Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH MANAJEMEN KESELAMATAN INDUSTRI

“PERSONAL PROTECT EQUIPMENT”

Dosen:
Panca Nugrahini, S.T,M.T

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Assya Nauri Des Harahap 1915041008

Ecclesya Agata Simanjuntak 1915041050

Nuril Aiqadzani 1915041034

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa
kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah Manajemen Keselamatan Industri yang membahas tentang Personal
Protect Equipment dapat selesai pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari beberapa sumber sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih pada semua yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.
Demikian, kami berharap semoga makalah Manajemen Keselamatan Industri tentang Personal Protect
Equipment ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bandar Lampung, 18 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
1.3. Tujuan Penulisan Makalah................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian PPE .................................................................................. 2
2.2. Manfaat dan Tujuan PPE................................................................... 3
2.3. Dasar Hukum Penggunaan PPE........................................................ 4
2.4. Penggunaan PPE Yang Baik.............................................................. 4
2.5. Pentingnya Penggunaan PPE............................................................. 5
2.6. Kelebihan dan Kekurangan PPE........................................................ 7
2.7. Jenis-Jenis PPE.................................................................................. 7
2.8. Cara Pemilihan PPE........................................................................... 22
2.9. Cara Penyimpanan PPE..................................................................... 23
2.10. Cara Perawatan PPE.......................................................................... 23
2.11. Upaya Untuk Menurunkan Tingkat Kecelakaan Akibat Kerja…...… 25

BAB IIIPENUTUP
3.1. Kesimpulan........................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA
4.1. Daftar Pustaka……………………………………………………… 29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Revolusi industri mulai berkembang, lapangan pekerjaan mulai muncul beriringan dengan jumlah tenaga kerja. Tak sedikit
industri juga yang memperlebar kawasannya, dengan itu banyak pula pekerja proyek dari berbagai PT menawarkan jasa untuk
proyek yang sedang dikembangkan tersebut. Di tengah pekerjaan tersebut tak sedikit para pekerja yang masih enggan memakai
Alat Pelindung Diri (APD), baik itu PT dari luar maupun yang memberikan pekerjaan. Banyak alasan yang mereka ucap jika
diingatkan. Memang Alat Pelindung Diri (APD) tersebut merupakan hirarki terakhir dalam teori hirarki pengendalian resiko tapi
jika keempat hirarki pengendalian tersebut tidak bisa ditanggulangi maka APD tetap dipakai dan selalu standby. Yang harus setiap
kali kita ingatkan sebelum kerja bahwa kecelakaan besar maupun kecil bisa terjadi, kapanpun dan diamanapun, lalu tanamkan
pada diri sendiri bahwa kesehatan dan keselamatan adalah kebutuhan.
Kecelakaan kerja merupakan salah satu masalah bagi sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa
kerugian materi namun timbulnya korban jiwa pekerjap. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian
bagi perusahaan karena diperlukan waktu untuk mencari atau mendidik sumber daya manusia yang sesuai perusahaan.
Kerugian yang langsung yang nampak dari timbulnya kecelakaan kerja adalah biaya pengobatan dan kompensasi
kecelakaan. Sedangkan biaya tak langsung yang tidak nampak ialah kerusakan alat-alat produksi, penataan
manajemen keselamatan yang lebih baik, penghentian alat  produksi, dan hilangnya waktu kerja.

Oleh karena itulah diperlukan alat pelindung diri (APD) untuk mengurangi resiko kecelakaan dalam pekerjaan
terutama di industry. Alat Pelindung Diri ( APD ) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerjauntuk
melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.APD dipakai
sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif
tidak dapat dilakukan dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan PPE?
2. Apa undang-undang atau hukum negara Indonesia yang melandasi PPE?
3. Apa saja manfaat dan tujuan dari PPE?
4. Bagaimana penggunaan PPE yang seharusnya?
5. Mengapa penggunaan PPE itu penting?
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan PPE?
7. Apa saja jenis-jenis PPE?
8. Bagaimana cara pemeliharaan PPE?
9. Bagaimana cara memilih PPE yang baik?
10. Bagaimana cara penyimpanan PPE yang benar?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian PPE.
2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat PPE.
3. Untuk mengetahui hukum yang mendasari penggunaan PPE..
4. Untuk mengetahui jenis-jenis PPE.
5. Untuk mengetahui cara memilih, merawat dan menyimpan PPE.
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan PPE.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Personal Protect Equipment

Personal Protect Equipment (Alat pelindung diri) adalah suatu alat yang memiliki fungsi mengisolasi sebagian atau seluruh
bagian tubuh untuk melindungi seseorang dari potensi bahaya di tempat kerja. APD memiliki peran penting bagi kelancaran dan
berlangsungnya proses bekerja. Serta, menghindari terjadinya kecelakaan atau musibah yang dapat merugikan pihak bersangkutan.

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 1 tahun 1970 bahwa pengurus atau pimpinan tempat kerja berkewajiban menyediakan
alat pelindung diri (APD/PPE) untuk para pekerja dan para pekerja berkewajiban memakai APD/PPE dengan tepat dan benar.
Tujuannya adalah untuk melindungi kesehatan pekerja tersebut dari risiko bahaya di tempat kerja.

Health and Safety Executive. Personal Protective Equipment (PPE) at Work. [Online] Available at:
http://www.hse.gov.uk/pubns/indg174.pdf

Gambar 2.1. http://www.hse.gov.uk/pubns/indg174.pdf

Akibat masih rendahnya tingkat kesadaran para pekerja dan adanya perasaan tidak nyaman saat menggunakan alat pelindung
diri (APD) atau penyediaan alat pelindung diri (APD) yang kurang memadai oleh pengurus tempat kerja, kecelakaan kerja atau
musibah seperti kebakaran masih sering kita jumpai. Dalam banyak kejadian, kita juga sering menemukan penggunaan alat pelindung
diri (APD) yang tidak tepat atau sesuai dengan paparan bahaya yang dihadapi. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan atau
informasi tentang APD dan jenis atau kondisi bahaya yang dihadapi. Oleh sebab itu, simulasi atau pelatihan untuk para pekerja terkait
masalah tersebut masih sangat diperlukan dan harus diperhatikan.

Health and Safety Executive. Personal Protective Equipment (PPE) at Work. [Online] Available at:
http://www.hse.gov.uk/pubns/indg174.pdf

Apabila penyedian APD telah memadai dan kesadaran para pekerja atas penggunaan APD yang sesuai dengan spesifikasi
yang ditetapkan, semakin membaik. Hal ini, akan berdampak baik pula pada perusahaan atau tempat kerja. Bahkan, tingkat kecelakaan
akibat kerja dan musibah dapat dikurangi dan dihindari. Berdasarkan jenisnya, bahaya dapat diklasifikasikan atas bahaya fisik
misalnya berkaitan dengan peralatan, bahaya kimia misalnya berkaitan dengan material/bahan, bahaya biologi misalnya berkaitan
dengan mahluk hidup, dan bahaya psikososial misalnya yang berkaitan dengan aspek sosial psikologis maupun organisasi
kemasyarakatan.

Health and Safety Executive. Personal Protective Equipment (PPE) at Work. [Online] Available at:
http://www.hse.gov.uk/pubns/indg174.pdf

Pengendalian risiko akan sangat bergantung pada tingkat/ derajat risiko yang ada. Pada umumnya pengendalian risiko dapat
dibagi atas pengendalian engineering misalnya dengan melakukan perubahan desain sistem kerja,  pemasangan peralatan keamanan
pada mesin, dan lain sebagainya, dan pengendalian administratif seperti pembuatan standar operasi prosedur (SOP), pengaturan
waktu gilir kerja (shift work), rotasi, pelatihan, dan penggunaan alat pelindung diri (APD). Pada umumnya program safety yang
dilakukan di perusahaan dapat digolongkan atas dua bagian besar yaitu sistem manajemen keselamatan (safety) dan program teknis
operasional. Sedangkan, definisi APD dalam HSE regulasi adalah semua peralatan yang melindungi pekerja selama bekerja termasuk
pakaian yang harus di pakai pada saat bekerja, pelindung kepala (helmet), sarung tangan (gloves), pelindung mata (eye protection),
pakaian yang bersifat reflektive, sepatu, pelindung pendegaran (hearing protection) dan pelindung pernapasan (masker). [HSE, 1992]

Health and Safety Executive. Personal Protective Equipment (PPE) at Work. [Online] Available at:
http://www.hse.gov.uk/pubns/indg174.pdf

 Menurut Undang Undang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tahun 1970 Personal Protective Equipment (Alat Pelindung
Diri) adalah wajib dipakai oleh operator las saat melakukan pengelasan.

2
 Alat Pelidung Diri adalah merupakan bagian penting dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dalam laboratorium,
kecelakaan kerja bisa terjadi jika tidak memperhatikan prinsip "Unsave condition dan unsave action". 
http://journal.um.ac.id/index.php/teknik-mesin/article/view/4490

 Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang memiliki fungsi mengisolasi sebagian atau seluruh bagian tubuh untuk
melindungi seseorang dari potensi bahaya di tempat kerja. APD memiliki peran penting bagi kelancaran dan berlangsungnya
proses bekerja. Serta, menghindari terjadinya kecelakaan atau musibah yang dapat merugikan pihak bersangkutan.

 Definisi APD dalam HSE regulasi adalah semua peralatan yang melindungi pekerja selama bekerja termasuk pakaian yang
harus di pakai pada saat bekerja, pelindung kepala (helmet), sarung tangan (gloves), pelindung mata (eye protection), pakaian
yang bersifat reflektive, sepatu, pelindung pendegaran (hearing protection) dan pelindung pernapasan (masker).
http://healthsafetyprotection.com/apd-ppe/#page-content

 Alat pelindung diri adalah peralatan yang ahrus disediakan oleh instansi, pengusaha untuk setiap pekerjanya (karyawan). Alat
pelindung diri merupakan peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh tenaga kerja apabila berada dalam lingkungan
kerja yang berbahaya. (Cahyono,2004).

 Alat Pelindung Diriselanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang
yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja (Permenakertrans no.08 th 2010)
https://www.slideshare.net/NoviaDyahPalupi/makalah-alat-pelindung-diri-personal-protective-equipment?from_action=save

2.2 Peraturan Tentang Personal Protect Equipment

1. Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Perlindungan Diri
 Pasal 5 ayat (1)Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang ramburambu mengenai
kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.
 Pasal 6 ayat (1) Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan APD
sesuai dengan potensi bahaya dan risiko.
 Pasal 6 ayat (2) Pekerja/buruh berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan apabila APD yang disediakan
tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan.
https://jdih.kemnaker.go.id/data_puu/peraturan_file_PER08.pdf
2. Undang-undang No.1 tahun 1970
 Pasal 3 ayat (1) butir f : Memberikan alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
 Pasal 9 ayat (1) butir c : Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang APD
bagi tenaga kerja yang bersangkutan
 Pasal 12 butir b : Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai APD yang
diwajibkan
 Pasal 14 butir c : Pengurus diwajibkan menyedikan secara cuma-cuma Alat Perlindungan Diri yang diwajibkan pada
pekerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja.

