Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

ET3111 PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 3A

MODUL : 02

MODULASI DAN DEMODULASI FREKUENSI DAN PULSA

NAMA : HADIYAN RAFI ARMANDSYAH


NIM : 18117033
KELOMPOK : 11
HARI, TANGGAL : KAMIS, 17 OKTOBER 2019
WAKTU : 14.00-16.00
ASISTEN : HAEKAL RAMADHAN N.

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI RADIO & GELOMBANG MIKRO


PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI
SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................................................................... 2


1. PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 3
2. DASAR TEORI ............................................................................................................................................ 3
2.1 Modulasi Frekuensi ............................................................................................................................... 3
2.2 Modulasi Pulsa ...................................................................................................................................... 4
3. METODOLOGI PERCOBAAN ................................................................................................................. 5
3.1 Alat Percobaan ...................................................................................................................................... 5
3.2 Langkah Kerja ....................................................................................................................................... 5
4. HASIL DAN ANALISIS PERCOBAAN ................................................................................................... 6
4.1 Percobaan 1: Modulasi FM ................................................................................................................... 6
4.2 Percobaan 2: Demodulasi FM: PLL Detector ....................................................................................... 7
4.3 Percobaan 3: Demodulasi FM: Zero-crossing Detector ........................................................................ 8
4.4 Percobaan 4: Modulasi dan Demodulasi PCM ...................................................................................... 9
4.5 Percobaan 5: Modulasi dan Demodulasi PAM ................................................................................... 10
4.6 Percobaan 6: Modulasi dan Demodulasi PWM .................................................................................. 11
4.7 Percobaan 7: Modulasi dan Demodulasi DM ...................................................................................... 12
5. KESIMPULAN .......................................................................................................................................... 13
6. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 14
7. BIOGRAFI SINGKAT .............................................................................................................................. 14

2
Modul 02
Modulasi dan Demodulasi Frekuensi dan Pulsa
Hadiyan Rafi Armandsyah (18117033) / Kelompok 11 / Kamis, 17 Oktober 2019
Email : hadiyan.rafi@gmail.com
Asisten : Haekal Ramadhan N.

Abstract— Pada praktikum modul kali ini, penulis 2. DASAR TEORI


menggunakan osilator dan EMDA-A untuk mempelajari
modulasi dan demoduliasi frekuensi serta menggunakan 2.1 Modulasi dan Demodulasi Frekuensi
EMDA-P untuk mempelajari modulasi dan demodulasi FM (Frequency Modulation) adalah proses
pulsa. Pada modul ini, penulis menggunakan metode
demodulasi frekuensi yaitu PLL detector dan zero- menumpangkan sinyal informasi pada sinyal
crossing detector. Untuk modulasi dan demodulasi pulsa,
penulis juga menggunakan metode PCM, PAM, PWM, pembawa (carrier) sehingga frekuensi gelombang
dan DM.. pembawa (carrier) berubah sesuai dengan
Keyword— Modulasi, Demodulasi, Frekuensi, perubahan simpangan (tegangan) gelombang sinyal
Pulsa informasi. Pada FM, sinyal informasi mengubah-
ubah frekuensi gelombang pembawa, sedangkan
1. PENDAHULUAN amplitudonya tetap konstan selama proses modulasi.
Pada zaman yang sudah sangat maju ini, Proses FM digambarkan sebagai berikut [1]:
manusia tidak lagi kesulitan dalam berkomunikasi
bahkan untuk jarak yang sangat jauh. Dibalik
kecanggihan berbagai macam gawai yang manusia
gunakan untuk berkomunikasi, ternyata hal itu tidak
terlepas dari yang namanya modulasi dan
demodulasi. Pada dasarnya, suatu sinyal informasi
memiliki frekuensi yang rendah sehingga memiliki Gambar 2.1 Proses FM [2]

jangkauan yang terbatas. Oleh karena itu, perlu


dilakukan modulasi suatu sinyal informasi dan Pembangkitan sinyal FM dapat dilakukan

demodulasi. Praktikum modul ini memiliki tujuan dengan beberapa cara, salah satunya dengan VCO.

sebagai berikut: VCO (Voltage Controlled Oscillator) adalah sebuah

1. Menentukan hasil dari demodulasi osilator yang didesain untuk mengatur frekuensi

frekuensi dengan PLL demodulator dan osilasi dengan menggunakan tegangan masukan.

zero-crossing demodulator. Frekuensi osilasi dari VCO akan berubah secara

2. Menentukan metode demodulasi frekuensi linear mengikuti tegangan sinyal masukan yang

yang paling lebih baik diantara kedua merupakan sinyal informasi [3].

metode yang dilakukan. Demodulasi sinyal FM juga dapat dilakukan

3. Menentukan hasil dari modulasi dan dengan beberapa cara, antara lain menggunakan

demodulasi pulsa dengan menggunakan PLL dan Zero-crossing. PLL (Phase-locked loop)

