Anda di halaman 1dari 23

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

DEPUTI BIDANG PENGAWASAN


PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH
Jalan Pramuka Nomor 33 Jakarta Timur, 13120
Telepon 021-85910031 (hunting), Faksimile 021-85910302
Lampiran
Nota Dinas : ND-29/D3/01/2020
Tanggal : 4 Juni 2020

LAPORAN MINGGUAN
PEMANTAUAN ISU TERKINI TERKAIT PERCEPATAN PENANGANAN COVID-19
PER 4 JUNI 2020

Menindaklanjuti Nota Dinas Kepala BPKP Nomor ND-524/K/2020 tanggal 16


April 2020, dengan ini kami sampaikan laporan mingguan per tanggal 4 Juni 2020
dengan uraian sebagai berikut:
A. Pengawasan terhadap Gugus Tugas Daerah
Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan oleh BPKP atas implementasi
penetapan status darurat bencana non alam (COVID-19) dan pelaksanaan Gugus
Tugas, masih terdapat permasalahan sebagai berikut:

Jumlah Pemda
No. Uraian s.d. Minggu s.d.
Minggu Lalu Ini Minggu Ini
1. Disharmonisasi/sinkronisasi/duplikasi 32 (28) 4
kebijakan antar K/L/P dan Gugus
Tugas
2. Ketidaksesuaian struktur dengan 68 (60) 8
ketentuan pembentukan Gugus
Tugas (SE Mendagri Nomor
440/2622/SJ)
3. Koordinasi antar anggota Gugus 48 (35) 13
Tugas dan koordinasi antara Gugus
Tugas dengan K/L/P terkait belum
efektif
4. Kepala Gugus Tugas belum 59 (50) 9
menetapkan rencana operasional
Gugus Tugas yang jelas dan
terperinci
5. Kebijakan perpajakan dalam 2 (2) 0
pengadaan barang untuk
penanganan COVID-19 belum
sepenuhnya dipahami

B. Pendanaan Penanganan COVID-19 dan Penyesuaian APBD


1
Pendanaan penanganan COVID-19 di lingkungan Pemda bersumber dari hasil
Refocussing Kegiatan dan Realokasi Anggaran pada 542 Pemerintah Daerah
berdasarkan SKB Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor
119/2813/SJ dan Nomor 177/KMK.07/2020.
1. Kondisi Terkini
Pemerintah Daerah yang telah atau belum menyelesaikan Refocussing
Kegiatan dan Realokasi Anggaran dapat diuraikan pada tabel di bawah ini.

No. Uraian Jumlah Pemda


s.d. Minggu s.d.
Minggu Lalu Ini Minggu
Ini
1. Pemda yang telah menyampaikan 444 21 465
Laporan Penyesuaian APBD Tahun
2020 dan proses validasi Kemenkeu
2. Pemda telah mengajukan namun 33 30 63
belum tervalidasi penyesuaian
Tahun 2020
3. Pemda yang masih dalam proses 65 (51) 14
pembahasan penyesuaian APBD
2020
542 542

Nilai Refocussing Kegiatan dan Realokasi Anggaran per tanggal 3 Juni 2020
berjumlah Rp 67,06 triliun dengan rincian sebagai berikut:
N Uraian Jumlah (Rp) %
o
1 Kesehatan 28,57 triliun 42,6%
2 Jaring Pengaman Sosial 21,41 triliun 31,9%
3 Pemulihan Dampak ekonomi 17,08 triliun 25,5%
  Jumlah 67,06 triliun 100%
Sumber Data: DJPK Kementerian Keuangan
2. Harapan Stakeholder
Kebutuhan dana pemda untuk penanganan COVID-19 diharapkan dapat
terpenuhi melalui refocussing kegiatan dan realokasi anggaran
3. Kebijakan yang telah dilakukan pemerintah
a. Perppu Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi COVID-19;
b. Inpres 4 tahun 2020 tentang Refocusing Kegiatan dan Realokasi
Anggaran serta penanganan barang dan jasa dalam rangka percepatan
penanganan COVID-19 pada Poin 5 Kepala BPKP untuk melakukan
pendampingan dan pengawasan keuangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan terhadap akuntabilitas keuangan Negara
untuk percepatan penanganan COVID-19;

2
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2020 tentang
Percepatan Penanganan COVID-19 di Lingkungan Pemda;
d. Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan
Nomor 119/2813/SJ dan Nomor 177/KMK.7/2020 tentang Percepatan
Penyesuaian APBD Tahun 2020 Dalam Rangka Penanganan COVID-19
serta Pengamanan Daya Beli Masyarakat dan Perekonomian Nasional;
e. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Pencegahan Penyebaran dan Percepatan Penanganan COVID-19 di
Lingkungan Pemda;
f. SE Kepala BPKP Nomor 5 Tahun 2020 tentang Tata Cara Reviu atas
Refocussing Kegiatan dan Realokasi Anggaran K/L/P Dalam Rangka
Percepatan Penanganan COVID-19;
g. SE Kepala BPKP Nomor 6 Tahun 2020 tentang Tata Cara Reviu oleh
APIP atas Pengadaan Barang/Jasa Dalam Rangka Percepatan
Penanganan COVID-19;
h. Instruksi Kepala BPKP Nomor Ins-335/K/D2/2020 tentang pelaksanaan
tugas BPKP dalam percepatan penanganan COVID-19;
i. SE LKPP Nomor 3 tahun 2020 tentang Penjelasan atas Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Dalam Rangka Penanganan COVID-19
4. Risiko Utama
a. Pemerintah daerah lambat merespon untuk melakukan Refocussing
Kegiatan dan Realokasi Anggaran APBD sesuai dengan Keputusan
bersama Mendagri dan Menkeu Nomor 119/2813/SJ dan
177/KMK.07/2020 tentang Percepatan Penyesuaian APBD TA 2020
dalam rangka penanganan COVID 19.
b. Penganggaran dari hasil Refocussing Kegiatan dan Realokasi Anggaran
tidak sesuai dengan kebutuhan prioritas penanganan COVID-19.
5. Hasil Pengawasan BPKP
Berdasarkan hasil pendampingan dan pemantauan pelaksanaan refocussing
anggaran dan realokasi kegiatan, penyebab Pemda belum mengajukan
penyesuaian APBD TA 2020 dan masih dalam proses pembahasan adalah
sebagai berikut:
Jumlah Pemda
Hasil Pengawasan s.d. Minggu Minggu s.d.
Lalu Ini Minggu Ini
Pemda belum sepenuhnya memahami 34 (20) 14
dan menerapkan ketentuan pada SKB
Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Keuangan Nomor 119/2813/SJ dan
Nomor 177/KMK.7/2020

