1. SANKSI
3. PENYELESAIAN SENGKETA
4. CONTOH KASUS
1. SANKSI
o Pembatalan perjanjian;
o Administratif
o Pidana
o Ps 33 (1) UUPM: pma dan pmdn yang melakukan investasi dalam bentuk badan
usaha PT, dilarang membuat perjanjian dan/atau pernyataan yang menegaskan bahwa
kepemilikan saham dalam perseroan terbatas tersebut dilakukan untuk dan atas nama pihak
lain (bukan pihak yang mendapat izin penanaman modal).
o Praktik ini seringkali dilakukan secara diam-diam. Pihak lain yang “mendompleng”
tersebut dikenal dengan istilah ultimate shareholder yaitu pemegang saham yang memegang
kendali atau kontrol yang sebenarnya.
o Yang disayangkan dari pengaturan tersebut, hanya memuat syarat batal saja,
namun tidak ada sanksi yang lebih konkrit terhadap perusahaan atau badan usaha yang
membuat perjanjian tersebut. Misalnya, dibatalkan izin investasinya atau dikenakan sanksi
administratif lainnya.
o Pengaturan sanksi ini pun tidak tegas dan tidak memberikan kepastian hukum.
Tidak adanya sanksi lainnya dari pembatalan kontrak kerja sama tersebut, misalnya,
kompensasi yang harus dibayar oleh pihak investor kepada pemerintah akibat tindak pidana
yang dilakukan dan telah merugikan pemerintah.
Sanksi Administratif:
o Efektivitas sanksi membutuhkan standar dan mekanisme, dalam hal ini UUPM tidak
menentukan standar bahwa suatu perusahaan tidak memenuhi kewajiban Ps 15. Disamping itu,
UUPM juga menyediakan mekanismenya bagaimana untuk menentukan standar, untuk
menentukan kesalahan, untuk memproses apabila diduga terjadi kesalahan, dst.
Sanksi Pidana:
o Mencermati Ps 33 (3) UUPM yang mengatur ttg perbuatan pidana yang dapat
dikenakan sanksi pidana kepada investor, yaitu tp perpajakan dan tp penggelembungan biaya
pemulihan dan adanya tp korporasi yang dilakukan oleh badan usaha atau PT.
o Akan tetapi, UUPM tidak memuat sanksi pidana sama sekali, kecuali
“melemparkannya” ke “peraturan perundang-undangan lain” yang juga tidak jelas peraturan
perundang-undangan yang mana?
Perizinan;
Perpajakan;
Ketenagakerjaan;
Fasilitas investasi;
Nasionalisasi;
Dll.
Setiap langkah penyelesaian sengketa harus merupakan kesepakatan dari para pihak yang
bersengketa;
Apabila langkah tersebut tidak tercapai, maka penyelesaian sengketa dapat diajukan ke
lembaga arbiterase atau alternatif penyelesaian sengketa (APS) atau pengadilan;
Sengketa antara pemerintah dengan investor dalam negeri diselesaikan melalui arbiterase,
dan apabila gagal, maka maju ke pengadilan.
1. Nasionalisasi
2. Otonomi Daerah
3. Perizinan
4. Perpajakan
1. Nasionalisasi
Di Indonesia, pada masa sebelum UU 1/1967, tindakan nasionalisasi yang dilakukan oleh
pemerintahan Soekarno telah merugikan perusahaan2 PMA dan mengakibatkan preseden buruk
terhadap citra bangsa dan negara.
Dengan UU 1/1967, citra buruk ini diperbaiki seiring dengan berubahnya haluan politik
pemerintah yang lebih terbuka pada masa itu di bawah rezim Soeharto. Mekanisme nasionalisasi
diatur melalui Ps 21 & 22. Pada prinsipnya, pemerintah tidak akan melakukan nasionalisasi.
Namun, apabila hal itu harus dilakukan, maka pemerintah akan memberikan kompensasi yang
proporsional.
Untuk melindungi kepentingan kedua belah pihak (investor dan host country), seharusnya
diakomodir pula di dalam perjanjian WTO mengenai TRIMs. Namun perjanjian ini muatannya
tidak komprehensif dan detil.
