OLEH :
NAMA : Age Noberzn Meta
NIM : 54802819
B. Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang konsep penyakit hipertensi yang terjadi pada
lansia beserta asuhan keperawatannya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Lansia adalah seorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas baik pria maupun
wanita, yamg masih aktif beraktifitas yang bekerja maupun mereka yang tidak berdaya
untuk mencari nafka sendiri hingga bergantung pada orang lain untuk menghidupi
drinya sendiri (nugroho, 2006). Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi
tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006). Keperawatan Gerontik adalah
Suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik
keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik,
ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Batasan Lansia
WHO yang lama dan yang baru
a. Yang lama
1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
2) Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
b. Yang baru:
1) Setengah baya : 66- 79 tahun,
2) Orang tua : 80- 99 tahun,
3) Orang tua berusia panjang
Depkes RI (2005) batasan lansia dibagi menjadi tiga katagori,
a. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan
masalah kesehatan.
3. Teori Proses manua pada lansia
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dati
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya yaitu, anak, deawasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara
biologis maupun secara psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran,
misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kuran jelas, penghilatahan semakin
memburuk, gerakan lambat, dan igur tubuh yang tidak proposional.
4. Ciri-ciri Lansia
a. Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya
lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan
mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki
motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap
lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih
senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi
negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain
sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran
dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia
menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat
tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian
diri lansia menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga
sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola
pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari
lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.
C. Konsep Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istrahat / tenang ( Kemenkes RI, 2015 ).
Hiperetensi adalah salah satu penyakit yang menyebabkan kematian pada lansia.
Jadi seseorang disebut mengidap hipertensi jika tekanan darah sistolik ≥ 160
mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 95 mmHg, dan tekanan darah perbatasan bila
tekanan darah sistolik antara 140 mmHg-160 mmHg dan tekanan darah diastolik
sebagai tekanan sistolik yang sama atau di atas 140 dan tekanan diastolik yang sama
2. Klasifikasi
Klasifikasihipertensimenurut WHO, yaitu:
a) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan
b) Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan
c) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan
160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and
1. Diastolik
mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita
yang sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ
1. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat
2. Hipertensi Urgensi
adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa
adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah
kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat
3. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik).
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan
1. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas. Ciri lainnya yaitu: umur (jika umur
perempuan), ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih), kebiasaan hidup
(konsumsi garam yang tinggi melebihi dari 30 gr, kegemukan atau makan
prednison, epineprin).
2. Hipertensi Sekunder
melitus, stroke.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada:
perifer.
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang
akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
2012).
jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan
pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan
peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
HIPERTENSI
(2011) manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu: mengeluh
Gangguan
keseimbangan
sakit kepala, pusing lemas,
volume kelelahan,
cairan sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis,
kesadaran menurun.
c) Pusing / migraine
f) Sukar tidur
h) Nokturia
i) Azotemia
7. PemeriksaanPenunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:
ginjal.
hipertensi.
f. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
hipertensi.
(penyebab).
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel
luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
pembesaran jantung.
2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama):
perbaikan ginjal.
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.
e. USG untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien
8. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
1) Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi: diet destriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr
menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.
4) Menghentikan merokok
5) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam
olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan
lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau
72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan
6) Edukasi Psikologis
a. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis
b. Tehnik relaksasi
Kesehatan (Penyuluhan).
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah
kuat pengobatan hipertensi pada umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
9. Komplikasi
Efek pada organ, otak (pemekaran pembuluh darah, perdarahan, kematian sel
otak: stroke), ginjal (malam banyak kencing, kerusakan sel ginjal, gaga lginjal), jantung
GENOGRAM
X X x
X
X X
X X X
X X 69
X
Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan, minuman, ataupun obat-
obatan.
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Nyeri : Skala nyeri 4 (0-10)
Status gizi : BB saat ini : 47 kg TB: 159 cm BMI: ….....
Gizi cukup √ Gizi lebih Gizi kurang
Personal Hygine : Klien menjaga kebersihan diri dengan baik, mandi 2X sehari,
berpakaian rapi, tempat tidur tersusun rapi dan bersih. Penerima
manfaat juga tidak memiliki bau badan yang menyengat.
Pengecap/Penghidu : Tidak ada bau mulut, gigi ada yang tanggal/ copot pada bagian
depan atas, terdapat karies gigi, tidak menggunakan gigi palsu.
Hidung, tidak ada pembesaran sinus. Tidak ada sumbatan di hidung,
tidak ada epitaksis, tidak ada lesi.
Peraba : Kulit tampak keriput, turgor kulit kurang dari 2 detik, tidak ada lesi,
capiraly reptil kurang dari 2 detik.
