Anda di halaman 1dari 14

HALAMAN JUDUL

Kelompok 5
EKOSISTEM MANGROVE
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah: Ekologi Laut
Dosen: Abu Yajid Nukti, M.Pd.

Disusun Oleh:

Melvinda Trivia Krisnanda Nim: 1701140484


Minati Nor Hasanah Nim: 1701140475
Sendi Okta Saputra Nim: 1701140498

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
TAHUN 1441 H / 2019 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
Penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “EKOSISTEM
MANGROVE” yang baik dan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abu
Yajid Nukti, M.Pd. selaku dosen pengampu pada mata kuliah Ekologi laut yang telah
memberikan bimbingan kepada kami, sehingga makalah ini bisa terselesaikan tepat pada
waktunya. Penyusun juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini
Makalah ini berisis tentang pengertian ekosistem mangrove, komponen-
komponen penyusun ekosistem mangrove, peranan ekosistem mangrove terhadap
kehidupan, kerusakan yang terjadi pada ekosistem mangrove, dan cara untuk
melestarikan ekosistem mangrove.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun
makalah ini. Oleh karena itu, Penyusun mengharapkan agar para pembaca bisa
memberikan pendapat berupa kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
makalah ini,agar di masa mendatang penulis dapat membuat makalah yang lebih baik
lagi. Atas perhatian dan waktunya, penyusun sampaikan banyak terima kasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Palangka Raya, Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .....................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

A. Pengertian Ekosistem Mangrove .................................................................. 3

B. Komponen-Komponen Penyusun Ekosistem Mangrove .............................. 3

C. Peranan Ekosistem Mangrove .................................................................... 5

D. Kerusakan pada Ekosistem Mangrove....................................................... 7

E. Melestarikan Ekosistem Mangrove............................................................ 8

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 10

A. Kesimpulan ................................................................................................ 10

B. Saran ........................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekosistem mangrove adalah suatu lingkungan yang mempunyai ciri


khusus karena lantai hutannya secara teratur digenangi oleh air yang
dipengaruhi oleh salinitas serta fluktuasi ketinggian permukaan air karena
adanya pasang surut air laut (Duke, 1992). Hutan mangrove dikenal juga
dengan istilah tidal forestcoastal woodland, vloedbos dan hutan payau
(Kusmana dkk., 2005) yang terletak di perbatasan antara darat dan laut,
tepatnya di daerah pantai dan di sekitar muara sungai yang dipengaruhi oleh
pasang surut air laut (Sumaharni, 1994). Menurut Kusmana dkk., (2005) hutan
mangrove adalah suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut
(terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang
waktu air laut pasang dan bebas dari genangan pada saat air laut surut, yang
komunitas tumbuhannya toleran terhadap garam.
Adapun ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas
organisme yang berinteraksi dengan faktor lingkungan di dalam suatu habitat
mangrove.
Adapun ciri-ciri dari hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik,
adalah : memiliki jenis pohon yang relatif sedikit; memiliki akar yang unik
misalnya seperti jangkar melengkung dan menjulang pada bakau Rhizophora
spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada pidada Sonneratia
spp. dan pada api-api Avicennia spp.; memiliki biji (propagul) yang bersifat
vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya, khususnya pada Rhizophora;
memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.
Pada tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan
memiliki ciri-ciri khusus, diantaranya adalah : tanahnya tergenang air laut
secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang pada saat pasang; tempat
tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat; daerahnya
terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat; airnya
berkadar garam (bersalinitas) payau (2-22 ‰).

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ekosistem mangrove?

2. Apa komponen-komponen penyusun ekosistem mangrove ?

3. Apa peranan ekosistem mangrove terhadap kehidupan manusia ?

4. Apa penyebab kerusakan yang terjadi pada ekosistem mangrove ?

5. Bagaimana cara melestarikan ekosistem mangrove ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian ekosistem mangrove.

2. Untuk mengetahui komponen-komponen penyusun ekosistem mangrove.

3. Untuk mengetahui peranan ekosistem mangrove terhadap kehidupan.

4. Untuk mengetahui kerusakan yang terjadi pada ekosistem mangrove.

5. Untuk mengetahui cara melestarikan ekosistem mangrove.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekosistem Mangrove


