Tugas 5 Oleh Kelompok 1
Tugas 5 Oleh Kelompok 1
Dosen:
Panca Nugrahini, S.T,M.T
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa
kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah Manajemen Keselamatan Industri yang membahas tentang Personal
Protect Equipment dapat selesai pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari beberapa sumber sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih pada semua yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.
Demikian, kami berharap semoga makalah Manajemen Keselamatan Industri tentang Personal Protect
Equipment ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
1.3. Tujuan Penulisan Makalah................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian PPE .................................................................................. 2
2.2. Manfaat dan Tujuan PPE................................................................... 3
2.3. Dasar Hukum Penggunaan PPE........................................................ 4
2.4. Penggunaan PPE Yang Baik.............................................................. 4
2.5. Pentingnya Penggunaan PPE............................................................. 5
2.6. Kelebihan dan Kekurangan PPE........................................................ 7
2.7. Jenis-Jenis PPE.................................................................................. 7
2.8. Cara Pemilihan PPE........................................................................... 22
2.9. Cara Penyimpanan PPE..................................................................... 23
2.10. Cara Perawatan PPE.......................................................................... 23
2.11. Upaya Untuk Menurunkan Tingkat Kecelakaan Akibat Kerja…...… 25
BAB IIIPENUTUP
3.1. Kesimpulan........................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA
4.1. Daftar Pustaka……………………………………………………… 29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh karena itulah diperlukan alat pelindung diri (APD) untuk mengurangi resiko kecelakaan dalam pekerjaan
terutama di industry. Alat Pelindung Diri ( APD ) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerjauntuk
melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.APD dipakai
sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif
tidak dapat dilakukan dengan baik.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian PPE.
2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat PPE.
3. Untuk mengetahui hukum yang mendasari penggunaan PPE..
4. Untuk mengetahui jenis-jenis PPE.
5. Untuk mengetahui cara memilih, merawat dan menyimpan PPE.
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan PPE.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Personal Protect Equipment
Personal Protect Equipment (Alat pelindung diri) adalah suatu alat yang memiliki fungsi mengisolasi sebagian atau seluruh
bagian tubuh untuk melindungi seseorang dari potensi bahaya di tempat kerja. APD memiliki peran penting bagi kelancaran dan
berlangsungnya proses bekerja. Serta, menghindari terjadinya kecelakaan atau musibah yang dapat merugikan pihak bersangkutan.
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 1 tahun 1970 bahwa pengurus atau pimpinan tempat kerja berkewajiban menyediakan
alat pelindung diri (APD/PPE) untuk para pekerja dan para pekerja berkewajiban memakai APD/PPE dengan tepat dan benar.
Tujuannya adalah untuk melindungi kesehatan pekerja tersebut dari risiko bahaya di tempat kerja.
Health and Safety Executive. Personal Protective Equipment (PPE) at Work. [Online] Available at:
http://www.hse.gov.uk/pubns/indg174.pdf
Akibat masih rendahnya tingkat kesadaran para pekerja dan adanya perasaan tidak nyaman saat menggunakan alat pelindung
diri (APD) atau penyediaan alat pelindung diri (APD) yang kurang memadai oleh pengurus tempat kerja, kecelakaan kerja atau
musibah seperti kebakaran masih sering kita jumpai. Dalam banyak kejadian, kita juga sering menemukan penggunaan alat pelindung
diri (APD) yang tidak tepat atau sesuai dengan paparan bahaya yang dihadapi. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan atau
informasi tentang APD dan jenis atau kondisi bahaya yang dihadapi. Oleh sebab itu, simulasi atau pelatihan untuk para pekerja terkait
masalah tersebut masih sangat diperlukan dan harus diperhatikan.
Health and Safety Executive. Personal Protective Equipment (PPE) at Work. [Online] Available at:
http://www.hse.gov.uk/pubns/indg174.pdf
Apabila penyedian APD telah memadai dan kesadaran para pekerja atas penggunaan APD yang sesuai dengan spesifikasi
yang ditetapkan, semakin membaik. Hal ini, akan berdampak baik pula pada perusahaan atau tempat kerja. Bahkan, tingkat kecelakaan
akibat kerja dan musibah dapat dikurangi dan dihindari. Berdasarkan jenisnya, bahaya dapat diklasifikasikan atas bahaya fisik
misalnya berkaitan dengan peralatan, bahaya kimia misalnya berkaitan dengan material/bahan, bahaya biologi misalnya berkaitan
dengan mahluk hidup, dan bahaya psikososial misalnya yang berkaitan dengan aspek sosial psikologis maupun organisasi
kemasyarakatan.
Health and Safety Executive. Personal Protective Equipment (PPE) at Work. [Online] Available at:
http://www.hse.gov.uk/pubns/indg174.pdf
Pengendalian risiko akan sangat bergantung pada tingkat/ derajat risiko yang ada. Pada umumnya pengendalian risiko dapat
dibagi atas pengendalian engineering misalnya dengan melakukan perubahan desain sistem kerja, pemasangan peralatan keamanan
pada mesin, dan lain sebagainya, dan pengendalian administratif seperti pembuatan standar operasi prosedur (SOP), pengaturan
waktu gilir kerja (shift work), rotasi, pelatihan, dan penggunaan alat pelindung diri (APD). Pada umumnya program safety yang
dilakukan di perusahaan dapat digolongkan atas dua bagian besar yaitu sistem manajemen keselamatan (safety) dan program teknis
operasional. Sedangkan, definisi APD dalam HSE regulasi adalah semua peralatan yang melindungi pekerja selama bekerja termasuk
pakaian yang harus di pakai pada saat bekerja, pelindung kepala (helmet), sarung tangan (gloves), pelindung mata (eye protection),
pakaian yang bersifat reflektive, sepatu, pelindung pendegaran (hearing protection) dan pelindung pernapasan (masker). [HSE, 1992]
Health and Safety Executive. Personal Protective Equipment (PPE) at Work. [Online] Available at:
http://www.hse.gov.uk/pubns/indg174.pdf
Menurut Undang Undang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tahun 1970 Personal Protective Equipment (Alat Pelindung
Diri) adalah wajib dipakai oleh operator las saat melakukan pengelasan.
2
Alat Pelidung Diri adalah merupakan bagian penting dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dalam laboratorium,
kecelakaan kerja bisa terjadi jika tidak memperhatikan prinsip "Unsave condition dan unsave action".
http://journal.um.ac.id/index.php/teknik-mesin/article/view/4490
Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang memiliki fungsi mengisolasi sebagian atau seluruh bagian tubuh untuk
melindungi seseorang dari potensi bahaya di tempat kerja. APD memiliki peran penting bagi kelancaran dan berlangsungnya
proses bekerja. Serta, menghindari terjadinya kecelakaan atau musibah yang dapat merugikan pihak bersangkutan.
Definisi APD dalam HSE regulasi adalah semua peralatan yang melindungi pekerja selama bekerja termasuk pakaian yang
harus di pakai pada saat bekerja, pelindung kepala (helmet), sarung tangan (gloves), pelindung mata (eye protection), pakaian
yang bersifat reflektive, sepatu, pelindung pendegaran (hearing protection) dan pelindung pernapasan (masker).
http://healthsafetyprotection.com/apd-ppe/#page-content
Alat pelindung diri adalah peralatan yang ahrus disediakan oleh instansi, pengusaha untuk setiap pekerjanya (karyawan). Alat
pelindung diri merupakan peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh tenaga kerja apabila berada dalam lingkungan
kerja yang berbahaya. (Cahyono,2004).
