Anda di halaman 1dari 25

i

COVER

Kelompok V

EKOSISTEM LAMUN
Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas:

Mata Kuliah: Ekologi Laut

Dosen Pengampu: Abu Yajid Nukti, M. Pd

Disusun Oleh:
Yoga Hastiko Ardi
NIM: 1501140411
Nika Noviana
NIM: 1701140469
Erdayanti Safitri
NIM: 1701140491

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA

TAHUN AJARAN 2019/2020 M


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam yang kepada-Nya kita menyembah
dan kepada-Nya pula kita memohon pertolongan. Shalawat serta salam kepada Nabi
Junjungan kita yakni Nabi Muhammad Shallahu’alaihi Wasallam Khatamun Nabiyyin,
beserta para keluarga dan sahabat serta seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Dengan rahmat dan hidayah dari Allah Subhanahuwata’ala kami diberikan


kemampuan untuk menyelesaikan tugas dari Bapak Abu Yajid Nukti, M.Pd. untuk
membuat makalah yang memuat materi tentang “Ekosistem Lamun”.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini kurang
sempurna, maka apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini mohon dimaafkan dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, aamiin.

Palangka Raya, Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER .......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
A. Karakteristik Ekosistem Lamun .......................................................................... 3
B. Peran Ekosistem Lamun ...................................................................................... 5
C. Penyebaran Ekosistem Lamun ............................................................................. 7
D. Kehidupan Biota Yang Terdapat di Ekosistem Lamun ....................................... 8
E. Ancaman Terhadap Ekosistem Lamun .............................................................. 13
F. Pengelolaan Ekosistem Lamun .......................................................................... 16
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 20
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 20
B. Saran .................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 22

iii
BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia yang memiliki panjang garis pantai 81.000 km, mempunyai
padang lamun yang luas bahkan terluas di daerah tropika. Luas padang lamun
yang terdapat di perairan Indonesia mencapai sekitar 30.000 km2 (Kiswara dan
Winardi, 1994). Jika dilihat dari pola zonasi lamun secara horisontal, maka
dapat dikatakan ekosistem lamun terletak di antara dua ekosistem bahari
penting yaitu ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang (pada gambar
dibawah). Dengan letak yang berdekatan dengan dua ekosistem pantai tropik
tersebut, ekosistem lamun tidak terisolasi atau berdiri sendiri tetapi berinteraksi
dengan kedua ekosistem tersebut
oleh karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut
Indonesia kaya akan berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian
luas serta keragaman jasad– jasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk
dinamika kehidupan di laut yang saling berkesinambungan.
Pada tahun belakangan ini, perhatian terhadap biota laut semakin
meningkat dengan munculnya kesadaran dan minat setiap lapisan masyarakat
akan pentingnya lautan. Laut sebagai penyedia sumber daya alam yang
produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral, dan energi, media
komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata. Karena itu wilayah
pesisir dan lautan merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan
kebutuhan di masa datang. Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial
untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologis lamun
mempunyai bebrapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan
produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan
sumber makanan penting bagi banyak organisme.
Ekosistem lamun merupakan salah satu sumber daya laut yang cukup

1
2

potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologis


lamun mempunyai bebrapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan
produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan
sumber makanan penting bagi banyak organisme. Biomassa padang lamun
secara kasar berjumlah 700 g bahan kering/m2, sedangkan produktifitasnya
adalah 700 g arbon/m2/hari.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Karakteristik Ekosistem Lamun?
2. Bagaimana Peran Ekosistem Lamun?
3. Bagaimana Penyebaran Ekosistem Lamun?
4. Bagaimana Kehidupan Biota yang Terdapat di Ekosistem Lamun?
5. Apa saja Ancaman Terhadap Ekosistem Lamun?
6. Bagaimana Pengelolaan Ekosistem Lamun?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Karakteristik Ekosistem Lamun
2. Untuk Mengetahui Peran Ekosistem Lamun
3. Untuk Mengetahui Penyebaran Ekosistem Lamun
4. Untuk Mengetahui Kehidupan Biota yang Terdapat di Ekosistem Lamun
5. Untuk Mengetahui Ancaman Terhadap Ekosistem Lamun
6. Untuk Mengetahui Pengelolaan Ekosistem Lamun
BAB II PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Ekosistem Lamun


