DEMAM (FEBRIS)
Disususn Oleh :
Nama : Devi Yulia Pramae Sella
Npm : 19.0601.0030
Prodi : D3 Keperawatan
B. ANATOMI FISIOLOGI
Hipotalamus pada daerah dasar atau lunas ventrikel ketiga terdapat beberapa
nuklues yang memiliki kegiatan fisiologik yang tertentu juga. Fungsi-fungsi seperti
pengaturan suhu tubuh, lapar dan haus diatur oleh pusat-pusat dalam hipotalamus.
Sulkul sentralis atau fisura ronaldi memisahkan lobus frontalis dari lobus
parietalis. Lobus oksipitalis terletak dibelakang lobus frontalis dan bersandar pada
tentonium seregali yaitu sebah lipatan durameter yang memisahkan fosa kranialis
tengah, fosa kranialis posterior dibawahnya sulkul lateralis atau fisura dulurus
memisahkan lobus temporalis dari lobus pada daerah sebelah anterior dan lobus
parietalis pada sebelah posterior.
C. ETIOLOGI
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi
suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan
riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit
dan evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adala cara timbul demam, lama
demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang menyertai demam. Demam
belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam
terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dan tetap
belum didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif
dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya. (Lubis &
Lubis, 2016)
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala febris : (Butarbutar, Sholikhah, & Napitupulu, 2018)
1. Suhu badan lebih 37,2 ºC
2. Banyak berkeringat
3. Pernafasan meninggil
4. Menggigil
E. PATOFISIOLOGI
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun)
anak terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila
ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan
tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang
berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang
bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik
terhadap benda asing (non infeksi).
Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan zat lain,
terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksik yang dihasilkan dari
degenerasi jaringan tubuhmenyebabkan demam selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen.
Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit
darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembuluh bergranula besar. Seluruh sel ini
selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri ke dalam cairan tubuh, yang disebut juga
zat pirogen leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang
terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam
hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin. Ini akan menimbulkan reaksi
menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepid an
menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan
demam pada anak.
Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara: tubuh (sel makrofag
dan sel limfosit T) untuk mememarangi zat asing tersebut dengan meningkatkan
proteolysis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam embentukan antibody
atau system kekebalan tubuh. (Purnasiwi, Lusmilasari, & Hartini, 2018)
F. PATWAY
Tubuh kehilangan
Monosit/makrofag cairan
Mempengaruhi
hipotalamus anterior
Demam
Peningkatan Peningkatan
evaporasi evaporasi
Peningkata
Gangguan rasa
n evaporasi
nyaman
Peningkatan Peningkatan
evaporasi evaporasi
Peningkatan
Gangguan rasa
evaporasi
nyaman
Gangguan rasa
nyaman
G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penanganan terhadap demam dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis,
tindakan non farmakologis maupun kombinasi keduanya . Tindakan farmakologis yaitu
memberikan obat antipiretik. Sedangkan tindakan non farmakologis yaitu tindakan
tambahan dalam menurunkan panas setelah pemberian obat antipiretik. Tindakan non
farmakologis terhadap penurunan panas seperti memberikan minuman yang banyak,
ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal, menggunakan pakaian yang tidak tebal,
dan memberikan kompres. (Wardiyah, Setiawati, & Romayati, 2016)
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk
digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji
coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus
rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat
dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
2. Diagnose keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, proses penyakit.
b. Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaforesis.
c. Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
3. Perencanaan keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
No. Rasional
(NOC) (NIC)
1 setelah dilakukan tindakan - monitor suhu tubuh klien - Mengetahui suhu
keperawatan selama 2x24 jam tubuh klien
maslah teratasi sebagian. Kriteria
hasil: - perhatikan menggigil - untuk mengetahui
Suhu tubuh dalam keadaan klien
batas normal 36,5-37c
bebas dari kedinginan
- Berikan kompres hangat -Kompres hangat
nadi dbn dapat
respirasi dbn menyebabkan fase
dilatasi sehingga
dapat menurunkan
suhu tubuh
2
Setelah dilakukan tindakan
- monitor dehidrasi - perbuahan
keperawatan selama 2 x 24 jam
status
volume cairan adekuat dengan
keriteria hasil : dehidrasi
- ttv dalam batas normal
- monitor ttv - Mengetahui
- tidak ada tanda tanda dehidrasi
tingkat
kesadaran
pasien
4. Implemenstasi keperawatan
5. Evaluasi
a. tidak panas, dan tidak menggigil
b. suhu dalam batas normal
c. tidak berkeringat, turgor kulit lembab mukosa bibir lembab, nafsu makan
kembali
d. tidak rewel tidak cemas dan sudah mudah tidur
J. REFERENSI
Butarbutar, M. H., Sholikhah, S., & Napitupulu, L. H. (2018). Preventif : Jurnal Kesehatan
Masyarakat the Relationship of Knowledge and Attitude About Fever and Its Treatment
in Children At Shanty Clinic Medan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2, 53–57.
Dehkordi, A. B., & Abu-Bakar, S. A. R. (2016). Kompres Air Hangat pada Daerah Aksila
dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam di PKU
Muhammadiyah Kutoarjo. IEEE 2015 International Conference on Signal and Image
Processing Applications, ICSIPA 2015 - Proceedings, 3(1), 404–408.
https://doi.org/10.1109/ICSIPA.2015.7412224
Lubis, I. N. D., & Lubis, C. P. (2016). Penanganan Demam pada Anak. Sari Pediatri, 12(6),
409. https://doi.org/10.14238/sp12.6.2011.409-18
Purnasiwi, D., Lusmilasari, L., & Hartini, S. (2018). Faktor Risiko Kejadian Kejang Demam
Pada Anak Di Instalasi Rawat Inap RS.Bethesda YOGYAKARTA. Jurnal Ilmu
Keperawatan, Vol. 3, pp. 67–73.
Wardiyah, A., Setiawati, & Romayati, U. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian
Kompres Hangat Dan Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang
Mengalami Demam Di Ruang Alamanda Rsud Dr . H . Abdul Moeloek. Jurnal
Kesehatan Holistik, 10(1), 36–44. Retrieved from https://www.e-
journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/105
Wardiyah, A., Setiawati, S., & Setiawan, D. (2016). PERBANDINGAN EFEKTIFITAS
PEMBERIAN KOMPRES HANGAT DAN TEPIDSPONGE TERHADAP
PENURUNAN SUHU TUBUH ANAK YANG MENGALAMIDEMAM RSUD dr. H.
ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG. Jurnal Ilmu Keperawatan (Journal of
Nursing Science), 4(1), 44–56. https://doi.org/10.21776/ub.jik.2016.004.01.5