Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH MANAJEMEN KESELAMATAN INDUSTRI

“SAFE WORK ENVIRONMENT & REKAYASA SAFE WORK ENVIRONMENT”

Dosen:
Panca Nugrahini, S.T,M.T

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Assya Nauri Des Harahap 1915041008

Ecclesya Agata Simanjuntak 1915041050

Nuril Aiqadzani 1915041034

UNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK KIMIA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah manajemen keselamatan industri tentang “safe work environment dan rekayasa safe
work environment” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah manajemen
keselamatan industri. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “safe work
environment dan rekayasa safe work environment” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Panca Nugrahini, selaku dosen manajemen keselamatan
industri yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi pengetahuannya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 9 Maret 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
1.3. Tujuan Penulisan Makalah................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Safe Work Environment .................................................. 2
2.2. Jenis-jenis Safe Work Environtment.................................................. 3
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Safe Work Environtment ........... 3
2.4. Aspek Safe Work Environtment......................................................... 7
2.5. Indikator Safe Work Environtment..................................................... 8
2.6. Manfaat Safe Work Environtment...................................................... 10
2.7. Kepuasan kerja pada Safe Work Environtment.................................. 10
2.8. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja............................ 11
2.9. Ruang lingkup kesehatan kerja.......................................................... 13
2.10. Kapasitas, beban dan lingkungan kerja.............................................. 13
2.11. Langkah mengantisipasi bahaya lingkungan kerja............................ 13
2.12. Pengaruh dari karyawan yang tidak puas di tempat kerja ................. 18
2.13. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja........................................ 18
2.14. Ergonomi lingkungan kerja................................................................ 19
2.15. Rekayasa lingkungan kerja................................................................ 22
2.15.1 Pengertian rekayasa lingkungan kerja.................................... 22
2.15.2 Upaya rekayasa lingkungan kerja........................................... 23
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan........................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Adapun demikian, tiap sumber daya
dikelola oleh sebuah perusahaan yang harus memiliki manajemen perusahaan yang baik. Hal penting dalam
manajemen perusahaan ini diantaranya adalah kontribusi perusahaan terhadap lingkungan sekitar/masyarakat,
aktivitas keamanan dan pengelolaan lingkungan kerja yang baik. Selain itu, maraknya kecelakaan yang terjadi
pada karyawan, perusahaan maupun masyarakat semakin meresahkan. Sehingga dicarilah solusi untuk
menekan jumlah kecelakaan kerja yang merugikan itu. Dengan menciptakan Safe Work Environment atau
Keamanan di lingkungan kerja bisa mengurangi korban kecelakaan perusahaan maupun pencemaran
lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Safe Work Environment ?
2. Apa saja jenis-jenis dari Safe Work Environment ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Safe Work Environment ?
4. Apa saja aspek dari Safe Work Environment ?
5. Apa indikator Safe Work Environment ?
6. Apa manfaat Safe Work Environment ?
7. Bagaimana kepuasan kerja pada Safe Work Environment ?
8. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja?
9. Bagaimana langkah untuk mengantisipasi bahaya lingkungan kerja?
10. Apa itu Ergonomi lingkungan kerja?
11. Apa yang dimaksud dengan rekayasa Safe Work Environment ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Safe Work Environment.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis Safe Work Environment.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Safe Work Environment.
4. Untuk mengetahui aspek dari Safe Work Environment.
5. Untuk mengetahui indikator Safe Work Environment.
6. Untuk mengetahui manfaat Safe Work Environment.
7. Untuk memahami kepuasan kerja pada Safe Work Environment.
8. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja.
9. Untuk memahami cara mengantisipasi bahaya lingkungan kerja.
10. Untuk mengetahui ergonomi lingkungan kerja.
11. Untuk memahami rekayasa Safe Work Environment.

iii
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Safe Work Environment


Pengertian kesehatan lingkungan menurut WHO (World Health Organization) adalah suatu keseimbangan
ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.

http://metriyulita.blogspot.com/2015/05/kesehatan-di-lingkungan-kerja.html?m=1

Sedangkan menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia), kesehatan lingkungan
adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.

http://metriyulita.blogspot.com/2015/05/kesehatan-di-lingkungan-kerja.html?m=1

Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang dibebankan (Nitisemito, 1992:25). Selanjutnya menurut Sedarmayati (2001:1)
lingkungan kerja merupakan kseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana
seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai
kelompok.

http://metriyulita.blogspot.com/2015/05/kesehatan-di-lingkungan-kerja.html?m=1

Lingkungan kerja atau Safework Environment dalam suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan
manajemen. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaan, namun
lingkungan kerja mempunyai pengaruh lansung terhadap para karyawan yang melaksanakan proses produksi
tersebut. Lingkungan kerja adalah suasana dimana karyawan melakukan aktivitas setiap harinya. Lingkungan kerja
yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan karyawan untuk dapat bekerja optimal. Jika karyawan
menyenagi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka karyawan tersebut akan betah ditempat kerjanya, melakukan
aktivitasnya sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai
akan dapat menurunkan kinerja karyawan. Beberapa ahli mendifinisikan lingkungan kerja antaralain sebagai
berikut:
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
Menurut (Nitisemito dalam Nuraini 2013:97) linkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar
karyawan dan dapat mempengaruhi dalam menjalankan tugas yang diembankan kepadanya misalnya dengan adanya
air conditioner (AC), penerangan yang memadai dan sebagainya. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada di
lingkungan para pekerja yang dapat mempegaruhi dirinya dalam menjalankan tugas seperti temperatur, kelembapan,
ventilasi, penerangan, kegaduhan, kebersihan tempat kerja dan memadai tidaknya alat-alat perlengkapan kerja.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
Menurut (Simanjuntak, 2003:39) lingkungan kerja dapat diartikan sebagai keseluruhan alat perkakas yang
dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seorang bekerja, metode kerjanya, sebagai pengaruh kerjanya baik sebagai
perorangan maupun sebagai kelompok. Sedangkan menurut (Mardiana, 2005:78) lingkungan kerja adalah
lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari. Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan
bahwa lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja/karyawan yang dapat mempengaruhi
kepuasan kerja karywan dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga akan diperoleh hasil kerja yang maksimal,
dimana dalam lingkungan kerja tersebut terdapat fasilitas kerja yang mendukung karyawan dalam penyelesaian
tugas yang bebankan kepada karyawan guna meningkatkan kerja karyawan dalam suatu perusahaan.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
Lingkungan kerja terdiri dari lingkungan fisik dan nonfisik yang melekat pada karyawan sehingga tidak
dapa dipisahkan untuk mendapatkan kinerja karyawan yang baik Menurut Sedarmayanti (2009:31) lingkungan kerja
fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi
karyawan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Sedangkan lingkungan kerja nonfisik adalah semua
keadaan yang terjadi berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun dengan rekan kerja,
ataupun hubungan dengan bawahan. Masalah lingkungan kerja dalam suatu organisasi sangatlah penting, dalam hal
ini diperlukan adanya pengaturan maupun penataan faktor-faktor lingkungan kerja dalam penyelenggaraan aktivitas
organisasi. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang: Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja bahwa lingkungan kerja perkantoran meliputi semua ruangan, halaman dan area
sekelilingnya yang merupakan bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja untuk kegiatan perkantoran.
Persyaratan kesehatan lingkungan kerja dalam keputusan ini diberlakukan baik terhadap kantor yang berdiri sendiri
maupun yang berkelompok.

iv
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada
disekitar karyawan pada saat bekerja baik berupa fisik maupun nonfisik yang dapat mempengaruhi karyawan saat
bekerja. Jika lingkungan kerja yang kondusif maka karyawan bisa aman, nyaman dan jika lingkungan kerja tidak
mendukung maka karyawan tidak bisa aman dan nyaman.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y

2.2 Jenis-Jenis Safework Environment


Sadarmayanti (2001:21) menyatakan bahwa secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2
yakni : (a) lingkungan kerja fisik, dan (b) lingkungan kerja non fisik.
A. Lingkungan kerja Fisik
Menurut Sedarmayanti (2001:21),“Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di
sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun scara tidak langsung”.
Lingkungan kerja fisik dapat dibagi dalam dua kategori, yakni :
1. Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan (Seperti: pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya)
2. Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi
manusia, misalnya :temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak
sedap, warna, dan lain-lain.
Untuk dapat memperkecil pengaruh lingkungan fisik terhadap karyawan, maka langkah pertama adalah harus
mempelajari manusia, baik mengenai fisik dan tingkah lakunya maupun mengenai fisiknya, kemudian digunakan
sebagai dasar memikirkan lingkungan fisik yang sesuai.
http://www.bppp-tegal.com/web/index.php/artikel/100-artikel/artikel-manajemen/138-mengenal-lingkungan-kerja