Satu jenis lamun atau beberapa jenis lamun umumnya membentuk
hamparan luas yang disebut Komunitas Padang Lamun. Kemudian, komunitas
padang lamun berinteraksi dengan biota yang hidup didalamnya dan dengan
lingkungan sekitarnya membentuk Ekosistem Padang Lamun. Beberapa jenis
biota yang hidup di padang lamun adalah ikan barenang, rajungan, berbagai
jenis karang, dsb. Adapun lingkungan sekitar padang lamun termasuk
lingkungan perairan, substrat di dasar perairan seperti pasir dan lumpur, dan
udara.1
Dasar laut dangkal banyak ditutupi oleh tumbuhan akuatik yang sering
disebut seagrassess (lamun). Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga
(angiospermae) yang berbiji satu (monokotil) dan mempunyai akar rimpang,
daun, bunga dan buah. Jadi sangat berbeda dengan rumput laut (algae). Lamun
dapat ditemukan di seluruh dunia kecuali di daerah kutub. Padang lamun ini
membentuk karpet yang tebal hingga mencapai 4000 helai daun per meter
persegi menutupi dasar laut dan membentuk komunitas yang sangat mencolok
di laut dangkal baik di tropika maupun temperate. Ekosistem padang lamun
memiliki peran sangat penting baik secara ekologi maupun biologi di kawasan
pesisir dan estuari. Tumbuhan ini berperan sebagai produsen dan menyediakan
makanan bagi penyu, dugong, invertebrata herbivora, dan ikan herbivora.
Daun-daun lamun yang mati akan terendapkan di dasar laut dan didekomosisi
oleh detritifor.2

1
Rahmawati, dkk. Panduan Monitoring Padang Lamun. Jakarta: COREMAP CTI LIPI.
2014. Hlm. 1
2
Tangke, U. (2010). Ekosistem padang lamun (manfaat, fungsi dan rehabilitasi). Agrikan:
Jurnal Agribisnis Perikanan, 3(1), 9-29.

3
4

Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang berkerabat dengan


tumbuhan lili dan rimpang-rimpangan darat dari pada rumput sejati. Lamun
tumbuh pada sedimen lantai zona intertidal laut dengan pertubuhan tegak, daun
memanjang, dan memilikistruktur mirip akar (rimpang) yang terkubur dalam
sedimen.

A. Tumbuhan Lamun
B. Bunga
C. Buah
D. Biji

Struktur penting yang dimiliki lamun yaitu


rimpang, daun, akar, bunga, dan buah. Rimpang lamun tersebut sangat panjang
dan setiap interval tertentu akan membentuk rimpang vertikal yang nantinya
tumbuh daun dari basal area. Percabangan hasil dari rimpang horizontal ini akan
membentuk tutupan lamun yang luas yang biasa disebut padang lamun).
5

Selain itu, rimpang berperan dalam perpanjangan lamun,


menghubungkan satu tegakan dengan tegakan lainnya, dan menjaga integrasi
dalam kumpulan lamun tersebut. Sebagian besar lamun memiliki struktur daun
pita yang panjangdan sempit (ciri tumbuhan monokotil). Namun, ada beberapa
Genus yang memiliki daun berbentuk bulat (Halophila) dan silindris
(Syringodium). Luas dan ketebalan daun tiap spesies dapat bervariasi
tergantung fungsi fisiologisnya. Akar lamun memiliki strukur mirip tumbuhan
monokotil dan tumbuh dari rimpang apex kecuali pada akar primordial dari biji
yang berkecambah. Bentuk, ukuran, dan panjang akar lamun sangat bervariasi.
Lamun bereproduksi dengan membentuk buah yang nanti pecah mengeluarkan
biji.3
B. Peran Ekosistem Lamun
Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang
paling produktif. Di samping itu juga ekosistem lamun mempunyai peranan
penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut
dangkal, sebagai berikut:4

1. Sebagai produsen primer: Lamun memiliki tingkat produktifitas primer


tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada dilaut
dangkal seperti ekosistem terumbu karang.
2. Sebagai habitat biota: Lamun memberikan tempat perlindungan dan
tempat menempel berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga).
Disamping itu, padang lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai daerah

3
Husain Latuconsina. Ekologi Perairan Tropis (Yogyakarta: Gadjah Mada University,2018).
Hal.174-175
4
Tangke, U. (2010). Ekosistem padang lamun (manfaat, fungsi dan rehabilitasi). Agrikan:
Jurnal Agribisnis Perikanan, 3(1), 9-29.
6

asuhan, padang pengembalaan dan makanan berbagai jenis ikan


herbivora dan ikan-ikan karang (coral fishes).
3. Sebagai penangkap sedimen: Daun lamun yang lebat akan
memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga
perairan disekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar
lamun dapat menahan dan mengikat sedmen, sehingga dapat
menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan. Jadi, padang lamun
disini berfungsi sebagai penangkap sedimen dan juga dapat mencegah
erosi.
4. Sebagai pendaur zat hara: Lamun memegang peranan penting dalam
pendauran berbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka
dilingkungan laut. Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae
epifit.