Ekosistem mangrove merupakan daerah ekoton yang menghubungkan antara
ekosistem pesisir dengan daratan dan bersifat dinamis. Selain itu, ekosistem
mangrove memiliki fungsi dan peranan penting bagi penunjang sistem penyangga
kehidupan. Mengingat pentingnya fungsi dan peranan hutan mangrove tersebut,
maka hutan mangrove mendesak untuk segera dikelola sesuai dengan fungsi dan
peruntukan lahannya melalui upaya-upaya rehabilitasi bagi hutan mangrove yang
telah mengalami penurunan kualitas lingkungan maupun yang telah mengalami
kerusakan. Pemulihan mangrove harus dilakukan karena beberapa alasan. Pertama,
kepentingan ekologis dan nilai-nilai lingkungan hutan mangrove telah lama
terabaikan. Kedua, tingginya subsistensi ketergantungan pada sumberdaya alam
hutan mangrove. Ketiga, kerusakan hutan mangrove skala besar yang terjadi di
seluruh dunia mengarah ke erosi pesisir, penurunan sumberdaya perikanan dan
konsekuensi lingkungan lainnya . Selain itu, upaya-upaya pemulihan dilakukan
untuk pemenuhan berbagai fungsi ekologis, ekonomi dan sosial budaya yang dapat
menjadi penunjang "sistem penyangga kehidupan" bagi daerah di sekitarnya.1

B. Komponen-Komponen Penyusun Ekosistem Mangrove


Komponen-komponen penyusun ekosistem mangrove terdiri dari 2
komponen yaitu komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik terdiri
dari :
1. Produsen yaitu organism yang bisa membuat makanannya sendiri (autotropik)
karena memiliki butir-butir klorofil sehingga mapu melakukan proses
fotosintesis. Secara sepintas dapat dilihat bahwa ekosistem mangrove
dipenuhi oleh tumbuhan pepohonan berhijau daun, diantaranya yaitu:
Aegiceras corniculatum, Avicennia alba, Avicennia officinalis, Bruguiera
clyndrica, Bruguiera hainessii, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Excoecaria
agallocha, Lumnittzera littorea, Lumnitzera racemosa, Nypa fruticans,
Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Schyphypora hydrophyllacea,

1
Maulinna Kusumo Wardhani, Kawasan Konservasi Mangrove: Suatu Potensi Ekowisata,
(Madura: Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura Vol. 4, No.1: 2011), hlm. 66
3
Sonneratia alba, Sonneratia ovate, Xylocarpus granatum, dan Xylocarpus
moluccensis.
Di dalam kawasan ekosistem mangrove yang selalu tergenang air
kemungkinan dapat ditemukan fitoplankton atau plankton nabati. Plankton
adalah mikroorganisme atau larva yang melayang dalam air, tidak dapat
bergerak sendiri, atau daya geraknya lemah sehingga mudah terpengaruh oleh
gelombang atau arus air. Beberapa fitoplankton laut diantaranya adalah :
Asterionella, Amphiphora, Bacillaria, Coscinodiscus, Dytilum, Eucampia,
Guinardia, Hemiaulus, Licmophora, Mastogloia, Nitzschia, Planktoniella,
Pleurosigma, Rhizosolenia, Skeletonema, Surirella, Thalassionema,
Thalassiosira, (Diatom), Amphisolenia, Ceratium, Ceratocorys, Dinophysis,
Gonyauulax, Gymnodinium, Noctiluca, Ornithocerus, Peridinium,
Prorocentrum, dan Pyrocycistis (Dianoflagellata).
2. Konsumen yaitu organism yang tidak dapat membuat makanannya sendiri
(heterotropik) sehingga harus mengambil makannya dari organisme produsen.
Di dalam ekosistem mangrove, organisme konsumen terdiri atas :
a. Zooplankton atau plankton hewani, misalnya : Tintinnopsis, Dyctiota,
Rhabdonella, Globigerina, Aulosphaera, (protozoa), Calanus

4
Centropages, Oithona, Euchaeta, Evadne, Pyrocypris, Lucifer
(crustacean), Clione, Carinaria, Janathina (moluska), dan beberapa larva
ikan yang masih bersifat planktonik (iktioplankton).

b. Bentos yaitu organism yang hidup di dasar ekosistem mangrove. Bentos


dapat dibedakan atas epifauna (hidup di atas permukaan dasar) dan infauna
(hidup membenamkan diri di dalam dasar).

c. Neuston yaitu organism yang hidup pada daerah permukaan air.

d. Perifiton yaitu organism yang hiodup pada batang, daun, atau akar
tumbuhan yang terdapat di dalam ekosistem mangrove.

e. Nekton yaitu organism yang dapat berenang masuk ke dalam dan keluar
dari kawasan ekosistem mangrove.

