Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH BAHASA INDONESIA

EJAAN DAN TANDA BACA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
TEKNIK SIPIL B (KELAS SORE)

1. SELLYMARDIANA C.131.17.0187
2. DIANA PUTRI ANGGRAENI C.131.17.0188
3. HANIF MUSTOFA C.131.17.0189
4. MAHARDIKA KISWORO AJI C.131.17.0190
5. EGA WILIAN C.131.17.0191
6. ALIF JUNI AHMADDI C.131.17.0193
7. ILHAM WIDHIASMOKO C.131.17.0194

YAYASAN ALUMNI UNIVERSITAS DIPONEGORO


UNIVERSITAS SEMARANG
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
JL. SOEKARNO-HATTA SEMARANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambang

bunyi bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisanya dalam

suatu bahas. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan 

berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan

melafalakan huruf, suku kata, atau kata, sedangakan ejaan adalah

suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah

pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa

dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai

sarananya.

Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh

pemakai  bahasa demi keteraturan dan keseragaman hidup,

terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan dalam bentuk akan

berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang

menyetir kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus

dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi

rambu itu, terciptalah lalu lintas yang tertib, teratur, dan tidak

semrawut. Seperti itulah kira – kira bentuk hubungan antara

pemakai dengan ejaan.

1
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD). EYD yang resmi mulai diberlakukan pada

tanggal 16 Agustus 1972 ini memang upaya penyempurnaan ejaan

yang sudah dipakai selam dua puluh lima tahun sebelumnya yang

dikenal dengan nama Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri

PP dan K Republik Indonesia pada tahun itu diresmikan pada tahun

1947). Sebelum Ejaan Soewandi telah ada ejaan yang merupakan

ejaan pertama Bahasa Indonesia yaitu Ejaan Van Ophuysen (nama

seorang guru besar Belanda yang juga pemerhati bahasa) yang

diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintah Belanda yang

menjajah Indonesia pada masa itu. Ejaan Van Ophuysen tidak

berlaku lagi pada tahun 1947.

1.2. Rumusan Masalah

Pada masalah ini, kami akan menjelaskan bagaimana cara

penggunaan tanda baca yang baik dan benar. Di sini kami

menuliskan macam macam tanda baca beserta aturan letak

penggunaan dan fungsi dari macam-macam tanda baca tersebut,

sehingga kita bisa memahami bagaimana cara penggunaan tanda

baca yang baik dan benar, karena dalam aturan penggunaan tanda

baca, banyak sekali masalah masalah penulisan tanda baca yang

kurang tepat sehingga terkadang sulit untuk memahami isi tentang

tulisan yang ditulis dalam sebuah karya tulis.

1.3. Tujuan Pembahasan

2
Adapun tujuan yang ingin kami capai dari penulisan karya tulis ini

adalah :

1. Dapat memahami fungsi dari macam-macam tanda baca yang

ada.

2. Dapat memahami tata cara dan letak dalam penggunaan tanda

baca.

3. Dapat membuat sebuah karya tulis dengan tanda baca yang

baik dan benar.

4. Dapat memahami dan mengembangkan tulisan dengan tanda

baca yang baik dan benar.

1.4. Manfaat Pembahasan

Dengan diselesaikanya makalah ini, kami dapat memberikan

manfaat antara lain

1. Dapat menulis karya ilmiah dengan Ejaan tanda baca yang

benar.

2. Dapat menggunakan tanda baca yang sesuai dengan konteks

kalimat yang ada.

3. Dapat memahami penggunaan tanda baca untuk menulis

sebuah karya ilmiah yang baik dan benar.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ejaan

Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana

melambangkan bunyi ujaran  dan bagaimana antarhubungan

antara lambang-lamabang itu (pemisahan dan penggambungan

dalam suatu bahasa), secara teknis yakni dimaksud dengan ejaan

adalah penulisan huruf, penulisan kata dan pemakaian tanda baca

(Arifin, 2004:170).

