melalui drilling open hole sebelumnya. Drilling
coring dapat juga dilakukan dengan metode touch coring (single hole),
artinya pengeboran coring yang tidak didahului drilling open hole. Touch

17
coring dilakukan diawali dengan drilling open hole kemudian ketika
menemukan cutting batubara telah muncul kemudian langsung dilakukan
coring atau dengan menggunakan data model atau korelasi titik disekitarnya,
kemudian diprediksikan bahwa batubara berada di kedalaman tertentu
sehingga ketika sudah mendekati perkiraan posisi roof batubara selanjutnya
langsung dilakukan coring.

Sumber : www.tambangunp.blogspot.com
Gambar 2.5
Coring

Beranekaragam metode pemboran memiliki tujuan tertentu dalam


eksplorasi, jika kondisi dimana dana tidak mencukupi maka kita
dapat menggunakan metode pemboran yang agak murah seperti :
1. Pemboran Auger
Auger adalah bor tangan dengan tangkai yang dilengkapi spiral untuk
membawa material halus ke permukaan, biasanya digunakan untuk
endapan plaser. Kelebihan alat bor ini adalah dapat

18
digunakan untuk sampling dalam jika sumuran uji tidak praktis.
Dengan auger kita dapat mencapai kedalaman 60 m tapi biasanya
cukup sampai 30 m. Pada tanah yang halus pemboran dengan auger
biasanya cepat sehingga conto yang keluar harus dapat
diorganisasikan dengan baik. Auger adalah bor ringan dan tidak cocok
digunakan untuk tanah atau material yang keras dan berbongkah.
2. Rotary Drilling
Rotary drilling adalah metode pemboran non-coring dan tidak
sebanding jika pemboran dilakukan pada batuan dengan kekerasan
halus-sedang seperti batugamping atau batulumpur. Tipe mata bor
(bit) pada jenis pemboran ini menggunakan tricone atau roller rock bit
yang ditutupi oleh tungsten karbida. Potongan atau kepingan batuan
akan ditekan keluar oleh fluida bor yang rata-rata kecepatannya 100
m/jam. Tipe alat bor ini biasanya digunakan oleh industri minyak
dengan diameter lubang besar (>20 cm) dan kedalaman ratusan
sampai ribuan meter dengan fluida bor berupa lumpur.
3. Reverse Circulation
Reverse circulation (RC) drilling mulai digunakan pada
pertengahan tahun 70-an dan biasanya digunakan untuk material sedimen
yang tidak terkonsolidasi seperti pada endapan aluvial. Air atau udara dapat
digunakan sebagai fluida bor dan inti bor atau sludge dapat diperoleh semua.
Media fluida dialirkan ke sludge lewat dua dinding pada stang bor dan
kembali ke permukaan lewat pusat stang bor. Pada percussive drilling
kepingan batuan juga tertransport ke permukaan lewat tengah stang bor
kemudian menuju ke cyclon dimana disana ditampung conto bor. (Anonim.
2014) Berdasarkan Berdasarkan mekanisme pemboran, pemboran
dapat dapat dibagi dibagi lagi, yaitu :
1. Pemboran Tumbuk (Percussive Drilling Percussive Drilling)

19
Pemboran Tumbuk, memanfaatkan gaya tubukan atau impact,
dioperasikan dengan cara mengangkat dan menjatuhkan alat bor
berat secara berulang berulang-ulang kedalam lubang bor sehingga
lubang bor terbentuk akibat mekanisme tumbukan dan beban
rangkaian bor.
2. Pemboran Putar (Rotary Drilling)
Lubang bor dibentuk dari pemboran dengan mekanisme putar dan
disertai pembebanan.
3. Bor Putar Hidraulik (Hidraulic Rotary)
Dimana lubang bor dibentuk dari Dimana lubang bor dibentuk
dari kombinasi antara mekanisme putar, tekanan hidraulik dan
beban setang bor.
Kelebihan dan kekurangan mesin bor tumbuk dibandingkan mesin bor putar,
yaitu:
Kelebihannya antara lain :
1. Ekonomis (murah, biaya operasi rendah, biaya transportasi murah,
persiapan rig cepat).
2. Menghasilkan contoh pemboran yang lebih baik.
3. Lebih mempermudah pengenalan lokasi.
4. Tanpa sistem sirkulasi.
5. Kemungkinan kontaminasi karena pemboran relatif kecil
Kekurangannya antara lain :
1. Kecepatan laju pemboran rendah.
2. Sering terjadi putusnya sling
2.5 Data hasil pengamatan
Sebelum melakukan pemboran eksplorasi diperlukan data-data
pendukung untuk menunjang kegiatan pemboran eksplorasi. Adapun data-
data pendukung sebelum kegiatan pemboran ekplorasi dilakukan, yaitu :
1. Data Penyelidikan Geologi

