COVER
Kelompok V
EKOSISTEM LAMUN
Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas:
Disusun Oleh:
Yoga Hastiko Ardi
NIM: 1501140411
Nika Noviana
NIM: 1701140469
Erdayanti Safitri
NIM: 1701140491
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam yang kepada-Nya kita menyembah
dan kepada-Nya pula kita memohon pertolongan. Shalawat serta salam kepada Nabi
Junjungan kita yakni Nabi Muhammad Shallahu’alaihi Wasallam Khatamun Nabiyyin,
beserta para keluarga dan sahabat serta seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini kurang
sempurna, maka apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini mohon dimaafkan dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, aamiin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
A. Karakteristik Ekosistem Lamun .......................................................................... 3
B. Peran Ekosistem Lamun ...................................................................................... 5
C. Penyebaran Ekosistem Lamun ............................................................................. 7
D. Kehidupan Biota Yang Terdapat di Ekosistem Lamun ....................................... 8
E. Ancaman Terhadap Ekosistem Lamun .............................................................. 13
F. Pengelolaan Ekosistem Lamun .......................................................................... 16
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 20
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 20
B. Saran .................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 22
iii
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia yang memiliki panjang garis pantai 81.000 km, mempunyai
padang lamun yang luas bahkan terluas di daerah tropika. Luas padang lamun
yang terdapat di perairan Indonesia mencapai sekitar 30.000 km2 (Kiswara dan
Winardi, 1994). Jika dilihat dari pola zonasi lamun secara horisontal, maka
dapat dikatakan ekosistem lamun terletak di antara dua ekosistem bahari
penting yaitu ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang (pada gambar
dibawah). Dengan letak yang berdekatan dengan dua ekosistem pantai tropik
tersebut, ekosistem lamun tidak terisolasi atau berdiri sendiri tetapi berinteraksi
dengan kedua ekosistem tersebut
oleh karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut
Indonesia kaya akan berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian
luas serta keragaman jasad– jasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk
dinamika kehidupan di laut yang saling berkesinambungan.
Pada tahun belakangan ini, perhatian terhadap biota laut semakin
meningkat dengan munculnya kesadaran dan minat setiap lapisan masyarakat
akan pentingnya lautan. Laut sebagai penyedia sumber daya alam yang
produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral, dan energi, media
komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata. Karena itu wilayah
pesisir dan lautan merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan
kebutuhan di masa datang. Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial
untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologis lamun
mempunyai bebrapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan
produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan
sumber makanan penting bagi banyak organisme.
Ekosistem lamun merupakan salah satu sumber daya laut yang cukup
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Karakteristik Ekosistem Lamun?
2. Bagaimana Peran Ekosistem Lamun?
3. Bagaimana Penyebaran Ekosistem Lamun?
4. Bagaimana Kehidupan Biota yang Terdapat di Ekosistem Lamun?
5. Apa saja Ancaman Terhadap Ekosistem Lamun?
6. Bagaimana Pengelolaan Ekosistem Lamun?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Karakteristik Ekosistem Lamun
2. Untuk Mengetahui Peran Ekosistem Lamun
3. Untuk Mengetahui Penyebaran Ekosistem Lamun
4. Untuk Mengetahui Kehidupan Biota yang Terdapat di Ekosistem Lamun
5. Untuk Mengetahui Ancaman Terhadap Ekosistem Lamun
6. Untuk Mengetahui Pengelolaan Ekosistem Lamun
BAB II PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1
Rahmawati, dkk. Panduan Monitoring Padang Lamun. Jakarta: COREMAP CTI LIPI.
2014. Hlm. 1
2
Tangke, U. (2010). Ekosistem padang lamun (manfaat, fungsi dan rehabilitasi). Agrikan:
Jurnal Agribisnis Perikanan, 3(1), 9-29.
3
4
A. Tumbuhan Lamun
B. Bunga
C. Buah
D. Biji
3
Husain Latuconsina. Ekologi Perairan Tropis (Yogyakarta: Gadjah Mada University,2018).
Hal.174-175
4
Tangke, U. (2010). Ekosistem padang lamun (manfaat, fungsi dan rehabilitasi). Agrikan:
Jurnal Agribisnis Perikanan, 3(1), 9-29.
