Anda di halaman 1dari 37

HALAMAN JUDU L

Kelompok 1

FISIKA AIR LAUT DAN KIMIA AIR LAUT


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah : Ekologi Laut
Dosen : Abu Yajid Nukti, M.Pd.

Disusun Oleh:
1. Budi Yusrifan NIM : 1701140484
2. Ellyda Hartati NIM : 1701140475
3. Vira Andini NIM : 1701140498

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
TAHUN 1440 H / 2019 M
KATA PENGANTAR

   

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam yang kepada-Nya kita
menyembah dan kepada-Nya pula kita memohon pertolongan. Shalawat serta salam
kepada Nabi Junjungan kita yakni Nabi Muhammad (‫)صلى ا هلل عليه وسلم‬. Khatamun
Nabiyyin, beserta para keluarga dan sahabat serta seluruh pengikutnya hingga akhir
zaman.
Dengan rahmat dan hidayah dari Allah (‫)سبحانه وتعالى‬, kami diberikan
kemampuan untuk menyelesaikan tugas dari ibu Abu Yajid Nukti, M.Pd. untuk
membuat makalah yang memuat materi tentang “Fisika Air Laut dan Kimia Air
Laut”.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah
ini kurang sempurna, maka apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini mohon
dimaafkan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.

Palangka Raya, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3

A. Sifat Fisik dan Kimia Air Laut ....................................................................... 3

B. Fisika Air Laut ................................................................................................ 4

C. Kimia Air Laut ............................................................................................. 24

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 33

A. Kesimpulan ................................................................................................... 33

B. Saran ............................................................................................................. 33

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 34

ii
BAB I PENDAHU LUAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air laut merupakan campuran antara berbagai garam dan air. Sebagian
besar air laut berasal dari kondensasi awal saat Bumi mulai terbentuk dan
mendingin. Air ini dilepaskan dari litosfer saat kerak bumi mengeras.
Penambahan massa air laut juga terjadi karena kegiatan vulkanisme dan
tektonisme. Sebagianunsur kimia terlarut yang ditemukan di laut berasal dari
semua daratan di Bumi. Bahan kimia ini dihasilkan dari batuan di benua yang
melapuk kemudian dibawa kelaut oleh aliran sungai.
Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang
mempelajari lautan. Oseanografi fisika spesialis membahas sifat-sifat fisika yang
ada dilaut. Oseanografi kimia spesialis membahas prosesreaksi-reaksi antara
molekul, unsur, ataupun campuran dalam sistem samudra yang menyebabkan
perubahan zat secara reversibel dan ireversible. Oseanografi geologi spesialis
membahas bangunan dasar samudra yang berhubungan dengan struktur dan
evolusi samudra. Oseanografi biologi spesialis membahas sisi hayati demi
mengungkap siklus kehidupan organisme yang ada disamudra.
Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem,
terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena suatu
komponen dapat mempengaruhi komponen lainnya. Sifat fisika dan kimia yang
terbentuk bukan saja mempengaruhi jenis dan komposisi flora dan fauna, tetapi
dapat menentukan kelimpahan suatu organisme. Melalui proses biologis, maka
biota yang menempati lingkungan laut tersebut akan banyak mengubah sifat
fisika dan kimia air. Pengaplikasian studi Oseanografi fisika dapat dilakukan
dengan cara mengukur pasang surut, ombak, arus, angis dan lain-lain, sehingga
dapatdiperoleh gambaran dasar tentang studi tersebut.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sifat fisik dan kimia air laut?
2. Bagaimanakah fisika air laut?
3. Bagaimanakah kimia air laut?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia air laut.
2. Untuk mengetahui fisika air laut.
3. Untuk mengetahui kimia air laut.
BAB II PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

A. Sifat Fisik dan Kimia Air Laut


Air laut adalah air tawar yang mengandung 3,5 persen garam-garam.
Oleh karena itu, sebelum kita membahas sifat-sifat fisis dan kimiawi air laut
perlu terlebih dahulu diketahui sifat-sifat fisis air tawar.
Air murni merupakan suatu persenyawaan kimia yang sangat sederhana.
Molekul air tawar terdiri dari dua atom H+ dan satu atom O-. Struktur molekul
air tawar (H2O) unik, di mana sudut antara atom H+ dan atom O- adalah 150o.
Karena struktur molekul H2O demikian, maka molekul air bersifat
bipolar (mempunyai dua kutub). Atom H+ dan O- diikat oleh suatu ikatan
kimia yang disebut ikatan kovalen (covalent bond). Ikatan kovalen ini
terbentuk dengan cara saling berbagu elektron antara atom H+ dan atom O-.
Tiap atom H+ berbagi elektron tunggalnya dengan atom O-, dan tiap atom O-
berbagi satu elektronnya dengan tiap atom H+.
Ikatan antara atom hidrogen dan oksigen dilakukan melalui pemakaian
elektron yang dipakai bersama-sama dengan atom oksigen. Sehingga oksigen
mendapat dua elektron yang dibutuhkan untuk memenuhi kulit elektrin
terluarnya dan setiap atom hidrogen juga mendapat masing-masing satu
elektron untuk kulit terluarnya. Kedua atom akan terjadi tarik-menarik
elektron sehingga terbentuk muatan listrik, di mana pemisahannya
menghasilkan suatu molekul polar.
Sifat alami air adalah polar, maka molekul air menarik molekul air yang
lain membentuk ikatan yang disebut ikatan hidrogen (hydrogen bond). Butuh
energi panas yang besar untuk mempercepat gerakan molekul air dalam
menaikkan suhunya. Kapasitas panas yang tinggi ini cenderung membuat air
menolak perubahan suhu bila panas ditambahkan atau diambil (dikurangi).
Kapasitas panas air yang tinggi berperan dalam pembentukan angin darat
dan angin laut serta angin musim (monsun). Paa siang hari, tekana udara di

3
4

atas laut lebih tinggi daripada tekanan udara di atas daratan, sehingga timbul
angin laut yang mengalir dari laut ke darat atau mengalir dari tekanan tinggi
ke tekanan yang lebih rendah. Prosesnya diawali dari kapasitas panas air yang
lebih tinggi daripada kapasitas panas daratan membuat daratan lebih cepat
panas daripada laut. Konsekuensinya tekanan udara di atas daratan lebih
rendah daripada tekanan udara di atas laut. Sebaliknya, pada malam hari
daratan lebih cepat melepaskan panas daripada laut sehingga tekanan udara di
atas daratan lebih tinggi daripada tekanan udara di atas laut. Akibatnya
berembus angin dari darat ke laut (angin darat).1

