PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan kepribadian menurut Rusdi Malim (1998) yang merujuk pada PPGDJ-III
(Pedoman Penggolongan diagnose Gangguan Jiwa III) adalah paranoid, schizoid, emosional
tak stabil tipe implusif dan ambang, historic, anankastik, cemas (menghindar), dependen,
khas lainnya yang tidak tergolongkan.
Gangguan Kepribadian adalah istilah umum untuk suatu jenis penyakit mental di
mana cara berpikir, memahami situasi, dan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi.
Sedangkan gangguan kepribadian menurut Kaplan dan Saddock adalah suatu varian
dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang.
Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan dapat menyebabkan
gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan subyektif maka dimasukkan sebagai
kelas gangguan kepribadian.
Jadi, pembuatan makalah ini bermaksud agar kita lebih paham dan mengerti apa itu
gangguan kepribadian serta sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Psikologi untuk Peksos
II dengan pokok bahasan Psikologi Abnormal.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang apa itu gangguan kepribadian.
Keperawatan Jiwa 1
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa itu pengertian dari gangguan kepribadian
b. Mengetahui faktor penyebab timbulnya gangguan kepribadian
c. Mengetahui gejala umum gangguan kepribadian
d. Mengetahui macam-macam gangguan kepribadian
e. Mengetahui resiko gangguan kepribadian
f. Mengetahui Treatment bagi penderita gangguan kepribadian
g. Mengetahui askep dari gangguan kepribadian
Keperawatan Jiwa 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keperawatan Jiwa 3
kepribadian dan berhubungan dengan kekacauan pribadi dan sosial. Gangguan itu dapat
disebabkan oleh faktor hereditas dan pengalaman hidup pada awal masa kanak-kanak.
Diagnosa terjadinya gangguan kepribadian pada seseorang yang di dasarkan pada
bentuk perilaku, mood, sosial interaksi, impulsif, dapat menjadi suatu hal yang kontroversial
dan merugikan individu bersangkutan, kebanyakan orang awam memberikan sebutan label
atau pelbagai stigma tertentu pada mereka. Akibatnya, individu tersebut semakin enggan
untuk berobat dan melakukan isolasi diri.
Kemunculan gangguan kepribadian berawal kemunculan distres, yang dilanjutkan
pada penekanan perasaan-perasaan tersebut dan berperilaku tertentu seperti orang
mengalami distres pada umumnya. Rendahnya fungsi interaksi sosial di lingkungan tempat
tinggal dan lingkungan kerja ikut memperburuk kondisi dan suasana emosi dengan cara
mendramatisir, menyimpan erat, mengulang atau mengingat kembali suasana hati (obsesif),
dan antisosial.
Gangguan kepribadian dapat berlangsungnya lama karena karakteristik kepribadian
tidak mudah diubah. Ini berarti bahwa klien yang mengalami gangguan kepribadian terus
berprilaku yang sama walaupun perilaku tersebut menyebabkan kesulitan atau distress.
Tidak ada pengobatan khusus yang dapat mengubah kepribadian individu dan terapi yang
dirancang untuk membantu klien membuat perubahan sering kali membutuhkan waktu yang
lama, dengan kemajuan yang sangat lambat.
Keperawatan Jiwa 4
dapat menjadi mudah bosan dan terdistraksi dalam kehidupan sehari-hari, mudah marah
yang meledak-ledak, dan mungkin plinplan dalam hubungan.
Ketergantungan pada penghargaan menjelaskan cara individu berespon terhadap
isyarat social. Individu dengan ketergantungan tinggi pada penghargaan adalah individu
yang baik hati, sensitive, pandai bergaul dan dependen secara social. Individu dengan
ketergantungan rendah pada penghargaan adalah individu yang praktis, keras hati, dingin,
tidak sensitive secara social, ragu-ragu, dan tidak peduli dengan kesendiriannya, dapat
menarik diri dari masyarakat, memisahkan diri, menjauh dan tidak peduli dengan orang
lain.
Individu yang sangat persistensi adalah pekerja keras, tekun dan pejuang yang
ambisius yang merespons keletihan atau frustasi sebagai tantangan pribadi. Mereka
mungkin tekun walaupun situasi mengharuskan mereka mengubah atau menghentikan
apa yang sedang mereka lakukan. Individu yang persistensi adalah individu yang tidak
aktif, malas, tidak stabil dan aneh.
2. Faktor Temperamental
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin
berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Contohnya, anak-anak
yang secara temperamental ketakutan mungkin mengalami kepribadian menghindar.
