Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan masyarakat modern dewasa ini, tidak mungkin dapat dicapai tanpa
kehadiran institusi pendidikan sebagai organisasi yang menyelenggarakan pendidikan secara
formal. Kegiatan pendidikan yang berlangsung menempatkan institusi ini sebagai salah satu
institusi sosial yang tetap eksis sampai sekarang. Proses pendidikan yang berlangsung,
mempunyai ukuran standarisasi dalam menilai sejauh mana pengetahuan dan keterampilan
mahasiswa tercapai.

Dalam situasi belajar yang sifatnya kompleks dan menyeluruh serta melibatkan
interaksi beberapa komponen, sering ditemukan mahasiswa yang tidak dapat meraih prestasi
akademik yang setara dengan kemampuan intelegensianya. Karena pada dasarnya prestasi
akademik merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang berbeda antara satu individu
dengan individu lainnya.

Konsep diri salah satunya, konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan
dimensi fisiknya, seperti karakteristik pribadi, motivasi, kelemahan, kepandaian, dan lain
sebagainya. Konsep diri dalam penelitian ini merupakan pandangan pengetahuan atau
evaluasi mengenai diri sendiri yang mencakup dimensi fisik, karakteristik, pribadi, kelebihan
dan kelemahan yang berpengaruh terhadap tingkah laku individu. Semakin tinggi skor yang
diperoleh, maka semakin tinggi konsep diri yang dimiliki oleh seorang siswa, sebaliknya
semakin rendah skor yang didapat, maka semakin rendah konsep diri seorang siswa tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu pengertian dari konsep diri ?


2. Apa-apa saja factor yang mempengaruhi perkembangan komsep diri ?
3. Apa-apa saja dimensi konsep diri ?
4. Bagaimana perkembangan dari konsep diri ?
5. Apa saja unsur-unsur dari konsep diri ?
6. Apa saja komponen dari konsep diri ?

Keperawatan Jiwa 1
7. Apa saja gangguan dari konsep diri ?
8. Bagaimana caranya membangun konsep diri ?
9. Apa saja sumber informasi untuk konsep diri ?
10. Bagaimana askep dari perubahan konsep diri ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa mampu memahami pengertian dari konsep diri


2. Mahasiswa mampu memahami apa-apa saja factor yang mempengaruhi perkembangan
komsep diri
3. Mahasiswa mampu memahami apa-apa saja dimensi konsep diri
4. Mahasiswa mampu memahami bagaimana perkembangan dari konsep diri
5. Mahasiswa mampu memahami apa saja unsur-unsur dari konsep diri
6. Mahasiswa mampu memahami apa saja komponen dari konsep diri
7. Mahasiswa mampu memahami apa saja gangguan dari konsep diri
8. Mahasiswa mampu memahami bagaimana caranya membangun konsep diri
9. Mahasiswa mampu memahami apa saja sumber informasi untuk konsep diri
10. Mahasiswa mampu memahami askep dari perubahan konsep diri

Keperawatan Jiwa 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Konsep Diri


Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui perawat untuk mengerti
perilaku dan pandangan klien terhadap dirinya, masalahnya serta lingkungannya. Dalam
memberikan asuhan keperawatan, perawat harus dapat meyakini bahwa klien adalah mahluk
bio-psiko-sosio-spiritual yang uth dan unik sebagai satu kesatuan dalam berinteraksi
terhadap lingkungannya yang diperoleh melalui pengalaman yang unik dengan dirinya
sendiri dan orang lain.
Konsep diri juga merupakan ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui oleh individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang
secara bertahap dimulai dari bayi dapat mengenali dan membedakan orang lain. Proses yang
berkesinambungan dari perkembangan konsep diri diluspengaruhi oleh pengalaman
interpersonal dal kultural yang memberikan perasaan positif, memahami kompetensi pada
area yang bernilai bagi individu dan dipelajari melalui akumulasi kontak-kontak sosial dan
pengalaman dengan orang lain.
Dalam merencanakan asuhan keperawatan yang berkualitas perawat dapat
menganalisis respon individu terhadap stimulus atau stesor dari berbagai komponen konsep
diri yaitu citra tubuh, idea diri, harga diri, identitas dan peran. Dalam memberikan asuhan
keperawatan ada lima prinsip yang harus diperhatikan yaitu memperluas kesadaran diri,
mengagali sumber-sumber diri, menetapkan tujuan yang realistik serta bertanggung jawab
terhadap tindakan. (Suliswati,dkk,2005)
Menurut para ahli :
1. Stuart & Sundeen,1998 Konsep diri merupakan suatu pikiran, keyakinan, dan
kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui siapa dirinya dan memengaruhi
hubungannya dengan orang lain.
2. Sunaryo, 2004 Konsep diri merupakan Cara individu melihat pribadinya secara
utuh,menyangkut aspek fisik,emosi, intelektual,sosial dan spritual, termasuk didalamnya
persepsi individu tentang sifat dan potensi yang dimilikinya, interaksinya dengan orang
lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek tertentu,

Keperawatan Jiwa 3
serta tujuan, harapan, dan keinginan individu itu sendiri. (Wahit Iqbal Mubarak dan Nurul
Chayatin,2008)

B.   Faktor yang mempengaruhi perkembangan Konsep diri

Menurut Stuart dan sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi


perkembangan konsep diri. Faktor-faktor tersebut terdiri dari teori perkembangan,
significant other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan self perception (persepsi diri
sendiri).

1.  Teori Perkembangan.

Konsep diri berkembangan secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal  dan
membedakan dirinya dan orang lain. dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri
yang terpeisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan
melalui bahasa, pengalaman atau, pengenalan tubuh, nama panggilan pengalaman budaya
dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri
atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.

2.  Significant other (orang yang terpenting atau terdekat).

Konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri
sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi
diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang terdekat, remaja
di pengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang
penting sepanjang siklus hhidup, pengaruh budaya dan sosial.

3.  Self Perception (Persepsi diri sendiri).

Konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu
dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari
kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan
konsep diri yang negatif dapt dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.

Menurut Burns dalam slameto (1998:184) konsep diri:” the self concept refers to the
connection of attitude and belief we hold about ourselves”. Konsep diri adalah persepsi

Keperawatan Jiwa 4
keseluruhan yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri. Konsep diri merupakan suatu
klepercayaan mengenai keadaan diri sendiri yang relatif sulit dirubah.

C. Dimensi Konsep Diri

Konsep diri dapat dibagi menjadi empat bagian dasar, antara lain: actual versus ideal,
and private versus social. Perbedaan actual – ideal mengacu pada persepsi individu tentang
siapa dirinya sekarang (actual self concept) dan yang saya ingin menjadi (ideal self
concept). Private self mengacu pada bagaimana saya atau ingin menjadi diri saya (private
self concept), dan social self adalah bagaimana saya dilihat oleh orang lain atau bagaimana
saya ingin dilihat oleh orang lain (social self concept) (Hawkins, 2007). Menurut Calhoun
dan Acocella (dalam Eliana, 2003) konsep diri memiliki tiga dimensi yaitu: pengetahuan
tentang diri sendiri, pengharapan tentang diri sendiri dan penilaian tentang diri sendiri.

a.  Pengetahuan (Knowledge)

Dimensi pertama dari konsep diri adalah mengenai apa yang kita ketahui mengenai
diri kita, termasuk dalam hal ini jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, usia dsb. Kita
memberikan julukan tertentu pada diri kita.

b.  Pengharapan (Expectation)

Pandangan tentang diri kita tidak terlepas dari kemungkinan kita menjadi apa di
masa mendatang. Pengharapan dapat dikatakan diri ideal. Setiap harapan dapat
membangkitkan kekuatan yang mendorong untuk mencapai harapan tersebut di masa depan.

c.  Penilaian (Estimation)

Penilaian menyangkut unsur evaluasi, seberapa besar kita menyukai diri kita sendiri.
Semakin besar ketidak-sesuaian antara gambaran kita tentang diri kita yang ideal dan yang
aktual maka akan semakin rendah harga diri kita. Sebaliknya orang yang punya harga diri
yang tinggi akan menyukai siapa dirinya, apa yang dikerjakanya dan sebagainya. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa dimensi penilaian merupakan komponen pembentukan
konsep diri yang cukup signifikan.