3. Sistem pernafasan
Frekuensi : 22 x/menit
Suara nafas : Vesikuler
4. Sistem kardiovaskular
Tekanan darah : 180/90 MmHg Nadi: 80 x/Menit Capillary Refill: <2 Detik
6. Sistem gastrointestinal
Nafsu makan : Baik, klien mampu menghabiskan 1 porsi makan.
Pola makan : 3 kali sehari (sarapan, makan siang, dan malam)
Abdomen : Tampak simetris, tidak ada edema atau massa, bising usus 13x/mnt.
BAB : Klien mengatakan BAB lancar, 1x/hari, kosistensi padat, dengan
bau khas.
7. Sistem musculoskeletal
Rentang gerak : 4 4
4 4
Kemampuan ADL : Klien mampu makan sendiri, berpakaian sendiri, mandi dibantu oleh
perawat.
8. Sistem integument
Kulit tampak keriput, turgor kulit kurang lebih 2 detik, tidak ada lesi, capiraly reptil kurang
dari 2 detik.
9. Sistem reproduksi
Tampak bersih, tidak ada edema dan lesi, serta klien mengalami penurunan libido.
Data Penunjang
Psikologis
1. Perasaan saat ini dalam menghadapi masalah: Klien mengatakan merasa stres dengan keadaannya
saat ini.
2. Cara mengatasi perasaan tersebut: Klien mengatakan suka bercerita dengan teman sekamarnya.
3. Rencana klien setelah masalahnya terselesaikan: Klien ingin pulang kerumah dan bertemu dengan
anak dan cucunya.
4. Jika rencana ini tidak dapat dilaksanakan maka: Klien tetap dirawat oleh petugas di panti sampai ia
sembuh.
5. Pengetahuan klien tentang masalah / penyakit yang ada: Klien mengetahui kalau ia sedang sakit
hipertensi.
Sosial
Budaya
Spiritual
Skor
Orientasi Tertinggi Dicapai
1. Sekarang ini (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari), apa? 5 4
2. Kita berada di mana ? (negara), (propinsi), (kota), (panti wredha), (Wisma) 5 5
Registrasi Memori
3. Sebut 3 obyek. 3 2
Tiap obyek 1 detik, kemudian lansia diminta mengulangi 3 nama obyek tadi. Nilai 1
untuk setiap nama obyek yang benar. Ulangi sampai lansia dapat menyebutkan
dengan benar. Catat jumlah pengulangannya.
Atensi dan Kalkulasi
4. Kurangkan 100 dengan 5, kemudian hasilnya berturut-turut kurangkan dengan 5 5 3
sampai pengurangan kelima (100 ; 95 ; 90 ; 85 ; 80 ; 75). Nilai 1 untuk tiap jawaban
yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau
Eja secara terbalik kata ”WAHYU”. Nilai diberikan pada huruf yang benar
sebelum kesalahan, missal ”UYAHW”
Pengenalan Kembali (recalling)
5. Lansia diminta menyebut lagi 3 obyek di atas 3 3
(pertanyaan ke-3)
Bahasa
6. Lansia diminta menyebut 2 benda yang ditunjukkan perawat, 2 2
misal : pensil, buku
7. Lansia diminta mengulangi ucapan perawat : 1 1
namun, tanpa, apabila
8. Lansia mengikuti 3 perintah : ambil kertas itu dengan tangan kanan Anda, lipatlah 3 3
menjadi dua, dan letakkan di lantai
9. Lansia diminta membaca dan melakukan perintah : 1 1
Pejamkan mata Anda
10. Lansia diminta menulis kalimat singkat tentang pikiran / perasaan secara spontan di 1 1
bawah ini. Kalimat terdiri dari 2 kata (subyek dan predikat) :
…………………………………………………….
11. Lansia diminta menggambar bentuk di bawah ini: 1 0
30 24
Skor Total
Interpretasi :
Jumlah respon dijumlahkan dan dikategorikan menjadi :
(1) Skor ≤ 16 : Terdapat gangguan kognitif.
(2) Skor 17-23 : Kemungkinan terdapat gangguan kognitif.
(3) Skor 24-30 : Tak ada gangguan kognitif.
Nama : Tn. B
Usia : 69 tahun
Peralatan:
1. Sebuah stopwatch
2. Sebuah kursi
3. Meteran
Arahan:
Lansia memakai alas kaki yang biasa mereka gunakan sehari-hari. Lansia duduk dengan tenang pada
sebuah kursi yang memiliki sandaran. Buat sebuah garis yang berjarak 3 meter dari tempat duduk
lansia.