Di alam padang lamun membentuk suatu komunitas yang merupakan


habitat bagi berbagai jenis hewan laut. Komunitas lamun ini juga dapat
memperlambat gerakan air. bahkan ada jenis lamun yang dapat dikonsumsi
bagi penduduk sekitar pantai. Keberadaan ekosistem padang lamun masih
belum banyak dikenal baik pada kalangan akdemisi maupun masyarakat
umum, jika dibandingkan dengan ekosistem lain seperti ekosistem terumbu
karang dan ekosistem mangrove, meskipun diantara ekosistem tersebut di
kawasan pesisir merupakan satu kesatuan sistem dalam menjalankan fungsi
ekologisnya. Selain itu, padang lamun diketahui mendukung berbagai
jaringan rantai makanan, baik yang didasari oleh rantai herbivor maupun
detrivor. Nilai ekonomis biota yang berasosiasi dengan lamun diketahui
sangat tinggi. Ekosistem padang lamun memiliki nilai pelestarian fungsi
ekosistem serta manfaat lainnya di masa mendatang sesuai dengan
perkembangan teknologi, yaitu produk obat-obatan dan budidaya laut.
Beberapa negara telah memanfaatkan lamun untuk pupuk, bahan kasur,
7

makanan, stabilisator pantai, penyaring limbah, bahan untuk pabrik kertas,


bahan kimia, dan sebagainya.
Peranan padang lamun secara fisik di perairan laut dangkal adalah
membantu mengurangi tenaga gelombang dan arus, menyaring sedimen yang
terlarut dalam air dan menstabilkan dasar sedimen. Peranannya di perairan
laut dangkal adalah kemampuan berproduksi primer yang tinggi yang secara
langsung berhubungan erat dengan tingkat kelimpahan produktivitas
perikanannya. Keterkaitan perikanan dengan padang lamun sangat sedikit
diinformasikan, sehingga perikanan di padang lamun Indonesia hampir tidak
pernah diketahui. Keterkaitan antara padang lamun dan perikanan udang lepas
pantai sudah dikenal luas di perairan tropika Australia.
C. Penyebaran Ekosistem Lamun
Tumbuhan lamun merupakan tumbuhan laut yang mempunyai sebaran
cukup luas mulai dari benua Artik sampai kebenua Afrika dan Selandia Baru.
Jumlah jenis tumbuhan ini mencapai 58 jenis di seluruh dunia dengan
konsentrasi utama didapatkan di wilayah Indo-Pasifik. Dari jumlah tersebut 16
jenis dari 7 marga diantaranya ditemukan di perairan Asia Tenggara, dimana
jumlah jenis terbesar ditemukan di perairan Filipina (16 jenis) atau semua jenis
yang ada di perairan Asia Tenggara ditemukan juga di Filipina.
8

Di Indonesia ditemukan jumlah jenis lamun yang relatif lebih rendah


dibandingkan Filipina, yaitu sebanyak 12 jenis. Namun demikian terdapat dua
jenis lamun yang diduga ada di Indonesia namun belum dilaporkan
yaitu Halophila beccarii dan Ruppia maritime. Parameter lingkungan utama
yang mempengaruhi distribusi atau penyebaran dan pertumbuhan ekosistem
padang lamun diantaranya adalah keecerahan, temperatur, salinitas, subtract
dan kecepatan arus.
D. Kehidupan Biota Yang Terdapat di Ekosistem Lamun
Padang lamun adalah tempat habitat ikan laut yang alami, tempat segala
jenis ikan untuk bermain-main dan mengasuh anak-anaknya juga tempat untuk
mencari makanan alaminya. Padang lamun juga tempat yang aman bagi udang,
cumi-cumi dan ikan teri untuk bertelur serta menyimpan telurnya sampai
menetas, kemudian mengasuh dan membesarkan anak-anaknya. Sehingga
banyaklah berdatangan ikan-ikan dari jenis predator yang akan memburu dan
memangsanya, ikan-ikan teri kecil, cumi-cumi kecil dan udang kecil akan lari
sembunyi kedalam hutan lamun ini apabila ada ancaman bahaya yang datang
mendekat ketempat mereka. Padang lamun juga tempat yang paling produktif
9

untuk memancing ikan laut, tetapi kita harus bisa memilih lokasi yang tepat
tempat bermainnya ikan-ikan laut tersebut.
Padang lamun merupakan produktivitas primer di laut. Oleh karena itu,
pada padang lamun ini hidup berbagai macam spesies hewan, yang berassosiasi
dengan padang lamun. Di perairan Pabama dilaporkan 96 spesies hewan yang
berassosiasi dengan beberapa jenis ikan. Di Teluk Ambon di temukan 48 famili
dan 108 jenis ikan. Di Teluk Ambon ditemuklan 48 famili dan 108 jenis ikan
adalah sebagai penghuni lamun, sedangkan di Kepulauan Seribu sebelah utara
Jakarta di temukan 78 jenis ikan yang berassosiasi dengan padang lamun. Selain
ikan, sapi laut dan penyu serta banyak hewan invertebrata yang berassosiasi
dengan padang lamun, seperti: Pinna sp, beberapa Gastropoda, Lambis,
Strombus, teripang, bintang laut, beberapa jenis cacing laut dan udang (Peneus
doratum) yang ditemukan di Florida selatan.