Meskipun temperamen sebagian besar diturunkan karakter dipengaruhi oleh
pembelajaran social, budaya, dan peristiwa kehidupan tanpa sengaja yang unik pada tiap
individu (Cloninger & svrakic, 2000).karakter terus berkembang selama seseorang
berhubungan dengan orang lain dan situasi serta mengahadapi tantangan, yang
menghasilkan konsep tentang diri dan dunia luar.
3. Faktor Biologis
a) Hormon, orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga menunukkan
peningkatan kadar testosterone, 17-estradiol dan estrone.
b) Neurotransmitter, penilaian sifat kepribadian dan system dopaminergik dan
serotonergik, menyatakaan suatu fungsi mengaktivasi kesadaran dari neurotransmitter
tersebut. Meningkatkan kadaar serotonin dengan obat seretonergik tertentu seperti
fluoxetine dapat menghasilkan perubahan dramatik pada beberapa karakteristik
kepribadian. Serotonin menurunkan depresi, impulsivitas.
Keperawatan Jiwa 5
c) Elektrofisiologi, perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram telah
ditemukaan pada beberaapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering pada
tipe antisocial dan ambang, dimana ditemukan aktivitas gelombang lambat.
4. Faktor Psikoanalitik
Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan fiksasi
pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada stadium anal, yaitu
anakyang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal dapat menimbulkan sifat keras
kepala, kikir dan sangat teliti.
Keperawatan Jiwa 6
D. Macam-macam Gangguan Kepribadian
Kelompok A (cenderung berpikir atau berperilaku anehdan eksentrik/ tampak aneh) :
1. Paranoid
Gangguan kepribadian paranoid ditandai oleh ketidakpercayaan kepada orang lain
dan kecurigaan berlebih bahwa orang di sekitarnya memiliki motif jahat. Orang dengan
kelainan ini cenderung memiliki kepercayaan yang berlebihan pada pengetahuan dan
kemampuan mereka sendiri dan biasanya menghindari hubungan dekat. Mereka mencari
makna tersembunyi dalam segala sesuatu dan membaca niat bermusuhan ke dalam
tindakan orang lain. Mereka suka mengetest kesetiaan teman dan orang-orang terkasih
dan sering tampak dingin dan menjauh. Mereka biasanya suka menyalahkan orang lain
dan cenderung membawa dendam lama.
Individu meninterpretasikan tindakan orang lain berpotensi membahayakan
baginya. Selama periode stress, gejala psikotik sementara dapat terjadi. Insiden
diperkirakan 0,5% sampai 2,5% populasi umum dan lebih sering terjadi pada pria dai
pada wanita. Data tentang prognosis dan hasil jangka panjang terbatas karena individu
yang mengalami gangguan kepribadian paranoid tidak mudah mencari atau tetap
menjalani terapi (DSM-IV-TR, 2000)
Gejala Paranoid Personality Disorder:
1. Enggan untuk memaafkan karena dianggap penghinaan.
2. Sensitivitas yang berlebihan.
3. Susah percaya kepada orang lain dan kemandirian berlebihan.
4. Cenderung suka menyalahkan ke orang lain.
5. Selalu melakukan mengantisipasi terhadap pengkhianatan.
7. Curigaan parah
2. Schizoid
Orang dengan gangguan kepribadian Schizoid menghindari hubungan dengan
orang lain dan tidak menunjukkan banyak emosi. Tidak seperti avoidants, schizoids
benar-benar lebih suka menyendiri dan tidak diam-diam menginginkan popularitas.
Mereka cenderung mencari pekerjaan yang memerlukan sedikit kontak sosial.
keterampilan sosial mereka lemah dan mereka tidak menunjukkan perlunya perhatian
Keperawatan Jiwa 7
atau penerimaan. Mereka dianggap tidak punya selera humor dan jauh dan sering disebut
sebagai “penyendiri.”
Klien menunjukkan efek terbatas dan sedikit emosi, jika ada. Klien menyendiri
dan acuh tidak acuh, tampak dingin dan tidak peduli secara emosional atau tidak
memiliki perasaan. Tidak ada aktifitas waktu luang atau menyenangkan yang dilaporkan
karena klien jarang merasa gembira. Bahkan saat stress atau dalam keadaan yang tidak
menyenangkan, respon klien tampak pasif dan tidak tertarik.