6. Atensi/ Rekomendasi yang telah diberikan


Perwakilan BPKP telah menyampaikan atensi kepada pemerintah daerah,
diantaranya meningkatkan pemahaman pemda terhadap Keputusan bersama
3
Mendagri dan Menkeu Nomor 119/2813/SJ dan 177/KMK.07/2020 tentang
Percepatan Penyesuaian APBD TA 2020 dalam rangka penanganan COVID-
19 dan mendorong Pemda agar segera melakukan refocussing anggaran dan
realokasi kegiatan.
C. Penanganan Bidang Kesehatan
1. Kondisi Terkini
Berdasarkan hasil pemantauan atas pelaksanaan penanganan COVID-19
untuk bidang kesehatan di 34 provinsi, kondisi terkini antara lain:
Jumlah Pemda
Kondisi s.d. Minggu Lalu Minggu Ini s.d. Minggu Ini
Pemda yang terpapar 444 8 452
COVID-19
a. Upaya-upaya terus dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk mencegah
penambahan jumlah pasien yang terinfeksi Covid-19, menurunkan
angka kematian akibat Covid-19, dan meminimalisir penularan Covid-19
oleh penderita tanpa gejala (OTG).
Saat ini, droping alat Kesehatan berupa APD, masker, Rapid Test,
Dacron Swab dan alat pelindung kesehatan lainnya dari Gugus Tugas
Pusat kepada Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19
Provinsi/Kabupaten/Kota sebagian besar telah didistribusikan kepada
rumah sakit rujukan, rumah sakit second line, dan rumah sakit
penyangga.
b. Selain dari dropping Gugus Tugas Nasional, Pemda
Provinsi/Kabupaten/Kota juga melaksanakan pengadaan APD yang
bersumber dari dana APBD. Kemudian untuk memenuhi kebutuhan
sarana dan prasarana dalam penanganan Covid-19, upaya yang
dilaksanakan berupa penyusunan anggaran untuk pembangunan ruang
isolasi pasien Covid-19, rehabilitasi gedung untuk ruang isolasi, dan
rehabilitasi laboratorium. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga
medis, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat telah mengeluarkan
pengumuman pengadaan tenaga kesehatan dalam rangka penanganan
Covid-19 sesuai surat pengumuman panitia seleksi pengadaan tenaga
kesehatan tanggap darurat Nomor 065/848/ORG-2020. Selain itu
beberapa Pemda telah mengeluarkan kebijakan terkait insentif dan
santunan kematian bagi tenaga medis yang menangani langsung pasien
Covid-19.
c. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan
mampu untuk menekan penularan Covid-19. Namun, di sisi lain juga
menyebabkan berbagai aspek kehidupan ikut berdampak salah satunya
adalah aspek ekonomi. Untuk dapat membangkitkan dan memulihkan
aspek kehidupan yang terdampak seperti aspek ekonomi maka perlu
dilakukan “relaksasi penerapan PSBB” dengan menerapkan protokol
kesehatan. Menindaklanjuti rencana relaksasi PSBB, beberapa Pemda
4
telah melakukan evaluasi atas penerapan PSBB antara lain Pemda
Provinsi DKI Jakarta telah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) pada masa transisi dan Pemda Kota Solo yang berencana
menerapkan new normal dengan memperhatikan protokol Kesehatan.
2. Harapan Stakeholder
a. Di setiap daerah Kab/Kota yang terpapar corona tersedia RS rujukan, RS
second line, dan RS penyangga untuk perawatan pasien Covid 19 yang
disertai sarana dan prasarana, alkes, obat-obatan dan tenaga Kesehatan
yang memadai.
b. Untuk menjaga kesinambungan layanan pasien Covid 19, rumah sakit
perlu terinformasi dengan baik mengenai prosedur klaim, periode klaim,
persyaratan dan validitas dokumen pendukung klaim, dan waktu yang
diperlukan untuk penyelesaian pengajuan klaim tersebut sampai dengan
realisasi pencairannya. Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/Menkes/238/2020, pengajuan klaim dapat diajukan oleh rumah
sakit setiap 14 (empat belas) hari kerja, BPJS Kesehatan akan
mengeluarkan Berita Acara Verifikasi Pembayaran Klaim Tagihan
Pelayanan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak klaim diterima oleh
BPJS Kesehatan, selanjutnya Kementerian Kesehatan akan membayar
ke rumah sakit dalam waktu 3 (hari) kerja setelah diterimanya Berita
Acara Hasil Verifikasi Klaim dari BPJS Kesehatan.
c. Pasien yang terpapar Covid 19 dapat memperoleh pelayanan Kesehatan
dengan baik artinya, pasien yang sembuh diharapkan meningkat
sebaliknya pasien yang meninggal trennya berkurang dan daerah
penyebaran tidak meluas, bahkan menurun. Di samping itu, masyarakat
berharap Pemerintah melakukan upaya yang maksimal untuk melakukan
penelitian, percepatan penemuan vaksin serta memproduksi vaksin
tersebut dalam jumlah massal dengan harga yang terjangkau.
d. Dalam upaya pemenuhan APD dan Alat Kesehatan dalam penanganan
Covid-19 selain adanya bantuan/droping dari Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah dapat memenuhi kebutuhan tersebut melalui proses
pengadaan yang bersumber dari dana APBD dan juga bantuan dari pihak
ketiga seperti pihak swasta dan BUMD. Selain itu, diharapkan barang
yang dibutuhkan tersedia, memenuhi spesifikasi standar Kemenkes dan
harganya wajar.
3. Kebijakan yang telah dilakukan Pemerintah
Pemerintah Daerah yang telah menjadi area terpapar Covid-19 telah
menetapkan kebijakan:
a. Penetapan Status Tanggap Darurat
Berdasarkan Surat Edaran Kemendagri Nomor 440/2622/SJ poin 3,
Pemda dapat menetapkan status keadaan darurat siaga bencana Covid-
19 dan/atau keadaan tanggap darurat bencana Covid-19 di tingkat
Provinsi dan/atau kabupaten/kota dengan mempertimbangkan pada
kajian atau penilaian kondisi daerah seperti contoh Provinsi DKI Jakarta
5
melalui Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 337 Tahun 2020 tentang
Status Tanggap Darurat Bencana Wabah Covid-19 dan Provinsi Jawa
Timur melalui Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor
188/108/KPTS/013/2020 tentang Keadaan Darurat Bencana Penyakit
Covid-19 di Jawa Timur. Hal tersebut berkaitan dengan proses
pengadaan barang dan jasa dalam rangka penanganan Covid-19 yang
mengacu kepada SE Nomor 3 Tahun 2020 dan Peraturan LKPP Nomor
13 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Dalam Penanganan
Keadaan Darurat di mana Pengadaan Barang/Jasa dalam penanganan
keadaan darurat adalah kegiatan pengadaan barang/jasa dalam masa
status keadaan darurat yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang.
b. Pembentukan Gugus Tugas
Pemda yang terdampak Covid-19 sudah membuat kebijakan
pembentukan gugus tugas percepatan penanganan Covid-19, antara lain
Provinsi DKI Jakarta melalui SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 360 Tahun
2020 tentang Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 dan Provinsi
Banten melalui Keputusan Gubernur Banten Nomor 443/Kep.130-
Huk/2020 tentang pembentukan Gugus Tugas Percepatan Penanganan
Covid-19 Provinsi Banten.
c. Penetapan RS Rujukan dan RS Penyangga yang menyelenggarakan
Covid-19
Selain penetapan rumah sakit rujukan yang menangani Covid-19 oleh
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 169 Tahun 2020, Pemerintah
Daerah yang terdampak Covid-19 juga menetapkan rumah sakit second
line dan rumah sakit penyangga untuk penanganan Covid-19. Seperti
contoh Provinsi Aceh melalui Keputusan Gubernur Aceh Nomor
440/927/2020, tanggal 24 Maret 2020 tentang Penetapan Rumah Sakit
Rujukan Penanggulangan Penyakit Infeksi Emerging Tertentu/Covid 19
dan Provinsi Jawa Timur melalui Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor
188/125/KPTS/013/2020 tentang Penetapan Rumah Sakit Rujukan
Penyakit Covid-19.
d. Penetapan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
Pemda yang terdampak Covid-19 sudah melakukan kebijakan
pemberlakuan PSSB antara lain Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten
Bandung, Kabupaten Sumedang melalui keputusan Gubernur Jawa barat
Nomor 240 Tahun 2020 Tanggal 18 April 2020 tentang pemberlakukan
PSBB dalam percepatan penanganan Covid-19 serta kota Surabaya,
Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik melalui Keputusan Gubernur
Jawa Timur Nomor 188/202/KPTS/013/2020 tanggal 23 April 2020
tentang Pemberlakuan PSBB dalam Penanganan Covid-19. Sementara
beberapa Pemda telah melakukan evaluasi untuk relaksasi PSBB seperti
contoh Pemda DKI Jakarta dan Pemda Kota Tegal.
e. Penetapan pemberian insentif dan santunan kematian bagi tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien Covid-
19 Daerah yang terdampak Covid-19 sebagian besar telah

