Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL

A. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain disekitarnya [ CITATION Kel11 \l 1057 ].

B. Etiologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan faktor
presipitasi:
a. Faktor predisposisi
Menurut Fitria (2009) faktor predisposisi yang mempengaruhi masalah isolasi
sosial, yaitu:
1. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas-tugas perkembangan yang
harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Apabila tugas tersebut tidak terpenuhi maka akan menghambat fase
perkembangan sosial yang nantinya dapat menimbulkan suatu masalah.
Tabel 1. Tugas perkembangan berhubungan dengan pertumbuhan interpesonal
(Stuart dan Sundeen, dalam Fitria, 2009)

Tahap Perkembangan Tugas


Masa bayi Menetapkan rasa percaya
Masa bermain Menetapkan rasa percaya
Masa prasekolah Belajar menunjukkan insiatif, rasa
tanggung jawab dan hati nurani
Masa sekolah Belajar berkompetisi, bekerja
sama, dan berkompromi
Masa praremaja Menjalin hubungan intim dengan
teman sesama jenis kelamin

1
Masa dewasa muda Menjadi saling bergantung antara
orang tua dan teman, mencari
pasangan, menikah dan
mempunyai anak
Masa tengah baya Belajar menerima hasi kehidupan
yang sudah dilalui
Masa dewasa tua Berduka karena kehilangan dan
mengembangkan perasaan
ketertarikan dengan budaya

2. Faktor komunikasi dalam keluarga


Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk
masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double
bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang
saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi
dalam keluarga yang menghambat untuk hubungan dengan lingkungan diluar
keluarga.
3. Faktor sosial-budaya
Norma-norma yang salah didalam keluarga atau lingkungan dapat
menyebabkan hubungan sosial, dimana setiap anggota keluarga yang tidak
produktif seperti lanjut usia, berpenyakit kronis dan penyandang cacat diasingkan
dari lingkungan sosialnya.
4. Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi
gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizfrenia yang
mengalami masalah dalam hubungan memiliki struktur yang abnormal pada otak

2
seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan
daerah kortikal.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial juga
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi
dapat dieklompokkan sebagai berikut:
1. Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor budaya, yaitu stress yang ditimbulkan oleh faktor
sosial budaya seperti keluarga.
2. Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi kecemasan atau
ansietas yang berkepanhangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat
tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhi kebutuhan
individu.

C. Mekanisme Sebab-Akibat
- Sebab: harga diri rendah yang kronis.
Mekanismenya adalah harga diri klien yang rendah menyebabkan klien
merasa malu sehingga klien lebih suka sendiri dan selalu menghindari orang lain.
Pasien mengurung diri sehingga hal ini dapat menyebabkan klien berpikir yang
tidak realistik
- Akibat: halusinasi
Mekanismenya adalah menarik diri pada individu dapat mengakibatkan
perubahan persepsi sensori: halusinasi. Hal ini disebabkan karena dengan menarik
diri, klien hanya menerima rangsangan internal dengan imajinasi yang berlebihan.
D. Manisfetasi Klinis

3
Menurut Keliat (2014) tanda dan gejala isolasi sosial yang didapat melalui
observasi antara lain:
a. Tidak memiliki teman dekat.
b. Menarik diri.
c. Tidak komunikatif.
d. Tindakan berulang dan tidak bermakna.
e. Asyik dengan pikirannya sendiri.
f. Tidak ada kontak mata.
g. Tampak sedih, efek tumpul