Priono, Joko.2017.Dasar Hukum Penggunaan Alat Pelindung Diri.HSEPEDIA

3. Permenakertrans No. Per: 01/Men/1981

 Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan secara cuma-cuma Alat Perlindungan Diri yang
diwajibkan penggunaanya oleh tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya untuk mencegah Penyakit Akibat Kerja
(PAK).

Priono, Joko.2017.Dasar Hukum Penggunaan Alat Pelindung Diri.HSEPEDIA

4. Permenakertrans No. Per. 03/Men/1982

 Pasal 2 menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempmat kerja, pemilihan alat
pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelanggaraan makanan ditempat kerja.

Priono, Joko.2017.Dasar Hukum Penggunaan Alat Pelindung Diri.HSEPEDIA

5. Permenakertrans No. Per.08/Men/VII/2010

 Pasal 2 ayat (1) menyebutkan pengusaha wajib menyediakan Alat Perlindungan Diri bagi pekerja/buruh ditempat kerja.
 Pasal 5 menyebutkan pengusaha atau pemgurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang rambu-rambu
mengenai kewajiban penggunaan Alat Perlindungan Diri ditempat kerja.
 Pasal 6 ayat (1) menyebutkan pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau
menggunakan APD sesyai dengan potensi bahaya dan risiko
 Pasal 7 ayat (1) menyebutkan pengusaha atau pengurus wajib melaksanakan manajemen Alat Perlindungan Diri di tempat
kerja

3
Priono, Joko.2017.Dasar Hukum Penggunaan Alat Pelindung Diri.HSEPEDIA

2.3. Manfaat dan Tujuan Penggunaan PPE

Semua jenis alat pelindung untuk keselamatan kerja harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan dasar yang benar-benar
sesuai dengan standard keselamatan kerja (K3L : Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan). Alat pelindung untuk keselamatan
kerja harus digunakan sesuai dengan jenis pekerjaan dan dalam jumlah yang memadai, memastikan alat yang digunakan aman untuk
keselamatan pekerja, selain itu alat pelindung untuk keselamatan kerja juga harus sesuai dengan standard yang telah ditetapkan

Mengenai tujuan dari penggunaan Alat pelindung keselamatan kerja, diantaranya :

1. Melindungi tenaga kerja jika usaha rekayasa (engineering) dan administrative tidak dapat dilakukan dengan baik.
2. Meningkatkan efektifitas dan produktivitas kerja.
3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman.

http://blog.safetyshoes.co.id/tujuan-dan-manfaat-alat-pelindung-keselamatan-kerja/

Sedangkan manfaat dari penggunaan Alat pelindung keselamatan kerja, diantaranya :

1. Untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.
2. Mengurangi resiko penyakit akibat kecelakaan.

http://blog.safetyshoes.co.id/tujuan-dan-manfaat-alat-pelindung-keselamatan-kerja/

Alat pelindung keselamatan kerja sangat penting dan diperlukan oleh pegawai, karyawan, Enginering, administratif atau siapapun yang
memiliki resiko kecelakaan atauapun bahaya dalam bekerja. Oleh karenanya alat pelindung keselamatan kerja harus benar-benar di
pelajari dan di pahami baik dalam penggunaannya maupun pemeliharaannya agar alat itu selalu berfungsi dengan baik. Berikut
keseimpulan yang dapat diambil dari pembahasan tentang Alat pelindung keselamatan kerja :

 Alat pelindung keselamatan kerja merupakan alat yang digunakan untuk mengurangi resiko akibat kecelakaan, bukan
menghilangkan kecelakaan tersebut.
 Alat pelindung keselamatan kerja dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat.
 Alat pelindung keselamatan kerja harus sesuai dengan jenis kegiatan dan tempat pekerjaan.
 Alat pelindung keselamatan kerja harus selalu dirawat agar dapat digunakan sesuai dengan ketentuan.

http://blog.safetyshoes.co.id/tujuan-dan-manfaat-alat-pelindung-keselamatan-kerja/

Sebaiknya:

 Setiap pekerja baiknya menggunakan Alat pelindung keselamatan kerja.


 Penyuluhan tentang Alat pelindung keselamatan kerja kepada semua masyarakat agar dapat mengurangi angka
kecelakaan.
 Penggunaan Alat pelindung keselamatan kerja baiknya sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja.
 Pemantauan terhadap Alat pelindung keselamatan kerja harus rutin dilakukan, agar dalam penggunaan lebih maksimal.

http://blog.safetyshoes.co.id/tujuan-dan-manfaat-alat-pelindung-keselamatan-kerja/

2.4 Penggunaan Alat Pelindung Diri

Ada beberapa metode yang dapat dilakukan dalam mengendalikan bahaya ditempat kerja untuk menurunkan tingkat
kecelakaan akibat kerja yaitu:
1. Engineering Control, yaitu dengan menambahkan beberapa peralatan dan mesin yang dapat mengurangi bahaya dari
sumbernya. Contohnya adalah penggunaan exhaust dan system ventilasi untuk meminimalisirbahaya debu atau gas. Akan
tetpai pengendalian dengan system engineering control akan membutuhkan biaya yang besar.
2. Administrative Control, yaitu dengan membuat beberapa prosedur kerja termasuk kebijakan manajemen dan implementasi
k3.tujuannya adalah agar para pekerja bekerja sesuai intruksi yang sudah ditetapkan sehingga kecelakaan atau kesalahan
kerja dapat dihindari. Termasuk didalam administrasi control yaitu dengan menyediakan alat pelindung diri (APD) bagi
setiap pekerja yang terpajan dengan bahaya ditempat kerja.
3. Metoda lain yang dapat digunakan untuk pengendalian bahaya
adalah Inherently Safer Alternative Method , dimana metoda ini memiliki empat strategi pengendalian bahaya, yaitu:
a. Minimize, yaitu dengan cara meminimalkan tingkat bahaya dari sumbernya dengan cara mengurangi jumlah
pemakaian atau volume penyimpanan dan proses.
b. Subtitue, yaitu dengan cara mengganti bahan yang berbahaya dengan yang kurang berbahaya. Contohnya, adalah
menggunakan metode water base sebagai pengganti solven base, water base lebih aman dan ramah lingkungan
dibandingkan solven base.
c. Moderate, mengurangi bahaya dengan cara menurunkan konsentrasi bahan kimia yang digunakan. Contohnya adalah
menggunakan bahan kimia dengan konsentrasi yang lebih rendah sehingga tingkat bahaya pajanannya menjadi lebih
rendah.

4
d. Simplify, mengurangi bahaya dengan cara membuat prosesnya menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah di
control.
Gurusinga, Jefriyadi.2014. Alat Pelindungan Diri. Yogyakarta

Semua metode pengendalian tersebut dapat dilakukan secara bersamaan, karena tidak ada satu metode pun yang betul-betul
bisa menurunkan bahaya dan resiko sampai pada posisi nol, artinya para pekerja masih besar kemungkinanya terpajan terhadap bahaya
ditempat kerja. Untuk itu sebagai pertahanan dan  perlindungan terakhir bagi pekerja adalah dengan menggunakan APD.

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1970 bahwa pengurus atau pimpinan tempat kerja berkewajiban
menyediakan alat pelindung diri (APD/PPE) untuk para pekerja dan para pekerja berkewajiban memakai APD/PPE dengan tepat dan
benar. Tujuan dari penerapan Undang-Undang ini adalah untuk melindungi kesehatan pekerja tersebut dari
resiko  bahaya di tempat kerja. Jenis APD/PPE yang diperlukan dalam berbagai aktivitas kerja di industri sangat tergantung pada
aktivitas yang dilakukan dan jenis bahaya yang terpapar.

Gurusinga, Jefriyadi.2014. Alat Pelindungan Diri. Yogyakarta

Kesadaran para pekerja akan penggunaan alat pelindung diri (APD) dalam bekerja ternyata masih sangat rendah. Berdasarkan
temuan dari survei yang penulis lakukan sejak tahun 2014, sampai saat ini banyak sekali ditemukan kesalahan dan kekurangan dalam
menggunakan APD di berbagai perusahaan baik lokal maupun yang berskala international. Ada dua factor utama yang melatar
belakangi masalah ini yaitu rendahnya tanggung jawab management terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja dan rendahnya
tingkat kesadaran para pekerja dalam menggunakan APD.

Gurusinga, Jefriyadi.2014. Alat Pelindungan Diri. Yogyakarta

Menurut peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi tentang alat pelindung diri yang disahkan pada tanggal 06 Juli
2010 tertera pada pasal 4 yang menjelaskan tentang penggunaan alat pelindung diri (APD/PPE) yang berisi:
Pasal 4
(1) APD wajib digunakan di tempat kerja di mana:
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya yang dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan bahan atau barang yang dapat meledak,
mudah terbakar, korosif, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi atau bersuhu rendah;
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya
termasuk bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau di mana dilakukan pekerjaan
persiapan;
d. dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya,
peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;
e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan batu-batuan, gas, minyak, panas bumi, atau mineral lainnya, baik di
permukaan, di dalam bumi maupun di dasar perairan;
f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air
maupun di udara;
g. dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun, bandar udara dan gudang;
h. dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;
i. dilakukan pekerjaan pada ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan;
j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah;
k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau
terperosok, hanyut atau terpelanting;
l. dilakukan pekerjaan dalam ruang terbatas tangki, sumur atau lubang;
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara
atau getaran;
n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
o. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan telekomunikasi radio, radar, televisi, atau telepon;
p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset yang menggunakan alat teknis;
q. dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air; dan r.
diselenggarakan rekreasi yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.