B. Lingkungan Kerja Non Fisik


Menurut Sadarmayanti (2001:31)“Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan
dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan
dengan bawahan”.
Lingkungan non fisik ini juga merupakan kelompok lingkungan kerja yang tidak bisa diabaikan.Menurut Alex
Nitisemito (2000:171-173) Perusahaan hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antara
tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi yang hendaknya
diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik, dan pengendalian diri.Suryadi Perwiro Sentoso
(2001:19-21) yang mengutip pernyataan Prof. Myon Woo Lee sang pencetus teori W dalam Ilmu Manajemen
Sumber Daya Manusia, bahwa pihak manajemen perusahaan hendaknya membangun suatu iklim dan suasana kerja
yang bisa membangkitkan rasa kekeluargaan untuk mencapai tujuan bersama. Pihak manajemen perusahaan juga
hendaknya mampu mendorong inisiatif dan kreativitas. Kondisi seperti inilah yang selanjutnya menciptakan
antusiasme untuk bersatu dalam organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan.
http://www.bppp-tegal.com/web/index.php/artikel/100-artikel/artikel-manajemen/138-mengenal-lingkungan-kerja

2.3 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Safework Environment


Untuk menciptakan lingkungan kerja yang baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu (Siagian, 2006:63) :
1. Bangunan tempat kerja
2. Ruang kerja yang lega
3. Ventilasi pertukaran udara
4. Tersedianya tempat-tempat ibadah keagamaan
5. Tersedianya sarana angkutan khusus maupun umum untuk karyawan nyaman dan mudah
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
Menurut (Sedarmayanti dalam Wulan, 2011:21) Menyatakan bahwa secara garis besar, jenis lingkungan
kerja terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor lingkungan kerja fisik dan faktor lingkungan kerja non fisik.
1. Faktor Lingkungan Kerja Fisik

v
a. Pewarnaan
Warna merupakan faktor yang penting untuk memperbesar efisiensi kerja para pegawai. Khususnya warna
akan mempengaruhi keadaan jiwa mereka. Dengan memakai warna yang tepat pada dinding ruangan dan alat-alat
lainnya, kegembiraan dan ketenangan bekerja para pegawai akan terpelihara.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y
b. Penerangan
Penerangan dalam hal ini bukan terbatas pada penerangan listrik saja, tetapi juga penerangan sinar
matahari. Dalam melaksanakan tugas karyawan membutuhkan penerangan yang cukup, apabila pekerjaan yang
dilakukan tersebut menuntut ketelitian.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y
c. Udara
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu
untuk proses metaboliasme. Udara di sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen, dalam udara tersebut telah
berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sumber utama
adanya udara segar adalah adanya tanaman di sekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang
dibutuhkan olah manusia. Dengan sukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara
psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran
pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah
setelah bekerja.
http://www.bppp-tegal.com/web/index.php/artikel/100-artikel/artikel-manajemen/138-mengenal-lingkungan-kerja
d. Suara bising
Kebisingan merupakan suatu gangguan terhadap seseorang karena adanya kebisingan, maka konsentrasi
dalam bekerja akan terganggu. Dengan terganggunya konsentrasi ini maka pekerjaan yang dilakukan akan banyak
menimbulkan kesalahan atau kerusakan. Hal ini jelas akan menimbulkan kerugian. Kebisingan yang terus
menerus mungkin akan menimbulkan kebosanan.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y
e. Ruang gerak
Tata ruang merupakan penataan yang ada di dalam ruang kerja yang biasa mempengaruhi kenyamanan
karyawan dalam bekerja. Menurut RobbinsCoulter (2010) lingkungan dirumuskan menjadi dua, meliputi
lingkungan umum dan lingkungan khusus.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y
f. Keamanan
Jaminan terhadap keamanan menimbulkan ketenangan. Keamanan akan keselamatan diri sendiri sering
ditafsirkan terbatas pada keselamatan kerja, padahal lebih luas dari itu termasuk disini keamanan milik pribadi
karyawan dan juga konstruksi gedung tempat mereka bekerja. Sehingga akan menimbulkan ketenangan yang
akan mendorong karyawan dalam bekerja.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y
g. Kebersihan
Kebersihan lingkungan kerja secara tidak langsung dapat mempengaruhi seseorang dalam bekerja, karena
apabila lingkungan kerja bersih maka karyawan akan merasa nyaman dalam melakukan pekerjaannya.
Kebersihan lingkungan bukan hanya berarti kebersihan tempat mereka bekerja, tetapi jauh lebih luas dari pada itu
misalnya kamar kecil yang berbau tidak enak akan menimbulkan rasa yang kurang menyenangkan bagi para
karyawan yang menggunakannya, untuk menjaga kebersihan ini pada umumnya diperlukan petugas khusus,
dimana masalah biaya juga harus dipertimbangkan disini.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y
h. Getaran Mekanis di Tempat Kerja
Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat mekanis, yang sebagian dari getaran ini
sampai ke tubuh karyawan dan dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Getaran mekanis pada
umumnya sangat menggangu tubuh karena ketidak teraturannya, baik tidak teratur dalam intensitas maupun
frekwensinya. Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam tubuh terdapat apabila frekwensi alam ini beresonansi
dengan frekwensi dari getaran mekanis. Secara umum getaran mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal :
1. Kosentrasi bekerja

vi
2. Datangnya kelelahan
3. Timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena gangguan terhadap : mata, syaraf, peredaran darah, otot,
tulang, dan lain,lain.
http://www.bppp-tegal.com/web/index.php/artikel/100-artikel/artikel-manajemen/138-mengenal-lingkungan-kerja
i. Bau-bauan di Tempat Kerja
Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, karena dapat menganggu
konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang terjadi terus menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman.
Pemakaian “air condition” yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan
bau-bauan yang menganggu di sekitar tempat kerja.
http://www.bppp-tegal.com/web/index.php/artikel/100-artikel/artikel-manajemen/138-mengenal-lingkungan-kerja
j. Tata Warna di Tempat Kerja
Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan dengan sebaik-baiknya. Pada
kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan dekorasi. Hal ini dapat dimaklumi karena warna
mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan. Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan rasa
senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam sifat warna dapat merangsang perasaan manusia.
http://www.bppp-tegal.com/web/index.php/artikel/100-artikel/artikel-manajemen/138-mengenal-lingkungan-kerja
k. Dekorasi di Tempat Kerja
Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu dekorasi tidak hanya berkaitan dengan
hasil ruang kerja saja tetapi berkaitan juga dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan, dan lainnya
untuk bekerja.
http://www.bppp-tegal.com/web/index.php/artikel/100-artikel/artikel-manajemen/138-mengenal-lingkungan-kerja
l. Musik di Tempat Kerja
Menurut para pakar, musik yang nadanya lembut sesuai dengan suasana, waktu dan tempat dapat
membangkitkan dan merangsang karyawan untuk bekerja. Oleh karena itu lagu-lagu perlu dipilih dengan selektif
untuk dikumandangkan di tempat kerja. Tidak sesuainya musik yang diperdengarkan di tempat kerja akan
mengganggu konsentrasi kerja.
http://www.bppp-tegal.com/web/index.php/artikel/100-artikel/artikel-manajemen/138-mengenal-lingkungan-kerja
j. Radiasi
Tingkat radiasi medan listrik dan medan magnit listrik di tempat kerja adalah sebagai berikut :

a. Medan listrik :
Sepanjang hari kerja : maksimal 10 kV/m.
Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari maksimal 30 kV/m.

b. Medan magnit listrik :


Sepanjang hari kerja : maksimal 0,5 mT (mili Tesla).
Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari : 5 mT

c. Vektor Penyakit
1. Serangga penular penyakit
2. Vektor penyakit adalah binatang yang dapat menjadi perantara penular
3. berbagai penyakit tertentu (misalnya serangga).
 Indeks lalat : maksimal 8 ekor/fly grill (100 x 100 cm) dalam pengukuran 30 menit.
 Indeks kecoa : maksimal 2 ekor/plate (20 x 20 cm) dalam pengukuran 24 jam.
 Indeks nyamuk Aedes aegypti : container indeks tidak melebihi 5%.
 Tikus :Setiap ruang kantor harus bebas tikus.

http://metriyulita.blogspot.com/2015/05/kesehatan-di-lingkungan-kerja.html?m=1

2. Faktor Lingkungan Kerja Non Fisik


1. Struktur kerja
2. Tanggung jawab kerja

vii
3. Perhatian dan dukungan pemimpin
4. Kerja sama antar kelompok
5. Kelancaran komunikasi
Menurut (Suwatno dan Priansa, 2011:163)secara umum lingkunga kerja terdiri dari lingkungan kerja fisik
dan lingkungan kerja psikis.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y
1. Faktor Lingkungan Fisik

Faktor lingkungan fisik adalah lingkungan yang berada disekitar pekerja itu sndiri. Kondisi di lingkungan kerja
dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan yang meliputi:
a. Rencana Ruang Kerja