Beberapa biota laut yang menghuni padang lamun sebagai berikut:

a. Alga
Hubungan antara alga, lamun adalah harmonis untuk membangun suatu
sistem hidrokarbon (petroleum syste). Alga yag biasanya di temukan di padang
lamun adalah jenis sargasum, sargasum merupakan dari kesekian alga yang
mendiami komunitas padang lamun. genus alga ini adalah coklat
(Phaeophyceae), yang biasanya banyak di temukan di pantai. Alga ini mirip
dengan alga yang sudah mati, tapi, Itulah keunikan Sargassum, ia dapat sebagai
fitobentos maupun fitoplankton. Alga ini banyak mengandung gelembung udara
di tubuhnya yang nampak seperti buah-buah kecil. Saat ia tercabut dari substrat
dasarnya, ia tetap hidup dengan mengambang di permukaan oleh gelembung-
gelembung udara itu, sebuah pelampung alam yang unik. Meskipun terhempas
ke pantai, saat air pasang ia akan mengambang lagi dan meneruskan hidupnya.
b. Fauna
10

Komunitas lamun dihuni oleh banyak jenis hewan bentik, organisme


demersal serta pelagis yang menetap maupun yang tinggal sementara disana.
Spesies yang sementara hidup di lamun biasanya adalah juvenil dari sejumlah
organisme yang mencari makanan serta perlindungan selama masa kritis dalam
siklus hidup mereka, atau mereka mungkin hanya pengunjung yang datang ke
padang lamun setiap hari untuk mencari makan.
Banyak spesies epibentik baik yang tinggal menetap maupun tinggal
sementara yang bernilai ekonomis, udang dan udang-udangan adalah yang
bernilai ekonomis paling tinggi. Sebagai penjelas, dan bukan karena alasan
ekologi maupun biologi tertentu, ada empat kelompok besar fauna yang
diketahui : 1) Infauna (hewan yang hidup didalam sedimen); 2) Fauna Motil
(fauna motil berasosiasi dengan lapisan permukaan sedimen; 3) Epifauna Sesil
(organisme yang menempel pada bagian lamun); dan Fauna Epibentik Fauna
(fauna yang berukuran besar dan bergerak diantara lamun).
c. Krustase
Krustasea yang berasosiasi dengan lamun merupakan komponen penting
dari jaring makanan di lamun. Bentuk krustase infaunal maupun epifunal
berhubungan erat dengan produsen primer dan berada pada tingkatan trofik yang
lebih tinggi, karena selama masa juvenil dan dewasa mereka merupakan sumber
makanan utama bagi berbagai ikan dan invertebrata yang berasosiasi dengan
lamun.

d. Moluska
Moluska adalah salah satu kelompok makroinvertebrata yang paling
banyak diketahui berasosiasi dengan lamun di Indonesia, dan mungkin yang
paling banyak diksploitasi. Sejumlah studi tentang moluska di daerah subtropik
telah menunjukkan bahwa moluska merupakan komponen yang paling penting
bagi ekosistem lamun, baik pada hubungannya dengan biomasa dan perannya
pada aliran energi pada sistem lamun. Telah didemonstrasikan bahwa 20%
11

sampai 60% biomasa epifit pada padang lamun di Filipina dimanfaatkan oleh
komunitas epifauna yang didominasi oleh gastropoda. Bagaimanapun, peranan
mereka pada ekosistem almun di Indonesia relative belum diketahui. Moluska
utama pada padang lamun subtropis adalah detrivor dengan sangat sedikit yang
langsung memakan lamun. Gastropoda cenderung memakan perifiton.

e. Echinodermata
Hewan Echinodermata adalah komponen komunitas bentik di lamun
yang lebih menarik dan lebih memiliki nilai ekonomi. Lima kelas
echinodermata ditemukan pada ekosistem lamun di Indonesia. Dibawah ini
urutan Echinodermata secara ekonomi : 1. Holothuroidea (timun laut atau
teripang); 2. Echinoidea (bulu babi); 3. Asteroidea (Bintang laut); 4.
Ophiuroidea (Bintang Laut Ular); 5. Crinoidea . Dari lima kelas yang ada,
Echinoidea adalah kelompok yang paling penting di ekosistem lamun karibia,
karena mereka adalah kelompok pemakan yang utama.Echinodermata pada
umumnya, dengan pengecualian beberapa holothuroidea, makan pada malam
hari. Bagaimanapun, Tripneustes gratilla dan Salmacis sphaeroides makan
secara terus menerus siang dan malam, tanpa bukti yang berkala. Mereka
mencari sampai ke dasar substrat, memakan alga, serasah lamun dan daun lamun
yang masih hidup.