6
menganggarkan pemberian insentif dan santunan kematian bagi tenaga
kesehatan yang menangani langsung pasien Covid-19 seperti contoh
Pemerintah Kabupaten Jayapura telah menerbitkan keputusan kepala
daerah terkait pemberian insentif bagi tenaga kesehatan melalui
Keputusan Bupati Jayapura Nomor 188.4/153 Tahun 2020.
f. Pemerintah Daerah telah berkoordinasi, berkonsultansi dan meminta
pendampingan dalam proses distribusi alkes, pengadaan PBJ di daerah
untuk penanganan Covid-19 dengan BPKP, KPK, serta APH di daerah
agar proses pengadaan barang dan jasa serta distribusinya dilakukan
sesuai dengan ketentuan.
4. Risiko Utama
Risiko utama yang dihadapi di bidang kesehatan diantaranya sebagai berikut:
a. Kelangkaan barang di pasaran membuat harga yang terbentuk tidak
wajar/fluktuatif;
b. Barang yang diadakan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan;
c. Fasilitas tenaga Kesehatan/Medis dan pelayanan kesehatan terbatas;
d. PDP tidak terisolasi sesuai ketentuan protokol Kesehatan;
e. Pasien Covid-19 tidak mendapatkan pelayanan medis yang memadai;
f. Distribusi alat kesehatan mengalami hambatan;
g. Dokter dan tenaga kesehatan yang menangani Covid-19 belum mendapat
insentif;
h. Insentif dan santunan diberikan kepada yang tidak berhak/tenaga
kesehatan yang tidak terkait langsung dengan penanganan Covid-19;
i. Kesinambungan pelayanan pasien Covid-19 terganggu karena
keterbatasan sarpras, tenaga medis, anggaran serta ketersediaan alkes
dan obat-obatan;
j. APD yang dibeli tidak mencukupi kebutuhan tenaga medis dan tenaga
Kesehatan yang ada;
k. Standar Pelayanan Kesehatan belum memadai seperti kurangnya
ruangan isolasi dan sarana prasarana Kesehatan;
l. Terdapat risiko penumpukan alat Kesehatan dan APD pada Rumah Sakit
Daerah dikarenakan kurangnya koordinasi antara Tim gugus tugas pusat,
provinsi dan kab/kota.
5. Hasil Pengawasan BPKP
Permasalahan bidang Kesehatan di lingkungan Pemerintah Daerah yang
terjadi sampai dengan tanggal 4 Juni 2020 sebagaimana tabel berikut:
Jumlah Pemda
No Uraian Permasalahan S.d S.d
Mingg
Minggu Minggu
u ini
lalu ini
1 RS belum mengajukan klaim atas perawatan
Covid-19 karena belum memahami ketentuan
Kepmenkes HK.01.07/MENKES/238/2020 45 (40) 5
tentang Petunjuk Teknis Klaim Penggantian
Biaya Perawatan Pasien COVID-19
7
Jumlah Pemda
No Uraian Permasalahan S.d S.d
Mingg
Minggu Minggu
u ini
lalu ini
2 Spesifikasi alat kesehatan yang sanggup
disediakan oleh Calon Penyedia tidak sesuai 9 0 9
dengan Standar Kemenkes
3 Spesifikasi alat kesehatan yang diadakan
oleh penyedia tidak sesuai dengan Surat 5 (1) 4
Pesanan
4 Terdapat Pengadaan Barang untuk
penanganan COVID-19 yang masih 10 (3) 7
dikenakan pajak
5 APD yang dibeli oleh pemerintah daerah
namun belum dapat digunakan karena belum 6 (3) 3
adanya izin edar
6 APD dan alat kesehatan sulit diperoleh dan
220 (124) 96
harganya fluktuatif
7 Pemda belum menerima atau baru menerima
sebagian penyaluran APD, masker, dan
alkes lain dari Gugus Tugas Nasional (jumlah 38 (14) 24
yang diterima oleh Pemda berbeda dengan
data distribusi Gugus Tugas Nasional)
8 Pemerintah Daerah yang telah menerima
penyaluran alat kesehatan dari Pemerintah
Pusat belum mendistribusikan kepada RS
9 0 9
yang menyelenggarakan penanganan
COVID-19 dan pengguna alkes lain yang
telah ditetapkan
9 Penatausahaan penerimaan dan penyaluran
26 (6) 20
alkes belum terstruktur dan terpadu
10 Droping barang dari Pusat berupa Alat
Pelindung Diri dan masker tidak dapat
57 (9) 48
langsung digunakan karena tidak
lengkap/utuh 1 set
11 RS yang menyelenggarakan pelayanan
COVID-19 di daerah mengalami kekurangan 147 (35) 112
sarana prasarana dan tenaga medis
12 Pemda belum menganggarkan insentif dan
72 (30) 42
santunan kepada tenaga medis daerah
13 Terdapat pengadaan yang tidak sesuai
dengan kedaruratan penanganan COVID-19. 3 2 5

6. Atensi/ Rekomendasi yang telah diberikan


a. Mendorong APIP daerah untuk melakukan pemantauan dan
pendampingan secara simultan atas proses pengadaan barang dan jasa
terkait penanganan Covid-19 di daerahnya masing-masing.
b. Mendorong APIP daerah untuk melakukan pemantauan manajemen dan
distribusi alat kesehatan dalam rangka mendorong kelancaran dan
ketepatan penyaluran.

