MODUL : 02
1
DAFTAR ISI
2
Modul 02
Modulasi dan Demodulasi Frekuensi dan Pulsa
Hadiyan Rafi Armandsyah (18117033) / Kelompok 11 / Kamis, 17 Oktober 2019
Email : hadiyan.rafi@gmail.com
Asisten : Haekal Ramadhan N.
demodulasi. Praktikum modul ini memiliki tujuan dengan beberapa cara, salah satunya dengan VCO.
1. Menentukan hasil dari demodulasi osilator yang didesain untuk mengatur frekuensi
frekuensi dengan PLL demodulator dan osilasi dengan menggunakan tegangan masukan.
2. Menentukan metode demodulasi frekuensi linear mengikuti tegangan sinyal masukan yang
yang paling lebih baik diantara kedua merupakan sinyal informasi [3].
3. Menentukan hasil dari modulasi dan dengan beberapa cara, antara lain menggunakan
demodulasi pulsa dengan menggunakan PLL dan Zero-crossing. PLL (Phase-locked loop)
PCM, PAM, PWM, dan DM. adalah demodulator FM yang memungkinkan suatu
4. Menentukan metode modulasi dan sinyal tertentu mengendalikan frekuensi loop umpan
demodulasi pulsa yang paling baik diantara balik dari oscillator colpitt, phase detector, low pass
keempat metode yang dilakukan. filter, dan VCO, dalam sebuah lingkar loop yang
3
terkunci [1]. PLL digunakan untuk mengetahui fasa besar meskipun tidak mengandung informasi yang
dan frekuensi sesaat dari suatu sinyal [3]. banyak [4]. PWM dapat diilustrasikan seperti
Zero-crossing adalah demodulator FM yang gambar berikut:
digunakan untuk mengetahui nilai frekuensi sesaat
dengan melihat banyaknya jumlah kejadian nilai
tegangan yang menyebrangi nilai nol. Komponen
zero-crossing detector antara lain zero-crossing
detector, generator pulsa, dan low pass filter. Sinyal
informasi hasil demodulasi sinyal PLL maupun
zero-crossing akan didapatkan pada keluaran low
pass filter [3].
4
implementasinya lebih sederhana. Proses utama Menghubungkan GEN1-IN4 dan OUT7-IN5 lalu
dalam DM antara lain comparator, quantizer, dan mengatur frekuensi sinyal GEN1 50Hz.
3.2 Langkah Kerja Mengamati sinyal pada TP1, TP2, TP3, dan
OUT1 lalu mencatat frekuensinya.
Langkah-langkah percobaan pada Modul 02:
Modulasi dan Demodulasi Frekuensi dan Pulsa
Memvariasikan sample rate dengan memutar
adalah sebagai berikut. kenop C1 dan melihat apa pengaruhnya.
A. Percobaan 1: Modulasi FM
Menghubungkan GEN1 dengan IN4 lalu mengatur E. Percobaan 5: Modulasi dan Demodulasi
frekuensi GEN1 sebesar 50 Hz.
PAM
Mengubah sinyal gain VCO dengan mengatur C4 Menghubungkan GEN1-IN1 lalu mengatur
untuk mengecek osilasi frekuensi yang terjadi. frekuensi sinyal GEN1 10 Hz.
5
F. Percobaan 6: Modulasi dan Demodulasi GEN1 sebesar 50 Hz. Pada osiloskop akan terlihat
PWM bentuk sinyal pada IN4 atau GEN1 sebagai berikut:
6
sudah sesuai dengan teori pada Gambar 2.1, maka dimasukan ke lowpass filter supaya hanya yang
proses modulasi ini bisa dikatakan berhasil. berfrekuensi rendah yang dapat dikeluarkan. Hasil
dari lowpass filter ini akan menjadi hasil dari
4.2 Percobaan 2: Demodulasi FM: PLL demodulasi dan juga akan dimasukan kembali ke
Demodulator VCO. Output dari VCO dapat dilihat pada Gambar
Pada percobaan kedua, penulis melakukan 4.6 berikut:
demodulasi FM dengan menggunakan Phase
Locked Loop. Penulis masih menggunakan board
EMDA/A dan osiloskop yang sama seperti
percobaan pertama namun dengan rangkaian seperti
berikut:
7
informasi awal pada IN4 (Gambar 4.2). Terdapat Penulis menggunakan sinyal hasil modulasi
sedikit perbedaan fasa antara sinyal informasi awal FM pada percobaan pertama (Gambar 4.3) sebagai
dengan sinyal hasil demodulasi. Sinyal hasil input untuk demodulasi ini. Maka dari itu, penulis
demodulasi ini akan terus melakukan looping menghubungkan OUT7 dengan IN5. Sinyal hasil
dengan dimasukan kembali ke VCO supaya Phase modulasi FM tersebut akan dimasukan ke Zero-
Locked Loop Demodulator ini bisa terus menerus Crossing Detector kemudian Pulse Generator.