Alat Pelindung Diriselanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang
yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja (Permenakertrans no.08 th 2010)
https://www.slideshare.net/NoviaDyahPalupi/makalah-alat-pelindung-diri-personal-protective-equipment?from_action=save
1. Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Perlindungan Diri
Pasal 5 ayat (1)Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang ramburambu mengenai
kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.
Pasal 6 ayat (1) Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan APD
sesuai dengan potensi bahaya dan risiko.
Pasal 6 ayat (2) Pekerja/buruh berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan apabila APD yang disediakan
tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan.
https://jdih.kemnaker.go.id/data_puu/peraturan_file_PER08.pdf
2. Undang-undang No.1 tahun 1970
Pasal 3 ayat (1) butir f : Memberikan alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
Pasal 9 ayat (1) butir c : Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang APD
bagi tenaga kerja yang bersangkutan
Pasal 12 butir b : Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai APD yang
diwajibkan
Pasal 14 butir c : Pengurus diwajibkan menyedikan secara cuma-cuma Alat Perlindungan Diri yang diwajibkan pada
pekerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja.
Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan secara cuma-cuma Alat Perlindungan Diri yang
diwajibkan penggunaanya oleh tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya untuk mencegah Penyakit Akibat Kerja
(PAK).
Pasal 2 menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempmat kerja, pemilihan alat
pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelanggaraan makanan ditempat kerja.
Pasal 2 ayat (1) menyebutkan pengusaha wajib menyediakan Alat Perlindungan Diri bagi pekerja/buruh ditempat kerja.
Pasal 5 menyebutkan pengusaha atau pemgurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang rambu-rambu
mengenai kewajiban penggunaan Alat Perlindungan Diri ditempat kerja.
Pasal 6 ayat (1) menyebutkan pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau
menggunakan APD sesyai dengan potensi bahaya dan risiko
Pasal 7 ayat (1) menyebutkan pengusaha atau pengurus wajib melaksanakan manajemen Alat Perlindungan Diri di tempat
kerja
3
Priono, Joko.2017.Dasar Hukum Penggunaan Alat Pelindung Diri.HSEPEDIA
Semua jenis alat pelindung untuk keselamatan kerja harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan dasar yang benar-benar
sesuai dengan standard keselamatan kerja (K3L : Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan). Alat pelindung untuk keselamatan
kerja harus digunakan sesuai dengan jenis pekerjaan dan dalam jumlah yang memadai, memastikan alat yang digunakan aman untuk
keselamatan pekerja, selain itu alat pelindung untuk keselamatan kerja juga harus sesuai dengan standard yang telah ditetapkan
1. Melindungi tenaga kerja jika usaha rekayasa (engineering) dan administrative tidak dapat dilakukan dengan baik.
2. Meningkatkan efektifitas dan produktivitas kerja.
3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman.
http://blog.safetyshoes.co.id/tujuan-dan-manfaat-alat-pelindung-keselamatan-kerja/
1. Untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.
2. Mengurangi resiko penyakit akibat kecelakaan.
http://blog.safetyshoes.co.id/tujuan-dan-manfaat-alat-pelindung-keselamatan-kerja/
Alat pelindung keselamatan kerja sangat penting dan diperlukan oleh pegawai, karyawan, Enginering, administratif atau siapapun yang
memiliki resiko kecelakaan atauapun bahaya dalam bekerja. Oleh karenanya alat pelindung keselamatan kerja harus benar-benar di
pelajari dan di pahami baik dalam penggunaannya maupun pemeliharaannya agar alat itu selalu berfungsi dengan baik. Berikut
keseimpulan yang dapat diambil dari pembahasan tentang Alat pelindung keselamatan kerja :
Alat pelindung keselamatan kerja merupakan alat yang digunakan untuk mengurangi resiko akibat kecelakaan, bukan
menghilangkan kecelakaan tersebut.
Alat pelindung keselamatan kerja dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat.
Alat pelindung keselamatan kerja harus sesuai dengan jenis kegiatan dan tempat pekerjaan.
Alat pelindung keselamatan kerja harus selalu dirawat agar dapat digunakan sesuai dengan ketentuan.
http://blog.safetyshoes.co.id/tujuan-dan-manfaat-alat-pelindung-keselamatan-kerja/
Sebaiknya:
http://blog.safetyshoes.co.id/tujuan-dan-manfaat-alat-pelindung-keselamatan-kerja/
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan dalam mengendalikan bahaya ditempat kerja untuk menurunkan tingkat
kecelakaan akibat kerja yaitu:
1. Engineering Control, yaitu dengan menambahkan beberapa peralatan dan mesin yang dapat mengurangi bahaya dari
sumbernya. Contohnya adalah penggunaan exhaust dan system ventilasi untuk meminimalisirbahaya debu atau gas. Akan
tetpai pengendalian dengan system engineering control akan membutuhkan biaya yang besar.
2. Administrative Control, yaitu dengan membuat beberapa prosedur kerja termasuk kebijakan manajemen dan implementasi
k3.tujuannya adalah agar para pekerja bekerja sesuai intruksi yang sudah ditetapkan sehingga kecelakaan atau kesalahan
kerja dapat dihindari. Termasuk didalam administrasi control yaitu dengan menyediakan alat pelindung diri (APD) bagi
setiap pekerja yang terpajan dengan bahaya ditempat kerja.
3. Metoda lain yang dapat digunakan untuk pengendalian bahaya
adalah Inherently Safer Alternative Method , dimana metoda ini memiliki empat strategi pengendalian bahaya, yaitu:
a. Minimize, yaitu dengan cara meminimalkan tingkat bahaya dari sumbernya dengan cara mengurangi jumlah
pemakaian atau volume penyimpanan dan proses.
b. Subtitue, yaitu dengan cara mengganti bahan yang berbahaya dengan yang kurang berbahaya. Contohnya, adalah
menggunakan metode water base sebagai pengganti solven base, water base lebih aman dan ramah lingkungan
dibandingkan solven base.
c. Moderate, mengurangi bahaya dengan cara menurunkan konsentrasi bahan kimia yang digunakan. Contohnya adalah
menggunakan bahan kimia dengan konsentrasi yang lebih rendah sehingga tingkat bahaya pajanannya menjadi lebih
rendah.
4
d. Simplify, mengurangi bahaya dengan cara membuat prosesnya menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah di
control.
Gurusinga, Jefriyadi.2014. Alat Pelindungan Diri. Yogyakarta
Semua metode pengendalian tersebut dapat dilakukan secara bersamaan, karena tidak ada satu metode pun yang betul-betul
bisa menurunkan bahaya dan resiko sampai pada posisi nol, artinya para pekerja masih besar kemungkinanya terpajan terhadap bahaya
ditempat kerja. Untuk itu sebagai pertahanan dan perlindungan terakhir bagi pekerja adalah dengan menggunakan APD.
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1970 bahwa pengurus atau pimpinan tempat kerja berkewajiban
menyediakan alat pelindung diri (APD/PPE) untuk para pekerja dan para pekerja berkewajiban memakai APD/PPE dengan tepat dan
benar. Tujuan dari penerapan Undang-Undang ini adalah untuk melindungi kesehatan pekerja tersebut dari
resiko bahaya di tempat kerja. Jenis APD/PPE yang diperlukan dalam berbagai aktivitas kerja di industri sangat tergantung pada
aktivitas yang dilakukan dan jenis bahaya yang terpapar.