Adanya hal-hal tersebut yang ada dalam bahasa Indonesia,

maka kita selalu berusaha untuk menyempurnakan ejaan-ejaan

yang kita pakai. Ini tampak jelas dari perkembangan ejaan bahasa

Indonesia yang pernah kita pakai,yaitu dari sebelum tahun 1947

maupun sesudah tahun 1972.

2.2. Fungsi Ejaan

Dalam rangka menunjang pembakuan bahasa, baik yang

menyangkut pembakuan tata bahasa maupun kosa kata dan

peristilahan, ejaan memiliki fungsi yang cukup penting. Oleh

karena itu pembakuan ejaan perlu di beri prioritas terlebih

dahulu. Dalam hubungan itu, ejaan antara lain berfungsi sebagai :

1. Landasan pembakuan tata Bahasa.

2. Landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan.

4
3. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam

bahasa Indonesia apabila pembakuan ejaan telah di

laksanakan, maka pembakuan aspek kebahasaan yang lain

pun dapat di tunjang dengan keberhasilan itu, terutama jika

segenap pemakai bahasa yang bersangkutan telah menaati

segala ketentuan yanag terdapat di dalam buku pedoman.

Secara praktis ejaan memiliki fungsi untuk membantu

pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang di

sampaikan secara tertulis. Dalam hal ini fungsi praktis itu

dapat di pahami jika segala ketentuan yang terdapat di dalam

kaidah telah di terapkan dengan baik.

2.3. Perkembangan Ejaan

1. Ejaan van Ophuijsen

Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu

dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan van Ophuilsen. Van

Ophuijsen merancang ejaan itu dibantu oleh Engku Nawawi

Gelar Soetan Ma‟moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.

Hal-hal yang menonjol dalam ejaan ini adalah sebagai berikut :

a. Huruf  j dipakai untuk menuliskan kata-kata seperti; jang,

 pajung, sajang, pajah. 

b. Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata seperti;

goeroe, itoe, oemoer.

5
c. Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda trema,

dipakaiuntuk menuliskan kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’ 

2. Ejaan Soewandi

Pada tanggal 19 Maret 1947 Ejaan Soewandi diresmikan

untuk menggantikan Ejaan van Ophuijsen. Ejaan baru ini oleh

masyarakat diberi julukan Ejaan Republik. Hal-hal yang

perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu

adalah sebagai berikut :

a. Huruf oe diganti dengan u, seperti pada;

guru, itu, umur.

b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti

pada kata-kata; tak, pak, maklum.

c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka-2, seperti :

anak2, berjalan2, ke-barat2-an.

d. Awalan di- dan kata depan di- kedua-dunya ditulis

serangakai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata

depan di- pada dirumah, dikebun, disamakan dengan

imbuhan di- pada ditulis, dibuang.

3. Ejaan Melindo

6
Pada akhir tahun 1959 sidang perutusan Indonesia dan

Melayu (Slamet mulyana-Nasir bin Ismail, Ketua)

menghasilkan konsep ejaan  bersama yang  kemudian dikenal

dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).

Perkembangan politik pada tahun - tahun berikutnya

mengurungkan peresmian ejaan ini.

4. Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)

Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden meresmikan

pemakaianEjaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu

berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku

kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu. Karena

penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia PengembanganBahasa

Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang

dibentuk oleh Menteri pendidikan dan Kebudayaan dengan

surat putusannyatanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972,

menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah

ejaan yang luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975

memberlakukan Pedoman  Ejaan  Bahasa 

7
Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum

Pembentukan Istilah. Pada tahum 1987 pedoman tersebut

direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan Putusan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan No.0543a/U/1987, tanggal 9

September 1987. Beberapa hal yang perlu dikemukakan

sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang

disempurnakan adalah sebagai berikut:

a. Perubahan Huruf

▪ Dj, dari djika menjadi jika

▪ Tj, dari tjacap menjadi cakap

▪ Nj, dari njata menjadi nyata

▪ Ch, dari achir menjadi akhir

b. Huruf f, v dan z merupakan unsur serapan dari bahasa

asing yang telah diresmikan pemakaiannya. Misal:

▪ Khilaf

▪ Fisik

▪ Zakat

▪ Universitas

c. Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidangilmu

pengetahuan tetap digunakan, misalnya pada kata furqan

dan xenon.