f. Mamalia
Dugong merupakan mamalia laut yang sering di temukan di daerah
padang lamun, karena padang lamun merupakan tempat mencari makan dan
juga sebagai tempat untuk berlindung dari predator. Dugong mempunyai ekor
yang mirip dengan sirip ekor ikan paus, serta mempunyai bentuk kepala yang
unik. Bentuk mulutnya bundar sehingga membuat dugong mudah mencari
makan dengan cara menyapu permukaan laut. Mamalia ini termasuk dalam ordo
sirenia, family dugongidae, dan genus dugong. Selain lucu, dugong juga
memiliki badan yang cukup besar seperti kapal selam dengan panjang badan
12

dewasa sekitar 2,5 – 3 meter dengan berat 225 – 450 kilogram. Dugong memiliki
kulit abu-abu agak kebiruan dengan ketebalan sekitar 1 inchi dan licin. Hingga
saat ini, duyung mudah ditemukan di Madagaskar dan Afrika Timur melalui
India sampai ke Australia. Tidak ada ilmuan yang dapat memastikan jumlah
duyung yang masih bertahan di Indonesia. Hanya perkiraan antara angka 1.000
sampai 10 ribu ekor. Tapi ilmuan meyakini jumlah ini menurun drastis beberapa
tahun terakhir.
g. Reptile
Jenis reptile yang sering berasosiasi dengan padang lamun dan sering di
temukan adalah penyu, dari penyu hijau dan juga penyu tempayak yang sering
mencari makan di komunitas lamun.
h. Meiofauna.
Asosiasi meiofauna pada Padang Lamun Enhalus acoroides
monospesifik terdiri dari Nematoda, Foraminifera, Copepoda, Ostracoda,
Turbelaria dan Polychaeta. Tingginya kelimpahan Nematoda (seperti indeks
rasio kelimpahan Nematoda: Copepoda) mengindikasikan kelimpahan nutrien
yang sering berasosiasi dengan land runoff. Meiofauna yang muncul secara aktif
adalah Copepoda, Nematoda, Amphipoda, Cumacea, dan Ostracoda. Tingkat
analisis umum-atau spesies-belum dilakukan sedemikian jauh. Berdasarkanpada
Foraminifera bentik merupakan komponen penting pada komunitas lamun,
tetapi hanya mendapatkan sedikit perhatian. Foraminifera bentik pada kedua
asosiasi spesies ini didominasi oleh subordo Miliolina dan Rotaliina
Milionid. berkarakteristik lembut, test porselin yang mengandung kristal kalsit,
sementara Rotaliinid seperti kaca, test berdinding ganda yang mengandung
lapisan tipis kalsit hialin radial.
i. Ikan
Di sepanjang jarak distribusinya, ekosistem lamun, baik yang luas
ataupun sempit adalah habitat yang penting bagi bermacam-macam spesies
ikan. Pada resensi, asosiasi ikan di lamun, mereka Bell dan Pollard (1989)
13

mengidentifikasi 7 karakteristik utama kumpulan ikan yang berasosiasi dengan


lamun. Berdasarkan Bell dan Pollard (1989) dengan beberapa perubahan. Jenis
ikan yang bernilai ekonomis penting di ekosistem lamun:
- Pterocaesio sp. (ikan ekor kuning)
- Caranx sexfasciatus (ikan kue/bubara)
- Leiognathus bindus (ikan peperek)
- Lethirinus crnatus (ikan sikuda)
- Herklot sichtys quadrimaculatus (ikan make)

E. Ancaman Terhadap Ekosistem Lamun


Lamun merupakan sumber daya pesisir yang rentan terhadap perubahan
lingkungan. Penurunan Luas vegetasi lamun di seluruh dunia merupakan akibat
dari kombinasi berbagai macam tekanan lingkungan yang bersifat alami dan
hasil aktivitas manusia.

Penurunan luas tutupan lamun secara alami dapat disebabkan oleh


beberapa faktor yaitu geologi, meteorology dan interaksi biologi spesifik,
antara lain:

1. Gempa bumi (faktor geologi) dapat menyebabkan peningkatan garis pantai


dan paparan vegetasi lamun.

2. Badai dan angin putting beliung (faktor meterologi) dapat menyebabkan


kerusakan menyeluruh pada vegetasi lamun. Angin badai yang bertepatan
dengan gelombang tinggi dan arus kuat dapat mencabut akar lamun dan
mengikis permukaan sedimen. Banjir dan angina putting beliung juga
mengakibatkan perairan pesisir sangat keruh dan mengganggu proses
fotosintesis vegetasi lamun.

3. Salah satu bentuk interaksi biologi spesifik yang mengakibatkan penurunan


luas lamun adalah aktivitas binatang, contohnya aktivitas merumput
14

(grazing) yang dilakukan oleh bulu babi (Sea urchin). Konsumsi lamun oleh
beberapa biota laut dapat mengakibatkan penghilangan kanopi lamun dalam
area yang cukup luas.

