Anda di halaman 1dari 10

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


BIRO ASISTENSI MATA KULIAH UMUM AGAMA ISLAM
DEPARTEMEN PENGELOLAAN ASISTEN
Masjid Nurul Huda UNS Jl. Ir.Sutami No.36A, Surakarta

AHAMMIYAH SYAHADATAIN
“Memahami Makna Syahadat”

I. Tujuan Umum
Mengerti tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan aqidah yang benar yang digali
dari Al-Qur'an, As-Sunah, dalil-dalil naqli dan aqli, menanamkannya dalam jiwa, dan
membersihkannya dari bid'ah serta khurafat yang mungkin mengotorinya.

II. Tujuan Kognitif


1. Mengartikan makna kalimat kata per kata
2. Menjelaskan enam urgensi mempelajari syahadatain
3. Memahami kepentingan syahadatain dalam hidup seorang muslim.
4. Memahami syahadatain sebagai pintu masuk dan intisari ajaran Islam serta menjadi
dasar perubahan total sesuatu umat.

III. Tujuan Afektif dan Psikomotorik


1. Menyadari bahwa tegaknya Islam mesti didahului oleh tegaknya rukun Islam, dan
tegaknya rukun Islam mesti didahului oleh tegaknya syahadah
2. Mengerti bahwa tauhid adalah muatan setiap risalah nabi/rasul.
3. Mengerti hakikat agama Islam dan hal-hal yang menjadi penopangnya secara global.
4. Menyadari bahwa Islam adalah satu-satunya syariat yang diridhai Allah. Tidak dapat
dicampur dengan syariat lainnya
5. Berprilaku sesuai tuntutan kandungan dua kalimah syahadah

IV. Kegiatan Pembelajaran


Pilihan kegiatan yang bisa diselenggarakan dalam halaqah adalah :
1. Kegiatan Pembuka
a. Mengkomunikasikan tentang urgensi mengkaji dua kalimat syahadah
b. Menginventarisir tentang fenomena yang berhubungan dengan tema kajian
2. Kegiatan Inti:
a. Kajian tentang ahammiyah syahadatain
b. Berdikusi dan tanya jawab tentang ahammiyah syahadatain dengan fenomena
kemusyrikan (lihat tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor)
c. Penekanan dari Asisten tentang nilai dan hikmah yang terkandung dalam materi
ahammiyah syahadatain.
3. Kegiatan Penutup:
a. Tugas mandiri
b. Evaluasi
V. Pilihan Kegiatan

*Materi AAI UNS Semester 2/2016


1
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
BIRO ASISTENSI MATA KULIAH UMUM AGAMA ISLAM
DEPARTEMEN PENGELOLAAN ASISTEN
Masjid Nurul Huda UNS Jl. Ir.Sutami No.36A, Surakarta

1. Mengadakan rihlah dan tafakkur tentang ciptaan Allah Swt hingga dapat
membuktikan adanya pencipta dengan akalnya
2. Mengumpulkan ayat-ayat al Qur`an yang menunjukkan pada tafakkur
3. Mengumpulkan ayat-ayat tentang pentingnya mengkaji dua kalimat syahadah
4. Mengumpulkan hadits-hadits yang menunjukkan hal di atas
5. Menulis makalah tentang pentingnya mengkaji dua kalimat syahadah
6. Mengumpulkan perkataan-perkataan orang muslim dan lainnya yang obyektif tentang
pentingnya mengkaji dua kalimat syahadah

VI. Sarana Evaluasi Dan Mutabaah


1. Tes akademis melalui pertanyaan, diskusi dan dialog menggunakan metode
pencatatan untuk meyakinkan (menegaskan) tercapainya tujuan
2. Tes kemampuan untuk membandingkan sejauh mana tujuan telah tercapai.

VII. Tujuan
1. Menjelaskan pentingnya mengkaji dua kalimat syahadat dalam kehidupan seorang
muslim
2. Memahami syahadah secara konsep dan aplikasinya.
3. Menjelaskan kenapa syahadah penting karena dengan bersyahadah seseorang boleh
menyebutkan dirinya sebagai muslim,
4. Menjelaskan bahwa syahadah merupakan pintu bagi masuknya seseorang kedalam
Islam.
5. Menjelaskan bahwa kefahaman seorang muslim dapat melakukan perubahan-
perubahan individu, keluarga ataupun masyarakat.
6. Menjelaskan bahwa dalam sejarah para nabi dan rasul, syahadah sebagai kalimat yang
diperjuangkan dan kalimat inilah yang menggerakkan dakwah nabi dan rasul. Akhir
sekali, dengan syahadah tentunya setiap muslim akan mendapatkan banyak pahala
dan ganjaran yang besar dari Allah SWT.