(2) Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan atau Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat mewajibkan penggunaan APD di tempat
kerja selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

https://jdih.kemnaker.go.id/data_puu/peraturan_file_PER08.pdf

2.5 Pentingnya Penggunaan Personal Protect Equipment

1. Mengapa memakai APD demikian perlu?


Ditulis website hse. gov. uk, usaha yang baiknya dikerjakan perusahaan untuk membuat lingkungan kerja yang
aman, yaitu meliputi proses instruksi, prosedur, kursus serta pengawasan untuk mendorong kebanyakan orang bekerja
dengan aman serta bertanggungjawab. Dalam hal semacam ini, APD juga jadi sisi perlu untuk membuat lingkungan kerja
yang aman. APD bermanfaat untuk kurangi resiko cedera atau penyakit karena kerja (PAK) untuk pekerja yang
dikarenakan oleh bahaya yang berada di tempat kerja.
Bahkan juga saat rekayasa tehnologi serta system kerja aman yang lain telah dikerjakan, sebagian bahaya masih
tetap diketemukan di ruang kerja. Bahaya ini mencakup bahaya yang menyebabkan cedera pada kepala serta kaki, mata,
paru-paru, badan serta kulit. Di sinilah APD selanjutnya begitu perlu dipakai jadi usaha paling akhir untuk meminimalisir
resiko cedera, sesudah manajemen melakukan pengendalian resiko yang lain. Alat pelindung diri seharusnya selalu
dikenakan dalam setiap hal yang berhubungan dengan pekerjaan. Karena seseorang tidak bisa mengetahui apa yang akan
terjadi, yang bisa dilakukan hanyalah mencegah dan mengantisipasi supaya kecelakaan tidak terjadi.

Dyah, Novia. 2019.Pentingnya Penggunaan Alat Pelindung Diri. Cilegon


5
2. Kapan saat yang pas memakai APD?
Pekerja mesti memakai APD sesuai sama prosedur yang diaplikasikan di perusahaan mereka semasing, yang
beberapa besar ikuti ketentuan pemerintah setempat. Dalam hal semacam ini, baik entrepreneur, supervisor, ataupun pekerja
mesti mengerti kalau APD dipakai jadi 'upaya paling akhir. Pengendalian resiko yang lain, seperti eliminasi, substitusi,
rekayasa tehnologi serta kontrol administratif mesti dikerjakan terlebih dulu.
Apabila aksi itu tidak terwujud dengan baik atau kurang maksimum, baru APD dipakai membuat perlindungan
pekerja dari resiko kesehatan serta keselamatan kerja. Terdapat banyak argumen kenapa APD dipandang jadi usaha paling
akhir dalam pengendalian resiko : APD cuma membuat perlindungan pemakainya, sedang pengendalian resiko yang beda
bisa membuat perlindungan kebanyakan orang ditempat kerja Dengan teori serta praktik, tingkat perlindungan maximum
pemakaian APD susah dinilai serta diraih. Perlindungan efisien cuma bisa diraih dengan pilih APD yang sesuai sama serta
dipakai dengan benar, dijaga serta ditukar dengan teratur sesuai sama kebijakan yang berlaku. APD bisa membatasi
mobilitas, jarak pandang atau perlengkapan penambahan yang dibawa pemakainya, yang punya potensi dapat membuat
bahaya yang lain.

Dyah, Novia. 2019.Pentingnya Penggunaan Alat Pelindung Diri. Cilegon

3. Apa resiko yang terjadi jika mengabaikan Alat Pelindung Diri


Melindungi diri dari resiko pekerjaan bukan hanya untuk keselamatan pribadi saja. Perlindungan diri juga harus
memperhatikan keselamatan orang lain. Kelalaian yang kita lakukan mungkin saja tidak membahayakan diri kita namun
dapat membahayakan orang lain. Maka kepedulian antar sesama pekerja harus ditingkatkan. Begitu juga dengan
penggunaan alat pelindung diri.
Berikut 3 hal yang dapat terjadi jika Anda meremehkan fungsi alat pelindung diri:
a. Kaki yang tidak menggunakan sepatu safety sebagai alat pelindung diri akan lebih beresiko menimbulkan cedera.
Sepatu yang Anda gunakan saat bekerja tidak bisa Anda samakan dengan sepatu yang biasa Anda gunakan saat
berjalan di Mall atau rekreasi. Perlindungan kaki saat melakukan pekerjaan malah akan jauh lebih beresiko untuk
menyebabkan cedera, terutama cedera pada ujung kaki yang disebabkan tidak adanya fitur pelindung ujung kaki pada
sepatu yang digunakan pekerja. Selain itu jika ditelusuri lebih lanjut, benda-benda tajam di area pekerjaan sangat
banyak dan sangat berisiko bagi telapak kaki Anda. Banyak hal berbahaya yang mampu diminimalisir jika kita paham
betul apa sesungguhnya fungsi sepatu safety diciptakan.

Dyah, Novia. 2019.Pentingnya Penggunaan Alat Pelindung Diri. Cilegon

b. Telinga tidak berfungsi dengan baik dikarenakan menghiraukan penggunaan pelindung pendengaran.
Pengawas pekerja pabrik sering sekali mendapati karyawan mereka dengan sengaja lalai dalam menggunakan alat
pelindung pendengaran. Padahal, tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh mesin pabrik tidak dapat disesuaikan dengan
baik oleh telinga manusia. Jika terus menerus terpapar polusi suara yang melebihi batas jangkauan pendengaran
manusia, yaitu 40-50 dB, telinga kita akan mengalami kerusakan non-permanen. Gunakanlah earplug ataupun earmuff
untuk terhindar dari resiko ini.
Dyah, Novia. 2019.Pentingnya Penggunaan Alat Pelindung Diri. Cilegon

c. Saluran pernafasan terkontaminasi zat-zat berbahaya di udara seperti logam dan lain sebagainya.
Pabrik yang memproduksi benda-benda yang mengandung logam dapat mengeluarkan polusi Nitrogen Oksida
(NOx). Nitrogen Oksida (NOx) adalah salah satu jenis bahan pencemar udara, di samping bahan pencemaran udara
lainnya seperti debu, CO, SO2 dan lain-lain. Baik secara sendiri atau bersamaan dapat menimbulkan gangguan pada
manusia, hewan dan tumbuhan serta benda-benda lainnya. Maka dari itu, proses pembakaran di industri logam tentu
menjadi produsen Nitrogen Oksida dalam jumlah besar. Maka solusi yang tepat adalah menggunakan masker yang
mampu menetralisir polusi tersebut seperti jenis masker carbon active ataupun microfiber.
Dyah, Novia. 2019.Pentingnya Penggunaan Alat Pelindung Diri. Cilegon

d. Mata akan terkena paparan berbagai jenis debu


Jika anda mengalami mata minus,plus, silinder boleh menggunakan kacamata untuk kelainan mata tersebut, tapi
harus di double dengan kacamata safety, disesuaikan dengan jenis pekerjaannya. Kita tidak tahu berbagai macam debu
apa yang sedang bertebaran meskipun kita tidak melakukan pekerjaan. Jadi tidak ada salahnya jika kita mengenakan
kacamata safety untuk berjaga-jaga. Lokasi pekerjaan seperti tambang, konstruksi, laboraturium biasanya selalu di
kelilingi dengan bahaya berupa partikel-partikel seperti debu, radiasi, dan benda kecil yang ada di udara dan berpotensi
akan mencederai mata jika tidak dilindungi kacamata.
Dyah, Novia. 2019.Pentingnya Penggunaan Alat Pelindung Diri. Cilegon

Iritasi bahkan kebutaan dapat terjadi jika mata tidak dilindungi. Maka segera gunakan kacamata safety sebagai
upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja. Bahaya yang bisa terjadi jika tidak menggunakan kacamata safety maka
Anda mengalami luka mata lapisan luar mata, atau keratitis dan dampak tersebut harus ditangani oleh dokter ahli. Jika
tidak diobati, atau jika infeksi semakin parah, keratitis dapat mengakibatkan komplikasi serius yang secara permanen
dapat merusak penglihatan. Cahaya dan sinar yang berbahaya selama proses pengelasan akan timbul cahaya dan sinar
yang dapat membahayakan juru las dan pekerja lain yang ada di sekitar pengelasan. Cahaya tersebut meliputi cahaya
yang dapat dilihat atau cahaya tampak, sinar ultraviolet dan sinar inframerah.
Dyah, Novia. 2019.Pentingnya Penggunaan Alat Pelindung Diri. Cilegon

e. Kepala akan kejatuhan benda


Untuk hal pemakaian helm safety sendiri sangat sering terjadi beragam jenis insiden kecil ataupun besar seperti
bentrokan atau tertimpa benda yang jatuh. Setelah terjadi hal seperti itu biasanya helm safety akan alami sedikit
rusaknya, atau tingkat kelayakannya yang menyusut untuk kembali dipakai. Baiknya sekecil apa pun rusaknya yang
terdapat pada helm safety, sangat dianjurkan untuk ditukar dengan helm safety yang baru. Dan janganlah memakai
helm safety yang telah terdapat cacat atau rusaknya, karena akan menyebabkan fatal juga, dan bahkan juga
menyingkirkan manfaat yang sesungguhnya untuk pelindung diri. Gunakan juga alat pelindung lain selain helm safety,
karena seluruh bagian tubuh anda harus benar-benar dilindungi saat bekerja. Seperti penggunaan baju keselamatan,
kacamata keselamatan, sepatu safety, dll.

6
Dyah, Novia. 2019.Pentingnya Penggunaan Alat Pelindung Diri. Cilegon

2.6 Kekurangan dan Kelebihan Personal Protect Equipment (PPE)

1. Kekurangan PPE

Beberapa kelemahan alat pelindung diri antara lain :

1) Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena (memakai APD yang kurang tepat,
cara pemakaian APD yang salah, APD tak memenuhi persyaratan standar).
2) APD yang sangat sensitif terhadap perubahan tertentu.
3) APD yang mempunyai masa kerja tertentu seperti kanister, filter dan penyerap
(cartridge).
4) APD dapat menularkan penyakit, bila dipakai berganti- ganti.
5) Tidak menjamin pemakainya bebas kecelakaan karena hanya melindungi bukan mencegah.

2. Kelebihan PPE
1. Mengurangi resiko akibat kecelakaan kerja yang terjadi baik disengaja atau tidak.
2. Melindungi seluruh bagian tubuhnya pada kecelakaan
3. Sebagai usaha terakhir apabila system pengendalian teknik dan administrasi tidak berfungsi dengan baik.

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

2.7 Jenis – Jenis Personal Protect Equipment (PPE)

1. Pelindung Kepala
Safety helmet melindungi kepala dari benda keras, pukulan dan benturan, terjatuh dan terkena arus listrik. APD ini juga
berfungsi melindungi kepala dari kebakaran, korosif, uap-uap, panas atau dingin, zat-zat kimia berbahaya, dari berbagai
iklim. Alat pelindung kepala harus memenuhi standar Z89.1--2003.