Selain itu, penurunan yang terjadi secara alami pada padang lamun
dapat menjadi bagian dari siklus alam dalam satu skala waktu beberapa
tahun atau dekade. Hasil sampingan dari aktivitas manusia dapat
memperburuk kerusakan yang terjadi secara alami pada padang lamun.
Pertumbuhan populasi manusia sepanjang lingkungan pesisir, juga
pelaksanaan managemen air yang buruk telah mengakibatkan kehilangan
padang lamun. Tiga milyar pendudukdunia hidup dalam 200 km garis pantai
dan 14 dari 17 kota terbesar dunia terletak disepanjang pesisir, sehingga
mengakibatkan potensi kerusakan wilayah pesisir semakin besar. Dengan
demikian, faktor tekanan lingkungan yang berasal dari aktivitas manusia
merupakan faktor yang paling berperan dalam penurunan vegetasi lamun.
Adapun, penyebab penurunan area lamunt tersebut adalah sebagai berikut:

1. Eutrofikasi, peningkatan konsentrasi nutrisi di badan perairan


terutama unsure nitrogen (N) dan Fosfor (P), merupakan
permasalahan yang pentingdalam zona pesisir dunia. Eutrofikasi dan
pemuatan sedimen (pengendapan) diduga menjadi penyebab utama
penurunan area vegetasi lamun di seluruh dunia. Kenaikan tingkat
nutrisidi dalam kolom air terutarna pada perairan oligotrofik (miskin
nutrisi) menstimulus pertumbuhan fitoplankton, makroalga
(termasuk rumput laut) dan alga epifit, juga lamun. Penambahan
nutrisi dapat menyebabkan lamun menjadi kalab bersaing dengan
pertumbuban makroalga yang relatife cepat. pertumbuhan tersebaut
menghasilkan naungan pada daun-daun dan mengurangi cahaya
matahari. Akibatnya produktivitas lamun menurun dan tumbuhan
dapat mati. Dengan menurunnya produktivias lamun, tingkan O2 di
15

dalam sedimen menurun dan sulfide terbentuk, sehingga akar


menjadi mati dan pada akhirnyam seluruh padang lamun mati.

Reduksi cahaya akibat kenaikan turbiditas setelah eutrofikasi


diperkirakan sebagai penyebab penurunan lamun dalam skala yang
besar. Penurunan lamun merupakan dampak secara tidak langsung
dari peningkatan konsentrasi nutrisi yang berasosiasi dengan
organisme laut lainnya. Lamun yang terpapar terbadap eutrofikasi
menunjukan gejala-gejala seperti beban epifit tinggi, kepadatan taruk
(shoot) rendah, indeks area daun rendah, dan biornassa yang rendah,
walaupun mekanisme penurunan dapat bervariasi baik secara
spasialdan temporal.
2. Pengendapan, peningkatan populasi manusia berkaitan dengan
perubahan tata guna lahan di seluruh dunia. Hal ini meliputi
deforestasi area tropis untuk menghasilkan lahan pertanian, dan lain-
lain. Perbuhan tersebut, dapat menyebabkan erosi dan peningkatan
transport sedimen melalui sungai yang mengalir ke estuaei dan
perairan pesisir.Partikel terlarut yang terkandung dalam aliran
tersebut, menciptakan tubiditas yang dapat mengurangi kejernihan
air dan mereduksi ketersediaan cahaya, sehingga menghambat
pertumbuhan dan perkembangan lamun dikawasan estuary dan
pesisir. Dan dampak lainny adalah penimbunan sedimen pada lamun
dan perubahan kondisi sedimen, sehingga tidak dapat mendukung
pertumbuhan lamun.

3. Pembebanan Sedimen Organik, produktifitas lamun yang tinggi


secara lambat dapat bersifat racun, karena pemasukan detritrus ke
dalam sedimen dan melalui aktivitas penangkapan partikel terlarut.
Penurunan luas padang lamun disebabkan oleh kombinasi dampak
dari reduksi kualitas air dan beban organik pada sedimen.
16

4. Bahan Kimia Beracun, bahan kimia yang berbahaya bagi laut dan
biotanya adalah logam berat dan herbisida. Herbisida berbahaya bagi
lamun karena dapat menghambat proses fotosintesis.

5. Perubahan fisika-kimia lainnya, pemasukan materi terlarutdan


partikel hasil aktivitas manusia kedalam kolom air, serta sedimen
berdampak negatif dan menyebabkan kodisi lingkungan yang tidak
sesuai untuk lamun.

