Anda di halaman 1dari 29

DRG YULANDA

Selasa, 03 Juni 2014


BAHAN RESTORASI

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Dalam kehidupan sehari-hari penemuan akan banyaknya kejanggalan dalam dunia medis

terutama dalam dunia kedokteran gig maka tidak jarang menimbulkan suatu pertanyaan yang

perlu diteliti lebih lanjud untuk mendapatkan penyebab pastinya. Bukan hanya pada suatu

penentuan diagnosa penyakit namun kesesuaian antara diagnosa dan bahan restorasi sangat perlu

diperhatikan .  

Perkembangan ilmu pengetahuan serta bahan-bahan dalam kedokteran gigi membuat kita

sebagai calon dokter gigi lebih giat untuk mencari tahu bahan yang paling sering digunakan

dalam era moderen ini.

            pulpitis reversibel adalah peradangan pulpa yang kondisinya ringan sampai sedang, yang

disebabkan oleh rangsangan berbahaya di mana pulpa mampu kembali ke keadaan normal

setelah penghapusan stimulus.

            Penanganan pulpitis reversibel biasanya dititik beratkan pada preparasi yang membuat

dentin mengalami remineralisasi kembali. Diantara bahan tersebut antara lain terbagi atas sub

base, base, dan  bahan tumpatan itu sendiri.


I.2 BATASAN TOPIK

1.      mahasiswa dapat mengetahui tentang pulpitis reversibel (devenisi, etiologi, histopatologi dan

gambaran klinis)

2.      mahasiwa mampu menjelaskan mengenai tes vitalitas pulpa serta hasil dari tes vitalitas pulpa

3.      mahasiwa dapat memahami tentang bahan restorasi ( jenis-jenis bahan , indikasi dan kontra

indikasi, sifat-sifat bahan, komposisi serta kelebihan dan kekurangan)


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. PENGERTIAN PULPITIS REVERSIBEL


            pulpitis reversibel adalah peradangan pulpa yang kondisinya ringan sampai sedang, yang
disebabkan oleh rangsangan berbahaya di mana pulpa mampu kembali ke keadaan normal
setelah penghapusan stimulus 1

A.    Definisi 2,3,4


a.       Pulpitis Reversible adalah vitalitas jaringan pulpa masih dapat dipertahankan setelah perawatan
endodontic.
Yang termasuk pulpitis reversible adalah :Peradangan Pulpa Stadium Transis, Atropi Pulpa, dan
Pulpitis Akut.
b.      Pulpitis Reversible adalah inflamasi pulpa yang tidak parah.
c.       Pulpitis Reversible, seperti namanya menunjukkan bahwa peradangan pulpa yang akan
membaik dan gigi akhirnya akan kembali kekondisi normal.
d.      Pulpitis Reversible adalah peradangan pada pulpa dari kondisi ringan sampai sedang yang
disebabkan oleh rangsangan dan pulpa mampu kembali kekondisi normal setelah rangsangan
berbahaya dihilangkan.
B.     Etiologi 5

pulpitis reversibel bisa disebabkan oleh iritasi yang mampu melukai pulp, misalny trauma
- thermal shock, sejak menyiapkan rongga dengan bur kusam tanpa pendingin atau menjaga bur
dalam kontak dengan gigi terlalu lama, atau terlalu panas selama polishing restorasi
- dehidrasi yang berlebihan dari rongga dengan alkohol atau kloroform
- dentin pada leher gigi terkena iritasi
- rangsangan kimia:
    a. bahan makanan manis atau asam
    b. silikat
    c. bakteri dari karies
    d. menggunakan high speed tanpa abcoolant
C.     Gejala5
      gejala pulpitis reversibel ditandai dengan nyeri tajam yang berlangsung sejenak hal ini
terutama dipicu oleh dingin daripada makanan panas atau minuman itu akan reda jika stimulan
dihapus perbedaan klinis antara pulpitis reversibel dan ireversibel adalah kuantitatif, rasa sakit
pulpitis ireversibel lebih parah, berlangsung lama dan dapat memicu tanpa stimulus apapun.
D.    Histopatologi 5
      pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemis ringan sampai sedang perubahan inflamasi
terbatas pada daerah tubulus dentin terlibat, seperti karies dentin.
 mikroskopis, berikut terlihat:
   a. dentin reparatif
   b. gangguan lapisan odontoblast
   c. pembuluh darah melebar
   d. ekstravasasi cairan oedemal dan adanya sel inflamnatory kronis imunologis kompeten
bersama dengan beberapa sel inflamasi akut.

E.     Pathogenesis 2
  Beberapa rangsangan durasi pendek, deperti pemotongan dentin dapat menyebabkan vasodilatasi
jangka pendek dan peningkatan reversible dalam bejana dinding permeabilitas.
  Rangsangan akan lebih parah dari kerusakan sel yang ditandai dengan vasodilatasi den pergerakan
leukosit polimorfonuklear kedalam jaringan yang terluka.
  Reaksi inflamasi biasanya terbatas pada odontoblast dan daerah subodontoblast, berdekatan
dengan tubulus dentinalis yang terlibat.
  Inti odontoblast dapat dipindahkan kedalam tubulus, baik karena tekanan jaringan local atau
cidera.
  Perbaikan melibatkan kembali ke dinamika fluida jaringan normal, leukosit polimorfonuklear
yang keluar dari daerah dan re-diferensiasi odontoblast jika telah merusak.
  Jaringan pulpa setelah perbaikan biasanya kurang vascular, lebih berserat dan kurang seluler dari
sebelumnya.
F.      Gambaran Klinis.4
         Hal ini ditandai dengan nyeri yang brlangsung selama beberapa saat, disebabkan oleh makanan
dan minuman yang dingin atau panas.
         Tidak terjadi secara spontan dan tidak berlanjut ketika penyebabnya dihilangkan.