6
untuk memancing ikan laut, tetapi kita harus bisa memilih lokasi yang tepat
tempat bermainnya ikan-ikan laut tersebut.
Padang lamun merupakan produktivitas primer di laut. Oleh karena itu,
pada padang lamun ini hidup berbagai macam spesies hewan, yang berassosiasi
dengan padang lamun. Di perairan Pabama dilaporkan 96 spesies hewan yang
berassosiasi dengan beberapa jenis ikan. Di Teluk Ambon di temukan 48 famili
dan 108 jenis ikan. Di Teluk Ambon ditemuklan 48 famili dan 108 jenis ikan
adalah sebagai penghuni lamun, sedangkan di Kepulauan Seribu sebelah utara
Jakarta di temukan 78 jenis ikan yang berassosiasi dengan padang lamun. Selain
ikan, sapi laut dan penyu serta banyak hewan invertebrata yang berassosiasi
dengan padang lamun, seperti: Pinna sp, beberapa Gastropoda, Lambis,
Strombus, teripang, bintang laut, beberapa jenis cacing laut dan udang (Peneus
doratum) yang ditemukan di Florida selatan.
a. Alga
Hubungan antara alga, lamun adalah harmonis untuk membangun suatu
sistem hidrokarbon (petroleum syste). Alga yag biasanya di temukan di padang
lamun adalah jenis sargasum, sargasum merupakan dari kesekian alga yang
mendiami komunitas padang lamun. genus alga ini adalah coklat
(Phaeophyceae), yang biasanya banyak di temukan di pantai. Alga ini mirip
dengan alga yang sudah mati, tapi, Itulah keunikan Sargassum, ia dapat sebagai
fitobentos maupun fitoplankton. Alga ini banyak mengandung gelembung udara
di tubuhnya yang nampak seperti buah-buah kecil. Saat ia tercabut dari substrat
dasarnya, ia tetap hidup dengan mengambang di permukaan oleh gelembung-
gelembung udara itu, sebuah pelampung alam yang unik. Meskipun terhempas
ke pantai, saat air pasang ia akan mengambang lagi dan meneruskan hidupnya.
b. Fauna
10
d. Moluska
Moluska adalah salah satu kelompok makroinvertebrata yang paling
banyak diketahui berasosiasi dengan lamun di Indonesia, dan mungkin yang
paling banyak diksploitasi. Sejumlah studi tentang moluska di daerah subtropik
telah menunjukkan bahwa moluska merupakan komponen yang paling penting
bagi ekosistem lamun, baik pada hubungannya dengan biomasa dan perannya
pada aliran energi pada sistem lamun. Telah didemonstrasikan bahwa 20%
11
sampai 60% biomasa epifit pada padang lamun di Filipina dimanfaatkan oleh
komunitas epifauna yang didominasi oleh gastropoda. Bagaimanapun, peranan
mereka pada ekosistem almun di Indonesia relative belum diketahui. Moluska
utama pada padang lamun subtropis adalah detrivor dengan sangat sedikit yang
langsung memakan lamun. Gastropoda cenderung memakan perifiton.
e. Echinodermata
Hewan Echinodermata adalah komponen komunitas bentik di lamun
yang lebih menarik dan lebih memiliki nilai ekonomi. Lima kelas
echinodermata ditemukan pada ekosistem lamun di Indonesia. Dibawah ini
urutan Echinodermata secara ekonomi : 1. Holothuroidea (timun laut atau
teripang); 2. Echinoidea (bulu babi); 3. Asteroidea (Bintang laut); 4.
Ophiuroidea (Bintang Laut Ular); 5. Crinoidea . Dari lima kelas yang ada,
Echinoidea adalah kelompok yang paling penting di ekosistem lamun karibia,
karena mereka adalah kelompok pemakan yang utama.Echinodermata pada
umumnya, dengan pengecualian beberapa holothuroidea, makan pada malam
hari. Bagaimanapun, Tripneustes gratilla dan Salmacis sphaeroides makan
secara terus menerus siang dan malam, tanpa bukti yang berkala. Mereka
mencari sampai ke dasar substrat, memakan alga, serasah lamun dan daun lamun
yang masih hidup.