8
d. Penulisan di- sebagai awalan dibedakan dengan diyang

merupakan kata depan. Sebagai awalan, di- ditulis

serangkai dengan unsur yang menyertainya, sedangkan di

sebagai kata depan ditulis terpisah darikata yang

mengikutinya.

e. Kata Ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-

unsurnya angka dua tidak digunakan sebagai

penanda perulangan. Misalnya:

▪ Anak-anak, bukan anak2

▪ Bersalam-salaman, bukan bersalam2an

▪ Bermain-main, bukan bermain2

2.4. Ruang Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Ruang lingkup EYD mencangkup lima aspek, yaitu:

a. Pemakaian Huruf

Pemakaian huruf membicarakan bagian-bagian dasar dari

suatu bahasa, yaitu :

▪ Abjad                                                                                  

▪ Vokal                                                                                  

▪ Konsonan

▪ Pemenggalan

9
▪ Nama diri

b. Penulisan Huruf

Penulisan huruf membicarakan beberapa perubahan huruf

dari ejaan sebelumnya yang meliputi :

▪ Huruf Kapital

▪ Huruf Miring

c. Penulisan Kata

Penulisan kata membicarakan bidang morfologi dengan segala

bentuk dan jenisnya berupa :

▪ Kata Dasar

▪ Kata Turunan

▪ Kata Ulang

▪ Gabungan Kata

▪ Kata Ganti kau, ku, mu,dan  nya

▪ Kata Depan di, ke, dan dari

▪ Kata Sandang si dan sang

▪ Partikel

▪ Singkatan dan Akronim

▪ Angka dan Lambang Bilangan

d. Penulisan Unsur Serapan

Penulisan unsur serapan membicarakan kaidah cara

penulisan unsur serapan, terutama kosa kata yang berasal

10
dari bahasa asing.

e. Pemakaian Tanda Baca

Pemakaian tanda baca (pungtuasi) membicarakan teknik

penerapan kelima belas tanda baca dalam penulisan dengan

kaidanya masing-masing. Di dalam hal ini, kita akan

mempelajari ejaan yang nomor lima yaitu penggunaan tanda

baca

2.5. Teori Tanda Baca

Dalam pemakaian tanda baca mencakup hal-hal sebagai berikut :

a. Tanda titik (.)

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan

pertanyaan atau seruan. Misalnya :

Nenekku tinggal di Jawa Tengah.

2. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit,

dan detik yang menunjukan waktu. Misalnya:

Tsunami di Mentawai terjadi pada hari Senin tanggal 25

Oktober 2010 pukul 22.10 WIB.

3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka,jam,menit dan

detik yang menunjukan jangka waktu. Misalnya:

Aku menunggu di stasiun kereta api selama 1.45.26 jam.

11
4. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam

suatu bagian, ihktisar atau daftar. Misalnya :

II. Departemen Dalam Negeri

A. Direktorat  Jendral Pembangunan Masyarakat

Desa

B. Direktorat  Jendral Agraria

1. Patokan Umum

1.1  Isi Karangan

1.2  Ilustrasi

1.2.1 Gambar Tangan

1.2.2   Tabel

Catatan :

Tanda titik  tidak  dipakai di belakang angka atau

huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka itu

merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.(

1.2.3 Grafik bukan 1.2.3. grafik).

5. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan

yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru,

dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Misalnya:

Waridah, Ernawati. 2008. EYD Seputar Kebahasa-

Indonesiaan. Bandung:Kawan Pustaka.

12
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau

kelipatannya. Misalnya:

Desa ini berpenduduk 25.300 orang.