8
c. Menyarankan kepada Kepala Daerah untuk menginstruksikan Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 segera menyusun rencana
distribusi atas stok alat pelindung diri dan alat medis lainnya.
d. Mendorong Pemda berkoordinasi dengan Kemenkes mengenai
pemberian insentif kepada tenaga medis.
e. Mendorong Rumah Sakit yang melayani penanganan Covid-19 untuk
berkoordinasi dengan BPJS Kesehatan di daerahnya masing-masing
terkait dengan verifikasi dokumen pendukung pengajuan klaim biaya
penanganan pasien Covid-19.

D. Penanganan Jaring Pengaman Sosial


1. Penyaluran Bansos menggunakan APBD
a. Kondisi Terkini
Jumlah Pemda
No. Uraian s.d. Minggu Minggu Ini s.d. Minggu Ini
Lalu
1. Alokasi anggaran 25,7 T (4,3 T) 21,4 T*
bantuan sosial yang
bersumber dari APBD
Tahun 2020 untuk
masyarakat yang
terkena dampak
pembatasan sosial
wabah COVID-19
Sumber Data : * DJPK Kementerian Keuangan

Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan posisi per tanggal 29 Mei


2020 alokasi anggaran bantuan sosial yang bersumber dari APBD Tahun
2020 sebesar 21,4 T, penurunan alokasi anggaran JPS disebabkan adanya
penyesuaian alokasi APBD sesuai dengan ketentuan SKB Menteri Dalam
Negeri dan Menteri Keuangan Nomor 119/2813/SJ dan Nomor
177/KMK.07/2020 tanggal 9 April 2020.

b. Harapan Stakeholder
Seluruh warga masyarakat yang terkena dampak pembatasan sosial
wabah COVID-19 menerima bantuan sosial dalam jumlah yang mencukupi
secara tepat waktu.

c. Kebijakan yang telah dilakukan pemerintah

9
1) Peraturaan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2020 tentang
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 di lingkungan
Pemerintah Daerah.
2) Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Pencegahan Penyebaran dan Percepatan Penanganan Corona Virus
Desease 2019 di Lingkungan Pemerintah Daerah yang salah satunya
menginstruksikan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota untuk
melakukan percepatan pengutamaan penggunaan alokasi kegiatan
tertentu (refocusing) dan/atau perubahan alokasi anggaran yang
digunakan untuk meningkatkan kapasitas penyediaan jaringan
pengaman sosial/social safety net.
3) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 440/2622/SJ tentang
Pembentukan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus
Desease 2019 (COVID-19) Daerah yang antara lain menyatakan
bahwa dalam hal pembatasan sosial menyebabkan dampak bagi
kelompok masyarakat dengan penghasilan rendah maka daerah dapat
memberikan bantuan sosial

d. Risiko Utama
1) Pemerintah daerah tidak menyediakan alokasi anggaran untuk bantuan
sosial bagi masyarakat terkena dampak COVID-19;
2) Penyaluran bantuan sosial tidak tepat sasaran:
a) Penyaluran bantuan sosial oleh pemda tumpang tindih dengan
sumber pendanaan lainnya;
b) Masyarakat yang terkena dampak COVID-19 namun tidak
menerima bantuan sosial;
c) Penyalahgunaan dana bantuan sosial untuk kepentingan pribadi.
3) Bantuan sosial dari bentuk barang mengandung zat membahayakan/
kedaluwarsa;
e. Hasil Pengawasan BPKP
Hasil Pemantauan BPKP sampai dengan 3 Juni 2020 terdapat hal-hal
sebagai berikut:
Jumlah Pemda
No. Hasil Pengawasan s.d. Minggu Minggu Ini s.d. Minggu Ini
Lalu
1. Proses pendataan 92 (72) 20
masyarakat calon
penerima bantuan sosial
masih belum selesai
2. Anggaran dan mekanisme 13 (10) 3
penyaluran bantuan sosial
belum ditetapkan
sehingga penyaluran
bantuan sosial belum
dapat direalisasikan

10
Jumlah Pemda
No. Hasil Pengawasan s.d. Minggu Minggu Ini s.d. Minggu Ini
Lalu
3. Terdapat realokasi 1 - 1
kegiatan pada Sekretariat
DPRD untuk pembagian
sembako kepada
konstituen.
4. Tidak terpenuhinya 24 - 24
kewajiban penyediaan
dana penyertaan 5%
untuk PKH
5. Adanya exclusion error 1 - 1
yaitu tidak dimasukannya
keluarga yang memenuhi
kriteria dalam penetapan
KPM
6. Terjadi duplikasi penerima 59 (15) 44
bansos karena
ketidakakuratan data
7. Data penerima Jaring 42 (16) 26
Pengaman Sosial
merupakan KK/KPM
invalid
8. Pertanggungjawaban 0 1 1
penyaluran bantuan sosial
Provinsi melalui lembaga
keagamaan di Kabupaten/
Kota dalam bentuk
sembako tidak didukung
bukti tanda terima oleh
penerima manfaat dan
hanya berupa tanda
terima dari pengurus
lembaga keagamaan.
f. Atensi/Rekomendasi yang telah diberikan

BPKP telah memberikan atensi kepada pemerintah daerah agar:


1) Menuntaskan proses pendataan masyarakat penerima bantuan sosial
dan segera menetapkan calon penerima bantuan sosial dari dana
APBD dengan sasaran masyarakat miskin dan rawan miskin
terdampak COVID-19 dengan memperhatikan data usulan penerima
program bantuan dari DTKS dan Non DTKS.
2) Menuntaskan proses penganggaran dan penyusunan mekanisme
penyaluran bantuan sosial.
3) Melakukan realokasi anggaran untuk pengadaan sembako dari
Sekretariat DPRD kepada BUD sebagai BTT yang ditindaklanjuti
dengan koordinasi oleh DPRD dengan OPD yang secara fungsional
memiliki tugas di bidang sosial.
11
4) Mengupayakan pemenuhan kewajiban penyediaan dana penyertaan
5% untuk PKH.
5) Konsisten dalam menentukan sasaran keluarga penerima manfaat
sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan.
6) Mengganti nama calon penerima sasaran yang terdapat NIK ganda
dengan daftar nama calon penerima yang baru dan melakukan proses
verifikasi ulang dan konfirmasi ke Dukcapil (duplicate, invalid) serta
melakukan mapping atau reklasifikasi penyaluran berbagai jenis
bantuan agar tidak terjadi tumpang tindih pada tahap kedua dan tahap-
tahap berikutnya.
7) Menginstruksikan Dinas Sosial Kabupaten/Kota agar memperbaiki data
BNBA penerima bantuan sosial dari masyarakat yang terkena imbas
pandemi Covid-19, di luar penerima bantuan yang terdaftar dalam
DTKS (BPNT/ PKH).
8) Menginstruksikan pengurus tempat ibadah/Lembaga keagamaan untuk
membuat tanda terima bantuan sosial yang ditanda tangani oleh
penerima manfaat.