PCM, PAM, PWM, dan DM. adalah demodulator FM yang memungkinkan suatu

4. Menentukan metode modulasi dan sinyal tertentu mengendalikan frekuensi loop umpan

demodulasi pulsa yang paling baik diantara balik dari oscillator colpitt, phase detector, low pass

keempat metode yang dilakukan. filter, dan VCO, dalam sebuah lingkar loop yang

3
terkunci [1]. PLL digunakan untuk mengetahui fasa besar meskipun tidak mengandung informasi yang
dan frekuensi sesaat dari suatu sinyal [3]. banyak [4]. PWM dapat diilustrasikan seperti
Zero-crossing adalah demodulator FM yang gambar berikut:
digunakan untuk mengetahui nilai frekuensi sesaat
dengan melihat banyaknya jumlah kejadian nilai
tegangan yang menyebrangi nilai nol. Komponen
zero-crossing detector antara lain zero-crossing
detector, generator pulsa, dan low pass filter. Sinyal
informasi hasil demodulasi sinyal PLL maupun
zero-crossing akan didapatkan pada keluaran low
pass filter [3].

2.2 Modulasi dan Demodulasi Pulsa


Modulasi Pulsa (Pulse Modulation) adalah
proses dimana sinyal akan ditransmisikan oleh pulsa
Gambar 2.3 Ilustrasi PWM: a) Sinyal modulasi, b) Pulsa
(sebuah sinyal putus-putus) dengan teknik khusus.
pembawa, c) Sinyal PWM [4]
Modulasi pulsa dapat dikategorikan sebagai
modulasi pulsa analog (seperti PAM, PWM, dan PCM (Pulse Code Modulation) adalah
PPM) serta modulasi pulsa digital (seperti PCM dan bentuk modulasi pulsa digital yang paling dasar.
DM) [3]. Dalam PCM, sinyal informasi direpresentasikan
PAM (Pulse Amplitude Modulation) adalah dengan deretan kode pulsa yang bernilai diskrit
bentuk modulasi pulsa analog yang paling dasar. dalam bentuk waktu dan amplitudo. Proses utama
Dalam PAM, amplituda dari deretan pulsa periodik dalam PCM antara lain sampling, quantizing, dan
bervariasi mengikuti nilai sampel dari sinyal encoding. Pada PAM dibutuhkan suatu converter
informasi. Bentuk dari sinyal pulsa dapat berupa analog-to-digital untuk melakukan kuantisasi dan
pulsa kotak ataupun bentuk pulsa lainnya [4]. PAM pengkodean [4]. PCM dapat diilustrasikan seperti
dapat diilustrasikan seperti gambar berikut: gambar berikut:

Gambar 2.2 Ilustrasi PAM [4]

Gambar 2.4 Ilustrasi PCM [5]


PWM (Pulse Width Modulation) atau bisa
DM (Delta Modulation) adalah bentuk
disebut juga PDM (Pulse Duration Modulation)
modulasi digital yang pada dasarnya mengubah
adalah bentuk modulasi pulsa analog dimana nilai
sinyal informasi analog menjadi deretan pulsa
sampel dari sinyal informasi akan mempengaruhi
bernilai diskrit dalam bentuk amplitudo dan waktu
lebar dari tiap pulsa sinyal carrier. Dalam PWM,
seperti PCM. Namun, pada DM proses kuantisasi
pulsa-pulsa yang panjang mengeluarkan daya yang
dilakukan menggunakan hard limiter sehingga

4
implementasinya lebih sederhana. Proses utama Menghubungkan GEN1-IN4 dan OUT7-IN5 lalu
dalam DM antara lain comparator, quantizer, dan mengatur frekuensi sinyal GEN1 50Hz.

accumulator [4]. DM dapat diilustrasikan seperti


Mengubah gain VCO dengan mengatur C4 untuk
gambar berikut: mengecek osilasi frekuensi yang terjadi.

Mengamati sinyal pada TP16, TP17, dan OUT8.

Mengubah nilai gain VCO menjadi nol lalu


mengamati sinyal TP16, TP17, dan OUT8.

C. Percobaan 3: Demodulasi FM: Zero-


crossing Demodulator

Menghubungkan GEN1-IN4 dan OUT7-IN5 lalu


Gambar 2.5 Ilustrasi DM [6] mengatur frekuensi sinyal GEN1 50 Hz.

Mengubah gain VCO dengan mengatur C4 untuk


3. METODOLOGI PERCOBAAN
mengecek osilasi frekuensi yang terjadi.
3.1 Alat Percobaan
1. Osilator
Mengamati sinyal pada TP18 dan OUT9
2. Kabel probe
3. Kabel banana-to-banana
4. EMDA/A D. Percobaan 4: Modulasi dan Demodulasi
PCM
5. EMDA/P
6. Kabel power Menghubungkan GEN1-IN1 lalu mengatur
frekuensi sinyal GEN1 10 Hz.

