HASIL PENELITIAN
Bab ini akan menyajikan mengenai hasil penelitian terhadap variabel-variabel yang diteliti
dan memberi gambaran terhadap faktor faktor yang mempengaruhi hemoroid pada pasien
bedah umum dengan menggunakan uji tabel silang kai kuadrat dari variabel independen
dan dependen yang telah ditentukan dengan uji chi-square yang dilihat dari hasil p value,
penelitian yang dilakukan peneliti di RS Bhayangkara Tingkat I. Raden Said Sukanto
Jakarta Timur. Dengan sampel sebanyak 36 orang.
1
2
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Perhitungan analisis
bivariat dari kedua variabel ini menggunakan cara perhitungan rumus chi square
untuk menganalisis kedua variabel yaitu variabel independen dengan variabel
dependen. Variabel independen meliputi riwayat keluarga,konstipasi, posisi
defekasi dan lama defekasi sedangkan variabel dependen yaitu kejadian hemoroid.
Riwayat P
Derajat Hemoroid Total
Keluarga value
N % N % N % N % N %
Ada
6 60% 9 75% 8 29,6% 4 88,9% 27 75% 0,522
Riwayat
Tidak
Ada 4 40% 3 25% 1 11,1% 1 20% 9 25%
Riwayat
Total 10 27,8% 12 33,3% 9 25% 5 13,9% 36 100%
P
Konstipasi Derajat Hemoroid Total
value
N % N % N % N % N %
Tidak
4 40% 7 58,3% 3 33,3% 3 60% 17 47,2%
konstipasi
Total 10 27,8% 12 33,3% 9 25% 5 13,9% 36 100%
sebanyak 3 orang (60%). Hasil analisis diperoleh nilai p = 0,605 ini menunjukan
Posisi P
Derajat Hemoroid Total
Defekasi value
N % N % N % N % N %
dan hemoroid grade 4 sebanyak 4 orang (100%). Sedangkan posisi defekasi duduk
2 orang (16,7%), hemoroid grade 3 sebanyak 1 orang (11,1%) dan hemoroid grade
4 tidak ada (0%). Hasil analisis diperoleh nilai p = 0,677 ini menunjukan tidak
Lama P
Derajat Hemoroid Total
Defekasi value
N % N % N % N % N %
≤ 15
5 50% 2 16,7% 4 44,4% 3 60% 14 38,9% 0,227
menit
>15
5 50% 10 83,3% 5 55,6% 2 40% 22 61,1%
menit
Total 10 27,8% 12 33,3% 9 25% 5 13,9% 36 100%
Berdasarkan tabel 5.2.1 menunjukan hasil analisis hubungan lama defekasi dengan
(25%) dan hemoroid grade 4 sebanyak 2 orang (40%). Hasil analisis diperoleh
nilai p = 0,227 ini menunjukan tidak adanya hubungan yang bermakna antara lama
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang meliputi analisis univariat dan analisis
bivariat tentang hubungan riwayat keluarga, konstipasi, posisi defekasi dan lama defekasi
dengan kejadian hemoroid pada pasien poli bedah umum RS Bhayangkara Tingkat I.
Raden Said Sukanto Jakarta Timur. Dalam pembahasan ini yang dilakukan adalah
membandingkan hasil penelitian dan konsep teoritis termasuk penelitian-penelitian
sebelumnya.