Komponen abiotik merupakan penyusun ekosistem yang terdiri dari


benda-benda tak hidup. Secara terperinci, komponen abiotik juga
merupakan keadaan fisik dan kimia di sekitar organisme yang menjadi
medium dan substrat untuk menunjang berlangsungnya kehidupan
organisme tersebut, beberapa contoh komponen abiotik yaitu, air, udara,
cahaya matahari, tanah, topografi, dan iklim.

C. Peranan Ekosistem Mangrove


Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan,
mempunyai peranan fungsi multi guna baik jasa biologis, ekologis maupun
ekonomis. Peranan fungsi fisik mangrove mampu mengendalikan abrasi dan
penyusupan air laut (intrusi) ke wilayah daratan, serta mampu menahan sampah
yang bersumber dari daratan, yang dikendalikan melalui sistem perakarannya.
Jasa biologis mangrove sebagai sempadan pantai, berperan sebagai penahan
gelombang, memperlambat arus pasang surut, menahan serta menjebak besaran
laju sedimentasi dari wilayah atasnya. Selain itu komunitas mangrove juga
merupakan sumber unsur hara bagi kehidupan hayati (biota perairan) laut, serta
sumber pakan bagi kehidupan biota darat seperti burung, mamalia dan jenis reptil.
Sedangkan jasa mangrove lainnya juga mampu menghasilkan jumlah oksigen
lebih besar dibanding dengan tetumbuhan darat.
Peranan fungsi ekologis kawasan mangrove yang merupakan tempat

5
pemijahan, asuhan dan mencari makan bagi kehidupan berbagai jenis biota
perairan laut, di sisi lain kawasan mangrove juga merupakan wahana sangtuari
berbagai jenis satwa liar, seperti unggas (burung), reptil dan mamalia terbang,
serta merupakan sumber pelestarian plasma nutfah.2
Manfaat ekonomis mangrove, juga cukup memegang peranan penting bagi
masyarakat, karena merupakan wahana dan sumber penghasilan seperti ikan,
ketam, kerang dan udang, serta buah beberapa jenis mangrove dapat dimanfaatkan

sebagai bahan makanan. Manfaat lainnya merupakan sumber pendapatan


masyarakat melalui budidaya tambak, kulit mangrove bermanfaat dalam
industri penyamak kulit, industri batik, patal dan pewarna jaring, serta sebagai
wahana wisata alam, penelitian dan laboratorium pendidikan.

2
Sukirman Rahim, Hutan Mangrove dan Pemanfaatannya, (Yogyakarta : Cv Budi
Utama, 2014) hlm: 77
6
D. Kerusakan pada Ekosistem Mangrove
Kerusakan ekosistem mangrove lebih disebabkan oleh akibat kegiatan
manusia (antropogenik) baik secara langsung maupun tidak langsung. Kawasan
mangrove umumnya berada pada pesisir dan keberadaannya terancam oleh
kebutuhan masyarakat yang berada di sekitarnya. Kebutuhan itu dapat berupa
pemanfaatan lahan untuk pemukiman, sebagai lahan kegiatan ekonomi seperti
industry maupun pertambakan, dan kebutuhan bahan bakar non-migas.
Kebutuhan-kebutuhan itu memaksa masyarakat untuk melakukan banyak hal yang
dapat merusak hutan mangrove seperti membuka dan menkonversi lahan serta
penebangan liar.3
Kerusakan-kerusakan dapat menurunkan fungsi-fungsi mangrove baik
secara bio-ekologis berupa rusaknya sistem maupun fungsi ekonomis berupa
penurunan produksi. Kesalahan manajemen hutan mangrove juga berpotensi besar
terhadap degradasi fungsi mangrove. Ada beberapa dampak yang akan muncul
sebagai akibat aktivitas manusia pada atau sekitar wilayah mangrove antara lain
yaitu :
1. Tebang habis berdampak terhadap berubahnya komposisi tumbuhan,
pohon-pohon mangrove akan digantikan oleh spesies-spesies yang nilai
komersialnya rendah dan terjadi penurunan fungsi sebagai feeding,
nursery, psawning ground.
2. Pengalihan aliran air tawar misalnya pada pembangunan irigasi berdampak
pada peningkatan salinitas dan penurunan kesuburan mangrove.
3. Konversi lahan menjadi pertanian, perikanan dan pemukiman dapat
mengancam regenerasi stok ikan udang di perairan lepas pantai, terjadinya
pencemaran laut oleh pencemar yang sebelumnya diikat oleh substrat
mangrove. Terjadi pendangkalan pantai, abrasi, dan inutrisi air alut.

3
Arief Arifin, Hutan Mangrove, (Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2017) hlm: 36
7
4. Pembuangan sampah cair berdampak pada penurunan kandungan oksigen,
munculnya gas H2S.

