Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM (FEBRIS)

Disususn Oleh :
Nama : Devi Yulia Pramae Sella
Npm : 19.0601.0030
Prodi : D3 Keperawatan

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2020
A. DEFINISI
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di
hipotalamus.Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat
menyerang sistem tubuh.Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan
perkembangan imunitas spesifik dan nonspesifik dalam membantu pemulihan atau
pertahanan terhadap infeksi. (Wardiyah, Setiawati, & Setiawan, 2016)
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38° C atau lebih.
Ada juga yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C, sedangkan bila suhu tubuh lebih
dari 40°C disebut demam tinggi/ hiperpireksia. Demam dapat membahayakan apabila
timbul dalam suhu yang tinggi. Demam tinggi adalah demam yang mencapai 41,1°C
(106°F) atau lebih.(Dehkordi & Abu-Bakar, 2016)

B. ANATOMI FISIOLOGI
Hipotalamus pada daerah dasar atau lunas ventrikel ketiga terdapat beberapa
nuklues yang memiliki kegiatan fisiologik yang tertentu juga. Fungsi-fungsi seperti
pengaturan suhu tubuh, lapar dan haus diatur oleh pusat-pusat dalam hipotalamus.
Sulkul sentralis atau fisura ronaldi memisahkan lobus frontalis dari lobus
parietalis. Lobus oksipitalis terletak dibelakang lobus frontalis dan bersandar pada
tentonium seregali yaitu sebah lipatan durameter yang memisahkan fosa kranialis
tengah, fosa kranialis posterior dibawahnya sulkul lateralis atau fisura dulurus
memisahkan lobus temporalis dari lobus pada daerah sebelah anterior dan lobus
parietalis pada sebelah posterior.

C. ETIOLOGI
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi
suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan
riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit
dan evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adala cara timbul demam, lama
demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang menyertai demam. Demam
belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam
terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dan tetap
belum didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif
dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya. (Lubis &
Lubis, 2016)

D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala febris : (Butarbutar, Sholikhah, & Napitupulu, 2018)
1. Suhu badan lebih 37,2 ºC
2. Banyak berkeringat
3. Pernafasan meninggil
4. Menggigil
E. PATOFISIOLOGI
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun)
anak terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila
ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan
tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang
berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang
bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik
terhadap benda asing (non infeksi).
Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan zat lain,
terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksik yang dihasilkan dari
degenerasi jaringan tubuhmenyebabkan demam selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen.
Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit
darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembuluh bergranula besar. Seluruh sel ini
selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri ke dalam cairan tubuh, yang disebut juga
zat pirogen leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang
terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam
hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin. Ini akan menimbulkan reaksi
menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepid an
menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan
demam pada anak.
Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara: tubuh (sel makrofag
dan sel limfosit T) untuk mememarangi zat asing tersebut dengan meningkatkan
proteolysis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam embentukan antibody
atau system kekebalan tubuh. (Purnasiwi, Lusmilasari, & Hartini, 2018)
F. PATWAY

Agen infeksius Dehidrasi


mediator inflamasi

Tubuh kehilangan
Monosit/makrofag cairan

Sitokin pirogen Penurunan cairan


intra sel

Mempengaruhi
hipotalamus anterior

Demam

Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan


evaporasi evaporasi evaporasi evaporasi

Peningkata Peningkatan Peningkatan Peningkata


n evaporasi evaporasi evaporasi n evaporasi

Peningkatan Peningkatan
evaporasi evaporasi

Peningkata
Gangguan rasa
n evaporasi
nyaman

Peningkatan Peningkatan
evaporasi evaporasi

Peningkatan
Gangguan rasa
evaporasi
nyaman

Gangguan rasa
nyaman
G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penanganan terhadap demam dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis,
tindakan non farmakologis maupun kombinasi keduanya . Tindakan farmakologis yaitu
memberikan obat antipiretik. Sedangkan tindakan non farmakologis yaitu tindakan
tambahan dalam menurunkan panas setelah pemberian obat antipiretik. Tindakan non
farmakologis terhadap penurunan panas seperti memberikan minuman yang banyak,
ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal, menggunakan pakaian yang tidak tebal,
dan memberikan kompres. (Wardiyah, Setiawati, & Romayati, 2016)