E. Proses Terjadinya
Individu yang mengalami isolasi sosial sering kali beranggapan bahwa sumber
atau penyebab isolasi sosial itu berasal dari lingkunganya. Padahal rangsangan primer
adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik
sehubungan rasa bersalah, marah, sepi dan takut dengan orang yang dicintai, tidak
dapat dikatakan segala sesuatu yang dapat mengancam harga diri (self estreem) dan
kebutuhan keluarga dapat meningkatkan kecemasan. Untuk dapat mengatasi masalah-
masalah yang berkaitan dengan ansietas diperlukan suatu mekanisme koping yang
adekuat. Sumber-sumber koping meliputi ekonomi, kemampuan menyelesaikan
masalah, teknik pertahanan, dukungan sosial dan motivasi. Sumber koping sebagai
model ekonomi dapat membantu seseorang mengintregrasikan pengalaman yang
menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil. Semua orang
walaupun terganggu prilakunya tetap mempunyai beberapa kelebihan personal yang
mungkin meliputi: aktivitas keluarga, hobi, seni, kesehatan dan perawatan diri,
pekerjaan kecerdasan dan hubungan interpersonal. Dukungan sosial dari peningkatan
respon psikofisiologis yang adaptif, motifasi berasal dari dukungan keluarga ataupun
individu sendiri sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan diri pada individu
[ CITATION Stu98 \l 1057 ].

4
F. Data Yang Perlu Dikaji
Pertanyaan- pertanyaan berikut ini dapat Anda tanyakan pada saat wawancara
untuk mendapatkan data subjektif [ CITATION Kel14 \l 1057 ] :
a. Bagaimana pendapat pasien terhadap orang- orang disekitarnya (keluarga atau
tetangga)?
b. Apakah pasien memiliki teman dekat? Jika ada, siapa teman dekatnya?
c. Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat dengannya?
d. Apa yang pasien inginkan dari orang- orang di sekitarnya?
e. Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien?
f. Apa yang mebghambat hubungan yang harmonis antara pasien dan orang
sekitarnya?
g. Apakah pasien merasakan bahwa waktu begitu lama berlalu?
h. Apakah pernah ada perasaan ragu untuk dapat melanjutkan hidup?

G. Diagnosa Keperawatan
Setelah pengkajian dilakukan dan didokumentasikan, masalah keperawatan
dirumuskan dan diagnosis keperawatan ditegakkan. Berdasarkan pengkajian tersebut,
masalah keperawatan yang dirumuskan adalah isolasi sosial.

H. Intervensi
Setelah dibuat perumusan masalah dan diagnosa keperawatan ditegakkan,
perawat dapat melakukan tindakan keperawatan pada pasien dan keluarga sebagai
berikut [ CITATION Kel14 \l 1057 ]:
a. Tindakan keperawatan pada pasien
1. Tujuan keperawatan
a) Pasien dapat membina hubungan saling percaya
b) Pasien dapat menyadari penyebab isolasi social

5
c) Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
2. Tindakan keperawatan
a) Membina hubungan saling percaya
Untuk membina hubungan saling percaya dengan pasien isolasi sosial
kadang membutuhkan waktu yang lama dan interaksi yang singkat serta
sering karena tidak mudah bagi pasien untuk percaya pada orang ain.Oleh
karena itu, perawat harus konsiten bersikap terapeutik terhadap pasien.Selalu
menepati janji adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan. Pendekatan
yang konsisten akan membuahkan hasil. Jika pasien sudah percaya dengan
perawat, program asuhan keperawatan lebih munkin dilaksanakan. Memba
hubngan saling percaya dapat dilakukan dengan cara :
1) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
2) Berkenalan dengan pasien : perkenalkan nama lengkap dan nama
panggilan perawat serta tanyakan nama lengkap dan nama panggilan
pasien.
3) Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
4) Buat kontrak asuhan : Apa yang perawat akan lakukan bersama
pasien, berapa lama akan dikerjakan, dan tempat pelaksanaan kegiatan
5) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi
6) Tunjukkan sikap empati terhadap pasien setiap saat
7) Penuhi kebutuhan dasar pasien jika mungkin
b) Membantu pasien mengenal penyebab isolasi social dengan cara:
1) Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan
orang lain
2) Tanyakan penyebab pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain

6
c) Bantu pasien untuk mengenal manfaat berhubungan dengan orang lain
dengan cara mendiskusikan manfaat jika pasien memiliki banyak
teman
d) Membantu pasien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan cara
sebagai berikut.
1) Diskusikan kerugian jika pasien hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang lain
2) Jelaskan pengaruh isolasi social terhadap kesehtan fisik pasien
e) Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara
bertahap
b. Tindakan keperawatan pada keluarga
1. Tujuan keperawatan
Setelah tindakan keperawatan, keluarga dapat merawat pasien isolasi sosial.
2. Tindakan keperawatan
Keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi pasien untuk dapat
membantu pasien mengatasi masalah isolasi sosial ini karena keluargalah yang
selalu bersama-sama dengan pasien sepanjang hari. Tindakan keperawatan agar
keluarga dapat merawat pasien dengan isolasi sosial di rumah meliputi hal-hal
berikut:
a) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
b) Jelaskan tentang:
1) Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
2) Penyebab isolasi sosial.
3) Cara-cara merawat pasien dengan isolasi sosial, yaitu
(a) Bina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap
peduli dan tidak ingkar janji

7
(b) Berikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk dapat
melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain, yaitu dengan
tidak mencela kondisi pasien dan memberikan pujian yang wajar.
(c) Tidak membiarkan pasien sendiri di rumah.
(d) Buat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan pasien.
c) Peragakan cara merawat pasein dengan isolasi sosial
d) Bantu keluarga memraktikkan cara merawat yang telah dipeajari,
mendiskusikan masalah yang dihadapi
e) Susun perencanaan pulang bersama keluarga

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan menurut Keliat (2014) adalah menggunakan Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK). TAK yang dapat dilakukan untuk pasien isolasi sosial
adalah TAK sosialisasi yang terdiri dari tujuh sesi, meliputi hal-hal berikut :
a. Sesi 1 : Kemampuan memperkenalkan diri
b. Sesi 2 : Kemampuan berkenalan
c. Sesi 3 : Kemampuan bercakap-cakap
d. Sesi 4 : Kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
e. Sesi 5 : Kemapuan bercakap-cakap masalah pribadi
f. Sesi 6 : Kemampuan bekerja sama
g. Sesi 7 : Evaluasi kemampuan sosialisasi

J. Pohon Masalah

8
Halusinasi

Isolasi sosial

Koping individu tidak efektif Harga diri rendah

Koping keluarga tidak efektif

SPTK DAN API

9
A. SPTK (Strategi PelaksanaanTindakan Keperawatan)
Terdapat dua SPTK yaitu, antara lain [ CITATION Kel14 \l 1057 ]:
1. Strategi Pelaksanaan pada Pasien
a. SP 1 pasien: membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal
penyebab isolasi social, membantu psien mengenal manfaat berhubungan dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarakan pasien
berkenalan.
Peragakan komunikasi di bawah ini !
Orientasi
“Selamat pagi! Saya suster HS. Saya senang dipanggil suster H. saya
perawat di Ruang Mawar ini.”
“Siapa nama anda? Senang dipanggil apa?”
“Apa keluhan S hari ini?” bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
keluarga dan teman-teman S? mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana
kalau diruang tamu? Mau berapa lama, S? Bagaimana kalau 15 menit?”
Kerja
(Jika pasien baru)
“Siapa saja yang tinggal serumah dengan S? Siapa yang paling dekat
dengan S? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan S? apa yang membuat S
jarang bercakap-cakap dengannya?”
(Jika pasien sudah lama dirawat)
“Apa yang S rasakan selama S dirawat disini? S merasa sendirian? Siapa
saja yang S kenal diruangan ini?”
“Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal?”
“Apa yang menghambat S dalam berteman atau bercakap-cakap dengan
pasien yang lain?”
“Menurut S, apa saja manfaatnya kalau kita memiliki teman? Wah benar,
ada teman bercakap-cakap. Ya, apa lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan

10
beberapa) Nah, banyak juga ruginya tidak punya teman ya? Jadi, apakah S
belajar bergaul dengan orang lain?”
“Bagus! Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang
lain?
“Begini lho S, untuk berkenlan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama
kita, nama panggilan yang kita suka, asal kita, dan hobi kita. Contohnya:
Nama saya SN, senang dipanggil S. Asal saya dari kota X, Hobi memasak.”
“Ayo S di coba! Misalnya saya belum kenal dengan S. Coba berkenalan
dengan saya! Ya, bagus sekali! Coba sekali lagi!”
“Setelah S berkenalan dengan orang tersebut S bisa melanjutkan
percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan S bicarakan, misalnya
tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan, dan sebagainya.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan S setelah kita latihan berkenalan?”
“S tadi sudah mempraktikkan cara berkenalan dengan baik sekali.
Selanjutnya S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya
tidak ada sehingga S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau
mempraktikkan ke orang lain? Bagaiman kalau S mencoba berkenalan dengan
teman saya, perawat N. Bagaimana, S mau kan?”
“Baiklah, sampai jumpa!”
b. SP 2 pasien: mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan
dengan orang pertama [perawat]).
Orientasi
“Selamat pagi S! Bagaimana perasaan S hari ini?”
“Sudah diingat-ingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan? Coba
sebutkan lagi sambil bersalaman dengan Suster!”

11
“Bagus sekali, S masih ingat. Nah, seperti janji saya, saya akan mengajak
S mencoba berkenalan dengan teman saya, perawat N. Tidak lama kok,
sekitar 10 menit.”
“Ayo kita temui perawat N di sana!”
Kerja
(Bersama-sama S, perawat mendekati perawat N)
“Selamat pagi perawat N, S ingin berkenalan dengan N. Baiklah S, S bisa
berkenalan dengan perawat N seperti yang kita praktikkan kemarin.” (Pasien
mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat N : Memberikan salam,
menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya.)
“Ada lagi yang S ingin tanyakan kepada perawat N? Coba tanyakan
tentang keluarga perawat N!”
“Jika tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S dapat menyudahi perkenalan
ini. Lalu S, bisa buat janji untuk bertemu lagi dengan perawat N, misalnya
jam 1 siang nanti.”
“Baiklah, perawat N, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan
kembali ke ruangan S. Selamat pagi!” (Bersama pasien, perawat H
meninggalkan perawat N untuk melakukan terminasi dengan S di tempat lain)
Terminasi
“Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan perawat N?”
“S tampak bagus sekali saat berkenalan tadi.”
“Pertahankan terus apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk
menanyakan topic lain supaya perkenalan berjalan lancer, misalnya
menanyakan keluarga, hobi dan sebagainya: Bagaimana, mau coba dengan
perawat lain? Mari kita masukkan ke dalam jadwal.Mau berapa kali sehari?
Bagaimana kalau 2 kali.Baik, nanti S coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya,
mau jam berapa? jam 10? Sampai besok!”

12
c. SP 3 pasien: melatih pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan
orang kedua).
Orientasi
“Selamat pagi S! Bagaiman perasaan S hari ini?”
“Apakah S bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang (jika
jawaban pasien, ya, perawat dapat melanjutkan komunikasi berikutnya dengan
pasien lain).
“Bagaimana perasaan S setelah bercakap-cakap dengan perawat N
kemarin siang?”
“Bagus sekali S menjadi senang karena punya teman lagi!”
“Kalau begitu S ingin punya banyak teman lagi?”
“Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan teman seruangan
S yang lain, yaitu O. seperti biasa, kira-kira 10 menit. Mari kita temui dia di
ruang makan.”
Kerja
(Bersama-sama S, perawat mendekati pasien lain)
“Selamat pagi, ini ada pasien yang ingin berkenalan” 
“Baiklah S, S sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah S
lakukan sebelumnya.” (Pasien mendemontrasikan cara berkenalan : memberi
salam, menyebutkan nama, nama panggilan, asal, hobi dan menanyakan hal
yang sama)
“Ada lagi yang S ingin tanyakan kepada O ? kalau tidak ada lagi yang
ingin dibicarakan, S bisa sudahi perkenalan ini.Lalu S bia buat janji untuk
bertemu lagi, misalnya bertemu lahi jam 4 sore nanti (S membuat janji untuk
bertemu kembali dengan O).”
“Baiklah O, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali
ke ruangan S. Selamat pagi (bersama pasien perawat meninggalkan O untuk
melakukan terminasi dengan S di tempat lain).

