Anda di halaman 1dari 16

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien TB

Family Support and Quality of Life in TB patients

Taufik Supriyana Trisaputra1

Dharma Sutanto2

1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
2
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Alamat korespondensi:
1
Jl. Tawakal V No 26, Grogol, Ptamburan, Jakarta Barat, Jakarta. Telp: 082379992999.

Email :taufikste@gmail.com
2
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jalan Kyai Tapa, Grogol, Jakarta Barat.

1
Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien TB
Taufik Supriyana Trisaputra
ABSTRAK
Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien TB

LATAR BELAKANG
Penderita TB paru di Indonesia merupakan urutan ke-3 terbanyak di dunia dan menjadi
penyebab kematian ke 3 tertingi di Indonesia. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi
kronis yang banyak menyerang kelompok usia produktif dan mengakibatkan keterbatasan
dan ketidak mampuan sehingga mempengaruhi kualitas hidupnya. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien TB paru adalah dukungan keluarga. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien
TB.

METODE
Observasional analitik dengan desain studi potong lintang (cross-sectional) yang
mengikutsertakan 98 pasien yang didiagnosis TB minimal 1 tahun sebagai sampel di
Poliklinik Rumah Sakit RS Seto Hasbadi. Data dikumpulkan dengan cara wawancara
menggunakan 3 jenis kuesioner yaitu kuseioner karakterisitik demografik, dukungan
keluarga, dan kualitas hidup. Variabel yang diteliti adalah dukungan keluarga dan kualitas
hidup. Analisis data menggunakan uji chi-square dan uji fisher dan diolah dengan program
SPSS V20.0 for windows dengan tingkat kemaknaan yang digunakan 0,05.

HASIL
Hasil analisis antara dukungan kelaurga dengan kualitas hidup berdasarkan uji chi-square
menunjukan tidak terdapat hubungan yang bermaknya (P = 0,217). Hasil uji alternatif
dengan Fisher didapat P = 0,323 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara kedua variabel.

KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukan tidak adanya hubungan antara dukungan keluarga dan kualitas
hidup pada pasien TB.

Kata Kunci : Dukungan keluarga, Kualitas hidup, TB.

2
Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien TB
Taufik Supriyana Trisaputra
ABSTRACT
Family Support and Quality of Life in TB patients

BACKGROUND
Pulmonary TB cases in Indonesia is the third largest in the world and the third leading
cause of death in Indonesia. Pulmonary TB is a chronic infectious disease that mostly
attack at productive age and result in limitations and disabilities that affect the quality of
life of pulmonary TB patients. One of the factors that affect the quality of life of
pulmonary tuberculosis patients is family support. This study was conducted to determine
the correlation of family support and quality of life of TB patients.

METHOD
Analytic observational with cross-sectional study was conducted, involving 98 samples of
patients that have been diagnosed with pulmonary TB for at least a year at Seto Hasbadi
Hospital Hospital’s Polyclinic. Data were collected by taking data from medical records of
multiparous women that were diagnosed with preeclampsia in her pregnancy. Data were
collected through intervews using 3 types of questionnaires, which are demographic
characteristic, family support, and quality of life questionnaires. The data were analyzed
using chi-square test and fisher test and processed with SPSS V20.0 software for windows
with significance level 0.05

RESULTS
The analysis result between family support and quality of life based on chi-square test
showed that there was no significant relationship (p=0,217). Alternative test results with
fisher test also showed that there was no significant relationship (p=0,323).

CONCLUSION
The study showed that there was a significant relation between between family support and
quality of life of TB Patients

Keywords : family support, quality of life, TB.