6. Kerusakan mekanis, kerusakan pada padang lamun yang disebabkan


secara mekanis dapat berasal dari berbagai aktivitas, misalnya
pengankpan ikan dan perkapalan. Praktek penangkapan ikan
menggunakan pukat bahkan dapat merusak lamun secara
keseluruhan dengan cara mencabutnya dari sedimen. Sedangkan
jangkar dari sebuah kapal layar dapat menghancurkan are lamun
seluas lapangan sepak bola.

7. Pemanasan global, potensi ancama terhadap lamun dapat muncul


secara tidak langsung dari proses kenaikan permukaan air laut,
perubahan sistem pasang surut, penurunan slinitas lokal, keruskan
akibat radiasi sinar ultraviolet, serta dampak perubahan distribusi dan
intensitas kejadian ekstrim yang tidak terduga, yang merupakan
akibat dari perubahan iklim.

F. Pengelolaan Ekosistem Lamun


Pengelolaan ekosistem padang lamun pada dasarnya adalah suatu proses
pengontrolan tindakan manusia agar pemanfaatan sumberdaya alam dapat
dilakukan secara bijaksana dengan mengindahkan kaidah kelestarian
lingkungan maka pengelolaan sumberdaya padang lamun tidak dapat dilakukan
sendiri-sendiri, tetapi harus dilakukan secara terpadu oleh beberapa instansi
terkait. Kegagalan pengelolaan sumberdaya ekosistem padang lamun ini, pada
17

umumnya disebabkan oleh masyarakat pesisir tidak pernah dilibatkan, mereka


cenderung hanya dijadikan sebagai obyek dan tidak pernah sebagai subyek
dalam program-program pembangunan di wilayahnya. Sebagai akibatnya
mereka cenderung menjadi masa bodoh atau kesadaran dan partisipasi mereka
terhadap permasalahan lingkungan di sekitarnya menjadi sangat rendah. Agar
pengelolaan sumberdaya ekosistem padang lamun ini tidak mengalami
kegagalan, maka masyarakat pesisir harus dilibatkan (Dahuri dkk, 2001).

Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah menjadikan


masyarakat sebagai komponen utama penggerak pelestarian areal padang
lamun. Oleh karena itu, persepsi masyarakat terhadap keberadaan ekosistem
pesisir perlu untuk diarahkan kepada cara pandang masyarakat akan pentingnya
sumberdaya alam persisir.

Salah satu strategi penting yang saat ini sedang banyak dibicarakan orang
dalam konteks pengelolaan sumberdaya alam, termasuk ekosistem padang
lamun adalah pengelolaan berbasis masyarakat (Community Based
Management). Raharjo (1996) mengemukakan bahwa pengeloaan berbasis
masyarakat mengandung arti keterlibatan langsung masyarakat dalam
mengelola sumberdaya alam di suatu kawasan. Dalam konteks ini pula perlu
diperhatikan mengenai karakteristik lokal dari masayakarakat di suatu kawasan.
Sering dikatakan bahwa salah satu faktor penyebab kerusakan sumber daya
alam pesisir adalah dekstrusi masayakarakat untuk memenuhi kebutuhannya.
Oleh karena itu, dalam strategi ini perlu dicari alternatif mata pencaharian yang
tujuannya adalah untuk mangurangi tekanan terhadap sumberdaya pesisir
termasuk lamun di kawasan tersebut.

Konsep pengelolaan yang mampu menampung banyak kepentingan, baik


kepentingan masyarakat maupun kepentingan pengguna lainnya adalah
konsep Cooperative Management. Dalam konsep Cooperative Management,
18

ada dua pendekatan utama yaitu pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah
(goverment centralized management) dan pengelolaan yang dilakukan oleh
masyarakat (community-based management). Dalam konsep ini masyarakat
lokal merupakan partner penting bersama-sama dengan pemerintah
dan stakeholders lainnya dalam pengelolaan sumberdaya alam di suatu
kawasan. Masyarakat lokal merupakan salah satu kunci dari pengelolaan
sumberdaya alam, sehingga praktek-praktek pengelolaan sumberdaya alam
yang masih dilakukan oleh masyarakat lokal secara langsung menjadi bibit dari
penerapan konsep tersebut. Tidak ada pengelolaan sumberdaya alam yang
berhasil dengan baik tanpa mengikutsertakan masyarakat lokal sebagai
pengguna dari sumberdaya alam tersebut.5

Menurut Dahuri (2003) mengatakan bahwa ada dua komponen penting


keberhasilan pengelolaan berbasis masyarakat, yaitu:

1) Konsensus yang jelas dari tiga pelaku utama, yaitu pemerintah,


masyarakat pesisir, dan peneliti (sosial, ekonomi, dan sumberdaya),

2) Pemahaman yang mendalam dari masing-masing pelaku utama akan


peran dan tanggung jawabnya dalam mengimplementasikan program
pengelolaan berbasis masyarakat.

