Anda di halaman 1dari 12

Edo & Samo p-ISSN: 2086-4280; e-ISSN: 2527-8827

LINTASAN PEMBELAJARAN PECAHAN MENGGUNAKAN MATEMATIKA


REALISTIK KONTEKS PERMAINAN TRADISIONAL SIKI DOKA

LEARNING TRAJECTORY OF FRACTION USING REALISTIC MATHEMATICS CONTEXT OF


TRADITIONAL GAME SIKI DOKA

Sri Imelda Edo1 dan Damianus Dao Samo2


1TPH.Politeknik Pertanian Negeri Kupang
Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
sriimeldaedo@yahoo.com

2FKIP.
Universitas Nusa Cendana
Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia

Abstrak
Materi pecahan merupakan salah satu materi matematika yang rumit. Kerumitan pecahan tidak
saja dialami oleh siswa, tetapi juga mahasiswa dan guru. Penyebabnya adalah penguasaan
konsep pecahan yang rendah. Karena guru pada jenjang pendidikan Dasar memperkenalkan
pecahan dengan metode ceramah dan langsung memberi contoh soal kemudian siswa
mengerjakan soal latihan. Guru mengajarkan algoritma rutin dalam mengerjakan soal, Edo. I.S
(2016). Metode ini dipraktekan secara turun temurun. Karena itu siswa merasa jenuh dan tidak
tertarik belajar. Elly Risman (2008) mengatakan bahwa,” Ada tiga cara penyampaian yang efektif
bagi anak, yakni dengan bermain, bernyanyi, dan bercerita. Sementara Pendekatan
pembelajaran yang berlandaskan pada filosofi bahwa matematika merupakan aktivitas Insani
adalah pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik. Karena itu penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana desain pembelajaran pecahan dengan menggunakan pendekatan
Matematika Realistik Konteks Permainan Siki Doka (taplak). Adapun metode penelitian yang
digunakan adalah Desain Riset yang dilaksanakan di SDN. Angkasa Kupang dan SDK. Kristen Tunas
Bangsa Kupang pada siswa kelas III. Hasilnya adalah siswa sangat antusias dan menikmati seluruh
aktivitas pembelajaran karena mereka belajar melalui kegiatan bermain, menggambar,
mewarnai, menggunting dan menyusun kertas origami yang berwarna warni. Siswa bukan saja
telah memahami konsep pecahan sederhana, membandingkan pecahan sederhana, dan
memecahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana tetapi juga mereka sudah
terlibat dalam aktivitas yang berhubungan dengan konsep penjumlahan dan kelipatan pecahan.
Kata Kunci: Pembelajaran Pecahan, Konsep Pecahan, Perbandingan Pecahan, Pembelajaran
pecahan dengan RME, pembelajaran pecahan conteks permainan tradisional.

Abstract
Fraction is one of hard subject of mathematics. Fractional complexity is not only experienced by
students, but also students and teachers. They found difficulty to solve any mathematics
problems related to fractions due to weak of fraction concept and disspointed learning method.
Because teachers in elementary taught them using lecture method through routin algorthm.
Teacher began the lessons by given short explanation, then some routin example provided on
students’ text book. In the end of the lessons students did some exercise, Edo.I. S (2016).
Therefore, students bored to follow all of learning process. Whereas Elly Risman (2008) said that
there are three effective ways to teach children i.e. by playing, singing and storytelling. While
Mathematics learning approach which assume that mathematics as human activity is Realistics
Mathematics Education (RME). Therefore, this study aimed to design simple fraction learning

Jurnal “Mosharafa”, Volume 6, Nomor 3, September2017 311


Edo & Samo http://e-mosharafa.org/

trajectory using RME approach through traditional game namely siki Doka as a context. The
Research method used in this research is Design Research which conducted in SDN Angkasa
Kupang and SDK. Tunas Bangsa Kupang in the third grade students. The result showed that
students were very enthusiastic and enjoy all the learning activities because they learned while
playing, drawing, Coloring, cutting and arrange colorful origami paper. Students not only
understand the concept of simple fractions, compare simple fractions, and solve problems related
to simple fractions as well they are already involved in the activities to found the concept of
fractional addition and its multiples.
Keyword: Fractional Learning, Concepts of Fraction, comparing fraction, Fractional Learning using
RME approach, fraction learning using traditional game.