Pelindung kepala yang di kenal ada 4 jenis yaitu :


a. Kelas A: Hard hat kelas A dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh dan melindungi dari arus listrik sampai
2.200 volt.
b. Kelas B: Hard hat kelas B dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jauh dan melindungi dari arus listrik hingga
20.000 volt.
c. Kelas C : Hard hat kelas C dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh tetapi tidak melindungi dari kejutan
listrik dan tidak melindungi dari bahan korosif.

Gambar 2.2. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

d. Bumb Cap
Bumb cap dibuat dari plastik dengan berat cukup ringan untuk melindungi kepala dari tabrakan dengan benda menonjol.
Alat ini tidak menggunakan sistem suspense, hanya berfungsi sebagai pelindung kepala.

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

7
Gambar 2.3. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

a. Helm proyek harus standar ANSI Z.89.1-2014 atau minimal standar SNI atau MSA Import.
b. Model helm adalah V-Guard dan dilengkapi dengan tali dagu karet serta model otomatis untuk mengencangkan
suspensi helm.
c. Helm dilarang untuk dicat (karena akan bersenyawa dengan cat) dan dilarang ditulis dengan spidol.
d. Catat tanggal pembelian pada bagian dalam helm dan di buku catatan.
e. Masa pakai helm paling lama adalah 5 tahun setelah itu harus diganti baru.
f. Helm yang rusak atau terkena dampak (kejatuhan benda) harus diganti.
g. Cek kondisi helm minimal setiap 2 minggu sekali, ganti bila cacat atau rusak.

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

Seperti yang kita ketahui bahwa safety helmet memiliki beberapa warna, warna-warna tersebut memeiliki arti tersendiri.
Berikut adalah arti dari warna-warna yang ada pada safety helmet:

Gambar 2.4. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

2. Pelindung Kaki
Sepatu keselamatan kerja dipergunakan melindungi kaki dari bahaya kejatuhan benda berat, percikan cairan dan tertusuk
oleh benda-benda tajam. Pelindung kaki harus memenuhi standar ANSI dengan syarat :
a. Sepatu berujung baja tahan tubrukan, penetrasi, tekanan, dll.
b. Sepatu dengan sol anti gelincir dan non-skid.
c. Tahan kimia (karet, vinil, plastik jahitan sintesis untuk menolak penetrasi kimia) Anti-statis, tahan suhu
tinggi, pelindung listrik dan kedap air.
d. Sepatu kombinasi
Beberapa jenis alat pelindung kaki berdasarkan penggunaanya berdasarkan gambar 3.22.
8
(a) (b)
Gambar 2.5. (a) Jenis Sepatu Pelindung Standar ANSI dan

(b) Beberapa Type Alat Pelindung Kaki

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

Gambar 2.6. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

a. Sepatu keselamatan harus standar ANSI Z.41-1999 atau minimal standar SNI 7079-2009 dan SNI 0111-2009.
b. Sepatu untuk pekerjaan galian dan pengecoran dapat digunakan sepatu karet biasa.
c. Sepatu untuk pekerjaan konstruksi lain harus menggunakan sepatu dengan pelindung jari yang terbuat dari baja, dan
anti tergelincir.
d. Catat tanggal pembelian pada buku catatan.
e. Masa pakai sepatu paling lama adalah 3 tahun, setelah itu harus diganti baru.
f. Cek kondisi sepatu minimal setiap 2 minggu sekali, ganti bila cacat atau rusak.

Di bawah ini manfaat serta persyaratan dari Sepatu Safety:

 Menghindari terlukanya jari-jari kaki dari hantaman, tusukan atau timpaan benda yang berat serta keras ketika
berlangsung kecelakaan kerja. Oleh karenanya di bagian depan Sepatu Safety di beri pelindung dari lempengan baja.
 Menghindari luka bakar pada kaki pekerja ketika terserang paparan api atau panas. Oleh karenanya Safety Shoes terbuat
dari Kulit asli (Genuine Leather) yang tahan pada api pada derajat panas spesifik serta lama paparan yang telah penuhi
standard.
 Menghindari terjadinya slip atau terpeleset lantaran licin ketika mencapai oli atau minyak yang ada pada lingkungan
pekerjaan. Oleh Karenanya sisi Sol dari sepatu safety terbuat dari komponen yang Oil Resistance serta tidak tipis.

Cara perawatan untuk sepatu safety (safety shoes):

 Simpanlah sepatu safety dengan suhu yang kering; Sepatu safety terbuat dari bahan kulit yang berakibat akan membuat
sepatu berjamur jika di simpan di tempat yang lembab.
 Selalu rutin untuk mencuci dan menyemir sepatu safety; Jika sepatu jarang anda suci dan di semir akan membuat sepatu
jadi kotor. Sepatu akan menjadi cepat rusak jika terlalu lama dalam keadaan kotor karena kuman-kuman yang ada di
sepatu akan menggerogoti kulit sepatu safety, Selain itu juga tidak membuat nyaman saat bekerja karena sepatu yang
kotor.
 Cucilah sepatu dengan bahan-bahan kimia yang tidak terlalu keras; Gunakan deterjen dengan bahan yang keras. Cucilah
sepatu dengan bahan yang tidak terlalu keras. Jikamencuci dengan deterjen ataupun sabun yang mempunyai bahan kimia
yang keras akan membuat bahan pewarna pada kulit sepatu menjadi luntur.
 Gunakan pembersih khusus sepatu; Jika sepatu safety berjamur semprotlah sepatu safety dengan pembersih khusus.
Atau bisa membersihkan dengan air bersih lalu gosok dengan sikat yang lembut seperti sikat gigi, lakukan secara
perlahan. Kemudian bilas dengan air bersih. Untuk mengeringkan jangan di keringkan langsung dibawah sinar matahari.
Gunakanlah kipas angin untuk mengeringkannya.
 Jangan menjemur sepatu dengan suhu panas berlebihan; Jemurlah sepatu Jika sepatu sudah terlalu kotor anda boleh
membersihkannya dengan cara cara tersebut, namun saat menjemur sepatu harus perhatikan saat menjemurnya. Jika
ingin menjemur di bawah sinar matahari antara jam 7 sampai jam 11 siang. Jangan terlalu lama saat menjemur sepatu
karena jika terlalu lama bahan karet pada sepatu anda akan meleleh atau akan lembek
 Jangan biasakan memakai sepatu safety dalam keadaan basah; Jika memakai sepatu safety dalam kaki basah akan
menyebabkan dban atau penyebaran bakteri secara cepat. Jika bakteri sudah menyebar maka sepatu akan cepat bau dan
dapat menyebarkan penyakit.

9
 Baiknya anda gunakan semprotan khusus untuk sepatu seperti (shoes spray); Cara menggunakannya yaitu semprotkan di
seleruh bagian dalam dan luar sepatu lalu diamkan selama kurang lebih 10 menit agar zat pada shoes spray melekat, lalu
dapat gunakan sepatu safety anda dengan kondisi nyaman dan wangi.

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

3. Pelindung Mata dan Wajah


Pelindung mata dan wajah dibagi atas (1) perlindungan primer berupa kacamata
melindungi dari obyek yang terbang dan (2) pelindung sekunder merupakan kombinasi
pelindung wajah kaca mata atau gogel. Persyaratan alat pelindung mata dan wajah yaitu
(a) memenuhi Amerika National Standars Institute : ANSI Z87.1-1989, (b) karyawan
berkacamata atau lensa preskripsi wajib mengenakan pelindung mata (safety glasses).
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang.

a. Pelindung Mata

G a m b a r 2 . 7 .
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

1. Semua pekerja dan orang yang memasuki proyek harus menggunakan pelindung mata.
2. Pelindung standar adalah kacamata pengaman Kings KY1151 sesuai standar ANSI Z.87.1-2010
3. Pekerjaan yang berbahaya terhadap mata, seperti pengelasan, pemotongan, dan gerinda harus menggunakan
pelindung mata yang sesuai.
4. Pekerjaan pemotongan tiang pancang harus menggunakan pelindung mata

b. Pelindung
Wajah

Gambar 2.8. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

1. Pekerjaan yang spesifik membahayakan muka pekerja (pekerjaan pengelasan, pemotongan, gerinda, dll.) harus
menggunakan pelindung muka sesuai standar ANSI Z.87.1-2010.
2. Pekerjaan pengelasan dan pemotongan baik dengan trafo las maupun las potong harus menggunakan masker
pengelasan
3. Pekerjaan gerinda dan alat portabel yang berputar lainnya (mesin senai, sekop, dll.) pada area terbuka harus
menggunakan tameng wajah yang dikombinasikan dengan helm, sedangkan pekerjaan di bengkel kerja dapat
menggunakan tameng wajah biasa
4. Cek APD sebelum digunakan, jangan menggunakan APD yang rusak.

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

10
Tabel 2.1 Penilaian Bahaya pada Mata dan Wajah
Bahaya Tipe Bahaya Jenis Kerjaan Terkait
Tubrukan Benda terbang seperti serpihan Memotong, menggerinda,
besar, potongan, partikel, pasir memperbaiki mesin, pertukangan
dan lumpur batu, kayu, menggergaji,
mengebor,
mengeling, menghambur pasir

Panas Apapun yang mengeluarkan Pengoperasian tungku,


panas yang ekstrim penuangan logam,
pembenaman panas,
pengelasan,

Bahan Kimia Percikan, asap, uap dan kabut Penanganan asam dan bahan
yang menimbulkan iritasi kimia, degreasing, penyepuhan,
dan bekerja
dengan darah A

Debu Debu berbahaya Bekerja dengan kayu, pengilapan,


dan kondisi
berdebu secara umum
Radiasi Energi radian, silauan, dan sinar Pengelasan, pemotongan- torch,
Optik yang kuat pematrian, penyo
deran dan kerja laser

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

 Jenis-jenis alat pelindung mata dan wajah

a. Goggles
Goggles melindungi mata dengan karateristik terpasang dekat wajah dan mengitari
area mata. APD ini melindungi lebih baik jika terjadi kecelakaan seperti percikan cairan,
uap logam uap, serbuk dan debu agar tetap aman dan kecelakaan dapat diminimalkan.

Gambar 2.9. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang
b. Face Shield

Face shield memberikan perlindungan wajah menyeluruh dan sering digunakan pada
operasi peleburan logam, percikan bahan kimia atau partikel yang melayang. Peralatan
ini hanya melindungi wajah sehingga pemakaian safety glasses pengaman harus
dikombinasi.