G.    Perawatan 2,4


         Pencegahan adalah manajemen yang terbaik, dilakukan dengan perawatan secara berkala.
         Menghilangkan iritan, dan menutup serta melindungi dentin yang terbuka atau pulpa vital,
biasanya akan menghilangkan gejala (jika ada) dan memulihkan proses inflamasi jaringan pulpa.
H.    Tabel Indeks Clinical Diagnostic System 6

P Tronstad Walton dan Ingle dan Cohen dan Grossman


U torabinejad beveridge Burns
Healthy pulp normal No mention No mention Normal
L
Asimptomastic Pulpitius Pulpagia akut Pulpitis Asymptomatic
P
Pulpitis Reversibel yang baru terjadi reversibel hyperemia (kronik)
A
Pulpitis Reversibel
L
simptomatik (Akut)
Pulpitis Pulpitis Moderat, pulpagia Pulpitis Pulpitis
D Simtomatic Irreversibel akut, pulpagia Irreversibel irreversible, akut,
I kronik. kronis, pembukaan
A pulpa.
G Pulpitis Pulpitis - Pulpitis hiperplastik

N hiperplastic hiperplastik
Kematian pulpa necrosis necrosis necrosis necrosis
O
S
T
I
K
P Normal Normal Normal Normal Normal
Periodontitis Periodontitis Periodontitisd Periodontitis Periodontitis
E
Periapikal periapikal periapikal akut periapikal periapikal akut
R
simtomatic akut akut (vital dan nonvital).
I
Periodontitis Periodontitis Periodontitis Periodontitis Granuloma
Periapikal periapikal periapikal kronis periapikal
Asimptomatic kronis kronis
Periodontitis Periodontitis Periodontitis Periodontitis Alveolar abses
periapikal periapikal periapikal periapikal kronis
dengan abses supuratif supuratif supuratif
A Periodontitis Apical abses Apical abses akut Apical abses Alveolar abses akut
P apical dengan akut akut
I Phoenix abses Phoenix
fistula
K
A
A Abses
Kista apical Kista apical Kista apical Kista
G
Periodontitis Osteitis Osteitis Osteosclerosis Osteitis
N
apical condensing condensing apikal periapikal condensing.
O
kondensing
S
T
I
K

II.2  TES VITALITAS PULPA 7


1.      Inspkesi : memeriksa dengan mengamati objek (gigi) seperti warna, ukuran, bentuk, permukaan
karies, dll
2.      Sondasi : dengan menggunakan sonde atau eksplores dapat diketahui kedalaman kavitas, dan
reaksi pasien.
3.      Perkusi : dilakukan dengan mengetukkan jari atau instrument kea rah jaringan untuk mengetahui
adanya peradangan pada jaringan periodontal atau tidak.
4.      Palpasi : dengan cara menekan jaringan ke arah tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan
dengan fluktuasi atau tanpa fluktuasi.
5.      Tes mobilitas : gigi di mobilisasi untuk memeriksa ada tidaknya luksasi.
6.      Tes suhu : tes yang dilakukan dengan iritan dingin atau panas, untuk mengetahui vitalitas gigi.
7.      Tes elektrik : pemakaian alat pulp tester untuk mengetahui vitalitas gigi.
8.      Transluminasi : menggunakan illuminator dari arah palatal atau lingual, untuk mengetahui
adanya karies di lingual palatal, membedakan gigi nekrosis dan gigi vital. 12
Hasil tes vitalitas pulpa:
1.      Positif (normal)

Gigi yang dites member respon yang sama atau tingkat stimulasi yang sama dengan gigi sehat
lainnya. Hasil seperti diatas menunjukkan pulpa masih vital dan tidak ada peradangan pulpa.
2.      Berlebihan, sebentar

Gigi yang dites memberi respon lebih besar dibandingkan gigi sehat lainnya, begitu juga dengan
stimulasi ringan, meskipun demikian respon sakit hanya berlangsung kurang dari 15 detik.
3.      Berlebihan, lama

Gigi yang dites memberi respon lebih besar dibandingkan gigi sehat lainnya, bila diberi stimulasi
ringan.
4.      Negatif.

Gigi yang dites tidak memberi respon terhadap stimulasi, tapi gigi yang sehat memberi hasil
positif. Hasil diatas menunjukkan pulpa nonvital dan kemungkinan nekrotik
5.      Positif palsu

Gigi yang dites memberi respon normal, tapi kondisi pulpa terlihat abnormal
6.      Negatif palsu

Gigi yang dites tidak member respon terhadap stimulus tapi berbagai reaksi lainnya.
7.      Tidak dapt di simpulkan

Semua gigi member respon berlebihan atau sebaliknya tidak ada gigi yang member respon.9

II.3  CARA PENANGANAN PULPITIS REVERSIBEL


            Pulpitis reversible adalah inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya
dilenyapkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa akan kembali normal. Stimulus ringan atau
sebentar seperti karies insipient, erosi servikal, atau atrisi oklusal, sebagian besar proses operatif,
kuretase periodontium yang dalam dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka
adalah factor-faktor yang dapat mengakibatkan pulpitis reversible. (Walton & Torabinejad,
2008 ; 36)
            Pulpitis reversible simtomatik ditandai oleh rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih
sering diakibatka oleh makanan dan minuman dingin daripada panas dan oleh udara dingin.
Tidak timbul secara spontan dan tidak berlanjut bila penyebabnya telah ditiadakan. (Grossman,
1995 : 73)
Tetap mempertahankan pulpa yang sehat dan utuh adalah pilihan yang lebih baik dibandingkan
perawatan saluran akar atau prosedur endodonsia lainnya, mengingat bahwa perawatan-
perawatan tersebut sangat memakan waktu, rumit dan mahal. Jika yang dihadapi adalah suatu
lesi karies yang dalam, ada beberapa ahli yang menganjurkan tindaakan kaping pulpa (pulp
capping), suatu prosedur untuk mencegah terbukanya pulpa selama pembuangan dentin yang
karies.
Pengobatan :
1.     pengobatan terbaik dari pulpitis reversibel adalah pencegahan
2.     evaluasi berkala gigi untuk lesi kariogenik atau non kariogenik
3.     perawatan harus dilakukan sambil mempersiapkan rongga dan basis atau pernis yang sesuai
harus ditempatkan untuk mencegah kerusakan pulpa
4.     ketika rasa sakit terus berlanjut meskipun pengobatan yang tepat, peradangan pulpa harus
dianggap sebagai tidak dapat disembuhkan, pengobatan yang tepat adalah ekstirpasi pulpa 5