Kesadaran para pekerja akan penggunaan alat pelindung diri (APD) dalam bekerja ternyata masih sangat rendah. Berdasarkan
temuan dari survei yang penulis lakukan sejak tahun 2014, sampai saat ini banyak sekali ditemukan kesalahan dan kekurangan dalam
menggunakan APD di berbagai perusahaan baik lokal maupun yang berskala international. Ada dua factor utama yang melatar
belakangi masalah ini yaitu rendahnya tanggung jawab management terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja dan rendahnya
tingkat kesadaran para pekerja dalam menggunakan APD.
Menurut peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi tentang alat pelindung diri yang disahkan pada tanggal 06 Juli
2010 tertera pada pasal 4 yang menjelaskan tentang penggunaan alat pelindung diri (APD/PPE) yang berisi:
Pasal 4
(1) APD wajib digunakan di tempat kerja di mana:
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya yang dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan bahan atau barang yang dapat meledak,
mudah terbakar, korosif, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi atau bersuhu rendah;
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya
termasuk bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau di mana dilakukan pekerjaan
persiapan;
d. dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya,
peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;
e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan batu-batuan, gas, minyak, panas bumi, atau mineral lainnya, baik di
permukaan, di dalam bumi maupun di dasar perairan;
f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air
maupun di udara;
g. dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun, bandar udara dan gudang;
h. dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;
i. dilakukan pekerjaan pada ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan;
j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah;
k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau
terperosok, hanyut atau terpelanting;
l. dilakukan pekerjaan dalam ruang terbatas tangki, sumur atau lubang;
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara
atau getaran;
n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
o. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan telekomunikasi radio, radar, televisi, atau telepon;
p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset yang menggunakan alat teknis;
q. dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air; dan r.
diselenggarakan rekreasi yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.
(2) Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan atau Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat mewajibkan penggunaan APD di tempat
kerja selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
https://jdih.kemnaker.go.id/data_puu/peraturan_file_PER08.pdf
b. Telinga tidak berfungsi dengan baik dikarenakan menghiraukan penggunaan pelindung pendengaran.
Pengawas pekerja pabrik sering sekali mendapati karyawan mereka dengan sengaja lalai dalam menggunakan alat
pelindung pendengaran. Padahal, tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh mesin pabrik tidak dapat disesuaikan dengan
baik oleh telinga manusia. Jika terus menerus terpapar polusi suara yang melebihi batas jangkauan pendengaran
manusia, yaitu 40-50 dB, telinga kita akan mengalami kerusakan non-permanen. Gunakanlah earplug ataupun earmuff
untuk terhindar dari resiko ini.
Dyah, Novia. 2019.Pentingnya Penggunaan Alat Pelindung Diri. Cilegon
c. Saluran pernafasan terkontaminasi zat-zat berbahaya di udara seperti logam dan lain sebagainya.
Pabrik yang memproduksi benda-benda yang mengandung logam dapat mengeluarkan polusi Nitrogen Oksida
(NOx). Nitrogen Oksida (NOx) adalah salah satu jenis bahan pencemar udara, di samping bahan pencemaran udara
lainnya seperti debu, CO, SO2 dan lain-lain. Baik secara sendiri atau bersamaan dapat menimbulkan gangguan pada
manusia, hewan dan tumbuhan serta benda-benda lainnya. Maka dari itu, proses pembakaran di industri logam tentu
menjadi produsen Nitrogen Oksida dalam jumlah besar. Maka solusi yang tepat adalah menggunakan masker yang
mampu menetralisir polusi tersebut seperti jenis masker carbon active ataupun microfiber.
Dyah, Novia. 2019.Pentingnya Penggunaan Alat Pelindung Diri. Cilegon
Iritasi bahkan kebutaan dapat terjadi jika mata tidak dilindungi. Maka segera gunakan kacamata safety sebagai
upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja. Bahaya yang bisa terjadi jika tidak menggunakan kacamata safety maka
Anda mengalami luka mata lapisan luar mata, atau keratitis dan dampak tersebut harus ditangani oleh dokter ahli. Jika
tidak diobati, atau jika infeksi semakin parah, keratitis dapat mengakibatkan komplikasi serius yang secara permanen
dapat merusak penglihatan. Cahaya dan sinar yang berbahaya selama proses pengelasan akan timbul cahaya dan sinar
yang dapat membahayakan juru las dan pekerja lain yang ada di sekitar pengelasan. Cahaya tersebut meliputi cahaya
yang dapat dilihat atau cahaya tampak, sinar ultraviolet dan sinar inframerah.
Dyah, Novia. 2019.Pentingnya Penggunaan Alat Pelindung Diri. Cilegon
6
Dyah, Novia. 2019.Pentingnya Penggunaan Alat Pelindung Diri. Cilegon
1. Kekurangan PPE
1) Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena (memakai APD yang kurang tepat,
cara pemakaian APD yang salah, APD tak memenuhi persyaratan standar).
2) APD yang sangat sensitif terhadap perubahan tertentu.
3) APD yang mempunyai masa kerja tertentu seperti kanister, filter dan penyerap
(cartridge).
4) APD dapat menularkan penyakit, bila dipakai berganti- ganti.
5) Tidak menjamin pemakainya bebas kecelakaan karena hanya melindungi bukan mencegah.
2. Kelebihan PPE
1. Mengurangi resiko akibat kecelakaan kerja yang terjadi baik disengaja atau tidak.
2. Melindungi seluruh bagian tubuhnya pada kecelakaan
3. Sebagai usaha terakhir apabila system pengendalian teknik dan administrasi tidak berfungsi dengan baik.
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
1. Pelindung Kepala
Safety helmet melindungi kepala dari benda keras, pukulan dan benturan, terjatuh dan terkena arus listrik. APD ini juga
berfungsi melindungi kepala dari kebakaran, korosif, uap-uap, panas atau dingin, zat-zat kimia berbahaya, dari berbagai
iklim. Alat pelindung kepala harus memenuhi standar Z89.1--2003.
Gambar 2.2. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
d. Bumb Cap
Bumb cap dibuat dari plastik dengan berat cukup ringan untuk melindungi kepala dari tabrakan dengan benda menonjol.
Alat ini tidak menggunakan sistem suspense, hanya berfungsi sebagai pelindung kepala.
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
7
Gambar 2.3. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
a. Helm proyek harus standar ANSI Z.89.1-2014 atau minimal standar SNI atau MSA Import.
b. Model helm adalah V-Guard dan dilengkapi dengan tali dagu karet serta model otomatis untuk mengencangkan
suspensi helm.
c. Helm dilarang untuk dicat (karena akan bersenyawa dengan cat) dan dilarang ditulis dengan spidol.
d. Catat tanggal pembelian pada bagian dalam helm dan di buku catatan.
e. Masa pakai helm paling lama adalah 5 tahun setelah itu harus diganti baru.
f. Helm yang rusak atau terkena dampak (kejatuhan benda) harus diganti.
g. Cek kondisi helm minimal setiap 2 minggu sekali, ganti bila cacat atau rusak.
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
Seperti yang kita ketahui bahwa safety helmet memiliki beberapa warna, warna-warna tersebut memeiliki arti tersendiri.