D. Perkembangan Konsep Diri

Keperawatan Jiwa 5
Konsep diri belum ada sejak bayi dilahirkan, tetapi berkembang secara bertahap,
saat bayi dapat membedakan dirinya dengan orang lain, mempunyai nama sendiri, pakaian
sendiri. Anak mulai dapat mempelajari dirinya, yang mana kaki, tangan, mata dan
sebagainya serta kemampuan berbahasa akan memperlancar proses tumbuh-kembang anak.
Pengalaman dalam keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri karena keluarga
dapat memberikan perasaan maupun tidak mampu, perasaan di terimah atau ditolak dan
dalam keluarga individu mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasikan dan meniru
perilaku orang lain yang diinginkan serta merupakan pendorong yang kuat agar individu
mencapai tujuan yang sesuai atau penghargaan yang pantas.
Dengan demikian jelas bahwa kebudayaan dan sosialisasi mempengaruhi konsep diri
dan perkembangan kepribadiaan seseorang. Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat
mengeksplorasi dunianya secara terbuka dan jujur karena latar bekalang penerimaannya
sukses, konsep diri yang positif bersal dari pengalaman yang positif yang mengarah pada
kemampuan pemahaman.
 Karakter individu dengan konsep diri yang positif
1. Mampu membina hubungan pribadi, mempunyai teman yang gampang besahabat
2. Mampu berfikir dan membuat keputusan
3. Dapat beradaptasi dan menguasai lingkungan
Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang
meladaptif. Setiap individu dalam kehidupannya tidak terlepas dari berbagai stresor, dengan
adanya stresor akan menyebabkan ketidakkeseimbangan dalam diri sendiri. Dalam
menguasai ketidakseimbangan tersebut individu menggunakan koping yang bersifat
mambangun ataupun kopik yang bersifat merusak. (Suliswati,dkk,2005)

Respon Rentang Kinsep Diri

Adaptatif Maldaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kekacauan Deperso-


Diri positif rendah identitas nalisasi

Keperawatan Jiwa 6
GAMBAR . Rentang respon Konsep diri. ( Sumber: Townsend, 1996 ).

1. Aktualisasi diri
merupakan pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan melatarbelakangi
pengalaman nyata yang suskes dan diterima, ditandai dengan citra tubuh yang positif dan
sesuai, ideal diri yang realitas, konsep diri yang positif, harga diri tinggi, penampilan peran
yang memuaskan, hubungan interpersonal yang dalam dan rasa identitas yang jelas.

2. Konsep diri positif


merupakan individu yang mempunyai pengalaman positif dalam beraktivitas diri,
tanda dan gejala yang diungkapkan dengan mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya
dan mengungkapkan keinginan yang tinggi. Tanda-tanda individu yang memiliki konsep
diri yang positif adalah: Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Seseorang ini
mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah
yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan
keluarnya. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong,
mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain.
Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa
menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak
membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain. Menyadari bahwa setiap orang
mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui
oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan
orang lain meskipun kadang tidak disetujui oleh masyarakat. Mampu memperbaiki karena ia
sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha
mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi
orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di
lingkungannya.

3. Harga diri rendah

Keperawatan Jiwa 7
adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa
seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri rendah adalah transisi
antara respon konsep diri yang adaptif dengan konsep diri yang maladaptif. Tanda dan gejala
yang ditunjukkan sperti perasaan malu terhadap diri sendiri, akibat tindakan penyakit, rasa
bersalah terhadap diri sendiri, dan merendahkan martabat. Tanda dan gejala yang lain dari
harga diri rendah diantaranya rasa bersalah pada diri sendiri, mengkritik diri sendiri atau
orang lain, menarik diri dari realitas, pandangan diri yang pesimis, perasaan tidak mampu,
perasaan negative pada dirinya sendiri, percaya diri kurang, mudah tersinggung dan marah
berlebihan.

4. Kekacauan identitas
adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek. Identitas mencakup rasa
internal tentang individualitas, keutuhan, dan konsistensi dari seseorang sepanjang waktu
dan dalam berbagai situasi. Pencapaian identitas diperlukan untuk hubungan yang intim
karena identitas seseorang diekspresikan dalam berhubungan dengan orang lain. Seksualitas
juga merupakan salah satu identitas. Rasa identitas ini secara kontinu timbul dan
dipengaruhi oleh situasi sepanjang hidup. Kekacauan identitas dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang dapat dikenal dengan stressor identitas. Biasanya pada masa remaja,
identitas banyak mengalami perubahan, yang meyebabkan ketidakamanan dan ansietas.
Remaja mencoba untuk menyesuaikan diri dengan perubahan fisik, emosional, dan
mental akibat peningkatan kematangan. Stressor identitas diantaranya kehilangan pekerjaan,
perkosaan, perceraian, kelalaian, konflik dengan orang lain, dan masih banyak lagi. Identitas
masa kanak-kanak dalam kematangan aspek psikososial, merupakan ciri-ciri masa dewasa
yang harmonis.

5. Depersonalisasi
adalah perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan
orang lain. Tanda dan gejala yang ditunjukkan yaitu dengan tidak adanya rasa percaya diri,
ketergantungan, sukar membuat keputusan, masalah daalam hubungan interpersonal, ragu

Keperawatan Jiwa 8
dan proyeksi. Jika seseorang memiliki perilaku dengan depersonalisasi, berarti orang
tersebut telah mengalami gangguan dalam konsep dirinya.
Orang dengan gangguan depersonalisasi mengalami persepsi yang menyimpang pada
identitas, tubuh, dan hidup mereka yang membuat mereka tidan nyaman, gejala-gejala
kemungkinan sementara atau lama atau berulang untuk beberapa tahun. Orang dengan
gangguan tersebut seringkali mempunyai kesulitan yang sangat besar untuk menggambarkan
gejala-gejala mereka dan bisa merasa takut atau yakin bahwa mereka akan gila. Gangguan
depersonalisasi seringkali hilang tanpa pengobatan. Pengobatan dijamin hanya jika
gangguan tersebut lama, berulang, atau menyebabkan gangguan. Psikoterapi psikodinamis,
terapi perilaku, dan hipnotis telah efektif untuk beberapa orang. Obat-obat penenang dan
antidepresan membantu seseorang dengan gangguan tersebut.
Adapun Tahap Perkembangan Konsep Diri:

Menurut teori psikososial, perkembangan konsep diri dapat dibagi kedalam beberapa tahap,
yaitu:

1-1 tahun
1. Menumbuhkan rasa percaya dari konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan
pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua atau orang lain.
2. Membedakan dirinya dari lingkungan

3-3 tahun
1. Mulai mengatakan apa yang dia sukai dan yang tidak disukai
2. Meningkatkan kemandirian dalam berfikir dan bertindak
3. Menghargai penampilan dan fungsi tubuh
4. Mengembangkan diri dengan mencontoh orang yang dikagumi, meniru, dan
bersosialisasi.

3-6 tahun
1. Memiliki inisiatif
2. Mngenali jenis kelamin
3. Meningkatkan kesadaran diri

Keperawatan Jiwa 9
4. Meningkatkatnya keterampilan berbahasa, termasuk pengenalan akan perasaan seperti
senang, kecewa dan sebagainya.
5. Sensitif terhadap umpan balik dari keluarga

12-20 tahun
1. Menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan guru, keluarga tidak lagi dominan
2. Meningkatnya harga diri dengan penguasaan keterampilan baru
3. Menguatnya identitas nasional
4. Menyadari kekuatan dan kelemahan

20-40 tahun
1. Memiliki hubungan yang intim dengan keluarga dan orang-orang lain
2. Memiliki perasaan yang stabil positif mengenai diri
3. Mengalami keberhasilan transisi peran dan meningkatnya tanggung jawab.

40-60 tahun
1. Dapat menerima perubahan penampilan dan kesehatan fisik
2. Mengevaluasi ulang tujuan hidup
3. Merasa nyaman dengan proses penuaan

Di atas 60 tahun
1. Merasa positif mengenai hidup dan makna kehidupan
2. Berkeinginan untuk meninggalkan warisan bagi generasi berikutnya. (A.Aziz Alimul,
2009)

E. Unsur-Unsur Konsep Diri


A. Perbedaan Jenis Kelamin
Pada Usia 3-4 tahun, anak sadar akan jenis kelaminanya dan menggunakan tanda-
tanda, seperti potongan rambut dan pakaian untuk membedakannya.kesadarannya akan
perbedaan, minat, bakat, dan prestasi berkembang setelah anak masuk sekolah, secara
berangsur akan ada bobot kesadaran mengenai kejahatan dan kewanitaan.