Meliputi kesesuaian pengaturan dan tata letak peralatan kerja, hal ini berpengaruh besar terhadap kenyamanan
dan tampilan kerja karyawan.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
b. Rancangan Pekerjaan
Meliputi peralatan kerja dan prosedur kerja atau metode kerja, peralatan kerja yang tidak sesuai dengan
pekerjaannya akan mempengaruhi kesehatan hasil kerja karywan.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
c. Kondisi Lingkungan Kerja
Penerangan dan kebisingan sangat berhubungan dengan kenyamanan para pekerja dalam bekerja. Sirkulasi
udara, suhu ruangan dan penerangan yang sesuai sangat mempengaruhi kondisi seseorang dalam menjalankan
tugasnya.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
d. Tingkat Visual Pripacy dan Acoustical Privacy
Dalam tingkat pekerjaan tertentu membutuhkan tempat kerja yang dapat mdemberi privasi bagi karyawannya.
Yang dimaksud privasi disini adalah sebagai “ keleluasan pribadi “ terhadapa hal-hal yang menyangkut dirinya dan
kelompoknya. Sedangkan acoustical privasi berhubungan dengan pendengaran.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
2. Faktor Lingkungan Psikis
Faktor lingkungan psikis adalah hal-hal yang menyangkut dengan hubungan sosial dan keorganisasian. Kondisi
psikis yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan adalah:
a. Pekerjaan Yang Berlebihan

Pekerjaan yang berlebihan dengan waktu yang terbatas atau mendesak dalam penyelesaian suatu pekerjaan
akan menimbulkan penekanan dan ketegangan terhadap karyawan, sehingga hasil yang didapat kurang maksimal.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
b. Sistem Pengawasan Yang Buruk

Sistem pengawasan yang buruk dan tidak efisien dapat menimbulkan ketidak puasaan lainnya, seperti ketidak
stabilan suasana politik dan kurangnya umpan balik prestasi kerja.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf

c. Frustasi

Frustasi dapatberdampak pada terhambatnya usaha pencapaian tujuan, misalnya harapan perusahaan tidak
sesuai dengan harapan karyawan, apanbila hal ini berlangsung terus menerus akan menimbulkan frustasi bagi
karyawan.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
d. Perubahan-Perubahan Dalam Segala Bentuk

viii
Perubahan yang terjadi dalam pekerjaaan akan mempengaruhi cara orang-orang dalam bekerja, misalnya
perubahan lingkungan kerja seperti perubahan jenis pekerjaan, perubahan organisasi, dan pergantian pemimpin
perusahaan.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
e. Perselisihan Antara Pribadi Dan Kelompok

Hal ini terjadi apabila kedua belah pihak mempunyai tujuan yang sama dan bersaing untuk mencapai tujuan
tersebut. Perselisihan inin dapat berdampak negatif yaitu terjadinya peselisihan dalam berkomunikasi, kurangnya
kekompakan dan kerjasama. Sedangkan dampak positifnya adalah adanya usaha positif untuk mengatasiperselisihan
ditempat kerja, diantaranya: persaingan, masalah status dan perbedaan antara individu.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
Lingkunga kerja fisik maupun psikis keduanya sama pentingnya dalam sebuah organisasi, kedua
lingkungan kerja ini tidak bisa dipisahkan. Apabila sebuah perusahaan hanya mengutamakan satu jenis lingkungan
kerja saja, tidak akan tercipta lingkungan kerja yang baik, dan lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut
tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien
dan akan menyebabkan perusahaan tersebut mengalami penurunan produktivitas kerja.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
1. Lingkungan Umum

Segala sesuatu diluar organisasi yang memiliki potensi untuk mempengaruhi organisasi. Lingkungan ini berupa
kondisi sosial dan kondisi teknologi yang meliputi:
a. Fasilitas kerja adalah segala sesuatu yang digunakan, dipakai, ditempati, dan dinikmati oleh karyawan, baik
dalam
hubungan langsung dengan pekerjaan maupun kelancaran pekerjaan sehingga dapat meningkatkan produktivitas
atau prestasi kerja.
1) Fasilitas alat kerja Seseorang karyawan atau pekerja tidak akan dapat melakukan pekerjaan tanpa disertai
alat kerja.
2) Fasilitas perlengkapan kerja Semua benda yang digunakan dalam pekerjaan tetapi tidak langsung
berproduksi, melainkan sebagai pelancar dan penyegar dalam pekerjaan.
3) Fasilitas sosial Fasilitas yang digunakan oleh karyawan yang berfungsi sosial meliputi, penyediaan
kendaraan bermotor, musholla dan fasilitas pengobatan.

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y
b. Teknologi adalah alat kerja operasional yaitu semua benda atau barang yang berfungsi sebagai alat canggih yang
langsung dgunakan dalam produksi seperti komputer, mesin pengganda, mesin hitung.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y
2. Lingkungan Khusus
Lingkungan khusus adalah bagian lingkungan yang secara langsung berkaitan dengan pencapaian sasaran-
sasaran sebuah organsasi yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y

2.4 Aspek Safework Environment


Lingkungan kerja dapat dibagi menjadi beberapa bagian atau bisa disebut juga aspek pembentuk
lingkungan kerja, bagian-bagian itu bisa diuraikan sebagai berikut (Simanjuntak, 2003:39):
1. Pelayanan kerja

Pelayanan karyawan merupakan aspek terpenting yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan terhadap tenaga
kerja. Pelayanan yang baik dari perusahaan akan membuat karyawan lebih bergairah dalam bekerja, mempunyai
rasa tanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaannnya, serta dapat terus mennjaga nama baik perusahaan
melalui produktivitas kerjanya dan tingkah lakuknya. Pada umumnya pelayanan karyawan meliputi beberapa haln
yakni :
a. Pelayanan makan dan minum.
b. Pelayanan kesehatan .
c. Pelayanan kamar kecil/kamar mandi ditempat kerja, dan sebagainya.

ix
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
2. Kondisi Kerja

Kondisi kerja karyawan sebaiknya diusahakan oleh manajemen perusahaan sebaik mungkin agar timbul rasa
aman dalam bekerja untuk karyawannya, kondisi kerja ini meliputi penerangan yang cukup, suhu udara yang tepat,
kebisingan yang ddapat dikendalikan, pengaruh warna, runag gerak yang diperlukan dan keamanan kerja karyawan.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
3. Hubungan karyawan

Hubungan karyawan akan sangat menentukan dalam menghasilkan produktivitas kerja. Hala ini disebabkan
karena adanya hubungan antara motivasi serta semangat dan kegairahan kerja dengan hubungan yang kondusif
antar sesama karyawan dalam bekerja, ketidak serasian hubungan antara karyawan dapat menurunkan motivasi dan
kegairahan yang akibatnya akan dapat menurunkan produktivitas kerja.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf

2.5 Indikator Safework Environment


Adapun indikator lingkungan kerja menurut (Sedarmayanti: 2004:46) adalah sebagai berikut:
1. Penerangan/cahaya ditempat kerja
2. Temperatur/suhu udara ditempat kerja
3. Kelembapan udara ditempat kerja
4. Sirkulasi udara ditempat kerja
5. Getaran mekanis ditempat kerja
6. Bau tidak sedap ditempat kerja
7. Tata warna ditempat kerja
8. Dekorasi ditempat kerja
9. Musik ditempat kerja
10. Keamanan ditempat kerja
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
1. Cahaya

Cahaya penerangan yang cukup memancarkan dengan tepat akan menambah efisiensi kerja para karyawan/pegawai,
karna mereka dapat bekerja dengan lebih cepat lebih sedikit membuat kesalahan dan matanya tak lekas menjadi
lelah. Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi pegawai guna mendapat keselamatan dan kelancaran
kerja, oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya
yang kurang jelas (kurang cukup) mengakibatkan penglihatan menjadi kurang jelas, sehingga pekerjaan akan
lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan
pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit tercapai.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y
2. Warna

Warna merupakan salah satu faktor yang penting untuk memperbesar efisiensi kerja para karyawan, khususnya
warna akan mempengaruhi keadaan jiwa mereka dengan memakai warna yang tepat 19 pada dinding ruang dan alat-
alat lainnya kegembiraan dan ketenangan bekerja para karyawan akan terpelihara.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y
3. Udara

Mengenai faktor udara ini, yang sering sekali adalah suhu udara dan banyaknya uap air pada udara itu. Oksigen
merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses
metabolisme. Udara di sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang dan telah
bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sumber utama adanya udara segar
adalah adanya tanaman disekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh
manusia.

x
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y
4. Suara

Untuk mengatasi terjadinya kegaduhan, perlu kiranya meletakkan alat-alat yang memiliki suara yang keras, seperti
mesin ketik pesawat telpon, parkir motor, dan lain-lain. Pada ruang khusus, sehongga tidak mengganggu pekerja
lainnya dalam melaksanakan tugasnya.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
5. Kebisingan di tempat kerja

Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang
tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat
mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut
penelitian, kebisingan yang serius dapat menyebabkan kematian.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y
6. Bau tidak sedap di tempat kerja

Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, karena dapat mengganggu
konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang terjadi terusmenerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman.
Pemakaian “air condition” yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan
baubauan yang mengganggu disekitar tempat kerja.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y
7. Keamanan di tempat kerja
Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman maka perlu diperhatikan
adanya keamanan dalam bekerja. Oleh karena itu faktor keamanan perlu diwujudkan keberadaannya. Salah satu
upaya untuk menjaga keamanan ditempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Pengaman (SATPAM).
Dari dua pendapat yang berbeda yaitu dari Nitisemito (1992:159) dan Sedarmayanti (2009:28) tentang lingkungan
kerja diharapkan terciptanya lingkungan kerja yang kondusif sehingga karyawan akan betah dalam bekerja.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y
Indikator-indikator lingkungan kerja oleh Nitisemito (1992,159) yaitu sebagai berikut:
1. Suasana kerja

