LAPORAN MINGGUAN
PEMANTAUAN ISU TERKINI TERKAIT PERCEPATAN PENANGANAN COVID-19
PER 4 JUNI 2020
Jumlah Pemda
No. Uraian s.d. Minggu s.d.
Minggu Lalu Ini Minggu Ini
1. Disharmonisasi/sinkronisasi/duplikasi 32 (28) 4
kebijakan antar K/L/P dan Gugus
Tugas
2. Ketidaksesuaian struktur dengan 68 (60) 8
ketentuan pembentukan Gugus
Tugas (SE Mendagri Nomor
440/2622/SJ)
3. Koordinasi antar anggota Gugus 48 (35) 13
Tugas dan koordinasi antara Gugus
Tugas dengan K/L/P terkait belum
efektif
4. Kepala Gugus Tugas belum 59 (50) 9
menetapkan rencana operasional
Gugus Tugas yang jelas dan
terperinci
5. Kebijakan perpajakan dalam 2 (2) 0
pengadaan barang untuk
penanganan COVID-19 belum
sepenuhnya dipahami
Nilai Refocussing Kegiatan dan Realokasi Anggaran per tanggal 3 Juni 2020
berjumlah Rp 67,06 triliun dengan rincian sebagai berikut:
N Uraian Jumlah (Rp) %
o
1 Kesehatan 28,57 triliun 42,6%
2 Jaring Pengaman Sosial 21,41 triliun 31,9%
3 Pemulihan Dampak ekonomi 17,08 triliun 25,5%
Jumlah 67,06 triliun 100%
Sumber Data: DJPK Kementerian Keuangan
2. Harapan Stakeholder
Kebutuhan dana pemda untuk penanganan COVID-19 diharapkan dapat
terpenuhi melalui refocussing kegiatan dan realokasi anggaran
3. Kebijakan yang telah dilakukan pemerintah
a. Perppu Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi COVID-19;
b. Inpres 4 tahun 2020 tentang Refocusing Kegiatan dan Realokasi
Anggaran serta penanganan barang dan jasa dalam rangka percepatan
penanganan COVID-19 pada Poin 5 Kepala BPKP untuk melakukan
pendampingan dan pengawasan keuangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan terhadap akuntabilitas keuangan Negara
untuk percepatan penanganan COVID-19;
2
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2020 tentang
Percepatan Penanganan COVID-19 di Lingkungan Pemda;
d. Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan
Nomor 119/2813/SJ dan Nomor 177/KMK.7/2020 tentang Percepatan
Penyesuaian APBD Tahun 2020 Dalam Rangka Penanganan COVID-19
serta Pengamanan Daya Beli Masyarakat dan Perekonomian Nasional;
e. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Pencegahan Penyebaran dan Percepatan Penanganan COVID-19 di
Lingkungan Pemda;
f. SE Kepala BPKP Nomor 5 Tahun 2020 tentang Tata Cara Reviu atas
Refocussing Kegiatan dan Realokasi Anggaran K/L/P Dalam Rangka
Percepatan Penanganan COVID-19;
g. SE Kepala BPKP Nomor 6 Tahun 2020 tentang Tata Cara Reviu oleh
APIP atas Pengadaan Barang/Jasa Dalam Rangka Percepatan
Penanganan COVID-19;
h. Instruksi Kepala BPKP Nomor Ins-335/K/D2/2020 tentang pelaksanaan
tugas BPKP dalam percepatan penanganan COVID-19;
i. SE LKPP Nomor 3 tahun 2020 tentang Penjelasan atas Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Dalam Rangka Penanganan COVID-19
4. Risiko Utama
a. Pemerintah daerah lambat merespon untuk melakukan Refocussing
Kegiatan dan Realokasi Anggaran APBD sesuai dengan Keputusan
bersama Mendagri dan Menkeu Nomor 119/2813/SJ dan
177/KMK.07/2020 tentang Percepatan Penyesuaian APBD TA 2020
dalam rangka penanganan COVID 19.
b. Penganggaran dari hasil Refocussing Kegiatan dan Realokasi Anggaran
tidak sesuai dengan kebutuhan prioritas penanganan COVID-19.