B. Fisika Air Laut


1. Temperatur
Temperatur atau suhu merupakan derajat panas suhu objek yang
diakibatkan oleh tumbukan antar molekul yang tidak beraturan.
Temperatur berbeda dngan panas atau kalor, panas per unit volume
dihitung dari temperatur dengan rumusan Q= densitas x panas spesifik x
temperatur. Suhu air laut sering juga disebut dengan SST (Sea Surface
Temperature) atau SPL (Suhu Permukaan Laut) dengan satuan SI yaitu
Celcius (0C). Jika mengukur perbedaan suhu (delta), maka harus diukur
dengan satuan Kelvin (K) dengan konversi:
K= 0C + 273.2
Faktor yang mempengaruhi suhu permukaan laut adalah letak
ketinggian dari permukaan laut, intensitas cahaya matahari yang diterima,
musim, cuaca, kedalaman air, sirkulasi udara, dan penutupan awan.
2. Densitas
Densitas atau berat jenis didefinisikan sebagai berat suatu zat dibagi
dengan volumenya. Satuan yang digunakan untuk menyatakan densitas
adalah gram/ cm3. Air laut memiliki densitas karena laut tersusun atas
molekul-molekul air, ion-ion garam maupun partikel-partikel baik hidup
maupun mati. Hal-hal tersebut mengakibatkan air laut memiliki berat jenis.

1
Widya Prarikeslan, Oseanografi,(Jakarta : Kencana, 2016), hlm. 16-17.
5

Densitas air laut sangat dipengaruhi oleh suhu dan salinitas. Air dingin
memiliki densitas lebih besar dibandingkan dengan air hangat karena
perbedaan kerapatan molekul-molekul air. Lebih lanjut, air dengan
salinitas tinggi memiliki densitas yang lebih tinggi dibanding dengan air
dengan salinitas rendah karena berat dari ion-ion penyusun garam tersebut.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa air laut dengan suhu yang dingin
dan salinitas yang tinggi akan memiliki nilai densitas yang cukup besar.
Densitas dan suhu memiliki hubungan yang berbanding terbalik, namun
densitas dan salinitas memiliki hubungan yang berbanding lurus. Seperti
halnya suhu dan salinitas, densitas juga memiliki lapisan di kolom perairan
dengan perubahan nilai densitas yang cukup signifikan yang disebut
dengan lapisan pycnocline.
Densitas diukur dengan CTD dengan memamfaatkan data pengukuran
suhu dan konduktivitas yang digunakan untuk mengetahui nilai salinitas.
Setelah suhu dan salinitas diketahui nilainya, maka nilai densitas dapat
dengan mudah diketahui. Selain dengan CTD, densitas juga dapat diukur
dengan menggunakan grafik hubungan antara suhu dan salinitas yang
disebut dengan diagram TS (TS diagram). Metode penghitungan ini
dilakukan dengan memplot nilai suhu pada sumbu Y dan nilai salinitas
pada sumbu X.

Densitas air laut merupakan jumlah massa air laut per satu satuan
volume. Densitas merupakan fungsi langsung dari kedalaman laut, serta
dipengaruhi juga oleh salinitas, temperatur, dan tekanan. Pada umumnya
nilai densitas berkisar antara (1,02-1,07 gr/cm3) akan bertambah sesuai
dengan bertambahnya salinitas dan tekanan serta berkurangnya temperatur.
Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari
dinamika laut. Lambang yang digunakan untuk menyatakan densitas
adalah p (rho). Densitas air laut bergantung pada temperatur (T), salinitas
(S), dan tekanan (p). Kebergantungan ini dikenal dengan persamaan
keadaan air laut, maka rumusnya:
6

p=p(T.S.P)
keterangan:
p = Massa jenis
T = Temperatur
S = Salinitas
P = Tekanan
Densitas air laut terletak pada kisaran 1025 kg/m3. Densitas
maksimum terjadi si atas titik beku sedangkan untuk salinitas di bawah
24,7 dan di bawah titik beku untuk salinitas di atas 24,7, hal ini
mengakibatkan adanya peristiwa konveksi panas. Air laut lebih padat
karena terdapat salinitas, maka densitas air laut adalah 1027 kg/m3.
3. Tekanan
Tekanan air laut bertambah terhadap kedalaman, kedalaman air laut
biasanya diukur dengan menggunakan echo sounder atau CTD
(Conductivity, Temperature, Depth). Tekanan didefinisikan sebagai gaya
per satuan luas, semakin kedalam tekana air laut akan semakin besar. Hal
ini disebabkan oleh semakin besarnya gaya yang bekerja pada lapisan yang
lebih dalam. Satuan dari tekanan dalam cgs adalah dynes/cm2, sedangkan
dalam mks adalah Newton/m2.
Tekanan pada satu kedalaman bergantung pada masaa air yang berada
di atasnya. Persamaan yang digunakan untuk mengukur harga kedalaman
dari harga tekanan adalah hidrostatis, yaitu:
dp = p.g.dh
Keterangan:
dp = perubahan tekanan
p = densitas air laut
g = percepatan gravitasi
dh = perubahan kedalaman
jadi, jika tekanan beruba sebesar 100 dbar, dengan harga percepatan
gravitasi g=9.8m/det2 dan densitas air laut p=1025 kg/m3, maka perubahan
kedalamannya adalah 99,55 meter. Variasi tekanan di laut berada pada
7

kisaran 0 (di permukaan ) hingga 10.000 dbar (di kedalaman paling


dalam).
4. Warna
Pada dasarnya, air tidak memiliki warna air hanya menyerap cahaya
yang kemudian merefleksikannya. Ada dua proses optik utama pada air
laut, dan zat terlarut atau tersuspensi dalam air laut, saat berinteraksi
dengan cahaya yang masuk dari matahari. Dua proses ini adalah
penyerapan (absorption) dan hamburan (scattering). Pada laut cara utama
air berinteraksi adalah dengan penyerapan cahaya, air menyerap cahay
merah, dan pada tingkat lebih rendah air juga menyerap cahaya kining atau
hijau, menyebabkan warnanya bisa berubah-ubah tergantung kedalaman
dan tempatnya. Warna biru merupakan warna yang paling tidak diserap
oleh air sehingga air nampak berwarna biru.
Semakin dalam kedalaman laut semakin ia berwarna kebiruan, karena
cahaya merah diserap kuat menjadikannya hilang dan cahaya biru terus
menembus masuk kedalam. Warna air laut ditentukan oleh kekeruhan air
laut itu sendiri dari kandungan sedimen yang dibawa oleh aliran sungai.
Pada laut yang keruh radiasi sinar matahari yang dibutuhkan untuk proses
fotosintesis tumbuhan laut akan kurang dibandingkan dengan air laut
jernih. Pada perairan laut yang dalam dan jernih fotosintesis tumbuhan itu
mencapai 200 meter, sedangkan jika keruh hanya mencapai 15-40 meter.
Air laut juga menampakkan warna yang berbeda-beda pada zat-zat organik
maupun anorganik yang ada. Adapun beberapa warna-warna air laut yaitu
biru, kuning, hijau, putih, ungu, hitam, dan merah.
6. Massa Jenis
Setiap materi atau zat tentu memiliki massa jenis. Massa jenis
merupakan pengukuran massa setiap satuan volume dari suatu materi atau
zat. Massa jenis air laut merupakan massa air laut per unit volume,
biasanya satuannya adalah gram per sentimeter kubik (gr/cm3). Massa
jenis air laut dipengaruhi oleh suhu, salinitas dan tekanan. Penurunan suhu
dapat meningkatkan massa jenis air laut. Peningkatan massa dihasilkan
8