2. Program Padat Karya Tunai Desa (PKTD)


a. Kondisi Terkini
Jumlah Dana Desa
No. Kondisi Pemda s.d. Minggu
s.d. Minggu Lalu Minggu Ini
Ini
1. Dana Desa yang sudah 28,47 T 1,12 T 29,59 T
tersalurkan ke Desa (49,99%) (51,96%)
(Berdasarkan data dari
OM-SPAN) dan
prosentasenya
dibandingkan dari
anggaran Dana Desa
Tahap I dan Tahap II

b. Harapan Stakeholder
1) Pemerintah desa diharapkan segera memenuhi persyaratan pencairan
Dana Desa tahap I dan II tahun 2020. Tujuannya agar dapat segera
dipergunakan untuk pelaksanaan Padat Karya Tunai Desa (PKTD).
2) Program Padat Karya Tunai dapat segera dilaksanakan agar masyarakat
desa dapat memperoleh tambahan penghasilan dari kegiatan tersebut.

c. Kebijakan yang telah dilakukan pemerintah

12
1) Kemendes PDTT telah menetapkan kebijakan berupa Permendes 6
Tahun 2020 tanggal 14 April 2020 tentang Perubahan Permendes 11
Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020.
2) Surat Edaran Menteri Desa Nomor 8 Tahun 2020 tentang Desa Tanggap
COVID-19 dan Penegasan Padat Karya Tunai Desa, kebijakan
pemerintah terkait PKTD dalam rangka mendukung penanganan
dampak COVID-19 adalah:
a) Dana Desa digunakan untuk menyerap pengangguran tenaga kerja
di desa dan buruh migran yang pulang ke desa sebagai dampak
adanya wabah COVID-19 dengan pola Padat Karya Tunai di Desa
melalui pengelolaan secara swakelola dan penggunaan
sumberdaya manusia di desa.
b) Pekerja diprioritaskan bagi anggota keluarga miskin, penganggur
dan setengah penganggur, serta anggota masyarakat marginal
lainnya.
c) Pembayaran upah dibayarkan setiap hari atau sekurang-kurangnya
satu minggu sekali.
d) Dalam pelaksanaan PKTD agar menerapkan jarak aman antara satu
pekerja dengan pekerja lainnya
d. Risiko Utama
1) Pelaksanaan PKTD tertunda karena belum ditetapkannya APBDesa oleh
Pemerintah Desa dan belum adanya realisasi penyaluran Dana Desa.
2) Pelaksanaan PKTD tertunda karena Dana Desa yang sudah diterima di
RKD diprioritaskan untuk pembayaran BLT-DD.
e. Hasil Pengawasan BPKP
Dari hasil pemantauan Perwakilan BPKP, sampai dengan tanggal 29 Mei
2020 jumlah desa yang telah menetapkan APBDesa adalah 56.764 Desa
atau 75,73% dari total 74.953 desa di seluruh Indonesia.
Berdasarkan hasil pemantauan pada 14 provinsi, bahwa Program Padat
Karya Tunai Desa telah dianggarkan pada 18.161 desa pada 37
kabupaten/kota sebesar Rp797,62 milyar atau 4,9% dari total anggaran Dana
Desa sebesar Rp19,05 Triliun. Sampai dengan 4 Juni 2020 realisasi program
PKTD di 14 Provinsi tersebut sebesar Rp94,28 Milyar atau 11,82% dari dana
PKTD yang telah dianggarkan.
f. Atensi/Rekomendasi
BPKP telah merekomendasikan agar Pemerintah Desa menggunakan Dana
Desa untuk Program Padat Karya Tunai Desa (PKTD) apabila seluruh
keluarga miskin berdampak covid-19 telah mendapatkan alokasi BLT-DD.

13
3. Penyaluran Bantuan Langsung Tunai menggunakan Dana Desa (BLT-DD)
a. Kondisi Terkini
Berdasarkan hasil monitoring per 4 Juni 2020 pada 279 kabupaten/kota di 20
provinsi, rencana dan realisasi penyaluran BLT-DD adalah sebagai berikut:
S.d Minggu Minggu Ini S.d Minggu
No Uraian
Lalu Ini
Rencana :
1 Jumlah Desa 37.979 6.643 44.622
2 Jumlah KK 2.221.038 116.697 2.337.735
3 Jumlah BLT-DD(Rp) 4,13 trilliun 0,42 trilliun 4,55 trilliun
Realisasi:
1 Jumlah Desa 22.790 5.980 28.770
2 Jumlah KK 2.029.632 472.215 2.501.847
3 Jumlah BLT-DD(Rp) 1,89 trilliun 0,35 trilliun 2,24 trilliun
Persentase:
1 Jumlah Desa 60,01 - 64,47
2 Jumlah KK 91,38 - 107,02
3 Jumlah BLT-DD(Rp) 45,67 - 49,27