5. Hasil Pengawasan BPKP
Berdasarkan hasil pendampingan dan pemantauan pelaksanaan refocussing
anggaran dan realokasi kegiatan, penyebab Pemda belum mengajukan
penyesuaian APBD TA 2020 dan masih dalam proses pembahasan adalah
sebagai berikut:
Jumlah Pemda
Hasil Pengawasan s.d. Minggu Minggu s.d.
Lalu Ini Minggu Ini
Pemda belum sepenuhnya memahami 34 (20) 14
dan menerapkan ketentuan pada SKB
Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Keuangan Nomor 119/2813/SJ dan
Nomor 177/KMK.7/2020
6
menganggarkan pemberian insentif dan santunan kematian bagi tenaga
kesehatan yang menangani langsung pasien Covid-19 seperti contoh
Pemerintah Kabupaten Jayapura telah menerbitkan keputusan kepala
daerah terkait pemberian insentif bagi tenaga kesehatan melalui
Keputusan Bupati Jayapura Nomor 188.4/153 Tahun 2020.
f. Pemerintah Daerah telah berkoordinasi, berkonsultansi dan meminta
pendampingan dalam proses distribusi alkes, pengadaan PBJ di daerah
untuk penanganan Covid-19 dengan BPKP, KPK, serta APH di daerah
agar proses pengadaan barang dan jasa serta distribusinya dilakukan
sesuai dengan ketentuan.
4. Risiko Utama
Risiko utama yang dihadapi di bidang kesehatan diantaranya sebagai berikut:
a. Kelangkaan barang di pasaran membuat harga yang terbentuk tidak
wajar/fluktuatif;
b. Barang yang diadakan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan;
c. Fasilitas tenaga Kesehatan/Medis dan pelayanan kesehatan terbatas;
d. PDP tidak terisolasi sesuai ketentuan protokol Kesehatan;
e. Pasien Covid-19 tidak mendapatkan pelayanan medis yang memadai;
f. Distribusi alat kesehatan mengalami hambatan;
g. Dokter dan tenaga kesehatan yang menangani Covid-19 belum mendapat
insentif;
h. Insentif dan santunan diberikan kepada yang tidak berhak/tenaga
kesehatan yang tidak terkait langsung dengan penanganan Covid-19;
i. Kesinambungan pelayanan pasien Covid-19 terganggu karena
keterbatasan sarpras, tenaga medis, anggaran serta ketersediaan alkes
dan obat-obatan;
j. APD yang dibeli tidak mencukupi kebutuhan tenaga medis dan tenaga
Kesehatan yang ada;
k. Standar Pelayanan Kesehatan belum memadai seperti kurangnya
ruangan isolasi dan sarana prasarana Kesehatan;
l. Terdapat risiko penumpukan alat Kesehatan dan APD pada Rumah Sakit
Daerah dikarenakan kurangnya koordinasi antara Tim gugus tugas pusat,
provinsi dan kab/kota.