Keperawatan Jiwa 10
B. Peran Menurut Jenis Kelamin
Anak belajar perilaku yang sesuai dengan jenis kelaminnya dengan cara
beridentifikasi dengan orang tuanya lewat pendidikan atau tekanan orang tua. Kemudian
anak beridentifikasi dengan lingkungan dan media massa. Sikap sosial terhadap peran kedua
jenis kelamin menjadi bagian yang penting terhadap konsep diri anak.

C. Perbedaan Kelas Sosial


Anak persekolahan mulai menyadari bahwa ada perbedaan antara apa yang dimiliki
orang dan cara orang hidup. Ia belajar bahwa hal-hal tersebut berkaitan dengan pekerjaan
orang tuanya dan orang tertentu dianggap ‘kaya’ atau ‘miskin’. Mereka menambahkan arti
itu pada konsep dirinya. Makin baik penerimaan sosial bagi anak, makin besar bobot
emosional yang ia berikan pada keanggotaan kelas sosial. Perlakuan yang tepat akan
memberikan kepercayaan diri anak untuk berkembang. Dorongan kepada anak untuk
memiliki keberanian tanpa terlalu banyak tekanan akan membangunnya menjadi anak yang
memiliki konsep diri dan kepribadian yang bagus.
Anak-anak yang menarik diri akan makin terpuruk jika konsep diri mereka tidak
segera dibangun. Mereka menarik diri dari lingkungan sosial sekitar pada dasarnya karena
konsep diri mareka yang buruk. Konsep diri adalah inti dari kepribadian. Jadi, kepribadian
anak yang menarik diri yang tampak sehari-hari dalam berinteraksi sosial hanyalah
kepribadian yang buruk. Tentu hal ini sangat tidak diinginkan, baik dari orang tua maupun
guru. Untuk memperbaiki kepribadiannya, orang tua atau guru lebih baik tahu terlebih
dahulu tentang pola kepribadian anak.
Menurut Thomas A.S. Chess & H.G Birch, pola kepribadian merupakan bentukan
dari temperamen dan lingkungan yang terus-menerus saling memengaruhi. Jika kedua
pengaruh itu harmonis, orang dapat mengharapkan perkembangan anak yang baik. Jika
pengaruh itu tidak harmonis, masalah perilaku akan muncul. Faktor bawaan tentu saja sudah
tidak bisa kita ubah, tetapi kita dapat mengubah dua faktor lainnya sebagai penentu
kepribadian anak, yaitu faktor pengalaman awal anak dilingkungan keluarga dan
pengalaman anak dilingkungan lain. (Munawir Yusuf, 2006)

F. Komponen Konsep Diri

Keperawatan Jiwa 11
Gambaran citra diri (body image) mencangkup sikap individu terhadap tubuhnya
sendiri, termasuk penampilan fisik, struktur, dan fungsinya. Perasaan mengenai citra diri
meliputi hal-hal yang terkait dengan seksualitas, femininitas dan maskulinitas, keremajaan,
kesehatan,dan kekuatan. Citra mental tersebut tidak selalu konsisten dengan struktur atau
penampilan fisik yang sesunggunya. Beberapa kelainan citra diri memiliki akar psikologi
yang dalam, misalnya kelainan pola makan seperti anoreksia Citra diri dipengaruhi oleh
pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.
Perubahan perkembangan yang normal seperti pubertas dan pemuaan terlihat lebih
jelas terhadap citra diri dibandingkan dengan aspek-aspek konsep diri lainnya. Selain itu,
citra diri juga dipengaruhi oleh nilai sosial budaya. Budaya dan masyarakat menentukan
norma-norma yang diterima luas mengenai citra diri dan dapat memengaruhi sikap
seseorang. Misalnya berat tubuh yang ideal, warna kulit, tindik tubuh serta tato, dan
sebagainya.
Konsep diri terbagi atas :
1. Gambaran Citra Diri
Gambaran atau citra diri (body image) mencangkup sikap individu terhadap
tubuhnya sendiri, termasuk penampilan fisik, struktur, dan fungsinya. Perasaan mengenai
citra diri meliputi hal-hal yang terkait dengan seksualitas,femininitas dan maskualinitas,
keremajaan, kesehatan dan kekuatan. Citra mental tersebut tidak selalu konsisten dengan
struktur atau penampilan fisik yang sesunggunya. Beberapa kelainan citra diri memeliki akar
psikolog yang dalam, misalnya kelainan pola makan seperti anoreksia.
Citra diri mempengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.
Perubahan perkembangan yang normal seperti pubertas dan penuaan terlihat lebih jelas
terhadap citra diri dibandingkan dengan aspek-aspek konsep diri lainnya. Selain citra diri
juga dipengaruhi oleh nilai sosial budaya. Budaya dan masyarakat menentukan norma-
norma yang diterima luas mengenai citra diri dan dapat memengaruhi sikap seseorang,
misalnya berat tubuh yang ideal, warna kulit, tindik tubuh serta tato, dan sebagainya
2. Harga Diri
Harga diri (self-esteem) adalah penilaian individu tentang dirinya dengan
menganalisis kesesuaian antara perilaku dan ideal diri yang lain. Harga diri dapat diperoleh
melalui penghargaan dari diri sendiri maupun dari orang lain. Perkembangan harga diri juga

Keperawatan Jiwa 12
ditentukan oleh perasaan diterima,dicintai, dihormati oleh orang lain, serta keberhasilan
yang pernah dicapai individu dalam hidupnya.
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri
akan meningkat sesuai mningkatnya usia. Harga diri sangat mengancam pada masa pubertas,
karena pada saat ini harga diri mengalami perubahan karena banyak keputusan yang harus
dibuat menyangkut dirinya sendiri. Pada usia dewasa, harga diri menjadi stabil dan
memberikan gambaran yang jelas tentang dirinya dan cenderung lebih mampu menerima
keberadaan dirinya.
3. Peran
Peran adalah serangkaian perilau yang diharapkan oleh msyarakat yang sesuai
dengan fungsi yang ada dalam masyarakat atau suatu pola sikap, perilaku, nilai, dan tujuan
yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat, misalnya sebagai orang
tua, atasan, teman dekat dan sebagainya. Setiap peran berhubungan dengan pemenuhan
harapan-harapan tertentu. Apabila harapan tersebut dapat dipenuhi, rasa percaya diri
seseorang akan meningkat. Sebaliknya, kegagalan untuk memenuhi harapann atas peran
dapat menyebabkan penurunan harga diri atau terganggunya konsep diri seseorang.
4. Identitas Diri
Identitas diri adalah penilaian individu tentang dirinya sendiri suatu kesatuan yang
utuh. Identitas mencangkup konsistensi seorang sepanjang waktu dan dalam berbagai
keadaan serta menyiratkan perbedaan dan keunikan dibandingkan dengan orang lain.
Identitas sering kali didapat melalui pengamatan sendiri dan dari apa yang didengar seorang
dari orang lain mengenai dirinya. Pembentukan identitas sangat diperlukan demi hubungan
yang intim karena identitas seseorang dinyatakan dalam hubungannya dengan orang lain.
Seksualitas merupakan bagian dari identitas. Identitas seksual merupakan konseptualitas
seseorang atas dirinya sebagai pria atau wanita dan mencangkup orlentasi seksual. (A.Aziz
Alimul, 2009)
5. Ideal diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku
berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang
diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri akan

Keperawatan Jiwa 13
mewujudkan cita-cita atau pengharapan diri berdasarkan norma-norma social di masyarakat
tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri.

Pembentukan ideal diri dimulai pada masa kanak-kanak dipengaruhi oleh orang yang
penting pada dirinya yang memberikan harapan atau tuntutan tertentu. Seiring dengan
berjalannya waktu individu menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk
dasar dari ideal diri. Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi
pada orang tua, guru dan teman. Pada usia yang tua dilakukan penyesuaian yang
merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik pada perubahan peran serta tanggung jawab.

G. Gangguan Konsep Diri :

1. Faktor Predisposisi
Faktor Predisposisi gangguan citra tubuh:
a. Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
b. Perubahan Ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan
perkembangan atau penyakit).
c. Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh.
d. Prosedur pengobatan seperti radiasi,kemoterapi,transplantasi. (Suliswati,dkk,2005)

Faktor Predisposisi gangguan harga diri:


a. Penolakan dari orang lain.
b. Kurang penghargaan.
c. Pola asuh yang salah : terlalu dilarantg, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu dituntut
dan tidak konsisten.
d. Persaingan antar saudara
e. Kesalahan dan kegagalan yang berulang.
f. Tidak mencapai standar yang ditentukan.
Faktor Predisposisi gangguan peran:
a. Tradisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi dan
keadaan sehat-sakit.
b. Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan secara
terus menerus yang tidak terpenuhi.