2. Otonomi Daerah
Otonomi daerah merupakan isu yang aktual dan dinamis dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Sbg pelaksanaan dari Ps 18 UUD 1945 (tentamg Pemerintahan Daerah), regulasi
mutakhir adalah UU No. 32/2004 jo. Perpu No. 3/ 2005 & peraturan pelaksana lainnya. Pada
intinya, kewenangan yang lebih luas diberikan kepada daerah kabupaten/kota dalam mengatur
dan mengurus urusan rumah tangganya. Hal ini tidak ada ketika UU No. 5/1974 berlaku.
Namun, kewenangan yang luas ini ditafsirkan beragam oleh masing-masing tingkatan
pemerintahan, baik pusat, propinsi, maupun kabupaten/kota.
Efek domino dari beragamnya penafsiran itu adalah munculnya berbagai produk hukum
daerah yang bermasalah dan tumpang tindih.
Pelaksanaan otda dgn wewenang luas ini, belum berperan dalam mendorong iklim
penanaman modal di daerah.
Produk hukum daerah yang berkaitan dengan penanaman modal/dunia usaha masih
berorientasi pada aspek peningkatan pendapatan asli daerah saja, dan tidak mematuhi prinsip
harmonisasi antar produk hukum.
o Faktor internal: (1) banyaknya peraturan yang tidak jelas, tumpang tindih,
bertentangan dengan peraturan yg lebih tinggi dan tidak bisa membedakan obyek pajak dan
obyek retribusi; (2) Insentif investasi belum diberikan oleh kabupaten/kota
Perlunya pengawasan pelaksanaan pemda: penetapan perda, lembaga pengawasan
internal (DPRD) dan eksternal harus mampu berjalan efektif.
3. Perizinan
Perizinan yang diperlukan, a.l: Surat Persetujuan Penanaman Modal, Izin2 pelaksanaan
tingkat Pusat dan Daerah, Izin Usaha untuk melakukan operasi/produksi komersial yang
sekaligus dapat digunakan sebagai izin untuk melaksanakan kegiatan pembelian/penjualan
dalam negeri dan ekspor. Izin lainnya di tk daerah: Izin Lokasi, Izin Mendirikan Bangunan, Izin
UU Gangguan.
Pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) ini dilakukan oleh Bdan Koordinasi Penanaman Modal
(Ps 26 UUPM) >> lihat kewww.bkpm.go.id
BKPM melakukan koordinasi dalam melaksanakan kebijakan penanam modal (Ps 27-29
UUPM)
Problematika:
Pasal 15 mewajibkan investor untuk menerapkan prinsip GCG dan melaksanakan CSR
Implementasi dari Pasal 15 ini belum ada juklak-juknisnya. Biasanya dikembalikan kepada
pelaku usaha. Ini adalah persoalan baru, karena tidak semua pelaku usaha sudah siap dengan
perangkatnya (sistem dan mekanisme yang mengakomodasi GCG. Sedangkan CSR adalah
bagian dari GCG).
Ps 10 UUPM > Ayat (1) harus memprioritaskan kebutuhan tenaga kerjanya dengan
menggunakan tenaga kerja WNI. Namun, diperkenankan untuk menggunakan tenaga ahli WNA.
Untuk ini, perusahaan juga harus tunduk kepada UU Ketenagakerjaan 2003.
Perusahaan juga wajib meningkatkan kompetensi tenaga kerja WNI melalui pelatihan
kerja sesuai peraturan perundang-undangan.
Perusahaan wajib menyelenggarakan pelatihan dan melakukan alih teknologi (transfer of
knowledge dan transfer of know-how).
o Kepastian hukum;
o Rendahnya country risk.
o Alternatif menarik bagi negara yang membutuhkan kapasitas modal, teknologi &
manajemen dari luar negeri (terutama dari negara maju, walaupun ada dari negara
berkembang lainnya-namun biasanya “energi” yg dihasilkan tidak sebesar yang diharapkan)
o Memperkuat pengaruh;
Sbg pembawa tata nilai baru, dari lingkungan satu negara ke negara lain di negara TNC
mengembangkan bisnisnya;
Menciptakan & membuka hubungan antar manusia yg lebih erat, diharapkan hubungan ini
akan menjurus pada ikatan hubungan yang lebih mantap;
Sebagai alat dalam internasionalisasi di bid produksi, hal ini tercermin dari kemampuan
TNC dlm memindahkan modal, teknologi & enterpreneurship yg melampaui batas-batas negara;
Sebagai penyalur bantuan dari negara2 maju maupun lembaga2 internasional kpd negara2
berkembang;
“Network of corporate & non-corporate entities in different countries joint together by ties
ownership” ~ Prof. Soenarjati Hartono
Hukum Nasional memberikan status sbg subyek hukum nasional dgn mendudukkannya
sbg badan hukum: Ps 3 Ayat (1) UU No. 1 Th 1967 ttg PMA.