*Materi AAI UNS Semester 2/2016


2
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
BIRO ASISTENSI MATA KULIAH UMUM AGAMA ISLAM
DEPARTEMEN PENGELOLAAN ASISTEN
Masjid Nurul Huda UNS Jl. Ir.Sutami No.36A, Surakarta

= Ringkasan MATERI =

AHAMMIYAH SYAHADATAIN
“Memahami Makna Syahadat”

Kalimat syahadatain adalah kalimat yang tidak asing lagi bagi umat Islam. Kita
senantiasa menyebutnya setiap hari, misalnya ketika shalat dan azan. Kalimat syahadatain
sering diucapkan oleh ummat Islam dalam pelbagai keadaan. Kita menghafal kalimat
syahadah dan dapat menyebutnya dengan fasih, namun demikian sejauh manakah kesan
kalimat syahadatain ini, sejauh mana ia dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari
ummat Islam?
Pertanyaan tersebut perlu dijawab dengan realitas yang ada. Tingkah laku ummat
Islam yang terpengaruh dengan budaya jahiliyah atau cara hidup Barat memberi gambaran
bahwa syahadah tidak cukup memberi pengaruh, terbukti mereka masih melakukan perkara-
perkara yang dilarang Allah dan meninggalkan perintah-Nya, memberi kesetiaan bukan
kepada kaum muslimin, atau tidak mensyukuri sesuatu yang diberikan kepada mereka.
Contoh ini adalah wujud dari seseorang yang tidak memahami syahadah yang dibacanya dan
tidak mengerti makna yang sebenarnya dibawa oleh syahadah tersebut.
Kalimat Syahadah merupakan asas utama dan landasan penting bagi rukun Islam.
Tanpa syahadah maka rukun Islam lainnya akan runtuh, begitu juga dengan rukun Iman.
Tegaknya syahadah dalam kehidupan individu akan menegakkan ibadah dan dien dalam
hidup kita. Dengan syahadatain terwujudlah sikap ruhani yang akan memberikan motivasi
kepada tingkah laku jasmaniah dan akal fikiran serta memotivasi kita untuk melaksanakan
rukun Islam lainnya.
Tegaknya Islam mesti didahului oleh tegaknya rukun Islam, dan tegaknya rukun Islam
mesti didahului oleh tegaknya syahadah. Rasulullah saw. mengisyaratkan bahwa Islam itu
bagaikan sebuah bangunan. Untuk berdirinya bangunan Islam itu harus ditopang oleh 5
(lima) tiang pokok yaitu syahadatain, shalat, saum, zakat dan haji ke Baitulllah.
Di kalangan masyarakat Arab zaman Nabi saw. memahami betul makna syahadatain
ini, terbukti dalam suatu peristiwa dimana Nabi saw. mengumpulkan para pemimpin Quraisy
dari kalangan Bani Hasyim, Nabi saw. bersabda: Wahai saudara-saudara, maukah kalian aku
beri satu kalimat, di mana dengan kalimat itu kalian akan dapat menguasai seluruh jazirah
Arab. Kemudian Abu Jahal menjawab: Jangankan satu kalimat, sepuluh kalimat berikan
kepadaku. Kemudian Nabi saw. bersabda: Ucapkanlah Laa ilaha illa Allah dan Muhammad
Rasulullah. Abu Jahal pun menjawab: Kalau itu yang engkau minta, berarti engkau
mengumandangkan peperangan dengan semua orang Arab dan bukan Arab.
Penolakan Abu Jahal kepada kalimat ini, bukan kerana dia tidak paham akan makna
dari kalimat itu, tetapi justru sebaliknya. Dia tidak mau menerima sikap yang mesti tunduk,