Keperawatan Jiwa 14
c. Keraguan peran, ketika individu kurang mengetahuinya tentang harapan peran yang
spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai.
d. Peran yang terlalu banyak.
Faktor Predisposisi gangguan identitas diri :
a. Ketidakpercayaan orang tua pada anak.
b. Tekanan dari teman sebaya.
c. Perubahan struktur sosial.
2. Faktor Presipitasi
Trauma
Masalah spesifik sehubungan dengan konsep diri adalah situasi yang membuat
individu sulit untuk menyusuaikan diri atau tidak dapat menerima khususnya trauma emosi
seperti penganiyayaan fisik ,seksual dan psikologis pada masa anak-anak atau merasa
terancam kehidupannya atau menyaksikan kejadian berupa tindakan kejahatan.

Ketegangan Peran
Ketegangan peran adalah peran frustasi ketika individu merasa tidak adekuat
melakukan peran atau melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak
merasa cocok dalam melakukan perannya . Ketegangan peran ini sering dijumpai saat
terjadi konflik nperan, keraguan peran dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat
individu menghadapi dua harapan yang bertentangan dan tidak dapat dipenuhi. Pada
perjalanan kehidupan, individu sering menghadapi transisi peran yang bergam. Transisi
peran yang sering terjadi adalah perkembangan, situasi dan sehat-sakit.
Transisi peran perkembangan, setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman
pada identitas. Setiap tahap perkembangan harus dilalui individu dengan menyelesaikan
tugas perkembangan yang berbeda-beda, hal ini dapat merupakan stresor bagi konsep diri.
Transisi Peran Situasi, Perubahan jumlah anggota keluarga baik pertambahan atau
pengurangan melalui kelahiran atau kematian.
Transisi Sehat Sakit, Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen
konsep diri. Pergeseran kondisi kesehatan individu yang menyebabkan kehilangan bagian
tubuh, perubahan bentuk, penampilan dan fungsi tubuh. Perubahan akibat tindakan

Keperawatan Jiwa 15
pembedakan yang dapat terlihat seperti kolostomi atau gastrostomi atau yang tidak
kelihatan seperti histerektomi. (Suliswati,dkk,2005)

Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku pada gangguan citra tubuh :
1. Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu
2. Menolak bercermin
3. Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh
4. Menolak usaha rehabilitasi
5. Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat
6. Menyangkal cacat tubuh
Perubahan perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah :
1. Mengkritik diri sendiri
2. Merasa bersalah dan khawatir
3. Merasa tidak mampu
4. Menunda keputusan
5. Gangguan berhubungan
6. Menarik diri dari realita
7. Merusak diri
8. Membesar-besarkan diri sebagai orang penting
9. Perasaan negative terhadap tubuh
10. Ketegangan peran
11. Pesimis menghadapi hidup
12. Keluhan fisik
13. Penyalahgunaan zat
Perubahan perilaku yang berhubungan dengan kerancuan identitas :
1. Tidak melakukan kode moral
2. Kepribadian yang bertentangan
3. Hubungan interpersonal yang eksploitatif
4. Perasaan hampa
5. Perasaan mengambang tentang diri

Keperawatan Jiwa 16
6. Kekacauan identitas seksual
7. Kecemasan yang tinggi
8. Ideal diri tidak realitis
9. Tidak mampu berempati terhadap orang lain
Perubahan perilaku yang berhubungan dengan depersonalisasi :
a. Efektif
1. Kehilangan identitas diri
2. Merasa asing dengan diri sendiri
3. Perasaan tidak nyata
4. Merasa sangat terisolasi
5. Tidak ada perasaan berkesinambungan
b. Persepsi
1. Halusinasi pendengan/penglihatan
2. Kekacauan identitas seksual
3. Sulit membedakan diri dengan orang lain
4. Gangguan citra tubuh
5. Menjalani kehidupan seperti dalam mimpi
c. Kognitif
1. Bingung
2. Disorientasi waktu
3. Gangguan berfikir
4. Gangguan daya ingat
5. Gangguan penilaian
d. Perilaku
1. Pasif
2. Komunikasi tidak sesuai
3. Kurang spontanitas
4. Kurang pengendalian diri
5. Kurang mampu membuat keputusan
6. Menarik diri dari hubungan social

Keperawatan Jiwa 17
Mekanisme Koping
Dalam kehidupan sehari-harinya, individu menghadapi pengalaman yang
mengganggu ekuilibirum kognitif dan afektifnya. Individu dapat mengalami perubahan
hubungan dengan orang lain dalam harapannya terhadap diri sendiri dengan cara negative.
Munculnya ketegangan dalam kehidupan mengakibatkan perilaku pemecahan masalah
(mekanisme koping) yang bertujuan untuk meredakan ketegangan tersebut.
Klien gangguan konsep diri menggunakan mekanisme koping yang dapat
dikategorikan menjadi dua yaitu koping jangka pendek dan koping jangka panjang.
Karakteristik Koping jangka pendek :
1. Aktivitas yang dapat memberikan kesempatan lari sementara dari krisis. Misalnya,
menonton televise, kerja keras, olahraga berat.
2. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misalnya ikut kegiatas
social politik, agama.
3. Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri
misalnya, aktivitas yang berkompetisi yaitu pencapaian akademik atau olahraga.
4. Aktivitas yang mewakili jarak pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang
berarti dalam kehidupan, misalnya penyalahgunaan zat.
Koping jangka panjang :
Koping jangka panjang dikategorikan dalam penutupan identitas dan identitas negative :
1. Penutupan identitas
Adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu tana
memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi individu.
2. Identitas negative
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai dan harapan
masyarakat.

Mekanisme Pertahanan Ego


Mekanisme pertahanan ego yang sering dipakai adalah :
1. Fantasi, kemampuan menggunakan tanggapa-tanggapan yang sudah ada untuk
menciptakan tanggapan baru
2. Disosiasi, respon yang tidak sesuai dengan stimulus

Keperawatan Jiwa 18
3. Isolasi, menghindarkan diri dari interaksi dengan lingkungan luar
4. Projeksi, kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri dilontarkan pada orang lain
5. Displacement, mengeluarkan perasaan-perasaan yang tertekan pada orang yang kurang
mengancam dan kurang menimbulkan reaksi emosi

H. Membangun Konsep Diri


Konsep diri adalah gambaran yang memiliki orang tentang dirinya sendiri. Konsep
diri merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki orang tentang dirinya sendiri,
karakteristik fisik, psokologis, sosial dan emosional, aspirasi, dan prestasi. Semua konsep
diri mencangkup citra fisik yang psikologis diri. Konsep diri anak didasarkan atas keyakinan
anak mengenai pendapat orang-orang dekat (orang tua, guru, teman) tentang dirinya. Kalau
orang-orang dekat tadi menyenanginya, ia akan berfikir tentang dirinya. (Munawir Yusuf,
2006)

Pikiran
Citra
Emosi Psikologis

Individu
Penampilan
Tunggal
Fisik
Citra
Kesesuaian/ Fisisk
tidak dengan
jenis kelamin

Kesesuaian/
tidak dengan
jenis kelamin

Kesesuaian/ Kesesuaian/
tidak dengan tidak dengan
jenis kelamin jenis kelamin
Keperawatan Jiwa 19
Citra
Fisisk

Konsep diri adalah bagian dari pola kepribadian dan merupakan bagian penting
dalam kepribadian. Stabilnya konsep diri akan mempermudah pemahaman anak tentang
dirinya sendiri. Stabilnya konsep diri akan mempermudah pemahaman anak tentang dirinya
sendiri. Kestabilan konsep diri anak bisa didapatkan melalui adalanya kesamaan pandangan
dari guru, orang tua, dan teman tentang dirinya.