oleh sejumlah molekul yang mengisi ruang sempit sehingga mereka


kehilangan sejumlah energi. Penurunan suhu air hingga 4oC (39,2oF) akan
meningkatkan massa jenis. Namun demikian perubahan massa jenis akan
menurun kembali di perairan dengan suhu di bawah 4oC hingga 0oC yang
dapat menyebabkan perubahan pada ikatan hidrogen sehingga terjadi
perluasan volume air.

Gambar 1. Hubungan massa jenis dengan temperatur


Selain suhu, salinitas juga mempengaruhi massa jenis air laut.
Hubungan antara massa jenis, salinitas dan suhu memperlihatkan
pengaruh yang berbeda. Penurunan suhu hingga 4oC dan/atau
peningkatan salinitas cenderung akan meningkatkan massa jenis air
sehingga air menjadi lebih berat. Pada hubungan tersebut, perubahan
suhu yang terjadi di daerah ekuator (bersuhu tinggi) memperlihatkan
pengaruh yang besar terhadap massa jenis daripada di daerah kutub. Ini
dapat menjadi catatan yaitu pada massa jenis yang konstan, baris
kerapatan konstannya hampir sejajar dengan sumbu suhu rendah
dibandingkan suhu tinggi. Hal ini menunjukkan perubahan kepadatan per
unit perubahan suhu pada kisaran suhu tinggi menjadi lebih besar.
9

Gambar 2. Hubungan temperatur-salinitas-massa jenis


Perubahan suhu yang terjadi pada daerah kutub (dicirikan dengan
suhu air yang rendah) memberikan pengaruh yang lebih rendah terhadap
perubahan masa jenis dibandingkan daerah ekuator (yang bersuhu
tinggi). Pada salinitas 35‰ (pada titik A, B, C, D) perubahan massa jenis
yang lebih besar terjadi pada suhu yang lebih rendah.
Massa jenis air laut memiliki perbedaan pada kedalaman yang
berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan suhu dan salinitas
pada kedalaman yang berbeda. Massa jenis di permukaan dipengaruhi
oleh perubahan suhu di lautan di mana sebaran suhu di permukaan lebih
bersifat dinamis dibandingkan pada lapisan yang lebih dalam, bahkan
pada kedalaman lebih dari 200-1.000 meter suhu relatif konstan.Massa
jenis air laut di daerah lintang tinggi di mana suhu relatif konstan lebih
banyak dipengaruhi oleh perubahan salinitas.
10

Gambar 3. Profil massa jenis di berbagai lintang


Pada daerah ekuator dan tropis terdapat lapisandengan ketebalan
dalam skala rendah dari massa jenis air permukaan kemudian membentuk
lapisan massa jenis air yang berbeda pada daerah yang lebih dalam.
Massa jenis air permukaan lebih rendah daripada massa jenis air lebih
dalam. Terpisahnya massa jenis tersebut dipisahkan oleh zona perubahan
massa jenis cepat yang disebut pycnocline yang merupakan lapisan air
yang mengalami perubahan massa jenis secara cepat pada kedalaman
yang berbeda. Pycnocline tidak ditemukan di perairan lintang tinggi
(high latitude). Perubahan massa jenis diikuti dengan perubahan suhu.
Pada zona tersebut disebut zona termoklin atau zona perubahan
penurunan suhu yang cepat secara vertikal. Termoklin juga terjadi di
daerah ekuator di mana zona perubahan salinitas yang cepat (haloklin)
juga mempengaruhi massa jenis. Salinitas air laut cenderung lebih rendah
pada kolom air yang lebih dalam, sehingga penurunan salinitas sering
dikaitkan dengan meningkatnya kedalaman di daerah ekuator. Namun
demikian pada daerah lintang tinggi terjadi sebaliknya yaitu salinitas air
11

laut cenderung lebih tinggi pada kolom air yang lebih dalam. Hal ini
disebabkan sebaran suhu secara vertikal di daerah lintang tinggi
cenderung konstan rendah, sehingga salinitas cenderung lebih tinggi pada
perairan dalam. Penurunan massa jenis air laut yang signifikan di bawah
lapisan permukaan laut menyebabkan terbentuknya lapisan pycnocline,
yaitu massa jenis air di bagian atas relatif ringan pada daerah ekuator dan
subtropis. Massa air dingin di perairan dalam meluas dan merata ke dasar
laut. Lapisan campuran di permukaan memiliki sifat yang seragam
karena adanya pencampuran massa air yang disebabkan oleh arus dan
gelombang.
7. Suhu
Suhu diukur dengan satuan derajat. Satu derajat celcius (1oC) sama
dengan 1,8 derajat Fahrenheit. Suhu dapat juga didefinisikan sebagai
pengukuran langsung terhadap rata-rata energi kinetik yang membentuk
substansi yang dapat memberikan respons terhadap masukan atau keluaran
panas (Garrison, 2006). Energi kinetik yang dimaksud merupakan energi
gerak, sehingga semakin tinggi suhu, semakin besar kecepatan molekul
pada substansi di mana suhu diukur. Suhu alami air laut berkisar antara
suhu di bawah -5oC sampai lebih dari 33oC (Bhatt, 1978). Beberapa
kondisi meteorologi yang mempengaruhi suhu permukaan laut antara lain
curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin
dan intensitas radiasi matahari. Perubahan suhu di laut berpengaruh
terhadap gejala fisika di laut dan biota laut. Sebagian besar air samudra
dingin karena matahari hanya mampu menembus perairan laut sampai
beberapa meter saja. Perairan laut di Indonesia umumnya memiliki sebaran
suhu secara vertikal. Sebaran suhu secara vertikal terbagi menjadi tiga
lapisan yaitu lapisan hangat di bagian teratas (biasa disebut mixed layer
atau lapisan campuran), termoklin di bagian tengah dan lapisan dingin di
bagian bawah. Termoklin di daerah ekuator terlihat lebih jelas karena
tingginya suhu di lapisan permukaan, sedangkan termoklin di daerah
beriklim sedang dan dingin cenderung berubah-ubah karena adanya
12

perubahan musim dari bagian tahun yang satu ke tahun yang lainnya. Suhu
menjadi faktor fisik yang sangat penting di laut, berguna untuk
mengidentifikasi massa air tertentu bersama salinitas dan bersama tekanan
dapat menentukan densitas air laut. Air berdensitas rendah berada di
lapisan atas dan air dengan densitas tinggi akan berada di lapisan
bawahnya.