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk
digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji
coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus
rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat
dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
- Identitas pasien berupa nama, tanggal lahir, jenis kelamin, status, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor RM, diagnosa medis
- Identitas penanggung jawab berupa nama, tanggal lahir, jenis kelamin,
status, pekerjaan, agama, alamat, hubungan dengan pasien.
b. Catatan medis
c. Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama yaitu keluhan yang paling dirasakan untuk mencari
bantuan
- Riwayat kesehatan sekarang yaitu apa yang dirasakan sekarang
- Riwayat kesehatan dahulu yaitu apakah kemungkinan pasien belum sakit
seperti ini atau sudah pernah
- Riwayat kesehatan keluarga yaitu memiliki penyakit turun temurun atau
penyakit yang tidak menular.
d. Pengkajian Fungsional Gordon
- Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Pola nutrisi
- Pola eliminasi
- Pola aktifitas
- Pola tidur dan istirahat
- Pola kognitif dan perceptual
- Pola toleransi dan koping stress
- Pola nilai dan kayakinan
- Pola hubungan dan peran
- Pola persepsi diri dan konsep diri
- Pola seksual
- Pola kenyamanan
- Pola keamanan
e. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum
Keadaan umum meliputi kesan umum, poster tubuh, warna kulit, turgor
kulit, dan kebersihan diri.
- Gejala Kranial
Gejala kranial meliputi suhu,nadi,tekanan darah, respirasi
- Keadaan fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah
1. Inspeksi (mengkaji kulit, melihat warna membran mukosa, melihat
penampilan umum,melihat pola pernapasan, melihat gerakan dinding
dada)
2. Palpasi (bertujuan untuk mengetahui adanya nyeri tekan dengan cara
meraba benjolan atu aksila, jaringan payudara dan sirkulasi perifer)
3. Perkusi (bertujuan untuk mengetahui cairan abnormal, udara di paru-
paru atau kerja diafragma)
4. Auskultasi (bertujuan untuk mengetahui bunyi yang tidak
normal,bunyi murmur, bunyi gesekan atau suara napas tambahan)
- Data penunjang
- Progam terapit
- Data fokus
f. Pengkajian status nyeri
- P (provocate) : respon palatif meliputi faktor pencetus nyeri
- Q (quality) : kualitas nyeri meliputi rasa tajam,tumbul atau tersayat
- R (region) : lokasi nyeri atau daerah perjalanan nyeri
- S (scale) : skala nyeri ringan, sedang,berat atau sangat berat
- T (time) : waktu atau lama frekuensi nyeri

Selain menggunakan pengkajian diatas, ada cara pengkajian yang lain


yaitu skala numerik
- Skala numerik digunakan dalam mengkaji nyeri dengan mengukur berat
ringannya nyeri dengan mengobjektifkan pendpat subjektif nyeri. Skala
dari 0 (tanpa nyeri) hingga 10(nyeri hebat).

2. Diagnose keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, proses penyakit.
b. Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaforesis.
c. Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
3. Perencanaan keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
No. Rasional
(NOC) (NIC)
1 setelah dilakukan tindakan - monitor suhu tubuh klien - Mengetahui suhu
keperawatan selama 2x24 jam tubuh klien
maslah teratasi sebagian. Kriteria
hasil: - perhatikan menggigil - untuk mengetahui
Suhu tubuh dalam keadaan klien
batas normal 36,5-37c
bebas dari kedinginan
- Berikan kompres hangat -Kompres hangat
nadi dbn dapat
respirasi dbn menyebabkan fase
dilatasi sehingga
dapat menurunkan
suhu tubuh

- selimuti pasien -Memberikan rasa


nyaman, dan
memberikan rasa
hangat saat pasien
menggigil

- Monitor TD, nadi, Respirasi Untuk mengetahui


tingkat kesadaran
klien

2
Setelah dilakukan tindakan
- monitor dehidrasi - perbuahan
keperawatan selama 2 x 24 jam
status
volume cairan adekuat dengan
keriteria hasil : dehidrasi
- ttv dalam batas normal
- monitor ttv - Mengetahui
- tidak ada tanda tanda dehidrasi
tingkat
kesadaran
pasien