Penelitian tersebut didukung oleh teori Smith (2012) Ada pun dalam kasus
hemorrhoid dimana yang diturunkan adalah adanya kelemahan dinding vena di
daerah anorektal yang didapat sejak lahir akan memudahkan terjadinya
hemorrhoid. Burnside (2009) Riwayat keluarga memiliki hubungan dengan
kejadian hemoroid diduga oleh karena adanya kemiripan pada pola diet maupun
gaya hidup dalam keluarga ataupun karena faktor genetik
Penelitian yang terkait dengan hasil diatas ialah penelitian yang dilakukan oleh
Tevan (2016) dengan judul “Hubungan Riwayat Keluarga, Konstipasi, Posisi
Defekasi, Dan Lama Defekasi Dengan Kejadian Hemoroid Pada Pasien Di Poli
Bedah Umum Rsud Dr. Mohamad Soewandhie Surabaya” hasil penelitian dari
56 sampel, responden yang memiliki riwayat keluarga hemoroid sebesar 37
orang (62,13%)
Penelitian yang dilakukan oleh Windu (2015) dengan judul “Faktor Risiko Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Hemoroid Pada Pasien Di Rsud Dr Soedarso
Pontianak” menunjukan bahwa sebanyak 82,5% responden berusia memiliki
riwayat keluarga hemoroid.
Konstipasi didefinisikan sebagai frekuensi buang air besar (BAB) yang kurang
dari 3 kali serminggu dengan feses yang keras dan kecil-kecil serta disertai
dengan kesulitan sampai rasa sakit saat buang air besar.Serat mampu mengatasi
konstipasi karena serat di metabolism oleh bakteri yang berada dan melalui
diusus (Kusharto.2006).
Pada obstipasi atau konstipasi kronis diperlukan waktu mengejan yang lama. Hal
ini mengakibatkan peregangan muskulus sphincter ani terjadi berulang kali, dan
Penelitian yang terkait dengan hasil diatas ialah penelitian yang dilakukan oleh
Tevan (2016) dengan judul “Hubungan Riwayat Keluarga, Konstipasi, Posisi
Defekasi, Dan Lama Defekasi Dengan Kejadian Hemoroid Pada Pasien Di Poli
Bedah Umum Rsud Dr. Mohamad Soewandhie Surabaya” hasil penelitian dari
56 sampel, responden yang memiliki konstipasi sebesar 41 orang (87,27%)
Penelitian yang dilakukan oleh Windu (2015) dengan judul “Faktor Risiko Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Hemoroid Pada Pasien Di Rsud Dr Soedarso
Pontianak” menunjukan bahwa sebanyak 95,7% responden berusia mengalami
konstipasi
Posisi dan perilaku saat buang air besar tergantung dari masing-masing
daerah seperti Asia Timur, pedesaan Timur Tengah, dan beberapa daerah di
setelah membuang air besar, bagian anus dan bokong dibersihkan dengan kertas
toilet atau kertas tisu, dan mungkin bahan lainnya seperti dedaunan. Ada pula
Dengan pemakaian jamban yang duduk posisi usus dan anus tidak dalam posisi
tegak. Sehingga akan menyebabkan tekanan dan gesekan pada vena di daerah
rektum dan anus. Berbeda halnya pada penggunaan jamban jongkok. Posisi
jongkok saat defekasi dapat mencegah terjadinya konstipasi yang secara tidak
posisi jongkok, valvula ilicaecal yang terle tak antara usus kecil dan caecum
dapat menutup secara sempurna sehingga tekanan dalam colon cukup untuk
Penelitian yang dilakukan oleh Windu (2015) dengan judul “Faktor Risiko Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Hemoroid Pada Pasien Di Rsud Dr Soedarso
Pontianak” menunjukan bahwa sebanyak 54% responden posisi defekasi
jongkok
Peneliti berpendapat dengan pemakaian jamban yang duduk posisi usus dan anus
tidak dalam posisi tegak, sehingga akan menyebabkan tekanan dan gesekan pada
vena di daerah rektum dan anus, hal ini dipertegas dengan penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Bifirda Ulima (2012) yang menyatakan bahwa posisi BAB
duduk merupakan faktor risiko untuk terjadi hemoroid. Besarnya faktor ini
terhadap kejadian hemoroid dengan besar 0,33%. Hal tersebut dimungkinkan
ketika terlalu banyak tekanan (duduk) akan menimbulkan desakan yang hebat
didaerah anus sehingga vena didalamnya lama kelaman akan mengalami
pembesaran.