Klien biasanya pintar secara intelektual dan sering kali terlibat dengan computer
atau alat elektronik dalam bekerja atau meluangkan hobi. Klien mungkin meluangkan
waktu yang lama untuk menyelesaikan teka-teki atau masalah matematika meskipun
kegiatan tersebut terlihat berguna atau produktif, bukan suatu kesenangan.
Gejala Schizoid Personality Disorder :
1. Lemahnya kemampuan interpersonal.
2. Kesulitan mengekspresikan kemarahan, bahkan ketika diprovokasi “penyendiri”
mentalitas, menghindari situasi sosial.
3. Orang lain menganggap dia jauh, menyendiri, dan tidak bisa terikat dengan orang lain.
3. Schizotypal
Banyak yang percaya bahwa gangguan kepribadian schizotypal mewakili
skizofrenia ringan. Gangguan ini ditandai oleh bentuk-bentuk berpikir dan memahami
dengan cara yang aneh, dan individu dengan gangguan ini sering mencari isolasi dari
orang lain . Mereka kadang-kadang percaya untuk memiliki kemampuan indra yang
ekstra atau kegiatan yang tidak berhubungan berhubungan dengan mereka dalam
beberapa cara penting. Mereka umumnya berperilaku eksentrik dan sulit berkonsentrasi
untuk waktu yang lama. pidato mereka sering lebih rumit dan sulit untuk diikuti.
Klien sering kali berpenampilan aneh sehingga menyebabkan orang lain
memperhatikannya. Pakaiannya tidak pantas, tidak sesuai, dan mungkin bernoda atau
kotor. Gangguan kognitif termasuk gagasan rujulkan, pikiran magis, keyakina aneh atau
tidak berdasar, dan prokupasi dengan parapsikologi, seperti ESP dan tenung. Klien
merasa sangat cemas saat berada di dekat orang lain, terutama jika klien tidak mengenal
Keperawatan Jiwa 8
mereka. Hal ini membaik dengan bertambahnya waktu atau sering bertemu, sebaliknya,
kecemasan dapat meningkat. Ini terjadi akibat klien yakin bahwa kecemasan diperlukan
karena orang asing tidak dapat dipercaya.
Gejala Personality Disorder Schizotypal :
1. Aneh atau tingkah laku atau penampilan eksentrik.
2. Bertakhyul atau sibuk dengan fenomena paranormal.
3. Sulit untuk mengikuti pola bicara.
7. Nampak pemalu, suka menyendiri, atau menarik diri dari orang lain
Keperawatan Jiwa 9
2. Ambang/ Borderline
Merupakan suatu gangguan kepribadian yang menyebabkan penderita tidak
memiliki rasa diri yang jelas dan konsisten serta tidak pernah memiliki kepastian dalam
nilai – nilai, loyalitas, dan pilihan karier mereka. Mereka tidak tahan berada dalam
kesendirian, memiliki rasa takut di abaikan, dan menuntut perhatian. Mudah mengalami
perasaan depresi dan perasaaan kosong yang kronis, mereka seringkali mencoba bunuh
diri dan melakukan tindakan memutilasi diri sendiri (Davidson, Neale, Kring, 2004).
Gejala Gangguan Kepribadian Ambang/ Borderline :
1. Berupaya keras untuk mencegah agar tidak di abaikan
2. Ketidakstabilan dan intensitas ekstrem dalam hubungan interpersonal
4. Perilaku impulsif
9. Pikiran paranoid dan sintom – sintom disosiatif yang di picu oleh stres.
3. Histrionic
Gangguan kepribadian histrionic ditandai dengan ola pervasive emosi dan mecari
perhatian yang berlebihan. Gangguan ini terjadi pada 2%-3% populasi umum dan 10%-
15% populasi klinis dan terlihat lebih sering pada wanita dari pada pria. Tetapi biasanya
dicari untuk mengatasi depresi, masalah fisik yang tidak dapat mengatasi depresi,
masalah fisik yang tidak dapat dijelaskan, dan kesulitan dalam hubungan (DSM-IV-
TR,2000).
Kecendrungan klien untuk berlebih-lebihkan kedekatan hubungan atau
medramatisasi kejadian yang relative kecil dapat menghasilkan data yang tidak reliebel.
Bicara klien biasanya bersemangat, dilebih-lebihkan, dan dilakukan dengan cara yang
dibuat-buat. Akan tetapi, hal ini tampak jelas bahwa walaupun bicaranya bersemnagat
dan menghibur, penjelasannya mungkin samar-samar dan informasi yang diberikan
kurang rinci.