Gambar 4. Sebaran suhu secara vertikal


(a) lapisan hangat, (b) lapisan termoklin, dan (c) lapisan dingin
8. Arus
Arus air laut terutama di permukaan dipengaruhi oleh angin. Angin
yang mendorong permukaan laut menimbulkan arus. Sebagian besar arus
di lautan terbuka ditimbulkan oleh angin. Ketika angin mendorong
permukaan air, perpindahan air yang terjadi tidak searah dengan arah
angin, tetapi membentuk sudut 45o karena adanya gaya coriolis. 2Air yang
berada di lapisan bawah ikut terbawa karena gaya coriolis (gaya yang
diakibatkan oleh perputaran bumi). Adanya gaya coriolis tersebut
menyebabkan arus di lapisan bawah berbelok ke kanan dari arah arus
permukaan. Hal ini terjadi di belahan bumi utara, sedangkan di belahan
bumi selatan terjadi hal sebaliknya. Apabila terjadi divergensi
(pembuyaran arus permukaan), massa air dari lapisan bawah laut akan naik

2
Castro, Hubber. Marine Biology, 3rd edition. (USA: Me Graw Hill Companies, 2000),
hlm. 1-12.
13

ke lapisan permukaan dan akan terjadi juga keadaan sebaliknya yaitu


tenggelaman massa air di mana massa air dari lapisan atas turun ke lapisan
bawah.

Gambar 5. Arus yang dipengaruhi gaya coriolis

Gambar 6. Fenomena massa air permukaan dan tenggelaman massa air


a) Angin permukaan, b) Arus permukaan, c) Vector coriolis

Air memiliki sifat yang sangat baik sebagai transportasi panas karena
memiliki kapasitas panas yang tinggi. Arus hangat di sisi sebelah kanan
membawa sejumlah panas dari ekuator ke kutub, sementara itu arus
dingin mengalir berlawanan arah pada sisi sebelah timur. Arus di lautan
seperti alat pengukur suhu raksasa, memiliki suhu hangat di daerah
14

kutub, dingin di daerah tropis dan mempengaruhi iklim di bumi. Suhu


permukaan laut berperan dalam mengangkut panas.
Pengaruh gaya coriolis mempengaruhi perpindahan massa air. Arus
permukaan arus permukaan tidak berpindah secara paralel terhadap
angin, tetapi membentuk sudut 45o dari arah angin. suhu permukaan
tinggi pada sisi sebelah barat dari lautan, di mana arus membawa air
hangat dari ekuator sedangkan di sisi sebelah kiri arus dingin menuju
ekuator.
Arus permukaan yang dihasilkan oleh angin bukan hanya dipengaruhi
oleh gaya coriolis tetapi juga dipengaruhi oleh gaya gravitasi. 3 Arus yang
disebabkan oleh gaya coriolis dan gaya gravitasi disebut arus geostropik.

Gambar 7. Arus geostropik


Arus geostropik di belahan bumi utara membentuk skema
representatif Permukaan yang landai mendapat hembusan angin (AA’),
sehingga air mengalir ke bawah karena adanya respons terhadap gaya
gravitasi (Fg), tetapi aliran dibelokkan oleh gaya coriolis (Fc). Akan
tetapi arah aliran lanjutannya mengalami perubahan hingga gangguan (Fg
dan Fc) seimbang. Resultan dari aliran air tersebut disebut arus
geostropik. Sistem arus laut dunia memiliki tiga kategori arus, yaitu arus
kutub, arus sejajar ekuator, dan arus subtropis. Pertama, arus kutub
adalah arus yang benar-benar mengelilingi daerah kutub selatan (Antartic
Circumpolar Current) yang terdapat pada 60o LS. Kedua, aliran air di
daerah ekuator yang mengalir dari arah barat ke timur tetapi mereka
dibatasi oleh arus-arus sejajar yang mengalir dari timur ke barat baik di

3
Bhatt, J. Oceanography Exploring the Planet Ocean. (New York : D Van Nostrand
Company, 1978), hlm. 12-13.
15

belahan bumi utara maupun di belahan bumi selatan. Ketiga, daerah


subtropis ditandai oleh adanya arus-arus berputar yang dikenal sebagai
Gyre. Terdapat kecenderungan bahwa sistem utama lautan dunia
mempunyai satu Gyre yang masing-masing terdapat di sebelah utara dan
selatan ekuator. Aliran air Gyre yang terdapat di belahan bumi utara
mengalir searah jarum jam, sedangkan yang terdapat di belahan bumi
selatan mengalir berlawanan dengan jarum jam.4
Sirkulasi arus permukaan yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh
angin muson. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara
antara daratan Asia dan daratan Australia, pada bulan Desember-Februari
di Belahan Bumi Utara (BBU) sehingga akan terjadi musim dingin,
sedangkan pada Belahan Bumi Selatan (BBS) sehingga akan terjadi
musim panas. Hal ini disebabkan adanya tekanan tinggi di Asia dan
tekanan rendah di Australia.

Gambar 8. Sistem arus yangterdapat di dunia


Angin muson bergerak dengan arah-arah tertentu. Oleh karena itu
perairan Indonesia dibagi menjadi empat musim yaitu musim barat,
musim timur, musim pancaroba satu dan musim pancaroba dua. Air laut