3.2 Langkah Kerja Mengamati sinyal pada TP1, TP2, TP3, dan
OUT1 lalu mencatat frekuensinya.
Langkah-langkah percobaan pada Modul 02:
Modulasi dan Demodulasi Frekuensi dan Pulsa
Memvariasikan sample rate dengan memutar
adalah sebagai berikut. kenop C1 dan melihat apa pengaruhnya.
A. Percobaan 1: Modulasi FM

Menghubungkan GEN1 dengan IN4 lalu mengatur E. Percobaan 5: Modulasi dan Demodulasi
frekuensi GEN1 sebesar 50 Hz.
PAM

Mengubah sinyal gain VCO dengan mengatur C4 Menghubungkan GEN1-IN1 lalu mengatur
untuk mengecek osilasi frekuensi yang terjadi. frekuensi sinyal GEN1 10 Hz.

Mengamati sinyal pada TP4 dan OUT2 lalu


Mengamati sinyal output modulator pada OUT7. mencatat frekuensinya.

Memvariasikan sample rate dengan memutar


B. Percobaan 2: Demodulasi FM: PLL kenop C1 dan melihat apa pengaruhnya.
Demodulator

5
F. Percobaan 6: Modulasi dan Demodulasi GEN1 sebesar 50 Hz. Pada osiloskop akan terlihat
PWM bentuk sinyal pada IN4 atau GEN1 sebagai berikut:

Menghubungkan GEN1-IN1 lalu mengatur


frekuensi sinyal GEN1 10 Hz.

Mengamati sinyal pada TP5, TP6, dan OUT3 lalu


mencatat frekuensinya.

Memvariasikan sample rate dengan memutar


kenop C1 dan melihat apa pengaruhnya.
Gambar 4.2 Sinyal masukan GEN1 modulasi FM

G. Percobaan 7: Modulasi dan Demodulasi


Dari Gambar 4.2 di atas, terlihat sinyal
DM
masukan yang diberikan oleh generator sinyal
Menghubungkan GEN1-IN1 lalu mengatur GEN1 dan dipakai sebagai masukan di IN4
frekuensi sinyal GEN1 10 Hz.
merupakan sinyal sinusoidal dengan frekuensi 50 Hz
dan amplitudo 5 Volt. Sinyal tersebut akan
Mengamati sinyal pada TP11, TP12, dan OUT6 dimasukkan ke dalam VCO. Penulis melihat sinyal
lalu mencatat frekuensinya.
luaran VCO pada OUT7 dan didapat hasil berikut:

Memvariasikan sample rate dengan memutar


kenop C1 dan C2 lalu melihat apa pengaruhnya.

4. HASIL DAN ANALISIS PERCOBAAN


4.1 Percobaan 1: Modulasi FM
Pada percobaan pertama, penulis
menggunakan osiloskop dan EMDA/A untuk Gambar 4.3 Sinyal hasil modulasi FM pada OUT7

melakukan modulasi FM. Namun sebelum itu


Dari Gambar 4.3 di atas, terlihat sinyal yang
penulis melakukan kalibrasi pada kabel probe.
berwarna biru merupakan sinyal hasil modulasi FM.
Penulis menggunakan rangkaian seperti Gambar 4.1
Dari gambar tersebut juga terlihat ada bagian sinyal
berikut:
yang renggang dan rapat. Saat sinyal masukan
berbentuk lembah (negatif), maka sinyal hasil
modulasi akan renggang. Sebaliknya, jika sinyal
masukan berbentuk puncak (positif), maka sinyal
Gambar 4.1 Rangkaian modulasi FM hasil modulasi akan rapat. Sinyal hasil modulasi FM
pada Gambar 4.3 memiliki frekuensi 588.2 Hz dan
Penulis menghubungkan GEN1 dengan amplitudo kurang lebih 1 Volt. Seharusnya pada
IN4 menggunakan kabel banana-to-banana. Penulis modulasi FM, amplitudo sinyal konstan (tetap 5
kemudian mengatur frekuensi generator sinyal audio Volt). Namun, karena bentuk sinyal hasil modulasi

6
sudah sesuai dengan teori pada Gambar 2.1, maka dimasukan ke lowpass filter supaya hanya yang
proses modulasi ini bisa dikatakan berhasil. berfrekuensi rendah yang dapat dikeluarkan. Hasil
dari lowpass filter ini akan menjadi hasil dari
4.2 Percobaan 2: Demodulasi FM: PLL demodulasi dan juga akan dimasukan kembali ke
Demodulator VCO. Output dari VCO dapat dilihat pada Gambar
Pada percobaan kedua, penulis melakukan 4.6 berikut:
demodulasi FM dengan menggunakan Phase
Locked Loop. Penulis masih menggunakan board
EMDA/A dan osiloskop yang sama seperti
percobaan pertama namun dengan rangkaian seperti
berikut:

Gambar 4.6 Sinyal pada TP17

Dari Gambar 4.6, terlihat bahwa sinyal yang


Gambar 4.4 Rangkaian PLL Demodulator berwarna biru merupakan sinyal hasil keluaran
VCO. Sinyal ini mirip dengan sinyal hasil modulasi
Penulis menggunakan sinyal hasil modulasi FM pada Gambar 4.3 karena memang mengalami
FM pada percobaan pertama sebagai input untuk proses yang sama. Sinyal TP17 ini akan melakukan
demodulasi ini. Maka dari itu, penulis looping dengan cara dijadikan referensi pada phase
menghubungkan OUT7 dengan IN5. Sinyal hasil comparator. Phase Comparator akan
modulasi FM tersebut akan dimasukan ke Phase membandingkan sinyal TP17 dengan sinyal hasil
Comparator untuk membandingkan fasa sinyal modulasi FM pada IN5. Hasil perbandingan tersebut
tersebut dengan referensi. Output dari Phase akan dimasukan ke lowpass filter. Hasil lowpass
Comparator dapat dilihat pada TP16 sesuai gambar filter tersebut merupakan sinyal hasil demodulasi
berikut: FM dengan PLL yang dapat dilihat pada OUT8
sesuai Gambar 4.7 berikut:

Gambar 4.5 Sinyal pada TP16


Gambar 4.7 Sinyal OUT8 hasil demodulasi FM: PLL
Dari Gambar 4.5, terlihat bahwa sinyal yang
berwarna biru merupakan hasil dari phase Dari Gambar 4.7, terlihat bahwa sinyal hasil
comparator. Sinyal ini berbentuk diskrit dan sangat demodulasi FM dengan PLL (yang berwarna biru)
rapat. Selanjutnya, sinyal pada TP16 akan sudah berbentuk sinyal sinusoidal seperti sinyal

7
informasi awal pada IN4 (Gambar 4.2). Terdapat Penulis menggunakan sinyal hasil modulasi
sedikit perbedaan fasa antara sinyal informasi awal FM pada percobaan pertama (Gambar 4.3) sebagai
dengan sinyal hasil demodulasi. Sinyal hasil input untuk demodulasi ini. Maka dari itu, penulis
demodulasi ini akan terus melakukan looping menghubungkan OUT7 dengan IN5. Sinyal hasil
dengan dimasukan kembali ke VCO supaya Phase modulasi FM tersebut akan dimasukan ke Zero-
Locked Loop Demodulator ini bisa terus menerus Crossing Detector kemudian Pulse Generator.
menyeseuaikan fasa sinyal luaran. Namun, karena Zero-crossing detector ini akan membuat
sinyal OUT8 mempunyai frekuensi 50,51 Hz semua sinyal bisa melewati amplitudo nol. Jika
(mendekati frekuensi sinyal informasi awal yaitu 50 amplitudo sinyal diatas nol, maka sinyal akan
Hz) maka demodulasi ini dapat dikatakan berhasil. berbentuk pulsa. Sedangkan sinyal yang
Penulis lalu mengubah gain VCO dengan amplitudonya kurang dari nol (negatif) terbentuk
memutar tombol C4 dan mengecek apa yang terjadi. karena adanya sinyal informasi yang hilang karena
Apabila tuas diputar ke kiri, maka nilai gain akan frekuensi yang berbeda-beda. Output dari Zero-
berkurang. Sedangkan apabila diputar ke kanan crossing detector akan dimasukan ke Pulse
maka nilai gain akan bertambah. Lalu, penulis generator untuk menjadikan sinyal menjadi bentuk
mendapatkan bahwa apabila nilai gain berkurang impuls. Hasil luaran pulse generator dapat dilihat
(mendekati nol) maka bentuk sinyal pada TP17 akan pada TP18 sesuai gambar berikut:
semakin rapat sama halnya pada OUT7 (hasil
modulasi FM percobaan pertama). Pada saat gain
mendekati nol, luaran hasil demodulasi akan bernilai
nol (sinyal hasil demodulasi berbentuk garis lurus).
Sedangkan, saat nilai gain dinaikan, maka bentuk
sinyal pada TP17 akan semakin renggang sama
halnya pada OUT7 (hasil modulasi FM percobaan
pertama).
Gambar 4.9 Sinyal pada TP18