3
Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien TB
Taufik Supriyana Trisaputra
PENDAHULUAN

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendirian tanpa bantuan orang

lain. Kebutuhan fisik (sandang, pangan dan papan), kebutuhan sosial (pergaulan,

pengakuan dan kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan

religiusitas), tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi jika orang tersebut

sedang menghadapi masalah baik ringan maupun berat. Pada saat itu seseorang akan

mencari dukungan sosial dari orang-orang sekitar sehingga dirinya merasa dihargai,

diperhatikan dan dicintai. Demikian halnya dengan penderita kronis seperti Tuberkulosis

paru (TB paru) perlu mendapat dukungan sosial lebih, karena dengan dukungan sosial dari

orang-orang tersebut dapat mengurangi beban psikologis berhubungan dengan penyakit

yang dideritanya.(1)

TB paru merupakan suatu penyakit infeksi yang dapat menyerang berbagai organ,

terutama parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacteriumtuberkulosis dengan

gejala yang bervariasi. Penyakit ini banyak menyerang kelompok usia produktif dan

kebanyakan berasal dari kelompok sosial ekonomi rendah dengan tingkat pendidikan yang

rendah.(,2,3,4)

Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2011 terdapat 8,7 juta

orang di diagnosis TB paru dan 1,4 juta orang meninggal karena TB paru. (5)

Menurut WHO, sepertiga dari populasi dunia diperkirakan terinfeksi dengan

Mycobacterium tuberkulosis. Pada tahun 2009, terdapat 9,4 juta kasus baru dengan 1,7 juta

kematian secara global. Sebagian besar kematian terdapat pada negara berkembang yang

memiliki keterbatasan sumber daya.(6)

TB paru merupakan penyakit penyebab kematian ke 3 di Indonesia. Prevalensi TB

paru di Indonesia mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46%

diantaranya merupakan kasus baru.(7)

4
Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien TB
Taufik Supriyana Trisaputra
Kualitas hidup adalah sehat fisik, mental, sosial dan persepsi individu tentang

kehidupan mereka dalam konteks budaya serta nilai hidup untuk mencapai tujuan hidup.

Kualitas hidup dalam dalam kesehatan didefinisikan sebagai nilai yang diberikan selama

hidup dan dapat berubah karena adanya penurunan nilai fungsional, persepsi, sosial yang

dipengaruhi oleh cedera, penyakit dan pengobatan.(1)

Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan

dalam melakukan kontrol ulang secara rutin untuk pengobatan TB paru, dimana keluarga

inti maupun keluarga besar berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggota keluarganya.

Salah satu fungsi dasar keluarga yaitu fungsi perawatan kesehatan. Fungsi perawatan

kesehatan adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami

masalah kesehatan.(2)

Berdasarakan uraian latar belakang diatas, terdapat perbedaan sudut pandang dalam

masalah “Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup pada Pasien TB”

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain studi

potong lintang (cross-sectional) yang mengikutsertakan 98 pasien yang didiagnosis TB

minimal 1 tahun dan memenuhi kriteria sebagai sampel di Poliklinik Rumah Sakit RS Seto

Hasbadi. Kriteria inklusi dari penelitian ini, terdiri atas: pasien yang terdiagnosis TB

minimal 1 tahun, pasien berusia 40-65 tahun, mampu membaca dan menulis, dan bersedia

berpartisipasi dalam penelitian. Kriteria ekslusi penelitian ini, terdiri atas: pasien TB

dengan komplikasi, pasien TB baru yang tidak bersedia menjadi subjek penelitian,

mengalami penurunan kondisi sehingga tidak memungkinkan untuk ikut serta dalam

penelitian. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer, dimana

dilakukan dengan wawancara tertulis (kuesioner) di poliklinik RS Seto Hasbadi. Data yang

5
Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien TB
Taufik Supriyana Trisaputra
digunakan pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan tiga jenis kuesioner tentang

karakterisktik demografi, Penilaian dukungan keluarga menggunakan kuesioner yang

berisi 29 Pernyataan yang dirancang berdasar materi dan substansi dukungan keluarga dari

dan kualitas hidup menggunakan kuesioner yang berisi 26 pertanyaan dengan mengukur

kualitas hidup pasien TB dalam 4 domain : fisik , psikologi , hubungan sosial dan

lingkungan dengan WHOQoL(WHO Quality of life).