f. Mamalia
Dugong merupakan mamalia laut yang sering di temukan di daerah
padang lamun, karena padang lamun merupakan tempat mencari makan dan
juga sebagai tempat untuk berlindung dari predator. Dugong mempunyai ekor
yang mirip dengan sirip ekor ikan paus, serta mempunyai bentuk kepala yang
unik. Bentuk mulutnya bundar sehingga membuat dugong mudah mencari
makan dengan cara menyapu permukaan laut. Mamalia ini termasuk dalam ordo
sirenia, family dugongidae, dan genus dugong. Selain lucu, dugong juga
memiliki badan yang cukup besar seperti kapal selam dengan panjang badan
12
dewasa sekitar 2,5 – 3 meter dengan berat 225 – 450 kilogram. Dugong memiliki
kulit abu-abu agak kebiruan dengan ketebalan sekitar 1 inchi dan licin. Hingga
saat ini, duyung mudah ditemukan di Madagaskar dan Afrika Timur melalui
India sampai ke Australia. Tidak ada ilmuan yang dapat memastikan jumlah
duyung yang masih bertahan di Indonesia. Hanya perkiraan antara angka 1.000
sampai 10 ribu ekor. Tapi ilmuan meyakini jumlah ini menurun drastis beberapa
tahun terakhir.
g. Reptile
Jenis reptile yang sering berasosiasi dengan padang lamun dan sering di
temukan adalah penyu, dari penyu hijau dan juga penyu tempayak yang sering
mencari makan di komunitas lamun.
h. Meiofauna.
Asosiasi meiofauna pada Padang Lamun Enhalus acoroides
monospesifik terdiri dari Nematoda, Foraminifera, Copepoda, Ostracoda,
Turbelaria dan Polychaeta. Tingginya kelimpahan Nematoda (seperti indeks
rasio kelimpahan Nematoda: Copepoda) mengindikasikan kelimpahan nutrien
yang sering berasosiasi dengan land runoff. Meiofauna yang muncul secara aktif
adalah Copepoda, Nematoda, Amphipoda, Cumacea, dan Ostracoda. Tingkat
analisis umum-atau spesies-belum dilakukan sedemikian jauh. Berdasarkanpada
Foraminifera bentik merupakan komponen penting pada komunitas lamun,
tetapi hanya mendapatkan sedikit perhatian. Foraminifera bentik pada kedua
asosiasi spesies ini didominasi oleh subordo Miliolina dan Rotaliina
Milionid. berkarakteristik lembut, test porselin yang mengandung kristal kalsit,
sementara Rotaliinid seperti kaca, test berdinding ganda yang mengandung
lapisan tipis kalsit hialin radial.
i. Ikan
Di sepanjang jarak distribusinya, ekosistem lamun, baik yang luas
ataupun sempit adalah habitat yang penting bagi bermacam-macam spesies
ikan. Pada resensi, asosiasi ikan di lamun, mereka Bell dan Pollard (1989)
13
(grazing) yang dilakukan oleh bulu babi (Sea urchin). Konsumsi lamun oleh
beberapa biota laut dapat mengakibatkan penghilangan kanopi lamun dalam
area yang cukup luas.
Selain itu, penurunan yang terjadi secara alami pada padang lamun
dapat menjadi bagian dari siklus alam dalam satu skala waktu beberapa
tahun atau dekade. Hasil sampingan dari aktivitas manusia dapat
memperburuk kerusakan yang terjadi secara alami pada padang lamun.
Pertumbuhan populasi manusia sepanjang lingkungan pesisir, juga
pelaksanaan managemen air yang buruk telah mengakibatkan kehilangan
padang lamun. Tiga milyar pendudukdunia hidup dalam 200 km garis pantai
dan 14 dari 17 kota terbesar dunia terletak disepanjang pesisir, sehingga
mengakibatkan potensi kerusakan wilayah pesisir semakin besar. Dengan
demikian, faktor tekanan lingkungan yang berasal dari aktivitas manusia
merupakan faktor yang paling berperan dalam penurunan vegetasi lamun.
Adapun, penyebab penurunan area lamunt tersebut adalah sebagai berikut:
4. Bahan Kimia Beracun, bahan kimia yang berbahaya bagi laut dan
biotanya adalah logam berat dan herbisida. Herbisida berbahaya bagi
lamun karena dapat menghambat proses fotosintesis.