20
Survey geologi terutama untuk membuat pemetaan geologi
permukaan. Pemetaan geologi permukaan dilakukan untuk
mendapatkan gambaran umum mengenai keadaan geologi suatu
cekungan atau daerah yang sedang diselidiki. Dalam tahap ini
penyelidikan yang dilakukan adalah pengukuran penampang stratigrafi
pada daerah yang tersingkap, biasanya terdapat pada jalur sungai
atau lereng-lereng bukit.

Sumber : www.tambangunp.blogspot.com
Gambar 2.6
Penyelidikan Geologi

2. Foto Udara
Foto udara merupakan suatu gambaran perspektif dari sebagian
permukaan bumi yang dipotret dengan sumbu kamera vertikal maupun
miring tanpa memepersoalkan warna maupun kemampuan manusia
untuk dapat mengetahui perbedaan-perbedaannya. Foto udara adalah
gambaran sebenarnya dari medan, seperti mata kalau melihatnya
dari titik pemotretan. Foto udara vertikal adalah dokumen yang
sangat berharga untuk mendapatkan keterangan mengenai topografi
maupun geologi.

21
Sumber : www.tambangunp.blogspot.com
Gambar 2.7
Foto Udara

4. Peta Kontur
Peta kontur merupakan peta yang menggambarkan sebagian
bentuk permukaan bumi yang bersifat alami dengan menggunakan
garis-garis kontur. Pengertian kontur adalah merupakan garis yang
digambarkan dalam peta yang menunjukkan titik-titik yang sama
tingginya dari suatu bidang referensi tertentu. Umumnya bidang
referensi yang dipakai disini adalah permukaan laut. Bentang alam
yang digambarkan dalam bentuk garis-garis kontur ini dapat berupa
bentuk-bentuk kubah morphologis, bentuk cekungan, ereng-lereng
yang landai, lereng-lereng yang curam, lembah-lembah yang telah
mengalami erosi, serta kom binasi dari bentuk-bentuk diatas.

22
Sumber : www.tambangunp.blogspot.com
Gambar 2.8
Topografi

5. Data Metode Gravity (Gravitasi)


Apabila bumi benar-benar bulat dan tidak bergerak, serta terdiri dari
batuan yang homogen, maka besarnya tarikan gaya berat akan
sama disemua titik permukaan bumi. Oleh karena itu metode grafity
(gaya berat) dirancang untuk medeteksi variasi-variasi medan gravitasi
bumi yang disebabkan oleh perbedaan berat jenis batuan da n
nyimpangan-penyimpangan yang terletak beberapa mil
dibawah permukaan.

Sumber : www.tambangunp.blogspot.com
Gambar 2.9
Metode Gravity
6. Atas dasar pengaruh gravitasi dari benda-benda dibumi yang
sebanding dengan selisih density antara suatu batuan
dengan sekelillingnya, maka metode ini sangat sesuai untuk mencari

23
perangkap hidrocarbon. Data yang diperoleh dari metode ini,
sebelum dipergunakan dikoreksi terhadap pengaruh : air pasang,
beda ketinggian daerah sekitar, garis lintang, isostatik dan bouger
effect
5. Data Metode Magnetic.
Metode ini adalah metode yang paling tua di dalam eksplorasi bahan
tambang dan hidrocarbon. Khusus dalam eksplorasi metode
magnetic digunakan untuk mengetahui kedalaman serta
konfigurasi batuan dasar, cara ini dimungkinkan karena adanya
perbedaan sifat magnetic sedimen (lapisan penutup) dengan batuan
dasar yang biasanya terdiri dari beku atau batuan metamorf.