Data yang digunakan menggunakan tiga jenis kuesioner karakterisktik demografi,

dukungan keluarga dari hensarling HDFSS (Hensarling’s Diabetes Family Support

Scale)(12) dan kualitas hidup menggunakan kuesioner WHOQoL(WHO Quality of life)(13)

Data penelitian yang diperoleh diolah dengan program SPSS (Statistical Package for

Social Sciences) for windows versi 20.0 dengan tingkat kemaknaan sebesar p<0,05 dan

menggunakan uji Chi-Square.

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan November 2017. pada

pasien yang didiagnosis TB di Poliklinik Rumah Sakit Seto Hasbadi yang bertempat Jl.

Raya Seroja Blok Putri 1 No.19, Harapan Jaya, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 98 responden. Pemilihan sampel dalam

penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling dengan jenis consecutive

sampling yaitusetiap pasien yang datang dan memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam

penelitian.

Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis data berupa perhitungan distribusi frekuensi dan

persentase dari masing-masing variabel untuk memperoleh informasi dari data yang telah

diolah.

6
Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien TB
Taufik Supriyana Trisaputra
Tabel . Distribusi frekuensi responden

Distribusi Frekuensi Frekuensi (n=175) Persentase (%)


Variabel Independen
Usia
40-45 Tahun 70 71,4
46-50 Tahun 13 13,3
51-55 Tahun 5 5,1
56-60 Tahun 5 5,1
61-65 Tahun 5 5,1
Jenis Kelamin
Perempuan 45 45,9
Laki-laki 53 54,1
Tingkat Pendidikan
Tidak pernah sekolah 13 13,3
SD 7 7,1
SMP 12 12,2
SMA 58 59,2
Perguruan Tinggi 8 8,2
Status Sosial Ekonomi
Rendah bila < 60 61,2
Rp.3.100.000/bulan
Tinggi bila ≥ 38 38,8
Rp 3.100.000/bulan
Lama Menderita TB
1-5 Tahun 98 100
Dukungan Keluarga
Tidak Mendukung 44 44,9
Mendukung 54 55,1
Variabel Dependen
Kualitas Hidup
Kurang Baik 4 4,1
Baik 94 95,9

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 98 responden terbanyak berusia

40-45 tahun yaitu 70 orang (71,4%), dimana jumlah laki-laki lebih banyak dari perempuan

yang berjumlah 53 orang (54,1%) dan sebagian besar responden memiliki status sosial

ekonomi yang rendah <3.100.000/bulan sebanyak 60 orang (61,2%). Dari hasil penelitian

7
Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien TB
Taufik Supriyana Trisaputra
juga didapatkan 58 orang (59,2%) dari sampel keseluruhan memiliki tingkat pendidikan

SMA dan lama menderita TB terbanyak 1-5 tahun sebanyak 98 orang (100%). Untuk

variabel dukungan keluarga, terdapat 54 orang (55,1%) yang mendapat dukungan keluarga

dan 44 orang (44,9%) yang tidak mendapat dukungan keluarga. Adapun untuk variabel

kualitas hidup, terdapat sebanyak 94 orang (95,9%) memiliki kualitas hidup yang baik dan

selebihnya 4 orang (4,1%) masuk dalam kategori kualitas hidup yang kurang baik.

Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua variabel, yakni

variabel bebas dan tergantung. Dalam penelitian ini, analisis bivariat digunakan untuk

menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan kuallitas hidup pasien TB.

Tabel. Hasil Chi-Square test antara dukungan keluarga dan kualitas hidup pada pasien TB

Kualitas Hidup
Variabel Kurang Baik Baik Jumlah P-value
N % N % Total %
Dukungan Keluarga
Tidak Mendukung 3 6,8% 41 93,2% 44 100% 0,217*
Mendukung 1 1,9% 53 98,1% 54 100%
Total 4 4,1% 94 95,9% 98 100%
*nilai p<0,05 bermakna (uji chi-square)

Berdasarkan Tabeldiatas terlihat bahwa hubungan dukungan keluarga dengan

kualitas hidup dari 98 responden pasien TB, terdapat sebanyak 94 orang (95,9%) memiliki

kualitas hidup yang baik dengan 41 orang (93,2%) diantaranya tidak mendapat dukungan

keluarga dan 53 orang (98,1%) mendapat dukungan keluarga. Adapun 4 orang (4,1%) yang

memiliki kualitas hidup kurang baik, terdapat 1 orang (1,9%) mendapat dukungan keluarga

dan 3 orang (6,8%) lainnya tidak mendapat dukungan keluarga.