*Materi AAI UNS Semester 2/2016


3
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
BIRO ASISTENSI MATA KULIAH UMUM AGAMA ISLAM
DEPARTEMEN PENGELOLAAN ASISTEN
Masjid Nurul Huda UNS Jl. Ir.Sutami No.36A, Surakarta

taat dan patuh kepada Allah swt. saja, dengan sikap ini maka semua orang akan tidak tunduk
lagi kepadanya. Abu Jahal ingin mendapatkan loyalitas dari kaum dan bangsanya.
Penerimaan syahadah bermakna menerima semua aturan dan segala akibatnya. Penerimaan
inilah yang sulit bagi kaum jahiliyah mengaplikasikan syahadah.
Sebenarnya, apabila mereka memahami bahwa loyalitas kepada Allah itu juga akan
menambah kekuatan kepada diri kita. Mereka yang beriman semakin dihormati dan semakin
dihargai. Mereka yang memiliki kemampuan dan ilmu akan mendapatkan kedudukan yang
sama apabila ia sebagai muslim. Abu Jahal adalah tokoh di kalangan Jahiliyah dan ia
memiliki banyak potensi diantaranya ialah ahli hukum (Abu Amr). Setiap individu yang
bersyahadah, maka ia menjadi khalifatullah fil Ardhi.
Kalimat syahadah mesti dipahami dengan benar, kerana di dalamnya terdapat makna
yang sangat tinggi. Dengan syahadah maka kehidupan kita akan dijamin bahagia di dunia
ataupun di akhirat. Syahadah sebagai kunci kehidupan dan tiang dari pada dien. Oleh karena
itu, marilah kita bersama memahami syahadatain ini.

1. Madkhol Ila Al-Islam (pintu masuk ke dalam Islam).


Sahnya iman seseorang adalah dengan menyebutkan syahadatain. Kesempurnaan
iman seseorang bergantung kepada pemahaman dan pengamalan syahadatain.
Syahadatain membedakan manusia kepada muslim dan kafir. Pada dasarnya setiap
manusia telah bersyahadah Rububiyah di alam arwah, tetapi ini saja belum cukup, untuk
menjadi muslim mereka harus bersyahadah Uluhiyah dan syahadah Risalah di dunia.

ٍ ‫ا‬hhَ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم لِ ُم َعا ِذ ْب ِن َجبَ ٍل ِحينَ بَ َعثَهُ إِلَى ْاليَ َم ِن إِنَّكَ َستَأْتِي قَوْ ًما أَ ْه َل ِكت‬
‫ا ْد ُعهُ ْم إِلَى أَ ْن‬hhَ‫إ ِ َذا ِج ْئتَهُ ْم ف‬h َ‫ب ف‬ َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫ق‬
ِّ‫ت فِي ُكل‬ ٍ ‫صلَ َوا‬ َ ‫س‬ َ ‫ض َعلَ ْي ِه ْم خَ ْم‬ ‫هَّللا‬ َ
َ ‫ك فَأخبِرْ هُ ْم أ َّن َ قَ ْد فَ َر‬ ْ َ َ ِ‫ك بِ َذل‬ َ ‫هَّللا‬
َ َ‫ُ َوأ َّن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل ِ فَإ ِ ْن هُ ْم أطَاعُوا ل‬ َ ‫هَّللا‬ ‫اَّل‬ َ
ِ‫يَ ْشهَدُوا أ ْن اَل إِلَهَ إ‬
‫إ ِ ْن هُ ْم‬hَ‫ َرائِ ِه ْم ف‬hَ‫ َر ُّد َعلَى فُق‬hُ‫ائِ ِه ْم فَت‬hhَ‫ ُذ ِم ْن أَ ْغنِي‬hَ‫ َدقَةً تُ ْؤخ‬h‫ص‬ َ ‫ض َعلَ ْي ِه ْم‬ َ ‫ َر‬hَ‫ ْد ف‬hَ‫أ َ ْخبِرْ هُ ْم أَ َّن هَّللا َ ق‬hَ‫ك ف‬ َ ِ‫ َذل‬hِ‫ك ب‬ َ hَ‫يَوْ ٍم َولَ ْيلَ ٍة فَإ ِ ْن هُ ْم أَطَاعُوا ل‬
ٌ‫ْس بَ ْينَهُ َوبَ ْينَ هَّللا ِ ِح َجاب‬ ْ ‫ق َد ْع َوةَ ْال َم‬
ِ ُ ‫ظل‬
َ ‫وم فَإِنَّهُ لَي‬ ِ َّ‫ك َو َك َرائِ َم أَ ْم َوالِ ِه ْم َوات‬ َ ‫ك فَإِيَّا‬ َ َ‫أَطَاعُوا ل‬
َ ِ‫ك بِ َذل‬
“Rasulullah bersabda kepada Muadz bin Jabal saat mengutusnya ke penduduk Yaman,
“Kamu akan datang kepada kaum ahli kitab. Jika kamu telah sampai kepada mereka,
ajaklah mereka agar bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan
Allah. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu, beritakan kepada mereka bahwa Allah
telah mewajibkan kepada mereka lima shalat setiap siang dan malam. Jika mereka
mentaatimu dalam hal itu beritakan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan
sedekah (zakat) yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan dikembalikan
kepada orang-orang miskin. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu hati-hatilah kamu
terhadap kemuliaan harta mereka dan waspadalah terhadap doanya orang yang dizalimi,
sebab antaranya dan Allah tidak ada dinding pembatas.” (Bukhari Muslim).
Pernyataan Rasulullah saw. tentang misi Laa ilaha illallah dan kewajiban manusia
untuk menerimanya. Dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah saw. bersabda,
‫ ُموا‬h ‫َص‬َ ‫وا ع‬hhُ‫صاَل ةَ َوي ُْؤتُوا ال َّز َكاةَ فَإ ِ َذا فَ َعل‬ َّ ‫اس َحتَّى يَ ْشهَدُوا أَ ْن اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا ُ َوأَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هَّللا ِ َويُقِي ُموا ال‬ َ َّ‫ت أَ ْن أُقَاتِ َل الن‬ ُ ْ‫أُ ِمر‬
ِ ‫ِمنِّي ِد َما َءهُ ْم َوأَ ْم َوالَهُ ْم إِاَّل بِ َحقِّهَا َو ِح َسابُهُ ْم َعلَى هَّللا‬