Kepercayaan

Sosialisasi Konsep Harga


Bagus Diri Positif Diri

Realitas

Tidak Mampu

Sisialisasi Rendah
Konsep
Kurang Diri
Diri Positif

Ragu-Ragu

Keperawatan Jiwa 20
Kesadaran diri biasanya terjadi karena pandangan antara guru, orang tua, dan teman
tentang diri anak. Inti dari pola kepribadian andalah konsep diri anak dan konsep ini
mempengaruhi berbagai sifat. Peran unsur bawaan dalam perkembangan konsep diri
ditentukan oleh cara anak menginterprestasikan perlakuan orang lain. Anak yang lebih
pandai menginterprestasikan perasaan orang terhadap dirinya. Sebaliknya, anak yang kurang
cerdas sulit menginterprestasikan perasaan orang terhadap dirinya berdasarkan yang
dikatakan atau dilakukan orang lain. Pada waktu bayi masih berusia beberapa tahun, ia
mulai memberi respons kepada orang.
Cara orang memperlakukan dirinya akan mempunyai pengaruh yang sangat
mendasar pada konsep diri yang sangat mendasar pada konsep diri yang ia kembangkan dan
penyusaiannya terhadap orang. Menurut Erikson, masa bayi merupakan waktu
berkembangnya kepercayaan atau ketidakpercayaan dasar. Sesuatu yang dikembangkan
akan menentukan bayi bereaksi terhadap orang dan situasi, bukan pada saat itu, melainkan
sepanjang hidupnya. (Munawir Yusuf, 2006)
Anak yang terlalu sering menjadi korban olok-olok teman sebayanya akan mudah
resah dan bereaksi sebagai anak yang tertekan, entah dengan menangis, marah atau sekedar
merengek. Biasanya ia akan menjadi sensitif. Anak yang merasa dirinya “buruk” dan tidak
seseorang pun menyukanya akan menyebabkan anak yang mempunyai konsep diri yang
buruk. Tanda-tanda anak yang buruk adalah sebagai berikut.
1. Menjadi resah dan marah bila diberi tahu ia balik.
2. Mengerjakan hal-haln yang buruk.
3. Tidak terpengaruh atau bahkan senang jika dikatakan nakal.
4. Kebiasaan-kebiasaan yang buruk.
Beberapa hal yang menyebabkan anak mengembangkan konsep diri yang buruk antara
lain
1. Anak sering dikatakan jelek.
2. Jarang dipuji.
3. Kurang diperhatikan kebutuhannya.
4. Diharapkan terlalu banyak, padahal kemampuannya terbatas.

Keperawatan Jiwa 21
Jadi, dari satu sudut pandang, setiap pemeriksaan yang meminta subjek untuk
membuat laporan kognitif atau evaluatif tentang segala aspek yang relatif abadi dari diri
mungkin dapat ditafsirkan menjadi studi konsep diri. maka semua penelitian menggunakan
persediaan kepribadian atau wawancara mengacu pada diri karakteristik mungkin telah
dimasukkan. Namun, dalam mengumpulkan bahan pada setiap topik. (Ruth C.While, 1979)
Memang tidak dipungkiri bahwasannya jumlah aktivis islam semakin hari semakin
bertambah banyak. Tapi yang menjadi catatan penting disini adalah bahwa beban dakwah ini
belumloah seimbang dengan jumlah para pemikul bebannya-para aktivitas islam. Bahkan
waktu punseakakn tidak cukup untuk dipergunakan secara sempurna untuk dakwah ini..
dakwah yang mungkin usianya jauh melebihi usia manusia itu sendiri.
Karena itu dibutuhkan kemampuan tarbaik manusia untuk mengembangkan dakwah
ini. Kemampuan itu yaitu kemampuan yang seyogyanya dimiliki setiap manusia dengan
spesifiknya masing-masing. Kemudian kita akan berfikir bagaimana setelkah kemampuan
terbaik itu bisa terlatih dan ternyata tidak mempengaruhi beban dakwah yang tidak
seimbang ini. Seakan apa yang kita lakukan mempengaruhi sedikit pun beban dakwah ini.
Dalam diri manusia rupanya terdapat dua buah kekuatan yaitu quwwatul khair yang
merupakan kekuatan kebaikan, sering disebut sisi positif maupun tindakan positif dari kita.
Sedangkan quwwatul syar, merupakan kebalikan dari quwwatul khair yaitu, kekuatan
kesehatan dalam diri manusia. Yang dimaksud menajemen diri dalam pandangan islam
adalah bagaimana memaksimalkan quwwatul khair dalam diri kita dan mematikan quwwatul
syar atau minimal menguranginya sekecil mungkin.
Untuk membangun konsep diri yang kuat nan kokok tidak bisa serta merta dibuat
dengan instan, namun merupakan suatu proses yang berat dan lama dan dimana semua
proses berat dan lama itu akan terasa ringan dengan keistiqomahan atau dalam bahasa lain
melalui kebiasaan-kebiasaan yang mapu membawa manusia membangun konsep diri yang
benar.
Pertama, kebiasaan i’tikaf. i’tikaf membantu jika membuat pemahaman diri yang
sangat mendalam. Dengan pemahaman diri yang mendalam maka akan diperoleh
ketenangan, dan ketenangan itu adalah pintu keterarahan. Ketika kita sudah memiliki
keterarahan makan bisa dipastikan tindakan kita, emosi kita dan kecil apapun hal yang kita
lakuakan berada dalam kontrol kesadaran kita.

Keperawatan Jiwa 22
Kedua, kebiasaan berfikir. Jelas kebiasaan ini erat hebungannya dengan
penambahan kapasitas bagi manusia. Telah banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an tentang hal
ini. Kita bahkan bisa melakukan kebiasaan ini dimana saja dan kapan saja.
Ketiga, keterampilan berbicara. Dalam hal ini jangna diartikan kebiasaan banyak
bicara meskipun lihai dan indah karena berbicara itu bagaikan pisau bermata dua, disatu sisi
bisa membawa kebaikan tapi bila kita salah mengarahkan pisau itu maka kitalah yang akan
kena. Rasulullah SAW pernah bersabda : ‘Barang Siapa yang bermain kepada Allah dan hari
akhir, hendaknya ia mengatakan yang baik atau diam.”
Keempat, Kebiasaan untuk serius. Q.S Al Hadiid : 16 merupakan ayat teguran
kepada orang islam yang masih sering bercandah dalam berdawah. Karena dakwah islam ini
adalah dakwah serius, yang harus kita lakukan adalah memadukan segala daya dan kekuatan
dan mengkostentrasikannya dalam sebuah tujuan atau sasaran yang ingin dicapai.
Kelima, pertaubatan berkala yaitu semacam muhasabah tetapi secara berskala.
Sekaligus mahasabah ini bisa dijasikan koreksi pada diri kita selama ini. Ali Bin Abi Thalib
menganjurkan supaya tiap pekan kita menulis kebaikan-kebaikan yang telah kita lakukan
dan keburukan-keburukan yang juga telah kita lakukan supaya kita dapat membuat
komprasi keduanya dan kemudian memperbaruhi taubat.
Kelima kebiasaan itu merupakan salah satu dari banyaknya instrumen dalam rangka
membangun konsep diri seorang muslim. (Akhanggit’s,2010)

I. Sumber Informasi Untuk Konsep Diri.

Calloun dan Acecella (1990) mengungkapkan ada beberapa sumber informasi untuk
konsep diri seseorang yaitu:
1. Orang Tua
Orang tua adalah kontak sosial yang paling awal kita alami dan yang paling
berpengaruh. Orang tua sangat penting bagi seorang anak, sehingga apa yang mereka
komunikasikan akan lebih berpengaruh daripada informasi lain yang diterima anak
sepanjang hidupnya. Orang tua memberikan arus informasi yang konstan mengenai diri
anak. Orang tua juga membantu dalam menetapkan pengharapan serta mengerjakan anak
bagaimana menilai diri sendiri. Pengharapan dan penilaian tersebut akan terus terbawa
sampai anak menjadi dewasa.

Keperawatan Jiwa 23
2. Teman Sebaya
Setelah orang tua atau kelompok teman sebaya juga cukup mempengaruhi konsep
diri individu. Penerimaan maupun penolakan sekolompok teman sebaya atau terhadap
seseorang anak dalam kelompok teman sebayanya dapat memberi pengaruh yang dalam
pada pandangannya tentang dirinya sendiri dan peranan ini, bersama dengan penilaian
diri yang dimilikinya akan cenderung terus berlangsung dalam hubungan sosial ketika ia
dewasa.