8
Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien TB
Taufik Supriyana Trisaputra
Dari hasil uji statistik Chi-square didapatkan nilai p-value yaitu 0,217 (nilai p>0,05).

Namun pada penelitian ini karena nilai expected count (EC) yang <5 = 50% maka syarat

uji Chi square tidak terpenuhi. Sehingga digunakan uji alternatif Fisher. Didapatt P =

0,323 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara kedua variabel.

PEMBAHASAN

Distribusi Karakteristik Responden

dapat dilihat bahwa dari 98 responden terbanyak adalah dengan usia 40-45 tahun

yaitu 70 orang (70,4%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Melisa Prisilia Terok(1) menunjukkan hasil bahwa hubungan usia dengan kejadian TB

sebagian besar responden ada pada usia reproduktif 35-55 tahun yaitu sebanyak 60 orang

dari total 97 responden. Hasil penelitian ini tidak searah dengan Valen Fridolin Simak et al
(29)
menunjukkan hasil bahwa hubungan usia dengan kejadian TB sebagian besar responden

ada pada usia 36-40 tahun yaitu sebanyak 20 orang dari total 98 responden.

Berdasarkan kategori jenis kelamin dapat dilihat bahwa jumlah laki-laki lebih banyak

dari perempuan sejumlah 53 orang (54,1%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Herryanto(28), terdapat proporsi menurut jenis kelamin, laki- laki sebesar 54,5 % dan

perempuan sebesar 45,5 % yang menderita TB paru. Didukung juga dengan penelitian

Khoirul Amin S(30) bahwa jumlah laki-laki lebih banyak dari perempuan sejumlah 25 orang

(61,0%).

Menurut hasil penelitian Rokhmah D(5) Prevalensi TB paru 20 % lebih tinggi pada

laki-laki dibandingkan perempuan. Laki-laki mempunyai peluang yang lebih terkena TB,

hanya saja dilihat dari faktor risiko, laki-laki mempunyai risiko lebih besar karena secara

9
Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien TB
Taufik Supriyana Trisaputra
aktifitas laki-laki memiliki beraneka ragam pekerjaan dan aktifitas dari pada perempuan

hal ini dikarenakan laki-laki menjadi tulang punggung keluarga.

Berdasarkan kategori status sosial ekonomi dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden memiliki status sosial ekonomi yang rendah <3.100.000/bulan sebanyak 60

orang (61,2%) sedangkan selebihnya memiliki status sosial ekonomi yang tinggi ≥

3.100.000/bulan sebanyak 38 orang (38,8%). Hasil penelitian P Manalu (8) menyatakan

bahwa Pendapatan keluarga sangat erat juga dengan penularan TBC, karena pendapatan

yang kecil membuat orang tidak dapat layak dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan.

Tingkat penghasilan pada penderita TB mempengaruhi pasien dan keluarga dalam

melakukan perawatan diri dan pengelolaan TB. Menurut Musadad A(9) Keterbatasan

finansial akan membatasi penderita TB dalam memperoleh informasi terkait TB.

Penghasilan lebih tinggi memberikan kemudahan bagi pasien TB untuk mengakses

informasi lebih banyak terkait TB serta berkesempatan lebih besar dalam melakukan

perawatan komperhensif pada pasien. Pasien dengan penghasilan tinggi akan memiliki

kualitas hidup lebih baik.

Berdasarkan kategori tingkat pendidikan didapatkan 58 orang (59,2%) dari sampel

keseluruhan memiliki tingkat pendidikan SMA. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh

Heryanto 2014(28) menyebutkan terdapat proporsi berpendidikan rendah (tidak sekolah,

tidak tamat SD, dan tamat SD) sebesar 62,9 %. Ketika seseorang mendapatkan pendidikan

akan menjadi sarana untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan pengetahuannya

yang menjadi dasar pembentukan keyakinan diri dalam berprilaku.