Keperawatan Jiwa 10
Orang dengan gangguan kepribadian Histrionic adalah pencari perhatian konstan.
Mereka perlu menjadi pusat perhatian setiap waktu, sering menggangguorang lain untuk
mendominasi pembicaraan. Mereka menggunakan bahasa muluk-muluk untuk
menggambarkan kejadian sehari-hari dan mencari pujian konstan. Mereka suka
berpakaian ”yang memancing” atau melebih-lebihkan kelemahannya untuk mendapatkan
perhatian. Mereka juga cenderung membesar-besarkan persahabatan dan hubungan,
percaya bahwa setiaporang menyukai mereka. Mereka sering manipulatif.
Gejala Personality Disorder Histrionic :
1. Kebutuhan untuk menjadi pusat perhatian.
2. Berpakaian atau melakukan tindakan-tindakan provokatif.
4. Melebih-lebihkan persahabatan.
4. Narcissistic
Gangguan kepribadian narsistik ditandai dengan pola persesiv grandiositas (dalam
fantasia tau perilaku), kebutuhan untuk dikagumi, dan kurang empati. Gangguan ini
terjadi pada 1%-2% populasi umum dan 2%-16% populasi klinis. Lima puluh persen
hingga 75% individu yang didiagnosis gangguan kepribadian ini adalah pria.
Klien mungkin menunjukan sikap arogan atau sombong. Klien kurang mampu
untuk mengenal atau berempati terhadap perasaan orang lain. Klien dpat menunjukan
perasaan dengki terhadap orang lain dan iri akan segala kesuksesan materi atau
penghargaan yang diterima orang lain, dengan meyakini bahwa semua itu seharusnya
menjadi miliknya.
Gangguan kepribadian Narcissistic dicirikan oleh keterpusatan diri. Seperti
gangguan Histrionic, orang-orang dengan gangguan ini senang mencari perhatian dan
pujian. Mereka membesar-besarkan prestasi mereka, mengharapkan orang lain untuk
mengakui mereka sebagai superior. Mereka cenderung teman, karena mereka percaya
bahwa tidak sembarang orang yang layak menjadi teman mereka. Narsisis cenderung
membuat kesan pertama yang baik, namun mengalami kesulitan menjaga hubungan
Keperawatan Jiwa 11
jangka panjang. Mereka umumnya tidak tertarik pada perasaan orang lain dan dapat
mengambil keuntungan dari mereka.
Dalam lingkungan kerja, klien mungkin mengalami keberhasilan karena dia
ambisius dan percaya diri, sering terjadi kesulitan karena klien mengalami masalah dalam
bekerja dengan orang lain (yang dia anggap lebih rendah) dan mempunyai kemampuan
yang terbatas untuk menerima kritik atau umpan balik. Klien mungkin juga yakin bahwa
dia digaji lebih rendah dari pekerja lain dan kurang dihargai atau seharusnya mempunyai
posisi kekuasaan yang lebih tinggi walaupun dia tidak memenuhi syarat untuk
mendapatkannya.
Gejala narsisistik Personality Disorder:
1. Membutuhkan pujian dan kekaguman berlebihan
2. Mengambil keuntungan dari orang lain
4. Kurangnya empati
Keperawatan Jiwa 12
2. Terobsesi denga tolakan atau kritikan dalam situasi sosial
2. Dependent
Gangguan kepribadian dependen ditandai dengan kebutuhan yang berlebihan dan
pervasive untuk dijaga yang menimbulkan perilaku tunduk dan patuh serta takut akan
perpisahan. Perilaku tersebut dilakukan untuk mendapatkan perhatian dari orang lain.
Gangguan ini terjadi pada hamper 15% populasi dan ditemukan 3 kali lebih sering terjadi
pada wanita dari pada pria. Gangguan terjadi pada keluarga dan paling sering terjadi pada
anak terakhir. Individu yang mengalami gangguan kepribadian dependen sering kali
mencari terapi untuk mengatasi kecemasan, depresi atau gejala somatic (DSM-IV-TR,
2000).
Gangguan kepribadian ini ditandai dengan kebutuhan untuk dijaga. Orang dengan
kelainan ini cenderung bergantung pada orang dan merasa takut kehilangan mereka.
Mereka mungkin menjadi bunuh diri ketika berpisah dengan orang yang dicintai. Mereka
cenderung untuk membiarkan orang lain mengambil keputusan penting bagi mereka dan
sering melompat dari hubungan satuke hubungan yang lainnya. mereka sering bertahan
dalam suatu hubungan, walaupun sering dikasari atau disakiti. kepekaan berlebih
terhadap penolakan umum. Mereka sering merasa tak berdaya dan tertekan.