- dorongan keluarga untuk - Agar pasien


membantu pasien untuk makan mendapatkan
energi dari
makanan

- anjurkan minum ±7 – 8 gelas - Untuk


perhari menampah
cairan pada
tubuh

Setelah dilakukan tindakan - Kaji dan identifikasi serta


3. - Agar klien
keperawatan selama 2 x 24 jam luruskan informasi yang
lebih
ansietas klien / keluarga hilang dimiliki klien/keluarga mengetahui
dengan kriteria hasil : mengenai
mengenai hipertermi
- Klien/keluarga dapat penyakit
- Berikan informasi pada
mengidentifikasi hal-hal yang klien/keluarga yang akurat
dapat meningkatkan dan tentang penyebab hipertermi
menurunkan suhu tubuh - Validasi perasaan - Agar klien
- Klien/keluarga mau mengetahui
klien/keluarga dan yakinkan
penyebabnya
berpartisipasi dalam setiap klien/keluarga bahwa dan bisa
tidakan yang dilakukan kecemasan merupakan menanganinya
- Klien/keluarga mengungkapkan respon yang normal
penurunan cemas yang - Diskusikan dengan
berhubungan dengan klien/keluarga rencana - Agar klien
hipertermi, proses penyakit tindakan yang dilakukan merasa tidak
berhubungan dengan terlalu
hipertermi dan keadaan khawatir
penyakit

- Agar tidak ada


kesalahn
dalam
melakukan
tindakan

4. Implemenstasi keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Implementasi

1 Hipertermia berhubungan dengan - memantau suhu klien perhatikan menggigil/diafrosis


proses infeksi, proses penyakit.
- mengkaji TTV

- memberikan kompres pada klien

- memberikan selimut pada pasien

2. Resiko kurang cairan berhubungan


- Mengkaji status dehidrasi
dengan intake yang kurang dan
diaforesis. - Mengkaji TTV

- Memberikan dorongan untuk makan pada pasien

- Menganjurkan pasien untuk minum yang cukup


dan sering
3. Ansietas berhubungan dengan Mengkaji dan mengidentifikasi serta meluruskan
hipertermi, efek proses penyakit informasiyang dimiliki orang tua klien mengenai
hipertermi

Memberikan informasi yang akurat tentang


penyebabhipertermi

Memvalidasi perasaan klien dan meyakinkan klien


bahwakecemasam merupakan respon yang normal

Mendiskusikan rencana tindakan yang


dilakukan berhubungan dengan hipertermi dan
keadaan penyakit

5. Evaluasi
a. tidak panas, dan tidak menggigil
b. suhu dalam batas normal
c. tidak berkeringat, turgor kulit lembab mukosa bibir lembab, nafsu makan
kembali
d. tidak rewel tidak cemas dan sudah mudah tidur

J. REFERENSI
Butarbutar, M. H., Sholikhah, S., & Napitupulu, L. H. (2018). Preventif : Jurnal Kesehatan
Masyarakat the Relationship of Knowledge and Attitude About Fever and Its Treatment
in Children At Shanty Clinic Medan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2, 53–57.
Dehkordi, A. B., & Abu-Bakar, S. A. R. (2016). Kompres Air Hangat pada Daerah Aksila
dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam di PKU
Muhammadiyah Kutoarjo. IEEE 2015 International Conference on Signal and Image
Processing Applications, ICSIPA 2015 - Proceedings, 3(1), 404–408.
https://doi.org/10.1109/ICSIPA.2015.7412224
Lubis, I. N. D., & Lubis, C. P. (2016). Penanganan Demam pada Anak. Sari Pediatri, 12(6),
409. https://doi.org/10.14238/sp12.6.2011.409-18
Purnasiwi, D., Lusmilasari, L., & Hartini, S. (2018). Faktor Risiko Kejadian Kejang Demam
Pada Anak Di Instalasi Rawat Inap RS.Bethesda YOGYAKARTA. Jurnal Ilmu
Keperawatan, Vol. 3, pp. 67–73.
Wardiyah, A., Setiawati, & Romayati, U. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian
Kompres Hangat Dan Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang
Mengalami Demam Di Ruang Alamanda Rsud Dr . H . Abdul Moeloek. Jurnal
Kesehatan Holistik, 10(1), 36–44. Retrieved from https://www.e-
journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/105
Wardiyah, A., Setiawati, S., & Setiawan, D. (2016). PERBANDINGAN EFEKTIFITAS
PEMBERIAN KOMPRES HANGAT DAN TEPIDSPONGE TERHADAP
PENURUNAN SUHU TUBUH ANAK YANG MENGALAMIDEMAM RSUD dr. H.
ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG. Jurnal Ilmu Keperawatan (Journal of
Nursing Science), 4(1), 44–56. https://doi.org/10.21776/ub.jik.2016.004.01.5

Anda mungkin juga menyukai