Pada hasil uji Chi-square Berdasarkan Tabeldiatas terlihat bahwa hubungan

dukungan keluarga dengan kualitas hidup dari 98 responden pasien TB, terdapat sebanyak

94 orang (95,9%) memiliki kualitas hidup yang baik dengan 41 orang (93,2%) diantaranya

tidak mendapat dukungan keluarga dan 53 orang (98,1%) mendapat dukungan keluarga.

10
Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien TB
Taufik Supriyana Trisaputra
Adapun 4 orang (4,1%) yang memiliki kualitas hidup kurang baik, terdapat 1 orang (1,9%)

mendapat dukungan keluarga dan 3 orang (6,8%) lainnya tidak mendapat dukungan

keluarga.

Dari hasil uji statistik Chi-square didapatkan nilai p-value yaitu 0,217 (nilai p>0,05).

Namun pada penelitian ini karena nilai expected count (EC) yang <5 = 50% maka syarat

uji Chi square tidak terpenuhi. Sehingga digunakan uji alternatif Fisher. Di dapat P =

0,323 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara kedua variabel.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhamad

Adriyan(31) yang menyatakanbahwa Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan

kualitas hidup pasien TB paru. Yang mana dukungan keluarga sangat membantu pasien TB

untuk dapat meningkatkan keyakinan akan kemampuannya melakukan tindakan perawatan

diri. Penelitian lain juga dilakukan di Yogyakarta oleh Stiasih (32) yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan kualitas hidup

pasien TB.

Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup

Pada hasil uji Chi-square Berdasarkan Tabeldiatas terlihat bahwa hubungan

dukungan keluarga dengan kualitas hidup dari 98 responden pasien TB, terdapat sebanyak

94 orang (95,9%) memiliki kualitas hidup yang baik dengan 41 orang (93,2%) diantaranya

tidak mendapat dukungan keluarga dan 53 orang (98,1%) mendapat dukungan keluarga.

Adapun 4 orang (4,1%) yang memiliki kualitas hidup kurang baik, terdapat 1 orang (1,9%)

mendapat dukungan keluarga dan 3 orang (6,8%) lainnya tidak mendapat dukungan

keluarga.

Dari hasil uji statistik Chi-square didapatkan nilai p-value yaitu 0,217 (nilai p>0,05).

Namun pada penelitian ini karena nilai expected count (EC) yang <5 = 50% maka syarat

11
Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien TB
Taufik Supriyana Trisaputra
uji Chi square tidak terpenuhi. Sehingga digunakan uji alternatif Fisher. Di dapat P =

0,323 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara kedua variabel.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhamad

Adriyan(31) yang menyatakanbahwa Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan

kualitas hidup pasien TB paru. Yang mana dukungan keluarga sangat membantu pasien TB

untuk dapat meningkatkan keyakinan akan kemampuannya melakukan tindakan perawatan

diri. Penelitian lain juga dilakukan di Yogyakarta oleh Stiasih (32) yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan kualitas hidup

pasien TB.

Sampai saat ini peneliti belum menemukan hasil penelitian lainnya yang menyatakan

bahwa tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien

TB.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih memiliki keterbatasan yaitu tidak memasukkan status

pernikahan sebagai defisini operasional yang juga dapat mempengaruhi kualitas hidup

pasien diabetes melitus tipe 2 dan dikarenakan waktu yang singkat sehingga penelitian ini

hanya bisa menggunakan desain cross-sectional. Selain itu penelitian ini bisa saja terdapat

bias informasi berupa kesalahan sistematik dalam melakukan pengisian kuesioner,

mencatat informasi dan pengolahannya.

Kelebihan Penelitian

Penelitian ini mengambil sampel dari pasien diabetes melitus tipe 2 tanpa

komplikasi untuk menyingkirkan kualitas hidup yang buruk karena dengan adanya

komplikasi tentu dapat mempengaruhi penurunan kualitas hidup pasien diabetes melitus

tipe 2 yang belum dilakukan oleh peneliti lainnya.