5. Pembuangan sampah padat memungkinkan tertutupnya pneumatopor yang


berakibat kematian mangrove dan perembesan bahan-bahan pencemar
dalam sampah padat.

6. Pencemaran dengan tumpahan minyak menyebabkan kematian mangrove.

7. Penambangan dan ekstraksi mineral baik dalam hutan maupun daerah


sekitar hutan menyebabkan kerusakan total ekosistem mangrove sehingga
menghancurkan fungsi bio-ekologis mangrove dan terjadinya pengendapan
sedimen yang berlebihan yang menyebabkan kemtian mangrove.
Kerusakan alami merupakan akibat lanjut dari kerusakan akibat
kegiatan antropogenik. Terpaan ombak yang terus-menerus akan merusak
ekosistem mangrove. Akan tetapi, hal ini tidak akan terjadi apabila tidak
terjadi penurunan fungsi mangrove sebagai penahan gelombang akibat
kegiatan manusia.4

E. Melestarikan Ekosistem Mangrove

Ekosistem mangrove yang rusak dapat dipulihkan dengan cara restorasi


atau rehabilitasi. Restorasi dipahami sebgai usaha mengembalikan kondisi
lingkungan kepada kondisi semula secara alami. Campur tangan manusia
diusahankan sekecil mungkin terutama dalam memaksakan keinginan untuk
menumbuhkan jenis mangrove tertentu menurut yang dipahami/diingini
manusia. Dengan demikian usaha restorasi semestinya mengandung makna
member jalan/peluang terhadap alam untuk mengatur/memulihkan dirinya
sendiri. Kita manusia sebagai pelaku mencoba membuka jalan dan peluang
serta mempercepat proses pemulihan terutama karena dalam beberapa kondisi,
kegiatan restorasi secra fisik kan lebih murah dibandingkan kita memaksakan
penanaman mangrove secara langsung.

Restorasi perlu dipertimbangkan ketika suatu system telah berubah


dalam tingkat tertentu sehingga tidak dapat lagi memperbaiki atau
memperbaharui diri secara alami. Dalam kondisi seperti ini, ekosistem

4
Ibid hlm: 57
8
homeostasis telah berhenti secara permanen dan proses normal untuk suksesi
tahap kedua atau perbaikan secara alami setelah kerusakan terhambat oleh
bebagai sebab. Secara umum habitat bakau dapat memperbaiki kondisinya
secara alami dalam waktu 15-20 tahun jika :
1. Kondisi normal hidrologi tidak terganggu

2. Ketersediaan biji dan habitat serta jaraknya tidak terganggu atau terhalangi.

Jika kondisi hidrologi adalah normal atau mendekati normal tetapi biji bakau
tidak dapat mendekati daerah restorasi, maka dapat direstorasi dengan cara
penanaman. Oleh karena itu, habitat bakau dapat diperbaiki tanpa penanaman,
maka rencana restorasi harus terlebih dahulu melihat potensi aliran air laut yang
terhalangi atau tekanan-tekanan lain yang mungkin menghambat perkembangan
bakau.5

5
Abdul Haris Sambu, Model Pengelolaan Mangrove Berbasis Ekologi dan Ekonomi, (Makasar:
CV. Inti Mediatama, 2010). hlm: 37-38
9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengertian ekosistem mangrove merupakan daerah ekoton yang


menghubungkan antara ekosistem pesisir dengan daratan dan bersifat
dinamis.

2. Komponen penyusun dari ekosistem mangrove yaitu komponen biotik


dan komponen abiotik.
3. Ekosistem mangrove memiliki penanan biologis, ekologis, dan
ekonomis.

4. Kerusakan ekosistem mangrove diakibatkan oleh kegiatan manusia


dan faktor alami yaitu tsunami.
5. Ekosistem mangrove yang rusak dapat dipulihkan dengan cara
restorasi atau rehabilitasi.

B. Saran
Melalui penyusunan makalah ini memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, saya memerlukan kritik dan saran dari berbagai pihak sehingga
makalah ini menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Arief Arifin, Hutan Mangrove. 2017. Yogyakarta : Penerbit Kanisius


Haris Sambu Abdul. 2010. Model Pengelolaan Mangrove Berbasis Ekologi dan
Ekonomi. Makasar: CV. Inti Mediatama
Kusumo Wardhani Maulinna. 2011. Kawasan Konservasi Mangrove: Suatu Potensi
Ekowisata. Madura: Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo
Madura Vol. 4, No.1
Rahim Sukirman dkk. 2014. Hutan Mangrove dan Pemanfaatannya. Yogyakarta : Cv
Budi Utama2014

11

Anda mungkin juga menyukai