13
Terminasi
“Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan O ?”
“Dibandingkan kemarin pagi, S tampak lebih baik ketika berkenalan
dengan O. Pertahankan apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk
bertemu kembali jam 4 sore nanti.”
”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap
dengan orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi, satu hari S dapat
berbincang-bincang dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1
siang dan jam 8 malam, S bisa bertemu dengan N, dan tambah dengan pasien
yang baru dikenal. Selanjutnya S bisa berkenalan dengan orang lain lagi
secara bertahap. Bagaimana S, setuju kan ?”
”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman S.
pada jam yang sama dan tempat yang sama ya. 
“Sampai besok!”

2. Strategi Pelaksanaan pada Keluarga


a. SP 1 keluarga: memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga mengenai
masalah isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien isolasi
sosial.
Peragakan kepada pasangan Anda komunikasi di bawah ini!
Orientasi
“Selamat pagi, Pak! Perkenalkan saya perawat H. saya yang merawat anak
Bapak, S, di ruang Mawar ini.”
“Nama Bapak siapa ? Senang dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana keadaan S sekarang?”
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak Bapak
dan cara perawatannya?”

14
“Kita diskusi disisni saja ya? berapa lama Bapak punya waktu?
Bagaimana kalu setengah jam?”
Kerja
“Apa masalah yang Bapak hadapi dalam merawat S? apa yang sudah
dilakukan?”
“Masalah yang dialami oleh anak S disebut isolasi sosial. Ini adalah salah
satu gejala peyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang
lain. Tanda-tandanya, antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain,
mengurung diri, dan kalau berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk.
Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang
mengecewakan ketika berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak,
tidak dihargai atau berpisah dengan orang-orang yang dicintai. Jika masalah
isolasi sosial ini tidak diatasi, seseorang dapat mengalami halusinasi, yakni
mendengar suara, atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada. Untuk
menghadapi keadaan yang demikian Bapak dan anggota keluarga lainnya
harus sabar menghadapi S. untuk merawat S, keluarga perlu melakukan
beberapa hal. Pertama, keluarga harus membina hubungan saling percaya
dengan S, caranya dengan bersikap peduli dengan S dan jangan ingkar janji.
Kedua, keluarga perlu memberikan semangat dan dorongan kepada S untuk
dapat melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Berilah pujian
yang wajar dan jangan mencela kondisi S. selanjutnya jangan biarkan S
sendiri. Buatlah rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan S, misalnya
ibadah bersama, rekreasi bersama atau melakukan kegiatan rumah tangga
bersama.”
“Nah, bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara
itu? Begini cara komunikasinya, Pak, “S Bapak lihat sekarang kamu sudah
bisa bercakap-cakap dengan orang lain perbincangannya juga lumayan
lama. Bapak senang sekali melihat perkembangan kamu, Nak. Coba kamu

15
berbincang-bincang dengan orang lain. Bagaimana S, kamu mau coba kan,
Nak?””
“Nah, coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya
contohkan! Bagus, Bapak telah mempergakan dengan baik sekali!”
”Sampai disini ada yang ingin ditanyakan, Pak ?”
Terminasi
“Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimaana perasaan Bapak setelah kita
latihan tadi?”
“Coba Bapak ulangi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-
tanda orang yang mengalami isolasi sosial. Selanjutnya dapatkah Bapak
sebutkan kembali cara-cara merawat anak Bapak yang mengalami masalah
isolasi sosial.”
“Bagus sekali, Bapak dapat menyebutkan kembali cara-cara perawatan
tersebut! nanti kalau ketemu S coba Bapak lakukan. Dan tolong ceritakan
kepada seluruh keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama”
“Bagaimana kalau kita bertemu tiga hari lagi untuk latihan langsung
dengan S?”
“Kita bertemu di sini ya, Pak, pada jam yang sama. Selamat pagi!”
b. SP 2 Keluarga: melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien isolasi
sosial langsung dihadapan pasien.
Peragakan komunikasi di bawah ini!
Orientasi
“Selamat pagi Bapak! Bagaimana perasaan Bapak hari ini ?’’
“Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak seperti yang kita pelajari
beberapa hari yang lalu?”
“Mari praktikkan langsung pada S! Bapak punya waktu berapa lama ?
Baik kita akan coba 30 menit.”
“Sekarang mari kita temui S!”