12
Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien TB
Taufik Supriyana Trisaputra
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan

sebagai berikut :

1. Terdapat sebagian besar prevalensi responden berusia 40-45 tahun (71,4%), jenis

kelamin laki-laki (54,1%), status sosial ekonomi rendah <3.100.000/bulan (61,2%), dan

tingkat pendidikan SMA (59,2%).

2. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kualitas

hidup pasien TB.

3. Terdapat 94 orang (95,9%) memiliki kualitas hidup yang baik dengan diantaranya tidak

mendapat dukungan keluarga (93,2%) dan mendapat dukungan keluarga (98,1%).

Adapun saran yang dapat diberikan pada penelitian ini antara lain:

Bagi Instansi terkait

Diharapkan bagi Poliklinik Rumah Sakit Seto Hasbadi untuk dapat mempertahankan

dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan berupa edukasi pentingnya dukungan

keluarga dalam meningkatkan kualitas hidup pada pasien TB dan promosi kesehatan agar

masyarakat lebih memahami penyakit TB.

Bagi Masyarakat

Diharapkan keluarga yang berada didalam satu rumah dapat memberikan perhatian

dan dukungannya dengan saling berkomunikasi terutama mengenai kondisi kesehatan

pasien TB dan juga sebagai pendamping untuk dapat meningkatkan kepatuhan dalam

pengobatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien TB.

Bagi Peneliti Selanjutnya

Mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan yang serupa namun

dengan variabel lain yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien TB.

13
Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien TB
Taufik Supriyana Trisaputra
UCAPAN TERIMAKASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada dr. Suriptiastuti DAP&E, MS, sebagai

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, dr. Hannah, Sp.A, Mkes, dr. Firda

Fairuza, Sp.Aselaku dosen penguji skripsi, tim skripsi Fakultas Kedokteran Universitas

Trisakti,dr. Dharma Sutanto, MS selaku dosen pembimbing.

DAFTAR PUSTAKA

1. Terok MP, Bawotong J, Untu FM. Hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup
pada pasien tubekulosis paru di poli paru BLU RSUP prof. Dr. R. D kandouManado.
E-Kp 2012;1(1) Agustus 20121-10
2. Sulistyarini T, Minarso S. Pengetahuan, motivasi dan kepatuhan kontrol pada pasien
tuberculosis paru di instalasi rawat jalan rs baptis Kediri. Jurnal STIKES
9(1)2016;113-19
3. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. 6th ed.
Jakarta: EGC, 2012.
4. Setiarni SM, Sutomo AH, Hariyono W. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan,
Status Ekonomi dan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Tuberkulosis Paru pada
Orang Dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas Tuan-tuan Kabupaten Ketapang
Kalimantan Barat. KESMAS 2011;5:162-232.
5. Rokhmah D. Gender dan Penyakit Tuberkulosis: Implikasinya Terhadap Akses
Layanan Kesehatan Masyarakat Miskin yang Rendah. KESMAS 2013;7:447-52.
6. World Health Organization, Global Tuberculosis Report 2015. Available at:
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/191102/1/9789241565059_eng.pdf. Accessed
August 1, 2016.
7. Silo WK, Wongkar MCP, Langi YA. Angka Kejadian Merokok pada Pasien TB Paru
yang Berobat di Poliklinik DOTS pada Bulan November 2014. eCl 2015;3:408-11.
8. Manalu HSP. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian TB Paru dan Upaya
Penanggulangannya. Jurnal Ekologi Kesehatan 2010;9:1340-6.
9. Musadad A. Hubungan Faktor Lingkungan Rumah dengan Penularan TB Paru Kontak
Serumah. Jurnal Ekologi Kesehatan 2006;5:486-96.