3. Masyarakat
Sama seperti orang tua dan teman sebaya, masyarakat juga memberitahu individu
bagaimana mendefenisikan diri sendiri. Penilaian dan pengharapan masyarakat terhadap
individu dapat masuk kedalam konsep diri individu dan individu akan berprilaku sesuai
dengan penghargaan tersebut.
4. Belajar
Konsep diri merupakan hasil belajar. Belajar dapat didevenisikan sebagai
perubahan psikologis yang relatif permanen yang terjadi dalam diri seseorang sebagai
akibat dari pengalaman. Dalam mempelajari konsep diri, terdapat tiga faktor utama yang
harus dipertimbangkan, yaitu: asosiasi, ganjaran dan motivasi. (Taylor dalam Agustiana,
2006)

Keperawatan Jiwa 24
BAB III

KASUS

I. IDENTITAS

1. Identitas Klien

a. Nama / inisial : Tn ”F”


b. Umur : 23 thn
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Alamat : Jl. Ilir Kudukan, Bukut II Kel 35 Ilir, Kec. IlirRt 12 No. 612 Palembang
f. Pendidikan : SLTA
g. Pekerjaan : Honor Pemda
h. Status perkawinan : Belum menikah
i. Tanggal MRS : 20 Februari 2008
j. Tanggal Pengkajian : 14 Maret 2008
k. Ruang rewat : Merak
l. No. Med Rec : 037753

II. Alasan Masuk Rumah Sakit

Keperawatan Jiwa 25
 7 hari sebelum masuk rumah sakit klien suka menyendiri, saat di ajak bicara klien terlihat
bingung dan selalu diam, klien merasa dirinya tidak berharga, sehingga klien lebih banyak
mengurung diri serta malu dengan teman-temannya.
Masalah keperawatan : gangguan konsep diri : harga diri rendah.

III. Faktor Predisposisi

1. Gangguan jiwa masa lalu : Klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa
sebelumnya
2. Pengobatan : Karena klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa
sebelumnya, maka klien tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya.

3. Aniaya fisik : Klien tidak pernah melakukan aniaya fisik, aniaya sexual,
maupun tindak kriminal.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
4. Adakah anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa :Tidak ada
anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : Klien merasa kecewa dan
berduka karena dulu kien ingin sekali menjdi seorang polisi, namun keinginan itu tidak
pernah tercapai Masalah keperawatan : berduka disfungsional.

IV. Fisik
1. Tanda vital = TD : 110/70 mmHg N : 96x/mnt S : 36,60C
2. Ukur : TB : 163 BB : 52 Kg
3. Keluhan fisik
Klien tidak ada keluhan fisik, Masalah keperawatan : tidak ada masalah

V. Psikososial
1. Genogram

Keperawatan Jiwa 26
Keterangan :

Laki-laki

Perempuan

Meninggal

Klien

Tinggal serumah

Klien anak ke 2 dari 5 bersaudara

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

2. Konsep diri
a. Gambaran diri :Klien mengatakan tidak ada bentuk tubuh yang tidak disukainya, dia
menerima keadaan tubuhnya apa adanya.
b. Identitas : Klien mengetahui nama dan alamat rumahnya, Klien juga mengatakan kurang
menyukai pekerjaannya sekarang
c. Peran : Klien dirumah berperan sebagai anak
d. Ideal diri : Klien ingin sembuh dan kembali berkumpul dengan keluarganya
e. Harga diri : Klien mau berada dan dirawat di RS Ernaldi Bahar dan klien malu dengan
keadaannya sekarang.
Masalah keperawatan : gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti :Klien mengatakan orang yang berarti

Keperawatan Jiwa 27
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Klien tidak pernah dan tidak mau
ikut serta dalam kegiatan kelompok
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien mengatakan lebih baik
menyendiri dari pada harus bergaul dan berhubungan dengan orang lain.
Masalah keperawatan : isolasi sosial : menarik diri.

VI. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien mengakui bahwa agamanya islam dan yakin adanya tuhan
b. Kegiatan ibadah : Klien jarang beribadah dan khususnya mengerjakan sholat
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
VII. Status Mental
a. Penampilan :Penampilan klien rapi, kebersihan cukup, cara berpakaiannya seperti biasa dan
sesuai waktunya. Klien menggunakan alas kaki.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

b. Pembicaraan Cara bicara klien teratur dan lancar seperti biasa


Masalah keperawatan : tidak ada masalah

c. Aktivitas motorik : Klien dapat melakukan aktivitas tanpa hambatan


Masalah keperawatan : tidak ada masalah

d. Alam Perasaan : Klien masih merasa sedih jika ingat dengan keluarga dan kejadian masa
lalu yang tidak menyenangkan.
Masalah keperawatan : berduka disfungsional

e. Afek : Afek klien tumpul bereaksi sesuai dengan stimulasi yang ada
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

f. Interaksi selama wawancara : Selama wawancara kontak mata klien kurang dan tidak
kooperatif. Klien terlihat banyak diam saat di ajak bicara.
Masalah keperawatan : Gangguan interaksi sosial : menarik diri

Keperawatan Jiwa 28
g. Persepsi :Klien mengatakan tidak pernah mendengar bisikan-bisikan atau suara-suara yang
aneh, Klien tidak mengalami kerusakan persepsi halusinasi.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

h. Proses Fikir : Klien mampu memberikan keterangan cukup jelas, apa yang ditanyakan klien
mampu menjawabnya dengan benar.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

i. Isi Fikir ;Klien mengatakan ingin kembali bekerja seperti biasa, jika ia sudah sembuh dan
keluar dari RS Ernaldi Bahar.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

j. Tingkat Kesadaran : Klien masih mamu mengingat waktu, tempat dan nama orang lain yang
dikenalnya.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

k. Memori : Klien masih mampu mengingat-ingat kejadian masa lalu dan waktu kapan ia
masuk ke RS Ernaldi Bahar.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien mampu berhitung sederhana, misal : menghitung
angka 1 sampai 10 dan 4 + 2 = 6.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

m. Kemampuan penilaian : Klien mampu memutuskan dua pilihan walaupun sederhana, misal :
memilih makan dulu atau cuci tangan dulu dan klien memilih mencuci tangan dulu baru
makan.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

n. Daya tilik diri: Klien menyadari bahwa klien dalam keadaan sakit.

Keperawatan Jiwa 29
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

VII. Kebutuhan persiapan pulang


1. Makan : Klien makan dan menghabiskan porsi makanan yang
disajikan, setiap selesai makan klien merapikan dan membersihkan ruang makan. Klien
mampu makan sendiri tanpa bantuan orang lain.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

2. BAB / BAK : Klien BAB / BAK di WC dan klien mampu


membersihkannya sendiri. Masalah keperawatan : tidak ada masalah.

3. Mandi :Klien mandi 2 x sehari memakai sabun, tanpa bantuan


orang lain.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.

4. Berpakaian / berhias : Klien berganti pakaian setiap hari setelah mandi,


klien berhias menyisir rambut dan berpenampilan cukup rapi.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

5. Istirahat dan tidur : Tidur siang : klien terlihat jarang tidur siang; Tidur
malam : jam 20.00 Wib – 05.00 Wib. Kebiasaan yang biasa dilakukan setelah bangun tidur
adalah merapikan tempat tidur.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.

6. Penggunaan obat :Selama di rawat di RS Ernaldi Bahar, klien mau


minum obat sesuai dosis yang telah ditentukan.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

7. Pemeliharaan kesehatan : Klien mengatakan jika pulang nanti akan rajin


kontrol ke poliklinik RS Ernaldi Bahar
8. Kegiatan di Rumah : Klien akan membantu membersihkan rumah,
mencuci pakaian dan merapikan kamar

Keperawatan Jiwa 30
VIII. Mekanisme Koping

Klien menggunakan mekanisme maladaptif, klien banyak menghindar saat di ajak bicara.

Masalah keperawatan : koping individu in – efektif.

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan


1. Masalah dengan dukungan kelompok spesifik
Klien mendapat dukungan dari kelompok dan keluargan, klien sulit untuk berbagi msalah
dengan orang lain.
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan spesifik
Klien tidak pernah mengikuti kegiatan sosial di lingkungan

3. Masalah dengan pendidikan spesifik


Klien mengatakan cukup puas dengan pendidikannya

4. Masalah dengan pekerjaan spesifik


Klien sangat menginginkan pekerjaan sebagai seorang polisi, namun keinginannya tidak
pernah tercapai. Ia merasa kurang senang dengan pekerjaannya sekarang yang hanya sebagai
honor Pemda.

5. Masalah dengan perumahan, spesifik


Klien masih tinggal dengan kedua orang tuanya bersama saudara-saudaranya

6. Masalah keperawatan, spesifik Klien merasa kurang puas dengan ekonomi yang
di dapat dari gaji hasil pekerjaannya.

7. Masalah dengan pelayanan kesehatan


Klien mengatakan jika sakit langsung di bawa kepelayanan kesehatan terdekat. Klien juga
harus rajin kontrol.
Masalah keperawatan : gangguan interaksi sosial : menarik diri.