Sumber : www.tambangunp.blogspot.com
Gambar 2.10
Metode Magnetic

Dari pengukuran laboratorium ternyata batuan beku dan


metamorf mempunyai "magnetic susceptibility" yang jauh lebih besar

24
dari batuan sedimen. Dalam praktek besarnya pengaruh batuan
dalam medan magnet bumi (lokal) hanya tergantung pada
batuan dasar (basement rock) baik terutama batuan sedimen
ataupun tidak. Maka sifat inilah yang dimanfaatkan dalam eksplorasi
dengan metode magnetic.
6. Data Metode Seismic
Prinsip metode ini adalah bedasarkan suatu kenyataan,bahwa
gelombang-gelombang elastis yang ditimbulkan oleh suatu
ledakan didekat permukaan bumi dapat merambat kedalam batuan.
Dengan jalan perambatan bunyi ini kedalam batuan, maka
gelombang-gelombang elastis tersebut sampai pada batas formasi
dan menimbulkan gelombang elastis yang lain, yang kemudian
dipantulkan kembali kepermukaan bumi. Dimana gelombang yang
dipantulkan tadi ditangkap oleh alat khusus yang dinamakan
"geophone".

Sumber : www.tambangunp.blogspot.com
Gambar 2.11
Metode Seismic
Saat antara ledakan dan tibanya suatu gelombang-gelombang

25
elastis dipermukaan merupakan suatu interval waktu yang
bergantung
pada kecepatan merambat dan kedalaman dari lapisan batuan
yang memantulkan dapat dihitung. Metode seismic ada dua macam,
yaitu metode refraksi dan refleksi. Untuk metode refraksi pengukuran
didasarkan pada pembiasan gelombang seimik, dimana waktu rambat
yang datang pertama kali diamati sepanjang penampang. Variasi
waktu rambat dengan jarak memungkinkan ditentukannya kecepatan
sebenarnya dan kedalaman dari formasi refraksi. Dalam metode
refleksi yang diukur adalah waktu yang diperlukan oleh impul-
impul elastis untuk mencapai lapisan refleksi dan kembalinya. Dari
waktu rambat dapatlah dihitung secara langsung kedalaman dari
bidang refleksi. Dengan metode seismic dapatlah diperkirakan bentuk-
bentuk geometris perangkap reservoir, seperti struktur antiklin,
patahan, perangkap stratigrafi dan lain-lain. Diperlihatkan hasil survey
dari metode seismic yang menampakkan adanya patahan.
7. Data Logging
Perekaman data logging menggunakan software wellcad. Data
logging yang telah diperoleh kemudian dicetak dalam
lembaran data logging dimana terdapat nama perusahaan,
nomor lubang bor, lokasi pengeboran, jenis log, kedalaman
pengeboran, kedalaman alat logging, batas atas logging mulai
dieksekusi, batas bawah logging selesai dieksekusi, nama
perekam log, nama geologis penanggung jawab serta kedalaman
penggunaan chasing. Selain itu lembar data logging juga
memuat informasi mengenai grafik hasil pembacaan log gamma dan
log densitas yang kemudian dilakukan interpretasi jenis lapisan
batuan.

26
Sumber : www.tambangunp.blogspot.com
Gambar 2.12
Metode logging

8. Data Cutting
Analisa cutting ini sangat penting bagi penentuan lokasi pemboran
karena analisa cutting adalah awal atau dasar dalam proses
eksplorasi minyak bumi atau biasa disebut sebagai penilaian formasi.
Dalam analisa cutting ini tidak hanya ilmu tentang perminyakan saja
yang kita gunakan tetapi kita harus mengetahui ilmu mengenai batuan
seperti yang biasa dilakukan oleh geologis. Proses analisa cutting ini
dilakukan dengan cara melihat bentuk fisik atau dilihat
lithologinya dan juga dengan cara mengindikasi ada atau

27
tidaknya hidrokarbon yang terkandung dalam cutting. Maka dari itu
sangat penting untuk memahami keduanya. Analisa.