5. Hasil Pengawasan BPKP
Permasalahan bidang Kesehatan di lingkungan Pemerintah Daerah yang
terjadi sampai dengan tanggal 4 Juni 2020 sebagaimana tabel berikut:
Jumlah Pemda
No Uraian Permasalahan S.d S.d
Mingg
Minggu Minggu
u ini
lalu ini
1 RS belum mengajukan klaim atas perawatan
Covid-19 karena belum memahami ketentuan
Kepmenkes HK.01.07/MENKES/238/2020 45 (40) 5
tentang Petunjuk Teknis Klaim Penggantian
Biaya Perawatan Pasien COVID-19
7
Jumlah Pemda
No Uraian Permasalahan S.d S.d
Mingg
Minggu Minggu
u ini
lalu ini
2 Spesifikasi alat kesehatan yang sanggup
disediakan oleh Calon Penyedia tidak sesuai 9 0 9
dengan Standar Kemenkes
3 Spesifikasi alat kesehatan yang diadakan
oleh penyedia tidak sesuai dengan Surat 5 (1) 4
Pesanan
4 Terdapat Pengadaan Barang untuk
penanganan COVID-19 yang masih 10 (3) 7
dikenakan pajak
5 APD yang dibeli oleh pemerintah daerah
namun belum dapat digunakan karena belum 6 (3) 3
adanya izin edar
6 APD dan alat kesehatan sulit diperoleh dan
220 (124) 96
harganya fluktuatif
7 Pemda belum menerima atau baru menerima
sebagian penyaluran APD, masker, dan
alkes lain dari Gugus Tugas Nasional (jumlah 38 (14) 24
yang diterima oleh Pemda berbeda dengan
data distribusi Gugus Tugas Nasional)
8 Pemerintah Daerah yang telah menerima
penyaluran alat kesehatan dari Pemerintah
Pusat belum mendistribusikan kepada RS
9 0 9
yang menyelenggarakan penanganan
COVID-19 dan pengguna alkes lain yang
telah ditetapkan
9 Penatausahaan penerimaan dan penyaluran
26 (6) 20
alkes belum terstruktur dan terpadu
10 Droping barang dari Pusat berupa Alat
Pelindung Diri dan masker tidak dapat
57 (9) 48
langsung digunakan karena tidak
lengkap/utuh 1 set
11 RS yang menyelenggarakan pelayanan
COVID-19 di daerah mengalami kekurangan 147 (35) 112
sarana prasarana dan tenaga medis
12 Pemda belum menganggarkan insentif dan
72 (30) 42
santunan kepada tenaga medis daerah
13 Terdapat pengadaan yang tidak sesuai
dengan kedaruratan penanganan COVID-19. 3 2 5
8
c. Menyarankan kepada Kepala Daerah untuk menginstruksikan Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 segera menyusun rencana
distribusi atas stok alat pelindung diri dan alat medis lainnya.
d. Mendorong Pemda berkoordinasi dengan Kemenkes mengenai
pemberian insentif kepada tenaga medis.
e. Mendorong Rumah Sakit yang melayani penanganan Covid-19 untuk
berkoordinasi dengan BPJS Kesehatan di daerahnya masing-masing
terkait dengan verifikasi dokumen pendukung pengajuan klaim biaya
penanganan pasien Covid-19.
b. Harapan Stakeholder
Seluruh warga masyarakat yang terkena dampak pembatasan sosial
wabah COVID-19 menerima bantuan sosial dalam jumlah yang mencukupi
secara tepat waktu.
9
1) Peraturaan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2020 tentang
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 di lingkungan
Pemerintah Daerah.
2) Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Pencegahan Penyebaran dan Percepatan Penanganan Corona Virus
Desease 2019 di Lingkungan Pemerintah Daerah yang salah satunya
menginstruksikan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota untuk
melakukan percepatan pengutamaan penggunaan alokasi kegiatan
tertentu (refocusing) dan/atau perubahan alokasi anggaran yang
digunakan untuk meningkatkan kapasitas penyediaan jaringan
pengaman sosial/social safety net.
3) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 440/2622/SJ tentang
Pembentukan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus
Desease 2019 (COVID-19) Daerah yang antara lain menyatakan
bahwa dalam hal pembatasan sosial menyebabkan dampak bagi
kelompok masyarakat dengan penghasilan rendah maka daerah dapat
memberikan bantuan sosial
d. Risiko Utama
1) Pemerintah daerah tidak menyediakan alokasi anggaran untuk bantuan
sosial bagi masyarakat terkena dampak COVID-19;
2) Penyaluran bantuan sosial tidak tepat sasaran:
a) Penyaluran bantuan sosial oleh pemda tumpang tindih dengan
sumber pendanaan lainnya;
b) Masyarakat yang terkena dampak COVID-19 namun tidak
menerima bantuan sosial;
c) Penyalahgunaan dana bantuan sosial untuk kepentingan pribadi.