16
Kerja
“Selamat pagi S. Bagaimana perasaan S hari ini?”
“Bapak S datang membesuk. Beri salam ! Bagus. Tolong S tunjukkan
jadwal kegiatannya!” (Kemudian Anda berbicara kepada keluarga sebagai
berikut)
“Nah, Pak, sekarang Bapak dapat mempraktikkan apa yang sudah kita
latikan beberapa hari lalu. (Perawat mengobservasi keluarga mempraktikkan
cara merawat pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan
sebelumnya.)”
“Bagaimana perasaan S setelah berbincang-bincang dengan Ayah S?”
“Baiklah, sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu.” (Perawat
dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan
keluarga)
Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan tadi? Bapak sudah bagus
melakukannya.”
“Mulai sekarang Bapak sudah dapat melakukan cara perawat tersebut
pada S.”
“Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama
seperti sekarang ya, Pak?”
c. SP 3 Keluarga : membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
Peragaan komunikasi di bawah ini!
Orientasi
“Selamat pagi Pak! Karena besok S sudah boleh pulang , kita perlu
membicarakan tentang perawatan S di rumah.”
“Bagaimana kalau kita membicarakan jadwal S tersebut di sini saja.”
“Berapa lama kita dapat bicara? Bagaimana kalau 30 menit?”

17
Kerja
“Bapak, ini jadwal S selama di rumah sakit. Coba dilihat, mungkinkah
dilanjutkan di rumah? Di rumah Bapak yang menggantikan perawat.
Lanjutkan jadwal ini di rumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum
obatnya berikan pujian jika benar dilakukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan anak Bapak selama di rumah.
Misalnya kalau S terus-menerus tidak mau bergaul dengan orang lain,
menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang
lain, jika hal ini terjadi segera hubungi perawat K di puskesmas inderaputri,
yang terdekat dari rumah Bapak, ini nomor telepon puskesmasnya :
(0651)554xxx. Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau
perkembangan S selama berada di rumah.”
Terminasi
“Bagaimana Pak? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian S
untuk di bawah pulang. Ini surat rujukan untuk perawat K di puskesmas
inderapuri. Jangan lupa kontrol ke puskesmas sebelum obat habis atau ada
gejala yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”

B. API (Analisa Proses Interaksi)


- Inisial Klien : Nn. S
- Usia : 31 tahun
- Interaksi ke : 1 (fase perkenalan)
- Lingkungan : Di ruang tamu rumah pasien, posisi duduk bersebalahan sedikit
meringkuk dengan kepala menunduk, jarak kurang dari satu meter suasana tenang
tidak ada klien lain mau pun perawat lain yang lalu-lalang.
- Deskripsi : Klien memakai baju warna kuning lengan pendek, celana
berwarna hitam, rambut rapi, klien terkesan sangat pendiam ekspresi gelisah.

18
- Tujuan Interaksi : Klien dapat memperkenalkan diri dan menjelaskan alasan
masuk rumah sakit dan terbina hubungan saling percaya perawat-klien.
- Waktu Interaksi : 1 April 2017 pukul 09.00-09.15 WIB (15 menit)

Komunikasi Komunikasi Non Analisa Berpusat Analisa Berpusat Rasional


Verbal Verbal Pada Klien Pada Perawat
P: Selamat pagi, P: Tersenyum, Merasa gelisah Merasa ragu apa Awal interaksi
Bu!
berdiri sejenak di karena di sapa P K mau menerima untuk membina
samping K kehadiran P hubungan saling
K: Menoleh untuk percaya
melihat ke arah P
lalu kembali ke
posisi semula

K: Selamat pagi!
P: Tetap tersenyum Duduk gelisah Merasa senang K Belum terbina
K: Kontak mata mau membalas hubungan saling
singkat sapaan percaya

P: Saya suster HS.