*Materi AAI UNS Semester 2/2016


4
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
BIRO ASISTENSI MATA KULIAH UMUM AGAMA ISLAM
DEPARTEMEN PENGELOLAAN ASISTEN
Masjid Nurul Huda UNS Jl. Ir.Sutami No.36A, Surakarta

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada
tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat. Jika mereka telah melakukan hal itu, terperihalah darah dan harta benda mereka
kecuali dengan haknya sedangkan hisab mereka kepada Allah.” (Bukhari Muslim).
Pentingnya mengerti, memahami dan melaksanakan syahadatain. Manusia berdosa
akibat melalaikan pemahaman dan pelaksanaan syahadatain.
“Maka Ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain
Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-
laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu
tingal.” (Muhammad: 19).
Manusia menjadi kafir karena menyombongkan diri terhadap Laa ilaha illa Allah
dan tidak mau mengesakan Allah. “Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan
kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan
Allah) mereka menyombongkan diri.” (As-Shaffat: 35).
Yang dimaksud menyombongkan diri ketika diperdengarkan kalimat ”Laa Ilaa ha
illallah” tidak semata-mata karena tidak mau mengucapkan atau mendengarkannya,
tetapi yang yang dimaksud adalah substansinya, yaitu hanya taat, takut dan cinta kepada
Allah. Karena itu kesombongan diri dalam ayat ini maksudnya adalah sikap tidak mau
taat dan tunduk kepada perintah Allah, seperti perintah shalat, menutup aurat, menjauhi
pergaulan bebas, berkhalwat dengan yang bukan mahramnya dan sebagainya.

2. Khulashah Ta’alim Islam (Ringkasan Ajaran Islam).


Pemahaman muslim terhadap Islam bergantung kepada pemahamannya
terhadap syahadatain. Sebab seluruh ajaran Islam terdapat dalam dua kalimat yang
sederhana ini. Ada 3 hal prinsip syahadatain :
a. Pernyataan Laa ilaha illa Allah merupakan penerimaan penghambaan atau ibadah
kepada Allah saja. Melaksanakan minhajillah merupakan ibadah kepada-Nya.
b. Menyebut Muhammad Rasulullah merupakan dasar penerimaan cara penghambaan
itu dari Muhammad saw. Dan Rasulullah adalah tauladan dalam mengikuti Manhaj
Allah.
c. Penghambaan kepada Allah meliputi seluruh aspek kehidupan. Ia mengatur
hubungan manusia dengan Allah dengan dirinya sendiri dan dengan masyarakatnya.
Makna Laa ilaha illa Allah adalah penghambaan kepada Allah. 21:25, Rasul diutus
dengan membawa ajaran tauhid. “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah:
21).