Gejala Gangguan Kepribadian Dependent :
1. Kesulitan membuat keputusan
2. Perasaan tidak berdaya saat sendirian
4. Pasrah
Keperawatan Jiwa 13
5. Merasa terpuruk jika dikritik atau ketika tisak disetujui idenya.
3. Obsesif-Kompulsif
Nama gangguan kepribadian Obsesif-Kompulsif (OCDP) mirip dengan
kecemasan obsesif-kompulsif, namun keduanya sangat berbeda. Orang dengan gangguan
kepribadian obsesif-kompulsif terlalu fokus pada keteraturan dan kesempurnaan. Mereka
harus melakukan segalanya “benar” sering mengganggu produktivitas mereka. Mereka
cenderung untuk terjebak dalam halhal yang detil, namun kehilangan gambaran yang
lebih besar.
Mereka menetapkan standar yang tinggi tidak masuk akal untuk diri mereka
sendiri dan orang lain, dan cenderung sangat kritis terhadap orang lain ketika mereka
tidak hidup sampai saat ini standar yang tinggi. Mereka menghindari bekerja dalam tim,
percaya orang lain terlalu ceroboh atau tidak kompeten. Mereka menghindari membuat
keputusan karena mereka takut membuat kesalahan dan jarang murah hati dengan waktu
atau uang. Mereka sering mengalami kesulitan mengekspresikan emosi.
Gejala Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif:
1. Mencari kesempurnaan dan disiplin yang berlebihan
2. Suka dengan ketertiban
3. Kaku
Keperawatan Jiwa 14
2. Bunuh diri, melukai diri sendiri sering terjadi pada individu yang mengalami gangguan
kepribadian ambang dan cluster B
4. Depresi, kecemasan dan gangguan makan. Untuk semua cluster mempunyai resiko
berkembangnya problema psikologis lainnya
5. Perilaku berbahaya yang dapat merusak diri sendiri. Penderita gangguan kepribadian
ambang berpotensi melakukan tindakan berbahaya, tanpa perhitungan seperti terlibat
pada seks bebas beresiko atau terlibat dalam perjudian. Pada gangguan kepribadian
dependen beresiko mengalami pelecehan seksual, emosional, atau kekerasan fisik karena
individu ini hanya mengutamakan pada bertahan hubungan semata (bergantung pada
orang tersebut)
8. Gangguan simtom yang ada dapat menjadi lebih buruk dikemudian hari bila tidak
mendapatkan perawatan secara baik.
Kelompok A :
A. Paranoid
Psikoterapi – Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam psikoterapi kelompok,
karena itu ahli terapi harus berhadapan langsung dalam menghadapi pasien dan harus
diingat bahwa kejujuran merupakan halyang sangat penting bagi pasien. Farmakoterapi –
Farmakoterapi berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Pada sebagian besar
kasus obat anti anxietas sepertidiazepam dapat digunakan.
B. Skizoid
Psikoterapi – Dalam lingkungan terapi kelompok, pasien gangguan kepribadiaan
schizoid mungkin diam untuk jangka waktu yang lama, namun suatu waktu, mereka akan
Keperawatan Jiwa 15
ikut terlibat. Pasien harus dilindungi dari serangan agresif anggota kelompok lain
mengingat kecenderungan mereka akan ketenangan. Dengan berjalaannya waktu,
anggota kelompok menjadi penting bagi pasien schizoid dan dapaat memberikan kontak
sosial. Farmakoterapi – Dengan antipsikotik dosis kecil, anti depresan dan psikostimulan
dapat digunakan dan efektif pada beberapa pasien.
C. Skizotipal
Psikoterapi – Pikiran yang aneh dan ganjil pada pasien gangguan kepribadian
skizotipal harus ditangani dengan berhati-hati. Beberapa pasien terlibat dalam pemujaan,
praktek religius yang aneh. Ahli terapi tidak boleh menertawakan aktivitas tersebut atau
mengadili kepercayaan atau aktivitas mereka. Farmakoterapi – Medikasi antipsikotik
mungkin berguna dalaam menghadapi gagasan mengenai diri sendiri, wahaam dan gejala
lain dari gangguan dan dapaat digunakan bersama-sama psikoterapi. Penggunaan
haloperidol dilaporkan memberikan hasil positif pada.