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

Gambar 2.10. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

c. Welding Helmets
Alat pelindung wajah yang lain adalah welding helmets (topeng las) berfungsi
memberikan perlindungan pada wajah dan mata. Welding Helmets digunakan pada
proses pengelasan yang berfungsi sebagai pelindung sekunder untuk melindungi diri
11
dari UV, panas dan tubrukan.

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

Gambar 2.11. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

d. Masker Wajah
Masker berfungsi untuk melindungi hidung dari zat-zat berbau, menyengat, dan debu. Jenis-jenis
maker disajikan pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.12. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

 Beberapa Langkah Perlindungan Mata dan Wajah


Beberapa langkah perlindungan mata dan wajah yaitu pencucian mata dengan
peralatan sesuai standar peraturan Amerika Serikat (AS) : 29 CFR 1910.151(c) dan ANSI
Z358.1- . Jenis peralatan pencucian mata dan wajah.
a. Pencucian Mata dan muka
Prinsip alat pencuci yaitu kran dinyalahkan dan pastikan air kran diarahkan ke
kelopak mata yang terkena percikan. Pencucian dilakukan hingga tidak terasa lagi
perih akibat kotoran ataupun zat lain.

Gambar 2.13. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

b. Shower
Prinsip alat ini cukup menarik bandle dan air akan keluar. Standar : ANSI Z358.1-2004

Gambar 2.14.Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

12
c. Drench hose
Alat ini memiliki kemiripian dengan alat pencuci mata, drench hose pencucian
langsung diarahkan ke mata bermasalah.

Gambar 2.15. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

4. Pelindung Jatuh Dari Ketinggian

Gambar 2.16. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

a. Sabuk pengaman tubuh dan sabuk keselamatan yang digunakan harus memenuhi standar ANSI Z.359.1-2016 atau
standar SNI.
b. Kait yang digunakan untuk sabuk pengaman tubuh atau sabuk keselamatan harus menggunakan kait yang besar.
c. Penggunaan sabuk pengaman tubuh dan sabuk keselamatan
d. Panjang tali koneksi tidak boleh lebih dari 1,7 m.
e. Setiap pekerjaan di ketinggian lebih dari 1,8 m harus menggunakan sabuk pengaman tubuh dan pengait dikaitkan
minimal harus di atas pinggang
f. Setiap pekerjaan di ketinggian harus terpasang tali keselamatan horizontal dari pipa galvanis atau tali bantu angkat (tali
baja atau tali serat) dia. 8 mm untuk mengaitkan kait pada sabuk pengaman tubuh
g. Bila menggunakan tali bantu angkat, 1 tali bantu angkat dilarang digunakan untuk 2 sabuk pengaman tubuh
h. Tali keselamatan vertikal untuk operator kran menara atau gondola atau pekerjaan struktur baja, sabuk pengaman tubuh
harus dikaitkan menggunakan kelengkapan untuk turun dari ketinggian dengan tali yang terdiri dari karmantel statis
diameter minimum 8 mm, karabiner dan pemberhentian otomatis.
i. Pengait sabuk keselamatan pada penggunaan, harus dikaitkan pada angkur atau bagian struktur bangunan yang kuat.

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

5. Pelindung Tangan
Sarung tangan merupakan alat pelindung diri dengan fungsi utama melindungi tangan dari
luka lecet, luka teriris, luka terkena bahan kimia dan terhadap temperatur ekstrim. Teknik
pemilihan sarung tangan pada Tabel 3.2.

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

13
Gambar 2.17. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

a. Semua pekerja harus menggunakan sarung tangan sesuai standar SNI-06-0652-2015.


b. Pekerja pada umumnya harus menggunakan sarung tangan katun min. 8 benang
c. Pekerjaan yang lebih kasar, seperti tukang besi, baja, bekisting, penanganan tali baja, kawat, dll, harus
menggunakan sarung tangan kombinasi
d. Pekerjaan pengelasan, pemotongan, dan gerinda harus menggunakan sarung tangan kulit
e. Pekerjaan dengan bahan kimia dan beracun harus menggunakan sarung tangan tahan kimia (bahan vynil, PVC,
nitril, dll.)
f. Teknisi listrik harus menggunakan sarung tangan tahan listrik min. 5KV
g. Cek kondisi sarung tangan setiap akan digunakan, ganti bila cacat atau rusak.

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

 Jenis-jenis alat pelindung tangan

Jenis sarung tangan berdasarkan bahan dasar pembuatan sarung tangan dan
kegunaannya, yaitu :
a. Kevlar-trated gloves
Terbuat dari wall dan dilapisi bahan anti api bertujuan melindungi dari kebakaran
dan terpapar panas secara terus menerus.

b. Metal-mesh gloves
Berbahan dasar wall dikombinasi logam dan fiber digunakan karyawan yang bekerja
dengan pisau dan benda-benda tajam.

c. Rubber gloves
Sarung tangan ini terbuat dari dari karet befungsi melindungi dari listrik. Alat
pelindung tangan ini harus di tes kekuatan listriknya.

Gambar 2.18. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

d. Rubber neoprene or vinyl gloves

14
Material bahan ini seperti dengan type C dengan tambahan bahan kimia berupa
neoprene atau vinyl. Sarung tangan ini digunakan dalam penggunaan bahan kimia
korosif, seperti aromatk,ester, keton dan klorin.

e. Leather gloves

Gambar 2.19. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

Bahan dasar leather gloves adalah kulit dan karet dilengkapi bantalan sehingga
tahan terhadap percikan api, panas yang sedang, benda kasar, objek yang keras dan
pukulan. Secara umum digunakan pekerjaan berat.

f. Chrome-tanned cowhide leather


Sarung tangan type ini digunakan para pekerja penekan besi yang melekat pada
tapal tangan dan jari untuk pengecoran pada pabrik baja.

g. Catton or fabric gloves


Sarung tangan jenis ini terbuat dari katun digunakan melindungi tangan. Ciri khas
APD ini sangat halus dan lembut bertujuan menghindari sentuhan langsung terhadap
objek kasar, tajam atau material berat.

Gambar 2.20. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

h. Coated fabric gloves


Bahan dasar berupa karet sintesisis berfungsi melindungi dari bahan kimia
konsentrasi sedang. Sarung tangan direkomendasi karyawan pada industri
pengalengan, pengepakan, penanganan, dan pangan lainnya.

i. Heated industrial gloves


Jenis sarung tangan ini digunakan pada lingkungan kerja kondisi panas.

(a) (b)
Gambar (a) Coated Fabric Gloves, (b) Heated Industrial Gloves

Gambar 2.21. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

j. Hand leathers atau bantalan tangan


Sarung tangan berbahan katun halus dan dilengkapi bantalan, digunakan

15
pengendara kendaraan dua maupun pekerja yang kasar.

k. Butil Gloves
Karet sintesis dari polibutil, penolakan permeasi paling tinggi terhadap gas atau
uap air. Kegunaan untuk pekerja pada bahan kimia Keton dan ester.

(a) (b)
Gambar (a) Hand Leather Gloves dan (b) Butil Gloves

Gambar 2.22. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

l. Viton Gloves
Sangat resisten terhadap permeasi oleh pelarut berklorin dan aromatik. Sarung
tangan jenis ini dapat digunakan ketika bekerja dengan pelarut air.
m. Nitril Gloves
Berbahan karet alkilonitril-butadiena dan mengganti lateks. Jenis sarung tangan ini
melindungi tangan terhadap asam, basa, minyak, pelarut hidrokarbon alifatik ester dan
lemak.

n. Neoprena Gloves dan Polivinil Klorida (PVC) Gloves

Penggunaan sarung tangan ini terbatas untuk aldehid dan keton serta melindungi
dari asam, akustik, DMSO dan mengganti pengunaan lateks.

(a) (b) (c)


Gambar 2.23. (a) Viton Gloves , (b) Neoprena dan

(c) Polivinil Klorida Gloves

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

Lateks karet adalah karet alami dari pohon heavea brasiliensis dengan rute paparan
di tempat kerja melalui penyerapan protein lateks terhadap kulit. Alergi pada sarung tangan
dapat berpindah ke jaringan dalam tubuh karyawan. Gejala dapat terjadi dalam beberapa
menit atau jam tergantung pada masing-masing personal dengan ciri yaitu
(1) Kulit kemerahan, (2) Demam gatal (hive), (3) gatal dan (4) gejala pernapasan seperti
hidung mimisan, mata gatal, tenggorakan gatal (scratchy) dan asma.

Gambar 2.24.Tangan Alergi Lateks

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

16
 Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan yaitu :
(1) Menggunakan sarung tangan non-lateks,
(2) Jika memilih sarung tangan lateks, gunakan versi bebas bubuk,
(3) ketika menggunakan sarung tangan jangan memakai krim tangan, losion bebas minyak,
(4) kenali gejala alergi lateks dan
(5) selalu mencuci tangan setelah melepas sarung tangan. Pengunaan sarung tangan tergantung dari jenis
tergantung bahan dasar dan teknik pelepasannya diilustrasikan pada Gambar dibawah ini:

Gambar.2.25. Teknik Melepas Sarung Tangan

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

6. Pelindung Pendengaran
Alat pelindung telinga dibedakan atas jenis atenuasinya yaitu pada frekuensi 2800–4000 Hz
sampai 42 dB (35–45 dB). Frekuensi biasa yaitu 25-30 dB pada keadaan khusus dapat
dikombinasikan antara tutup telinga dan sumbat telinga sehingga dapat atenuasi
ditingkat lebih tinggi tetap kurang dari 50 dB, disebabkan hantaran suara melalui tulang
masih ada.

Gambar 2.26. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

a. Jika bekerja pada level bising di atas 85 dB untuk pemajanan selama 8 jam harus menggunakan pelindung telinga
(sumbat telinga atau penutup telinga).
b. Sumbat telinga adalah sumbat yang dimasukkan ke liang telinga.
c. Sumbat telinga harus terbuat dari bahan karet atau plastik lunak dan harus dapat mereduksi bising X-85 dB (X
adalah intensitas bising yang diterima pekerja).
d. Penutup telinga adalah penutup seluruh telinga yang dapat mereduksi bising sebesar 35-45 dB.
e. Periksa sumbat telinga atau penutup telinga sebelum digunakan, pastikan dalam kondisi bersih dan simpan kembali
ke dalam kotak setelah digunakan setelah dibersihkan.

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

7. Pelindung Pernapasan
Alat pelindung pernapasan memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya
seperti kekurangan oksigen dan pencemaran oleh partikel debu, kabut, asap dan uap logam
serta pencemaran oleh gas atau uap. Alat pelindung pernapasan ditunjukkan pada Gambar 1
dan Gambar 2.