I. PENDAHULUAN guru. Guru menggunakan metode


Hasil tes terhadap kemampuan ceramah yaitu mulai dengan penjelasan
mahasiswa baru tahun 2015 di salah satu kemudian contoh soal dan terakhir latihan.
perguruan tinggi dalam melakukan operasi Prosedur yang sama diulangi terus oleh
penjumlahan dan pengurangan bilangan guru dalam mengajar matematika
pecahan menunjukkan bahwa 83% termasuk materi pecahan. Karena itu siswa
mahasiswa tidak mampu melakukan hanya mengikuti contoh soal dalam
operasi penjumlahan dan pengurangan mengerjakan soal latihan tanpa
pecahan karena kesulitan menyamakan memahami konsep bilangan pecahan.
penyebut dengan menggunakan KPK, (Edo, Berdasarkan hasil observasi dan
2016). Mahasiswa mutlak menghafal wawancara yang dilakukan penulis di
rumus dalam menyelesaikan pecahan sekolah baik terhadap cara mengajar guru
sehingga mereka tidak mengevaluasi solusi maupun terhadap referensi yang
dan interpretasinya dalam dunia nyata. digunakan guru, diperoleh bahwa guru
Berdasarkan hasil wawancara diketahui terpaku dengan contoh soal dan langkah-
bahwa sejak di jenjang pendidikan dasar langkah penyelesaian dalam buku
dan menengah, mereka hanya diajarkan pegangan.
dua metode operasi penjumlahan dan Konsep pecahan diperkenalkan melalui
pengurangan pecahan yaitu dengan konteks pembagian kue yang disajikan
menyamakan penyebut menggunakan KPK dalam bentuk gambar. Guru tidak
apabila penyebutnya berbeda, dan dengan menggunakan alat peraga yang dapat
menggunakan rumus abcd. didemonstrasikan langsung oleh siswa.
Masalah utama di SD adalah guru yang Sementara siswa belum lancar dalam
mengajar matematika merupakan guru melakukan operasi pembagian khususnya
kelas yang tidak belajar matematika secara jika bilangan yang dibagi lebih kecil dari
lebih mendetail. Mereka hanya mengajar bilangan pembagi. Lebih rumit untuk
berdasarkan contoh pada buku pegangan membandingkan bilangan pecahan
2 3
guru yang sudah disediakan sekolah. misalnya 𝑑𝑎𝑛 5, dengan pemahaman
3
Bahkan ada soal latihan pada buku pembagian. Beberapa guru menggunakan
pegangan yang tidak dapat dijawab oleh

312 Jurnal “Mosharafa”, Volume 6, Nomor 3, September2017


Edo & Samo p-ISSN: 2086-4280; e-ISSN: 2527-8827

cara menyamakan penyebut kedua Sekolah Dasar yang dimainkan di sekolah


bilangan pecahan menggunakan KPK pada jam istirahat ataupun di luar sekolah,
kemudian membandingkan pecahan. misalnya di rumah atau di tempat bermain
Namun cara ini tidak dapat membantu anak yang lainnya seperti tempat wisata
siswa karena berdasarkan kurikulum KTSP. anak. Namun permainan taplak dikenal
siswa belum belajar tentang KPK pada saat dengan nama yang berbeda-beda di setiap
belajar bilangan pecahan sederhana. daerah, misalnya dikenal dengan
Selain itu, seperti telah dikemukakan di permainan dengklek di daerah Jawa dan
atas bahwa baik siswa maupun mahasiswa Bali, Inting di Banjarmasin, denden di
masih mengalami kesulitan dalam Makassar dan Siki doka di NTT. Permainan
menyamakan penyebut pecahan taplak memiliki aneka ragam jenis dengan
menggunakan KPK. gambar dan aturan permainan yang
Pembelajaran bilangan pecahan harus berbeda. Terdapat dua jenis taplak yang
disajikan melalui pendekatan sangat terkenal di NTT yaitu taplak capung
pembelajaran yang realistic dengan dan taplak persegi panjang. Namun jenis
konteks yang dapat diperagakan langsung taplak yang digunakan dalam penelitian ini
oleh siswa, Namun harus sesuai dengan adalah taplak persegi panjang dengan
konsep pecahan, dan karakteristik siswa. gambar seperti di bawah ini.
Siswa kelas III SD masih lebih cenderung
belajar sambil bermain, menggambar dan
mewarnai. Pendekatan pembelajaran yang
menggunakan konteks sebagai starting
poin pembelajaran adalah pendekatan
pembelajaran Pendidikan Matematika
Realistic Indonesia (PMRI). Karena itu
desain ini menggunakan PMRI konteks
permainan tradisional Siki Doka sebagai
dalam pembelajaran bilangan pecahan di
kelas III SD, karena sesuai dengan konsep
Bilangan pecahan, karakteristik siswa, dan
menanamkan karakter kerjasama antara Gambar 1. Taplak Persegi Panjang.
siswa, serta membangkitkan minat siswa
terhadap permainan tradisional yang Aturan permainan sebagai berikut; (1)
perlahan-perlahan mulai ditinggalkan. Pemain menggambar taplak di tanah atau
Salah satu permaianan tradisional anak lantai, yang berbentuk tabel dengan 2
Indonesia yang sangat terkenal adalah kolom dan 3 baris. (2) Masing-masing
permainan Taplak. Permainan taplak pemain menyediakan lempengan atau
merupakan permainan anak-anak usia batu ceper yang disebut erat berukuran