3) Bantuan sosial dari bentuk barang mengandung zat membahayakan/
kedaluwarsa;
e. Hasil Pengawasan BPKP
Hasil Pemantauan BPKP sampai dengan 3 Juni 2020 terdapat hal-hal
sebagai berikut:
Jumlah Pemda
No. Hasil Pengawasan s.d. Minggu Minggu Ini s.d. Minggu Ini
Lalu
1. Proses pendataan 92 (72) 20
masyarakat calon
penerima bantuan sosial
masih belum selesai
2. Anggaran dan mekanisme 13 (10) 3
penyaluran bantuan sosial
belum ditetapkan
sehingga penyaluran
bantuan sosial belum
dapat direalisasikan
10
Jumlah Pemda
No. Hasil Pengawasan s.d. Minggu Minggu Ini s.d. Minggu Ini
Lalu
3. Terdapat realokasi 1 - 1
kegiatan pada Sekretariat
DPRD untuk pembagian
sembako kepada
konstituen.
4. Tidak terpenuhinya 24 - 24
kewajiban penyediaan
dana penyertaan 5%
untuk PKH
5. Adanya exclusion error 1 - 1
yaitu tidak dimasukannya
keluarga yang memenuhi
kriteria dalam penetapan
KPM
6. Terjadi duplikasi penerima 59 (15) 44
bansos karena
ketidakakuratan data
7. Data penerima Jaring 42 (16) 26
Pengaman Sosial
merupakan KK/KPM
invalid
8. Pertanggungjawaban 0 1 1
penyaluran bantuan sosial
Provinsi melalui lembaga
keagamaan di Kabupaten/
Kota dalam bentuk
sembako tidak didukung
bukti tanda terima oleh
penerima manfaat dan
hanya berupa tanda
terima dari pengurus
lembaga keagamaan.
f. Atensi/Rekomendasi yang telah diberikan
b. Harapan Stakeholder
1) Pemerintah desa diharapkan segera memenuhi persyaratan pencairan
Dana Desa tahap I dan II tahun 2020. Tujuannya agar dapat segera
dipergunakan untuk pelaksanaan Padat Karya Tunai Desa (PKTD).
2) Program Padat Karya Tunai dapat segera dilaksanakan agar masyarakat
desa dapat memperoleh tambahan penghasilan dari kegiatan tersebut.
12
1) Kemendes PDTT telah menetapkan kebijakan berupa Permendes 6
Tahun 2020 tanggal 14 April 2020 tentang Perubahan Permendes 11
Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020.
2) Surat Edaran Menteri Desa Nomor 8 Tahun 2020 tentang Desa Tanggap
COVID-19 dan Penegasan Padat Karya Tunai Desa, kebijakan
pemerintah terkait PKTD dalam rangka mendukung penanganan
dampak COVID-19 adalah:
a) Dana Desa digunakan untuk menyerap pengangguran tenaga kerja
di desa dan buruh migran yang pulang ke desa sebagai dampak
adanya wabah COVID-19 dengan pola Padat Karya Tunai di Desa
melalui pengelolaan secara swakelola dan penggunaan
sumberdaya manusia di desa.
b) Pekerja diprioritaskan bagi anggota keluarga miskin, penganggur
dan setengah penganggur, serta anggota masyarakat marginal
lainnya.
c) Pembayaran upah dibayarkan setiap hari atau sekurang-kurangnya
satu minggu sekali.
d) Dalam pelaksanaan PKTD agar menerapkan jarak aman antara satu
pekerja dengan pekerja lainnya
d. Risiko Utama
1) Pelaksanaan PKTD tertunda karena belum ditetapkannya APBDesa oleh
Pemerintah Desa dan belum adanya realisasi penyaluran Dana Desa.