4.3 Percobaan 3: Demodulasi FM: Zero-crossing


Dari Gambar 4.9 di atas, terlihat bahwa
Demodulator
sinyal berbentuk deretan impuls yang terdapat
Pada percobaan ketiga, penulis melakukan
bagian rapat dan renggang. Pada saat sinyal
demodulasi FM dengan menggunakan metode Zero-
informasi berbentuk lembah, sinyal pada TP18 akan
crossing. Penulis masih menggunakan board
renggang. Sementara saat sinyal informasi
EMDA/A dan osiloskop yang sama seperti
berbentuk puncak, maka sinyal pada TP18 akan
percobaan pertama namun dengan rangkaian seperti
rapat. Selanjutnya sinyal pada TP18 ini akan
berikut:
dimasukan ke lowpass filter supaya hanya yang
berfrekuensi rendah yang dapat dikeluarkan. Hasil
dari lowpass filter ini akan menjadi hasil demodulasi
FM dengan Zero Crossing Detector. Sinyal ini dapat
dilihat pada OUT9 sesuai gambar berikut:

Gambar 4.8 Rangkaian Zero-Crossing Demodulator

8
kemudian mengatur frekuensi generator sinyal audio
GEN1 sebesar 10 Hz. Sinyal IN1 (yang
dihubungkan ke GEN1) ini akan menjadi input pada
Sampler. Sampler bertujuan untuk melakukan
sampling dan kuantisasi. Samping adalah mencuplik
sinyal kontinyu menjadi beberapa sampel berupa
sinyal diskrit. Sedangkan kuantisasi adalah
pembulatan nilai dari sampel ke nilai terdekat untuk
Gambar 4.10 Sinyal OUT9 hasil demodulasi FM: Zero-
menghasilkan sinyal berbentuk tangga. Sinyal IN1
Crossing Detector
dan hasil luaran Sampler (TP1) dapat dilihat pada
gambar berikut:
Dari Gambar 4.10 di atas, terlihat bahwa
sinyal hasil demodulasi FM dengan Zero-Crossing
Demodulator (yang berwarna biru) sudah berbentuk
sinyal sinusoidal seperti sinyal informasi awal pada
IN4 (Gambar 4.2). Bentuk sinyal berbentuk
sinusoidal karena LPF bekerja dengan melewatkan
sinyal yang berfrekuensi rendah dan menahan sinyal
yang berfrekuensi tinggi.
Gambar 4.12 Sinyal IN1 dan TP1
Terdapat sedikit distorsi pada puncak sinyal
dan terdapat perbedaan fasa antara sinyal informasi
Dari Gambar 4.12 di atas, sinyal yang
awal dengan sinyal hasil demodulasi. Namun,
berwarna kuning (IN1) berhimpit dengan sinyal
karena sinyal OUT9 ini memiliki frekuensi 49.02 Hz
hasil sampler (TP1) yang berwarna biru. Apabila
(mendekati frekuensi sinyal informasi awal yaitu 50
diperbesar, sinyal TP1 akan berbentuk seperti
Hz) maka demodulasi ini dapat dikatakan berhasil.
tangga. Selanjutnya, sinyal ini akan dimasukkan ke
Analog to Digital Converter untuk merubah bentuk
4.4 Percobaan 4: Modulasi dan Demodulasi
sinyal yang masih analog menjadi digital. Sinyal
PCM
yang amplitudonya positif akan bernilai satu
Pada percobaan keempat, penulis
sedangkan yang amplitudonya negatif akan bernilai
menggunakan osiloskop dan EMDA/P untuk
nol.
melakukan modulasi pulsa. Penulis menggunakan
Setelah itu, sinyal akan dimasukan ke
rangkaian PCM yang dapat dilihat pada gambar
Parallel to Serial. Pada dasarnya, hasil dari ADC
berikut:
akan berbentuk paralel sehingga perlu dijadikan
serial menjadi sinyal satu bit. Hasil luaran Parallel
to Serial (TP2) dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.11 Rangkaian PCM

