Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI


Disusun untuk Memenuhi Penugasan Stase Keperawatan Jiwa
Program Profesi Ners XIV

Oleh :
ANDRIAN KURNIAWAN
NIM : P.1905001

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

A. MASALAH UTAMA
Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang utama. Hal ini amat
penting karena orang dengan depresi produktivitasnya akan menurun dan ini
amat buruk akibatnya bagi suatu masyarakat, bangsa dan negara yang sedang
membangun. Orang yang mengalami depresi adalah orang yang amat
menderita. Depresi adalah penyebab utama bunuh diri. ( Hawari, 2010 )
Bunuh diri merupakan masalah yang sering terjadi di dunia yang
sangat mengancam sejak tahun 1958 dari 100.000 penduduk Jepang 25 orang
diantaranya meninggal akibat bunuh diri. Sedangkan untuk negara Austria,
Denmark, Inggris rata – rata 23 orang. Jumlah usaha bunuh diri sebenarnya
adalah 10 kali lebih besar dari angka tersebut, tetapi cepat tertolong. Kini
trend bunuh diri mulai tampak meningkat terjadi pada anak - anak dan remaja
( Yosep, 2009 ).
Perawat ataupun tenaga kesehatan lain hendaknya memberikan saran,
motivasi bahkan cara yang dapat meminimalkan dan bahkan mencegah
terjadinya bunuh diri pada klien, sehingga klien dapat menyalurkan
kemarahannya pada tempat dan situasi yang benar dan positif sehingga tidak
membahayakan pasien sendiri. Perawat juga bisa memberikan aktivitas atau
kegiatan yang dapat mengurangi tingkat depresi dan resiko bunuh diri klien
sehingga hal – hal yang tidak diinginkan tidak terjadi. Oleh sebab itulah peran
dari setiap aspek dan orang terdekat klien sangat berpengaruh pada timbulnya
resiko bunuh diri yang dilakukan oleh klien.

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Definisi
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh
pasien untuk mengakhiri kehidupannya.Menurut Maris, Berman,
Silverman, dan Bongar (2010), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara
lain:
a. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
b. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
c. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
d. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak
langsung (pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang
menentukan kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel
kereta api.

2. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala menurut Fitria ( 2009 ) :
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati
c. Impulsif
d. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan
e. Mendekati orang lain dengan ancaman
f. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
g. Latar belakang keluarga

3. Penyebab terjadinya masalah


Secara universal: karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan
masalah. Terbagi menjadi:
a. Faktor genetik :
1) 1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu
yang menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami
gangguan mood/depresi/yang pernah melakukan upaya bunuh diri.
2) Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar
dizigot.
b. Faktor Biologis lain:
Biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya:
1) Stroke
2) Gangguuan kerusakan kognitif (demensia)
3) Diabetes, Penyakit arteri koronaria
4) Kanker
5) HIV / AIDS
c. Faktor Psikososial & Lingkungan:
1) Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa
kehilangan objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan
negatif terhadap diri, dan terakhir depresi.
2) Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif
yang berkembang, memandang rendah diri sendiri
3) Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan,
kurangnya sistem pendukung sosial

4. Faktor predisposisi
Stuart (2009) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang
perilaku resiko bunuh diri meliputi:
a. Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien berisiko untuk bunuh diri
yaitu gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan
skizofrenia.
b. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan
resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan
yang dini, dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor
pentingyang berhubungan dengan bunuh diri.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
faktor resiko untuk perilaku resiko bunuh diri.
e. Faktor biokimia
Proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine dapat
menimbulkan perilaku resiko bunuh diri.

RENTANG RESPON RESIKO BUNUH DIRI


Respon adaptif respon maladaptif
peningkatan pengambilan perilaku pencederaan bunuh diri
diri resiko yang destruktif- diri
meningkatkan diri tidak
pertumbuhan langsung

5. Faktor presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :
a. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
Interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
b. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
c. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri.
d. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

6. Akibat terjadinya masalah


Klien dengan resiko bunuh diri dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya atau mencederai dirinya, orang lain maupun lingkungannya,
seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah,
dll.
Tanda dan gejala:
a.     Memperlihatkan permusuhan.
b.     Keras dan menuntut.
c.     Mendekati orang lain dengan ancaman.
d.     Memberi kata-kata ancaman.
e.     Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan.
f.     Rencana melukai diri sendiri dan orang lain
C. POHON MASALAH

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain        :    Akibat

Resiko Bunuh Diri                     :  Core Problem

Harga Diri Rendah Kronis                : Penyebab

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko bunuh diri
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah (HDR)

E. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa 1 :Resiko bunuh diri
Tujuan umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
a. Perkenalkan diri dengan klien
b. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
c. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
d. Bersifat hangat dan bersahabat.
e. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan :
a. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau,
silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).
b. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh
perawat.
c. Awasi klien secara ketat setiap saat.
3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
a. Dengarkan keluhan yang dirasakan.
b. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan
dan keputusasaan.
c. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya.
d. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian, dan lain lain.
e. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan
keinginan untuk hidup.

4. Klien dapat meningkatkan harga diri


Tindakan:
a. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
b. Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
c. Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan
antar sesama,    keyakinan, hal - hal untuk diselesaikan).

5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif


Tindakan:
a. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku
favorit, menulis surat dll.)
b. Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan
tentang kegagalan dalam kesehatan.
c. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang
mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah
mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut
dengan koping yang efektif
Diagnosa 2 :Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Tujuan umum :meningkatkan kepercayaan diri pasien
Tujuan khusus :
1.   Klien dapat membina hubungan saling percaya.
    Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut
nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

2.  Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang


dimiliki.
Tindakan:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Hindari penilaian negatif setiap pertemuan klien
c. Utamakan pemberian pujian yang realitas

3.   Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri
sendiri dan keluarga
Tindakan:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang
ke rumah

4.   Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan


yang dimiliki
Tindakan :
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan.
b. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

5.   Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan


Tindakan :
a. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6.   Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.


Jakarta: EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi


8.Jakarta : EGC.

Depkes. 2007. Standar Pedoman Perawatan Jiwa. Jakarta

Nurjanah, Intansari S.Kep. 2011. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.


Yogyakarta : Momedia

Rasmun S. Kep. M 2014.Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto

Stuart GW, Sundeen SJ. 2008. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3.Jakarta :
EGC

Stuart, GW. 2012. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5.Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta

Tim Direktorat Keswa. 2010. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa.Edisi


1.Bandung : RSJP Bandung

Anda mungkin juga menyukai