P: bernada K duduk Berharap dapat Untuk
Saya senang
memohon, sambil berhadapan berlangsung menimbulkan rasa
dipanggil Suster
duduk di samping dengan P pertemuan kepercayaan bagi
H. Saya perawat di
pasien dan kelihatan ragu perkenalan ini klien terlebih
Ruang Mawar ini.
mengulurkan dan curiga dahulu perawat
Kalau nama Ibu
tangan kepada K memperkenalkan
siapa? Senang
K: mau bersalaman, diri
dipanggil apa?
menatap P tapi

19
tidak tersenyum
K: Nama saya SN,
senang dipanggil K: kontak mata Klien bicara Perawat senang Menyebutkan
S. singkat sekali- lancar menjawab pertanyaan nama
sekali kontak mata sesuai pertanyaan dijawab menandakan
terbuka kemudian kesediaan
menunduk. menerima
hubungan
P: Apa keluhan
Ibu hari ini? P: menatap pasien, Klien duduk Berharap dapat Untuk
Bagaimana kalau tersenyum, berhadapan melanjutkan meningkatkan
kita bercakap- memperbaiki duduk kelihatan sedikit bincang-bincang bina hubungan
cakap tentang lebih mendekat ragu saling percaya
keluarga dan K: memperhatikan
teman-teman Ibu? perawatan,
Mau berapa lama? kelihatan agak ragu
Bagaimana
kalau15 menit?

K: Ya
K: kontak mata Ada sedikit Berharap dapat Belum terbawa
singkat keraguan pada melanjutkan hubungan saling
P: Mengamati non diri klien pertemuan percaya sehingga
verbal pasien klien nampak
P: Apa yang S sedikit ragu
rasakan selama S P: Kontak mata Klien berbicara Perawat berharap Menstimulasi
dirawat di sini? S hangat klien bicara klien terhadap
merasa sendirian? K: Menjawab sesuai peristiwa waktu

20
Siapa saja yang S
kenal di ruangan
ini?

K: Saya merasa
sendiri, saya juga Kontak mata Klien bicara Perawat berharap Orientasi waktu
merasa kesepian, singkat, bicara lancar isi sesuai klien mengingat klien baik
saya hanya kenal pelan, suara lemah
dengan perawat J lancar

P: Apa saja
kegiatan yang
biasa S lakukan P: Kontak mata Klien senang Perawat berharap Menggali masalah
dengan teman hangat sambil dengan klien menjawab klien untuk
yang S kenal? mempersilakan pertanyaan pertanyaan menimbulkan rasa
menjawab empati
K: Berbicara
tentang keseharian Sudah timbul rasa
K: Kontak mata Klien terkesan percaya sehingga
lama bicara hati-hati klien mau
P: Kontak mata, dan ingin menceritakan
mengamati ekspresi berbicara lebih masalahnya
P: Apa yang klien
menghambat S Hubungan saling
dalam berteman P: mempertahankan Ada keinginan Berharap klien percaya sudah
atau bercakap- kontak mata banyak untuk mengungkapkan terbina
cakap dengan K: memperhatikan mengungkapkan perasaannya
pasien yang lain? non verbal P, perasaan sesuai dengan

21
menunduk yang dialami
K: Sebenarnya Klien
saya merasa takut K: Kontak mata Mengungkapkan mengungkapkan
salah berbicara dan lama, berbicara isoalsi sosial perasaan isolasi
merasa takut pelan sosial
ditolak jika saya P: mengamati non
melenceng dari verbal pasien
pembicaraan yang
lain

P: Menurut S, apa Isolasi sosial


saja manfaatnya P: Kontak mata Mengetahui apa adalah perasaan
kalau kita tersenyum saja yang tidak mampu
memiliki teman? K: Diam, dilakukan klien berinteraksi
Wah, benar ada menunduk dengan isolasi dengan orang lain
teman bercakap- sosial
cakap. Ya, apa
lagi?

K: Ada teman Hubungan saling


bermain, teman K: Bicara lancar, Klien menjawab Senang klien mau percaya terbina
tidur kontak mata cukup sesuai dengan menjawab
P: Mengamati non pertanyaan pertanyaan
verbal klien
P: Nah, apa
kerugiannya kalau P: Kontak mata Berharap klien
S tidak memiliki hangat, tersenyum menjawab
teman? Ya, apa pertanyaan

22
lagi?