II.4 JENIS-JENIS BAHAN RESTORASI


Bahan restorasi merupakan salah satu bahan yang banyak dipakai dibidang kedokteran
gigi. Bahan restorasi berfungsi untuk memperbaiki dan merestorasi struktur gigi yang rusak.
Tujuan restorasi gigi tidak hanya membuang penyakit dan mencegah timbulnya kembali karies,
tetapi juga mengembalikan fungsinya. Bahan-bahan restorasi gigi yang ideal pada saat ini masih
belum ada meskipun berkembang pesat. Syarat untuk bahan restorasi plastis yang baik adalah :
  Harus mudah digunakan dan tahan lama
  Kekuatan tensil cukup
  Tidak larut ileh saliva dalam rongga mulut serta tidak koros-i di salam rongga mulut
  Tidak toksik dan iritatif baik pada pulpa maupun pada gingiva5
    Mudah dipotong dan dipoles
  Derajat keausan sama dengan email
  Mampu melindungi jaringan gigi sekitar dari karies sekunder
  Koefisien muai termis sama dengan enamel / dentin
  Daya penyerapan airnya rendah
  Bersifat adhesive terhadap jaringan gigi\
    Radiopaq

Sifat-sifat bahan restorasi


1.      Koefisen ekspansi thermal linear

LCTE adalah laju perubahan dimensi dari bahan per unit perubahan suhu
2.      Penyerapan air

Penyerapan air adalah jumlah air yang material menyerap dari waktu ke waktu per unit luas
permukaan atau volume . Ketika bahan restoratif menyerap air , sifat-sifatnya berubah, dan
efektivitasnya sebagai bahan restoratif adalah biasanya berkurang.
3.      Permukaan tekstur

Tekstur permukaan adalah kelancaran permukaan bahan restoratif.


4.      Radiopacity

Esthetic bahan restorasi harus cukup radiopak sehingga gambar radiolusen berulang karies di
sekitar atau di bawah restorasi dapat dilihat lebih mudah dalam radiograf .
5.      Modulus Elastisitas

Modulus elastisitas adalah kekakuan suatu material . Bahan memiliki modulus yang lebih
tinggi lebih kaku ; sebaliknya , material dengan modulus yang lebih rendah lebih fleksibel .9

Pembagian sifat bahan restorasi : 10

1. sifat kimia
- korosi
- hygroscopy
- kelarutan
- sensitivitas ph
- reaktivitas
- energi permukaan
- tegangan permukaan
2. sifat penting dibidang manufaktur atau proses finishing
- castability
- kerapuhan
- ketahanan mulur
- kekerasan
- suhu leleh atau melting kisaran suhu
- segi under hot-isostatic menekan (HIP) temerature dan kondisi tekanan
- machinability
- poles
3. sifat mekanik
- kerapuhan
- kuat tekan
- hal elastis
- modulus elastisitas
- kekuatan lelah
- ketangguhan retak
- kekerasan
- kekuatan microtensile
- rasio poisson 's
- batas proporsional
- geser kekuatan
- kekuatan tendile
- kerja atau noda pengerasan
- kekuatan vield
4. sifat optik
- kapasitas pengisapan
- warna
- fluoresensi
- luminescence
- kegelapan
- photosensitivity
- daya pemantulan
- indeks bias
- tranclucency
- tansmittanc
5. sifat termal
- koefisien ekspansi termal atau ontraction
- suhu eutektik
- suhu fusi
- suhu transisi gelas
- panas penguapan
- panas fusi
- suhu likuidus
- titik lebur
- titik pelunakan
- solidus tempeature
- panas spesifik
- konduktivitas termal
- difusivitas termal
- tekanan uap
- kelekatan
6. sifat fisik
sifat fisik adalah setiap parameter  yang menggambarkan keadaan perubahan system dapat
berfungsi untuk menggambarkan perubahan transformasi bahan ketika telah mengalami
pengaruh eksternal seperti kekuatan, tekanan, suhu, atau cahaya. 10