Konsep pengelolaan berbasis masyarakat memiliki beberapa aspek positif


(Carter, 1996), yaitu:

5
Bengen, DG. 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan laut Serta Prinsip
Pengelolaannya: Jurnal Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB.Volume 63
19

1) Mampu mendorong timbulnya pemerataan dalam pemanfaatan


sumberdaya alam,
2) Mampu merefleksi kebutuhan-kebutuhan masyarakat lokal yang spesifik,
3) Mampu meningkatkan efisiensi secara ekologis dan teknis,
4) Responsif dan adaptif terhadap perubahan kondisi sosial dan lingkungan
local
5) Mampu meningkatkan manfaat lokal bagi seluruh anggota masyarakat
yang ada,
6) Mampu menumbuhkan stabilitas dan komitmen,
7) Masyarakat lokal termotivasi untuk mengelola secara berkelanjutan.
Dalam pengelolaan ekosistem padang lamun berbasis masyarakat ini,
yang dimaksud dengan masyarakat adalah semua komponen yang terlibat baik
secara langsung maupun tak langsung dalam pemanfaatan dan pengelolaan
ekosistem padang lamun, diantaranya adalah masyarakat lokal, LSM, swasta,
Perguruan Tinggi dan kalangan peneliti lainnya. Dalam konteks pengelolaan
sumberdaya ekosistem padang lamun berbasis masyarakat, kedua komponen
masyarakat dan pemerintah sama-sama diberdayakan, sehingga tidak ada
ketimpangan dalam pelaksanaannya.
BAB III PENUTUP

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang berkerabat dengan tumbuhan
lili dan rimpang-rimpangan darat dari pada rumput sejati. Lamun tumbuh
pada sedimen lantai zona intertidal laut dengan pertubuhan tegak, daun
memanjang, dan memilikistruktur mirip akar (rimpang) yang terkubur dalam
sedimen.
2. Ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan
dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, sebagai berikut: sebagai
produsen primer, sebagai habitat biota, sebagai penangkap sedimen dan
sebagai pendaur zat hara
3. Tumbuhan lamun merupakan tumbuhan laut yang mempunyai sebaran
cukup luas mulai dari benua Artik sampai kebenua Afrika dan Selandia Baru.
Jumlah jenis tumbuhan ini mencapai 58 jenis di seluruh dunia dengan
konsentrasi utama didapatkan di wilayah Indo-Pasifik. Dari jumlah tersebut
16 jenis dari 7 margadiantaranya ditemukan di perairan Asia Tenggara,
dimana jumlah jenis terbesar ditemukan di perairan Filipina (16 jenis) atau
semua jenis yang ada di perairan Asia Tenggara ditemukan juga di Filipina.
4. Padang lamun adalah tempat habitat ikan laut yang alami, tempat segala jenis
ikan untuk bermain-main dan mengasuh anak-anaknya juga tempat untuk
mencari makanan alaminya.
5. Lamun merupakan sumber daya pesisir yang rentan terhadap perubahan
lingkungan. Penurunan Luas vegetasi lamun di seluruh dunia merupakan
akibat dari kombinasi berbagai macam tekanan lingkungan yang bersifat
alami dan hasil aktivitas manusia.
6. Pengelolaan ekosistem padang lamun pada dasarnya adalah suatu proses
pengontrolan tindakan manusia agar pemanfaatan sumberdaya alam dapat

20
21

dilakukan secara bijaksana dengan mengindahkan kaidah kelestarian


lingkungan maka pengelolaan sumberdaya padang lamun tidak dapat
dilakukan sendiri-sendiri, tetapi harus dilakukan secara terpadu oleh
beberapa instansi terkait
B. Saran
Dalam penyelesaian makalah ini kelompok kami merasakan masih ada
kekurangan dan ketidak sempurnaan, oleh karena itu kami mohon kritik dan
saran yang membangun agar kelompok kami dapat lebih mengerti dalam
makalah-makalah selanjutnya nanti.
DAFTAR PUSTAKA

Bengen DG. 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan laut Serta
Prinsip Pengelolaannya: Jurnal Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan
IPB.Volume 63

Fahruddin. 2002. Pemanfaatan, Ancaman, dan Isu-isu Pengelolaan Ekosistem Padang Lamun.
Bogor: Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Latuconsina, Husain. 2018. Ekologi Perairan Tropis Edisi kedua. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Nurul Dhewani, dkk. 2018. Status Padang Lamun Indonesia. Jakarta: Pusat
Penelitian Oseanografi – LIPI.

Odum, EP. 1998. Dasar-Dasar Ekologi edisi 4. Yogyakarta: Universitas Gadjah


Mada Press.

Rahmawati, dkk. 2014. Panduan Monitoring Padang Lamun. Jakarta: COREMAP


CTI LIPI.

Tangke, U. 2010. Ekosistem padang lamun (Manfaat, Fungsi dan Rehabilitasi).


Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Volume 3(1), 9-29.

22

Anda mungkin juga menyukai