Jurnal “Mosharafa”, Volume 6, Nomor 3, September2017 313


Edo & Samo http://e-mosharafa.org/

kecil kira-kira berukuran 4 x 3 cm, sebagai apabila erat gagal ditangkap, maka pemain
alat dalam permainan taplak.Adapun berikutnya mendapat kesempatan
Tahap-tahap permainannya adalah sebagai bermain.
berikut: Tahap ke III: Erat diletakkan dikepala
Tahap I: Tiap anak mengambil erat dan dan pemain berjalan biasa melewati kotak-
melemparkan ke arena, mulai dari kotak kotak taplak, setiap kotak hanya diinjak
yang pertama pada kolom bagian kanan. oleh 1 kaki, maksudnya kaki kanan
Lalu anak akan berjinjit masuk ke dalam menginjak kotak pertama, kaki kiri
kotak taplak sambil menggiring eratmelalui menginjak kotak kedua dan seterusnya.
semua kotak taplak. Pemain dapat Pada kotak terakhir eratdijatuhkan dari
beristirahat dengan berdiri 2 kaki pada kepala dan diterima dengan menggunakan
kotak taplak di pojok kiri, kemudian tangan. apabila erat tidak dapat diterima,
berjinjit lagi hingga keluar melalui kolom maka pemain berikutnya melanjutkan
taplak bagian kiri. Pemain tidak boleh permainan.
menginjak atau menyentuh garis taplak, Tahap IV: Pemain menutup mata sambil
dan erat yang digiring tidak boleh berhenti berjalan seperti pada tahap III melewati
pada garis taplak. Apabila pemain kotak-kotak taplak dan pemain lain
melakukan pelanggaran, maka mengatakan B apabila ia tidak menginjak
kesempatan bermain dialihkan kepada garis atau melewati kotak taplak. dan
pemain berikutnya. Jika tidak, pemain apabila pemain menginjak garis taplak,
tetap melanjutkan permainan dengan maka temannya mengatakan S dan
melemparkan erat ke kotak kedua, permainan dialihkan kepada pemain
kemudian pemain berjinjit melalui kotak lainnya.
pertama dan terus ke kotak kedua, ketiga Tahap V: Pada tahap ini pemain berhak
dan seterusnya seperti sebelumnya. Hal mendapatkan rumah atau salah satu kotak
yang sama diulangi terus dengan taplak dengan ketentuan kepemilikan
melemparkan erat pada kotak kedua, rumah harus dimulai dari kotak pertama
ketiga, keempat, kelima hingga kotak kolom kanan taplak. Caranya adalah
terakhir. setelah erat dilemparkan pada pemain berdiri membelakangi gambar
kotak terakhir dan pemain dapat taplak dan melemparkan Erat melewati
menggiringnya keluar, maka permainan kepala ke arah kotak taplak yang menjadi
tahap pertama selesai. sasaran rumah, dan apabila Erat meleset
Tahap II: Erat diletakkan diantara jari dari tempat sasaran atau tidak tepat di
telunjuk dan ibu jarikaki kanan dan pemain dalam kotak taplak yang dituju, maka
berjinjit dengan menggunakan kaki kiri pemain belum berhak mendapatkan
melewati semua kotak taplak dan pada rumah, dan pemain berikutnya
kotak terakhir jari kaki melepaskan Eratke melanjutkan permainan. Tetapi apabila
udara untuk ditangkap dengan tangan, pemain dapat melemparkan Erat tepat