A. BAHAN SUBBASE
a.       Ca(OH)2
Sampai saat ini, kalsium hidroksida merupakan bahan direct pulp capping yang paling populer
sebagai terapi pulpa vital. Bahan ini mempunyai banyak kekurangan di antaranya pada pH 12,5
menyebabkan terjadi nekrosis likuidasi terutama pada lapisan superfisial pulpa. Efek toksik dari
kalsium hidroksida yang kelihatannya dinetralisir pada lapisan pulpa yang lebih dalam, justru
menyebabkan nekrosis koagulasi yang berbatasan dengan jaringan vital, menyebabkan iritasi
ringan pada pulpa. Pada proses kesembuhan, terjadi tunnel defectt pada pembentukan jembatan
dentin yang akan memudahkan masuknya bakteri dan memperlambat proses kesembuhan. Untuk
mencegah terjadinya infeksi, perlu mempercepat kesembuhan dengan memicu proses regenerasi
sel. Suatu proses kesembuhan diperlukan molekul pensinyal untuk memulai kaskade siklus sel
agar terjadi mitosis untuk regenerasi odontoblas membentuk dentin reparatif.
Pada suatu penelitian dipakai TGF-β1 suatu growth factor sebagai molekul pensinyal pada
perawatan direct pulp capping. Suatu pendekatan baru berbasis pengertian mekanisme seluler
dan molekuler pada regulasi dentinogenesis. Pemberian TGF - β 1 mempengaruhi respons
inflamasi yang meliputi: meningkatkan infiltrasi sel inflamasi, menurunkan perdarahan,
vakuolisasi, nekrosis dan angiogenesis. Pemberian TGF- β1 meningkatkan aktivitas fibroblas
yang meliputi: meningkatkan stellate fibroblast, odontoblastoid, mineralisasi, fosfatase alkali dan
sintesis kolagen tipe I. Pada pemberian TGF- β1, peningkatan sintesis kolagen tipe I disebabkan
oleh peningkatan diferensiasi odontoblastoid dan seiring dengan berjalannya waktu, kolagen tipe
I disintesis makin banyak.
Kalsium hidroksida tersedia dalam bentuk suspensi cair, bubuk, atau pasta. Kalsium hidroksida
diberikan sebagai pelapik yang banyak mengandung kalsium di atas dentin yang baru dipotong
atau sebagai insulator di atas bagian kavitas yang lebih dalam. Bentuk pasta adalah yang paling
populer karena bahan ini dapat dengan mudah dipakai dan mengeras dengan cepat. Jenis bahan
ini dipakai dengan menggunakan instrumen yang sama untuk mencampur bahan. Sebelum
penempatan bahan, instrumen harus benar-benar bersih karena sebagian pelapik bahan ini harus
ditempatkan dengan sangat tepat untuk menghindari noda-noda yang berserakan di semua
tempat. (Baum, 1997)11
            Sejumlah instrumen dapat dipakai tergantung pada perlakuan yang diperlukan. Ukuran
dan lokasi preparasi menentukan instrumen yang paling tepat. Bagian belakang eskavator yang
kecil dapat digunakan dalam penempatan semen. Instrumen yang efektif adalah aplikator yang
berbentuk seperti sebuah sonde dengan bulatan kecil pada ujungnya. Ujung yang bulat
dicelupkan setengah ke dalam campuran yang diinginkan saat menempatkan pasta di gigi atas
(atau permukaan “atas”). Jika lebih dari setengah alat ini dicelupkan, bahan tersebut tidak akan
tinggal pada ujung alat tadi tetapi akan terus mengalir ke tangkai instrumen.
Preparasi amalgam dan resin akan mempunyai underkut retentif pada dentin. Ada kecenderungan
yang kuat bahwa bahan pelapik, seperti misalnya Dycal, kunci mekanis untuk retensi. Bila hal ini
terjadi, alat-alat eksplorer atau pemotong digunakan untuk membuang bahan dari sisi retensi
setelah bahan itu mengeras.
            Bahan pelapik mngeras dengan sangat cepat setelah dicampur, sehingga harus
ditempatkan langsung setelah pencampuran. Temperatur mulut mempercepat reksi pengerasan
ini. Kelembaban yang meningkat juga akan mengurangi waktu pengerasan, keadaan ini
disebabkan karena tidak memakai isolator karet. (Baum, 1997) 11

b.      Mineral Trioxide Aggregate (MTA)


            Mineral Trioxide Aggregate (MTA) adalah bahan pengisi saluran akar yang
dikembangkan di Universitas Loma Linda. MTA memiliki kemampuan mengisi yang baik, tidak
bersifat toksik, tidak menimbulkan inflamasi, biokompatibel, mudah memanipulasikannya, tidak
terpenganih terhadap adanya kontaminasi darah, tidak larut dan dapat merangsang pembentukan
jaringan keras (tulang dan sementum). Disamping itu MTA juga memiliki sifat antibakteri dan
lebih radiopak dari dentin schingga mempermudah membedakannya daJam radiografi. Karena
sifat-sifatnya ini MTA digunakan sebagai bahan perawatan dalam bidang endodontik yaitu:
sebagai perawatan perforasi saluran akar, pulpotomi, apeksifikasi akar dan direct pulp capping
c.       Kalsium Hidroksida11
            Vernis tidak digunakan bila restorasi tersebut adalah komposit atau resin nirpasi. Begitu
resin berkontak dengan vernis, polimerisasi resin dapat menghambat sehingga menghasilkan
perlunakan pada permukaa antara vernis dan resin.
            Suatu bahan yang secara ektensif digunakan untuk perlindungan pulpa tidak hanya
dibawah resin tetapi dibawah seluruh bahan restorasif adalah kalsium hidroksida. Bahan ini
sangat efektif dalam pembentukan dentin sekunder. Dentin sekunder merupakan bantuan yang
penting dalam perbaikan pulpa. Dentin tersebut nantinya akan melindungi pulpa dari iritan-iritan
seperti produk toksik dari bahan restorasi.
Semen kalsium hidroksida yang dipasarkan biasanya disediakan dalam 2 pasta. Pasta ini
mengandung 6 atau 7 bahan lain yang ditambahkan untuk meningkatkan sifat-sifat tertentu.
Bahan-bahan ini pada umumnya memberikan respon pulpa yang khas terhadap kalsium
hidroksida. Bahn ini memiliki kekuatan dan kekerasan yang sangat baik sehingga digunakan
sebagai fondasi untuk bahan tambalan dan cocok untuk kerusakan yang diakibatkan oleh lesi
karies profunda.

B. BASIS DAN PEMBALUT (DRESSING) (2)


            Basis (biasanya 1-2 mm) digunakan untuk memberikan perlindungan termal untuk pulpa
dan menambahkan dukungan mekanis untuk restorasi dengan mendistribusikan stress local dari
restorasi ke permukaan dentin di bawahnya. Basis memberikan perlindungan bagi pulpa :
-          Protective base : melindungi pulpa sebelum peletakkan bahan restorasi
-          Insulating base : melindungi pulpa dari shock termal
-          Sedative base : medikasi pulpa yang mengalami injury
(Gatot Sutrisno, 2006)
Syarat - syarat sub base dan base adalah :
1.      Harus dapat mencegah kebocoran marginal
2.      Tidak bereaksi dengan tumpatan yang digunakan
3.      Jika sudah setting dapat di perbaiki tanpa rusak
4.      Harus dapat mencegah thermal shock
5.      Mencegah perembesan asam dari bahan tumpatan
6.      Mencegah penetrasi Hg
7.      Mempunyai kekuatan yang cukup,terutama bila digunakan tumpatan yang pengisiannya
memerlukan tekanan yang cukup besar
8.      Tidak boleh mengiritasi pulpa
Bermacam-macam bahan untuk basis dan pembalut (dressing), diantaranya : semen oksida seng
eugenol (ose), semen seng fosfat, semen polikarboksilat, semen ionomer kaca.12
a.       Semen Oksida Seng Eugenol