X. Pengetahuan

Keperawatan Jiwa 31
Klien sedikit mengetahui tentang penyakit jiwa, dan klien menyadari bahwa dirinya sakit
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

XI. Aspek Medik


Diagnosa medik : Skizofrenia
Terapi medik ;
1. Chlorpromazine 100 mg 1 x 1
2. Haloperidal 5 mg 3 x 1
3. Tryhexipenidil 2 mg 3 x 1

XII. Daftar Masalah keperawatan


1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
2. Gangguan interaksi sosial : menarik diri
3. Berduka disfungsional
4. Koping individu in-efektif

XIII. Daftar Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
2. Gangguan interaksi sosial : Menarik Diri
3. Berduka disfungsional
4. Koping individu in-efektif.

ANALISA DATA

No DATA MASALAH

1 Data Subjektif Gangguan konsep diri :


harga diri rendah
 Klien mengatakan bahwa dirinya tidak
percaya diri
 Klien mengatakan dirinya tidak berguna,
dan tidak punya harga diri

Data Objektif

 Klien tampak sering melamun


 Saat wawancaraklien suka merendahkan

Keperawatan Jiwa 32
diri

Data Subjektif

 Klien mengatakan malu bergaul dengan


2 orang lain Gangguan interaksi sosial
 Klien mengatakan lebih baik menyendiri : menarik diri
dari pada berbincang-bincang dengan orang
lain.

Data Objektif

 Klien tampak malas di ajak berbicara


 Klien tampak sering menyendiri di kamar

Data Subjektif

 Klien mengatakan sedih dengan keadaan


dirinya
 Klien mengatakan dirinya tidak berguna
Berduka disfungsional
3 Data Objektif

 Klien tampak sedih dan murung


 Klien tampak suka melamun

Data Subjektif

 Klien mengatakan jika ada masalah sulit


untuk menceritakannya kepada orang lain.

Data Objektif
Koping individu in-efektif
4
 Klien menyalahkan keluarganya yang
memasukannya ke Rumah Sakit
 Klien memilih diam jika ada masalah

Keperawatan Jiwa 33
POHON MASALAH

Gangguan Interaksi Sosial : Menarik Diri  Akibat

Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah  Core Problem

Berduka disfungsional  etiologi

Koping individu in – efektif

Keperawatan Jiwa 34
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Inisial Klien : Tn ”F”

Umur : 23 Th No. RM : 037753

Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa
No
Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasionalisasi

1 Gangguan TUM
Interaksi
sosial : Klien dapat mela-
Menarik Diri kukan cara
berhubungan pengam-bilan /
dengan pengendalian
Gangguan keputusan yang
konsep diri : efek-tif untuk
harga diri mengenda-likan
rendah ditandai situasi
dengan : kehidupannya,
dengan demikian
Data subjektif dapat menurunkan
perasaan rendah
 Klien diri
mengat
akan TUK 1
bahwa
dirinya Klien dapat
tidak membina hubungan
percaya saling percaya Setelah 1x interaksi  Bina  Hubung
diri klien menunjukkan hubungan an
 Klien tanda-tanda saling saling
mengat percaya kepada percaya percaya
akan perawat sebagai
dirinya  Sapa klien dasar
tidak  Kien mau dangan interaksi
berguna berkenalan ramah yang
, dan  Klien mau  Perkenalkan terapeut
tidak berjabat diri ik antara
punya tangan  tanyakan perawat
harga  Klien mau nama dan
diri menyebutka lengkap dan klien
n namanya nama  Ungkap

Keperawatan Jiwa 35
 Klien mau panggilan an
Data Objektif dan yang disukai perasaa
bersedia  Buat kontrak n oleh
 Klien perawat yang jelas klien
tampak duduk  jelaskan sebagai
sering disampingn tujuan bukti
melamu ya intervensi bahwa
n  Klien  Tunjukkan klien
 Saat bersedia sikap empati memper
wawanc mengungka dan cayai
araklien pkan menerima perawat
suka msalahnya klien apa  Empati
merend adanya perawat
ahkan  Kontak mata akan
diri dengan klien mening
 dorong klien katkan
dan beri hubunga
kesempatan n yang
untuk baik
mengungkap antara
kan perawat
perasaannya. – klien.

 Dengarkan
ungkapan
klien dengan
empati

Keperawatan Jiwa 36
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Inisial Klien : Tn ”F”

Umur : 23 Th No. RM : 037753

Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa
No
Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasionalisasi

2 TUK II Setelah 2 x  Identifikasi  Melibatkan


pertemuan kemampuan klien dalam
Klien dapat diharapkan : dan aspek menggali
mengidentifikasi positif yang kemampuan
kemampuan dan  Klien dapat dimiliki serta aspek
aspek positif yang menyebutka yang
dimiliki n  Dorong dimilikinya
kemampuan klien untuk  Untuk
yang mengespres mengetaui
dimilikinya ikan koping
 Klien dapat perasaannya klien
mengekspres sebagai data
ikan  Dorong untuk
perasaannya klien untuk melakukan
 Klien dapat menyebutka intervensi
menyebutka n aspek selanjutnya
n aspek positif yang  Memotivasi
positif yang ada pada respon klien
ada pada dirinya sehingga
dirinya klien dapat
sehingga mengetahui
klien tidak kemampuan
TUK III rendah diri dirinya
lagi dapat dapat
3. Klien dapat  Diskusikan bekerja
menilai dengan dengan
kemampuan diri klien rajin, harga
dalam menyelesai kemampuan diri klien
kan masalah yang meningkat
Setelah 1- 2 x digunakan  Menghargai
pertemuan selama di respon/upay
diharapkan klien rumah sakit. a klien dan
mampu dalam membuat
klien
 Mengendalik merasa

Keperawatan Jiwa 37
dihargai dan
an emosi  Diskusikan percaya diri
yang tidak yang dapat
terkontrol dilanjutkan  Dengan
 Menyebutka penggunaan mengetahui
n dirumah status
kemampuan sakit. koping yang
dirinya ada pada
 Klien dapat  klien, klien
menyele  Beri pujian dapat
saikan yang positif mengontrol
masalah atas diri dalam
tanpa emosi tindakan bertindak
 Klien klien.  Dapat
menyebutka mengetahui
n sumber
kemampuan kekuatan
4. TUK IV : / sumber yang ada
kekuatan pada klien
Klien dapat menyu pada dirinya baik dari
sun atau diri klien
merencana kan ataupun dari
kegiatan sesuai keluarga
dengan  Dengan
kemampuan yang memberi
dimiliki  Kaji status tujuan dapat
koping yang meningkatk
dimiliki an
oleh klien kreativitas
diri klien
 Gali dan klien
Setelah 2 – 3 x kekuatan merasa
pertemuan, klien dan sumber dihargai
dapat : kekuatan sehingga
yang klien tidak
 Mengetahui dimiliki rendah diri
kegiatan apa klien lagi
yang harus
dilakukan  Beri
 Klien remforceme
mampu nt ang
menyusun masih
rencana  yang positif
kegiatan atas
yang harus keberhasila

Keperawatan Jiwa 38
dilakukan n kerja
 Klien klien
mampu
melakukan  Bantu klien
kegiatan mengidentif
sesuai ikasi  Dengan
dengan kegiatan adanya
tingkat yang selama kegiatan
kemampuan ini selama di
dirinya dilakukan di RS klien
RS dapat
5 TUK V bekerja
 Motivasi dengan
Klien dapat klien untuk rajin,
berkola borasi dapat semangat,
dengan tim medis memutuska mampu
dengan n rencana menggunak
menggunakan obat kegiatan an
dengan benar yang akan kemampuan
dilakukan nya.
setiap hari  Dengan
 Bantu klien memberi
untuk semangat
melakukan klien mau
aktivitas diajak
dan sesuai bekerja dan
kemampuan merasa
dirinya. dirinya
dihargai
 Aktivitas
yang
 Diskusikan melebihi
dengan klien kemampuan
Setelah 1 x tentang diri klien
pertemuan klien pentingnya obat akan
menyatakan :  Bantu klien menyebabk
untuk an klien
 Klien memastikan malas dan
minum obat bahwa klien merasa
dengan minum sesuai tidak
teratur dengan program mampu
sesuai dokter melakukann
dengan  Observasi tanda ya
dosisnya dan gejala
 Manfaat terkait efek