314 Jurnal “Mosharafa”, Volume 6, Nomor 3, September2017


Edo & Samo p-ISSN: 2086-4280; e-ISSN: 2527-8827

pada kotak taplak yang dituju, maka ia dan pecahan sebagai bagian dari
berhak memiliki kotak taplak tersebut, dan keseluruhan yang dibagi sama banyak.
pemain lainnya tidak diperbolehkan untuk Menurut Kennedy (1994), makna dari
melewati kotak taplak tersebut. pecahan dapat muncul dalam situasi-
Permainan yang sama diulang terus situasi berikut:
untuk mendapatkan rumah pada kotak 1. Pecahan dapat dianggap sebagai bagian
kedua dan seterusnya. Pemenang dalam yang berukuran sama dari yang utuh
permainan ini adalah pemain yang atau keseluruhan. pecahan biasa dapat
memiliki rumah paling banyak. digunakan untuk menyatakan makna
Mempelajari Matematika tidak terlepas dari setiap bagian dari yang utuh.
dari bilangan. Salah satu bagian dari 2. Pecahan sebagai bagian dari kelompok-
klasifiksi bilangan adalah bilangan kelompok yang beranggotakan sama
pecahan. Bilangan pecahan ini sudah banyak atau juga menyatakan
diajarkan di jenjang SD kelas 3 semester II. pembagian.
Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia: 3. Pecahan sebagai perbandingan atau
Bilangan utuh adalah bilangan yang rasio
menyatakan jumlah satuan secara penuh.
Catatan: perbedaan dengan bilangan bulat II. METODE
adalah bilangan bulat tidak mengaitkan Untuk menjawab pertanyaan tersebut
dengan satuan. Bilangan pecahan adalah maka desain riset di pilih sebagai metode
bilangan yang jumlahnya kurang atau penelitian yang paling cocok dengan
lebih dari bilangan utuh. Bilangan alasan seperti yang dikemukakan oleh
pecahan sangat erat hubungannya Edelson (2002) sebagai berikut:
dengan satuan maka metode 1. Tahap I: Desain Awal
mengajarkan bilangan pecahan ini perlu a. Tahap Kajian Literatur
sekali bantuan visualisasi dengan satuan b. Desain Hipotesis Lintasan Belajar
(Jos, 2001). 2. Percobaan Desain.
Kata pecahan berarti bagian dari a. Tahap II: Rintisan percobaan
keseluruhan yang berukuran sama berasal Tahap ini berperan sebagai jembatan
dari Bahasa Latin fractio yang berarti yang menjemabtani antara tahap desain
memecah menjadi bagian-bagian yang awal dengan tahap percobaan desain yang
lebih kecil. Berdasarkanpengertian di atas, betujuan untuk:
Freudenthal (1983) mendefinisikan  Menyelediki kemampuan awal siswa
pecahan dalam 4 aspek yaitu aspek yang yang akan menjadi subjek penelitian
pertama adalah pecahan diangggap tentang materi pembelajaran yang
sebagai sebagai fracturer (pecah). aspek didesain.
yang lainnya adalah pecahan sebagai  Menyesuaikan HLT
pembanding, pecahan sebagai operator,