            Merupakan semen tipe sedatif yang lembut. Biasanya disediakan dalam bentuk bubuk
dan cairan, berfungsi sebagai basis insulatif (penghambat). Semen ini sering dipakai karena
bersifat paling sedikit mengiritasi dan memiliki pH mendekati 7. Eugenol memiliki efek paliatif
terhadap pulpa dan dapat meminimalkan kebocoran mikro serta memberikan perlindungna
terhadap pulpa.
            Campuran konvensional dari oksida seng dan eugenol masih lemah. Oleh karena itu
produk OSE diperkuat dengan menambahkan polimer sebagai penguat.
            Prosedur basis. Untuk mencampur semen ini lebih sering digunakan kertas pad dibanding
glass lab. Bubuk dalam jumlah secukupnya ditambah kebeberapa tetes eugenol dan diaduk
sampai mencapai suatu tekstur yang seperti kental yang bila dipegang jari tidak lengket.
Sebagian kecil kira-kira seukuran biji wijen dilengketkan pada ujung eksplorer dan dioleskan
dengan hati-hati kedalam kavitas. Hindari mengenai tepi-tepi kavitas.
            Kapas yang sangat kecil dijepit dengan pinset dan digunakan sebagai alat untuk
”menekan” bahan tersebut dan membentuknya di dalam kavitas. Semen yang baru diaduk
cenderung lengket ke instrument logam atau plastik, karena itu kapas harus kering. Penambahan
bahan sisa dilakukan berulangkali dengan cara yang sama sampai diperoleh ketebalan yang
cukup.

b.      Semen Seng Fosfat (ZP)


            Semen seng fosfat umumnya yang kuat dan keras tetapi mengititasi pulpa. Terdiri atas
bahan bubuk-cair, bubuknya biasanya adalah oksida seng dan cairannya adalah asam ortho
phosporik, garam-garam logam dan air. Pemakaian utama dan tradisional dari bahan ini adalah
untuk merekatkan restorasi-restorasi pengecoran gigi dan juga sebagai bahan basis bila
diperlukan kekuatan compresi yang besar. Semen posphat yang baru diaduk sangat mengiritasi
pulpa dan tanpa perlindungan varnish atau jenis bahan basis lainnya dapat menyebabkan
kerusakan pulpa yang irreversible.
            Sifat semen ini mudah dimanipulasi memiliki kekuatan yang besar dari suatu basis, dapat
menahan dari trauma mekanis dan memberi perlindungan yang baik dari rangsangan panas tetapi
semen ini mudah pecah dan tidak baik untuk tambalan sementara.

c.        Semen Polikarboksilat


            Merupakan semen gigi yang baru dan memberi perlekatan yang baik pada komponen
kalsium dari struktur gigi. Walaupun sulit dimanipulasi, memiliki potensi untuk adhesi klinis ke
ion kalsium pada email dan dentin. Karena bahan ini cenderung cepat mengeras, tidak dilakukan
upaya mengaduk semen hingga menyerupai konsisten pasta pada semen zinc phospat. Bubuk
semen ini sama dengan semen seng phospat bubuk mengandung oksida seng dan sejumlah kecil
oksida magnesium. Pada saat ini oksida magnesium sering digantikan dengan oksida stanic dan
stanius flourida untuk memodifikasi waktu pengerasan dan meningkatkan kekuatan dan
karakteristik manipulasinya. Cairannya adalah asam poliakrilik dan air. pH semen
polikarboksilat, pada awalnya mirip dengan pH semen seng fosfat tetapi respon pulpanya mirip
dengan semen ESO. Suatu penjelasan yang mungkin untuk tingkat iritasi yang rendah adalah
ukuran molekul poliakrilik yang besar membatasi penetrasi melalui dentin dan penarikannya
terhadap protein yang dapat membatasi difusinya melalui tubulus dentin.

d.       semen silikophospat

            semen ini merupakan hibrid kombinasi dari semen sing fosfat dan semen silikat, sering
disebut sebagai semen silikofosfat. Semen ini terdiri dari 90% semen silikat dan 10 % semen
seng fosfat. Dengan adanya kandungan florida dalam bagian silikat dari bubuk tersebut, semen
ini memberikan pencegahan karies sekunder. Dari titik pandang sifat anti kariesnya, seng siliko
fosfat sering merupakan bahan semen pilihan untuk mulut kariesnya tinggi. Aksi untuk
perlindungan pulpa adalah sama dengan seng fosfat.
e.       semen ionomer kaca (GI)
            karena sifat biologis dari GI yang baik dan memiliki potensi perlekatan kekalsium yang
ada didialam gigi, ionomer kaca terutama digunakan sebagai bahan restoratif untuk perawatan
daerah erosi dan sebagai bahan penyemenan. Selain itu GI digunakan sebagai basis walaupun
bahan tersebut sangat sensitif terhadap air dan membutuhkan daerah yang kering.
Komposisi GIC terdiri dari dua macam bahan di dalamnya yaitu likuid (cairan) dan bubuk.