Penulis menghubungkan GEN1 dengan IN1


menggunakan kabel banana-to-banana. Penulis Gambar 4.13 Sinyal TP2

9
Dari Gambar 4.13 di atas, terlihat bahwa pulsa dengan metode PCM dapat dikatakan berhasil
sinyal TP2 merupakan sinyal digital yang memiliki dilakukan.
nilai nol dan satu. Sinyal ini memiliki frekuensi Lalu, penulis ingin memvariasikan sample
sebesar 5 kHz. Terdapat jarak antar nilai yang rate dengan cara memutar kenop C1. Apabila kenop
berbeda-beda karena perbedaan frekuensi sinyal C1 diputar ke kiri maka frekuensi sampling akan
informasi. Selanjutnya, penulis melihat sinyal TP3 berkurang. Sedangkan apabila diputar ke kanan
pada osiloskop dan didapat hasil berikut: maka frekuensi samping akan bertambah. Penulis
mendapatkan bahwa, semakin besar sample rate
maka bentuk sinyal hasil sampler (TP1) dan bentuk
sinyal luaran (OUT1) semakin menyerupai bentuk
sinyal informasi awal. Sedangkan, apabila sample
rate semakin sedikit maka akan berlaku sebaliknya.
Gambar 4.14 Sinyal TP3
Idealnya, frekuensi sampling harus seminimal
mungkin dua kali lipat frekuensi maksimum sinyal
Dari Gambar 4.14 di atas, terlihat bahwa
supaya tidak terjadi aliasing. Hal ini disebut dengan
pada sinyal TP13 memiliki frekuensi 1,429 kHz dan
teorema Nyquist.
terdapat clock pada sinyal. Clock berfungsi untuk
menyelaraskan data agar data sinkron dan urutannya
4.5 Percobaan 5: Modulasi dan Demodulasi
tidak tertukar. Selanjutnya, sinyal akan mengalami
PAM
demodulasi dengan melewati konversi Serial to
Pada percobaan kelima, penulis
Parallel lalu Digital to Analog Converter. Terakhir,
menggunakan osiloskop dan EMDA/P untuk
sinyal akan dimasukan ke lowpass filter untuk
melakukan modulasi pulsa. Penulis menggunakan
meloloskan sinyal berfrekuensi rendah dan menahan
rangkaian PAM yang dapat dilihat pada gambar
sinyal berfrekuensi tinggi. Hasil output dari LPF
berikut:
merupakan sinyal hasil Demodulasi FM: PCM yang
dapat dilihat pada OUT1 sesuai gambar berikut:

Gambar 4.16 Rangkaian PAM

Sama seperti percobaan sebelumnya, penulis

Gambar 4.15 Sinyal OUT1 hasil demodulasi PCM menghubungkan GEN1 dengan IN1 menggunakan
kabel banana-to-banana. Penulis kemudian
Dari Gambar 4.15 di atas, terlihat bahwa mengatur frekuensi generator sinyal audio GEN1
sinyal yang berwarna biru merupakan sinyal hasil sebesar 10 Hz. Sinyal IN1 (yang dihubungkan ke
demodulasi pulsa PCM. Bentuk dari sinyal tersebut GEN1) ini akan menjadi input pada Sampler. Sinyal
sudah menyerupai sinyal informasi awal (warna IN1 dan hasil luaran Sampler (TP4) dapat dilihat
kuning). Frekuensi dari sinyal OUT1 juga sama pada gambar berikut:
dengan frekuensi sinyal informasi yakni 10 Hz.
Maka dari itu, proses modulasi dan demodulasi

10
pada dasarnya sangat rentan terhadap derau.
Kemudian, sama seperti percobaan sebelumnya
apabila sample rate dibuat lebih banyak maka sinyal
hasil demodulasi akan semakin menyerupai sinyal
informasi awal.

4.6 Percobaan 6: Modulasi dan Demodulasi


Gambar 4.17 Sinyal TP4
PWM

Dari Gambar 4.17 di atas, terlihat bahwa Pada percobaan keenam, penulis

sinyal TP4 merupakan hasil sampling sekaligus menggunakan osiloskop dan EMDA/P untuk

merupakan sinyal hasil modulasi PAM. Masih melakukan modulasi pulsa. Penulis menggunakan

terdapat derau dari sinyal ini karena frekuensi rangkaian PWM yang dapat dilihat pada gambar

sampling masih kurang banyak. Sinyal ini memiliki berikut:

frekuensi 10.96 Hz.


Selanjutnya, dilakukan demodulasi PAM
dengan cara memasukan sinyal TP4 ke lowpass
filter untuk meloloskan sinyal berfrekuensi rendah
dan menahan sinyal berfrekuensi tinggi. Hasil Gambar 4.19 Rangkaian PWM

output dari LPF merupakan sinyal hasil Demodulasi


FM: PAM yang dapat dilihat pada OUT2 sesuai Sama seperti percobaan sebelumnya, penulis

gambar berikut: menghubungkan GEN1 dengan IN1 menggunakan


kabel banana-to-banana. Penulis kemudian
mengatur frekuensi generator sinyal audio GEN1
sebesar 10 Hz. Pada proses modulasi PWM, hal
yang pertama adalah sinyal IN1 akan masuk ke
komparator bersama dengan sinyal yang dihasilkan
oleh sawtooth generator. Sinyal yang dihasilkan