besar seharusnya tak boleh lebih dari 15 menit. Seseorang hanya perlu pergi
Penelitian yang dilakukan oleh Windu (2015) dengan judul “Faktor Risiko Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Hemoroid Pada Pasien Di Rsud Dr Soedarso
Pontianak” menunjukan bahwa sebanyak 72% responden memiliki durasi
defekasi kurang dari 15 menit
Peneliti berpendapat penyebab seseorang memiliki durasi yang lebih lama saat
menyebabkan sulitnya proses defekasi tersebut, Frekuensi buang air besar salah
setiap orang pasti berbeda. Orang yang terbiasa mengonsumsi makanan berserat
tentu mempunyai pergerakan usus yang lebih baik sehingga buang air besarnya
6.1.5 Hemoroid
Hasil penelitian menunjukan dari 36 responden terdapat 22 (33,3%) klien
dengan hemoroid grade 2.
Hemorrhoid atau wasir adalah dilatasi varikosus vena dari pleksus hemorrhoidal
inferior atau superior, akibat dari peningkatan tekanan vena yang
persisten(Dorlan,2006) Keadaan ini merupakan masalah yang sangat umum
terjadi dan telah dilaporkan dari ratusan tahun yang lalu. Survey di negara barat
menyebutkan bahwa setengah dari populasi berumur diatas 40 tahun menderita
penyakit ini dengan insidensi tertinggi antara 45 sampai 65 tahun dan ditemukan
seimbang antara pria dan wanita. Penyakit ini bisa disertai gejala mulai dari
ringan hingga berat. Walaupun penyakit ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat
menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman dan diperlukan tindakan.
(Welson,2007)
Hemorrhoid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik
vena hemoroidalis. Beberapa faktor risiko telah diajukan adalah faktor kerusakan
dari tonus sphincter atau defisiensi sphincter ani, hereditas, obstruksi vena,
kebiasaan defekasi dan akibat langsung prolaps dari lapisan pembuluh darah.
Yang mengakibatkan obstruksi vena yaitu kehamilan, asites, tumor pelvis,
sirosis hepatis dan hemorrhoid dengan akibat langsung prolaps dari lapisan
pembuluh darah dapat terjadi karena factor endokrin, umur, kehamilan,
konstipasi dan juga tegangan yang lama saat defekasi. (Goliger,2009)
Penelitian yang dilakukan oleh Windu (2015) dengan judul “Faktor Risiko Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Hemoroid Pada Pasien Di Rsud Dr Soedarso
Pontianak” menunjukan bahwa sebanyak 34% responden mengalami hemoroid
grade 2
Riwayat penyakit keluarga adalah riwayat medis dimasa lalu dari anggota
keluarga yang mempunyai hubungan darah, hal-hal yang relevan untuk riwayat
penyakit pasien dimasa lalu, releven pula untuk riwayat penyakit keluarga. Data-
data yang memberikan pandangan tentang penyakit pasien sekarang dan factor
risiko. Riwayat penyakit keluarga juga penting karena persamaan factor-faktor
fisik yang dimilik pasien dan keluarganya.
Penelitian yag dilakukan Windu (2015) diperoleh p value sebesar = 0,029 (p <
0,05) yang artinya Ho ditolak (Ha diterima), jadi dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian hemoroid
pada pasien di RSUD Dr Soedarso Pontianak.
mengkonsusmsi makanan siap saji (sea food) yang merupakan faktor risko
terjadinya hemoroid.