14
Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien TB
Taufik Supriyana Trisaputra
10. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2014.
11. Igo YY, Wijaya IPA, Wulandari NPD. The Relation Of Patient’s Discipline Attitude
Who Suffered Pulmonary Tuberculosis While Consuming Anti Tuberculosis Medicine
Towards Out Patient’s Relapse In Work Area Of Puskesmas II Denpasar Barat. Jurnal
Dunia Kesehatan;3:6-12.
12. Kobashi Y, Mouri K, Fukuda M, Yoshida K, Miyashita N, Oka M. Transitional
Change in the Clinical Features of Pulmonary Tuberculosis. Respiration 2008;75:304-
9.
13. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Ilmu
Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: InternaPublishing, 2014. p. 864-871.
14. Koller M, Lorenz W. Quallity of Life: a Deconstruction for clinicians.Journal of The
Royal Society of Medicine.2002;95(10):481-488.
15. Reinhardt J.P. Effect of positive and negative support received and provide on
adaptation to chronic visual impairment.Applied Developmental Science.2001;
5(2).76-78.
16. Yuliati A, Baroya N, Ririanty M. Perbedaan kualitas hidup lansia yang tinggal di
komunitas dengan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia. E-jurnal Pustaka Kesehatan. 2014;
2(1): 88-90.
17. Supriyadi, Wagiyo, Widowati RS.Tingkat kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik
terapi hemodialisis. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2011; 6(2) :108-110
18. Friedman M.M , Bowden V.R, Jones E.G. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset,
Teori dan Praktik. 5th ed. Jakarta: EGC: 2010.
19. Koller M, Lorenz W. Quallity of Life: a Deconstruction for clinicians.Journal of The
Royal Society of Medicine.2002;95(10):481-488.
20. Retnowati N, Satyabakti P. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup
Penderita TB di Puskesmas Tanah Kalikedinding. Jurnal berkala epidemiologi.
2015;3(1):57-68.
21. HansT.Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang TB. Jakarta:
Gramedia.2008.
22. Departemen Kesehatan RI (2010). Laporan Riskesdas 2010, Available
athttp://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/download/Laporan_riskesdas_2011.pdf,A
ccesedMei 20, 2016

15
Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien TB
Taufik Supriyana Trisaputra
23. Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI.2008c
24. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Pasal 1 Nomor 230
Tahun 2015 tentang Upah Minimum Provinsi Tahun 2016.
25. RahmatW P.Pengaruh konseling terhadap kecemasan dan kualitas hidup pasien TB di
Kecamatan Kebakkramat.Tesis.2010 Available at: http://eprints.uns.ac.id Accesed Mei
1, 2016
26. WHO 2004.WHOQOL Instrument Users Manual. Available at:
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/77776/1/WHO_MSD_MER_Rev.2012.03_en
g.pdf?ua=1 Accessed April 11,2016
27. Putri R M, Wahiduddin, Arsyad D S. Hubungan dukungan sosial dengan kualitas
hidup pada penderita tb paru di BBKPM kota Makassar. Jurnal berkala epidemiologi.
2014;3(1):1-11.
28. Herryanto, D.Anwar Musadad dan Freddy M.Komalig (2014), Riwayat pengobatan
penderita TB paru meninggal di Kabupaten Bandung, Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 3
No. 1, April 2014
29. Fidrolin Valen, H.C. Damajanti, Muntu Frienly. Hubungan Antarapengetahuan Dan
Sikap Dengan Tindakan Hidup Sehat Pasien Tb Paru Di Poliklinik Paru
Rsup Prof Dr.
R. D Kandou Manado. ejournal Kesehatan (e-Kes) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013
30. Amin Khoirul S, Arnelliwati, Erwin. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tindakan
Penderita Tb Paru Melakukan Kontrol Ulang Di Puskesmas Sidomulyo Diperoleh
pada tanggal 10 April 2013 dari http://portalgaruda.org.download.article/.
31. Adriyan Muhammad. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup
Pada Pasien Tb Paru Di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM)
Semarang:Universitas Islam Sultan Agung. 2016:1-11
32. Retni A. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Tingkat Kesembuhan
Penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Umbulharjo II Yogyakarta:Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Aisyyah. 2010.3(1):3-5

16
Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien TB
Taufik Supriyana Trisaputra

Anda mungkin juga menyukai