Salah satu strategi penting yang saat ini sedang banyak dibicarakan orang
dalam konteks pengelolaan sumberdaya alam, termasuk ekosistem padang
lamun adalah pengelolaan berbasis masyarakat (Community Based
Management). Raharjo (1996) mengemukakan bahwa pengeloaan berbasis
masyarakat mengandung arti keterlibatan langsung masyarakat dalam
mengelola sumberdaya alam di suatu kawasan. Dalam konteks ini pula perlu
diperhatikan mengenai karakteristik lokal dari masayakarakat di suatu kawasan.
Sering dikatakan bahwa salah satu faktor penyebab kerusakan sumber daya
alam pesisir adalah dekstrusi masayakarakat untuk memenuhi kebutuhannya.
Oleh karena itu, dalam strategi ini perlu dicari alternatif mata pencaharian yang
tujuannya adalah untuk mangurangi tekanan terhadap sumberdaya pesisir
termasuk lamun di kawasan tersebut.
ada dua pendekatan utama yaitu pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah
(goverment centralized management) dan pengelolaan yang dilakukan oleh
masyarakat (community-based management). Dalam konsep ini masyarakat
lokal merupakan partner penting bersama-sama dengan pemerintah
dan stakeholders lainnya dalam pengelolaan sumberdaya alam di suatu
kawasan. Masyarakat lokal merupakan salah satu kunci dari pengelolaan
sumberdaya alam, sehingga praktek-praktek pengelolaan sumberdaya alam
yang masih dilakukan oleh masyarakat lokal secara langsung menjadi bibit dari
penerapan konsep tersebut. Tidak ada pengelolaan sumberdaya alam yang
berhasil dengan baik tanpa mengikutsertakan masyarakat lokal sebagai
pengguna dari sumberdaya alam tersebut.5
5
Bengen, DG. 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan laut Serta Prinsip
Pengelolaannya: Jurnal Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB.Volume 63
19
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang berkerabat dengan tumbuhan
lili dan rimpang-rimpangan darat dari pada rumput sejati. Lamun tumbuh
pada sedimen lantai zona intertidal laut dengan pertubuhan tegak, daun
memanjang, dan memilikistruktur mirip akar (rimpang) yang terkubur dalam
sedimen.
2. Ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan
dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, sebagai berikut: sebagai
produsen primer, sebagai habitat biota, sebagai penangkap sedimen dan
sebagai pendaur zat hara
3. Tumbuhan lamun merupakan tumbuhan laut yang mempunyai sebaran
cukup luas mulai dari benua Artik sampai kebenua Afrika dan Selandia Baru.
Jumlah jenis tumbuhan ini mencapai 58 jenis di seluruh dunia dengan
konsentrasi utama didapatkan di wilayah Indo-Pasifik. Dari jumlah tersebut
16 jenis dari 7 margadiantaranya ditemukan di perairan Asia Tenggara,
dimana jumlah jenis terbesar ditemukan di perairan Filipina (16 jenis) atau
semua jenis yang ada di perairan Asia Tenggara ditemukan juga di Filipina.
4. Padang lamun adalah tempat habitat ikan laut yang alami, tempat segala jenis
ikan untuk bermain-main dan mengasuh anak-anaknya juga tempat untuk
mencari makanan alaminya.
5. Lamun merupakan sumber daya pesisir yang rentan terhadap perubahan
lingkungan. Penurunan Luas vegetasi lamun di seluruh dunia merupakan
akibat dari kombinasi berbagai macam tekanan lingkungan yang bersifat
alami dan hasil aktivitas manusia.
6. Pengelolaan ekosistem padang lamun pada dasarnya adalah suatu proses
pengontrolan tindakan manusia agar pemanfaatan sumberdaya alam dapat
20
21
Bengen DG. 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan laut Serta
Prinsip Pengelolaannya: Jurnal Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan
IPB.Volume 63
Fahruddin. 2002. Pemanfaatan, Ancaman, dan Isu-isu Pengelolaan Ekosistem Padang Lamun.
Bogor: Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Nurul Dhewani, dkk. 2018. Status Padang Lamun Indonesia. Jakarta: Pusat
Penelitian Oseanografi – LIPI.
22