menyeseuaikan fasa sinyal luaran. Namun, karena Zero-crossing detector ini akan membuat
sinyal OUT8 mempunyai frekuensi 50,51 Hz semua sinyal bisa melewati amplitudo nol. Jika
(mendekati frekuensi sinyal informasi awal yaitu 50 amplitudo sinyal diatas nol, maka sinyal akan
Hz) maka demodulasi ini dapat dikatakan berhasil. berbentuk pulsa. Sedangkan sinyal yang
Penulis lalu mengubah gain VCO dengan amplitudonya kurang dari nol (negatif) terbentuk
memutar tombol C4 dan mengecek apa yang terjadi. karena adanya sinyal informasi yang hilang karena
Apabila tuas diputar ke kiri, maka nilai gain akan frekuensi yang berbeda-beda. Output dari Zero-
berkurang. Sedangkan apabila diputar ke kanan crossing detector akan dimasukan ke Pulse
maka nilai gain akan bertambah. Lalu, penulis generator untuk menjadikan sinyal menjadi bentuk
mendapatkan bahwa apabila nilai gain berkurang impuls. Hasil luaran pulse generator dapat dilihat
(mendekati nol) maka bentuk sinyal pada TP17 akan pada TP18 sesuai gambar berikut:
semakin rapat sama halnya pada OUT7 (hasil
modulasi FM percobaan pertama). Pada saat gain
mendekati nol, luaran hasil demodulasi akan bernilai
nol (sinyal hasil demodulasi berbentuk garis lurus).
Sedangkan, saat nilai gain dinaikan, maka bentuk
sinyal pada TP17 akan semakin renggang sama
halnya pada OUT7 (hasil modulasi FM percobaan
pertama).
Gambar 4.9 Sinyal pada TP18
8
kemudian mengatur frekuensi generator sinyal audio
GEN1 sebesar 10 Hz. Sinyal IN1 (yang
dihubungkan ke GEN1) ini akan menjadi input pada
Sampler. Sampler bertujuan untuk melakukan
sampling dan kuantisasi. Samping adalah mencuplik
sinyal kontinyu menjadi beberapa sampel berupa
sinyal diskrit. Sedangkan kuantisasi adalah
pembulatan nilai dari sampel ke nilai terdekat untuk
Gambar 4.10 Sinyal OUT9 hasil demodulasi FM: Zero-
menghasilkan sinyal berbentuk tangga. Sinyal IN1
Crossing Detector
dan hasil luaran Sampler (TP1) dapat dilihat pada
gambar berikut:
Dari Gambar 4.10 di atas, terlihat bahwa
sinyal hasil demodulasi FM dengan Zero-Crossing
Demodulator (yang berwarna biru) sudah berbentuk
sinyal sinusoidal seperti sinyal informasi awal pada
IN4 (Gambar 4.2). Bentuk sinyal berbentuk
sinusoidal karena LPF bekerja dengan melewatkan
sinyal yang berfrekuensi rendah dan menahan sinyal
yang berfrekuensi tinggi.