K: Sendirian
K: Kontak mata, Klien menjawab Senang klien mau
bicara pelan sesuai dengan menjawab
P: Mengamati non pertanyaan pertanyaan
verbal klien
P: Nah, banyak Untuk
juga ruginya tidak P: Kontak mata Berharap klien merangsang
punya teman ya? hangat, bicara mau belajar interaksi dengan
Jadi, apakah S lembut, tersenyum bergaul orang lain
belajar bergaul K: Mengamati non
dengan orang lain? verbal P

K: Ya
K: Bicara pelan, Klien merasa Senang karena
dengan nada ingin belajar klien mau belajar
memohon bergaul
P: Bagus! Untuk menambah
Bagaimana kalau P: Tersenyum, Berharap klien kepercayaan diri
sekarang kita kontak mata hangat mau yang dimiliki
belajar berkenalan K: Mengamati non mempraktikan klien
dengan orang lain? verbal P cara berkenalan
Begini lho S,
untuk berkenalan
dengan orang lain
kita sebutkan dulu
nama kita, nama

23
panggilan yang
kita suka, asal kita,
dan hobi kita.
Contohnya: nama
saya SN, senang
dipanggil S. Asal
saya dari kota X,
Hobi memasak.
Ayo, S ,di coba!
Misalnya saya
belum kenal
dengan S. coba
berkenalan dengan
saya! Ya, bagus
sekali! coba sekali
lagi!

K: Nama saya SN, Untuk membantu


senang dipanggil K: Klien berbicara Ada rasa puas Senang karena jika klien ingin
S. Asal saya dari sedikit gagap, dalam diri klien klien mampu berkenalan
kota X, Hobi tersenyum mempraktikkan dengan orang lain
memasak. P: Mengamati non cara berkenalan
verbal K
P: Setelah S
berkenalan dengan P: Kontak mata, Berharap klien
orang tersebut S senyum mau menjawab
bisa melanjutkan
percakapan

24
tentang hal-hal
yang
menyenangkan S
bicarakan,
misalnya tentang
cuaca, tentang
hobi, tentang
keluarga,
pekerjaan, dan
sebagainya
Bagaimana
perasaan S setelah
kita latihan
berkenalan?

K: Senang
K: Berbicara Klien mampu Senang klien
mantap, kontak mengungkapkan dapat
mata perasaannya mengungkapkan
perasaannya
P: S tadi sudah Untuk menambah
mempraktikkan P: Kontak mata, Klien Berharap klien teman bagi klien
cara berkenalan tersenyum mendengarkan mau berkenalan
dengan baik sekali. K: dengan saksama dengan orang lain
Selanjutnya S Mempertahankan
dapat mengingat- kontak mata
ingat apa yang kita
pelajari tadi

25
selama saya tidak
ada sehingga S
lebih siap untuk
berkenalan dengan
orang lain. S mau
mempraktikkan ke
orang lain?
Bagaiman kalau S
mencoba
berkenalan dengan
teman saya,
perawat N.
Bagaimana, S mau
kan?

K: Ya
K: Kontak mata Senang klien mau
berbinar, tersenyum berkenalan
P: Mengamati non dengan yang lain
verbal K
P: Baiklah, sampai Terminasi yang
jumpa! P: Mempertahankan Senang kenal Senang interaksi disepakati dapat
kontak mata, bicara dengan perawat H fase perkenalan menjalin
jelas dan berakhir dengan hubungan saling
mengulurkan jabat baik percaya
tangan
K: Kontak mata,
tersenyum,

26
membalas uluran
jabat tangan

27
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, N. (2009). Keeprawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan


Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Herman, A. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogayakarta: Nuha


Medika.

Keliat, B. A. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHM (Basik


Course). Jakarta: EGC.

Keliat, B. A., & Akemat. (2014). Model Praktik Keeperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC.

Stuart, & Sundeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed. 3. Jakarta: EGC.

28

Anda mungkin juga menyukai