2) Pelaksanaan PKTD tertunda karena Dana Desa yang sudah diterima di
RKD diprioritaskan untuk pembayaran BLT-DD.
e. Hasil Pengawasan BPKP
Dari hasil pemantauan Perwakilan BPKP, sampai dengan tanggal 29 Mei
2020 jumlah desa yang telah menetapkan APBDesa adalah 56.764 Desa
atau 75,73% dari total 74.953 desa di seluruh Indonesia.
Berdasarkan hasil pemantauan pada 14 provinsi, bahwa Program Padat
Karya Tunai Desa telah dianggarkan pada 18.161 desa pada 37
kabupaten/kota sebesar Rp797,62 milyar atau 4,9% dari total anggaran Dana
Desa sebesar Rp19,05 Triliun. Sampai dengan 4 Juni 2020 realisasi program
PKTD di 14 Provinsi tersebut sebesar Rp94,28 Milyar atau 11,82% dari dana
PKTD yang telah dianggarkan.
f. Atensi/Rekomendasi
BPKP telah merekomendasikan agar Pemerintah Desa menggunakan Dana
Desa untuk Program Padat Karya Tunai Desa (PKTD) apabila seluruh
keluarga miskin berdampak covid-19 telah mendapatkan alokasi BLT-DD.
13
3. Penyaluran Bantuan Langsung Tunai menggunakan Dana Desa (BLT-DD)
a. Kondisi Terkini
Berdasarkan hasil monitoring per 4 Juni 2020 pada 279 kabupaten/kota di 20
provinsi, rencana dan realisasi penyaluran BLT-DD adalah sebagai berikut:
S.d Minggu Minggu Ini S.d Minggu
No Uraian
Lalu Ini
Rencana :
1 Jumlah Desa 37.979 6.643 44.622
2 Jumlah KK 2.221.038 116.697 2.337.735
3 Jumlah BLT-DD(Rp) 4,13 trilliun 0,42 trilliun 4,55 trilliun
Realisasi:
1 Jumlah Desa 22.790 5.980 28.770
2 Jumlah KK 2.029.632 472.215 2.501.847
3 Jumlah BLT-DD(Rp) 1,89 trilliun 0,35 trilliun 2,24 trilliun
Persentase:
1 Jumlah Desa 60,01 - 64,47
2 Jumlah KK 91,38 - 107,02
3 Jumlah BLT-DD(Rp) 45,67 - 49,27
15
Berdasarkan pemantauan dan hasil audit atas penyaluran BLT-DD sampai
dengan 4 Juni 2020, diperoleh hasil sebagai berikut:
Jumlah
No. Uraian
Pemda
1. Terdapat duplikasi penerima manfaat BLT-DD dengan 4
bantuan dari program BST dan PKH dari Kementerian
Sosial
2. Terdapat KPM dalam satu KK yang menerima dua BLT- 2
DD
3. Terdapat realisasi pembayaran BLT-DD dengan nilai 3
dibawah nominal yang seharusnya karena jumlah KK
yang terdaftar melebihi jumlah KPM yang ditetapkan
Kepala Desa
4. Terdapat KPM yang telah ditetapkan dalam daftar calon 5
penerima namun tidak menerima BLT-DD
5. Penyaluran BLT yang berasal dari Dana Desa belum 1
dapat direalisasikan karena pemerintah desa belum
menerima Dana Desa dari Pemerintah Pusat
6. Pemerintah daerah belum melaporkan perkembangan 10
kegiatan penanggulangan dan pencegahan Covid-19 di
desa kepada Menteri Dalam Negeri melalui Direktur
Jenderal Bina Pemerintahan Desa karena desa belum
mengirimkan Laporan Pelaksanaan Belanja Tidak
Terduga dan Laporan Pelaksanaan Bantuan Langsung
Tunai Desa
7. BLT-DD disalurkan sekaligus untuk 3 bulan bukan 1