Pasal 1 UU PMA (UU No.1 Tahun 1967) adalah ketentuan pertama yang
mengatur tentang pengertian penanaman modal asing
Stabilitas hukum, ekonomi, dan politik –sistem hukum yang mengatur system
ekonomi dan system politiknya apakah berjalan secara proposional
Budaya
Pasar
Country risks
Untuk PMDN atau perusahaan yang tidak ada unsur asingnya dapat mengajukan
ke BKPPMP di tingkat propinsi (yang bertanggung jawab langsung kepada
gubernur) dan BKPMK di tingkat kabupaten/kota (yang bertanggung jawab
langsung kepada bupati/walikota)
o Hubungan dan transaksi bilateral antara dua Negara (BIT: bilateral investment
treaty)
o The Trade-Related Investment Measures (TRIMs) dalam kerangka WTO. Hal ini
sebetulnya muncul sebagai reaksi kekawatiran dari para investor asing dan
Negara-negara maju terhadap banyaknya kebijakan investasi di Negara
berkembang
o Sebagai hak atau kebijakan setiap Negara yang merdeka untuk mengatur
perekonomian.
o Untuk memanfaatkan modal dalam negeri yang dimiliki oleh orang asing
o Bidang usaha yang dapat menjadi garapan PMDN adalah semua bidang usaha
yang ada di Indonesia
o Namun ada bidang-bidang yang perlu dipelopori oleh pemerintah dan wajib
dilaksanakan oleh pemerintah . midal: yang berkaitan dengan rahasia dan
pertahanan Negara
o PMDN dapat merupakan sinergi bisnis antara modal Negara dan modal swasta
nasional. Misal: di bidang telekomunikasi,perkebunan
Budaya masyarakat
1. Syarat-syarat PMDN
Pihak swasta dapat terdiri dari orang dan atau badan hukum yang didirikan
berdasarkan hukum di Indonesia
Bidang usaha : semua bidang yang terbuka bagi swasta, yang dibina, dipelopori
atau dirintis oleh pemerintah
Tenaga kerja: wajib menggunakan tenaga ahli bangsa Indonesia, kecuali apabila
jabatan-jabatan tertentu belum dapat diisi dengan tenaga bangsa Indonesia.
Mematuhi ketentuan UU ketenagakerjaan (merupakan hak dari karyawan)
Keppres No. 29/2004 ttg penyelenggaraan penanam modal dalam rangka PMA
dan PMDN melalui system pelayanan satu atap.
o Meningkatkan efektivitas dalam menarik investor, maka perlu
menyederhanakan system pelayanan penyelenggaraan penanaman modal
dengan metode pelayanan satu atap.
Penanaman modal dalam negeri, penggunaan modal dalam negeri baik secara
langsung ataupun tidak langsung untuk menjalankan usaha berdasarkan UU no 6/1968 ttg
PMDN. “modal dalam negeri adalah bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-
hak dan benda-benda, baik yang dimiliki oleh Negara maupun swasta nasional atau swasta asing
yang berdomisisli di Indonesia, yang disisihkan/disediakan untuk menjalankan usaha sepanjang
modal tersebut tidak diatur oleh UU No. 1/1967 ttg PMA;
Penanaman modal asing: berdasarkan UU No.1/1967 PMA hanya meliputi PMA secara
langsung (foreign direct investment/FDI) berdasarkan UU No. 1/1967 dan pemilik modal secara
langsung menanggung risiko dari investasi tersebut.