Bubuk Bubuk untuk GIC pada umumnya terdiri dari :


         Silica 41.9%
         Alumina 28.6%
         Aluminium Fluoride 1.6%
         Calcium Fluoride 15.7%
         Sodium Fluoride 9.3%
         Aluminium Phosphate 3.8%
         Likuid
Cairan yang digunakan pada GIC adalah asam poliakrilik dengan konsentrasi antara 40-50%.
Pelapik ionomer kaca ada 2 tipe yang pertama adalah sistem bubuk-cairan konvensional serupa
dengan semen tipe 2. tipe 2 adalah ionomer kaca yang dikeraskan dengan sinar, bagian bubuknya
berisi unsur partikel kaca konvensional yang larut asam ditambah aselerator foto- aktivasi.
Cairannya dalah larutan cair asam poliakrilat atau kopolimer, gugusan grup metakrilat. Kedua
unsur tersebut dicampur, dimasukkan ke kavitas, dan kemudian disinari dengan sinar pengeras
resin. Sinar mengaktifkan akselerator, menghasilkan radikal bebas dan gugusan grup metakrilat
akan mengeras dengan cara saling menempel. Kegunaan utama dari pelapik ionomer adalah,
untuk perekat perantara antara gigi dengan tambalan komposit. Pada dasarnya semen ini sebagai
bonding terhadap dentin.
Contoh : pemberian base Zn PO4 12

C. BAHAN TUMPATAN
1.    Komposit

Gambar : komposit
Komposit biasanya dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, jumlah, dan komposisi
pengisi anorganik :
a.       Komposit konvensional

memiliki jumlah yang lebih tinggi dari keausan awal pada area oklusal daripada microfill
atau jenis hibrida. Komposisi pengisi anorganik dalam konvensional komposit juga
mempengaruhi tingkat permukaan kekasaran . 
b.      Komposit microfil

Bahan ini yang dirancang untuk menggantikan permukaan kasar karakteristik komposit
konvensional dengan halus, permukaan berkilau mirip dengan enamel gigi

c.       Komposit Hybrid.

Dalam upaya untuk menggabungkan karakteristik sifat fisik dan mekanik yang
menguntungkan komposit konvensional dengan mulus permukaan khas dari komposit microfill ,
hybrid komposit dikembangkan . Bahan-bahan ini umumnya memiliki kandungan filler
anorganik sekitar 75 % sampai 85 % berat . Filler ini biasanya campuran microfiller dan filler
partikel kecil yang menghasilkan Rata-rata ukuran partikel jauh lebih kecil ( 0,4-1 mm )
dibandingkan dengan komposit konvensional . Karena isi relatif tinggi pengisi anorganik , fisik
dan karakteristik mekanis umumnya unggul orang-orang dari komposit konvensional . Selain itu,
kehadiran partikel microfiller submicrometer berukuran diselingi antara partikel yang lebih besar
menyediakan halus " patinalike " tekstur permukaan dalam restorasi selesai . hibrida komposit
adalah dominan restorasi estetik langsung bahan yang digunakan , hampir secara universal klinis
penerapan , dan bahan utama disebut sebagai komposit seluruh buku ini .
Roberson T.M, Heymann H.O, Swift EJ. Art and science of operative dentistry. Elseiver. USA:
2006

            Indikasi
  Untuk pemulihan ringan sampai sedang kelas I dan kelas II persiapan gigi dari semua  gigi
  Restorasi kelas III, IV, dan V prepartion dari semua gigi khususnya bila estetika penting
  Estetik improvemen pricedures seperti laminasi, veneers, dan penutupan diastema
  Sebagai pit dan fisura sealent
  Untuk belat periodontal gigi melemah atau gigi ponsel
  Untuk perbaikan mahkota keramik retak
  Untuk ikatan applianes ortodontik

Kontraindikasi
  Ketika isolasi lapangan operasi sulit
  Di mana tekanan oklusal yang sangat tinggi yang hadir
   Ketika dokter tidak melewati keterampilan teknis yang diperlukan untuk restorasi
  Ketika lesi memperpanjang sampai ke permukaan akar
  Pasien dengan karies tinggi kerentanan
  Ketika persiapan meluas subgingiva
   Pasien dengan kebersihan mulut yang buruk 12

Kelebihan :
1.      Estetik

2.      Digunakan secara universal

3.      Lebih estetis

4.      Mempertahankan struktur gigi

5.      Berikatan pada struktur gigi dengan bahan bonding, menutup margin restorasi dan memperkuat
sisa struktur gigi

6.      Radiopak, mengevaluasi kontur, marginal adaptasi dan membedakan antara restorasi, lesi karies
dan struktur gigi sehat. 13,14

Kerugian :
1.      Terjadi pengerutan saat polimerisasi

2.      Terjadinya lesi karies sekunder

3.      Dapat mengabsorbsi air 13


4.      Dapat menunjukkan keausan oklusal yang lebih besar didaerah tinggi oklusal atau ketika semua
kontak oklusal gigi berada dimaterial komposit 15

2.    Amalgam

Gambar : amalgam

Amalgam adalah jenis logam campur yang mengandung merkuri sebagai salah satu
konstituennya. Merupakan bahan yang paling banyak digunakan oleh dokter gigi, khususnya
untuk tumpatan gigi posterior. Sejak pergantian abad ini, formulasinya tidak banyak berubah,
yang mencerminkan bahwa bahan tambalan lain tidak ada yang seideal amalgam. Komponen
utama amalgam terdiri dari liquid yaitu logam merkuri dan bubuk/powder yaitu logam paduan
yang kandungan utamanya terdiri dari perak, timah, dan tembaga. Selain itu juga
terkandung logam-logam lain dengan persentase yang lebih kecil. Kedua komponen tersebut
direaksikan membentuk tambalan amalgam yang akan mengeras, dengan warna logam yang
kontras dengan warna gigi. 16

     Sifat-sifat klinis dari restorasi didasari pada sifat fisik amalgam. Oleh karena itu, mengenal
sifat-sifat dan pengontrolnya perlu untuk bisa memahami pentingnya berbagai factor menipulasi
yang akan dibahas berikut ini
         Perubahan dimensi :

Amalgam dapat mengembang dan mengerut , tergantung pada manipulasinya.