Jurnal “Mosharafa”, Volume 6, Nomor 3, September2017 315


Edo & Samo http://e-mosharafa.org/

Tujuan utama dari pilot experiment acuan dalam seluruh aktivitas


adalah mengumpulkan data untuk pembelajaran sampai pada tahap formal.
mendukung penyusunan dan penyesuaian Pada tahap pemodelan atau matematisasi
HLT. Desain awal HLT diujicobakan dan yaitu model of dan model for gambar Siki
diamati bagaimana pelaksanaannya dalam Doka direpresentasikan dalam bentuk
pembelajaran yang sebenarnya. gambar dan alat peraga. Sedangkan pada
b. Percobaan Pengajaran. tahap formal siswa diminta untuk
Pada tahap ini sederetan aktivitas membandingkan bilangan pecahan tanpa
pembelajaran dilakukan sedangkan bantuan alat peraga ataupun gambar serta
peneliti mengobservasi dan menganalisa menyelesaikan soal cerita tentang
apa-apa yang terjadi selama proses pecahan.
pembelajaran yang berlangsung di kelas. Berdasarkan Kurikulum KTSP, materi
Proses ini bertujuan untuk mengevaluasi pecahan untuk kelas III SD adalah sebagai
konjektur-konjektur yang terdapat pada berikut: Standar kompetensi: Memahami
aktivitas pembelajaran. Uji coba Pecahan Sederhana dan penggunaannya
pengajaran ini direkam dengan dalam pemecahan Masalah; Kompetensi
menggunakan dokumentasi foto dan Dasar: 3.1 Mengenal Pecahan Sederhana;
video. Hasil kerja siswa juga dikumpulkan 3.2. Membandingkan Pecahan; 3.3.
dan beberapa siswa dipilih untuk Memecahkan Masalah yang berkaitan
diwawancarai. dengan pecahan sederhana.
3. Tahap III: Analisis retrospektif Desain pembelajaran dengan konteks
Tujuan pokok saat melakukan analisis permainan Siki Doka untuk siswa kelas III
retrospektif adalah menempatkan SD menitikberatkan pada konsep bilangan
percobaan desain dalam konteks teoritis pecahan sebagai berikut: (1) Bilangan
yang lebih luas, sehingga membingkainya Pecahan yaitu memecah menjadi bagian-
sebagai paradigma yang terjadi secara bagian yang lebih kecil; (2) Bilangan
menyeluruh yang ditentukan di awal, pecahan adalah bilangan kurang atau lebih
(Cobb et al, 2003). Pada tahap ini HLT dari bilangan utuh; (3) Pecahan sebagai
dibandingkan dengan pembelajaran siswa bagian yang berukuran sama dari satu
yang sebenarnya dan dari sini bisa dijawab yang utuh; dan (4) Pecahan membagi
rumusan masalah. menjadi beberapa bagian sama besar.
Lintasan Pembelajaran Materi Bilangan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Pecahan pada siswa kelas III SD dengan
Konteks yang ditampilkan pada pendekatan pembelajaran PMRI, yaitu:
pembelajaran ini adalah Permainan Siki
Doka. Konteks Siki Doka ini tidak saja
merupakan starting poin pada tahap
situasional pembelajaran tetapi menjadi

316 Jurnal “Mosharafa”, Volume 6, Nomor 3, September2017


Edo & Samo p-ISSN: 2086-4280; e-ISSN: 2527-8827

Secara rinci dapat dijelaskan melalui


aktivitas berikut:
Aktivitas 1. Bermain Siki Doka.
Siswa diajak untuk mengingat kembali
permainan Siki Doka yang selama ini
mereka kenal. Kenyataannya semua siswa
bisa bermain siki doka. Namun mereka
lebih sering bermain siki Doka Capung.
Pada prinsipnya semua jenis siki doka
memiliki tujuan yang sama yaitu
memperebutkan rumah sebanyak-
banyaknya. Pemain yang menang adalah
mereka yang memiliki rumah terbanyak.
Jenis siki doka persegi dipilih karena siki
doka ini terdiri dari 6 kotak persegi dengan
ukuran yang sama. Pemain bersaing untuk
Gambar 2. Iceberg Pembelajaran.
memperebutkan kotak-kotak siki doka
tersebut sebagai rumah mereka.

Gambar 3. Siswa sedang bermain Siki Doka.

Aktivitas 2. Menggambar dan Siswa mewarnai dan menggunting


menggunting kotak-kotak siki doka. kertas karton yang bergambar arena siki
Aktivitas ini bertujuan untuk menuntun doka yang sudah disiapkan guru.
siswa menemukan konsep pecahan Pada aktivitas ini siswa dimotivasi untuk
sederhana serta dapat membaca dan bekerjasama dengan cara mereka bersaing
menulis lambang pecahan. antar kelompok untuk menyelesaikan
dengan lebih cepat. Karena itu siswa
mewarnai dan menggunting secara gotong

Jurnal “Mosharafa”, Volume 6, Nomor 3, September2017 317


Edo & Samo http://e-mosharafa.org/

royong dan sekaligus. Sehingga aktivitas ini berlangsung dengan sangat cepat.