17
Gambar 2.27. Alat Pelindung Pernapasan

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

Gambar 2.28. Jenis Alat Pemurni Udara

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

a. Pekerjaan yang berpotensi terpajan debu, asap, uap atau gas harus menggunakan pelindung pernapasan.
b. Masker dan respirator harus digunakan disesuaikan dengan pekerjaan dan potensi kontaminasi atau gangguan
pernapasan.
c. Untuk pelindung debu dapat digunakan masker sekali pakai yang terbuat dari katun, kertas atau kasa.
d. Untuk pelindung gas, uap dan asap harus menggunakan respirator dengan penyaring yang sesuai.
e. Pada pekerjaan di ruang terbatas atau area yang terkontaminasi gas harus menggunakan SCBA (alat bantu
pernapasan)

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

Pengunaan katrij pada respirator teknik pemilihan dan faktor perlindungan respirator,
disajikan di Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 2.2.: Jenis katrij dan komposisi

Katrij Komposisi/Uraian

Uap organik

Uap organik dan gas alam

Amoniak, metilamin, dan P100


setiap filter partikular 99,97%
efisiensi filter
minimal

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

Tabel 2.3.: Faktor Perlindungan Dan Jenis Respirator

Jenis Masker Masker Penuh Helm/ Penuh


Respirator Seperem Paruh Wajah Sungkup Wajah
pat Wajah Fiting
Lepas

1 2 3 4 5 6
Pemurni Udara 5 10 50 - -

PAPR - 50 1.000 25/1.000 25


1 2 3 4 5 6
Pasokan
/saluran udara
 Permintaan - 10 50 - -
 Aliran - 50 1.000 25/1000 25
Kontinu
 Permintaan - 50 1.000 - -
Teknan
SCBA
 Permintaan - 10 50 50 -
 Permintaan 10.000 10.000 -
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

18
Udara suplay pada alat pelindung pernapasan harus memenuhi kualitas sesuai standar yaitu (a)
Udara pernapasan bertekanan minimal Tipe 1-kadar D (ANSI/CGA G-7.1.1989) berisi oksigen 19.5-

23.5%, Hidrokarbon 5 mg/m 3, CO< 10 ppm, CO2 1.000 ppm, tidak berbau. (b) Kompresor
memiliki bed dan filter penyerap pemurni udara in-line.

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

Peralatan disesuaikan fungsi dan memiliki saluran udara. Jenis Pasokan udara dapat
dilihat pada Gambar dibawah ini.

Gambar 2.29. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

8. Pakaian Pelindung

Penggunaan pakaian pelindung tubuh diwajibkan sebabkan beberapa akibat yaitu


(1) bahan kimia berbahaya,
(2) bahaya berpotensi infeksi,
(3) panas yang sangat kuat dan
(4) percikan logam panas dan cairan panas. Pelindung tubuh berdasarkan tanggapan darurat dibagi dalam 4
kategori yaitu Kelas A, Kelas B, Kelas C dan Kelas D.

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

Gambar.2.30. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

a. Kelas A
Potensi pajanan atau paparan pada bahan yang tidak diketahui. Pelindung kulit, pernapasan dan mata
level tertinggi. Alat pernapasan mandiri atau respirator pasokan udara positif. Kedap udara, sarung
tangan dan sepatu tahan bahan kimia (luar dan dalam).
b. Kelas B
Uap air atmosfer, level tetinggi perlindungan pernapasan dengan tingkat keamanan
perlindungan kulit terendah. Alat pernapasan mandiri, pelindung penuh wajah
tekanan positif. Pakaian tahan bahan kimia atau coverall, sarung tangan dan sepatu
tahan bahan kimia.
c. Kelas C
Konsentrasi kontaminan diketahui, respirator pemurni udara penuh wajah diizinkan
dengan perlindungan kulit lebih rendah. Sarung tangan, helm pengaman, masker,
sarung tangan dan sepatu tahan bahan kimia. Perbedaan kelas A dan B pada
perlindungan pernapasan.
d. Kelas D
Pelindung minimal, tidak ada pelindung pernapasan dan kulit.

19
Gambar 2.31. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

a. Semua pekerja dan orang yang memasuki proyek harus menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang yang
baik, tidak robek atau bolong-bolong.
b. Pelindung lengan dari kulit atau pakaian pelindung tahan api harus dipakai pada pekerjaan pengelasan, pemotongan
atau gerinda bila diperlukan.
c. Pada saat hujan, pekerja harus menggunakan jas hujan

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

Setiap profesi mungkin memerlukan pakaian pelindung dengan spesifikasi tertentu. Berdasarkan lingkungan kerjanya, pakaian
pelindung dapat dibagi menjadi 5, yaitu sebagai berikut:
a. Pakaian pelindung dengan bahan tahan air (waterproof)

Sesuai dengan bahannya, pakaian pelindung ini digunakan oleh personel yang melakukan pekerjaan di area basah atau lembap
b. Pakaian pelindung dengan bahan tahan api (flame resistant clothing)

Pakaian pelindung tahan api terbuat dari bahan tahan api atau flame resistant material. Bahan tahan api tidak berarti bahwa bahan
tersebut tidak dapat terbakar oleh api sama sekali. Istilah flame resistant mengacu pada bahan tersebut terbakar dengan sangat
lambat atau padam dengan sendirinya (self extinguish).
Bahan tahan api sulit menjadi bahan bakar bagi api dan akan menyingkirkan oksigen di sekitar bahan. Sebagai akibatnya, api tidak
memiliki bahan bakar dan oksigen untuk terus menyala.
c. Pakaian pelindung dengan visibilitas tinggi

High-visibility safety coverall digunakan pada lingkungan kerja dengan penerangan minim atau sering dilalui oleh kendaraan.
Pakaian pelindung ini ditambahkan fitur-fitur tertentu sehingga pemakai mudah terlihat atau diidentifikasi orang lain. Fitur yang
biasa digunakan berupa pita atau garis retroreflective.
d. Pakaian pelindung dengan fitur tambahan di bagian lutut

Fitur tambahan di bagian lutut bertujuan untuk melindungi lutut dari tekanan pekerjaan. Pakaian pelindung ini digunakan bagi
personel yang melakukan aktivitas pekerjaannya secara membungkuk atau berlutut terus-menerus.
e. Pakaian pelindung dengan desain warna yang berbeda

Desain warna yang berbeda dimaksudkan agar pemakai mudah diidentifikasi oleh orang lain. Perbedaan warna biasanya
berdasarkan bagian atau divisi atau jenis pekerjaan. Dengan demikian, aktivitas setiap personel dalam satu area kerja akan lebih
mudah dipantau.

Selain jenis-jenis pakaian pelindung di atas, Komite Standardisasi Eropa (the European Committee for Standardization atau CEN)
menambahkan jenis pakaian pelindung berdasarkan risiko paparan bahan-bahan tertentu yaitu:
a. Pakaian pelindung untuk bahaya paparan bahan kimia

Pakaian pelindung ini terbagi lagi menjadi 6 tipe sebagai berikut

 Tipe 1 gas-tight suit


 Tipe 2 air-fed non-gas-tight suit
 Tipe 3 liquid-tight suit
 Tipe 4 spray-tight suit
 Tipe 5 suits against solid particles
 Tipe 6 suits offering limited protective performance against liquid chemical

b. Pakaian pelindung untuk bahaya paparan bahan biologis

Pakaian pelindung jenis ini dibagi menjadi 2 yaitu pakaian yang memberikan perlindungan terhadap kontaminasi cairan dan
kontaminasi debu.
Cara agar coverall atau wearpack tetap bersih dan awet dapat dilakukan cara-cara berikut ini:

 Setelah digunakan letakkan kembali wearpack ditempat semula


 Cuci wearpack secara teratur, namun jangan pula terlalu sering
 Simpan wearpck ditempat yang sejuk dan tidak lembab, hal ini untuk menghindari wearpack dari jamur
 Dianjurkan untuk menyimpan wearpack dalam posisi tergantung, agar aksesoris penting yang ada pada baju seperti
scotlight tidak rusak

Khusus untuk wearpack dengan bahan tertentu seperti wearpack pemadam kebakaran yang memiliki sifat anti api cara
perawatannya harus diawasi oleh ahli K3 ,bahkan beberapa ada yang memilki aturan berbeda dalam penggunaannya

20
 Wearpack anti api perlu penanganan khusus pada sisa air yang digunkaan saat mencucinya, karena jika air tersebut
dibuang tanpa proses terlebih dahulu aor buangannya dapat mencemari lingkungan

 Pengelompokan pakaian pelindung berdasarkan bahaya, yaitu :

1) Flame resistant catton atau duck


Pelindung dari bahaya panas dan percikan api yang sedang.
2) Special flame- resistant and heat resistant synthetic fabrics
Umumnya digunakan memadamkan api atau pekerjaan-
pekerjaan disekeliling api yang terbuka.
3) Rubber, neoprene, vinyl or other protective material Aplikasi pakaian pelindung ini
untuk bahan kimia kondisi basah atau untuk menanggulangi asam, korosi dan zat-zat
kimia berbahaya.

(a) (b) (c)

Gambar 2.32. (a) Flame Resistant Catton, (b) Special flame- resistant and heat resistant
synthetic fabrics dan (c) Rubber, neoprene, vinyl or other protective material
Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

4) Jas Lab
Penggunaan jas lab di laboratorium berfungsi ganda yaitu melindungi pekerja dari
sentuhan bahan kimia baik padat maupun cairan, dan kontaminan bakteri maupun
bahan toksis. Hal ini juga didasarkan pada suatu kejadaian yang diilustraikan pada
Gambar 3.25. Ketika seorang peneliti bekerja di laboratorium pada suasana panas yang
melakukan suatu eksperimen menggunakan H2SO4.

Gambar.2.33. Jas Lab

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

9. Seragam Kerja dan Kartu Identitas

21
Gambar 2.34. Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

a. Semua pekerja harus menggunakan seragam kerja yang rapi dan rompi reflektif.
b. Seragam yang digunakan harus memantulkan cahaya/ reflektif. Bila menggunakan kaos lengan panjang, harus
dilengkapi dengan rompi reflektif.
c. Kartu identitas harus dipakai selama berada di dalam proyek.
d. Kartu identitas harus ditandatangani pejabat proyek dan dapat diberikan setelah lulus induksi keselamatan.

https://www.academia.edu/41388104/Pedoman_Pelaksanaan_RK3K

10. Sabuk Pengaman


APD bertujuan melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, umumnya digunakan
pada pekerjaan konstruksi dan memanjat tempat tinggi dan tertutup juga pada boiler.
Sabuk pengaman juga digunakan pada pengendara kendaraan seperti mobil, trek,
kontainer, pesawat dan lainnya serta harus dapat menahan beban sebesar 80 Kg. Type
sabuk pengaman tergantung fungsi seperti jenis penggantung unifilar penggantung
berbentuk U. Beberapa macam safety hardness yaitu penunjang dada (chest harness),
penunjang dada dan punggung (chest waist harness), penunjang seluruh tubuh (full body
harness).