Manusia diciptakan untuk menghambakan dirinya kepada Allah semata.


“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.” (Az-Dzariyat: 56).

*Materi AAI UNS Semester 2/2016


5
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
BIRO ASISTENSI MATA KULIAH UMUM AGAMA ISLAM
DEPARTEMEN PENGELOLAAN ASISTEN
Masjid Nurul Huda UNS Jl. Ir.Sutami No.36A, Surakarta

“Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan
kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, maka sembahlah
olehmu sekalian akan aku.” (Al-Anbiya’: 25).

Muhammad saw. adalah tauladan dalam setiap aspek kehidupan. 3:31, aktifitas hidup
hendaknya mengikuti ajaran Muhammad SAW.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21).

Meneladani Rasulullah menjadi parameter keimanan dan kecintaan seseorang kepada Allah.
Bukti cinta kepada Allah adalah dengan mengikuti ajaran Rasulullah saw.
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Ali Imran: 31).

Seluruh aktivitas hidup manusia secara individu, masyarakat dan negara mesti ditujukan
kepada mengabdi Allah SWT sahaja.
“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am: 162).

Islam adalah satu-satunya syariat yang diridhai Allah. Tidak dapat dicampur dengan syariat
lainnya.

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih
orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada
mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir
terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (Ali Imran;
19).

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”
(Ali Imran: 85).

“Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan
(agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang
yang tidak Mengetahui.” (Al-Jatsiyah: 18).

*Materi AAI UNS Semester 2/2016


6
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
BIRO ASISTENSI MATA KULIAH UMUM AGAMA ISLAM
DEPARTEMEN PENGELOLAAN ASISTEN
Masjid Nurul Huda UNS Jl. Ir.Sutami No.36A, Surakarta

“Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah Dia,
dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai
beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu
bertakwa.” (Al-An’am: 163)

3. Asasul Inqilab (dasar-dasar perubahan).

Syahadatain mampu manusia dalam aspek keyakinan, pemikiran, maupun jalan hidupnya.
Perubahan meliputi berbagai aspek kehidupan manusia secara individu atau masyarakat.

Ada perbedaan penerimaan syahadatain pada generasi pertama umat Muhammad dengan
generasi sekarang. Perbedaan tersebut disebabkan kefahaman terhadap makna syahadatain
secara bahasa dan pengertian, sikap konsisten terhadap syahadah tersebut dalam pelaksanaan
ketika menerima maupun menolak.

Umat terdahulu langsung berubah ketika menerima syahadatain. Sehingga mereka yang
tadinya bodoh menjadi pandai, yang kufur menjadi beriman, yang bergelimang dalam
maksiat menjadi takwa dan abid, yang sesat mendapat hidayah. Masyarakat yang tadinya
bermusuhan menjadi bersaudara di jalan Allah.

Syahadatain dapat merubah masyarakat dahulu maka syahadatain pun dapat merubah umat
sekarang menjadi baik.

Penggambaran Allah tentang perubahan yang terjadi pada para sahabat Nabi, yang dahulunya
berada dalam kegelapan jahiliyah kemudian berada dalam cahaya Islam yang gemilang.

“Dan apakah orang yang sudah mati1 kemudian dia kami hidupkan dan kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah
masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang
sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah kami jadikan orang yang kafir itu
memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 122).

Perubahan individu contohnya terjadi pada Muz’ab bin Umair yang sebelum mengikuti
dakwah rasul merupakan pemuda yang paling terkenal dengan kehidupan yang glamour di
kota Mekkah tetapi setelah menerima Islam, ia menjadi pemuda sederhana yang da’i, duta
rasul untuk kota Madinah. Kemudian menjadi syuhada Uhud. Saat syahidnya rasulullah
membacakan ayat ini.