Gambar 4. Siswa mewarnai kotak Siki Doka dan Siswa menggunting kotak Siki Doka.

Aktivitas 3. Mewarnai kotak siki Doka yang tentang konsep pecahan dan cara menulis
dimiliki sebagai rumah bentuk pecahan sebagai berikut:
Pada aktivitas ini siswa diberikan soal
untuk mengetahui pemahaman mereka

Gambar 5. Soal Konsep Pecahan.

95% siswa mendapat nilai 100 atau kertas origami dengan 5 warna yang
hampir semua siswa mampu menjawab berbeda namun berukuran sama. Kertas
soal dalam lembar kerja siswa. Sisanya 5% origami berwarna hijau dibagi menjadi dua
siswa yang mendapat nilai 90 karena keliru bagian sama besar. Kertas origami
manjawab soal nomor 3. Berdasarkan berwarna merah muda dibagi menjadi 4
jawaban berikut, dapat diketahui bahwa bagian yang berukuran sama, kertas
siswa memahami makna pecahan dan cara origami berwarna biru dibagi menjadi 8
menulis bentuk pecahan. bagian yang sama besar, dan kertas
Aktivitas 4. Membagi dan membandingkan origami yang berwarna kuning dibagi
kertas Origami menjadi 16 bagian yang berukuran sama.
Aktivitas ini bertujuan agar siswa dapat Selain kertas origami yang sudah dibagi
memperdalam konsep pecahan dan dapat bagi tersebut, disediakan juga kertas
mengurutkan serta membandingkan origami yang utuh berwarna merah.
pecahan. Pada aktivitas ini siswa dibagikan

318 Jurnal “Mosharafa”, Volume 6, Nomor 3, September2017


Edo & Samo p-ISSN: 2086-4280; e-ISSN: 2527-8827

Siswa diminta untuk menempatkan Melalui aktivitas ini juga siswa sudah
bagian-bagian kertas yang sudah dibagi dapat membandingkan bilangan pecahan
tersebut di atas kertas yang utuh. Kegiatan yang berpenyebut sama seperti
ini bertujuan agar siswa dapat memahami 1 3 3 5 7
< 4, dan < 8< atau
4 8 8
bahwa mereka membutuhkan 2 bagian sebaliknya.
bagian kertas yang ½, 4 bagian kertas yang Berikut ini adalah bukti jawaban siswa
¼, 8 bagian kertas yang 1/8, dan 16 bagian Pertanyaan:
kertas yang 1/16 menjadi 1 yang utuh. Bandingkan dan urutkan bilangan-
Aktivitas siswa dapat dilihat pada gambar bilangan berikut dari yang terbesar sampai
di bawah ini. yang terkecil
1 2 3
1. , ,
4 4 4
Jawaban siswa

2 5 3 7
2. , , dan
8 8 8 8

Gambar 6. Siswa menempatkan kertas origami Jawaban Siswa


yang sudah di bagi 2 di atas yang utuh.
Siswa dituntun untuk menggabung
bagian-bagian kertas yang kecil di atas Selanjutnya siswa diminta untuk
kertas yang utuh sambil membilang membandingkan bagian kertas yang ½, ¼,
1 2 3 4 2 2 2 2
, , , 1/8, dan 1/16 , , , , dan , seterusnya
4 4 4 4 2 4 8 16
1 2 3 4 5 6 7 8 3 3 3
, , , , , , , , , , dan yaitu pecahan yang
8 8 8 8 8 8 8 8 4 8 16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 berpembilang sama. Mereka dituntun
, , , , , , , , ,
16 16 16 16 16 16 16 16 16
dan seterusnya dengan pertanyaan seperti di bawah ini.
Pada aktivitas menyusun dan Pertanyaan:
menggabung kertas yang kecil di atas yang Bandingkan dan urutkan bilangan-
besar sesungguhnya siswa sudah bilangan berikut dari yang terbesar sampai
dilibatkan dalam aktivitas penjumlahan. yang terkecil
1 1 1 1
Karena itu aktivitas ini menjadi modal 1. , , ,
2 4 8 16
penting bagi siswa untuk memahami Jawaban siswa
penjumlahan bilangan pecahan yang
memiliki penyebut sama. Namun Desain 2 2 2 2
ini tidak berkonsentrasi pada 2. , , dan
2 4 16 8
penjumlahan. Karena penjumlahan akan Jawaban Siswa
dipelajari di kelas IV.