Keperawatan Jiwa 39
minum obat samping obat
 Kerugian  Diskusikan
tidak minum dengan dokter
obatKlien tentang efek
dapat samping obat
menjalani yang diberikan
terapi yang  Jelaskan kepada
diberikan klien dan
setiap hari keluarga tentang
 Klien mau dosis, waktu dan
berobat dan manfaat obat
kontrol jika
pulang

 Memberika
n informasi
dan
meningkatk
an
kemampuan
dan penge
tahuan klien
tentang obat
sehingga
mempercep
at kesembu
han
 Memastikan
klien
minum obat
secara
teratur
 Untuk
mengetahui
efek dari
penggunaan
obat
 Memastikan
efek obat-
obatan yang
tidak
diinginkan

Keperawatan Jiwa 40
 Menambah
pengetahua
n klien dan
keluarga

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN

Hari/tanggal : 14 Maret 2008


Nama klien : Tn. F
No. MR : 037753
Dx / SP ke / Pertemuan ke : I
Nama perawat pelaksana : Perawat Cici
Harga diri rendah

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien : klien tampak sering melamun, tidak bersemangat, lebih suka menyendiri,
tampak sedih, tidak menatap lawan bicara, bicara lambat, dan nada suara lemah
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan gangguan
konsep diri : harga diri rendah
3. Tujuan umum : Klien dapat mencegah terjadinya isolasi sosial : menarik diri, dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
d. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan.
5. Tindakan :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Tindakan :

Keperawatan Jiwa 41
1. Bina hubungan saling percaya : Salam terapeutik, Perkenalan diri, Jelaskan tujuan
inteniksi, Ciptakan lingkungan yang tenang, Buat kontrak yang jelas (waktu,
tempat dan topik pembicaraan).
2. Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.
3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
4. Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung
jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.


Tindakan :
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi
pujian yang realistis.
3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan. 


Tindakan :
1. Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan.
2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah.

d. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.


Tindakan :
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.

e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan.


Tindakan :
1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan.

Keperawatan Jiwa 42
2. Beri pujian atas keberhasilan
3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

B. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Orientasi
1. Salam terapeutik

Pr : Selamat pagi pak !

Ps : . . . (diam dan tersenyum)

2. Evaluasi / validasi

Pr : Bagaimana perasaan bapak pagi ini ? kenapa bapak bisa masuk rumah sakit ?

Ps : Baik.

3. Kontrak

Topik : saya datang kesini hanya untuk berkenalan dengan bapak

Tujuan : Tujuannya agar kita dapat lebih akrab dan saling mengenal satu sama lain

Tempat : Bagaimana kalau kita berbincang – bincang di ruang tamu ?

Waktu : Bagaimana kalau kita berbincang – bincang selama 15 menit ?

2. Fase kerja
a. Sebelumnya saya perkenalkan diri dulu, nama saya suster cici, saya dari
Mahasiswa akper Sutopo.
b. Nama bapak siapa ?
c. Bapak suka dipanggil apa ?
d. ”F” tinggal dimana, alamat rumahnya ?
e. senang sekali bisa berkenalan dengan ”F”

Keperawatan Jiwa 43
f. Saya ingin ”F” mau menderitakan pengalaman – pengalaman ”F” / masalah-masalah
yang ”F” alami sekarang ini.
g. ”F” tidak perlu ragu/ takut anggap saja saya adalah teman ”F”
h. Dan percayalah saya pasti akan menjaga kerahasiaannya
i. Saya mengerti sekali perasaan ”F” dan saya senang telah berbincang-bincang dengan
”F”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi

S : Bagaimana perasaan ”F” setelah berbincang – bincang dengan saya tadi ?

O : Coba ”F” sebutkan kembali nama saya, apakah ”F” masih ingat dengan nama saya ?

b. Tindak lanjut

Selanjutnya besok pagi, saya akan tanya lagi sama ”F”, apakah ”F” masih ingat dengan
saya.

c. Kontrak

Topik : Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang, agar ”F” dapat
mengenali dan mengekspresikan emosi ”F”!

Tempat : Bagaimana kalau besok kita berbincang – bincang di ruang TV saja ?

Waktu : Kita berbincang – bincang selama 20 menit ya pak... ?

Keperawatan Jiwa 44
CATATAN PERAWATAN

Inisial Klien : Tn ”F”

Umur : 23 Thn NO. RM : 037753

Implementasi Evaluasi

Tanggal : 14 Maret 08 Tanggal : 15 Maret 08

Jam : 10.00 Wib Jam : 10.20 WIB

Membina hubungan saling percaya : S : Klien mengatakan mau


berkenalan, klien mengatakan mau
 Menyapa klien dan memperkenalkan menceritakan masalahnya kepada
diri ”Selamat pagi Pak ! kenalkan suster
nama saya suster Cici, saya berasal
dari akper Sutopo Surabaya. Saya di
sini selama 2 minggu
 Menanyakan nama klien dan nama O : Klien mau berjabat tangan, klien
panggilan yang disukai klien ”Nama menyebutkan namanya dan
bapak siapa?, bapak lebih suka panggilannya, klien mulai
dipanggil dengan nama apa?” menceritakan masalahnya
 Membuat kontrak interaksi yang jelas
”F” hari ini kita boleh berkenalan dan
”F” boleh menceritakan masalah ”F”
dengan suster A : TUK I tercapai
 Memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan perasaannya
 Mendengarkan ungkapan klien dengan
empati. P : Intervensi dilanjutkan ke TUK II

Keperawatan Jiwa 45
\

CATATAN PERAWATAN

Inisial Klien : Tn ”F”

Umur : 23 Thn NO. RM : 037753

Implementasi Evaluasi

Tanggal : 15 Maret 08 Tanggal : 16 Maret 08

Jam : 10.20 Wib Jam : 10.30 WIB

Tuk II S : Klien mengatakan setelah


bangun tidur klien membereskan
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan tempat tidur kemudian mandi dan
aspek positif yang dimiliki selanjutnya menyiapkan untuk
sarapan.
 Mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki, ’F”
pekerjaan apa yang sudah dilakukan
pagi ini ? rencana ’F” pagi ini mau O : klien tampak sibuk menyapu
melakukan apa? dan mengepel lantai, klien bercerita
 Mendorong klien untuk dan mengemukakan semua yang
mengekspresikan perasaannya, ”F” ingin klien lakukan.
bisa cerita dengan suster apa yang
sebenarnya ”F” lakukan atau yang
ingin dikerjakan
 Mendorong klien untuk menyebutkan A : TUK II tercapai
aspek positif yang ada pada dirinya
”F” sebenarnya menurut ”F” mampu
melakukan hal apa saja ?
 Memberikan pujian yang positif atas P : Intervensi dilanjutkan ke TUK
tindakan klien. ”F” terima kasih, bagus III
”F” sudah dapat melakukan kegiatan
itu

Keperawatan Jiwa 46
CATATAN PERAWATAN

Inisial Klien : Tn ”F”

Umur : 23 Thn NO. RM : 037753

Keperawatan Jiwa 47
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keseimbangan berbagai Konsep Diri ; Gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran
dan identitas diri sangat mempengaruhi kesehatan individu. Kerena dengan individu konsep
diri yang baik/sehat akan memiliki keseimbangan dalam kehidupan. Faktor-faktor penting
yang terdapat dalam konsep diri memiliki fungsi pemahaman kita terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi di dalam diri setiap individu. Mengaktualisasikan sikap-sikap secara
tepat, baik terhadap diri sendiri ataupun orang lain sebagai suatu pengolahan dasar
pemikiran yang positif.
Dari rentang respon adatif sampai respon maladatif, terdapat lima rentang respons
konsep diri yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan identitas,
dan depersonalisasi. Masalah keperawatan gangguan konsep diri terbagi menjadi beberapa
bagian yaitu gangguan citra tubuh, gangguan ideal diri, gangguan peran, gangguan identitas
dan gangguan harga diri

B. Saran
Disarankan setelah membaca makalah ini dan memahaminya agar diaplikasikan
ilmunya dalam kehidupan sehingga, sikap saling mengerti dan menghargai sesama manusia
lebih baik

Keperawatan Jiwa 48
DAFTAR PUSTAKA

http://mudkhiya.blogspot.com/2015/12/makalah-konsep-diri.html
https://www.scribd.com/doc/98046816/MAKALAH-KONSEP-DIRI
Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatn Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Keperawatan Jiwa 49

Anda mungkin juga menyukai