Suasana kerja adalah kondisi yang ada disekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan itu sendiri. Suasana kerja ini akan meliputi tempat kerja, fasilitas dan alat
bantu pekerjaan, kebersihan, pencahayaan, ketenangan termasuk juga hubungan kerja antara orangorang yang ada
ditempat tersebut (Saydam, 1996:381).
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y
2. Hubungan dengan rekan kerja

Hubungan dengan rekan kerja yaitu hubungan dengan rekan kerja harmonis dan tanpa ada saling intrik diantara
sesama rekan sekerja. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi karyawan tetap tinggal dalam satu organisasi
adalah adanya hubungan yang harmonis diantara rekan kerja. Hubungan yang harmonis dan kekeluargaan
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y
3. Tersedianya fasilitas kerja

Hal ini dimaksudkan bahwa peralatan yang digunakan untuk mendukung kelancaran kerja lengkap/mutakhir.
Tersedianya fasilitas kerja yang lengkap, walaupun tidak baru merupakan salah satu penunjang proses dalam
bekerja.
Dari dua pendapat berbeda peneliti mengambil indikator yaitu suasana kerja, hubungan dengan rekan
kerja, tersedianya fasilitas kerja, penerangan, sirkulasi udara, kebisingan, bau tidak sedap, dan keamanan.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y

2.6 Manfaat Safework Environment


1. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kesehatan dan
kesejahteraan hidup manusia.

xi
2. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
3. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan institusi
pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam menghadapi bencana alam atau wabah penyakit
menular.

Manfaat lingkungan kerja adalah menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat.
Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat
diselesaikan dengan tepat. Artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam skala waktu yang
ditentukan. Kinerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak
pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi.(Arep, 2003:103).
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf

 Pekerjaan bisa selesai dengan tepat ialah menyelesaikan pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar yang
benar dan dalam skala waktu yang telah ditentukan.
 Prestasi kerja pegawai atau pekerja akan langsung dipantau oleh individu yang bersangkutan tersebut dan
tak akan memberikan banyak dampak pengawasan yang kemudian semangat juang pegawai atau pekerja
menjadi akan tinggi.

https://sarjanaekonomi.co.id/lingkungan-kerja/

2.7 Kepuasan Kerja Pada Safework Environment


Menurut (Fathoni: 2006: 128) kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai
pekerjaannya. Sikap itu dicerminkan oleh moral kerja, kedisplinan, dan prestasi kerja. Sedangkan menurut (Robbins
dalam Wibowo: 2007: 323) kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap 20 pekerjaan seseorang yang menunjukkan
perbedaan antara jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya mereka
terima.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
Menurut (Hasibuan, 2006:202) kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai
pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisplinan dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati
dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan. Sedangkan menurut (Isyandi,
2004:137)kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang dapat menyenangkan seseorang dalam bekerja atau yang dapat
memberikan pemenuhan nilai-nilai pekerjaan.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan sikap positif
yang dicerminkan oleh karyawan baik didalam maupun diluar pekerjaan. Sikap tersebut seperti kedisplinan dan
prestasi dalam melaksanakan pekerjaan. Ada beberapa hal yang dapat memberikan kepuasan kepada karyawan
(Nasution: 2003: 193) yaitu:
1. Pekerjaan yang tidak monoton.
2. Pekerjaan yang dirancang oleh manajemen perusahaan sedemikian rupa sehingga tidak menyiakan waktu
dan tenaga kerja karyawan.
3. Karyawan bebas merencanakan sendiri pekerjaan dan tata kerja yang selektif.
4. Karyawan memperoleh wewenang yang memadai atas pekerjaannya.
5. Karyawan menyelesaikan pekerjaan harus memperoleh pengakuan atas hasil karyanya dan mendapat
kesempatan untuk berkembang.
6. Karyawan merasa tidak diawasi dengan ketat.
7. Pekerjaan menyediakan umpan balik dari atasan tanpa menyebabkan rasa sakit hati dan kecewa.

http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf

2.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja


Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan (Hasibuan: 2006: 203) adalah :
1. Balas jasa yang adil dan layak.
2. Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian.
3. Berat ringannya pekerjaan.

xii
4. Suasana dan lingkungan pekerjaan.
5. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan.
6. Sikap pemimpin dalam kepemimpinannya.
7. Sifat pekerjaan monoton atau tidak.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf

Faktor-faktor kepuasan karyawan (Isyandi, 2004:145)yaitu:


1. Pergantian pegawai

Kepuasan kerja yang lebih tinggi berkaitan dengan tinggi rendahnya tingkat pergantian karyawan begitu
pula sebaliknya karyawan yang kurang puas biasanya pergantian akan tinggi.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
2. Ketidak Hadiran Karyawan yang kurang puas cenderung ketidak hadirannya tinggi dan ketidak hadirannya
yang tidak jelas

http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf

3. Usia

Cenderung karyawan yang lebih tua merasa puas dari pada karyawan yang berumur yang lebih muda hal
ini disebabkan karena karyawan yang berumur lebih tua akan berpengalaman dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan pekerjaannya, sementara karyawan yang lebih muda biasanya mempunyai harapan
yang baik mengenai dunia kerjanya sehingga apabila terdapat kesenjangan dapat menyebabbkan mereka
tidak puas.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf

4. Tingkat Pekerjaan Karyawan yang memiliki tingkat pekerjaan yang lebih tinggi cenderung merasa lebih
puas dari pekerjaan ini lebih menunjukkan kemampuan kerja yang lebih baik dan juga mempunyai
penghasilan yang lebih baik dan sebaliknya.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf

5. Ukuran Organisasi

Ukuran organisasi dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan karena besar kecilnya organisasi
berhubungan koordinasi, komunikasi dan partisipasi karyawan.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf

Faktor tersebut dapat membantu memahami bahwa kepuasan kerja karyawan dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya (Isyandi, 2004:146) :
a. Faktor pegawai, yaitu kemampuan, cara kerja, minat, kesehatan dan disiplin kerja.
b. Faktor lingkungan kerja, yaitu teman sejawat, kompensasi atau imbalan dan keadaan fisik ruangan.
c. Pekerjaan itu sendiri, yaitu tugas yang diembankan kepadanya.

http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan menurut (Fathoni: 2006: 129) yaitu balas jasa
yang adil dan layak, penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian, berat ringannya pekerjaan, suasana dan
lingkungan pekerjaan, peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan, sikap pemimpin dalam kepemimpinannya
dan sifat pekerjaan monoton atau tidak.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
Menurut Spector (1997) faktor-faktor penyebab kepuasan kerja dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kategori umum, yaitu faktor lingkungan pekerjaan dan faktor-faktor individu. Enam faktor penyebab kepuasan kerja
yang termasuk ke dalam faktor lingkungan kerja adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik pekerjaan

xiii
Individu yang merasa kepuasan intrinsic ketika melakukan pekerjaan dan tugas-tugasnya akan menyukai pekerjaan
mereka dan memiliki motivasi untuk memberikan kemampuan yang terbaik.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
2. Batasan Dari Organisasi
Batasan dari organisasi adalah kondisi lingkungan pekerjaan yang menghambat performa kerja karyawan.
Karyawna yang mempersiapkan adanya tingkat batasan yang tinggi cenderung untuk tidak puas dengan
pekerjaannya.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
2. Peran Dalam Pekerjaan

Ambiguitas peran dan konflik peran memiliki hubungan dengan kepuasan kerja. Karyawan yang mengalami
ambiguitas peran ketika ia memiliki kepastian mengenai fungsi dan tanggung jawabnya dalam pekerjaan.
Sedangkan konflik peran terjadi ketika individu mengalami tuntutan yang bertentangan dengan fungsi dan tanggung
jawabnya.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
3. Konflik Antara Pekerjaan Dan Keluarga

Konflik antara pekerjaan dan keluarga terjadi ketika tuntutan dalam pekerjaan dan tuntutan keluarga saling
bertentangan. Konflik tersebut memiliki hubungan yang signifikan dengan kepuasan kerja karyawan. Karyawan
yang mengalami tingkat konflik yang tinggi cenderung untuk memiliki tingkat kepuasan kerja yang rendah.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
4. Gaji

Hubungan antara tingkat gaji dan kepuasan kerja cenderung lemah. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa gaji
bukan merupakan faktor yang sangat kuat pengaruhnya terhadap kepuasan kerja. Walaupun tingkat gaji bukan
merupakan hal yang penting, keadilan dalam pembayaran gaji dapat menjadi sangat penting, karena karyawan yang
membandingkan dirinya dengan karyawan lainnya akan tidak puas, jika ia memperoleh gaji yang lebih rendah dari
karyawan lain dengan pekerjaan yang sama. Hal yang dapat menjadi lebih penting daripada pembedaan gaji adalah
bagaimana karyawan menyadari bahwa pembagian gaji sudah diatur oleh kebijakan dan prosedur yang adil. Oleh
karena itu, proses pembagian gaji memiliki dampak yang lebih besar dari pda tingkat gaji yang sesungguhnya
terhdap kepuasan kerja karyawan.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
5. Stress Kerja