Jurnal “Mosharafa”, Volume 6, Nomor 3, September2017 319


Edo & Samo http://e-mosharafa.org/

Pada aktivitas ini siswa dapat penyebutnya ganjil, disini siswa


membandingkan bilangan pecahan yang diperkenalkan konsep tentang bilangan
memiliki pembilang sama namun pecahan senilai dengan penyebut genap.
penyebut berbeda. Siswa diharapkan dapat mengambil
1 1 1 1 2 2 2 2
Dimana 2 > 4 > 8 > 16, > 4 > 8 > 16. kesimpulan untuk pecahan yang
2
Semua siswa dapat menjawab dengan berpenyebut ganjil. Siswa diminta untuk
benar pertanyaan tentang perbandingan membandingkan bagian yang berwarna
pecahan yang berpenyebut sama dan merah dengan bagian keseluruhan pada
berpembilang sama. kertas 1, kertas 1,2 (2 kertas), Kertas 1,2,3
Aktivitas menempatkan kertas yang (3 kertas), dan Kertas 1,2,3,4 (4 Kertas).
lebih kecil di atas yang lebih besar seperti
kertas yang ¼ bagian di atas ½ bagian
menuntun siswa untuk dapat
menyimpulkan bahwa 1 bagian kertas Kertas 2
Kertas 1 Kertas 3 Kertas 4
yang ½ sama dengan 2 bagian kertas yang
¼, 4 bagian kertas yang 1/8, dan 8 bagian
kertas 1/16. Pada kegiatan ini siswa dapat
memahami pecahan senilai dan sekaligus
dapat membadingkan pecahan yang Berikut ini adalah jawaban siswa
memiliki pembilang sama. Aktivitas ini
bertujuan untuk memberikan pemahaman
terhadap bilangan pecahan senilai yaitu Selanjutnya siswa diberikan kertas yang
1 2 4 8 dibagi menjadi 8 bagian, dimana 3 bagian
= = =
2 4 8 16 dari 8 bagian tersebut berwarna biru.
Siswa diminta untuk menentukan
perbandingan bagian yang berwarna biru
dengan keseluruhan bagian pada 1 kertas
dan selanjutnya ketika kertas tersebut
Gambar 7. Hasil Pekerjaan Siswa. digandakan menjadi 2, 3, 4,5, dan 6 seperti
Aktivitas 5. Menggandakan kertas di bawah ini
Aktivitas menggandakan kertas ini
bertujuan untuk menuntun siswa
menemukan strategi membandingkan
pecahan yang berbeda pembilang dan
2 3 2 3
penyebut. Misal 3 dengan 5, dengan 7.
5
Dalam desain ini sebelum
membandingkan pecahan yang
Berikut ini adalah jawaban LKS siswa