Pertanyaan Ya Tidak
Apakah lampu yang digunakan adalah lampu pijar? 1
Apakah ketinggian kasur dari lantai lebih dari 20 cm? 1
Apakah kamar mandi/WC memiliki pegangan? 1
Apakah jenis jamban yang digunakan adalah tipe jongkok? 1
Apakah terdapat kursi mandi? 1
Apakah lantai licin? 1
Adakah undakan di rumah? 1
Apakah ada tangga di rumah? 1
Apakah anda menggunakan karpet atau tikar di rumah? 1
Apakah barang-barang berserakan di lantai? 1
Total
Hasil observasi:
(Sumber: Minesotta Home assesment, Dimodifikasi oleh Stefanus Mendes Kiik, Junaiti Sahar
dan Heni Permatasari, 2015)
Analisa Data
No DS/DO Masalah
1 DS : Nyeri Akut
Klien mengeluh, merasa tegang pada daerah
tengkuk yang mengakibatkan klien susah
tidur dan pusing.
Pengkajian PQRST
P : Tekanan Darah Tinggi
Q : Tertekan benda berat
R : Tengkuk
S : 1-10 (6)
T : 20 menit
DO :
TTV
Tekanan darah : 180/90 MmHg
Nadi: 80 x/Menit
RR : 22 x/Menit
Berdasarkan pengukuran GDS klien
mengalami depresi sedang
DO :
TTV
Tekanan darah : 180/90 MmHg
Nadi: 80 x/Menit
RR : 22 x/Menit
Kode
Dx. Keperawatan Kode NOC Kode NIC
Dx
00132 Nyeri Akut 2101 Setelah dilakukan 1400 Manajemen Nyeri
tindakan 1 kali 8 jam
klien dapat mengalami 1. Lakukan
perkembangan Nyeri : pengkajian nyeri
Efek Yang komperhensif
Mengganggu dengan yang meliputi
kriteria hasil : lokasi,
1. Ketidaknyamanan karakteristik,
dari skala 2 dapat durasi, frekuensi,
dipertahankan ke kualitas,
skala 4. intensitas atau
2. Interupsi pada saat beratnya nyeri
tidur dari skala 2 dan faktor
dapat dipertahankan pencetus.
ke skala 4. 2. Tentukan akibat
3. Gangguan pergerakan dari pengalaman
fisik dari skala 3 nyeri terhadap
dapat dipertahankan kualitas hidup
ke skala 5. pasien misalnya
4. Gangguan pada saat tidur.
aktivitas hiup sehari- 3. Dukung
hari dari skala 2 istirahat/tidur
dapat dipertahankan yang adekuat
ke skala 4. untuk menganti
penurunan nyeri.
4. Ajarkan
penggunaan
teknik non
farmakologi
seperti relaksasi.
Kode
Dx. Keperawatan Kode NOC Kode NIC
Dx
00132 Nyeri Akut 2101 Setelah dilakukan 1400 Manajemen Nyeri
tindakan 1 kali 8 jam
klien dapat mengalami 5. Lakukan
perkembangan Nyeri : pengkajian nyeri
Efek Yang komperhensif
Mengganggu dengan yang meliputi
kriteria hasil : lokasi,
5. Ketidaknyamanan karakteristik,
dari skala 2 dapat durasi, frekuensi,
dipertahankan ke kualitas,
skala 4. intensitas atau
6. Interupsi pada saat beratnya nyeri
tidur dari skala 2 dan faktor
dapat dipertahankan pencetus.
ke skala 4. 6. Tentukan akibat
7. Gangguan pergerakan dari pengalaman
fisik dari skala 3 nyeri terhadap
dapat dipertahankan kualitas hidup
ke skala 5. pasien misalnya
8. Gangguan pada saat tidur.
aktivitas hiup sehari- 7. Dukung
hari dari skala 2 istirahat/tidur
dapat dipertahankan yang adekuat
ke skala 4. untuk menganti
penurunan nyeri.
8. Ajarkan
penggunaan
teknik non
farmakologi
seperti relaksasi.
A: Masalah risiko
jatuh belum
teratasi.
P: Intervensi
dilanjutkan.
BAB 4
PEMBAHASAN
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istrahat / tenang ( Kemenkes RI, 2015 ).
Hiperetensi merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian pada lansia.
Berdasarkan data WHO 2014 prevalensi hipertensi pada kelompok usia 65-74
tahun sebagai berikut: prevalensi keseluruhan 49,6%, untuk hipertensi derajat 1 (140-
6,5% untuk hipertensi derajat 3 (180/110 mmHg). Hasil pengkajian yang peneliti
mengeluh, merasa nyeri, tegang pada daerah tengkuk dan pusing. Tn. A.C mengatakan
“Pusing pada saat tiba-tiba berdiri, pusing tersebut dikarenakan klien susah tidur”.