Untuk menghindari duplikasi daftar penerima bantuan dari beberapa sumber


pendanaan, Deputi PPKD telah mengirim surat kepada Kepala Perwakilan
BPKP nomor S-400/D3/03/2020 tanggal 29 Mei 2020 hal Cleansing dan
Analisis Data Bansos APBN, Bansos APBD dan Bansos APBDesa.
b. Harapan Stakeholder
Penyaluran BLT dapat segera dilakukan dengan tepat sasaran sesuai kriteria
penerima bantuan mengingat kondisi darurat dampak COVID-19.
c. Kebijakan yang telah dilakukan pemerintah
Pemerintah memberikan kebijakan Dana Desa dapat digunakan untuk
bantuan sosial dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai dari Dana Desa (BLT-
DD) sebagai berikut:
1) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2020 tanggal 3 April 2020 tentang
Perubahan Postur dan Rincian APBN Tahun Anggaran 2020 Pasal 2
ayat (2), anggaran Dana Desa dapat digunakan antara lain untuk jaring
pengaman sosial di desa berupa Bantuan Langsung Tunai kepada
penduduk miskin di desa dan kegiatan penanganan wabah COVID-19;
2) Permendes Nomor 6 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Permendes
Nomor 11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun
2020;
3) Permenkeu Nomor 50/PMK.07/2020 tanggal 19 Mei 2020 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
205/PMK.07/2019 tentang Pengelolaan Dana Desa untuk
mempermudah persyaratan penyaluran Dana Desa dari RKUN ke RKD;
4) Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Penanggulangan COVID-19 di desa melalui APBDesa, yang ditujukan
kepada Gubernur dan Bupati/Walikota;
14
5) Instruksi Menteri Desa PDTT Nomor 1 Tahun 2020 tentang Percepatan
Penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT Dana Desa);
6) Instruksi Menteri Desa PDTT Nomor 2 Tahun 2020 tentang Percepatan
Penyaluran Tahap ke-1 Bantuan Langsung Tunai Dana Desa bagi Desa
yang Menyelenggarakan Musyawarah Desa Khusus;
7) Surat Menteri Desa PDTT Nomor 1261/PRI.00/IV/2020 tanggal 14 April
2020 kepada Gubernur, Bupati, Walikota dan Kepala Desa Hal
Pemberitahuan, yang mengatur antara lain:
a) Desa penerima Dana Desa kurang dari Rp800.000.000,00 dapat
mengalokasikan maksimal 25% dari Dana Desa untuk BLT-DD;
b) Desa penerima Dana Desa mulai dari Rp800.000.000,00 sampai
dengan Rp1.200.000.000,00 dapat mengalokasikan maksimal 30%
dari Dana Desa untuk BLT-DD;
c) Desa penerima Dana Desa lebih dari Rp1.200.000.000,00 dapat
mengalokasikan maksimal 35% dari Dana Desa untuk BLT-DD;
d) Kriteria Penerima BLT-DD adalah penduduk miskin di desa non
penerima PKH/Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)/Kartu Prakerja,
yang kehilangan mata pencaharian, belum terdata (exclution error),
dan mempunya anggota keluarga yang rentan sakit menahun/kronis;
e) Penyaluran dilaksanakan oleh pemerintah desa dengan metode non
tunai (cash less) setiap bulan;
f) Masa penyaluran BLT-DD tiga bulan sejak April 2020.
8) Surat Dirjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
(PPMD) Nomor 10/PRI.00/IV/2020 tanggal 21 April 2020 perihal
Penegasan Petunjuk Teknis Pendataan Keluarga Calon Penerima BLT
Dana Desa, yang ditujukan kepada para Gubernur, Bupati, Walikota,
Camat, dan Kepala Desa.
9) Surat Dirjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
(PPMD) Nomor 12/PRI.00/IV/2020 tanggal 27 April 2020 perihal
Penegasan BLT Dana Desa dengan kemudahan dalam pendataan calon
penerima manfaat BLT Dana Desa.
d. Risiko Utama
Penyaluran bantuan tidak tepat sasaran, tumpang tindihnya bantuan berupa
uang dari sumber lain, dan penatausahaan program BLT tidak dilakukan
secara memadai, dan penyaluran bantuan terlambat dari waktu yang
ditetapkan antara bulan April s.d Juni 2020. Pemerintah Desa mengalami
keraguan menetapkan penerima BLT-Dana Desa karena tidak terpenuhinya
atau sulitnya syarat/kriteria dalam formulir pendataan penerima BLT-Dana
Desa sesuai dengan lampiran Surat Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 1261/PRI.00/IV/2020. Selain itu karena
merupakan program baru di desa yang bersumber dari APBDesa, maka bisa
menimbulkan risiko penatausahaan program BLT tidak dilakukan secara
memadai.
e. Hasil Pengawasan BPKP

15
Berdasarkan pemantauan dan hasil audit atas penyaluran BLT-DD sampai
dengan 4 Juni 2020, diperoleh hasil sebagai berikut:
Jumlah
No. Uraian
Pemda
1. Terdapat duplikasi penerima manfaat BLT-DD dengan 4
bantuan dari program BST dan PKH dari Kementerian
Sosial
2. Terdapat KPM dalam satu KK yang menerima dua BLT- 2
DD
3. Terdapat realisasi pembayaran BLT-DD dengan nilai 3
dibawah nominal yang seharusnya karena jumlah KK
yang terdaftar melebihi jumlah KPM yang ditetapkan
Kepala Desa
4. Terdapat KPM yang telah ditetapkan dalam daftar calon 5
penerima namun tidak menerima BLT-DD
5. Penyaluran BLT yang berasal dari Dana Desa belum 1
dapat direalisasikan karena pemerintah desa belum
menerima Dana Desa dari Pemerintah Pusat
6. Pemerintah daerah belum melaporkan perkembangan 10
kegiatan penanggulangan dan pencegahan Covid-19 di
desa kepada Menteri Dalam Negeri melalui Direktur
Jenderal Bina Pemerintahan Desa karena desa belum
mengirimkan Laporan Pelaksanaan Belanja Tidak
Terduga dan Laporan Pelaksanaan Bantuan Langsung
Tunai Desa
7. BLT-DD disalurkan sekaligus untuk 3 bulan bukan 1
disalurkan per bulan seperti diatur dalam ketentuan
8. Persentase alokasi dana untuk BLT-DD melebihi 3
ketentuan dalam Permendes 6 Tahun 2020 karena
jumlah warga terdampak COVID-19 lebih besar dari
alokasi anggaran yang diperkenankan
9. Adanya pemotongan yang dilakukan terhadap realisasi 1
BLT-DD yang dilakukan oleh oknum dari pemerintah
desa
10. Terdapat desa yang belum mengganggarkan BLT-DD 1
karena belum selesai pendataan, pembahasan dalam
musdes, atau belum ada kesepakatan dengan BPD
11. Terdapat realisasi penyaluran BLT-DD pada KPM namun 4
anggarannya tidak tersedia dalam APBDesa
12. Keterlambatan desa dalam menyalurkan BLT-DD sesuai 3
jadwal sehingga KPM tidak langsung dapat menfaatkan
bantuan yang diharapkan
f. Atensi/Rekomendasi yang telah diberikan

16
1) Pemerintah Kabupaten/Kota bersama pemerintah desa agar melakukan
verifikasi daftar calon penerima BLT-DD untuk penyempurnaan data pada
periode selanjutnya sehingga penyaluran bantuan lebih baik lagi.
2) Pemerintah daerah agar mengupayakan Bansos untuk keluarga miskin
yang belum mendapatkan bantuan dengan menggunakan sumber APBD
Kabupaten/kota.
3) Bupati/Walikota agar mendorong dan melakukan upaya-upaya percepatan
penyaluran bantuan langsung tunai yang bersumber dari Dana Desa Tahun
2020.
4. Penggunaan Dana Desa untuk Penanganan COVID-19
a. Kondisi Terkini
Dari hasil pemantauan pada 167 Kabupaten di 16 provinsi, didapatkan
informasi terkait pembentukan relawan desa bagi kegiatan pencegahan
COVID-19 seperti berikut:
Jumlah Telah Membentuk
Desa yg s.d s.d
No Uraian Minggu
Dipanta Minggu Minggu %
Ini
u Lalu Ini
1. Membentuk Relawan
14.421 12.645 27.066 94,09
Desa Lawan Covid-19
2. Melakukan Sosialisasi
10.668 7.462 18.130 63,03
Covid-19 28.766
3. Melakukan pendataan
Penduduk Rentan 13.098 6.505 19.603 68,15
Sakit
4. Menyediakan Ruang
8.098 2.108 10.206 35,48
Isolasi
5 Membentuk Posko
10.601 6.751 17.352 60,32
Relawan Desa
6 Mendata Calon
Keluarga Penerima 14.222 7.195 21.417 74,45
Manfaat BLT-DD