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

2.8 Pemilihan Alat Pelindung Diri (APD)

Pemilihan APD haruslah dapat memberikan pelindungan terhadap bahaya, dimana APD tersebut
memenuhi standar yang berlaku pada saat ini, yaitu standar NIOSH, OSHA, ANSI, JIS dan lain
sebagainya.

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

Suatu perusahaan menyediakan APD bagi para pekerja untuk menjaga keselamatan dan kesehatan para pekerja, pemakaian
alat APD dimaksudkan untuk mengurangi atau meminimalkan resiko dan bahaya di tempat kerja. Hal- hal yang harus diperhatikan
saat menggunakan APD:
1. Memastikan pakaian pelindung pas dengan ukuran tubuh, dan sesuaikan posisi APD agar merasa nyaman saat bekerja
2. Memastikan APD bekerja dengan baik dan benar, jika tidak segera laporkan
3. Jika menggunakan 2 atau lebih APD secara bersamaan pastikan mereka kompatibel dan tidak mengurangi keefektifan
masing - masing APD
4. Melaporkan gejala timbulnya rasa sakit atau tidak nyaman secepatnya
5. Menginformasikan kepada pihak yang bertanggungjawab bila diperlukan pelatihan khusus
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/mgozan/material/k3teknikkimia.pdf?_sm_au_=iVV1tfK7jZr07D4F

APD akan secara efektif melindungi tubuh pemakainya bila penggunaan APD sesuai dengan instruksi produsen dan
digunakan bagi aktivitas yang sesuai dengan tujuan penggunaan alat, sebelum menggünakan APD harus dilatih terlebih dulu,
menyimpan dan memelihara APD dengan benar mengganti bagian yang rusak.
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/mgozan/material/k3teknikkimia.pdf?_sm_au_=iVV1tfK7jZr07D4F

Agar dapat dikenakan APD yang tepat maka jenis bahaya di tempat kerja perlu diperhatikan dengan seksama. Hal ini akan
memungkinkan untuk memilih tipe APD yang tepat untuk meminimalakan resiko bahaya tersebut dan menyelesaikan pekerjaan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika memilih APD yang tepat :
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/mgozan/material/k3teknikkimia.pdf?_sm_au_=iVV1tfK7jZr07D4F

1. Kondisi dan resiko bahaya yang dihadapi di tempat kerja


2. Kesesuaian dengan pemakai
3. Kondisi Kesehatan pekerja
4. Keperluan pekerjaan seperti waktu yang dibutuhkan, kejelasan pandangan, kemudahaan komunikasi dll
5. Jika lebih dari satu APD dikenakan, apakah mereka dapat dipakai bersamaan secara efektif
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/mgozan/material/k3teknikkimia.pdf?_sm_au_=iVV1tfK7jZr07D4F

Pemeliharaan APD harus diperhatikan dengan seksama dan disimpan dengan baik ketika tidak digunakan, contohnya pada
rak yang bersih dan kering kotak khusus yang disediakan produsen dll. Seluruh APD harus dalam kondisi bersih dan siap digunakan,
jadwal pemeliharaan oleh produsen harus diingat dan dilakukan termasuk penggantian bagian yang rusak atau terjadwal untuk
diganti. Pemeliharaan sederhana dapat dilakukan oleh pemakai yang terlatih tetapi perbaikan yang kompleks dan rumit harus
diserahkan kepada personel yang ahli. Untuk menghindari hilangnya waktu akibat tidak tersedianya APD yang memadai maka harus
disediakan cadangan APD yang sesuai di tempat kerja.
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/mgozan/material/k3teknikkimia.pdf?_sm_au_=iVV1tfK7jZr07D4F

2.9 Pemeliharaan Personal Protect Equipment (Alat Pelindung Diri)

22
Teknik pemeliharan alat pelindung diri disesuaikan dengan standar masing-masing APD
dan sebagian telah diuraikan pada sub bagian jenis alat pelindung diri. Secara umum
pemeliharaan Alat pelindung diri dapat dilakukan dengan:
6) Menyimpan dengan benar alat pelindung diri
7) Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya. Terutama
untuk helm, kacamata, sepatu kerja, pakaian kerja, sarung tangan kulit/ kain/ karet.
Gambaran umum dan teknik pemeliharan disimpulkan pada Tabel 2.9 untuk setiap alat
pelindung diri.

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

2.10 Penyimpanan Alat Pelindung Diri

Untuk menjaga daya guna dari APD, hendaknya disimpan ditempat khusus sehingga
terbebas dari debu, kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga/binatang. Tempat
tersebut hendaknya kering dan mudah dalam pengambilannya.

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

Tabel. 2.4 Teknik Pemeliharaan Alat Pelindung Diri


Nama/ Jenis
No. Fung Cara Cara
APD si pemb penyimpana
ersih n
an
1 2 3 4 5
1. Full Body Pengaman badan Untuk pemakaian rutin, Disimpan pada tempat
Hardness dari bahaya lakukan pencucian yang berventilasi, dan
terjatuh pada saat minimal seminggu hindari sinar matahari
berada sekali. Pencucian langsung atau panas diatas
pada menggunakan air, tidak 40° C.
ketinggian boleh disikat dan terkena
sabun asam / basa
2. Hard hat Untuk Untuk pemakaian rutin, Disimpan di tempat
melindungi lakukan pencucian penyimpanan tertutup
kepala dari minimal seminggu dalam keadaan
benturan sekali.Pencucian bisa tertelungkup.
menggunakan air sabun
3. Safety Back Untuk Pencucian secara manual Simpan pada tempat
Support Belt melindungi (tidak menggunakan penyimpanan tertutup
pinggang dan mesin), tidak
perut menggunakan panas
bagian bawah langsung, dan tidak
dari menggunakan pemutih
kemungkinan
terkena penyakit
hernia.

4. Respirator Untuk melindungi Tidak boleh menggunakan Disimpan pada


saluran pernapasan solvent dan minyak, boleh lokasi yang kering,
dari udara tercemar menggunakan sabun, suhu bersih, dan tidak
air tidak boleh lebih dari49° terkontaminasi,
C. Boleh menggunakan hindarkan dari debu
sodium hipocloride. dan sinar matahari
langsung. Sediakan
plastik klip.
5. Masker Melindungi Bersihkan permukaan Disimpan pada
Disposible saluran masker dari debu dengan daerah yang kering,
pernapasan dari cara menyeka dengan tissue bersih, dan tidak
cemaran udara atau kain. Boleh terkontaminasi,
berupa partikel menggunakan semprotan hindarkan dari debu
debu. angin yang lemah pada dan sinar matahari
permukaannya, tetapi tidak langsung. Pisahkan

23
boleh disemprotkan respirator dari
langsung. Jangan dicuci filternya.
dengan air.
6. Safety Melindungi mata Diseka dengan kain lembut/ Hindarkan dari
Spectacles dari partikel debu tissue, Bila permukaan benturan dan
buram dapat dibasuh gesekan dengan
dengan air dan bila perlu benda yang keras.
tambahkan sabun lunak.
7. Earplug Melindungi telinga Cuci earplug dengan Masukkan earplug
dari tingkat menggunakan sabun lunak, kedalam wadah.
kebisingan di luar lebih baik bila ada air Simpan ditempat
Ambang Batas hangat. Hindarkan sejuk dan kering.
Kebisingan. penggunaan alkohol dan Hindarkan tempat
pembersih lain dari solvent, yang lembab dan
kemudian keringkan pada terkena sinar
udara kamar. matahari langsung.
8. Sepatu Safety Melindungi kaki Lakukan pembersihan Simpan di tempat
dari benturan dan menggunakan sikat sepatu sejuk dan kering
benda tajam atau lap kain basah / kering. dengan sirkulasi
Penggunaan detergent bisa udara yang cukup .
merusak kulit Hindarkan tempat
sepatu. lembab dan
terkena sinar
matahari.
9. Sarung Melindungi telapak Sarung tangan kain dapat Simpan di tempat
Tangan Kain dan jari tangan dari dicuci dengan air dan kering dan bersih.
benda keras dan detergent.
tajam. Pengeringan dapat
dilakukan pada suhu kamar
maupun sinar matahari.
10 Sarung Melindungi telapak Sarung tangan karet dapat Simpan di tempat
. Tangan Karet tangan, lengan, dan dicuci dengan air dan kering dan bersih.
jari tangan dari detergent. Usahakan
benda keras dan pengeringan dilakukan pada
bahan kimia. suhu kamar. Penggunaan
pengering disesuaikan
dengan kemampuan sarung
tangan terhadap panas.
11 Sarung Melindungi tangan, Lakukan pengelapan Simpan di tempat
. Tangan Kulit lengan, jari tangan menggunakan kain lap kering dan bersih.
dari benda keras dan basah. Usahakan
tajam. pengeringan dilakukan pada
suhu kamar. Pencucian
dilakukan
seminggu sekali tanpa
detergent.