Berikut adalah arti dari warna-warna yang ada pada safety helmet:
Gambar 2.4. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
2. Pelindung Kaki
Sepatu keselamatan kerja dipergunakan melindungi kaki dari bahaya kejatuhan benda berat, percikan cairan dan tertusuk
oleh benda-benda tajam. Pelindung kaki harus memenuhi standar ANSI dengan syarat :
a. Sepatu berujung baja tahan tubrukan, penetrasi, tekanan, dll.
b. Sepatu dengan sol anti gelincir dan non-skid.
c. Tahan kimia (karet, vinil, plastik jahitan sintesis untuk menolak penetrasi kimia) Anti-statis, tahan suhu
tinggi, pelindung listrik dan kedap air.
d. Sepatu kombinasi
Beberapa jenis alat pelindung kaki berdasarkan penggunaanya berdasarkan gambar 3.22.
8
(a) (b)
Gambar 2.5. (a) Jenis Sepatu Pelindung Standar ANSI dan
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
Gambar 2.6. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
a. Sepatu keselamatan harus standar ANSI Z.41-1999 atau minimal standar SNI 7079-2009 dan SNI 0111-2009.
b. Sepatu untuk pekerjaan galian dan pengecoran dapat digunakan sepatu karet biasa.
c. Sepatu untuk pekerjaan konstruksi lain harus menggunakan sepatu dengan pelindung jari yang terbuat dari baja, dan
anti tergelincir.
d. Catat tanggal pembelian pada buku catatan.
e. Masa pakai sepatu paling lama adalah 3 tahun, setelah itu harus diganti baru.
f. Cek kondisi sepatu minimal setiap 2 minggu sekali, ganti bila cacat atau rusak.
Menghindari terlukanya jari-jari kaki dari hantaman, tusukan atau timpaan benda yang berat serta keras ketika
berlangsung kecelakaan kerja. Oleh karenanya di bagian depan Sepatu Safety di beri pelindung dari lempengan baja.
Menghindari luka bakar pada kaki pekerja ketika terserang paparan api atau panas. Oleh karenanya Safety Shoes terbuat
dari Kulit asli (Genuine Leather) yang tahan pada api pada derajat panas spesifik serta lama paparan yang telah penuhi
standard.
Menghindari terjadinya slip atau terpeleset lantaran licin ketika mencapai oli atau minyak yang ada pada lingkungan
pekerjaan. Oleh Karenanya sisi Sol dari sepatu safety terbuat dari komponen yang Oil Resistance serta tidak tipis.
Simpanlah sepatu safety dengan suhu yang kering; Sepatu safety terbuat dari bahan kulit yang berakibat akan membuat
sepatu berjamur jika di simpan di tempat yang lembab.
Selalu rutin untuk mencuci dan menyemir sepatu safety; Jika sepatu jarang anda suci dan di semir akan membuat sepatu
jadi kotor. Sepatu akan menjadi cepat rusak jika terlalu lama dalam keadaan kotor karena kuman-kuman yang ada di
sepatu akan menggerogoti kulit sepatu safety, Selain itu juga tidak membuat nyaman saat bekerja karena sepatu yang
kotor.
Cucilah sepatu dengan bahan-bahan kimia yang tidak terlalu keras; Gunakan deterjen dengan bahan yang keras. Cucilah
sepatu dengan bahan yang tidak terlalu keras. Jikamencuci dengan deterjen ataupun sabun yang mempunyai bahan kimia
yang keras akan membuat bahan pewarna pada kulit sepatu menjadi luntur.
Gunakan pembersih khusus sepatu; Jika sepatu safety berjamur semprotlah sepatu safety dengan pembersih khusus.
Atau bisa membersihkan dengan air bersih lalu gosok dengan sikat yang lembut seperti sikat gigi, lakukan secara
perlahan. Kemudian bilas dengan air bersih. Untuk mengeringkan jangan di keringkan langsung dibawah sinar matahari.
Gunakanlah kipas angin untuk mengeringkannya.
Jangan menjemur sepatu dengan suhu panas berlebihan; Jemurlah sepatu Jika sepatu sudah terlalu kotor anda boleh
membersihkannya dengan cara cara tersebut, namun saat menjemur sepatu harus perhatikan saat menjemurnya. Jika
ingin menjemur di bawah sinar matahari antara jam 7 sampai jam 11 siang. Jangan terlalu lama saat menjemur sepatu
karena jika terlalu lama bahan karet pada sepatu anda akan meleleh atau akan lembek
Jangan biasakan memakai sepatu safety dalam keadaan basah; Jika memakai sepatu safety dalam kaki basah akan
menyebabkan dban atau penyebaran bakteri secara cepat. Jika bakteri sudah menyebar maka sepatu akan cepat bau dan
dapat menyebarkan penyakit.
9
Baiknya anda gunakan semprotan khusus untuk sepatu seperti (shoes spray); Cara menggunakannya yaitu semprotkan di
seleruh bagian dalam dan luar sepatu lalu diamkan selama kurang lebih 10 menit agar zat pada shoes spray melekat, lalu
dapat gunakan sepatu safety anda dengan kondisi nyaman dan wangi.
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
a. Pelindung Mata
G a m b a r 2 . 7 .
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
1. Semua pekerja dan orang yang memasuki proyek harus menggunakan pelindung mata.
2. Pelindung standar adalah kacamata pengaman Kings KY1151 sesuai standar ANSI Z.87.1-2010
3. Pekerjaan yang berbahaya terhadap mata, seperti pengelasan, pemotongan, dan gerinda harus menggunakan
pelindung mata yang sesuai.
4. Pekerjaan pemotongan tiang pancang harus menggunakan pelindung mata
b. Pelindung
Wajah
Gambar 2.8. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
1. Pekerjaan yang spesifik membahayakan muka pekerja (pekerjaan pengelasan, pemotongan, gerinda, dll.) harus
menggunakan pelindung muka sesuai standar ANSI Z.87.1-2010.
2. Pekerjaan pengelasan dan pemotongan baik dengan trafo las maupun las potong harus menggunakan masker
pengelasan
3. Pekerjaan gerinda dan alat portabel yang berputar lainnya (mesin senai, sekop, dll.) pada area terbuka harus
menggunakan tameng wajah yang dikombinasikan dengan helm, sedangkan pekerjaan di bengkel kerja dapat
menggunakan tameng wajah biasa
4. Cek APD sebelum digunakan, jangan menggunakan APD yang rusak.
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
10
Tabel 2.1 Penilaian Bahaya pada Mata dan Wajah
Bahaya Tipe Bahaya Jenis Kerjaan Terkait
Tubrukan Benda terbang seperti serpihan Memotong, menggerinda,
besar, potongan, partikel, pasir memperbaiki mesin, pertukangan
dan lumpur batu, kayu, menggergaji,
mengebor,
mengeling, menghambur pasir
Bahan Kimia Percikan, asap, uap dan kabut Penanganan asam dan bahan
yang menimbulkan iritasi kimia, degreasing, penyepuhan,
dan bekerja
dengan darah A
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
a. Goggles
Goggles melindungi mata dengan karateristik terpasang dekat wajah dan mengitari
area mata. APD ini melindungi lebih baik jika terjadi kecelakaan seperti percikan cairan,
uap logam uap, serbuk dan debu agar tetap aman dan kecelakaan dapat diminimalkan.
Gambar 2.9. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
b. Face Shield
Face shield memberikan perlindungan wajah menyeluruh dan sering digunakan pada
operasi peleburan logam, percikan bahan kimia atau partikel yang melayang. Peralatan
ini hanya melindungi wajah sehingga pemakaian safety glasses pengaman harus
dikombinasi.