7. Tanada titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan

ribuan atau kelipatan yang tidak menunjukan jumlah.

Misalnya:

Kakakku lahir pada tahun 1987 di Pringsewu.

8. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan

kepala karangan,ilustrasi,tabel, dan sebagainya. Misalnya:

Acara Kunjungan Presiden SBY

9. Tanda titik tidak dipakai di belakang nama pengirim dan

tanggal surat, serta nama dan alamat penerima surat.

Misalnya:

Jalan Dipenogoro 82

Jakarta (tanpa titik)

1 April 1985 (Tanpa titik)

Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)

Palembang (tanpa titik)

Atau:

Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)

Jalan Cikini 72 (tanpa titik)

Jakarta(tanpa titik)

13
b. Tanda koma (,)

1. Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau

pembilangan. Misalnya:

Adik membeli buku, pensil, dan penghapus untuk keperluan

sekolah.

2. Dipakai untuk memisahkan suatu kalimat setara dengan

kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata

hubung seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan. Misalnya:

Didi bukan anak Pak Andi, melainkan anak Pak Faat.

3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat

dengan induk kalimat jika anak itu mendahulai induk

kalimatnya. Misalnya:

Kalau hari hujan, dia tidak akan pergi.

4. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat

dengan induk kalimat jika anak kalimat mengiringi induk

kalimat. Misalnya:

Dia tidak akan pergi kalau hari hujan.

5. Dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar

kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di

dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi, pula, meskipun, begitu,

akan, dan tetapi. Misalnya:

14
Kendaraan di jalan semakin padat. Oleh karena itu, kita

harus berhati-hati.

6. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari dari

bagian laindalam kalimat. Misalnya:

Kata Ayah,”Nenek akan datang.”

7. Dipakai diantara nama orang dan gelar akademik yang

mengikutinya. Misalnya:

Ibu Dra. Lisdwiana Kurniati, M.P.d. adalah dosen Mata

Kuliah Penyuluhan Bahasa Indonesia.

8. Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang

sifatnya tidak membatasi. Misalnya:

Semua Mahasiswa STKIP Muhammadiyah, baik laki-laki

maupun perempuan, harus mematuhi peraturan kampus.

9. Dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh,

dari kata lain yang terdapat dalam kalimat. Misalnya:

Aduh, Kartu Peserta Ujianku tertinggal di rumah!

10. Dipakai diantara nama dan alamat, bagian-bagian alamat,

tempat dan tanggal, serta nama tempat dan wilayah yang

ditulis berurutan. Misalnya: Surat-surat ini harap

dialamatkan kepada Ketua Jurusan Bahasa dan Seni, STKIP

15
Muhammadiyah, Jalan Makam, Pringsewu.

11. Dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik

susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya:

Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa

Indonesia. Djakarta:PT Pustaka Rakyat.

12. Dipakai diantara bagian-bagian dalam catatan kaki.

Misalnya:

W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-

Mengarang (Yogyakarta; UP Indonesia, 19670), hlm.4.

13. Dipakai di muka angka persepuluhan atau diantara rupiah

yang dinyatakan dengan angka. Misalnya:

Kedalaman sungai itu hanya 12,5 m.

14. Dipakai untuk menghindari salah baca di belakang

keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya:

Atas bantuan Fara, Intan mengucapkan terima kasih.

15. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan

langsungdari bagian lain yang mengiringinya jika petikan

itu berakhir dengan tanda tanya atau seru. Misalnya:

“Ke mana Saudara akan pergi?” Tanya Anto.

16
c. Tanda titik koma (;)

1. Dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang

sejenis dan setara. Misalnya:

Malam semakin larut;tugas kuliah belum selesai juga.

2. Dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk

memisahkan yang setara di dalam kalimat majemuk.

Misalnya:

Saya mengerjakan tugas kuliah; kakak asyik menonton

televisi.

d. Tanda titik dua (: )

1. Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti

pemberian. Misalnya :

Ibu memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja,dan

lemari.

2. Dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan

pelaku dalam percakapan. Misalnya:

Amir : “ Baik, Bu,” (mengangkat kompor dan masuk).

3. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan

pemerian. Misalnya:

Acara akan di laksanakan pada :

Hari :

17
Tempat :

Waktu :

4. Dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, diantara

bab dan ayat dalam kitab suci, diantara judul dan anak

judul suatu karangan, serta nama kota dan penerbit buku.

Misalnya:

Guru agama Islam membacakan surat Al Imron:156.

Tempo, 1 (1971), 34:7

e. Tanda hubung (-)

1. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.

Misalnya:

Ani memakai baju kemerah-merahan.

2. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas

hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan

penghilang bagian kelompok kata. Misalnya:

Sesama teman harus memiliki rasa kesetiakawanan-sosial.

3. Dipakai untuk merangkaikan se dengan kata berikutnya, ke

dengan angka, angka dengan an. Misalnya:

Pada tanggal 17 Agustus se-Indonesia merayakan

kemerdekaan.

18
4. Untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur

bahasa asing. Misalnya:

Taufik Hidayat unggul dalam pertandingan bulu tangkis

setelah men-smash lawannya.

5. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang

terpisah oleh pergantian baris, Misalnya:

Di samping cara -cara lama yang sudah tidak digunakan lagi

, ada juga ca-

ra yang baru.

6. Menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya

atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada

pergantian baris. Misalnya:

Senjata-senjata ini merupakan alat yang sudah memiliki

pertahan-

an yang canggih.

7. Menyambung huruf kata yang di eja satu-satu dan bagian-

bagian tanggal. Misalnya:

p-a-n-i-t-i-a

f. Tanda pisah (– )

19
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang

member penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya:

Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—

diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.

2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau

keterangan lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

Misalnya:

Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini

juga pembelahan 1970.

3. Dipakai diantara dua bilangan,tanggal atau tempat dengan

arti’ sampai ke’ atau ‘sama dengan’. Misalnya:

Pertandingan sepak bola itu berlangsung dari tanggal 2–8

November 2010.

Catatan:

Dalam penulisan dan pengetikan, tanda pisah dinyatakan

dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan

sesudahnya.

g. Tanda ellipsis (…)

1. Dipakai dalam kalimat terputus-putus. Misalnya:

Kalau begitu… ya,kita harus semangat.

20
2. Menunjukan ahwa dalam suatu kalimatada bagian yang di

hilangkan. Misalnya:

Sebab-sebab kemerosotan… akan diteliti lebih lanjut.

Catatan:

Jika bagian yang dihilangkan  mengakhiri sebuah kalimat,

perlu dipakai empat buah titik ; tiga buah untuk menandai

penghilangan kalimat dan satu titik lagi untuk menandai akhir

kalimat.

h. Tanda Tanya (?)

1. Dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya :

Kapan kamu akan pulang?

2. Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian

kalimat yang kurang dapat dibuktikan kebenaranya.

Misalnya :

Uangnya sebanyak 20 juta rupiah(?) hilang.

Ia lahir pada tahun 1998(?)

i. Tanda seru (!)

1. Dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa

seruan. Misalnya:

21
Alangkah seramnnya peristiwa itu!

j. Tanda kurung ( (…) )

1. Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya :

Bagian perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar

Isian Kegiatan) kantor itu.

2. Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan yang

bukan bagian integral pokok pembicaraan. Misalnya:

Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang

terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.

3. Mengapit tambahan huruf atau kata yang kehadirannya di

dalam teks dapat dihilangkan. Misalnya:

Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi

kokain(a).

4. Mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan

karangan. Misalnya:

Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga

kerja, (c) modal.

k. Tanda kurung siku ( […] )

1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok

kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat yang

22
ditukis orang lain. Tanda itu  menyatakan bahwa kesalahan

atau kekurangan  itu memang terdapat pada naskah asli.