Monitoring geologi dan mineralisasi yang dipotong selama


pemboran sangat penting dalam rangka pengontrolan harga atau
biaya. Pada tahap awal dari pemboran dibutuhkan seorang engineer
disamping alat bor sehingga kegiatan pemboran dapat berjalan
dengan cepat. Data mineralisasi, litologi, dan struktur dapat direkam
dan diplot pada grafik log sesegera mungkin setelah data
diperoleh. Data ini umumnya diperoleh dari kepingan material yang
dibor yang biasanya menyatu dengan permukaan alat bor.
Informasi mengenai assay dapat diperoleh beberapa hari kemudian
tetapi lokasi dan kedudukan mineralisasi harus segera diplot pada log
litologi. Dengan pemboran dapat diketahui kontrol struktur dan
stratigrafi dari suatu zona mineralisasi. Adanya pengambilan asumsi
pada saat interpretasi pemboran sering tidak dapat dilokalisasi sampai
adanya data yang valid tentang kondisi bawah permukaan.\

3.   Tahapan Pengeboran Air


Untuk pengeboran air perlu dilakukan beberapa tahapan yang
diantaranya adalah pengeboran awal (pilot-hole), pengujian geofisika (well-
logging), pembesaran lubang (reaming), konstruksi sumur, pembersihan
lubang sumur (development), dan pengujian pompa (pumping-test). 
3.1. Pengeboran awal (pilot-hole) 
Pengeboran awal (pilot-hole) dilakukan guna untuk mengetahui litologi
secara rinci. Biasanya menggunakan mata bor jenis tricone dengan diameter
6” hingga kedalaman melebihi konstruksi sumur yang direncanakan.
3.2. Pembesaran lubang bor (reaming)

28
Tujuan dari proses ini adalah untuk mendapatkan kemudahan dalam
pemasangan pipa dan saringan (konstruksi), yang antara lain adalah:

a.  Pemasangan pipa penghantar saat pengisian gravel dan grouting-cement 

b.  Peletakan pipa piezometer (kalau ada) 

c.  Pemasangan pipa pelindung sementara

3.3. Konstruksi sumur 


Proses konstruksi pemasangan pipa cassing sumur harus secepatnya
dilakukan sesegera mungkin setelah selesai proses pengeboran, untuk
menghindari terjadinya ambrukan atau keruntuhan pada dinding sumur yang
telah tersedia. Konstruksi sumur disesuaikan dengan hasil pengukuran
penampang lubang bor. 
3.4 Pengisian gravel
Gravel berfungsi sebagai pengikat cassing agar terpasang lebih kokoh
dan sekaligus juga berfungsi sebagai saringan (filter) yang dimasukkan pada
ruang yang tersedia antara lobang sumur dengan pipa cassing. Gravel yang
digunakan biasanya berukuran antara 2 - 5mm dimasukkan melalui pipa
penghantar berukuran 1,5” dari dasar sumur hingga kedalaman yang
direncanakan. Bersamaan dengan pengerjaan pengisian gravel, dilakukan
juga pemompaan lumpur (spulling) dari pompa melalui ruang pipa konstruksi.
Pekerjaan ini harus dilakukan agar lumpur sisa pengeboran dapat
dikeluarkan melalui dinding pipa konstruksi dan dinding lubang bor tempat
posisi gravel berada dengan menutup ruangan di dalam pipa
konstruksi. Spulling tersebut bertujuan untuk membuat gradasi gravel yang
dimasukkan agar dapat tersusun dengan baik dan padat.
b. Grouting cement 
Grouting cement adalah pemasangan adonan semen yang diletakkan
di atas permukaan gravel (ruang antara dinding pipa konstruksi dengan

29
dinding lubang bor) melalui pipa penghantar berukuran 1,5”, selanjutnya pipa
tersebut dibuka kemudian diangkat satu persatu sehingga adonan semen
mencapai permukaan sumur.