Joint venture
Joint enterprise
Kontrak karya
Production sharing
Portofolio investment
JOINT-VENTURE: kerja sama yang dilakukan modal asing dengan modal nasional yang
semata-mata berdasarkan perjanjian/kontrak saja (contractual). Artinya tidak dibentuk badan
hukum baru . misalnya perjanjian kerja sama antara Van Sickel associates. Inc (badan hukum
yang berkedudukan di Delaware. USA) dengan PT. Kalimantan Plywood Factory (badan hukum di
Indonesia) untuk secara bersama-sama mengolah kayu di Kalimantan selatan. Kerja sama ini
disebut juga dengan contract of cooperation.
o Franchise and brand-use agreement: bentuk kerja sama yang digunakan apabila
pemodal nasional ingin memproduksi barang yang telah mempunyai reputasi terkenal. Misal:
coca-cola, Mc Donalds, Kentucky Fried Chicken dll
o Management contract: bentuk kerja sama pemodal asing dan nasional yang
berkaitan dengan pengelolaan management oleh pemodal asing terhadap perusahaan
nasional : misal dalam menajemen perhotelan, manajemen rumah sakit, dll
o Build, Operation, and Transfer (BOT): bentuk kerja sama antara suatu pihak,
dimana objek perjanjian dibangun, dikelola/dioperasikan selama jangka waktu tertentu,
kemudian setelah masa konsesi tersebut diserahkan/ditransfer kepada pemilik. Misal :
pembangunan department store, hotel, jalan tol . dll
Joint Enterprise: kerja sama antara penanaman modal nasional dan penanaman modal
asing dengan membentuk perusahaan atau badan hukum baru sesuai hukum Indonesia
sebagaimana diisyaratkan dalam Ps 2 UU PMA
Joint enterprise lazimnya berupa PT, dengan modal berupa saham yang berasal dari modal
dalam nilai rupiah dan dalam valuta asing
Bentuk kerja sama ini cukup diminati oleh para investor , mengingat
o Investor asing tidak harus menanamkan modal dalam bentuk valuta asing dapat
dalam bentuk mesin-mesin atau hasil prosuksi penanaman tersebut (PMA)
o Dengan bekerja sama dengan pengusaha nasional. Maka investor asing dapat
memperkecil risiko (PMA dan PMDN)
Kontrak karya : kerja sama antara modal asing dengan modal nasional dengan
membentuk badan hukum Indonesia, dan badan hukum ini mengadakan perjanjian kerja sama
dengan badan hukum lain yang menggunakan modal nasional. Hingga saat ini ,bentuk kerja
sama ini baru terdapat dalam perjanjian kerja sama antara BUMN. Vontohnya : kontrak karya
antara pertamina dengan PT. Caltex Pacifik Indonesia (PT.CPI merupakan anak perusahaan
Caltex di USA)
Penanaman modal dengan kredit investasi: dalam praktik penanaman modal ini banyak
dilakukan oleh para investor nasional untuk membiayai proyeknya yang ada di Indonesia.
Awalnya berupa kredit investasi dari dana-dana luar negeri, menjadi model nasional melalui
joint-venture. Prosesnya agak berbelit.
Portofolio investment: investasi yang dilakukan melalui pembelian saham baik melalui
pasar modal maupun melalui penempatan modal pihak ketiga dalam perusahaan. Bentuk kerja
sama ini dalam praktik telah lama dan lazim dilakukan oleh investor keturunan cina.
o Pada masa lampau (dan kini) generasi muda keturunan cina yang lahir di
Indonesia menjadi WNI, sedangkan generasi tua tetap mempertahankan warganegara asingnya
berdasarkan PP 10/1959, yang boleh membuka perusahaan di Indonesia hanya WNI saja . jadi
biasanya perusahaan yang dimiliki oleh generasi tua tadi “dimiliki” secara notariil hanya oleh
generasi yang berstatus WNI saja, bahkan smapai pada penempatan posisi pimpinan dan
pengurus perusahaan tersebut harus WNI. Namun dalam kenyataan, pemegang saham
sesungguhnya dan decision marker dari perusahaan tersebut adalah generasi tua tadi yang
notabene berkewarganegaraab asing (RRC, hongkong, singapur, Taiwan
o Jadi the ultimate shareholder nya berada pada WNA. Hingga kini , untuk
mengetahui the ultimate shareholders sangat tidak mudah, karena seringkali kepemilikan
saham berlapis ini terjadi. Padahal , the ultimate shareholders inilah yang banyak memainkan
peranan dalam perusahaan, sekalipun secara juridis-formil perseroan tsb merupakan
perusahaan berbadan hukum Indonesia yang pemegang sahamnya berstatus WNI
Mulai 2007 : UU no 5 tahun 2007 tentang penanaman modal (UUPM), diikuti dengan
serangkaian PP dan peraturan di bawahnya
o Diadakannya pembatasan minimum untuk investor asing, baik dalam hal bidang
usaha, kerjasama, maupun lokasi usaha.