Dikatakan konstipasi jika defikasinya jarang dan konsistensi tinjanya keras serta
sulit, keadaan konstipasi bias memicu berbagai masalah kesehatan lainnya
seperti hemoroid. Konstipasi dapat diatasi dengan meningkatkan konsumsi
cairan dan serat. (Ramayulis,2013)
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Windu (2015)
perhitungan uji statistik Chi Square (Continuity Correction) diperoleh p value
sebesar = 0,043 (p < 0,05) yang artinya Ho ditolak (Ha diterima), jadi dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara riwayat konstipasi
dengan kejadian hemoroid pada pasien di RSUD Dr Soedarso Pontianak.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Irawati (2009) di
Klinik Bedah RS Bhakti Wira Tamtama Kota Semarang, bahwa hasil
penelitiannya mengatakan tidak adanya hubungan yang signifikan antara
konstipasi dengan kejadian hemoroid. (p value= 0,122).
Hasil penelitian ini di dukung dengan hasi penelitian Windu (2015) dengan hasil
p value sebesar = 0,639 (p > 0,05) yang artinya Ho diterima (Ha ditolak), jadi
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara posisi saat
buang air besar dengan kejadian hemoroid pada pasien di RSUD Dr Soedarso
Pontianak.
Hasil analisis ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tiza (2017) di RS. Dr.
Kariadi Semarang, bahwa hasil penelitiannya mengatakan tidak ada hubungan
yang signifikan antara posisi saat buang air besar dengan kejadian hemoroid
dengan nilai p value = 0,359
Penyakit wasir yang dikenal juga sebagai hemoroid ini biasanya ditandai dengan
rasa gatal dan panas dianus disertai kesulitan buang air besar. Hal ini disebabkan
oleh pelebaran atau pembesaran pembuluh vena didaerah poros usus atau
disekitar dubur akibat tekanan yang terus-menerus karena duduk yang terlalu
lama. Terlalu lama duduk lebih dari dua jam merupakan faktor risiko terjadinya
masalah hemoroid, hal ini dapat meningkatkan tekanan intra abdominal.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Windu (2015)
diperoleh p value sebesar = 0,046 (p < 0,05) yang artinya Ho ditolak (Ha
diterima), jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
lama defekasi dengan kejadian hemoroid pada pasien di RSUD Dr Soedarso
Pontianak
Penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Haris (2010) yang memperoleh
nilai p value = 0,327 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara
lama defekasi dengan kejadian hemoroid.
Sehingga perlu bagi klien untuk memperhatikan pola makan dan untuk
memperhatikan kandungan serat yang harus di konsumsi.
BAB VII
PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang berjudul Hubungan Riwayat
Keluarga, Konstipasi, Posisi defekasi dan lama defekasi dengan kejadian hemoroid pada
pasien poli bedah umum RS Bhayangkara Tingkat I. Raden Said Sukanto Jakarta Timur.
7.1 Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan pada ibu dengan toddler di Puskesmas Kecamatan
Cipayung, memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
7.1.1. Hasil penelitian menunjukan dari 36 responden lebih banyak responden dengan
riwayat keluarga hemoroid sebanyak 32 (75%)
7.1.2. Hasil penelitian menunjukan dari 36 responden lebih banyak responden dengan
konstipasi sebanyak 19 (58,2%)
7.1.3. Hasil penelitian menunjukan dari 36 responden lebih banyak responden dengan
posisi defekasi jongkok sebanyak 32 (88,9%)
7.1.4. Hasil penelitian menunjukan dari 36 responden lebih banyak responden dengan
lama defekasi > 15 menit sebanyak 22 (61,1%)
7.1.5. Hasil penelitian menunjukan dari 36 responden lebih banyak responden dengan
hemoroid sebanyak 22 (33,3%)
7.1.6. Hasil penelitian menyatakan 9 orang (75%) Yang mengalami hemoroid grade 2
memiliki riwayat keluarga hemoroid dengan nilai p value=0,522 yang artinya
tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat keluarga dengan kejadian
hemoroid
7.1.7. Hasil penelitian menyatakan 7 orang (58,3%) Yang mengalami hemoroid grade
2 tidak mengalami konstipasi nilai p value=0,602 yang artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara konstipasi dengan kejadian hemoroid
7.2 Saran