1
Maksudnya ialah orang yang telah mati hatinya yakni orang-orang kafir dan sebagainya.

*Materi AAI UNS Semester 2/2016


7
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
BIRO ASISTENSI MATA KULIAH UMUM AGAMA ISLAM
DEPARTEMEN PENGELOLAAN ASISTEN
Masjid Nurul Huda UNS Jl. Ir.Sutami No.36A, Surakarta

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka
janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada
(pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya).” (Al-Ahzab: 23).
Reaksi masyarakat Quraisy terhadap kalimat tauhid. 85:6-10, reaksi musuh terhadap
keimanan kaum mukminin terhadap Allah 18:2, 8:30, musuh memerangi mereka yang
konsisten dengan pernyataan Tauhid.

“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada
Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. Dan mereka
berkata: "Apakah Sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena
seorang penyair gila?" Sebenarnya dia (Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan
membenarkan rasul-rasul (sebelumnya).” (As-Shaffat: 35-37).

“Ketika mereka duduk di sekitarnya. Sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat
terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu
melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah yang Maha Perkasa lagi
Maha Terpuji. Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha menyaksikan
segala sesuatu. Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang
yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka
azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar.” (Al-Buruj: 6-10).

“Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi
Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan
amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik.” (Al-Kahfi: 2).

“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu
untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka
memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik
pembalas tipu daya.” (Al-Anfal: 30).

4. Haqiqat Dakwah Rasul.

Setiap Rasul semenjak nabi Adam as. hingga nabi besar Muhammad saw. membawa misi
dakwahnya adalah syahadah. Apa yang diwahyukan kepada Rasulullah sama dengan apa
yang diwahyukan kepada nabi-nabi sebelumnya. Allah berfirman,

“Sesungguhnya kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana kami telah


memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan kami telah
memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa,

*Materi AAI UNS Semester 2/2016


8
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
BIRO ASISTENSI MATA KULIAH UMUM AGAMA ISLAM
DEPARTEMEN PENGELOLAAN ASISTEN
Masjid Nurul Huda UNS Jl. Ir.Sutami No.36A, Surakarta

Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. dan kami berikan Zabur kepada Daud.” (An-Nisa’:
163).

Mereka semua mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah semata dan hanya menyembah
kepada-Nya. Seperti yang diserukan Nuh sa. kepada kaumnya.

“Sesungguhnya kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku
sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu
tidak menyembah Allah), Aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).” (Al-
A’raf: 59).

Nabi Ibrahim berdakwah kepada masyarakat untuk membawanya kepada pengabdian Allah
saja serta membebasakan diri dari kesyirikan.

“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan Dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami
berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari
(kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-
lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada
bapaknya,2 "Sesungguhnya Aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan Aku tiada dapat
menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami hanya
kepada Engkaulah kami bertawakal dan Hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya
kepada Engkaulah kami kembali." (Al-Mumtahanah: 4).

Para nabi membawa dakwah bahwa ilah yang satu yaitu Allah saja.

“Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh
dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (Al-
Kahfi: 110).

*Materi AAI UNS Semester 2/2016


9
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
BIRO ASISTENSI MATA KULIAH UMUM AGAMA ISLAM
DEPARTEMEN PENGELOLAAN ASISTEN
Masjid Nurul Huda UNS Jl. Ir.Sutami No.36A, Surakarta

5. Fadailul A’dhim (ganjaran yang besar)

Banyak ganjaran yang diberikan oleh Allah dan dijanjikan oleh Nabi Muhammad saw. Di
antaranya seseorang akan dimasukkan ke dalam surga dan dikeluarkan dari neraka seperti
sabda Rasulullah saw.
ُ‫ ُده‬h‫هُ َوأَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب‬h َ‫ ِريكَ ل‬h‫ َدهُ اَل َش‬h ْ‫هَ إِاَّل هَّللا ُ َوح‬hَ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل َم ْن َش ِه َد أَ ْن اَل إِل‬
َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ع َْن النَّبِ ِّي‬
ِ ‫ع َْن ُعبَا َدةَ َر‬
َ‫ان‬hh‫ق أَ ْد َخلَهُ هَّللا ُ ْال َجنَّةَ َعلَى َما َك‬
ٌّ ‫ق َوالنَّا ُر َح‬ ٌّ ‫َو َرسُولُهُ َوأَ َّن ِعي َسى َع ْب ُد هَّللا ِ َو َرسُولُهُ َو َكلِ َمتُهُ أَ ْلقَاهَا إِلَى َمرْ يَ َم َورُو ٌح ِم ْنهُ َو ْال َجنَّةُ َح‬
‫ِم ْن ْال َع َم ِل‬
Ubadah bin Shamit meriwayatkan dari Nabi saw. beliau bersabda, “Barangsiapa mengatakan
tiada ilah selain Allah tiada sekutu bagi-Nya dan bahwa Muhammad adalah utusan-Nya dan
Rasul-Nya, bahwa Isa adalah hamba dan utusan-Nya, kalimat-Nya yang dicampakkan kepada
Maryam dan ruh dari-Nya, dan bahwa surga adalah haq serta neraka itu haq. Allah akan
memasukkannya ke surge, apapun amal perbuatannya.” (Bukhari).