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
Gambar 2.10. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
c. Welding Helmets
Alat pelindung wajah yang lain adalah welding helmets (topeng las) berfungsi
memberikan perlindungan pada wajah dan mata. Welding Helmets digunakan pada
proses pengelasan yang berfungsi sebagai pelindung sekunder untuk melindungi diri
11
dari UV, panas dan tubrukan.
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
Gambar 2.11. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
d. Masker Wajah
Masker berfungsi untuk melindungi hidung dari zat-zat berbau, menyengat, dan debu. Jenis-jenis
maker disajikan pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.12. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
Gambar 2.13. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
b. Shower
Prinsip alat ini cukup menarik bandle dan air akan keluar. Standar : ANSI Z358.1-2004
Gambar 2.14.Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
12
c. Drench hose
Alat ini memiliki kemiripian dengan alat pencuci mata, drench hose pencucian
langsung diarahkan ke mata bermasalah.
Gambar 2.15. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
Gambar 2.16. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
a. Sabuk pengaman tubuh dan sabuk keselamatan yang digunakan harus memenuhi standar ANSI Z.359.1-2016 atau
standar SNI.
b. Kait yang digunakan untuk sabuk pengaman tubuh atau sabuk keselamatan harus menggunakan kait yang besar.
c. Penggunaan sabuk pengaman tubuh dan sabuk keselamatan
d. Panjang tali koneksi tidak boleh lebih dari 1,7 m.
e. Setiap pekerjaan di ketinggian lebih dari 1,8 m harus menggunakan sabuk pengaman tubuh dan pengait dikaitkan
minimal harus di atas pinggang
f. Setiap pekerjaan di ketinggian harus terpasang tali keselamatan horizontal dari pipa galvanis atau tali bantu angkat (tali
baja atau tali serat) dia. 8 mm untuk mengaitkan kait pada sabuk pengaman tubuh
g. Bila menggunakan tali bantu angkat, 1 tali bantu angkat dilarang digunakan untuk 2 sabuk pengaman tubuh
h. Tali keselamatan vertikal untuk operator kran menara atau gondola atau pekerjaan struktur baja, sabuk pengaman tubuh
harus dikaitkan menggunakan kelengkapan untuk turun dari ketinggian dengan tali yang terdiri dari karmantel statis
diameter minimum 8 mm, karabiner dan pemberhentian otomatis.
i. Pengait sabuk keselamatan pada penggunaan, harus dikaitkan pada angkur atau bagian struktur bangunan yang kuat.
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
5. Pelindung Tangan
Sarung tangan merupakan alat pelindung diri dengan fungsi utama melindungi tangan dari
luka lecet, luka teriris, luka terkena bahan kimia dan terhadap temperatur ekstrim. Teknik
pemilihan sarung tangan pada Tabel 3.2.
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
13
Gambar 2.17. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
Jenis sarung tangan berdasarkan bahan dasar pembuatan sarung tangan dan
kegunaannya, yaitu :
a. Kevlar-trated gloves
Terbuat dari wall dan dilapisi bahan anti api bertujuan melindungi dari kebakaran
dan terpapar panas secara terus menerus.
b. Metal-mesh gloves
Berbahan dasar wall dikombinasi logam dan fiber digunakan karyawan yang bekerja
dengan pisau dan benda-benda tajam.
c. Rubber gloves
Sarung tangan ini terbuat dari dari karet befungsi melindungi dari listrik. Alat
pelindung tangan ini harus di tes kekuatan listriknya.
Gambar 2.18. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
14
Material bahan ini seperti dengan type C dengan tambahan bahan kimia berupa
neoprene atau vinyl. Sarung tangan ini digunakan dalam penggunaan bahan kimia
korosif, seperti aromatk,ester, keton dan klorin.
e. Leather gloves
Gambar 2.19. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
Bahan dasar leather gloves adalah kulit dan karet dilengkapi bantalan sehingga
tahan terhadap percikan api, panas yang sedang, benda kasar, objek yang keras dan
pukulan. Secara umum digunakan pekerjaan berat.
Gambar 2.20. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
(a) (b)
Gambar (a) Coated Fabric Gloves, (b) Heated Industrial Gloves
Gambar 2.21. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
15
pengendara kendaraan dua maupun pekerja yang kasar.
k. Butil Gloves
Karet sintesis dari polibutil, penolakan permeasi paling tinggi terhadap gas atau
uap air. Kegunaan untuk pekerja pada bahan kimia Keton dan ester.
(a) (b)
Gambar (a) Hand Leather Gloves dan (b) Butil Gloves
Gambar 2.22. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
l. Viton Gloves
Sangat resisten terhadap permeasi oleh pelarut berklorin dan aromatik. Sarung
tangan jenis ini dapat digunakan ketika bekerja dengan pelarut air.
m. Nitril Gloves
Berbahan karet alkilonitril-butadiena dan mengganti lateks. Jenis sarung tangan ini
melindungi tangan terhadap asam, basa, minyak, pelarut hidrokarbon alifatik ester dan
lemak.
Penggunaan sarung tangan ini terbatas untuk aldehid dan keton serta melindungi
dari asam, akustik, DMSO dan mengganti pengunaan lateks.
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
Lateks karet adalah karet alami dari pohon heavea brasiliensis dengan rute paparan
di tempat kerja melalui penyerapan protein lateks terhadap kulit. Alergi pada sarung tangan
dapat berpindah ke jaringan dalam tubuh karyawan. Gejala dapat terjadi dalam beberapa
menit atau jam tergantung pada masing-masing personal dengan ciri yaitu
(1) Kulit kemerahan, (2) Demam gatal (hive), (3) gatal dan (4) gejala pernapasan seperti
hidung mimisan, mata gatal, tenggorakan gatal (scratchy) dan asma.
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
16
Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan yaitu :
(1) Menggunakan sarung tangan non-lateks,
(2) Jika memilih sarung tangan lateks, gunakan versi bebas bubuk,
(3) ketika menggunakan sarung tangan jangan memakai krim tangan, losion bebas minyak,
(4) kenali gejala alergi lateks dan
(5) selalu mencuci tangan setelah melepas sarung tangan. Pengunaan sarung tangan tergantung dari jenis
tergantung bahan dasar dan teknik pelepasannya diilustrasikan pada Gambar dibawah ini:
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
6. Pelindung Pendengaran
Alat pelindung telinga dibedakan atas jenis atenuasinya yaitu pada frekuensi 2800–4000 Hz
sampai 42 dB (35–45 dB). Frekuensi biasa yaitu 25-30 dB pada keadaan khusus dapat
dikombinasikan antara tutup telinga dan sumbat telinga sehingga dapat atenuasi
ditingkat lebih tinggi tetap kurang dari 50 dB, disebabkan hantaran suara melalui tulang
masih ada.
Gambar 2.26. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
a. Jika bekerja pada level bising di atas 85 dB untuk pemajanan selama 8 jam harus menggunakan pelindung telinga
(sumbat telinga atau penutup telinga).
b. Sumbat telinga adalah sumbat yang dimasukkan ke liang telinga.
c. Sumbat telinga harus terbuat dari bahan karet atau plastik lunak dan harus dapat mereduksi bising X-85 dB (X
adalah intensitas bising yang diterima pekerja).
d. Penutup telinga adalah penutup seluruh telinga yang dapat mereduksi bising sebesar 35-45 dB.
e. Periksa sumbat telinga atau penutup telinga sebelum digunakan, pastikan dalam kondisi bersih dan simpan kembali
ke dalam kotak setelah digunakan setelah dibersihkan.