Misalnya :

Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

2. Tanda kurung siku mengapit  keterangan dalam kalimat

penjelas.

l. Tanda petik (”…”)

1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari

pembicaraan  dan naskah dan atau bahan tulis lain.

Misalnya:

“Saya belum siap,” kata Mira , “tunggu sebentar!”

2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan , atau bab buku

yang dipakai dalam kalimat. Misalnya:

Bacalah “Bola Lampu “  dalambuku Dari Suau Masa, dari

suatu tempat.

          

3. Tanda petik mengapit istilah ilmiahyang kurang dikenal

atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya :

Maja dikenal dengan nama “cutbrai”.

4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang

mengakhiri petikan langsung. Misalnya :

Kata Tono, ”Saya juga minta satu”.

23
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian

kalim  ditempatnkan di belakang tanda petik yang

menhgapit kata aatau ungkapan yang dipakai dengan arti

khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Misalnya:

Karena warna kulitnya , Budi mendapat julukan “Si Hitam”

Catatan :

Tanda petik pembuka dan petik penutup pada pasangan

tanda petik itu ditulisama tinggi di sebelah baris

m. Tanda petik tunggal (‘…’)

1. Tanda  petik tunggal mengapitn petikan yang tersusun di

dalam petikan lain. Misalnya:

Tanya Basri, “kau dengar bunyi; kring-kring’ tadi?”. “Waktu

kubuka pintu depan, kudengar teriakkan anakku”.

2. Tanda  petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau

penjelasan kata atau ungkapan asing. Misalnya :

Feed-back  ‘balikkan’

n. Tanda garis miring ( / )

1. Tanda Garis miring dipakai di dalam nomor surat dan

nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun  yang

terbagi dalam satu tahun takwim. Misalnya :

24
No.7/PK/1973

Jalan Kramat 111/10

2. Tanda Garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau dan 

tiap. Misalnya:

Dikirimkan lewat darat /laut . ‘dikirimkan lewat darat atau

laut.

Harganya Rp.25.000/ lembar.’ Harganya Rp.25.000

tiap  lembar.

o. Tanda penyingkat atau apostrop ( )

1. Tanda Penyingkat atau Apostrof menunjukkan

penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

Misalnya:

Ali’kan  kusurati (‘kan = akan)

Malam ‘lah tiba (‘lah= telah)

p. Angka dan Lambang Bilangan

Angka lambang bilangan yaitu angka yang dipakai untuk

menyatakan lambang bilangan atau nomor. Misalnya:

Angka : 0, 1, 2, 3, 4, 5 dsb.

Angka romawi : I, II, III, IV, V dsb.

25
BAB III

PENUTUP

Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan

bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang

itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa).

EYD adalah rangkaian aturan yang wajib digunakan dan ditaati

dalam tulisan bahasa indonesia resmi. Ruang lingkup dalam EYD

secara garis besar terbagi ke dalam tiga bagian yaitu pemakaian huruf,

penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.

Ruang lingkup pembentukan istilah terbagi ke dalam beberapa

kategori yaitu (1). Konsep dasar yang meliputi: definisi istilah, tata

istilah dan tata nama, istilah khusus dan istilah umum, kata dasar

26
peristilahan, imbuhan peristilahan, kata ulang peristilahan, gabungan

kata peristilahan, dan perangkat kata peristilahan.

(2). Sumber istilah yang mencakup: kosa kata bahasa indonesia, kosa

kata bahasa serumpun, kosa kata bahasa asing, penerjemahan istilah

asing, penyerapan istilah asing, penyerapan dan penerjemahan

sekaligus, macam dan bentuk sumber serapan, istilah asing yang

bersifat internasional, dan bagan prosedur pembentukan istilah.

Kata baku adalah kata yang cara pengucpan atau penulisannya

sesuai dengan kaidah-kaidah standar atau kaidah yang telah

dibakukan. Sedangkan kata tidak baku adalah kata yang cara

pengucapan atau penulisannya tidak memenuhi kaidah-kaidah umum

tersebut.