4
Hutabarat S. Evans, Pengantar Oseanografi, (Jakarta : Universitas Indonesia-Press,
1986), hlm. 14-15.
16

digerakkan oleh dua sistem angin, di dekat khatulistiwa angin pasat


(trade wind) menggerakkan permukaan air ke arah barat. Sementara itu,
di daerah lintang sedang (temperate), angin baratan (westerlies wind)
menggerakkan kembali permukaan air ke timur. Akibatnya di samudra-
samudra akan ditemukan sebuah gerakan permukaan air yang
membundar. Secara terus menerus air laut bergerak mengelilingi bumi
dalam suatu sabuk aliran yang sangat besar yang biasa disebut global
conveyor belt. Pergerakan terjadi dari permukaan ke dalam samudra dan
kembali lagi ke permukaan. Sabuk aliran global ini dipengaruhi oleh
angin, salinitas dan temperatur air laut. Sabuk aliran ini mempunyai
peran untuk memindahkan energi panas yang dipancarkan oleh Matahari
ke Bumi. Dalam pergerakan air laut mengelilingi Bumi dalam suatu
sabuk aliran global memerlukan waktu lama yaitu sekitar 1000 tahun.
Conveyor belt ini dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu:
1. Sirkulasi yang dibangkitkan oleh adanya perbedaan densitas air laut.
Densitas air laut ini bergantung pada temperatur dan salinitas.
Sirkulasi ini biasa disebut sebagai sirkulasi termohalin (dari kata
thermo yang berarti energi panas dan haline yang berarti garam).
2. Sirkulasi yang dibangkitkan oleh angin permukaan. Hal ini
mengakibatkan adanya arus permukaan laut. Sebagai contoh dari
arus yang dibangkitkan oleh angin adalah arus Gulf Stream.
9. Gelombang
Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin di atas
permukaan laut dan tekanan tangensial pada partikel air. Pada mulanya,
angin yang bertiup di permukaan laut menimbulkan riak gelombang
(ripples). Saat angin berhenti bertiup, riak gelombang akan hilang dan
permukaan laut kembali rata. Apabila angin bertiup lama, riak gelombang
akan membesar walaupun angin kemudian berhenti bertiup. Gelombang
akan rata kembali menjadi ombak sederhana saat meninggalkan daerah
asal tiupan angin. Ombak sederhana terlihat sebagai alun (sweel) yang
terjadi di laut pada keadaan tenang. Gelombang memiliki puncak dan
17

lembah. Pada gelombang terdapat panjang gelombang dan tinggi


gelombang. Panjang gelombang merupakan jarak antara satu puncak ke
puncak berikutnya atau satu lembah ke lembah berikutnya. Sementara itu
tinggi gelombang merupakan jarak antara titik puncak dan titik lembah.5

Gambar 9. Komponen dasar gelombang


Puncak gelombang merupakan titik tertinggi dari gelombang. Lembah
merupakan titik terendah dari gelombang. Gelombang umumnya
memiliki periode, yaitu waktu yang dibutuhkan puncak/lembah untuk
kembali pada titik semula secara berturut-turut. Sementara itu, ada juga
kemiringan gelombang yaitu perbandingan antara panjang gelombang
dengan tinggi gelombang. Gelombang memiliki beberapa
jenis.Gelombang yang pecah saat menuju pantai dan terdampar di dasar
perairan pantai yang dangkal disebut gelombang pecah atau surf.
Gelombang pecah perlahan-lahan dan menggulung ke arah pantai disebut
gelombang tumpah atau spilling breaker. Gelombang membubung ke atas
dan segera pecah, terjadi pada dasar pantai yang terjal disebut gelombang
plunging breaker. Gelombang yang sama sekali tidak pecah tetapi
mendorong air ke atas ke darat dan menyedotnya kembali yang terjadi
pada pantai terjal disebut surging breaker.

5
Romimohtarto K. Juwana S. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut, (Jakarta : Pusat
Penelitian dan Pengembangan Oseanografi- LIPI, 1999), hlm. 17-18.
18

Gambar 10. Jenis gelombang


Tipe pecahnya gelombang dipengaruhi oleh kemiringan pantai,
periode gelombang, panjang, tinggi dan kecuraman. Sifat gelombang
paling tidak dipengaruhi oleh tiga bentuk angin. Tiga bentuk angin
tersebut antara lain kecepatan angin, waktu di mana angin bertiup dan
jarak tanpa rintangan di mana angin sedang bertiup.
a. Kecepatan angin
Pada umumnya makin besar kecepatan angin bertiup, makin
besar gelombang yang terbentuk dan gelombang ini mempunyai
kecepatan yang tinggi dengan panjang gelombang yang besar.
Gelombang yang terbentuk puncaknya kurang curam jika
dibandingkan dengan yang dibangkitkan oleh angin berkecepatan
lemah.
b. Waktu di mana angin sedang bertiup
Tinggi, kecepatan dan panjang gelombang cenderung meningkat
sesuai dengan meningkatnya waktu saat angin pembangkit
gelombang mulai bertiup.
c. Jarak tanpa rintangan di mana angin sedang bertiup (fetch)
Pentingnya fetch dapat diketahui dengan membandingkan
gelombang yang terbentuk pada kolom air yang relatif kecil seperti
danau di daratan dengan yang terbentuk di lautan bebas. Gelombang
19

yang terbentuk di danau fetch-nya lebih kecil, panjang


gelombangnya hanya beberapa centimeter saja sedangkan yang di
lautan bebas, kemungkinan fetch-nya lebih besar, panjang
gelombang mencapai beberapa ratus meter.
Bentuk gelombang akan berubah dan pecah saat tiba di pantai. Ini
disebabkan oleh gerakan melingkar dari partikel yang terletak di bagian
paling bawah gelombang dipengaruhi oleh gesekan dari dasar laut di
perairan yang dangkal. Bekas jalan kecil yang ditinggalkan menjadi elips
bentuknya. Hal ini menyebabkan perubahan terhadap sifat gelombang.
Gelombang bergerak ke depan dan tinggi gelombang naik sampai
mencapai 80% dari kedalaman perairan. Bentuk ini menjadi tidak stabil,
hingga kemudian pecah, yang disertai dengan gerakan maju ke depan
yang berkekuatan besar.

Gambar 11. Tipe pecah gemobang


20

Saat gelombang pecah, air dilemparkan jauh ke depan sampai


mencapai daerah pantai. Beberapa akan kembali ke laut mengalir
menjadi arus di bawah permukaan. Air yang dibawa merupakan arus
sejajar pantai. Arus ini akan diteruskan hingga bertemu daerah yang
dibatasi oleh aliran yang dikenal sebagai rip current, kemudian akan
mengalir kembali ke dalam laut melalui daerah yang bergelombang
besar. Daerah dengan aliran rip current paling cepat bisa mencapai
kecepatan sampai 1 meter tiap detik.