Dalam setiap pekerjaan, setiap karyawan akan menghadapi kondisi dan situasi yang dapat mereka merasa tertekan
(Stress). Kondisi dan situasi tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan emosional pada waktu yang singkat,
tetapi juga kepuasan kerja dalam jangka waktu yang lebih lama. Adapun situasi dan kondisi dalam pekerjaan yang
dapat membuat karyawan merasa tertekan adalah beban kerja (tuntutan pekerjaan yang dimiliki oleh karyawan),
control (kebebasan yang diberikan kepada karyawan untuk membuat keputusan tentang pekerjaan mereka, dan
jadwal kerja. Kondisi tersebut memiliki hubungan dengan tingkat kepuasan kerja karyawan.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf
Sedangkan dua faktor yang menyebabkan kepuasan kerja yang termasuk ke dalam faktor individu adalah:
1. Karakteristik kepribadian.
2. Kesesuaian antara individu dengan pekerjaan.
Selain beberapa faktor di atas, Spektor (2000) juga menyatakan bahwa gender, usia, serta perbedaan budaya dan
etnis dapat mempengaruhi kepuasan kerja.
http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf

2.9. Ruang lingkup kesehatan kerja

Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyeserasian antara pekerja dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun
psikis dalam hal cara atau metode, proses, dan kondisi pekerjaan yang bertujuan untuk:

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua lapangan kerja
setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya.

xiv
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan kerja pada masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan
atau kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya
yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan
fisik dan psikis pekerja.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

2.10 Kapasitas, beban dan lingkungan kerja

Kapasitas beban dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalan kesehatan kerja, dimanan
hubungan interaktif dan serasi antara tiga kompnen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan
optimal. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik
yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaanya dengan baik.

Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Beban kerja yang terlalu berat dengan kemampuan fisik
yang lemah akan mengakibatkan pekerja mengalami gangguan atau penyakit.

Lingkungan kerja misalnya panas, bising debu, zat-zat kimia dan lain-lain ini dapat menjadi beban tambahan
terhadap pekerja. Dan hal ini juga dapat menambah beban kerja yang dapat mengakibatkan gangguan dan penyakit.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

2.11 Langkah mengantisipasi bahaya lingkungan kerja

1. Pengenalan lingkungan kerja dilakukan dengan melihat dan mengenal pekerjaan tersebut.
2. Evaluasi lingkungan kerja. Ini merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi yang dapat
menimbulkan bahaya.
3. Pengendalian lingkungan kerja. Pengendalian ini dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan
bahaya yang mungkin timbul.

Program Pelayanan Kesehatan Kerja. Sebagaimana pelayanan kesehatan masyarakat pada umumnya, pelayanan
kesehatan dan keselamatan masyarakat pekerja yaitu meliputi pelayanan preventif, promotif, kuratif dan
rehabilitatif.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

1. Pelayanan Preventif.

Pelayanan ini diberikan guna mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit menular di lingkungan kerja
dengan menciptakan kondisi pekerja dan mesin atau tempat kerja agar ergonomis, menjaga kondisi fisik maupun
lingkungan kerja yang memadai dan tidak menyebabkan sakit atau membahayakan pekerja serta menjaga pekerja
tetap sehat.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

Kegiatannya antara lain meliputi:


1. Pemeriksaan kesehatan yang terdiri atas:

a. Pemeriksaan awal/sebelum kerja


b. Pemeriksaan berkala.
c. Pemeriksaan khusus.

xv
2. Imunisasi.
a. Kesehatan lingkungan kerja
b. Perlindungan diri terhadap bahaya dari pekerjaan.
c. Penyerasian manusia dengan mesin dan alat kerja.
d. Pengendalian bahaya lingkungan kerja agar ada dalam kondisi aman (pengenalan, pengukuran dan evaluasi).

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

2. Pelayanan Promotif.

Peningkatan kesehatan (promotif) pada pekerja dimaksudkan agar keadaan fisik dan mental pekerja senantiasa
dalam kondisi baik. Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang sehat dengan tujuan untuk
meningkatkan kegairahan kerja, mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga kerja.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

Kegiatannya antara lain meliputi:


1. Pendidikan dan penerangan tentang kesehatan kerja.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja yang sehat.
3. Peningkatan status kesehatan (bebas penyakit) pada umumnya.
4. Perbaikan status gizi.
5. Konsultasi psikologi.
6. Olah raga dan rekreasi.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

3.Pelayanan Kuratif.

Pelayanan pengobatan terhadap tenaga kerja yang menderita sakit akibat kerja dengan pengobatan spesifik
berkaitan dengan pekerjaannya maupun pengobatan umumnya serta upaya pengobatan untuk mencegah meluas
penyakit menular di lingkungan pekerjaan. Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang sudah memperlihatkan
gangguan kesehatan/gejala dini dengan mengobati penyakitnya supaya cepat sembuh dan mencegah komplikasi
atau penularan terhadap keluarganya ataupun teman kerjanya.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

Kegiatannya antara lain meliputi:


1. Pengobatan terhadap penyakit umum.
2. Pengobatan terhadap penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

4. Pelayanan Rehabilitatif.

Pelayanan ini diberikan kepada pekerja karena penyakit parah atau kecelakaan parah yang telah mengakibatkan
cacat, sehingga menyebabkan ketidakmampuan permanen, baik sebagian atau seluruh kemampuan bekerja yang
biasanya mampu dilakukan sehari-hari.

Kegiatannya antara lain meliputi:


1. Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya yang masih ada secara maksimal.
2. Penempatan kembali tenaga kerja yang cacat secara selektif sesuai kemampuannya.
3. Penyuluhan pada masyarakat dan pengusulan agar mau menerima tenaga kerja yang cacat akibat kerja.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

Bahaya Potensial Di Laboratoria Teknik Fisika.

Bahaya potensial di Laboratoria Teknik Fisika dibagi menjadi lima perantara diantaranya: Chemical agent, Physical
agent, Biological agent, Psychological agent, Ergonomical agent/Mecanical agent.

Chemical agent.
Bahan kimia yang berpotensi menimbulkan bahaya di Laboratorium adalah:
1. Asam Nitrat (HNO3)
2. Asam Sulfat ( H2SO4)
3. Asam Klorida (HCL)
4. N-Hexane
5. Aseton
6. Asam Peroksida (H2O2)

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

xvi
Physical agent.
Debu.
Debu dan uap/asap (fume) merupakan salah satu sumber gangguan yang tidak dapat diabaikan. Dalam kondisi
tertentu debu merupakan bahaya yang dapat menimbulkan kerugian besar. Tempat kerja yang prosesnya
mengeluarkan debu atau uap, dapat menyebabkan pengurangan kenyamanan kerja, gangguan penglihatan, gangguan
fungsi faal paru-paru, bahkan dapat menimbulkan keracunan umum.

Pekerjaan di Laboratoria Teknik Fisika yang dapat mengeluarkan debu atau uap diantaranya pemrosesan material
logam, keramik atau gelas yang dapat berupa pengeboran, pemotongan, pembubutan,pengelasan pemanasan atau
pembakaran. Kegiatan lainnya yang dapat menimbulkan debu atau uap yaitu penyolderan yang terkait dengan
pekerjaan elektronika dan pemipaan tembaga. Debu juga dapat ditimbulkan dari bahan insulasi termal maupun
akustik, misalnya debu dari glasswool.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

Pengontrolan debu dalam ruang kerja:

1. Metode pencegahan terhadap debu dan uap ialah:

 Memakai metode basah: Lantai disiram air supaya debu tak beterbangan di udara. Pengeboran basah (wet
drilling) untuk mengurangi debu yang ada di udara. Debu jika di semprot dengan uap air akan berflocculasi
lalu mengendap.

 Dengan alat: Scrubber, Elektropresipitator, Ventilasi umum.

2. Pencegahan terhadap sumber: diusahakan debu tidak keluar dari sumber yaitu dengan pemasangan local
exhauster.
3. Perlindungan diri terhadap pekerja antara lain berupa tutup hidung atau masker.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

Kebisingan.

Bising dapat diartikan sebagai suara yang timbul dari getaran-getaran yang tidak teratur dan periodik, kebisingan
merupakan suara yang tidak dikehendaki. Manusia masih mampu mendengar bunyi dengan frekuensi antara 16-
20.000 Hz, dan intensitas dengan nilai ambang batas (NAB) 85 dB (A) secara terus menerus. Intensitas lebih dari 85
dB dapat menimbulkan gangguan dan batas ini disebut critical level of intensity. Kebisingan merupakan masalah
kesehatan kerja yang timbul di Laboratoria Teknik Fisika. Sumber kebisingan berasal aktivitas di
laboratorium material logam atau dari peralatan praktikum atau penelitian (misalnya bising dari kompresor).

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

Gangguan Kebisingan di tempat Kerja.

Pengaruh utama dari kebisingan terhadap kesehatan adalah kerusakan pada indera-indera pendengar, yang
menyebabkan ketulian progresif.
Gangguan kebisingan di tempat kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Gangguan Fisiologis.

Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula timbul akibat bising. Dengan kata lain fungsi pendengaran
secara fisiologis dapat terganggu. Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas
sehingga dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Pembicara terpaksa berteriak-teriak, selain memerlukan tenaga
ekstra juga menimbulkan kebisingan. Kebisingan juga dapat mengganggu cardiac output dan tekanan darah.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

2. Gangguan Psikologis.

Gangguan fisiologis lama-lama bisa menimbulkan gangguan psikologis. Suara yang tidak dikehendaki dapat
menimbulkan stress, gangguan jiwa, sulit konsentrasi dan berpikir, dan lain-lain.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

3. Gangguan Patologis Organis.

Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruhnya terhadap alat pendengaran atau telinga, yang dapat
menimbulkan ketulian yang bersifat sementara hingga permanen.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

xvii
Pengendalian Kebisingan di lingkungan kerja.

1. Menghilangkan transmisi kebisingan terhadap pekerja.

Untuk menghilangkan atau mengurangi transmisi kebisingan terhadap pekerja dapat dilakukan dengan isolasi
tenaga kerja atau mesin yaitu dengan menutup atau menyekat mesin atau alat yang yang mengeluarkan bising.

Pada dasarnya untuk menutup mesin mesin yang bising adalah sebagai berikut:

 Menutup mesin serapat mungkin.

 Mengolah pintu-pintu dan semua lobang secara akustik.

 Bila perlu mengisolasi mesin dari lantai untuk mengurangi penjalaran getaran.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

2. Menghilangkan kebisingan dari sumber suara.

Menghilangkan kebisingan dari sumber suara dapat dilakukan dengan menempatkan perendam dalam sumber
getaran.

3. Mengadakan perlindungan terhadap karyawan.

Usaha melindungi karyawan dari kebisingan di lingkungan kerja dengan memakai alat pelindung diri untuk telinga
telinga atau personal protective device yaitu berupa ear plugs dan ear muffs.

Suhu Udara.

Suhu tubuh manusia yang dapat kita raba/rasakan tidak hanya didapat dari metabolisme, tetapi juga dipengaruhi
oleh panas lingkungan. Makin tinggi panas lingkungan, semakin besar pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh.
Sebaliknya semakin rendah suhu lingkungan, makin banyak pula panas tubuh akan hilang. Dengan kata lain, terjadi
pertukaran panas antara tubuh manusia yang didapat dari metabolisme dengan tekanan panas yang dirasakan
sebagai kondisi panas lingkungan. Selama pertukaran ini serasi dan seimbang, tidak akan menimbulkan gangguan,
baik penampilan kerja maupun kesehatan kerja.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

Tekanan panas yang berlebihan merupakan beban tambahan yang harus diperhatikan dan diperhitungkan. Beban
tambahan berupa panas lingkungan dapat menyebabkan beban fisiologis misalnya kerja jantung menjadi bertambah.
Nilai ambang batas untuk cuaca (iklim) kerja adalah 21oC – 30oC suhu basah. Suhu efektif bagi pekerja di daerah
tropis adalah 22oC – 27oC. Yang dimaksud dengan suhu efektif adalah suatu beban panas yang dapat diterima oleh
tubuh dalam ruangan. Suhu efektif akan memberikan efek yang nyaman bagi orang yang berada di luar ruangan.
Cuaca kerja yang diusahakan dapat mendorong produktivitas antara lain dengan pengondisian udara di tempat kerja.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

Kesalahan-kesalahan sering dibuat dengan membuat suhu terlalu rendah yang berakibat keluhan-keluhan dan
kadang diikuti meningkatnya penyakit pernafasan. Sebaiknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

 Suhu diset pada 25oC – 26oC.

 Penggunaan AC di tempat kerja perlu disertai pemikiran tentang keadaan pengaturan


suhu di rumah.

 Bila perbedaan suhu di dalam dan luar lebih 5oC, perlu adanya suatu kamar adaptasi.
Contoh: suhu panas dari kompor, preheating furnace, porcelain furnace, pengecoran logam, dan lain-lain.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/ 

Kelembaban Udara.

Kelembaban adalah: banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa dinyatakan dalam persentase. Kelembaban
ini berhubungan atau dipengaruhi oleh suhu udara, dan secara bersama-sama antara suhu, kelembaban, kecepatan
udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat
menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan suhu udara sangat panas dan kelembaban
tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran karena sistem penguapan. Pengaruh
lain adalah makin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan
oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antara panas tubuh dengan suhu di
sekitarnya.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

xviii
Pencahayaan.

Pada umumnya pekerjaan memerlukan upaya penglihatan. Untuk melihat manusia membutuhkan pencahayaan.
Oleh sebab itu salah satu masalah lingkungan di tempat kerja yang harus diperhatikan adalah pencahayaan.
Pencahayaan yang kurang memadai merupakan beban tambahan bagi pekerja, sehingga dapat menimbulkan
gangguan performance (penampilan) kerja yang akhirnya dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

Radiasi

Sumber radiasi dapat berasal dari alam dan buatan. Dampak radiasi terhadap kesehatan tergantung pada: lamanya
terpapar, jumlah yang diserap, tipe dan lebih spesifik lagi adalah panjang gelombang. Pancaran yang paling
berbahaya adalah gelombang pendek, termasuk ionisasi dan radiasi sinar ultraviolet. Akibat radiasi ultraviolet pada
umumnya mengenai mata dan kulit, bila mengenai mata dapat menyebabkan conjuctivitis.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

Keselamatan Kerja dan Kesehatan Di Industri Konstruksi

Industri konstruksi merupakan sektor industri yang mempunyai tingkat risiko tinggi baik dari segi risiko usaha
maupun risiko keselamatan kerja dan kesehatan. Berdasarkan data dari International Labor Organization (ILO) yang
dikutip dalam Bisnis Indonesia (22 Januari 2010) menyebutkan setidaknya ada 1,1 juta kasus kematian setiap
tahunnya di dunia, akibat kecelakaan kerja atau penyakit yang ditimbulkan lingkungan kerja.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

King dan Hudson (1985) menyatakan bahwa kematian pada proyek konstruksi di negara-negara berkembang lebih
tinggi 3 kali lipat dibandingkan dengan di negara-negara maju sebagai akibat penegakan hukum yang sangat lemah.
Tingginya tingkat risiko ini akan berpengaruh terhadap keseluruhan tingkat keberhasilan pekerjaan konstruksi.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

Kegagalan penerapan sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berpotensi menimbulkan berbagai dampak
negatif seperti penundaan penyelesaian proyek, menurunnya produktifitas kerja, membengkaknya anggaran,
rusaknya citra perusahaan penyedia jasa, serta akibat-akibat negatif lainnya.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan K3 yang baik sebagai salah satu bagian dari CSR dapat
menjadi competitive strategy bagi perusahaan. Porter (1985) menjelaskan competitive strategy sebagai kemampuan
perusahaan untuk menciptakan optimum value bagi klien.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

Pelaksanaan K3 yang baik terbukti dapat meningkatkan serta memperbaiki kedisiplinan kerja serta produktivitas
karyawan yang akhirnya mempengaruhi produktivitas perusahaan. Muniz et al. (2009) menemukan beberapa aspek
kunci yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan K3 yaitu : kebijakan, insentif & partisipasi karyawan,
pelatihan, komunikasi, perencanaan serta control/pengawasan.

Perusahaan kontraktor yang memiliki catatan pelaksanaan K3 yang baik (tanpa kecelakaan kerja) pada proyek-
proyek sebelumnya akan lebih mudah untuk mendapatkan kepercayaan  dari  stakeholder  atau  klien  untuk 
mendapatkan  proyek-proyek selanjutnya.

https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/

2.12 Pengaruh Dari Karyawan Yang Tidak Puas Ditempat Kerja


Menurut (Robbins, 2007:111) ada konsekuensi ketika karyawan tidak puas ditempat kerja
1. Keluar (Exit), prilaku yang ditunjukkan untuk meninggalkan organisasi, termasuk mencari posisi baru dan
mengundurkan diri.

xix
2. Aspirasi (Voice), secara aktif dan konstruktif berusaha memperbaiki kondisi, termasuk menyarankan
perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasan, dan beberapa bentuk aktivitas syarikat kerja.
3. Kesetiaan (loyalitas), secara pasif tetapi optimistis menunggu membaiknya kondisi, termasuk membela
organisasi ketika berhadapan dengan kecaman eksternal dan memercayai organisasi dan manajemen untuk “
melakukamn hal yang benar “.
4. Pengabaian (neglect), secara pasif membiarkan kondisi menjadi lebih baik, termasuk ketidakhadiran atau
keterlambatan yang terus menerus, kurangnya usaha, dan meningkatnya angka kesalahan.

http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf

2.13 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja


Menurut Handoko (2001:193) yaitu faktor-faktor kinerja juga dipengaruhi oleh motivasi, kepuasan kerja,
tingkat stres, kondisi fisik pekerjaan, sistem kompensasi, desain pekerjaan, komitmen terhadap organisasi dan
aspek-aspek ekonomis, teknis serta keperilakuan lainnya. Menurut Tiffin dan Mc. Cormick (dalam As‟ad 2001:49)
menyatakan ada dua macam faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yaitu:
1. Faktor Individual
Yaitu faktor-faktor yang meliputi sikap, sifat kepribadian, sifat fisik, minat dan motivasi, pengalaman,
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, serta faktor individual lainnya.