12. Face Shield Melindungi muka Pencucian dapat dilakukan Simpan di tempat kering
dan mata dari dengan menyeka dan bersih, hindarkan
percikan benda menggunakan kain lap dari benda keras & tajam.
keras.
basah maupun air.
13. Safety Goggle Melindungi mata Pencucian menggunakan Simpan di tempat bersihdan
dari kemungkinan air bersih dan detergent. kering.
cipratan debu /
benda kecil lain

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

24
2.11. Upaya Untuk Menurunkan Tingkat Kecelakaan Akibat Kerja

Ada beberapa metoda yang dapat dilakukan dalam mengendalikan bahaya di tempat kerja untuk menurunkan tingkat kecelakaan akibat
kerja, yaitu:
1. Engineering control, yaitu dengan menambahkan berbagai peralatan dan mesin yang dapat mengurangi bahaya dari
sumbernya. Contohnya adalah penggunaan exhaust dan system ventilasi untuk meminimalisir bahaya debu atau gas. Akan tetapi
pengendalian dengan system engineering control membutuhkan dana yang besar.
2. Administrative control, yaitu dengan membuat berbagai prosedur kerja termasuk kebijakan manajemen dalam
implementasi K3. Tujuannya adalah agar pekerja bekerja sesuai dengan instruksi yang sudah ditetapkan sehinggan kecelakaan atau
kesalahan kerja dapat dihindari. Termasuk didalam adminstarsi control yaitu dengan menyediakan alat pelindung diri (APD)
atau personnel pertective equipment (PPE) bagi setiap pekerja yang terpajan dengan bahaya di tempat kerja.
3. Metoda lain yang dapat digunakan untuk pengendalian bahaya adalah Inherently Safer Alternative Method, dimana metoda
ini memiliki empat strategi pengendalian bahaya, yaitu:
1. Minimize; yaitu dengan cara meminimalkan tingkat bahaya dari sumbernya dengan cara mengurangi jumlah
pemakaian atau volume penyimpanan dan proses.
2. Substitue; yaitu dengan cara mengganti bahan yang berbahaya dengan yang kurang berbahaya. Contohnya hádala
menggunakan metoda water base sebagai pengganti solven base. Water base lebih aman dan ramah lingkungan dibandingkan solven
base.
3. Moderate; Mengurangi bahaya dengan cara menurunkan konsentrasi bahan kimia yang digunakan. Contohnya
adalah menggunakan bahan kimia dengan konsentrasi yang lebih rendah sehingga tingkat bahaya pajanannya menjadi lebih rendah.
4. Simplify; Mengurangi bahaya dengan cara membuat prosesnya menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah di
control.
http://healthsafetyprotection.com/apd-ppe/#page-content

 Beberapa alasan akan rendahnya kesadaran para pekerja akan penggunaan APD, yaitu:

1. Ketidak nyamanan dalam penggunaan APD selama bekerja. Ini merupakan alasan yang paling banyak dikemukakan oleh para
pekerja. Ketidak nyamanan disini diantaranya adalah panas, berat, berkeringat atau lembab, sakit, pusing, sesak dan sebagainya.
2. Merasa bahwa pekerjaan tersebut tidak berbahaya atau berdampak pada kesehatannya. Terutama bagi para pekerja yang
sudah bertahun-tahun melakukan pekerjaan tersebut.
3. Kesalah pahaman terhadap fungsi APD akibat kurangnya pengetahuan akan fungsi dan kegunaan APD.
4. APD menggangu kelacaran dan kecepatan pekerjaan.
5. Susah menggunakan dan merawat APD.
http://healthsafetyprotection.com/apd-ppe/#page-content

Hal lain yang juga ditemukan dalam survey ini adalah penggunaan APD yang tidak tepat atau sesuai dengan paparan bahaya yang

dihadapi. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan atau informasi tentang APD dan jenis atau kondisi bahaya yang dihadapi.

Banyak perusahaan yang menjual APD tidak memberikan informasi atau training yang memadai tentang penggunaan, fungsi, jenis,

aplikasi, perawatan APD dan dampak kesehatan pengunaan APD.

Apabila APD digunakan secara benar dan sesuai dengan spesifikasi yang di tetapkan, maka tingkat kecelakaan dan sakit akibat kerja

akan dapat dikurangi. Penurunan tingkat kecelakaan dan sakit akibat kerja akan meningkatkan produktivitas kerja sehingga perusahaan

akan menjadi lebih sehat. Untuk mencapai hal ini maka kondisi-kondisi berikut harus terpenuhi:

1. Adanya komitmen dari manajemen untuk melindungi pekerja, salah satunya dengan menyediakan APD yang sesuai dengan
standar.
2. Adanya kebijakan/prosedur/WI yang mengatur penggunaan APD bagi pekerja.
3. Adanya training secara regular tentang tata cara pengenalan resiko, pengendalian resiko dan penggunaan APD.
4. Adanya program komunikasi untuk meningkatkan awareness pekerjang dalam menggunakan APD seperti regular meeting,
poster, stiker dan singnage.
5. Pekerja mengetahui dengan baik bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja.
6. Pekerja mengetahui dengan baik dampak kesehatan dari pajanan bahaya-bahaya tersebut.
7. Pekerja mengetahui dengan baik cara-cara pengendalian bahaya tersebut.
8. Pekerja mendapatkan APD yang sesuai dengan pajanan bahaya yang dihadapi.
9. Pekerja secara konsisten dan benar menggunakan APD pada saat melakukan pekerjaan.
10. Pekerja memakai APD secara tepat dan benar selama bekerja.
http://healthsafetyprotection.com/apd-ppe/#page-content

2.12.Ruang Lingkup Alat Pelindung Diri

Menjelaskan persyaratan untuk penggunaan dan penyediaan APD (Alat Pelindung Diri) selama pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut:

 Pembatasan pemekaian APD di tempat kerja


 Pelindung kepala
 Pelindung mata dan wajah
 Pelindung tubuh
 Pelindung terjatuh dari ketinggian
 Pelindung pendengaran
 Pelindung tangan dan lengan
 Alat pelindung pernafasan dan

25
 Bekerja diatas air

2.13.Persyaratan Umum Penyediaan APD


Setiap pengawas di tempat kerja harus memastikan bahwa APD telah memadai dan di pilih sesuai dengan kriteria sebagai berikut :

 Memberikan perlindungan terhadap risiko tanpa menyebabkan peningkatan risiko


 Cocok dan pas digunakan oleh personil
 Kompatibel dengan aktifitas kerja dan jenis-jenis APD yang di pakai
 Memenuhi standar yang diakui Nasional maupun Internasional yang sesuai dengan disain atau konstruksi yang ditetapkan.

Setiap pengawas di tempat kerja harus bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua personil:

 Telah di lengkapi dengan APD yang memadai yang di perlukan untuk kegiatan dan lingkungan kerja
 Terlatih dalam pemeriksaan, penggunaan dan penyimpanan yang tepat terhadap APD yang di gunakan.
 Pengawas harus menjelaskan kepada personil mereka mengenai fungsi dan pentingnya memakai APD dan menunjukkan APD
yang sesuai.
 Pengawas bertanggung jawab untuk menghentikan pekerjaan jika personilnya tidak menggunakan APD yang sesuai dengan
pekerjaan, sampai APD yang tepat telah digunakan.

2.14. Syarat-syarat Alat Pelindung Diri


Pemulihan APD yang handal secara cermat merupakan persyaratan mutlak yang sangat mendasar. Pemakaian APD yang tidak tepat
dapat mencelakakan pekerja yang memakainya karena mereka tidak terlindung dari bahaya potensial yang ada di tempat mereka
terpapar. Jadi pemulihan APD harus sesuai ketentuan seperti berikut ini (Boediono 2003).
1. Harus dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga
kerja.
2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa tidak nyaman yang berlebihan.
3. Harus dapat dipakai secara fleksibel dan bentuknya harus cukup menarik.
4. Tidak menimbulkan bahaya – bahaya tamabahan bagi pemakainya yang dikarenakan bentuk dan bahayanya tidak tepat atau
karena salah dalam penggunaanya.
5. Harus tidak memenuhi standar yang telah ada dan tahan lama.
6. Tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.
7. Suku cadangannya harus mudah didapat guna mempermudah pemeliharaan.

Menurut Suma’mur (1996) persyaratan yang harus dipenuhi alat pelindung diri :
1. Nyaman dipakai
2. Tidak mengganggu kerja
3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya

2.15. Ketentuan Pemilihan Alat Pelindung Diri


1. Alat pelindung diri harus dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya
yang dihadapi oleh tenaga kerja.
2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
3. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
4. Bentuknya harus cukup menarik.
5. Alat pelindung tahan lama untuk pemakaian yang lama.
6. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya, yang dikarenakan bentuknya yang tidak tepat atau
karena salah dalam penggunaanya.
7. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan presepsi sensoris pemakaiannya.
9. Suku cadangnya mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya

2.16. Kriteria Alat Pelindung Diri


Berdasarkan aspek-aspe tersebut, maka perlu diperhatikan pula beberapa kriteria dalam pemilihan alat pelindung diri sebagai berikut
(Tarwaka, 2008) :
1. Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif kepada pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi
ditempat kerja.
2. Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman dipakai dan tidak menjadi beban tambahan bagi
pemakainya.
3. Bentuknya cukup menarik, sehingga tenaga kerja tidak malu memakainya.
4. Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis bahayanya maupun kenyamanan dan pemakiannya.
5. Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.
6. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernafasan serta gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam
wktu yang cukup lama.
7. Tidak mengurangi persepsi sensoris dalam menerima tanda-tanda peringatan.
8. Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia dipasaran.
9. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.
10. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai dengan standar yang ditetapkan dan sebagainya.

26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari isi makalah di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Menurut Undang Undang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tahun 1970 Personal Protective
Equipment (Alat Pelindung Diri) adalah wajib dipakai oleh operator las saat melakukan pengelasan.
2. Alat Pelidung Diri adalah merupakan bagian penting dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam laboratorium, kecelakaan kerja bisa terjadi jika tidak memperhatikan prinsip "Unsave condition dan
unsave action".
3. Mengenai tujuan dari penggunaan Alat pelindung keselamatan kerja, diantaranya :

 Melindungi tenaga kerja jika usaha rekayasa (engineering) dan administrative tidak dapat dilakukan
dengan baik.
 Meningkatkan efektifitas dan produktivitas kerja.
 Menciptakan lingkungan kerja yang aman.

4. Berikut ini adalah macam-macam alat pelindung diri yang pada umumnya dipakai di berbagai pabrik
industri;
 Safety Helmet
27
 Coverall
 Safety Harness
 Ruber boot shoes
 Safety shoes
 Glove
 Ear Plug / Ear Muff
 Safety Glasses atau Safety goggles
 Respirator
 Face Shield

DAFTAR PUSTAKA

Lisa Moran dan Tina Masciangioli, 2010, Keselamatan dan keamanan Laboratorium Kimia, The National Academic Press,
Washington, DC.

Rasyid, Yuliani. 2017. BAB III Alat Pelindung Diri. Politeknik Negeri Ujung Padang

Health and Safety Executive. Personal Protective Equipment (PPE) at Work. [Online] Available at:
http://www.hse.gov.uk/pubns/indg174.pdf

Priono, Joko.2017.Dasar Hukum Penggunaan Alat Pelindung Diri.HSEPEDIA

Gurusinga, Jefriyadi.2014. Alat Pelindungan Diri. Yogyakarta

Dyah, Novia. 2019.Pentingnya Penggunaan Alat Pelindung Diri. Cilegon

https://jdih.kemnaker.go.id/data_puu/peraturan_file_PER08.pdf

http://blog.safetyshoes.co.id/tujuan-dan-manfaat-alat-pelindung-keselamatan-kerja/

28
29

Anda mungkin juga menyukai