3.4. Pembersihan sumur (Development) Pembersihan sumur ini dapat


dilakukan melalui beberapa tahapan, yang antara lain adalah sebagai berikut:

a. Pengocokan mekanis (surging) Pengocokan mekanis dilakukan


dengan cara menaik-turunkan stang bor atau pipa di antara stang bor atau
pipa penghantar yang telah dipasang alat plunger, biasanya diletakkan di
dalam pipa jambang. Pengocokan mekanis dilakukan berkali-kali sampai
kondisi air terlihat cukup jernih.  Pengocokan mekanis ini dilakukan antara
lain bertujuan untuk mengeluarkan kotoran yang ada di dalam sumur (saat
ditekan), menghisap air dari akuifer ke dalam sumur sehingga kondisi lumpur
yang kental menjadi encer (saat ditarik) serta kotoran-kotoran yang
menempel dalam saringan terbawa ke dalam sumur, membantu proses
pemadatan dan gradasi gravel (saat ditarik).
b. Metode pembersihan lubang
Pembersihan lubang dilakukan dengan fluida (sirkulasi langsung atau
normal), fluida (udara, air, atau lumpur) dipompa dengan tekanan ke bawah
melalui stang bor, mata bor, dan kemudian membawa cutting ke permukaan
di antara dinding lubang bor dan stang bor. Pembersihan dengan fluida
(sirkulasi terbalik), pada metode ini fluida dipompa ke bawah melalui lubang
di antara dinding lubang bor dan stang bor, kemudian melewati mata bor, dan
naik ke atas melalui lubang di dalam stang bor.
4.  Kedalaman dan Ukuran Lubang Bor
Kedalaman dan ukuran lubang bor sangat ditentukan oleh tipe
pengeboran yang dilakukan. Tipe pengeboran harus sesuai dengan
kedalaman dan ukuran lubang bor yang diinginkan. Sebagai contoh

30
misalnya, tipe pengeboran dengan auger tangan hanya dapat digunakan
untuk pengeboran yang berkedalaman beberapa meter saja dengan ukuran
lubang yang kecil.  Beberapa tipe pengeboran dapat diaplikasikan pada
rentang ukuran lubang bor tertentu, cable tool, ukuran lubang 100mm s/d
400mm (4-16") dan sampai kedalaman 1500m (5000ft). Slim rotary
(diamond), ukuran lubang 30mm s/d 100mm (1-4") dan sampai kedalaman
1500m (5000ft) 
Tipe pengeboran juga dapat diklasifikasikan berdasarkan aplikasinya seperti
cable tool untuk pengeboran air, rotary untuk pengeboran minyak, hammer
untuk pengeboran pada kuari, dll. Dalam hal ini klasifikasi lebih banyak
ditentukan oleh sifat formasi seperti ditunjukkan dalam daftar berikut:
Pengeboran pada formasi yang terkonsolidasi :
a.  Cable - sampel bagus 
b.  Rotary mud - tingkat penetrasi cepat 
c.  Rotary air - sangat cepat pada formasi yang kering dan kohesif 
d.  Rotary mud reverse - sampel bagus, penetrasi cepat, menjaga kondisi
dinding 
e.  Auger - murah dan cepat pada formasi kering 
f.   Jetting - murah pada kondisi air yang melimpah 
4.2. Pengeboran pada formasi yang stabil (high drillability) 
a.  Rotary - semua fluida memberikan hasil yang bagus 
b.  Cable tool - bagus tetapi lebih lambat 
c.  Hammer - sampling chip dan air, penetrasi cepat 
d.  Diamond coring - lebih lambat dari hammer, sampel lebih sempurna 
Pengeboran pada formasi yang stabil (low drillability) :
a.  Hammer-penetrasi cepat (top-hole bor dangkal dan down-hole untuk bor
dalam) 
b.  Diamond drills - Informasi lengkap dan inti lebih bagus 
c.  Heavy rotary drills - Murah dan cepat

31
32

Anda mungkin juga menyukai