o Mendorong warga Negara Indonesia menjadi tuan rumah di negeri nya sendiri
Tahun 2006, pemerintah mengeluarkan paket kebijakan dan perbaikan iklim investasi
melalui INPRES no 3 tahun 2006
Tujuannya untuk memenuhi tuntutan dunia usaha untuk perbaikan iklim investasi yang
dibutuhkan untuk meningkatkan kegiatan investasi, dan mendorong percepatan pertumbuhan
perekonomianyang dibutuhkan untuk membuka lapangan pekerjaan baru, meningkatkan
penghasilan masyarakat dan mengurangi kemiskinan
International development
Berdasarkan world investment report 2004 ttg daya tarik investasi di beberapa Negara,
Indonesia menduduki rangking ke 139 dari 144 negara:
o China 37
o Vietnam 38
o Malaysia 75
o Myanmar 85
o Thailand 87
o Philippines 96
o Low labor cost is not necessary an attractive factor for new investment. The
priority factors are the availability of skill workers and innovative local company.
o Tahun 2010 ditargetkan ada kenaikan realisasi investasi sebanyak 15 % dari tahun
sebelumnya, tapi hingga September sudah mencapai 40 %
o Singapore 6 hari
o Malaysia 30 hari
o Thailand 33 hari
o Vietnam 56 hari
o Austraia 2 hari
o China 42 hari
Pelayanan terpadu satu pintu : berdasarkan keputusan Presiden No.27/2009 dan sebagai
bagian dari program 100 hari, BKPM memberlakukan system pelayanan terpadu satu pintu
(PTSP) untuk memotong kerumitan birokrasi sehingga mempercepat proses perizinan usaha bagi
para investor. Sasarannya adalah merampingkan dan mengkonsolidasikan jumlah langkah dan
tempat yang harus dikunjungi seorang investor untuk penerbitan izin-izin ushanya. Program ini
menuntut adanya persetujuan dari 16 kementerian yang terkait dalam proses persetujuan
investasi, dan member weweanang kepada BKPM dalam penyediaan layanan perizinan dan non-
perizinan. Sejak 5 februari 2009 , semua menteri yang bersangkutan telah menandatangani
berbagai surat keputusan yang diperlukan untuk pelaksanaan PTSP dan BKPM dapat menlangkah
ke depan dengan proses pelaksanaannya baik ditingkat pusat maupun di tingkat wilayah
System pelayanan informasi dan perizinan investasi secara elektronik (SPIPISE) diciptakan untuk
memfasilitasi PTSP lebih lanjut. NSWi merupakan landasan elektronik untuk investasi agar para
investor dapat memperoleh berbagai layanan perizinan dan non perizinan secara online.
Kemampuan untuk mengotomatisasi sepenuhnya proses perizinan investasi akan meningkatkan
efisiensi layanan perizinan secara signifikan. System ini pertama kali diluncurkan pada
bulanjanuari 2010 di kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas batam.