Gambar 12. Rip current

Pada gambar di atas ditunjukkan bahwa air cenderung mengalir


sejajar dengan pantai (area yang bertanda titik-titik) sampai mencapai
daerah rip current. Massa air ini melewati daerah gelombang besar dan
mengalir kembali ke lautan bebas.
10. Pasang Surut
Pasang surut merupakan gerakan naik turunnya muka air laut
secara periodik yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari.
Permukaan air laut naik hingga ketinggian maksimum disebut pasang
tinggi (high water) kemudian turun sampai ketinggian minimum disebut
pasang rendah (low tide). Perbedaan ketinggian antara pasang tinggi dan
pasang rendah dikenal dengan tidal range. Pasang yang mempunyai
ketinggian maksimum dikenal dengan spring tide, sedangkan yang
mempunyai tinggi minimum dikenal dengan neap tide. Pasang tertinggi
biasanya terjadi saat bulan penuh atau bulan baru, sedangkan pasang
terendah terjadi saat bulan seperempat atau tiga perempat.
21

Gambar 13. Posisi bulan – matahari - bumi


Pasang surut memberikan pengaruh terhadap kehidupan biota laut
khususnya yang hidup di wilayah pantai. Pasang surut di muka bumi
tidak hanya dipengaruhi oleh bulan dan matahari, namun ada faktor lain
perlu diperhatikan, antara lain:
1. Tingkah laku dari gerakan air.
2. Berubahnya kecondongan bulan dan matahari mengakibatkan
perbedaan tinggi paras air pasang di siang dan malam hari.
Kecondongan ini mengakibatkan ketidaksamaan jarak waktu dari air
pasang dan air surut berikutnya maupun antara air surut dan air
pasang berikutnya.
3. Perubahan jarak antara bulan dan bumi selama bulan berputar
mengelilingi bumi menyebabkan gaya atraktifnya berubah-ubah
juga.
4. Berubahnya jarak antara matahari dan bumi selama bumi
mengelilingi matahari juga menyebabkan berubahnya gaya atraktif
matahari.
22

5. Susunan dan letak antara daratan dan lautan juga mempengaruhi


pasang surut.
6. Pasang surut dapat dipengaruhi oleh angin yang keras. Angin yang
keras ke pantai biasanya dapat menimbun massa air ke pantai dan
dapat menambah tinggi paras air pada saat pasang atau rendahnya
paras air pada saat surut.
7. Amplitudo pasang surut berbeda-beda menurut letak daerahnya
dipermukaan bumi. Amplitudo kecil terjadi pada pulau-pulau yang
terletak di tengah laut.
8. Arus pasang surut saat memasuki selat yang sempit akan
menyebabkan penimbunan massa air sehingga paras laut saat pasang
menjadi lebih tinggi daripada biasanya.
Indonesia memiliki empat jenis pasang surut yakni pasang surut semi
diurnal (pasut harian ganda) yaitu dua kali pasang dan dua kali surut
dalam 24 jam; pasut diurnal atau pasut harian tunggal (satu kali pasang
dan satu kali surut dalam 24 jam); campuran keduanya dengan jenis
dominan ganda dan campuran keduanya dengan jenis dominan tunggal.
Sebaran pasang surut di wilayah ASEAN. Jenis pasang surut harian
tunggal misalnya terjadi di perairan sekitar Selat Karimata (Sumatra dan
Kalimantan). Pasang surut harian ganda misalnya terjadi di perairan Selat
Malaka sampai ke Laut Andaman. Pasang surut campuran dominan
ganda (mixed tide, prevailing semidiurnal) misalnya terjadi di sebagian
besar perairan Indonesia bagian timur. Sedangkan jenis campuran
dominan tunggal (mixed tide, prevailing diurnal) contohnya terjadi di
pantai selatan Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.
23

Gambar 14. Peta jenis pasang surut di perairan ASEAN


Kisaran pasang-surut (tidal range), merupakan perbedaan tinggi muka
air pada saat pasang maksimum dengan tinggi air pada saat surut
minimum. Rata-rata kisaran pasang surut antara 1 m hingga 3 m. Akan
tetapi ditemukan kisaran yang terbesar di dunia seperti yang terjadi di
Teluk Fundy (Kanada) yang mencapai sekitar 20 m. Namun sebaliknya
di Pulau Tahiti, di tengah Samudra Pasifik, kisaran pasang surutnya kecil,
tidak lebih dari 0,3 m, sementara di Laut Tengah hanya berkisar 0,10-
0,15 m. Kisaran pasang surut di perairan Indonesia sebagai contoh dapat
misalnya di Tanjung Priok (Jakarta) kisarannya hanya sekitar 1 m,
Ambon sekitar 2 m, Bagan Siapi-api sekitar 4 m, sedangkan yang kisaran
tertinggi terjadi di muara Sungai Digul dan Selat Muli di dekatnya (Irian
Jaya bagian selatan) yaitu bisa mencapai sekitar 7-8 m.6
Pasang terutama disebabkan oleh gaya tarik menarik oleh dua tenaga
yang terjadi di lautan. Gaya tersebut berasal dari gaya sentrifugal yang
disebabkan oleh perputaran bumi pada sumbunya dan gaya tarik bulan.
Gaya tarik yang terjadi di bagian permukaan bumi tidak merata. Gaya
lebih kuat terjadi pada daerah yang lebih dekat dengan bulan, sehingga

6
Nontji, A. Laut Nusantara, (Jakarta : Djambatan, 2007), hlm. 19-21.
24

gaya yang terbesar berada pada bagian bumi yang terdekat dengan bulan
dan gaya yang paling lemah pada bagian yang terjauh dari bulan.
Permukaan bumi sebagian besar tertutup air akibat adanya gaya
Pembangkit pasang ada dua tonjolan massa air di mana satu bagian
terdapat pada permukaan bumi yang dekat dengan bulan dan tonjolan
lainnya terdapat pada sisi yang paling jauh dari bulan.

Gambar 15. Dua buah tonjolan massa air di permukaan bumi

Pada gambar, tonjolan terbentuk karena adanya gaya tarik bulan


yang relatif kuat menarik massa air yang terdapat di sisi bumi yang
langsung menghadap ke arah bulan. Sementara itu di sisi lain juga
terdapat tonjolan disebabkan gaya tarik bulan pada sisi ini relatif lebih
lemah daripada gaya sentrifugal bumi, sehingga tenaga yang ditimbulkan
mendorong massa air ke arah luar dari permukaan bumi. Dua tonjolan itu
merupakan dua daerah yang mengalami pasang tinggi.