َ ‫ار َم ْن قَا َل اَل ِإلَهَ إِاَّل هَّللا ُ َوفِي قَ ْلبِ ِه َو ْزنُ َش ِع‬
‫ير ٍة ِم ْن خَ ي ٍْر َويَ ْخ ُر ُج ِم ْن‬ ِ َّ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل يَ ْخ ُر ُج ِم ْن الن‬
َ ‫س ع َْن النَّبِ ِّي‬ ٍ َ‫ع َْن أَن‬
‫ار َم ْن قَا َل اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا ُ َوفِي قَ ْلبِ ِه َو ْزنُ َذ َّر ٍة ِم ْن خَ ي ٍْر‬
ِ َّ‫ار َم ْن قَا َل اَل إِلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ َوفِي قَ ْلبِ ِه َو ْزنُ بُ َّر ٍة ِم ْن َخي ٍْر َويَ ْخ ُر ُج ِم ْن الن‬
ِ َّ‫الن‬
Dari Anas dari Nabi saw. bersabda, “keluar dari neraka orang yang mengucapkan la ilaha
illallah dn di hatinya ada seberat rambut kebaikan. Keluar dari neraka orang yang
mengucapkan la ilaha illallah sedang di hatinya ada seberat gandum kebaikan. Dan keluar
dari neraka orang yang mengatakan la ilaha illallah sedang di hatinya ada seberat zarrah
kebaikan.” (Bukhari).

Orang yang mengikrarkan syahadat akan mendapatkan syafaat Rasulullah di hari Kiamat.
Seperti sabda beliau,
‫ت‬ َ ِ ‫ك يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬
َ ‫ ْد‬hَ‫لَّ َم لَق‬h‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس‬
ُ ‫ظنَ ْن‬ ِ َّ‫ال قِي َل يَا َرسُو َل هَّللا ِ َم ْن أَ ْس َع ُد الن‬
َ ِ‫اس بِ َشفَا َعت‬ َ َ‫ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ أَنَّهُ ق‬
‫وْ َم‬hhَ‫فَا َعتِي ي‬h‫اس بِ َش‬ ِ َّ‫ َع ُد الن‬h‫ث أَ ْس‬ ِ ‫ ِدي‬h‫كَ َعلَى ْال َح‬h‫ص‬ِ ْ‫ْت ِم ْن ِحر‬ ُ ‫ا َرأَي‬hh‫ك لِ َم‬َ h‫ ٌد أَ َّو ُل ِم ْن‬h‫ث أَ َح‬ِ ‫ ِدي‬h‫يَا أَبَا هُ َر ْي َرةَ أَ ْن اَل يَسْأَلُنِي ع َْن هَ َذا ْال َح‬
‫ْالقِيَا َم ِة َم ْن قَا َل اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا ُ خَ الِصًا ِم ْن قَ ْلبِ ِه أَوْ نَ ْف ِس ِه‬
Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw. ditanya, siapakah orang yang paling berbahagia
dengan syafaatmu di hari Kiamat? Rasulullah saw bersabda, “Aku telah mengira ya Abu
Hurairah, bahwa tidak ada seorang pun yang tanya tentang hadits ini yang lebih dahulu
daripada kamu, karena aku melihatmu sangat antusias terhadap hadits. Orang yang paling
bahagia dengan syafaatku di hari Kiamat adalah yang mengatakan la ilaha illallah secara
ikhlas dari hatinya atau jiwanya.” (Bukhari).

*Materi AAI UNS Semester 2/2016


10

Anda mungkin juga menyukai