b. Harapan Stakeholder
Kementerian terkait dan Pemda diminta memastikan bahwa desa memahami
tindakan pencegahan dan protokol penanganan COVID-19 serta membantu
mensosialisasikannya ke masyarakat desa. Memastikan bahwa informasi
baik dalam bentuk poster, buku saku dan sebagainya tentang COVID-19
dapat dipahami masyarakat desa dengan baik dan benar.
c. Kebijakan yang telah dilakukan pemerintah
Berdasarkan Instruksi Mendagri Nomor 3 Tahun 2020 tanggal 21 April 2020,
dan Surat Menteri Desa PDTT Nomor 1261/PRI.00/IV/2020 tanggal 14 April
2020, diharapkan agar desa:
1) Melakukan perubahan APBDesa;
2) Membentuk relawan desa lawan COVID-19;

17
3) Melakukan penanganan terhadap warga desa korban COVID-19
bekerjasama dengan rumah sakit rujukan dan puskesmas setempat
d. Risiko Utama
1) Pelaksanaan kesiapsiagaan desa dalam penanganan COVID-19 tidak
mengikuti protokol kesehatan;
2) Penatausahaan penggunaan Dana Desa untuk kegiatan kesiapsiagaan
desa dalam penanganan COVID-19 tidak dilakukan secara memadai
e. Hasil Pengawasan BPKP
1) Deputi PPKD saat ini sedang menyusun draft Petunjuk Pelaksanaan
Evaluasi Penyaluran dan Penggunaan Dana Desa Tahun 2020, yang
disesuaikan dengan peraturan yang baru.
2) Deputi PPKD melakukan update Aplikasi Sistem Keuangan Desa
(Siskeudes) untuk disesuaikan dengan terbitnya Instruksi Menteri Dalam
Negeri Nomor 3 Tahun 2020 tentang Penanggulangan COVID-19 di desa
dengan menggunakan APBDesa. Menu dan Fitur Aplikasi Siskeudes telah
diperbaiki untuk mengakomodasi beberapa hal terkait kegiatan
penanggulangan COVID-19 di desa diantaranya Penambahan Fitur
posting Perkades perubahan APBDes untuk penambahan kegiatan
pencegahan COVID-19, Program Padat Karya Tunai Desa, dan Program
BLT-Dana Desa.
3) Deputi PPKD sedang melakukan kompilasi hasil audit atas Bantuan
Langsung Tunai Dana Desa.
E. Dukungan Pemulihan Ekonomi/Industri
1. Kondisi Terkini

Dari hasil pemantauan terhadap kegiatan dalam rangka dukungan pemulihan


ekonomi/industri di lingkungan pemda, diperoleh hasil sebagai berikut:
Jumlah
No. Uraian s.d. Minggu Minggu Ini s.d Minggu Ini
Lalu
1. Alokasi Dana dari 15,22 Trilyun 1,86 Trilyun Rp17,08 Trilyun
APBD untuk (*)
Dukungan Industri
dan Pemulihan
Ekonomi Pemda
2. Realisasi Dana dari 0,136 Triliyun 0,034 Triliyun 0,170 Triliyun
APBD untuk
Dukungan Industri
dan Pemulihan
Ekonomi Pemda
(*) Sumber data: DJPK Kementerian Keuangan per 28 Mei 2020.

Alokasi Dana dari APBD untuk Dukungan Industri dan Pemulihan Ekonomi
Pemda antara lain diperuntukkan bagi pengadaan bahan pangan dan
kebutuhan pokok dalam rangka menjaga ketahanan pangan, pemberian insentif
18
pengurangan atau pembebasan pajak daerah, dan pemberian stimulus
penguatan modal usaha kepada UMKM.
Di samping itu, terdapat skema dukungan APBN untuk Pemulihan Ekonomi
Daerah dengan beberapa bentuk sebagai berikut:
a. Penyiapan tambahan dukungan berupa Dana lnsentif Daerah (DID) yang
bersumber dari cadangan BUN untuk mendukung percepatan pemulihan
perekonomian di daerah;
b. Penyediaan fasilitas pinjaman program kepada Pemerintah Daerah untuk
mendukung pemulihan ekonomi di daerah;
c. Penggunaan cadangan DAK Fisik untuk program pembangunan fislk
(antara lain untuk perumahan dan pemukiman, serta pertanian) dengan
metode swakelola, padat karya, tenaga tokat, dan selesai dalam kurun
waktu 3 s.d 4 buIan;
d. Penggunaan cadangan BUN untuk hibah kompensasi pembebasan pajak
hotel dan restoran.
2. Harapan Stakeholder

a. Kondisi ekonomi segera pulih.


b. Pelaku usaha dapat secara bertahap melakukan aktivitas ekonominya
kembali.
c. Kebijakan pemulihan ekonomi dapat melindungi pelaku usaha baik kecil
(UMKM) maupun usaha besar (industri) dalam mempertahankan
keberlangsungan usahanya dan terhindar dari pemutusan hubungan kerja
(PHK).
d. Ketahanan pangan dapat terjaga sehingga tidak timbul panic buying.

3. Kebijakan yang telah dilakukan pemerintah

a. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Program


Pemulihan Ekonomi Nasional Dalam Rangka Mendukung Kebijakan
Keuangan Negara untuk Penanganan Pandemi COVID-19 dan/atau
Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional
dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan serta Penyelamatan Ekonomi
Nasional.
b. Perppu Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi COVID-19.
c. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2020 tentang Refocussing Kegiatan dan
Realokasi Anggaran serta Pengadaan Barang/Jasa dalam rangka
Percepatan Penanganan COVID-19.
d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak
Untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi COVID-19.
e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.03/2020 tentang Fasilitas
Kepabeanan dan/atau Cukai serta Perpajakan.

19
f. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 28/PMK.03/2020 tentang Pemberian
Fasilitas Pajak Terhadap Barang dan Jasa yang Diperlukan Dalam Rangka
Penanganan Pandemi COVID-19.
g. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23/PMK.03/2020 tentang Insentif
Sektor Industri.
h. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang
Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical
Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019.