Gambar 4.18 Sinyal OUT2 hasil demodulasi PAM oleh sawtooth generator dapat dilihat pada TP5
sesuai gambar berikut:
Dari Gambar 4.18 di atas, terlihat bahwa
sinyal yang berwarna biru merupakan sinyal hasil
demodulasi pulsa PAM. Bentuk dari sinyal tersebut
sudah menyerupai sinyal informasi awal (warna
kuning). Frekuensi dari sinyal OUT2 yaitu 9.92 Hz
juga hampir sama dengan frekuensi sinyal informasi
yakni 10 Hz. Maka dari itu, proses modulasi dan Gambar 4.20 Sinyal TP5
demodulasi pulsa dengan metode PAM dapat
dikatakan berhasil dilakukan. Meskipun terdapat Dari Gambar 4.20 di atas, terlihat bahwa
lebih banyak derau dibandingkan percobaan sinyal TP5 berbentuk seperti gergaji seperti nama
sebelumnya, karena modulasi dan demodulasi PAM generatornya yaitu sawtooth dan memiliki frekuensi

11
8.929 kHz. Selanjutnya penulis mengamati sinyal juga hampir sama dengan frekuensi sinyal informasi
pada TP6 yang merupakan hasil comparator antara yakni 10 Hz. Maka dari itu, proses modulasi dan
sinyal TP5 dan IN1 sekaligus menjadi hasil demodulasi pulsa dengan metode PWM dapat
modulasi PWM. Sinyal TP6 dapat dilihat pada dikatakan berhasil dilakukan. Meskipun terdapat
gambar berikut: lebih banyak derau dibandingkan percobaan
sebelumnya, karena modulasi dan demodulasi PWM
pada dasarnya sangat rentan terhadap derau serta
proses yang dilakukan oleh comparator tidak
berlangsung dengan baik.

4.7 Percobaan 7: Modulasi dan Demodulasi DM


Pada percobaan ketujuh sekaligus terakhir,
Gambar 4.21 Sinyal TP6
penulis menggunakan osiloskop dan EMDA/P untuk
melakukan modulasi pulsa. Penulis menggunakan
Dari Gambar 4.21 di atas, terlihat bahwa
rangkaian DM yang dapat dilihat pada gambar
sinyal TP6 juga berbentuk seperti gergaji dengan
berikut:
frekuensi sinyal 1 kHz. Hal ini terjadi karena
comparator membandingkan sinyal sawtooth
carrier dengan sinyal sawtooth referensi pada
sistem. Apabila keduanya memiliki tegangan yang
sama maka sinyal yang terbentuk juga akan
Gambar 4.23 Rangkaian DM
berbentuk sawtooth atau gergaji.
Selanjutnya, dilakukan demodulasi PWM Sama seperti percobaan sebelumnya, penulis
dengan cara memasukan sinyal TP5 ke lowpass menghubungkan GEN1 dengan IN1 menggunakan
filter untuk meloloskan sinyal berfrekuensi rendah kabel banana-to-banana. Penulis kemudian
dan menahan sinyal berfrekuensi tinggi. Hasil mengatur frekuensi generator sinyal audio GEN1
output dari LPF merupakan sinyal hasil Demodulasi sebesar 10 Hz. Sinyal IN1 (yang dihubungkan ke
FM: PWM yang dapat dilihat pada OUT3 sesuai GEN1) ini akan menjadi input pada Sampler. Sinyal
gambar berikut: hasil luaran Sampler pertama-tama akan masuk ke
Gain dan Integrator. Gain berfungsi untuk
menaikan amplitudo dari sinyal dan menstabilkan
sinyal. Sementara integrator berfungsi untuk
merubah sinyal pulsa menjadi sinyal ramp. Sinyal
hasil gain dan integrator dapat dilihat pada TP11

Gambar 4.22 Sinyal OUT3 hasil demodulasi PWM sesuai gambar berikut:

Dari Gambar 4.22 di atas, terlihat bahwa


sinyal yang berwarna biru merupakan sinyal hasil
demodulasi pulsa PWM. Bentuk dari sinyal tersebut
sudah mengikuti sinyal informasi awal (warna
kuning). Frekuensi dari sinyal OUT3 yaitu 9.96 Hz Gambar 4.24 Sinyal TP11

12
Dari Gambar 4.24 di atas, terlihat bahwa Sama seperti sebelumnya, kenop C1
sinyal TP11 yang berwarna biru masih banyak digunakan untuk mengatur banyaknya sample rate.
derau. Sinyal TP11 memiliki frekuensi 9,96 Hz. Apabila sample rate dibuat lebih banyak maka
Selanjutnya sinyal ini akan secara looping masuk ke sinyal hasil demodulasi akan semakin menyerupai
Comparator. Comparator akan membandingkan sinyal informasi awal. Pada percobaan ini terdapat
secara terus menerus sinyal TP11 dengan sinyal kenop C2 yang berfungsi untuk mengatur besar
keluaran hasil Sampler. Keluaran dari Comparator Gain. Penulis mendapatkan bahwa, semakin kecil
dapat dilihat pada TP12 sesuai gambar berikut: gain maka sinyal akan semakin mulus.

5. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat pada modul kali ini
adalah:
1. Hasil dari demodulasi frekuensi dengan metode
Gambar 4.25 Sinyal TP12
PLL demodulator yang dilakukan pada
percobaan 2 dapat dilihat pada Gambar 4.7,
Dari Gambar 4.25 di atas, terlihat bahwa
sedangkan hasil dari demodulasi frekuensi
sinyal tersebut berbentuk digital dengan frekuensi 1
metode Zero-crossing demodulator yang
kHz. Sinyal ini merupakan hasil dari modulasi DM.
dilakukan pada percobaan 3 dapat dilihat pada
Selanjutnya akan dilakukan demodulasi DM dengan
Gambar 4.10.
memasukan sinyal TP12 ke Gain, Integrator, serta
2. Berdasarkan percobaan 2 dan 3, disimpulkan
Lowpass Filter. Hasil dari LPF merupakan hasil
bahwa metode demodulasi frekuensi yang lebih
demodulasi DM yang dapat dilihat pada OUT6
baik adalah dengan PLL demodulator karena
sesuai gambar berikut:
hanya terdapat perbedaan fasa. Sementara pada
Zero-crossing demodulator terdapat perbedaan
fasa serta derau.
3. Untuk metode PCM, hasil modulasi dapat
dilihat pada Gambar 4.13 dan hasil demodulasi
pada Gambar 4.15. Untuk metode PAM, hasil
Gambar 4.26 Sinyal OUT6 hasil demodulasi DM modulasi dapat dilihat pada Gambar 4.17 dan
hasil demodulasi pada Gambar 4.18. Untuk
Dari Gambar 4.26 di atas, terlihat bahwa metode PWM, hasil modulasi dapat dilihat pada
sinyal hasil demodulasi yang berwarna biru Gambar 4.21 dan hasil demodulasi pada
berbentuk sinusoidal dan terlihat lebih mulus dan Gambar 4.22. Untuk DM, hasil modulasi dapat
menyerupai sinyal informasi dibandingkan tiga dilihat pada Gambar 4.25 dan hasil demodulasi
metode demodulasi pulsa lainnya. Sinyal hasil pada Gambar 4.26.
demodulasi dan sinyal informasi juga memiliki 4. Berdasarkan percobaan 4, 5, 6, dan 7,
frekuensi yang sama yakni tepat 10 Hz. Hal ini bisa disimpulkan bahwa metode modulasi dan
terjadi karena Gain pada DM berfungsi untuk demodulasi pulsa yang paling baik adalah
membuat sinyal lebih mulus. metode DM karena hasil akhir demodulasinya

13
paling mulus menyerupai sinyal informasi serta kelahiran tepatnya di Insitut Teknologi Bandung dan
frekuensinya yang sama-sama 10 Hz. mengambil jurusan Teknik Telekomunikasi. Di
kampus, penulis mengikuti berbagai macam
6. DAFTAR PUSTAKA kepanitiaan seperti OSKM, Aku Masuk ITB dan
Wisuda Oktober. Penulis bercita-cita untuk menjadi
seorang pengusaha dibidang telekomunikasi.
[1] D. S. Efendi, Febrizal dan R. Amri, “Rancang
Bangun Modulator FM,” Jom FTEKNIK, vol.
1, pp. 1-2, 2014.

[2] https://elektronika-dasar.web.id/modulasi-
frekuensi-frequency-modulation-fm/. [Diakses
19 Oktober 2019 pukul 05.01 WIB].

[3] B. P. Lathi, Modern Digital and Analog


Communications Systems, 3rd ed., New York:
Oxford University Press, 1998.

[4] S. Haykin, Communication Systems, 4th ed.,


New Jersey: John Wiley & Sons, Inc., 2001.

[5] tutorialspoint.com/digital_communication_
pulse_code_modulation.htm [Diakses 10
Oktober 2019 Pukul 07.13 WIB].

[6] https://www.researchgate.net/figure/Figure-
Example-of-Delta-Modulation_fig3-30603505
[Diakses 19 Oktober 2019 Pukul 07.44 WIB]

7. BIOGRAFI SINGKAT
Penulis bernama Hadiyan Rafi
Armandsyah yang biasa dipanggil
Rafi. Lahir sebagai anak pertama
dari pasangan Ditry Armandsyah
dan Ratna Dewi di Bandung
tanggal 09 September 1999.
Penulis memiliki hobi travelling dan bermain game.
Meskipun lahir di Bandung, penulis besar di Bekasi.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
Islam Al-Fajar Bekasi pada tahun 2011, kemudian
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
melanjutkan pendidikan di SMPN 12 Bekasi dan
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
lulus tahun 2014. Pada tahun 2017, penulis
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN
AAAAAAAAAAA
5 Bekasi dan memutuskan untuk berkuliah di daerah

14

Anda mungkin juga menyukai