Anda di halaman 1dari 3

BAB V

PENUTUP

Selama 3 hari penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. A di ruang

Cendana, RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto dari Tanggal 19 Mei

2015 sampai 21 Mei 2015 didapatkan hasil dan data yang penulis temukan

sehingga dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Dari hasil pengkajian pada Tn. A dengan metode wawancara,

observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi (pemeriksaan diagnostik)

pada hari selasa tanggal 19 Mei 2015 diperoleh data subjektif klien

mengatakan sesak nafas dan data objektif terdapat retraksi dinding dada,

takipneu RR 28x/menit, fase inspirasi memanjang, TD 120/80 mmHg, ronkhi

di lobus superior pulmo dekstra, dari data tersebut maka dapat ditegakan

diagnosa keperawatan yaitu ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan

hipoventilasi. Data yang kedua diperoleh data subjektif klien mengatakan

dingin dan data objektif takipneu, palpasi kulit hangat, suhu 38,0 °C, nadi

96×/menit, RR 28 ×/menit, TD 120/80 mmHg, dari data tersebut maka dapat

ditegakkan diagnosa keperawatan yaitu hipertermi berhubungan dengan

Penyakit (TB Paru).

Penulis memprioritaskan diagnosa keperawatan yang pertama adalah

ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hipoventilasi dan yang

kedua adalah hipertermi berhubungan dengan penyakit (TB Paru).

1
2

Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi ketidakefektifan pola nafas

berhubungan dengan hipoventilasi diambil dari NIC yaitu Airway

management dan yang kedua hipertermi berhubungan dengan penyakit (TB

Paru) yaitu dengan Fever treatment.

Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa

ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hipoventilasi adalah

menggunakan Airway management, memonitor respirasi dan status O2,

memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (semifowler),

melakukan fisioterapi dada, mengauskultasi suara nafas, mencatat adanya

suara tambahan, mencatat pergerakan dada, mengamati kesimetrisan,

penggunaan otot tambahan, memonitor pola nafas: bradipneu, takipneu.

Implemnetasi yang digunakan pada diagnosa hipertermi berhubungan dengan

penyakit (TB Paru) adalah menggunakan Fever treatment, memonitor suhu

dan TTV, memonitor warna kulit, menyelimuti pasien, mendorong konsumsi

cairan, mengajarkan penanganan yang diperlukan, kolaborasi pemberian

cairan intravena.

Evaluasi penulis menggunakan pendekatan subjektif, objektif, analisa

data dan planning (SOAP) pada masalah ketidakefektifan pola nafas

berhubungan dengan hipoventilasi dan hipertermi berhubungan dengan

penyakit (TB Paru) telah teratasi.


3

B. Saran

Dari kesimpulan diatas penulis menyarankan kepada pembaca atau

berbagai pihak antara lain :

1. Bagi institusi akademik

Pada institusi dalam penyusunan tugas akhir ini dengan bimbingan yang

lebih intensif. Diharapkan laporan kasus yang dibuat ini juga dapat

dijadikan acuan untuk penulisan laporan kasus yang akan datang dengan

tujuan untuk membandingkan perkembangan-perkembangan yang akan

datang.

2. Bagi rumah sakit

Rumah sakit hendaknya mempertahankan atau meningkatkan kinerja

yang telah bagus dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat.

3. Bagi mahasiswa keperawatan

Diharapkan dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan

masalah ketidakefektifan pola nafas dan hipertermi hendaklah

berdasarkan prosedur yang telah di tetapkan.

Anda mungkin juga menyukai