320 Jurnal “Mosharafa”, Volume 6, Nomor 3, September2017


Edo & Samo p-ISSN: 2086-4280; e-ISSN: 2527-8827

10 9
membandingkan dengan siswa
15 15
menjadi lebih mudah menentukan bahwa
Siswa dituntun untuk menemukan 10 9
> .
15 15
hubungan atau pola pertambahan
bilangan antara pembilang pada bilangan
pertama dan kedua, serta hubungan
antara penyebut bilangan pertama dan
kedua. Selain pola pertambahan nilai pada 2 3
Gambar 9. Bilangan dan
5 7
pembilang dan penyebut yang perlu 2
ditemukan siswa, mereka juga perlu Untuk membandingkan Bilangan dan
5
3 14
mengetahui bahwa nilai dari bilangan- , siswa bisa membandingkan bilangan
7 35
bilangan pecahan tersebut adalah sama 15 14 15
3 12 3
dan 35 dengan demikian 35<35.
yaitu = 32 maka bentuk dapat ditulis
8 8
12
dalam bentuk . Untuk mengetahui
32
ketercapaian tujuan di atas siswa diminta
untuk mengisi atau melanjutkan tabel
bilangan pecahan senilai atau tabel
kelipatan pecahan.
Siswa diminta untuk mengisi kotak
Gambar 10. Pemahaman siswa tentang
kosong pada tabel atau melanjutkan
perbandingan pecahan
bilangan pecahan yang telah
Empat orang siswa dari 26 orang yang
tersediasampai kedua bilangan memiliki
tidak mampu menyelesaikan semua soal
penyebut yang sama.
tentang perbandingan pecahan di atas.
Karena mereka belum dapat
menghubungkan bilangan pecahansenama
2 14 3 15
seperti dengan , dan dengan
2 3 5 35 7 35
Gambar 8. Bilangan dan
3 5 sehingga mereka mengalami kesulitan
2
Siswa diingatkan kembali bahwa3 = dalam membandingkan
2
dengan
3
.
4 2 6 2 8 2 10 3 6 3 5 7
, = 9 , 3 = 12 , 3 = 15dan = 10 , 5 = Namun 85% siswa dapat menyelesaikan
6 3 5
9
sehingga pada saat siswa seluruh soal di atas dengan benar.
15
𝟐 𝟑 Aktivitas 6. Menyelesaikan soal cerita yang
membandingkan bilangan 𝟑dan 𝟓mereka
berhubungan dengan pecahan
bisa mengambil pecahan yang nilainya Pada aktivitas ini siswa diberikan empat
2 3
sama dengan dan yang memiliki soal cerita tentang bilangan pecahan.
3 5
10 9 Contoh jawaban siswa adalah sebagai
penyebut sama yaitu dan . Dengan
15 15
berikut ini.

Jurnal “Mosharafa”, Volume 6, Nomor 3, September2017 321


Edo & Samo http://e-mosharafa.org/

DAFTAR PUSTAKA
Doug, M., Clarke, Anne Roche, Mitchell
Annie. (2008). 10 Practical Tips for
Making Fraction Come Alive and Make
Gambar 11. Jawaban siswa Sense. Journal of the national council
of teachers of Mathematics, Vol. 13
IV. PENUTUP no 7.
Berdasarkan hasil pengamatan dan tes Clarke, Doug M., Anne Roche, Annie
hasil belajar materi pecahan menggunakan Mitchell, and Michal Sukenik. (2006).
pendekatan PMRI konteks Siki Doka Assessing Students Understanding of
diperoleh bahwa siswa sangat antusias Fractions Using Task Based
dan benar-benar menikmati proses demi Interviews” In Proceeding of the 30th
proses yang terjadi. Mereka tidak merasa Conference of International Group of
terbeban dengan materi matematika. Psychology of Mathematics
Siswa benar-benar memahami konsep Education, pp. 44-337.
pecahan melalui aktivitas menggambar, Edo, S. I. (2016). Jenis kekeliruan akibat
menggunting, mewarnai, menyusun dan menghafal prosedur rutin dalam
menggandakan kertas origami. Melalui melakukan operasi penjumlahan dan
Aktivitas 1, 2, 3 siswa telah mencapai pengurangan pecahan. Jurnal
kompetensi Dasar 1 yaitu mengenal Pendidikan Matematika MOSHARAFA,
pecahan sederhana. Kompetensi Dasar 2 223-233.
telah dicapai siswa melalui aktivitas 4 dan Freudenthal, H. (1983). Didactical
5 yaitu membandingkan Pecahan. Phenomenology of Mathematisc
Sedangkan kompetensi Dasar terakhir Structures New York, Boston,
yaitu memecahkan masalah yang Dordreht, London, Moscow: Kluwer
berkaitan dengan pecahan sederhana Academic Publisher
dicapai pada aktivitas 6. Siswa juga sudah Kennedy. 1994. Guiding Childrens
dapat menyelesaikan soal cerita yang Learning of Mathematics. California:
berhubungan dengan pecahan. Secara Wadsworth Publishing Company.
tidak sadar mereka juga sudah terlibat Nenden. (2010). Design Research on
dalam konsep penjumlahan pecahan, Developing a Beginning
konsep kelipatan pecahan, dan Understanding of Multiplication
menyamakan penyebut. Karena itu Fraction by Whole Number in Grade
aktivitas 4 dan 5 dapat menjadi aktivitas Five Primary School Students in
awal dalam mempelajari pecahan di tahap Indonesia. Master Tesis. Universitas
selanjutnya yaitu tentang penjumlahan Sriwijaya.
dan pengurang pecahan.

322 Jurnal “Mosharafa”, Volume 6, Nomor 3, September2017

Anda mungkin juga menyukai