Hipertensi pada lansia disebabkan karena proses penuaan dimana terjadi perubahan sistem
kardiovaskuler, katup mitral dan aorta mengalami sklerosis dan penebalan, miokard menjadi
kaku dan lambat dalam berkontraktilitas. Kemampuan memompa jantung harus bekerja lebih
Berbagai upaya telah dilakukan akan tetapi jumlah hipertensi pada lansia terus
meningkat, maka di adakan perkesmas dan posyandu lansia dengan tujuan untuk
mengontrol kasus hipertensi pada lansia. tetapi dari hasil wawancara yang di peroleh
dari penderita hipertensi bahwa mereka masih mengalami dalam hal ketersediaan
obat-obatan. Kondisi ini di sebabkan oleh faktor keluarga yang tidak memperhatikan
kebutuhan dari penderita hipertensi salah satunya adalah obat – obatan. Oleh karena
itu penderita hipertensi mengalami stres yang di sebabkan harus minum obat yang
sikap yang buruk dalam menjalani diet hipertensi hal tersebut di sebabkan oleh faktor
perilaku seseorang adalah penyebab utama timbulnya masalah kesehatan, tetapi juga
merupakan kunci utama. Perilaku merupakan faktor kedua terjadi perubahan derajat
hipertensi pada lanjut usia, dimana terjadi penurunan morbiditas dan mortalitas akibat
penyakit kardio-vaskuler dan serebrovaskuler. Terapi pada pasien usia lanjut meliputi
oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak. Diet
merupakan salah satu faktor penting dalam penatalaksanaan farmakologi. Pada studi
kohort yang dilakukan, asupan natrium yang tinggi dapat meningkatkan tekanan
darah sedangkan asupan kalium berhubungan dengan penurunan tekanan sistolik dan
diastolik dan magnesium tidak terbukti berkaitan dengan perubahan tekanan darah.
1
Buku Panduan Praktik Profesi Keperawatan Gerontik
Penatalaksaan hipertensi pada lansia dilakukan agar mengurangi resiko angka
kematian pada lansia dengan cara melakukan pengobatan secara rutin, meningkatkan
pola aktifitas dan mengatur pola makan yang baik.Sebagian besar pasien usia lanjut
berbeda dengan usia muda, karena adanya perubahan –perubahan fisiologis akibat
proses menua. Perubahan fisiologis yang terjadi pada usia lanjut menyebabkan
konsentrasi obat menjadi lebih besar, waktu eliminasi obat menjadi lebih panjang,
terjadi enurunan fungsi dan respon dari organ, adanya berbagai penyakit penyerta
Perubahan sistem biologis pada usia lanjut akan mempengaruhi proses interaksi
molekul obat yang pada akhirnya mempengaruhi manfaat klinik dan keamanan
farmakoterapi. Frekuensi terjadinya efek samping pada kelompok usia lanjut lebih
tinggi bila dibandingkan dengan populasi pada umumnya. Selain itu pasien usia lanjut
2
Buku Panduan Praktik Profesi Keperawatan Gerontik
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istrahat / tenang ( Kemenkes RI, 2015 ).
Hiperetensi merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian pada lansia.
Berdasarkan data WHO 2014 prevalensi hipertensi pada kelompok usia 65-74
tahun sebagai berikut: prevalensi keseluruhan 49,6%, untuk hipertensi derajat 1 (140-
Lansia adalah seorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas baik pria maupun
wanita, yamg masih aktif beraktifitas yang bekerja maupun mereka yang tidak
berdaya untuk mencari nafka sendiri hingga bergantung pada orang lain untuk
menghidupi drinya sendiri (nugroho, 2006). Lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan
luar tubuh
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
3
Buku Panduan Praktik Profesi Keperawatan Gerontik
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan,
yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006). Keperawatan Gerontik adalah Suatu
bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan
klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.
B. Saran
pasien secara aman dan baik. Siswa dapat mengetahui konsep dan asuhan
keperawatannya pada lansia dengan hipertensi. Menjaga aktivitas tidur, diet dan yang
Dari hasil asuhan keperawatan ini dapat menjadi bahan bacaan bagi semua
bahan acuan untuk peneliti dibidang kesehatan dengan metode yang berbeda.
4
Buku Panduan Praktik Profesi Keperawatan Gerontik
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2018. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta,
EGC,
Kedokteran, EGC,
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2013. The child with hypertension. In: Webb NJA,
Johnson, M., et all. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Prima Medika
5
Buku Panduan Praktik Profesi Keperawatan Gerontik
6
Buku Panduan Praktik Profesi Keperawatan Gerontik