         Kekuatan :

Cukupnya kekuatan untuk menahan fraktur adalah persyaratan utama untuk bahan restorasi.
Kekuatan amalgam biasanya diukur dengan memberikan tekanan kompresi pada potongan
bahan. 6
Komposisi amalgam
- merkuri dan amalgam alloy
- perak dan timah
- tembaga
- seng 6,17

Indikasi amalgam
1.         Untuk klas I dan klas II yang restorasi besar (terutama termasuk restorasi berat oklusi yang tidak
dapat diisolasi dengan baik atau yang memperpanjang permukaan akar)
2.         Gigi molar (geraham) yang menerima beban kunyah paling besar, dapat digunakan baik pada
gigi tetap maupun pada anak-anak.
3.         The American Dental Association (ADA) mengindikasikan kelayakan resin komposit untuk
digunakan sebagai pit and fissura sealant, resin preventif, lesi awal kelas I dan II yang
menggunakan modifikasi preparasi gigi konservatif, restorasi kelas I dan II yang berukuran
sedang, restorasi kelas V, restorasi pada tempat-tempat yang memerlukan estetika, dan restorasi
pada pasien yang alergi atau sensitif terhadap logam. 18

Kontarindikasi amalgam
         Gigi yang memerlukan estetika yang tinggi terutama pada gigi anterior 2

kelebihan
- Kemudahan manipulasi
- Chaacteristics fisik amalgam adalah enamel dan dentin comarabe
- Teknik kurang sensitif
- Penyegelan diri
- biokompatibel
- ketahanan aus yang baik
- murah
- berikata dengan struktur gigi

kekurangan
  
1.             Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi, sehingga tidak dapat
diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan estetis sangat diutamakan.
2.            Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan yang berbatasan
langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi sehingga tampak
membayang kehitaman
3.            Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang terkandung
dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah penambalan pasien terkadang
sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap rangsang panas atau dingin. Namun umumnya
keluhan tersebut tidak berlangsung lama dan berangsur hilang setelah pasien dapat beradaptasi.
4.            Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya
masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu ada yang sudah memberlakukan larangan
bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.

3.GIC ( glass ionomer cement)/ Semen Ionomer Kaca (SIK)

Gambar : GIC ( glass ionomer cement


                  Semen Ionomer Kaca (SIK) merupakan salah satu bahan restorasi yang banyak
digunakan oleh dokter gigi karena mempunyai beberapa keunggulan, yaitu preparasinya dapat
minimal, ikatan dengan jaringan gigi secara khemis, melepas fluor dalam jangka panjang, estetis,
biokompatibel, daya larut rendah, translusen, dan bersifat anti bakteri.
indikasi
- Restorasi clas V, III dan persiapan gigi kelas I kecil
- Restoratif gigi sulung
- Untuk lutting inlay, onlay, mahkota, veeners, pin dan posting
- sebagai pelindung bawah komposit dan amalgam
- Perawatan membangun
- Dalam teknik restoratif lainnya seperti teknik sandwich perawatan restoratif atraumatik dan
restorasi berikat

kontraindikasi
- Di daerah bantalan stres seperti kelas I, II dan IV persiapan
- Dalam kasus penggantian cuspal
- Pada pasien dengan xerostomia
- Bernapas melLui mulut karena pemulihan dapat menjadi buram, rapuh dan facture
- Di daerah yang membutuhkan estetika seperti pelapisan gigi anterior

Kelebihan :     
1.      Biokompatible karena molekul asam polyakrilic berukuran besar mencegah bentuk asam
menghasilkan respon pulpa

Kekurangan:
1.      Resistensi fraktur rapuh dan rendah

2.      Ketahanan aus rendah

3.      Radiopak tidak inheren

4.      Sensivitas air selama fase pengaturan mempengaruhi sifat fisik dan estetika15
BAB III
PENUTUP

III.1 SIMPULAN
            Dari hasil diskusi yang telah kami lakukan seseuai dengan skenario maka penanganan
dan pemilihan bahan restorasi dari setiap kasus harus disesuaikan dengan lokasi serta diagnosa
dari kasus tersebut.
Dalam dunia kedokteran gigi ada banyak jenis bahan restorasi namun yang paling sering
digunakan yaitu amalgam, komposit, dan GIC.

III.2 SARAN

            Untuk para calon dokter gigi yang akan bekerja menangani manusia, maka perlu
peningkatan pengetahuan mengenai bahan restorasi yang setiap zaman mengalami modifikasi.
Didisisii lain pemilihan bahan restorasi sangat diperlukan demi kepuasan pasien. 
Diposting oleh Anda Yulanda di 09.06
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

2 komentar:

1.

Mila Imaculatarvm6 Juni 2016 10.21

terima kasih atas informasinya..

Balas

Balasan

1.

Anda Yulanda7 Maret 2017 05.34

Sama-sama 😊
Balas

Muat yang lain...


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

dentistry UMI 12

Anda Yulanda
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
 ►  2015 (1)

 ▼  2014 (2)
o ▼  Juni (2)
 BAHAN RESTORASI
 KARIES
Tema Kelembutan. Diberdayakan oleh Blogger.

PULP CAPPING
1. Pengertian Pulp Capping
Pulpa capping adalah aplikasi selapis atau lebih material pelindung atau bahan untuk  perawatan diatas
pulpa yang terbuka, misalnya kalsium hidroksida yang akan merangsang pembentukan dentin
reparative (Harty dan Oston, 1993) 
2.Tujuan Pulp capping
Adapun tujuan pulpa capping adalah untuk menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa dan
melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat mempertahankan vitalitasnya. Dengan demikian
terbukanya jaringan pulpa dapat terhindarkan.
3.Macam-macam Pulp capping
a. Indirect Pulp Capping ( Pulpa capping secara tidak langsung )
Indirect Pulp Capping adalah perawatan pada pulpa yang masih tertutup lapisan dentin
tipis karena karies yang dalam. Pada teknik ini obat-obatan yang digunakan tidak berkontak
langsung dengan pulpa.Pulp capping tidak langsung memerlukan lebih dari dua kali kunjungan.
Indirect pulp capping dirasa lebih memberi hasil yang diharapkan dari pada metode direct pulp
capping. Dilakukan bila pulpa belum terbuka, tapi atap pulpa sudah sangat tipis sekali, yaitu
pada karies profunda.

Agar perawatan ini berhasil jaringan pulpa harus vital dan bebas dari inflamasi. Biasanya
atap kamar pulpa akan terbuka saat dilakukan ekskavasi. Apabila hal ini terjadi maka tindakan
selanjutnya adalah dilakukan direct pulp capping atau tindakan yang lebih radikal lagi yaitu
amputasi pulpa (Pulpotomi).