Kelompok B :
A. Antisosial
Psikoterapi – Jika pasien merasa berada diantara teman-teman sebayanya, tidak
adanya motivasi mereka untuk berubah bisa menghilang, kemungkinan karena hal itulah
kelompok yang menolong diri sendiri akan lebih berguna dibandingkan di penjara dalam
menghilangkan gangguan. Tetapi ahli terapi harus menemukan suatu cara untuk
menghadapi perilaku merusak pada pasien. Dan untuk mengatasi rasa takut pasien
terhadap keintiman, ahli terapi harus mengagalkan usaha pasien untuk melarikan diri dari
perjumpaan dengan orang lain. Farmakoterapi – Farmakoterapi digunakan untuk
menghadaapi gejala yang diperkirakan akan timbul seperti kecemasan, penyerangan dan
depresi.
B. Ambang/ Borderline
Keperawatan Jiwa 16
interpersonal mereka. Farmakoterapi – Antipsikotik dapat digunakan untuk
mengendalikan kemarahan, permusuhan dan episode psikotik yang singkat. Antidepresan
memperrbaiki mood yang terdepresi yang sering ditemukan pada pasien.
Dialectical behavior therapy merupakan salah satu type dari CBT berfokus pada
coping skill, dalam terapi ini individu belajar mengontrol perilaku dan emosi dengan
teknik kesadaran penuh, pasien dibantu untuk mengenal pelbagai muatan emosinya tanpa
perlu bereaksi (mengontrol perilakunya) Terapi ini efektif untuk penyembuhan gangguan
kepribadian ambang. DBT merupakan pendekatan yang mengkombinasikan client-
centered empathy dan penerimaan dengan menyelesaikan masalah secara kognitif-
behavioral dan social-skills training. DBT mempunyai tiga tujuan utama, yaitu:
1. Mengajari individu untuk mengatur dan mengendalikan tingkah laku dan emosi yang
ekstrem.
2. Mengajari individu untuk menoleransi perasaan distress.
Kelompok C :
A. Menghindar/ Avoid
Psikoterapi – Ahli terapi mendorong pasien untuk ke luar ke dunia untuk
melakukan apa yang dirasakan mereka memiliki resiko tinggi penghinaan, penolakan dan
kegagalan. Tetapi ahli terapi harus berhati-hati saat memberikan tugas untuk berlatih
keterampilan social yang baru di luar terapi, karena kegagalan dapat memperberat harga
diri pasien yang telah buruk.
Tetapi kelompok dapat membantu pasien mengerti efek kepekaan mereka
terhadap penolakan pada diri mereka sendiri dan orang lain. Melatih ketegasan adalah
bentuk terapi perilaku yang dapat mengajarkan pasien untuk mengekspresikan kebutuhan
mereka secara terbuka dan untuk meningkatkan harga diri mereka. Farmakoterapi -
Beberapa pasien tertolong oleh penghambat beta, seperti atenolol (Tenormin), untuk
mengatasi hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang cenderung tinggi pada pasien
dengan gangguan kepribadian menghindar, khususnya jika mereka menghadapi situasi
yang menakutkan.
B. Dependen
Keperawatan Jiwa 18
C. Obsesif Kompulsif
BAB III
KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama klien : Tn. “ S ”
Umur : 28 Agustus 1984
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SLTA
Alamat : Bekasi
Tanggal MRS : 26 Agustus 2017
Tanggal pengkajian : 05 September 2017
Keperawatan Jiwa 19
No. Med. Reg : 05.30.83
Diagnosa medis : Skizopfrenia Paranoid
B. ALASAN MASUK
Terima rawat baru asal bekasi datang di IGD sakit sejak kurang lebih 9 tahun yang
lalu selama 2 hari ini dirumah marah-marah, merusak ART, bicara dan tertawa sendiri, 3
hari sulit tidur, malas mandi, makan kurang nafsu makan, factor pencetus menurut keluarga
kecapekan di tempat kerja.
Masalah keperawatan: Halusinasi dan Resiko perilaku kekerasan,
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Pasien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.Pasien
mengatakan pengobatan sebelumnya berhasil.Pasien pernah mengalami aniaya fisik sebagai
pelaku, pasien melakukan tindakan aniaya fisik pada pamannya.Pasien tidak pernah
mengalami aniaya seksual, penolakan dalam keluarga dan tidak pernah melakukan tindakan
criminal.Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa.Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit dan hanya rawat jalan dikarenakan dalam
beberapa hari kondisi klien memburuk.