C. Kimia Air Laut


Kimia air laut adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat kimia dari lautan.
Hampir semua unsur kimia pada tabel periodik juga ada (terlarut) di dalam air
laut, dengan konsentrasi yang bervariasi mulai dari level persen, permil, ppm,
ppb, sampai dengan ppt. Interaksi berbagai unsur kimia di laut ini juga terjadi
dengan berbagai lingkungan lainnya seperti biosfer, atmosfer,dan geosfer.
25

1. Komposisi kimia air laut


Air laut adalah air dari laut atau samudera. Air laut memiliki kadar
garam rata-rata 3,5%. Artinya dalam 1 liter (1000 Ml) air laut terdapat 35
gram garam (terutama, namun tidak seluruhnya, garam dapur/Nacl).
Walaupun kebanyakan air laut di dunia memiliki kadar garam sekitar
3,5%, air laut juga berbeda-beda kandungan garamnya, yang paling tawar
adalah di timur Teluk Finlandia dan di Utara Teluk Bothnia, keduanya
bagian dari laut Baltik, yang paling asin adalah di LautMerah, di mana
suhu tinggi dan sirkulasi terbatas membuat penguapan tinggi dan sedikit
masukan air dari sungai-sungai. Kadar garam di beberapa danau dapat
lebih tinggi lagi.
Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan garam
mineral yang terdapat di alam batu-batuan dan tanah. Contohnya natrium,
kalium, kalsium, dan lain-lain. Apabila air sungai mengalir ke lautan, air
tersebut membawa garam. Ombak laut yang memukul pantai juga dapat
menghasilkan garam yang tedapat pada batu-batuan. Lama-kelamaan air
laut menjadi asin karena banyak mengandung garam. Air tawar lebih
ringan dari air asin. Berikut Komposisi dan Sifat Kimia Air Laut:
a. Gas
- Oksigen (O2)
- Karbondioksida (CO2)
1. Laut terbuka:
- Kandungan O2 rerata 4,5 – 9 cm3 /liter
- Kandungan CO2 rerata 0,1 cm3/liter
2. Laut Tertutup
- Kandungan O2 sangat kecil ( < 3 cm3/liter sampai tidak ada sama
sekali)
- Muncul gas Hidrogen Sulfida (H2S)
- Temperatur tinggi dan seragam
- Kadar garam tinggi dan seragam
- Kandungan garam tinggi
26

- Jenuh CaCO3
b. Garam
1. Laut Terbuka
Kadar garamnya rerata 3,45 %, dengan komposisi:
ION (dalam GRAM / LITER
larutan) AIR (%)
-
CI 1,898
Na++ 1,056
SO4- 0,265
Mg++ 0,127
Ca 0,04
K+ 0,038
HCO3- 0,014
Br - 0,0065

GARAM GRAM/ LITER


AIR (0%)
NaCl 27,21
MgCl2 3,81
MgSO2 1,66
CaSO4 1,26
K2SO4 0,86
CaCO3 0,12
MgBr2 0,08

Contoh Kadar Garam Laut Terbuka


1. Laut Kutub Utara < 3,3 %
2. Laut Kutub Selatan < 3,4 %
3. Samudera Pasifik (tropik) > 3,6 %
4. Samudera India (tropik) > 3,6 %
27

5. Samudera Atlantik (tropik) > 3,7 %


b. Laut Tertutup
Sifat-sifat Air Laut Tertutup yaitu:
1. Mempunyai temperatur dan kadar garam/ salinitas seragam.
2. Temperatur tidak normal dan tinggi
3. Oksigen rendah sampai tidak ada oksigen sama sekali
4. Kondisi reduksi dengan ditandai kehadiran gas/senyawa
hidrogen sulfida (H2S)
5. Kandungan garam tinggi
6. Jenuh dengan CaCO37
2. Nutrien Air Laut
Nutrien merupakan unsur atau senyawa kimia yang digunakan untuk
metabolisme atau fisiologi organisme. Nutrien merupakan komponen yang
dibutuhkan untuk memproduksi bahan organik. Beberapa nutrien
dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan organisme, beberapa
menghasilkan bahan kimia yang secara langsung menjadi energi dan
beberapa fungsi lain. Nutrien dihasilkan pada produktivitas primer
termasuk nitrogen (seperti, NO-3) dan Fosfor (seperti Fosfat, PO3-4).
Tanaman melakukan fertilisasi membutuhkan nitrat dan fosfor.
Nitrogen dan fosfor sering habis karena adanya eutrofikasi saat produksi
tinggi dan reproduksi yang cepat. Sedikitnya pasokan silikat terlarut,
kalsium dan trace elemen seperti iron, magnesium, cope yang digunakan
dalam enzim, vitamin dan molekul besar lainnya. Tanaman laut tidak
punya andil untuk siklus nutrien.
Hampir semua unsur kimia, terutama yang penting untuk kehidupan,
seperti karbon, fosfor, nitrogen dan sulfur yang mengalir dalam biosfer
dari lingkungan untuk organisme akan kembali ke lingkungan. Peredaran
elemen ini dikenal dengan siklus biogeokimia (Modul 2), ini merupakan
serangkaian arus bolak-balik tersebut biasa disebut dengan siklus nutrien.

7
M. Lutfi Firdaus, Oseanografi, (Yogyakarta : LeutikaPrio, 2017), hlm. 12-15.
28

Di sini akan sedikit dijelaskan mengenai siklus nitrogen, fosfor, sulfur dan
karbon.
a. Siklus Nitrogen
Siklus nitrogen merupakan aliran kompleks nitrogen dari
lingkungan ke organisme dan kembali lagi ke lingkungan. Pada siklus
ini molekul protein dalam biota dipecah menjadi bentuk anorganik oleh
dekomposer terutama bakteri denitrifikasi. Hasilnya menjadi nitrat,
yang merupakan bentuk paling mudah dikonsumsi oleh tumbuhan hijau.
Kemudian bakteri merombak nitrat menjadi gas amonia. Nitrogen pun
kembali ke atmosfer dalam bentuk amonia. Bakteri kemudian
memperbaiki nitrogen dan memanfaatkan nitrogen dari lingkungan
yang telah disediakan oleh tanaman sebagai nutrien.

Jumlah nitrogen di udara diperkirakan antara 140-700 mg/m2.


Konversi molekul nitrogen ke dalam komponen nitrogen disebut fiksasi
nitrogen. Proses fiksasi nitrogen dipercepat oleh fosfat dan trace
elemen yang terlarut dalam air. Di antara alga, fiksasi nitrogen paling
banyak dilakukan oleh alga hijau biru. Alga ini memproduksi kelebihan
komponen nitrogen yang dapat digunakan oleh alga lain yang tidak bisa
melakukan fiksasi nitrogen.
b. Siklus Fosfor
Siklus fosfor relatif sederhana, namun masih kurang sempurna
dibandingkan siklus nitrogen. Fosfor merupakan elemen vital pada
adenosine trifosfat, diperlukan untuk pertumbuhan dan reproduksi
semua organisme. Saat fosfor dipecah oleh bakteri menjadi fosfat,
29

menjadi nutrien yang penting untuk pertumbuhan tanaman.