Gambar 4.12 Sinyal IN1 dan TP1
Terdapat sedikit distorsi pada puncak sinyal
dan terdapat perbedaan fasa antara sinyal informasi
Dari Gambar 4.12 di atas, sinyal yang
awal dengan sinyal hasil demodulasi. Namun,
berwarna kuning (IN1) berhimpit dengan sinyal
karena sinyal OUT9 ini memiliki frekuensi 49.02 Hz
hasil sampler (TP1) yang berwarna biru. Apabila
(mendekati frekuensi sinyal informasi awal yaitu 50
diperbesar, sinyal TP1 akan berbentuk seperti
Hz) maka demodulasi ini dapat dikatakan berhasil.
tangga. Selanjutnya, sinyal ini akan dimasukkan ke
Analog to Digital Converter untuk merubah bentuk
4.4 Percobaan 4: Modulasi dan Demodulasi
sinyal yang masih analog menjadi digital. Sinyal
PCM
yang amplitudonya positif akan bernilai satu
Pada percobaan keempat, penulis
sedangkan yang amplitudonya negatif akan bernilai
menggunakan osiloskop dan EMDA/P untuk
nol.
melakukan modulasi pulsa. Penulis menggunakan
Setelah itu, sinyal akan dimasukan ke
rangkaian PCM yang dapat dilihat pada gambar
Parallel to Serial. Pada dasarnya, hasil dari ADC
berikut:
akan berbentuk paralel sehingga perlu dijadikan
serial menjadi sinyal satu bit. Hasil luaran Parallel
to Serial (TP2) dapat dilihat pada gambar berikut:
9
Dari Gambar 4.13 di atas, terlihat bahwa pulsa dengan metode PCM dapat dikatakan berhasil
sinyal TP2 merupakan sinyal digital yang memiliki dilakukan.
nilai nol dan satu. Sinyal ini memiliki frekuensi Lalu, penulis ingin memvariasikan sample
sebesar 5 kHz. Terdapat jarak antar nilai yang rate dengan cara memutar kenop C1. Apabila kenop
berbeda-beda karena perbedaan frekuensi sinyal C1 diputar ke kiri maka frekuensi sampling akan
informasi. Selanjutnya, penulis melihat sinyal TP3 berkurang. Sedangkan apabila diputar ke kanan
pada osiloskop dan didapat hasil berikut: maka frekuensi samping akan bertambah. Penulis
mendapatkan bahwa, semakin besar sample rate
maka bentuk sinyal hasil sampler (TP1) dan bentuk
sinyal luaran (OUT1) semakin menyerupai bentuk
sinyal informasi awal. Sedangkan, apabila sample
rate semakin sedikit maka akan berlaku sebaliknya.
Gambar 4.14 Sinyal TP3
Idealnya, frekuensi sampling harus seminimal
mungkin dua kali lipat frekuensi maksimum sinyal
Dari Gambar 4.14 di atas, terlihat bahwa
supaya tidak terjadi aliasing. Hal ini disebut dengan
pada sinyal TP13 memiliki frekuensi 1,429 kHz dan
teorema Nyquist.
terdapat clock pada sinyal. Clock berfungsi untuk
menyelaraskan data agar data sinkron dan urutannya
4.5 Percobaan 5: Modulasi dan Demodulasi
tidak tertukar. Selanjutnya, sinyal akan mengalami
PAM
demodulasi dengan melewati konversi Serial to
Pada percobaan kelima, penulis
Parallel lalu Digital to Analog Converter. Terakhir,
menggunakan osiloskop dan EMDA/P untuk
sinyal akan dimasukan ke lowpass filter untuk
melakukan modulasi pulsa. Penulis menggunakan
meloloskan sinyal berfrekuensi rendah dan menahan
rangkaian PAM yang dapat dilihat pada gambar
sinyal berfrekuensi tinggi. Hasil output dari LPF
berikut:
merupakan sinyal hasil Demodulasi FM: PCM yang
dapat dilihat pada OUT1 sesuai gambar berikut:
Gambar 4.15 Sinyal OUT1 hasil demodulasi PCM menghubungkan GEN1 dengan IN1 menggunakan
kabel banana-to-banana. Penulis kemudian
Dari Gambar 4.15 di atas, terlihat bahwa mengatur frekuensi generator sinyal audio GEN1
sinyal yang berwarna biru merupakan sinyal hasil sebesar 10 Hz. Sinyal IN1 (yang dihubungkan ke
demodulasi pulsa PCM. Bentuk dari sinyal tersebut GEN1) ini akan menjadi input pada Sampler. Sinyal
sudah menyerupai sinyal informasi awal (warna IN1 dan hasil luaran Sampler (TP4) dapat dilihat
kuning). Frekuensi dari sinyal OUT1 juga sama pada gambar berikut:
dengan frekuensi sinyal informasi yakni 10 Hz.