Tahapan perawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Pada Kunjungan Pertama :

1. Karies dibuang dengan escavator atau bur round (bor bundar) kecepatan rendah , Lalu
lakukan ekskavasi sampai dasar pulpa, hilangkan dentin lunak sebanyak mungkin tanpa
membuka kamar pulpa. Jaringan karies yang paling dalam dibiarkan.
2. Kavitas disterilkan dengan air calxyl atau obat lain yang tidak caustik. Hindari
penggunaan alkohol, karena dapat memicu terjadinya dehidrasi cairan tubulus dentin.
3. Aplikasi preparat Kalsium hidroksida Ca(OH)2 kemudian dilapisi Zinc Okside Eugenol
(ZOE) yang diletakkan didasar kavitas kemudian dilapisi semen fosfat dan akhirnya
tambalan sementara.
4. Perawatan dilanjutkan 1-2 minggu kemudian.

Pada Kunjungan Kedua :

Apabila ada keluhan, dilakukan penambalan tetap.

 
Gambar Perawatan Indirect Pulp Capping

b. Direct Pulp Capping ( Pulpa capping secara langsung )


Direct Pulp Capping adalah perawatan sekali kunjungan. Direct Pulp Capping juga
digunakan dalam contoh di mana ada pembusukan yang mendalam mendekati pulpa tapi tidak
ada gejala infeksi. Direct Pulp Capping menunjukkan bahwa bahan diaplikasikan langsung ke
jaringan pulpa. Daerah yang terbuka tidak boleh terkontaminasi oleh saliva, kalsium hidroksida
dapat diletakkan di dekat pulpa dan selapis semen Zinc Okside Eugenol dapat diletakkan di atas
seluruh lapisan pulpa dan biarkan mengeras untuk menghindari tekanan pada daerah perforasi
bila gigi direstorasi. Pulpa diharapkan tetap bebas dari gejala patologis dan akan lebih baik jika
membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini berhasil maka pulpa disekitar daerah terbuka
harus vital dan dapat terjadi proses perbaikan.
Keuntungan Direct Pulp Capping antara lain :

1.Mempertahankan ketuhan dan vitalitas pulpa.

2.Memperbaiki dan penutup pulpa yang terbuka

3.Menghemat waktu perawatan.

4.Mempertahankan fungsi gigi.

Tahapan Perawatan yang Dilakukan adalah sebagai berikut :

Pada Kunjungan Pertama :

1. Dilakukan pemasangan rubber dam/cotton roll untuk mencegah kontaminasi bakteri pada
karies.
2. Karies dibuang dengan bor atau ekscavator steril.
3. Kavitas dibersihkan dengan air calxyl.
4. Bagian yang tereksponasi ditutup dengan cotton pellet yang sudah dibazahi dengan
minyak cengkeh atau eugenol. Sebaiknya hindari desinfektan yang kaustik seperti fenol,
kresol dan alkohol.
5. Kalau ada perdarahan atau rasa sakit, kontrol dengan cotton pellet dan eugenol yang
dihangatkan.

6. Di atas pulpa yang masih terbuka, aplikasikan preparat Ca (OH)2 tanpa tekanan dengan
Ash 49 atau amalgam carrier. Kelebihan obat dibuang dengan ekscavator.
7. Di atasnya diaplikasikan ZOE kemudian dilapisi semen fosfat kemudian dilapisi
tambalan sementara.

Pada Kunjungan Kedua :

Setelah 8-10 hari, kalau tidak ada keluhan, dengan kata lain gigi bereaksi normal, lakukan
penambalan permanen.

4. Medikamen/ Pemberian bahan terapitik

Bahan yang biasa digunakan untuk pulp capping ini adalah kalsium hidroksida karena dapat
merangsang pembentukan dentin sekunder secara efektif dibandingkan bahan lain.

Obat Pulp Capping antara Lain :

- Ca(OH)2 bubuk kering dicampur air steril / akuades

Dengan bentuk preparat : pulpdent, calxyl, dycal, calcipulpe, hydcal

SIFAT-SIFAT OBAT PULP CAPPING

1. antiseptik 

2. sedatif 

3. Tidak mengiritasi

4. Bukan penerus panas

5. Tidak kontraksi / ekspansi

6. Dapat diaplikasi tanpa tekanan

7. Menetralisir asam karies

SIFAT CALXYL : 
  1.PH 11,5-12,5 
 2. menetralkan asam 
  3. sedikit antiseptic
 4. tdk mengiritasi 
  5. menghambat infeksi 
 6.  merangsang pembentukan dentin sekunder.

5. Prosedur Perawatan Pulpa Capping:


1. Siapkan peralatan dan bahan.

Gunakan kapas, bor, dan peralatan lain yang steril.

2. Isolasi gigi

Selain menggunakan rubber dam, isolasi gigi juga dapat menggunakan kapas dan saliva ejector,
jaga posisinya selama perawatan.

3. Preparasi kavitas

Tembus permukaan oklusal pada tempat karies sampai kedalaman 1,5 mm (yaitu kira-kira 0,5
mm kedalam dentin). Pertahankan bor pada kedalaman kavitas dan dengan hentikan intermitten
gerakan bor melalui fisur pada permukaan oklusal.

4. Ekskavasi karies yang dalam

Dengan perlahan-lahan buang karies dengan ekskavator, mula-mula dengan menghilangkan


karies tepi kemudian berlanjut ke arah pulpa. Jika pulpa vital dan bagian yang terbuka tidak lebih
besar diameternya dari ujung jarum maka dapat dilakukan pulp capping.

5. Berikan kalsium hidroksida

Keringkan kavitas dengan cotton pellet lalu tutup bagian kavitas yang dalam termasuk pulpa
yang terbuka dengan pasta kalsium hidroksida.

Sumber :

Andlaw, R. J .Perawatan Gigi Anak.1992.Jakarta : Widya Medika

Baum,Philips,Lund.

Anda mungkin juga menyukai