Dimanfaatkan kembali dan kembali ke kehidupan organik.

c. Siklus Sulfur
Sulfur dalam perairan merupakan sulfat, dimanfaatkan oleh tanaman
dalam bentuk pengurangan. Sulfur dimanfaatkan oleh asam amino
tertentu kemudian dikonversi menjadi protein. Protein dikonsumsi oleh
tanaman dan hewan dan dikeluarkan dalam bentuk ekskresi. Saat
limbah organik di dekomposisi oleh bakteri, terbentuk hidrogen sulfida.
Beberapa hidrogen sulfida teroksidasi menjadi sulfat oleh bakteri sulfur,
kemudian sisanya teroksidasi secara aerobik. Sulfat di dalam air sekali
lagi dimanfaatkan oleh tanaman dan siklus sulfur pun lengkap .
30

3. Salinitas Air Laut


Salinitas didefinisikan secara umum sebagai jumlah garam terlarut di
air laut atau secara lebih rinci jumlah satu gram garam terlarut dalam satu
kilogram air laut (g/kg). Satuan yang digunakan untuk menyatakan
salinitas adalah ppt (part perthousand), disimbolkan dengan 0/00 (dibaca :
per mil) atau PSU yang merupakan kepanjangan dari Practical Sakinity
Unit.
Distribusi vertikal salinitas menunjukkan bahwa variasi konsentrasi
garam terlarut dari permukaan sampai laut dalam tidak terlalu besar.
Salinitas berkisar antara 33-37 psu (Libes, 2009) dengan nilai rata-rata
salinitas di permukaan laut (laut terbuka-open ocean) adalah 35 psu dan
salinitas di laut dalam berada pada kisaran 37 psu.
Seperti halnya suhu yang memiliki thermoklin, salinitaspun memiliki
lapisan dengan perubahan nilai yang cukup signifikan di kolom perairan.
Lapisan ini disebut dengan lapisan haloklin (halocline). Secara ideal,
salinitas di daerah permukaan lebih rendah daripada salinitas di laut dalam.
Hal ini karena di permukaan ada banyak faktor yang menyebabkan
perubahan nilai salinitas, seperti curah hujan, pengaruh air tawar yang
masuk dari sungai dan juga penguapan (evaporasi).
Salinitas dapat diukur dengan beberapa alat seperti refractometer,
salinometer maupun CTD. Metode pengukuran tersebut dapat dilakukan
dengan mengukur secara langsung air laut tanpa perlu menganalisa air laut
secara kimia. Alat-alat pengukuran tersebut menggunakan prinsip
konduktivitas atau daya hantar listrik dimana ion-ion penyusun garam
terlarut merupakan penghantar listrik yang baik. Prinsip konduktifitas ini
yang digunakan untuk menentukan salinitas menggunakan salinometer
maupun CTD. Sedangkan refraktometer menggunakan prinsip pembelokan
cahaya (refractive index) jika cahaya melalui dua medium yang berbeda
yaitu air laut (sampel) dan prisma pada refractometer. Semakin banyak
31

kandungan garam pada sampel akan mengakibatkan nilai pembelokan


cahaya semakin besar dan semakin besar pula nilai salinitas.
4. Konduktivitas Air Laut
Konduktivitas merupakan kapasitas dari air laut untuk memindahan
arah aliran elektris dan bergantung pada konsentrasi ion-ion dan
kecepatannya. Muatan atom disebut ion. Ion-ion yang lebih dalam setiap
unit volume air. Teori kimia konduktifitas : ketika garam (sodium
klorida/UaCl) dilarutkan dalam air, ion klorida negative menarik hydrogen
positif dalam molekul air. Dengan cars ill,ion klorida atau klorit(Cl%)
sebagai basis dapat ditentukan dengan rumus : S%=1,8 X Cl%.
Konduktivitas air laut bergantung pada jumlah ion-ion terlarut per
volumenya dan mobilitas ion-ion tersebut. Satuannya adalah mS/cm (milli-
Siemens per centimeter). Konduktivitas bertambah dengan jumlah yang
sama dengan bertambahnya salinitas sebesar 0,01, temperatur sebesar 0,01
dan kedalaman sebesar 20 meter. Secara umum, faktor yang paling
dominan dalam perubahan konduktivitas di laut adalah temperatur.8
Salah satu ayat dalam Al-Qur’an yang berkaitan dengan alam semesta
adalah Q.S Al an’am ayat 59, yang mana tahap-tahap tersebut dijelaskan
dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di
bumi, lagi-lagi Al-Qur’anlah yang menyediakan penjelasan yang paling
benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini
kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu
pengetahuan.
Dalam ayat tersebut, informasi tentang fenomena alam yang terjadi
dijelaskan sebagai berikut:

8
Widya Prarikeslan, ..., hlm. 21-25.
32

Artinya: “ Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak
ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia
mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada
sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya
(pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi,
dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)”. Al-an’am:
59)
BAB III PENUTUP

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Air laut adalah air tawar yang mengandung 3,5 persen garam-garam, Air
murni merupakan suatu persenyawaan kimia yang sangat sederhana. Molekul
air tawar terdiri dari dua atom H+ dan satu atom O-. Struktur molekul air tawar
(H2O) unik, di mana sudut antara atom H+ dan atom O- adalah 150o . Kondisi
dan dinamika perairan laut sangat dipengaruhi antara lain parameter
Oseanografi fisika dan kimia. Parameter oseanografi fisik dan kimia ini
penting, karena berpengaruh terhadap kondisi dan kualitas perairan.
2. Bagian dari fisika air laut yaitu meliputi : temperatur, densitas, tekanan, warna,
massa jenis, suhu, arus, gelombang, dan pasang surut.
3. Kimia air laut adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat kimia dari lautan.
Hampir semua unsur kimia pada tabel periodik juga ada (terlarut) di dalam air
laut, dengan konsentrasi yang bervariasi mulai dari level persen, permil, ppm,
ppb, sampai dengan ppt. Interaksi berbagai unsur kimia di laut ini juga terjadi
dengan berbagai lingkungan lainnya seperti biosfer, atmosfer,dan geosfer.
4. Bagian dari kimia air laut yaitu meliputi : komposisi kimia air laut, nutrien air
laut, salinitas, dan konduktivitas air laut.

B. Saran
Pada penulisan makalah kali ini diharapkan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan apabila ada kesalahan dalam penulisan diharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.

33
DAFTAR PUSTAKA

A. Nontji, 2007. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan.


Evans, Hutabarat S. 1986. Pengantar Oseanografi. Jakarta : Universitas Indonesia-
Press.
Firdaus M. Lutfi, 2017. Oseanografi. Yogyakarta : LeutikaPrio.
Hubber Castro, 2000. Marine Biology, 3rd edition. USA: Me Graw Hill Companies.
J. Bhatt, 1978. Oceanography Exploring the Planet Ocean. New York : D Van
Nostrand Company.
K. Romimohtarto, S. Juwana, 1999. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakarta :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi- LIPI.
Prarikeslan Widya, 2016.Oseanografi. Jakarta : Kencana.

34

Anda mungkin juga menyukai