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
7. Pelindung Pernapasan
Alat pelindung pernapasan memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya
seperti kekurangan oksigen dan pencemaran oleh partikel debu, kabut, asap dan uap logam
serta pencemaran oleh gas atau uap. Alat pelindung pernapasan ditunjukkan pada Gambar 1
dan Gambar 2.
17
Gambar 2.27. Alat Pelindung Pernapasan
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
a. Pekerjaan yang berpotensi terpajan debu, asap, uap atau gas harus menggunakan pelindung pernapasan.
b. Masker dan respirator harus digunakan disesuaikan dengan pekerjaan dan potensi kontaminasi atau gangguan
pernapasan.
c. Untuk pelindung debu dapat digunakan masker sekali pakai yang terbuat dari katun, kertas atau kasa.
d. Untuk pelindung gas, uap dan asap harus menggunakan respirator dengan penyaring yang sesuai.
e. Pada pekerjaan di ruang terbatas atau area yang terkontaminasi gas harus menggunakan SCBA (alat bantu
pernapasan)
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
Pengunaan katrij pada respirator teknik pemilihan dan faktor perlindungan respirator,
disajikan di Tabel 1 dan Tabel 2.
Katrij Komposisi/Uraian
Uap organik
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
1 2 3 4 5 6
Pemurni Udara 5 10 50 - -
18
Udara suplay pada alat pelindung pernapasan harus memenuhi kualitas sesuai standar yaitu (a)
Udara pernapasan bertekanan minimal Tipe 1-kadar D (ANSI/CGA G-7.1.1989) berisi oksigen 19.5-
23.5%, Hidrokarbon 5 mg/m 3, CO< 10 ppm, CO2 1.000 ppm, tidak berbau. (b) Kompresor
memiliki bed dan filter penyerap pemurni udara in-line.
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
Peralatan disesuaikan fungsi dan memiliki saluran udara. Jenis Pasokan udara dapat
dilihat pada Gambar dibawah ini.
Gambar 2.29. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
8. Pakaian Pelindung
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
Gambar.2.30. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
a. Kelas A
Potensi pajanan atau paparan pada bahan yang tidak diketahui. Pelindung kulit, pernapasan dan mata
level tertinggi. Alat pernapasan mandiri atau respirator pasokan udara positif. Kedap udara, sarung
tangan dan sepatu tahan bahan kimia (luar dan dalam).
b. Kelas B
Uap air atmosfer, level tetinggi perlindungan pernapasan dengan tingkat keamanan
perlindungan kulit terendah. Alat pernapasan mandiri, pelindung penuh wajah
tekanan positif. Pakaian tahan bahan kimia atau coverall, sarung tangan dan sepatu
tahan bahan kimia.
c. Kelas C
Konsentrasi kontaminan diketahui, respirator pemurni udara penuh wajah diizinkan
dengan perlindungan kulit lebih rendah. Sarung tangan, helm pengaman, masker,
sarung tangan dan sepatu tahan bahan kimia. Perbedaan kelas A dan B pada
perlindungan pernapasan.
d. Kelas D
Pelindung minimal, tidak ada pelindung pernapasan dan kulit.
19
Gambar 2.31. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
a. Semua pekerja dan orang yang memasuki proyek harus menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang yang
baik, tidak robek atau bolong-bolong.
b. Pelindung lengan dari kulit atau pakaian pelindung tahan api harus dipakai pada pekerjaan pengelasan, pemotongan
atau gerinda bila diperlukan.
c. Pada saat hujan, pekerja harus menggunakan jas hujan
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
Setiap profesi mungkin memerlukan pakaian pelindung dengan spesifikasi tertentu. Berdasarkan lingkungan kerjanya, pakaian
pelindung dapat dibagi menjadi 5, yaitu sebagai berikut:
a. Pakaian pelindung dengan bahan tahan air (waterproof)
Sesuai dengan bahannya, pakaian pelindung ini digunakan oleh personel yang melakukan pekerjaan di area basah atau lembap
b. Pakaian pelindung dengan bahan tahan api (flame resistant clothing)
Pakaian pelindung tahan api terbuat dari bahan tahan api atau flame resistant material. Bahan tahan api tidak berarti bahwa bahan
tersebut tidak dapat terbakar oleh api sama sekali. Istilah flame resistant mengacu pada bahan tersebut terbakar dengan sangat
lambat atau padam dengan sendirinya (self extinguish).
Bahan tahan api sulit menjadi bahan bakar bagi api dan akan menyingkirkan oksigen di sekitar bahan. Sebagai akibatnya, api tidak
memiliki bahan bakar dan oksigen untuk terus menyala.
c. Pakaian pelindung dengan visibilitas tinggi
High-visibility safety coverall digunakan pada lingkungan kerja dengan penerangan minim atau sering dilalui oleh kendaraan.
Pakaian pelindung ini ditambahkan fitur-fitur tertentu sehingga pemakai mudah terlihat atau diidentifikasi orang lain. Fitur yang
biasa digunakan berupa pita atau garis retroreflective.
d. Pakaian pelindung dengan fitur tambahan di bagian lutut
Fitur tambahan di bagian lutut bertujuan untuk melindungi lutut dari tekanan pekerjaan. Pakaian pelindung ini digunakan bagi
personel yang melakukan aktivitas pekerjaannya secara membungkuk atau berlutut terus-menerus.
e. Pakaian pelindung dengan desain warna yang berbeda
Desain warna yang berbeda dimaksudkan agar pemakai mudah diidentifikasi oleh orang lain. Perbedaan warna biasanya
berdasarkan bagian atau divisi atau jenis pekerjaan. Dengan demikian, aktivitas setiap personel dalam satu area kerja akan lebih
mudah dipantau.
Selain jenis-jenis pakaian pelindung di atas, Komite Standardisasi Eropa (the European Committee for Standardization atau CEN)
menambahkan jenis pakaian pelindung berdasarkan risiko paparan bahan-bahan tertentu yaitu:
a. Pakaian pelindung untuk bahaya paparan bahan kimia
Pakaian pelindung jenis ini dibagi menjadi 2 yaitu pakaian yang memberikan perlindungan terhadap kontaminasi cairan dan
kontaminasi debu.
Cara agar coverall atau wearpack tetap bersih dan awet dapat dilakukan cara-cara berikut ini:
Khusus untuk wearpack dengan bahan tertentu seperti wearpack pemadam kebakaran yang memiliki sifat anti api cara
perawatannya harus diawasi oleh ahli K3 ,bahkan beberapa ada yang memilki aturan berbeda dalam penggunaannya
20
Wearpack anti api perlu penanganan khusus pada sisa air yang digunkaan saat mencucinya, karena jika air tersebut
dibuang tanpa proses terlebih dahulu aor buangannya dapat mencemari lingkungan
Gambar 2.32. (a) Flame Resistant Catton, (b) Special flame- resistant and heat resistant
synthetic fabrics dan (c) Rubber, neoprene, vinyl or other protective material
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
4) Jas Lab
Penggunaan jas lab di laboratorium berfungsi ganda yaitu melindungi pekerja dari
sentuhan bahan kimia baik padat maupun cairan, dan kontaminan bakteri maupun
bahan toksis. Hal ini juga didasarkan pada suatu kejadaian yang diilustraikan pada
Gambar 3.25. Ketika seorang peneliti bekerja di laboratorium pada suasana panas yang
melakukan suatu eksperimen menggunakan H2SO4.