4. Risiko Utama

a. Stimulus KUR yang diberikan tidak tepat sasaran dan adanya kemungkinan
kredit macet di kemudian hari.
b. Penyalahgunaan anggaran tambahan, khususnya untuk mendukung
pemulihan ekonomi nasional.
c. Restrukturisasi kredit UMKM tidak tepat sasaran.
d. Data pelaku UMKM di daerah belum sepenuhnya tersedia dan up to date.
e. Belum adanya data yang akurat mengenai masyarakat yang terdampak
atau memiliki risiko sosial
f. Dana untuk Pemulihan Ekonomi/Industri pada Pemerintah Daerah belum
sepenuhnya tersedia dan tidak memberikan dampak yang signifikan.
g. Terganggunya aktivitas ekonomi terutama kalangan usaha yang berpotensi
menurunkan kinerja usaha dan terjadinya pemutusan hubungan kerja.
5. Hasil Pengawasan BPKP

Berdasarkan hasil pemantauan per tanggal 4 Juni 2020, diperoleh informasi


mengenai Dukungan Pemulihan Ekonoml/lndustri di lingkungan Pemda sebagai
berikut:

Jumlah Pemda

No. Uraian permasalahan s.d. Minggu s.d


Minggu Ini Minggu
Lalu Ini
1. Pemda belum menyusun rencana 7 - 7
kegiatan untuk penanganan dampak
ekonomi/Industri
2. Pemda mengalami kesulitan dalam 6 (2) 4
melakukan pendataan terhadap
masyarakat pelaku usaha serta
Industri terdampak COVID-19
3. Pemda belum merealisasikan kegiatan 6 (4) 2
untuk penanganan dampak Covid-19
terkait pemulihan ekonomi/industri.
Karena masih fokus pada pencegahan
20
Jumlah Pemda
penyebaran, penyiapan alat
No. kesehatan, dan permasalahan
Uraian penanganan
kesehatan terhadap COVI D-19 dan
penyediaan Jaring Pengaman Sosial
(JPS)
4. Pihak perbankan semakin 1 - 1
memperketat penyaluran Kredit Usaha
Rakyat (KUR) kepada UMKM karena
semakin tingginya risiko Macet

6. Atensi/Rekomendasi yang telah diberikan

BPKP telah menyampaikan atensi kepada kepala daerah agar memberikan


perhatian terhadap pemulihan ekonomi/industri.

F. Peran BUMD dalam Penanganan COVID-19


1. Kondisi Terkini
Selain menerapkan protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah
melalui Kementerian Kesehatan dalam pencegahan dan penanggulangan
wabah Covid-19, BUMD juga didorong untuk ikut berkontribusi dalam
pencegahan dan penanggulangan wabah Covid-19 melalui penyaluran
bantuan dan pemanfaatan bagian laba perusahaan melalui Corporate Social
Responsibility (CSR).

Dari total PDAM sebanyak 393, diantaranya 170 PDAM atau 43,26% telah
turut serta berperan dalam percepatan penanganan COVID-19 dengan
melakukan perlindungan sosial melalui kegiatan relaksasi atas tagihan
rekening air PDAM berupa:
a. Pemberian keringanan pasang baru;
b. Pemberian diskon/keringanan/ pembebasan tagihan rekening air;
c. Kelonggaran/penundaan penagihan, pembebasan denda;
d. Penyediaan air melalui mobil tangki/tandon kepada kelompok masyarakat
pelanggan tertentu yang terdampak pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID 19).

2. Harapan Stakeholder
BUMD dapat berperan dalam pencegahan dan penanggulangan wabah
Covid-19 dengan memperhatikan tata kelola perusahaan yang baik, melalui
penyaluran bantuan dan pemanfaatan bagian laba berupa Corporate Social
Responsibility (CSR).

21
3. Kebijakan yang telah dilakukan pemerintah
Untuk mendorong akuntabilitas BUMD dalam melaksanakan dukungan
penanganan COVID-19 beberapa BUMD telah menerbitkan kebijakan direksi
untuk ikut berperan aktif dalam Percepatan Penanganan COVID-19.
4. Risiko Utama
a. Ketidaktepatan sasaran dan tumpang tindih penerima bantuan yang
disebabkan kurangnya koordinasi BUMN/D dengan Pemda setempat
b. Menurunnya penerimaan Pemda dari keuntungan BUMD yang
disebabkan fokus usaha BUMD yang terpengaruh pandemi Covid 19
c. Pemberian bantuan APD dan alat kesehatan dari BUMN/D tidak tepat
sasaran.
d. Terbatasnya kemampuan Bank Daerah (BUMD) untuk melakukan
restrukturisasi kredit kepada debitur terdampak Covid-19.
e. Jangkauan pemberian bantuan oleh BUMD terbatas.
f. Bantuan dari BUMD tidak teradministrasikan dengan baik dan tidak
akuntabel.
g. Tidak tersedia anggaran pada BUMD untuk kegiatan penanganan Covid-
19
h. Keterbatasan PDAM dalam menjaga pasokan air pada fasilitas umum dan
rumah masyarakat

5. Hasil Pengawasan BPKP


Berdasarkan hasil pengawasan atas peran BUMD dalam pencegahan dan
penanggulangan wabah COVID-19, terdapat beberapa permasalahan sebagai
berikut:
a. Keringanan/pembebasan pembayaran rekening air selama terjadinya
pandemi Covid-19 berdampak terhadap kinerja keuangan dan operasional
PDAM
b. Belum optimalnya partisipasi BUMD dalam penanganan COVID-19
terutama disebabkan BUMD tersebut masih mengalami kesulitan likuiditas
c. Belum ada BUMD yang berperan dalam percepatan penanganan Covid-
19 di Provinsi Papua Barat.
6. Atensi/Rekomendasi yang telah diberikan
a. Terkait permasalahan likuiditas PDAM, BPKP telah merekomendasikan
agar melaporkan rencana dan pelaksanaan pemberian pembebasan
pembayaran rekening ke Bupati/Walikota melalui Dewan Pengawas untuk
mendapatkan solusi.
b. BPKP memberikan atensi/rekomendasi untuk permasalahan kurangnya
koordinasi BUMD agar Kepala Daerah menginstruksikan Kepala BPBD
untuk menyusun dan menetapkan pedoman atau SOP dalam rangka
mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang (termasuk
sumbangan atau CSR dari BUMD) serta pelaporannya.

22
G. Hal Lain Yang Telah Dilakukan
Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas keuangan dalam penanganan Covid-19
khususnya terkait penatausahaan dan pertanggungjawaban Belanja Tidak
Terduga (BTT) dalam penanganan Covid-19, Deputi PPKD pada tanggal 4 Juni
2020 melaksanakan Workshop Online atas pemutakhiran (update) Aplikasi
SIMDA Keuangan Versi 2.7.0.14R2 terkait penatausaan Buku Kas Umum (Covid-
19) Bendahara Pengeluaran SKPD Fungsional Pengusul RKB dengan
menggunakan BTT dengan mekanisme pengeluaran TU. Workshop Online diikuti
oleh 210 peserta dari 33 Perwakilan BPKP di seluruh Indonesia.

23

Anda mungkin juga menyukai