Maka dari itu, proses modulasi dan demodulasi
10
pada dasarnya sangat rentan terhadap derau.
Kemudian, sama seperti percobaan sebelumnya
apabila sample rate dibuat lebih banyak maka sinyal
hasil demodulasi akan semakin menyerupai sinyal
informasi awal.
Dari Gambar 4.17 di atas, terlihat bahwa Pada percobaan keenam, penulis
sinyal TP4 merupakan hasil sampling sekaligus menggunakan osiloskop dan EMDA/P untuk
merupakan sinyal hasil modulasi PAM. Masih melakukan modulasi pulsa. Penulis menggunakan
terdapat derau dari sinyal ini karena frekuensi rangkaian PWM yang dapat dilihat pada gambar
Gambar 4.18 Sinyal OUT2 hasil demodulasi PAM oleh sawtooth generator dapat dilihat pada TP5
sesuai gambar berikut:
Dari Gambar 4.18 di atas, terlihat bahwa
sinyal yang berwarna biru merupakan sinyal hasil
demodulasi pulsa PAM. Bentuk dari sinyal tersebut
sudah menyerupai sinyal informasi awal (warna
kuning). Frekuensi dari sinyal OUT2 yaitu 9.92 Hz
juga hampir sama dengan frekuensi sinyal informasi
yakni 10 Hz. Maka dari itu, proses modulasi dan Gambar 4.20 Sinyal TP5
demodulasi pulsa dengan metode PAM dapat
dikatakan berhasil dilakukan. Meskipun terdapat Dari Gambar 4.20 di atas, terlihat bahwa
lebih banyak derau dibandingkan percobaan sinyal TP5 berbentuk seperti gergaji seperti nama
sebelumnya, karena modulasi dan demodulasi PAM generatornya yaitu sawtooth dan memiliki frekuensi
11
8.929 kHz. Selanjutnya penulis mengamati sinyal juga hampir sama dengan frekuensi sinyal informasi
pada TP6 yang merupakan hasil comparator antara yakni 10 Hz. Maka dari itu, proses modulasi dan
sinyal TP5 dan IN1 sekaligus menjadi hasil demodulasi pulsa dengan metode PWM dapat
modulasi PWM. Sinyal TP6 dapat dilihat pada dikatakan berhasil dilakukan. Meskipun terdapat
gambar berikut: lebih banyak derau dibandingkan percobaan
sebelumnya, karena modulasi dan demodulasi PWM
pada dasarnya sangat rentan terhadap derau serta
proses yang dilakukan oleh comparator tidak
berlangsung dengan baik.
Gambar 4.22 Sinyal OUT3 hasil demodulasi PWM sesuai gambar berikut:
12
Dari Gambar 4.24 di atas, terlihat bahwa Sama seperti sebelumnya, kenop C1
sinyal TP11 yang berwarna biru masih banyak digunakan untuk mengatur banyaknya sample rate.
derau. Sinyal TP11 memiliki frekuensi 9,96 Hz. Apabila sample rate dibuat lebih banyak maka
Selanjutnya sinyal ini akan secara looping masuk ke sinyal hasil demodulasi akan semakin menyerupai
Comparator. Comparator akan membandingkan sinyal informasi awal. Pada percobaan ini terdapat
secara terus menerus sinyal TP11 dengan sinyal kenop C2 yang berfungsi untuk mengatur besar
keluaran hasil Sampler. Keluaran dari Comparator Gain. Penulis mendapatkan bahwa, semakin kecil
dapat dilihat pada TP12 sesuai gambar berikut: gain maka sinyal akan semakin mulus.
5. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat pada modul kali ini
adalah:
1. Hasil dari demodulasi frekuensi dengan metode
Gambar 4.25 Sinyal TP12
PLL demodulator yang dilakukan pada
percobaan 2 dapat dilihat pada Gambar 4.7,
Dari Gambar 4.25 di atas, terlihat bahwa
sedangkan hasil dari demodulasi frekuensi
sinyal tersebut berbentuk digital dengan frekuensi 1
metode Zero-crossing demodulator yang
kHz. Sinyal ini merupakan hasil dari modulasi DM.
dilakukan pada percobaan 3 dapat dilihat pada
Selanjutnya akan dilakukan demodulasi DM dengan
Gambar 4.10.
memasukan sinyal TP12 ke Gain, Integrator, serta
2. Berdasarkan percobaan 2 dan 3, disimpulkan
Lowpass Filter. Hasil dari LPF merupakan hasil
bahwa metode demodulasi frekuensi yang lebih
demodulasi DM yang dapat dilihat pada OUT6
baik adalah dengan PLL demodulator karena
sesuai gambar berikut:
hanya terdapat perbedaan fasa. Sementara pada
Zero-crossing demodulator terdapat perbedaan
fasa serta derau.
3. Untuk metode PCM, hasil modulasi dapat
dilihat pada Gambar 4.13 dan hasil demodulasi
pada Gambar 4.15. Untuk metode PAM, hasil
Gambar 4.26 Sinyal OUT6 hasil demodulasi DM modulasi dapat dilihat pada Gambar 4.17 dan
hasil demodulasi pada Gambar 4.18. Untuk
Dari Gambar 4.26 di atas, terlihat bahwa metode PWM, hasil modulasi dapat dilihat pada
sinyal hasil demodulasi yang berwarna biru Gambar 4.21 dan hasil demodulasi pada
berbentuk sinusoidal dan terlihat lebih mulus dan Gambar 4.22. Untuk DM, hasil modulasi dapat
menyerupai sinyal informasi dibandingkan tiga dilihat pada Gambar 4.25 dan hasil demodulasi
metode demodulasi pulsa lainnya. Sinyal hasil pada Gambar 4.26.
demodulasi dan sinyal informasi juga memiliki 4. Berdasarkan percobaan 4, 5, 6, dan 7,
frekuensi yang sama yakni tepat 10 Hz. Hal ini bisa disimpulkan bahwa metode modulasi dan
terjadi karena Gain pada DM berfungsi untuk demodulasi pulsa yang paling baik adalah
membuat sinyal lebih mulus. metode DM karena hasil akhir demodulasinya
13
paling mulus menyerupai sinyal informasi serta kelahiran tepatnya di Insitut Teknologi Bandung dan
frekuensinya yang sama-sama 10 Hz. mengambil jurusan Teknik Telekomunikasi. Di
kampus, penulis mengikuti berbagai macam
6. DAFTAR PUSTAKA kepanitiaan seperti OSKM, Aku Masuk ITB dan
Wisuda Oktober. Penulis bercita-cita untuk menjadi
seorang pengusaha dibidang telekomunikasi.
[1] D. S. Efendi, Febrizal dan R. Amri, “Rancang
Bangun Modulator FM,” Jom FTEKNIK, vol.
1, pp. 1-2, 2014.
[2] https://elektronika-dasar.web.id/modulasi-
frekuensi-frequency-modulation-fm/. [Diakses
19 Oktober 2019 pukul 05.01 WIB].
[5] tutorialspoint.com/digital_communication_
pulse_code_modulation.htm [Diakses 10
Oktober 2019 Pukul 07.13 WIB].
[6] https://www.researchgate.net/figure/Figure-
Example-of-Delta-Modulation_fig3-30603505
[Diakses 19 Oktober 2019 Pukul 07.44 WIB]
7. BIOGRAFI SINGKAT
Penulis bernama Hadiyan Rafi
Armandsyah yang biasa dipanggil
Rafi. Lahir sebagai anak pertama
dari pasangan Ditry Armandsyah
dan Ratna Dewi di Bandung
tanggal 09 September 1999.
Penulis memiliki hobi travelling dan bermain game.
Meskipun lahir di Bandung, penulis besar di Bekasi.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
Islam Al-Fajar Bekasi pada tahun 2011, kemudian
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
melanjutkan pendidikan di SMPN 12 Bekasi dan
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
lulus tahun 2014. Pada tahun 2017, penulis
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN
AAAAAAAAAAA
5 Bekasi dan memutuskan untuk berkuliah di daerah
14