Fungsi bahasa baku adalah sebagai pemersatu, pemberi

kekhasan, pembawa kewibawaan, dan kerangka acuan. Ciri-ciri bahasa

baku adalah tidak dipengaruhi bahasa daerah, tidak dipengaruhi

bahasa asing, bukan merupakan bahasa percakapan, pemakaian

imbuhan secara eksplisit, pemakaian yang sesuai dengan konteks

kalimat, tidak terkontaminasi, tidak rancu, tidak mengandung arti

pleonasme, dan tidak mengandung hiperkorek.

Perbedaan antara singkatan dan akronim terletak pada

singkatan dilafalkan huruf per huruf. Sedangkan akronim dilafalkan

sebagai kata atau suku kata.

Makna kata berkaitan dengan hubungan antara satu lambang bahasa

denagan lambang lainnya atau hubungannya denagan suatu benda.

27
Makna kata terdiri atas beberapaa jenis, yaitu makna leksikal, makna

gramatikal, makna denotatif, dan makna konotatif. Perubahan makna

dapat berupa perluasan, penyempitan, peniggian, perendahan,

pertukaran tanggapan, atau persamaan sifat.

Jenis-jenis kata dalam bahasa Indonesia terbagi menjadi: kata

benda, kata ganti, kata kerja, kata sifat kata sapaan, kata penunjuk,

kata bilangan, kata penyangkal, kata depan, kata penghubung, kata

keterangan, kata Tanya, kata seru, kata sandang dan kata partikel.

3.1. Kesimpulan

Dari pembahasan yang sudah dijelaskan, maka dapat disimpulkan

1. Ejaan memiliki fungsi yang cukup penting dalam menunjang

pembakuan bahasa, baik yang menyangkut pembakuan tata

bahasa maupun kosa kata dan peristilahan.

2. Ejaan mengalami perkembangan dari tahun ke tahun.

Perkembangan tersebut ditujukan untuk mempermudah

dalam pengucapan, penulissan, pengetikan, maupun

pembacaan ejaan sebuah kalimat.

3. Ruang lingkup dalam penggunaan Ejaan yang

Disempurnakan (EYD) sebagai pembaharuan ejaan yang

terakhir dan ejaan yang sampai sekarang digunakan terdiri

dari lima aspek, dimana setiap aspek meliki fungsi kegunaan

masing-masing, anatara lain :

28
a. Pemakaian Huruf

b. Penulisan Huruf

c. Penulisan Kata

d. Penulisan Unsur Serapan

e. Pemakaian Tanda Baca

3.2. Saran

Dari uraian diatas dapat kami simpulkan beberapa saran

yakni kita harus memahami cara menggunakan tanda baca yang

baik dan benar, untuk memberi bekal kepada kita untuk

menjalani masa kuliah selanjutnya yang penuh dengan tugas yang

menuntut kemampuan dalam berbahasa yang baik dan benar

baik lisan maupun tertulis. Dan kemampuan berbahasa yang

benar dapat diperoleh melalui pembiasaan, pembiasaan menulis

dan pembiasaan mempraktekan kemampuan berbahasa

indonesia yang benar dalam kehidupan sehari –hari.

29
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sarwoko Tri, Adi. 2003. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta:

Andi Yogyakarta.

Waridah, Ernawati. 2008. EYD dan Seputar Kebahasaan Indonesia.

Jakarta: Kawan pustaka.

Arifin A, Zaenal dan Tasai S, Amran. 2008. Cermat Berbahsa Indonesia.

Jakarta: Akademika Pressindo.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2005. Pedoman Umum

Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum

Pembentukan Istilah. Bandung: Pustaka Setia.

30
Www. Ymci. Web. Id.

Tim Mendikbud. 1987.Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan.Yogyakarta:

PT Pustaka Widya

Tarigan.2003.Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia.Bandung:Penerbit

ANGKASA Bandung.

31

Anda mungkin juga menyukai