Terjadinya pengambilalihan hak dan kewajiban badan usaha VOC oleh pemerintah belanda
pada tahun 1799 mengakibatkan pemerintah belanda mulai terjun secara langsung dalam
pencarian dan perdagangan bahan-bahan rempah-rempah seperti kopi, pala, cengkeh, lada,
tebu. Disamping itu, dimungkinkannya penanaman modal di bidang perkebunan di daerah-
daerah jajahan seperti di hindia belanda
Peraturan tersebut memberikan keleluasaan kepada investor dari eropa terutama yang
punya hubungan dekat dengan pemerintah belanda, untuk melakukan usahanya di Indonesia
Sector perkebunan karet, kelapa sawit makin dibuka peluangnya seiring dengan
permintaan pasar dunia yang terus meningkat. Untuk itulah pemerintah belanda melindungi
perkebunan yang diusahakan langsung untuk menompang struktur tradisional di Indonesia
Hingga pertengahan abad 19, pemerintah belanda melakukan segala usaha agar modal
asing swasta tidak memasuki sector pertanian
Namun pada tahun-tahun terakhir masa system tanam paksa yang diterapkan oleh
emerintah colonial belanda, mulai tampak gejala perubahan mendasar dalam politik colonial
yang berakibat pada mulai terbukanya peluang bagi investor swasta asing untuk meminta
konsesi dalam mengembangkan usahanya
Akibatnya pada tahun 1890 para investor asing eropa telah mendapat izin untuk menyewa
(patch) tanah yang belum digarap 25 tahun, juga diizinkan pula mengusahakan tanaman
tembakau,kayu manis, dll
PD II meletus dan jepang menggantikan belanda menduduki Indonesia pada tahun 1942
Selama pendudukan jepang (1942-1945) keadaan penanaman modal terhenti dan mulai
menghancurkan struktur perekonomian yang sudah dibangun pemerintah belanda
Jepang melarang impor bahan mentah dalam skala besar, dan segala bentuk kegiatan
yang menunjang perekonomian
Pada masa tersebut sama sekali tidak ada penanaman modal. Semua aktiva milik asing
diambil alih jepang dan baru dikembalikan setelah jepang kalah tahun 1945 atau setelah
berakhirnya seteru belanda dan Indonesia tahun 1949
Setelah 17 agustus 1945, secara yuridis Indonesia memulai babak baru dalam mengelola
secara mandiri perekonomian negaranya untuk melaksanakan pembangunan nasional, meskipun
saat itu untuk penanaman modal masih mengalami kemandekan
Bahkan selama 17 tahun berikutnya Indonesia hanya menjadi Negara pengimpor besar
barang modal dan teknologi , dan tidak ada PMA secara langsung (FDI: foreign direct
investment)
Masalah politik, keamanan dalam negeri, aksi tentara colonial belanda yang masih ingin
melakukan penjajahan, merupakan factor-faktor penghambat dalam menata perekonomian
Indonesia
Setelah penyerahan kedaulatan dari hindia belanda kepada Indonesia pada tahun 1949,
muncul berbagai rencana pembanguan Indonesia untuk melaksanakan pembangunan nasional
A.I: rencana urgensi perekonomian (RUP) yaitu program pendekatan secara pragmatis
yang bertujuan untuk meningkatkan industry kecil dan para pengusaha pribumi. Dalam RUP ini
pembangunan Indonesia juga mengizinkan adanya penanaman modal, termasuk PMA, untuk
dapat lebih aktif dalam industry-industri yang tidak begitu penting, asalkan memnuhi syarat dari
pemerintah yaitu 51% sahamnya dimiliki oleh orang Indonesia. Selain itu juga ada pembatasan
pada bidang-bidang tertentu dimiliki oleh domestic dan tertutup untuk asing
Kenyataan tidak ada PMA yang masuk. Keadaan ini menimbulkan pertentangan antara
kelompok moderat dan radikal di Indonesia
Kondsi perekonomian Indonesia terus mengalami kehancuran hingga peristiwa G30S PKI
pada tahun 1965
Hingga peralihan kekuasaan dari rezim orde lama ke orde baru pada 11 maret 1966,
mulailah penataan kembali perekonomian Indonesia dengan menjadwal-ulang pelunasan hutang
luar negeri, menciptakan mekanisme untuk menanggulangi inflasi, merehabilitasi infrastrukyur,
mendorong pertumbuhan ekonomi, memperbaiki hubungan dengan luar negeri dalam rangka
mencari bantuan pinjaman dan PMA.
Pendekatan perekonomian yang dilakukan ole horde baru yang lebih pragmatis telah
menunjukkan keberhasilan dengan adanya perbaikan saran dan prasarana ekonomi,
menurunnya angka inflasi, infrastruktur yang membaik, pertumbuhan ekonomi yang meningkat
o Untuk PMA, pengajuan investasi dinilai oleh menteri teknis dan diajukan kepada
presiden untuk memperoleh persetujuan
o Dalam hal memperoleh ijin investasi , investor harus bolak balik ke berbagai
depatemen teknis dan BKPM
o Daftar positif untuk investasi dibuat. Daftar positif ini merupakan daftar bidang
usaha yang boleh dimasuki oleh investor asing
o Dibuatnya satu kebijakan investasi, dan BKPM menjadi badan tunggal untuk
urusan investasi
o BKPMD daerah pun dibentuk di tiap propinsi , yang berfungsi menjadi lembaga
yang memberikan perijinan investasi di daerah