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y
2. Faktor Situasional
a. Faktor fisik pekerjaan, meliputi: metode kerja, kondisi dan desain perlengkapan kerja,
penentuan ruang, dan lingkungan fisik (penyinaran, temperatur dan ventilasi).
b. Faktor sosial dan organisasi, meliputi peraturan organisasi, jenis latihan dan pengawasan,
sistem upah dan lingkungan sosial.

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y
Faktor-faktor kinerja juga dipengaruhi oleh motivasi, kepuasan kerja, tingkat stres, kondisi fisik pekerjaan,
sistem kompensasi, desain pekerjaan, komitmen terhadap organisasi dan aspek-aspek ekonomis, teknis serta
keperilakuan lainnya (Handoko, 2001:193).
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y
Menurut Siagian (2010: 12) bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh gaji, lingkungan kerja, budaya
organisasi,kepemimpinan dan motivasi kerja (motivation), disiplin kerja, kepuasan kerja, motivasi. Menurut
Bernardin (dalam Robbins, 2003:260) bahwa kinerja dapat dikatakan baik bila karyawan memenuhi hal sebagai
berikut:
1. Kualitas kerja, diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta
kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan.
2. Kuantitas, diukur dari persepsi karyawan terhadap jumlah aktivitas yang ditugaskan beserta
hasilnya.
3. Waktu produksi (production time), diukur dari persepsi pegawai terhadap suatu aktivitas yang
diselesaikan dari awal waktu sampai menjadi output.
4. Efektivitas, persepsi karyawan dalam menilai pemanfaatan waktu dalam menjalankan tugas,
efektivitas penyelesaian tugas dibebankan organisasi.
5. Kemandirian, tingkat dimana karyawan dapat melakukan fungsi kerjanya tanpa meminta
bantuan atau bimbingan dari orang lain, diukur dari persepsi karyawan dalam melakukan
fungsi kerjanya masing-masing sesuai dengan tanggung jawabnya.
6. Komitmen kerja, tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan instansi dan
tanggung jawab karyawan terhadap kantor.

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y

2.14 Ergonomi Lingkungan


Kerja

xx
Ergonomi berasal dari bahasa yunani yaitu Ergon (kerja) dan Nomos (hokum alam) maksudnya adalah
ergonomic merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat,
kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu system kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja
dalam system itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman,
dan nyaman. Ergonomic berkenaan juga dengan optimasi, efisiansi,  kesehatan, keselamatan dan kenyamanan
manusia di tempat kerja, di rumah dan di tempat rekreasi.
https://www.scribd.com/document/425812444/Makalah-Safe-Work-Environment

Dua misi pokok ergonomi:

1. Penyesuaian antar peralatan kerja dengan kondisi tenaga kerja yang digunakan, bukan hanya fisik tetapi juga
kemampuan intelektual. Ditujukan untuk mencegah kelelahan tenaga kerja yang menggunakan alat tersebut.

2. Kecocokan antara peralatan kerja dan tenaga kerja akan mencegah kelelahan sehingga lebih efisien dan
memperoleh produktivitas kerja yang tinggi.

https://www.scribd.com/document/425812444/Makalah-Safe-Work-Environment

Dalam ilmu ergonomi dikenal jargon Fitting the Task  to the Person and Fitting The Person To The Task.
Maksudnya adalah penyesuaian pekerjanya dan penyesuaian pekerja dengan pekerjaannya. Yaitu sebuah system
kerja yang mengatur sedemikian rupa agar pekerja merasa aman dan nyaman dalam bekerja.

https://www.scribd.com/document/425812444/Makalah-Safe-Work-Environment

Hal-hal yang dipelajari dalam ilmu ergonomi yaitu :

1)     Lingkungan kerja meliputi kebersihan, tata letak, suhu, pencahayaan, sirkulasi udara , desain peralatan dan
lainnya

2)     Persyaratan fisik dan psikologis (mental) pekerja untuk melakukan sebuah pekerjaan: pendidikan,postur
badan, pengalaman kerja, umur dan lainnya

3)     Bahan-bahan/peralatan kerja yang berisiko menimbulkan kecelakaan kerja: pisau, palu, barang pecah belah,
zat kimia dan lainnya

4)     Interaksi antara pekerja dengan peralatan kerja: kenyamanan kerja, kesehatan dan keselamatan kerja,
kesesuaian ukuran alat kerja dengan pekerja, standar operasional prosedur dan lainnya

https://www.scribd.com/document/425812444/Makalah-Safe-Work-Environment
Manfaat penerapan prinsip ergonomi di tempat kerja yaitu :

1)     Mengerti tentang pengaruh dari suatu jenis pekerjaan pada diri pekerja dan kinerja pekerja

2)     Memprediksi potensi pengaruh pekerjaan pada tubuh pekerja

3)     Mengevaluasi kesesuaian tempat kerja, peralatan kerja dengan pekerja saat bekerja

4) Meningkatkan produktivitas dan upaya untuk menciptakan kesesuaian antara kemampuan pekerja dan
persyaratan kerja.

xxi
5)     Membangun pengetahuan dasar guna mendorong pekerja untuk meningkatkan produktivitas.

6)     Mencegah dan mengurangi resiko timbulnya penyakit akibat kerja

7)     Meningkatkan faktor keselamatan kerja

8)      Meningkatkan keuntungan, pendapatan, kesehatan dan kesejahteraan untuk individu dan institus  

https://www.scribd.com/document/425812444/Makalah-Safe-Work-Environment

Keuntungan melakukan penilaian ergonomi di tempat kerja yaitu :

1)     Mengurangi potensi timbulnya kecelakaan kerja 

2)     Mengurangi potensi gangguan kesehatan pada pekerja

3) Meningkatkan produktivitas dan penampilan kerja

https://www.scribd.com/document/425812444/Makalah-Safe-Work-Environment

Kelompok/bagian menurut pulat (1992) mengenai permasalahan bidang kajian ergonomi yaitu :

1)     Antropometri

2)     Kognitif

3)     Musculoskeletal

4)     Kardiovaskular

5)     psikomotor

https://www.scribd.com/document/425812444/Makalah-Safe-Work-Environment

Beberapa aspek yang mempengaruhi ergonomi dalam kelangsungan hidup manusia adalah

1) Antropometri

Antropometri
merupakan bagian
dari ergonomi
yang secara
khusus mempelajari ukuran tubuh yang meliputi dimensi linear, serta, isi dan juga meliputi daerah ukuran,
kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh. Antropometri dapat dibagi menjadi :

xxii
 Antropometri Dinamis
Antropometri dinamis adalah ukuran tubuh atau karakteristik tubuh dalam keadaan bergerak, atau
memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatan.
Contoh : putaran sudut tangan, sudut putaran pergelangan kaki.

 Antropometri Statis
Antropometri statis merupakan ukuran tubuh dan karakteristik tubuh dalam keadaan diam (statis) untuk
posisi yang telah ditentukan atau standar. Contoh : tinggi badan, lebar bahu

2)     Lingkungan kerja

Lingkungan kerja yang tidak kondusif untuk bekerja mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan seseorang
yang sedang di laksanakan. Aspek lingkungan kerja sangat mempengaruhi prestasi pekerjaan para pekerja.

Lingkungan kerja meliputi :

 Kondisi kerja

 Waktu kerja

 Lingkungan sosial

3)     Sikap kerja

Sikap kerja yang bertentangan dengan sikap alamai tubuh manusia akan bebrdampak buruk bagi
kesehatan setiap pekerja, karena akan menimbulkan kelelahan dan cidera otot-otot. Dalam sikap yang tidak alamiah
banyak terjadi gerakan otot-otot yang tidak semestinya, hal tersebut yang mengakibatkan cidera pada otot.

4)     Interaksi manusia dengan peralatan kerja(mesin)

Interaksi manusia dengan mesin adalah keserasian manusia dengan mesin atau peralatan kerja yang
digunakan. Ketidak serasian antara pekerja dengan mesin atau peralatan kerja yang digunakannya akan berdapak
pada kesehatan tubuh sipekerja itu sendiri.

5)     Kondisi kerja

Lingkungan kerja fisik mencakup segala hal dari fasilitas parkir di luar gedung perusahaan, lokasi dan
rancangan gedung sampai jumlah cahaya dan suara yang menimpa meja kerja atau ruang kerja seorang tenaga kerja.

6)     Waktu kerja

xxiii
Lama jam kerja per hari atau per minggu penting untuk dikaji untuk mencegah adanya kelelahan
berlebihan. Kerja dikatakan efisien apabila waktu penyelesaian berlangsung singkat. Untuk menghitung waktu
(standar time) penyelesaian pekerjaan maka perlu diterapkan prinsip-prinsip dan teknik pengukuruan kerja.
Pengukuran kerja adalah suatu metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia dikontribusikan dengan
unit output yang dihasilkan. Waktu baku diperlukan terutama untuk perencanaan kebutuhan tertentu tenaga kerja
(man power planning), estimasi biaya untuk upah karyawan, penjadwalan produksi dan penganggaran, perencanaan
sistem, pemberian bonus (insentif) bagi karyawan yang berprestasi, indikasi keluaran yang mampu dihasilkan oleh
seorang pekerja.