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
21
Gambar 2.34. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
a. Semua pekerja harus menggunakan seragam kerja yang rapi dan rompi reflektif.
b. Seragam yang digunakan harus memantulkan cahaya/ reflektif. Bila menggunakan kaos lengan panjang, harus
dilengkapi dengan rompi reflektif.
c. Kartu identitas harus dipakai selama berada di dalam proyek.
d. Kartu identitas harus ditandatangani pejabat proyek dan dapat diberikan setelah lulus induksi keselamatan.
https://www.academia.edu/41388104/Pedoman_Pelaksanaan_RK3K
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
Pemilihan APD haruslah dapat memberikan pelindungan terhadap bahaya, dimana APD tersebut
memenuhi standar yang berlaku pada saat ini, yaitu standar NIOSH, OSHA, ANSI, JIS dan lain
sebagainya.
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
Suatu perusahaan menyediakan APD bagi para pekerja untuk menjaga keselamatan dan kesehatan para pekerja, pemakaian
alat APD dimaksudkan untuk mengurangi atau meminimalkan resiko dan bahaya di tempat kerja. Hal- hal yang harus diperhatikan
saat menggunakan APD:
1. Memastikan pakaian pelindung pas dengan ukuran tubuh, dan sesuaikan posisi APD agar merasa nyaman saat bekerja
2. Memastikan APD bekerja dengan baik dan benar, jika tidak segera laporkan
3. Jika menggunakan 2 atau lebih APD secara bersamaan pastikan mereka kompatibel dan tidak mengurangi keefektifan
masing - masing APD
4. Melaporkan gejala timbulnya rasa sakit atau tidak nyaman secepatnya
5. Menginformasikan kepada pihak yang bertanggungjawab bila diperlukan pelatihan khusus
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/mgozan/material/k3teknikkimia.pdf?_sm_au_=iVV1tfK7jZr07D4F
APD akan secara efektif melindungi tubuh pemakainya bila penggunaan APD sesuai dengan instruksi produsen dan
digunakan bagi aktivitas yang sesuai dengan tujuan penggunaan alat, sebelum menggünakan APD harus dilatih terlebih dulu,
menyimpan dan memelihara APD dengan benar mengganti bagian yang rusak.
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/mgozan/material/k3teknikkimia.pdf?_sm_au_=iVV1tfK7jZr07D4F
Agar dapat dikenakan APD yang tepat maka jenis bahaya di tempat kerja perlu diperhatikan dengan seksama. Hal ini akan
memungkinkan untuk memilih tipe APD yang tepat untuk meminimalakan resiko bahaya tersebut dan menyelesaikan pekerjaan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika memilih APD yang tepat :
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/mgozan/material/k3teknikkimia.pdf?_sm_au_=iVV1tfK7jZr07D4F
Pemeliharaan APD harus diperhatikan dengan seksama dan disimpan dengan baik ketika tidak digunakan, contohnya pada
rak yang bersih dan kering kotak khusus yang disediakan produsen dll. Seluruh APD harus dalam kondisi bersih dan siap digunakan,
jadwal pemeliharaan oleh produsen harus diingat dan dilakukan termasuk penggantian bagian yang rusak atau terjadwal untuk
diganti. Pemeliharaan sederhana dapat dilakukan oleh pemakai yang terlatih tetapi perbaikan yang kompleks dan rumit harus
diserahkan kepada personel yang ahli. Untuk menghindari hilangnya waktu akibat tidak tersedianya APD yang memadai maka harus
disediakan cadangan APD yang sesuai di tempat kerja.
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/mgozan/material/k3teknikkimia.pdf?_sm_au_=iVV1tfK7jZr07D4F
22
Teknik pemeliharan alat pelindung diri disesuaikan dengan standar masing-masing APD
dan sebagian telah diuraikan pada sub bagian jenis alat pelindung diri. Secara umum
pemeliharaan Alat pelindung diri dapat dilakukan dengan:
6) Menyimpan dengan benar alat pelindung diri
7) Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya. Terutama
untuk helm, kacamata, sepatu kerja, pakaian kerja, sarung tangan kulit/ kain/ karet.
Gambaran umum dan teknik pemeliharan disimpulkan pada Tabel 2.9 untuk setiap alat
pelindung diri.
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
Untuk menjaga daya guna dari APD, hendaknya disimpan ditempat khusus sehingga
terbebas dari debu, kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga/binatang. Tempat
tersebut hendaknya kering dan mudah dalam pengambilannya.
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
23
boleh disemprotkan respirator dari
langsung. Jangan dicuci filternya.
dengan air.
6. Safety Melindungi mata Diseka dengan kain lembut/ Hindarkan dari
Spectacles dari partikel debu tissue, Bila permukaan benturan dan
buram dapat dibasuh gesekan dengan
dengan air dan bila perlu benda yang keras.
tambahkan sabun lunak.
7. Earplug Melindungi telinga Cuci earplug dengan Masukkan earplug
dari tingkat menggunakan sabun lunak, kedalam wadah.
kebisingan di luar lebih baik bila ada air Simpan ditempat
Ambang Batas hangat. Hindarkan sejuk dan kering.
Kebisingan. penggunaan alkohol dan Hindarkan tempat
pembersih lain dari solvent, yang lembab dan
kemudian keringkan pada terkena sinar
udara kamar. matahari langsung.
8. Sepatu Safety Melindungi kaki Lakukan pembersihan Simpan di tempat
dari benturan dan menggunakan sikat sepatu sejuk dan kering
benda tajam atau lap kain basah / kering. dengan sirkulasi
Penggunaan detergent bisa udara yang cukup .
merusak kulit Hindarkan tempat
sepatu. lembab dan
terkena sinar
matahari.
9. Sarung Melindungi telapak Sarung tangan kain dapat Simpan di tempat
Tangan Kain dan jari tangan dari dicuci dengan air dan kering dan bersih.
benda keras dan detergent.
tajam. Pengeringan dapat
dilakukan pada suhu kamar
maupun sinar matahari.
10 Sarung Melindungi telapak Sarung tangan karet dapat Simpan di tempat
. Tangan Karet tangan, lengan, dan dicuci dengan air dan kering dan bersih.
jari tangan dari detergent. Usahakan
benda keras dan pengeringan dilakukan pada
bahan kimia. suhu kamar. Penggunaan
pengering disesuaikan
dengan kemampuan sarung
tangan terhadap panas.
11 Sarung Melindungi tangan, Lakukan pengelapan Simpan di tempat
. Tangan Kulit lengan, jari tangan menggunakan kain lap kering dan bersih.
dari benda keras dan basah. Usahakan
tajam. pengeringan dilakukan pada
suhu kamar. Pencucian
dilakukan
seminggu sekali tanpa
detergent.
12. Face Shield Melindungi muka Pencucian dapat dilakukan Simpan di tempat kering
dan mata dari dengan menyeka dan bersih, hindarkan
percikan benda menggunakan kain lap dari benda keras & tajam.
keras.
basah maupun air.
13. Safety Goggle Melindungi mata Pencucian menggunakan Simpan di tempat bersihdan
dari kemungkinan air bersih dan detergent. kering.
cipratan debu /
benda kecil lain
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
24
2.11. Upaya Untuk Menurunkan Tingkat Kecelakaan Akibat Kerja
Ada beberapa metoda yang dapat dilakukan dalam mengendalikan bahaya di tempat kerja untuk menurunkan tingkat kecelakaan akibat
kerja, yaitu:
1. Engineering control, yaitu dengan menambahkan berbagai peralatan dan mesin yang dapat mengurangi bahaya dari
sumbernya. Contohnya adalah penggunaan exhaust dan system ventilasi untuk meminimalisir bahaya debu atau gas. Akan tetapi
pengendalian dengan system engineering control membutuhkan dana yang besar.