Masalah keperawatan: Resiko perilaku kekerasan
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital
TD : 110/70 mmHg
T : 36 0C
N : 80 x/mnt
Keperawatan Jiwa 20
RR : 20 x/mnt
2. Ukur
Tb : 163 cm
BB : 43 kg
3. Skala nyeri : 0/10
4. Keluhan Fisik
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik yang dirasakan sekarang.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
E. PSIKOSOSIAL
a. Genogram
Keterangan:
: perempuan
: laki laki
: tinggal seumah
: berpisah
klien anak kedua dari 4 bersaudara, klien tinggsl serumah dengan ibu, ayah dan kedua
saudara kandung,
b. Konsep diri
1. Citra Tubuh / Gambaran Diri
Klien mengatakan tidak menyukai bagian kuku kakinya karena jempol kaki nya tidak
sebgaus dahulu
2. Identitas
Keperawatan Jiwa 21
Klien mengatakan senang menjadi dirinya sebagai laki-laki
3. Peran
Klien mengatakan dirinya dirumah sebagai adik dan kakak dari dua adik kandungnya
4. Ideal diri
Klien mengatakan ingin menikah dan mempunyai ternak kambing
5. Harga diri
Klien merasa kadang-kadang merasa berguna kadang tidak
Masalah keperawatan : harga diri rendah
c. Hubungan Sosial
1. Orang yang berarti
Orang yang berarti dalam hidup klien adalah ibunya.
2. Peran serta kegiatan kelompok
Klien mengatakan bahwa dirinya kurang ada peran dalam kelompok, dirinya malas
berkumpul dalam kelompok,
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan bahwa jika berbicara dengan orang lain takut akan menyinggung
perasaan mereka jika berbicara
Masalahkeperawatan : Harga diri rendah
d. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan dia seorang muslim
2. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan selalu melakukan kegiatan ibadah
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien tampak rapi dan berpakaian sesuai dengan pakaian teman-temanya yang
ada di bangsal,baju di kancingkan, rambut disisir.
Masalah keperawatan: tidak ada
2. Pembicaraan
Klien kooperatif saat berkomunikasi , pembicaraan klien sesuai dengan topic
yang di bicarakan dan kadang-kadang bertanya kepada perawat.
Keperawatan Jiwa 22
Masalah keperawatan: tidak ada
3. Aktivitas motorik
Klien tampak lesu, klien melakukan kegiatan jika di motivasi perawat.
Masalah keperawatan: tidak ada
4. Alam perasaan
Klien mengatakan sedih , karena dirinya merasa tidak berguna bagi keluarganya
dan kurang bersemangat.
Masalah keperawatan: harga diri rendah
5. Afek klien
Afek klien yaitu afek datar, dimana saat diajak ngobrol klien tidak menunjukkan
perubahan raut muka atau ekspresi wajah.
Masalah keperawatan: tidak ada
7. Persepsi; Halusinasi
Klien mengatakan ada bisikan seolah menyuruh untuk sholat atau wudhu kalau
mengikuti suara dari kuping sebelah kanan atau pun bayangan berwarna putih hanya
terlintas lewat seolah-olah klien merasakan bahwa ada bayangan umi
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
8. Isi pikir
Klien tidak mengalami fobia, pikiran magic atau depersonalisasi (perasaan asing
terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan), klien mengalami waham waham
agama karena klien selalu mengaitkan apa yang ia katakana dengan agama
Keperawatan Jiwa 23
Masalah keperawatan: waham agama
9. Proses pikir
Klien mengalami waham agama.
Masalah keperawatan: waham agama
11. Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, pendek, maupun
saat ini, karena klien mampu menjawab tentang pertanyaan hari ini , tanggal dan tahun
dan klien mengingat kegiatan yang dilakukan kemarin yaitu seperti senam,dan lain-lain.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
Keperawatan Jiwa 24
3. Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan susah tidur dimalam hari dan sering terbangun
4. Penggunaan Obat
Klien minum obat secara teratur dengan bantuan perawat
H. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping klien inefektif, selalu mengganggap diri tidak berguna, tidak
berguna bagi keluarga dan orang lain.