7)     Social

Termasuk di dalamnya bagaimana pekerja diorganisir dalam melaksanakan tugas-tugasnya, interaksi


sosial sesama pekerja, khususnya menghadapi teknologi baru. Di samping itu pekerjaan yang dilaksanakan bila
tidak sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya akan menimbulkan stress psikologis dan problema kesehatan.
Karenanya kondisi sosial ini banyak seharusnya dimanfaatkan oleh pimpinan tempat kerja untuk membina dan
membangkitkan motivasi kerja, seperti sistem penghargaan bagi yang berhasil dan hukuman bagi yang salah dan
lalai bekerja.

Fungsi Anthropometri dalam kaitannya dengan penerapan prinsip Ergonomi di tempat kerja yaitu
Antropometri merupakan kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia
(ukuran, volume, dan berat) serta penerapan dari data tersebut untuk perancangan fasilitas atau produk. Data
antropometri diperlukan untuk perancangan sistem kerja yang baik. Lingkungan fisik juga dapat mempengaruhi
para pekerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan fisik adalah semua keadaan yang terdapat di
sekitar tempat kerja.

https://www.scribd.com/document/425812444/Makalah-Safe-Work-Environment

1. Yang dimaksud dengan Human eror adalah batas ketelitian yang tidak dapat diatasi oleh standar kemampuan
manusia, misalnya kecelakaan kerja yang disebabkan oleh factor pekerja(manusia) karna kesalahan atau
kelalaian pekerja itu sendiri. Semua itu tidak bias diatasi oleh standar kemampuan manusia.

2.     Alasan mengapa banyak perusahaan yang tidak menjalakan prinsip-prinsip dalam  ergonomi yaitu
Kurangnya pengetahuan pemimpin perusahaan tentang pentingnya ergonomi dalam lingkungan kerja
Kurangnya kepedulian pemimpin perusahaan dengan kesehatan para pekerjanya
Kurangnya pengetahuan para pekerja tentang pentingnya penerapan prinsip dalam ergonomi di lingkungan
kerja untuk keamanan, kenyamanan dan kesehatannya
Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk penerapan prinsip ergonomi di lingkungan kerja yang mahal
Tidak adanya ketegasan dari pemerintah tentang sanksi yang diberikan kepada perusahaan yang tidak
menjalankan prinsip-prinsip dalam ergonomi pada lingkungan kerjanya.

https://www.scribd.com/document/425812444/Makalah-Safe-Work-Environment

Tujuan umum dari ergonomik ini adalah:

 Mengurangi resiko cedera 


 Meningkatkan produktivitas kerja
 Meningkatkan kualitas hidup
https://www.scribd.com/document/425812444/Makalah-Safe-Work-Environment

2.15 Rekayasa Lingkungan Kerja

2.15.1 Pengertian Rekayasa Lingkungan


Upaya sadar manusia untuk merekayasa hubungan timbal balik antaramanusia dengan lingkungan
dengan tujuan untuk kesehatan masyarakat dan lingkungan adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara
merencanakan dan membangun konstruksi yang dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan
kerusakan alam seperti : membangun saluran air limbah dan IPAL pada suatu pabrik

https://www.academia.edu/18010708/Rekayasa_Lingkungan

Setiap kegiatan pembangunan yang dilaksanakan pasti menimbulkan dampak terhadap


lingkungan, baik dampak positif maupun dampak negatif, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
melaksanakan pembangunan untuk mendapatkan hasil dan manfaat yang maksimum dengan dampak
negatif terhadap lingkungan yang minimum.

xxiv
https://www.academia.edu/18010708/Rekayasa_Lingkungan

2.15.2 Upaya Rekayasa Lingkungan

Rekayasa Pencemaran Atmosfir (Udara) ;

a. Pengendalian Vektor Penyakit

b. Pengelolaan pencemaran udara

https://www.academia.edu/18010708/Rekayasa_Lingkungan

Rekayasa Pencemaran Air 

a. Pengendalian vektor penyakit

b. Penyediaan air bersih

c. Pengelolaan air limbah

d. Drainase air hujan dan pembuangan

e. Plumbing

https://www.academia.edu/18010708/Rekayasa_Lingkungan

Rekayasa Pencemaran Tanah

a. Pengendalian vektor penyakit

b. Pengelolaan limbah padat domestik

c. Pengolahan B3

https://www.academia.edu/18010708/Rekayasa_Lingkungan

xxv
BAB III
KESIMPULAN

1. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada di lingkungan para pekerja yang dapat mempegaruhi dirinya
dalam menjalankan tugas seperti temperatur, kelembapan, ventilasi, penerangan, kegaduhan, kebersihan
tempat kerja dan memadai tidaknya alat-alat perlengkapan kerja.
2. Ada 2 jenis lingkungan kerja yakni : (a) lingkungan kerja fisik, dan (b) lingkungan kerja non fisik.
3. Untuk menciptakan lingkungan kerja yang baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: bangunan
tempat kerja, ruang kerja yang lega, ventilasi pertukaran udara, tersedianya tempat-tempat ibadah
keagamaan, tersedianya sarana angkutan khusus maupun umum untuk karyawan nyaman dan mudah
4. Ada 3 aspek pembentuk lingkungan kerja yakni; pelayanan kerja, kondisi kerja dan hubungan karyawan.
5. Adapun indikator lingkungan kerja adalah sebagai berikut:
 Penerangan/cahaya ditempat kerja
 Temperatur/suhu udara ditempat kerja
 Kelembapan udara ditempat kerja
 Sirkulasi udara ditempat kerja
 Getaran mekanis ditempat kerja
 Bau tidak sedap ditempat kerja
 Tata warna ditempat kerja
 Dekorasi ditempat kerja
 Musik ditempat kerja
 Keamanan ditempat kerja
6. Manfaat lingkungan kerja yang baik adalah menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas kerja
meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi
adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat. (Pekerjaan dapat terselesaikan sesuai standar yang benar
dan dalam skala waktu yang ditentukan)
7. Ada beberapa hal yang dapat memberikan kepuasan kepada karyawan yaitu:
 Pekerjaan yang tidak monoton.
 Pekerjaan yang dirancang oleh manajemen perusahaan sedemikian rupa sehingga tidak
menyiakan waktu dan tenaga kerja karyawan.
 Karyawan bebas merencanakan sendiri pekerjaan dan tata kerja yang selektif.
 Karyawan memperoleh wewenang yang memadai atas pekerjaannya.
 Karyawan menyelesaikan pekerjaan harus memperoleh pengakuan atas hasil karyanya dan
mendapat kesempatan untuk berkembang.
 Karyawan merasa tidak diawasi dengan ketat.
 Pekerjaan menyediakan umpan balik dari atasan tanpa menyebabkan rasa sakit hati dan kecewa.

8. Kepuasan kerja karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:


 Faktor pegawai, yaitu kemampuan, cara kerja, minat, kesehatan dan disiplin kerja.
 Faktor lingkungan kerja, yaitu teman sejawat, kompensasi atau imbalan dan keadaan fisik
ruangan.
 Pekerjaan itu sendiri, yaitu tugas yang diembankan kepadanya.

9. Kapasitas beban dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalan kesehatan kerja, dimanan
hubungan interaktif dan serasi antara tiga kompnen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik
dan optimal.

10. Langkah mengantisipasi bahaya lingkungan kerja:


 Pengenalan lingkungan kerja dilakukan dengan melihat dan mengenal pekerjaan tersebut.
 Evaluasi lingkungan kerja. Ini merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi yang
dapat menimbulkan bahaya.
 Pengendalian lingkungan kerja. Pengendalian ini dimaksudkan untuk mengurangi atau
menghilangkan bahaya yang mungkin timbul.
11. Upaya sadar manusia untuk merekayasa hubungan timbal balik antaramanusia dengan lingkungan dengan
tujuan untuk kesehatan masyarakat dan lingkungan adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara
merencanakan dan membangun konstruksi yang dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan
kerusakan alam seperti : membangun saluran air limbah dan IPAL pada suatu pabrik

xxvi
DAFTAR PUSTAKA

Arief, L.M. 2012. Pengelolaan Limbah Padat di Industri. Universitas Esa Unggul

Vintania, Theresia. 2015. Pengolahan Limbah Secara Umum. Universitas Sahid Jakarta
https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-kesehatan-kerja/
https://www.scribd.com/document/425812444/Makalah-Safe-Work-Environment

https://www.academia.edu/18010708/Rekayasa_Lingkungan

http://metriyulita.blogspot.com/2015/05/kesehatan-di-lingkungan-kerja.html?m=1

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5479/BAB%20II.pdf?sequence=8&isAllowed=y

http://www.bppp-tegal.com/web/index.php/artikel/100-artikel/artikel-manajemen/138-mengenal-lingkungan-
kerja

https://sarjanaekonomi.co.id/lingkungan-kerja/

http://repository.uin-suska.ac.id/4062/4/BAB%20II.pdf

xxvii

Anda mungkin juga menyukai