2. Administrative control, yaitu dengan membuat berbagai prosedur kerja termasuk kebijakan manajemen dalam
implementasi K3. Tujuannya adalah agar pekerja bekerja sesuai dengan instruksi yang sudah ditetapkan sehinggan kecelakaan atau
kesalahan kerja dapat dihindari. Termasuk didalam adminstarsi control yaitu dengan menyediakan alat pelindung diri (APD)
atau personnel pertective equipment (PPE) bagi setiap pekerja yang terpajan dengan bahaya di tempat kerja.
3. Metoda lain yang dapat digunakan untuk pengendalian bahaya adalah Inherently Safer Alternative Method, dimana metoda
ini memiliki empat strategi pengendalian bahaya, yaitu:
1. Minimize; yaitu dengan cara meminimalkan tingkat bahaya dari sumbernya dengan cara mengurangi jumlah
pemakaian atau volume penyimpanan dan proses.
2. Substitue; yaitu dengan cara mengganti bahan yang berbahaya dengan yang kurang berbahaya. Contohnya hádala
menggunakan metoda water base sebagai pengganti solven base. Water base lebih aman dan ramah lingkungan dibandingkan solven
base.
3. Moderate; Mengurangi bahaya dengan cara menurunkan konsentrasi bahan kimia yang digunakan. Contohnya
adalah menggunakan bahan kimia dengan konsentrasi yang lebih rendah sehingga tingkat bahaya pajanannya menjadi lebih rendah.
4. Simplify; Mengurangi bahaya dengan cara membuat prosesnya menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah di
control.
http://healthsafetyprotection.com/apd-ppe/#page-content
Beberapa alasan akan rendahnya kesadaran para pekerja akan penggunaan APD, yaitu:
1. Ketidak nyamanan dalam penggunaan APD selama bekerja. Ini merupakan alasan yang paling banyak dikemukakan oleh para
pekerja. Ketidak nyamanan disini diantaranya adalah panas, berat, berkeringat atau lembab, sakit, pusing, sesak dan sebagainya.
2. Merasa bahwa pekerjaan tersebut tidak berbahaya atau berdampak pada kesehatannya. Terutama bagi para pekerja yang
sudah bertahun-tahun melakukan pekerjaan tersebut.
3. Kesalah pahaman terhadap fungsi APD akibat kurangnya pengetahuan akan fungsi dan kegunaan APD.
4. APD menggangu kelacaran dan kecepatan pekerjaan.
5. Susah menggunakan dan merawat APD.
http://healthsafetyprotection.com/apd-ppe/#page-content
Hal lain yang juga ditemukan dalam survey ini adalah penggunaan APD yang tidak tepat atau sesuai dengan paparan bahaya yang
dihadapi. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan atau informasi tentang APD dan jenis atau kondisi bahaya yang dihadapi.
Banyak perusahaan yang menjual APD tidak memberikan informasi atau training yang memadai tentang penggunaan, fungsi, jenis,
Apabila APD digunakan secara benar dan sesuai dengan spesifikasi yang di tetapkan, maka tingkat kecelakaan dan sakit akibat kerja
akan dapat dikurangi. Penurunan tingkat kecelakaan dan sakit akibat kerja akan meningkatkan produktivitas kerja sehingga perusahaan
akan menjadi lebih sehat. Untuk mencapai hal ini maka kondisi-kondisi berikut harus terpenuhi:
1. Adanya komitmen dari manajemen untuk melindungi pekerja, salah satunya dengan menyediakan APD yang sesuai dengan
standar.
2. Adanya kebijakan/prosedur/WI yang mengatur penggunaan APD bagi pekerja.
3. Adanya training secara regular tentang tata cara pengenalan resiko, pengendalian resiko dan penggunaan APD.
4. Adanya program komunikasi untuk meningkatkan awareness pekerjang dalam menggunakan APD seperti regular meeting,
poster, stiker dan singnage.
5. Pekerja mengetahui dengan baik bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja.
6. Pekerja mengetahui dengan baik dampak kesehatan dari pajanan bahaya-bahaya tersebut.
7. Pekerja mengetahui dengan baik cara-cara pengendalian bahaya tersebut.
8. Pekerja mendapatkan APD yang sesuai dengan pajanan bahaya yang dihadapi.
9. Pekerja secara konsisten dan benar menggunakan APD pada saat melakukan pekerjaan.
10. Pekerja memakai APD secara tepat dan benar selama bekerja.
http://healthsafetyprotection.com/apd-ppe/#page-content
Menjelaskan persyaratan untuk penggunaan dan penyediaan APD (Alat Pelindung Diri) selama pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut:
25
Bekerja diatas air
Setiap pengawas di tempat kerja harus bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua personil:
Telah di lengkapi dengan APD yang memadai yang di perlukan untuk kegiatan dan lingkungan kerja
Terlatih dalam pemeriksaan, penggunaan dan penyimpanan yang tepat terhadap APD yang di gunakan.
Pengawas harus menjelaskan kepada personil mereka mengenai fungsi dan pentingnya memakai APD dan menunjukkan APD
yang sesuai.
Pengawas bertanggung jawab untuk menghentikan pekerjaan jika personilnya tidak menggunakan APD yang sesuai dengan
pekerjaan, sampai APD yang tepat telah digunakan.
Menurut Suma’mur (1996) persyaratan yang harus dipenuhi alat pelindung diri :
1. Nyaman dipakai
2. Tidak mengganggu kerja
3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari isi makalah di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Menurut Undang Undang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tahun 1970 Personal Protective
Equipment (Alat Pelindung Diri) adalah wajib dipakai oleh operator las saat melakukan pengelasan.
2. Alat Pelidung Diri adalah merupakan bagian penting dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam laboratorium, kecelakaan kerja bisa terjadi jika tidak memperhatikan prinsip "Unsave condition dan
unsave action".
3. Mengenai tujuan dari penggunaan Alat pelindung keselamatan kerja, diantaranya :
Melindungi tenaga kerja jika usaha rekayasa (engineering) dan administrative tidak dapat dilakukan
dengan baik.
Meningkatkan efektifitas dan produktivitas kerja.
Menciptakan lingkungan kerja yang aman.
4. Berikut ini adalah macam-macam alat pelindung diri yang pada umumnya dipakai di berbagai pabrik
industri;
Safety Helmet
27
Coverall
Safety Harness
Ruber boot shoes
Safety shoes
Glove
Ear Plug / Ear Muff
Safety Glasses atau Safety goggles
Respirator
Face Shield
DAFTAR PUSTAKA
Lisa Moran dan Tina Masciangioli, 2010, Keselamatan dan keamanan Laboratorium Kimia, The National Academic Press,
Washington, DC.
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
Health and Safety Executive. Personal Protective Equipment (PPE) at Work. [Online] Available at:
http://www.hse.gov.uk/pubns/indg174.pdf
https://jdih.kemnaker.go.id/data_puu/peraturan_file_PER08.pdf
http://blog.safetyshoes.co.id/tujuan-dan-manfaat-alat-pelindung-keselamatan-kerja/
28
29