I. ASPEK MEDIS
1. Risperidon 2 mg dosis 12/jam( via oral)
2. THP 2 mg dosis 12/jam ( via oral )
3. Meloperm dosis 24/jam ( via oral )
J. ANALISA DATA
Keperawatan Jiwa 25
- Klien mengatakan suara tersebut
adalah suara laki-laki
Do :
Do :
Do :
Keperawatan Jiwa 26
- klien tampak gelisah
- klien tampak marah ketika keluarga
menceritakan keadaan klien kepada
orang lain
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
2. Harga Diri Rendah
3. Resiko perilaku kekerasan
POHON MASALAH
Resiko Perilaku Kekerasan
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
Isolasi sosial : Menarik diri
PEMBAHASAN
Pada tangal 05 September 2017 sampai dengan 07 September 2017 kelompok III telah
melakukan asuhan keperawatan jiwa pada klien Tn “S” dengan masalah utama Gangguan
Sensori Persepsi : Halusinasi di ruang yudistira RS Dr. H Marzoeki Mahdi Bogor. Pada bab ini
kelompok akan membahas kasus dan teori. Pembahasan ini dilakukan dengan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian,diagnose keperawatan, intervensi, implementasi,
evaluasi.
A. Pengkajian
Keperawatan Jiwa 27
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Pada tahap
pengkajian tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
B. Diagnosa keperawatan
1. Diagnosa keperawatan didapat pada teori ditemukan namun pada kasus ditemukan lima
diagnosa. Diagnose yang ada pada teori yaitu halusinasi, resiko prilaku kekerasan.
Sedangkan diagnose keperawatan yang terdapat pada kasus halusinasi,resiko prilaku
kekerasan, isolasi social, harga diri rendah, deficit keperawatan diri.
C. Intervensi keperawatan
Pada intervensi keperawatan tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan kasus.
D. Implementasi
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn”S” dengan gangguan sensori
persepsi “ Halusinasi penulis menggunakan strategi pelaksanaan yang telah di rencanakan
sebelumnya pada tahap yang telah disesuaikan dengan kondisi klien pada saat dilakukan
pengkajian. Adapun fase dari strategi pelaksanaan yang digunakan adalah fase orientasi, fase
kerja, fase terminasi.
E. Evaluasi
Selama penulis memberikan asuhan keperawatan Tn”S” penulis lebih mengutamakan
pada diagnosa yang di prioritaskan, terutama pada diagnose gangguan sensori persepsi :
halusinasi .
Keperawatan Jiwa 28
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan Kepribadian adalah istilah umum untuk suatu jenis penyakit mental di
mana cara berpikir, memahami situasi, dan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi.
Penderita gangguan kepribadian mempunyai karakteristik perilaku yang kaku sulit
menyesuaikan diri sehingga orang lain seperti bersikap impulsif, lekas marah, banyak
permintaan, ketakutan, permusuhan, manipulatif, atau bahkan bertindak kasar.
Berupa gangguan psikologis yang sangat mempengaruhi kehidupan seseorang.
Memiliki gangguan kepribadian negatif dapat mempengaruhi pekerjaan seseorang, keluarga,
dan kehidupan sosial seseorang. Mereka yang memiliki gangguan kepribadian memiliki
beberapa fitur yang berbeda termasuk gangguan psikologis dalam diri : kemampuan untuk
memiliki hubungan interpersonal yang sukses, kesesuaian dari jangkauan emosi, cara
memahami diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia, dan kesulitan memiliki kontrol impuls
yang tepat.
Gangguan kepribadian menciptakan suatu pola perilaku meresap dan pengalaman
batin yang sangat berbeda dari norma-norma budaya dan individu yang ada didalam
masyarakat. Terkadang berupa penyimpangan perilaku yang muncul secara dramatis tanpa
disadari. Oleh karena itu, mereka yang memiliki gangguan kepribadian sering mengalami
konflik dengan dirinya secara pribadi, keluarga, maupun lingkungan sekitarnya.
Gangguan Kepribadian dikelompokkan menjadi 3 : cenderung berpikir atau
berperilaku aneh dan eksentrik/ tampak aneh, cenderung emosi dalam berpikir dan
berperilaku, serta cenderung ketakutan dan cemas. Namun, dari segala bentuk gangguan
kepribadian tersebut telah dilakukan beberapa treatment bagi penanganan penderita
gangguan kepribadian. Sehingga,seiring berjalannya waktu perilaku tersebut dapat
diminimalisir.
Keperawatan Jiwa 29
B. Saran
Sebaiknya kepribadian seseorang harus tetap dipertahankan, karena kepribadian
pada setiap orang itu sangatlah penting. Jika terjadinya gangguan kepribadian pada
seseorang maka.akibatnya bisa terhadap kejiwaan dan mental seseorang dalam menjalankan
kehidupannya sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/4836625/Gangguan_Kepribadian
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Keperawatan Jiwa 30