disalurkan per bulan seperti diatur dalam ketentuan
8. Persentase alokasi dana untuk BLT-DD melebihi 3
ketentuan dalam Permendes 6 Tahun 2020 karena
jumlah warga terdampak COVID-19 lebih besar dari
alokasi anggaran yang diperkenankan
9. Adanya pemotongan yang dilakukan terhadap realisasi 1
BLT-DD yang dilakukan oleh oknum dari pemerintah
desa
10. Terdapat desa yang belum mengganggarkan BLT-DD 1
karena belum selesai pendataan, pembahasan dalam
musdes, atau belum ada kesepakatan dengan BPD
11. Terdapat realisasi penyaluran BLT-DD pada KPM namun 4
anggarannya tidak tersedia dalam APBDesa
12. Keterlambatan desa dalam menyalurkan BLT-DD sesuai 3
jadwal sehingga KPM tidak langsung dapat menfaatkan
bantuan yang diharapkan
f. Atensi/Rekomendasi yang telah diberikan
16
1) Pemerintah Kabupaten/Kota bersama pemerintah desa agar melakukan
verifikasi daftar calon penerima BLT-DD untuk penyempurnaan data pada
periode selanjutnya sehingga penyaluran bantuan lebih baik lagi.
2) Pemerintah daerah agar mengupayakan Bansos untuk keluarga miskin
yang belum mendapatkan bantuan dengan menggunakan sumber APBD
Kabupaten/kota.
3) Bupati/Walikota agar mendorong dan melakukan upaya-upaya percepatan
penyaluran bantuan langsung tunai yang bersumber dari Dana Desa Tahun
2020.
4. Penggunaan Dana Desa untuk Penanganan COVID-19
a. Kondisi Terkini
Dari hasil pemantauan pada 167 Kabupaten di 16 provinsi, didapatkan
informasi terkait pembentukan relawan desa bagi kegiatan pencegahan
COVID-19 seperti berikut:
Jumlah Telah Membentuk
Desa yg s.d s.d
No Uraian Minggu
Dipanta Minggu Minggu %
Ini
u Lalu Ini
1. Membentuk Relawan
14.421 12.645 27.066 94,09
Desa Lawan Covid-19
2. Melakukan Sosialisasi
10.668 7.462 18.130 63,03
Covid-19 28.766
3. Melakukan pendataan
Penduduk Rentan 13.098 6.505 19.603 68,15
Sakit
4. Menyediakan Ruang
8.098 2.108 10.206 35,48
Isolasi
5 Membentuk Posko
10.601 6.751 17.352 60,32
Relawan Desa
6 Mendata Calon
Keluarga Penerima 14.222 7.195 21.417 74,45
Manfaat BLT-DD
b. Harapan Stakeholder
Kementerian terkait dan Pemda diminta memastikan bahwa desa memahami
tindakan pencegahan dan protokol penanganan COVID-19 serta membantu
mensosialisasikannya ke masyarakat desa. Memastikan bahwa informasi
baik dalam bentuk poster, buku saku dan sebagainya tentang COVID-19
dapat dipahami masyarakat desa dengan baik dan benar.
c. Kebijakan yang telah dilakukan pemerintah
Berdasarkan Instruksi Mendagri Nomor 3 Tahun 2020 tanggal 21 April 2020,
dan Surat Menteri Desa PDTT Nomor 1261/PRI.00/IV/2020 tanggal 14 April
2020, diharapkan agar desa:
1) Melakukan perubahan APBDesa;
2) Membentuk relawan desa lawan COVID-19;
17
3) Melakukan penanganan terhadap warga desa korban COVID-19
bekerjasama dengan rumah sakit rujukan dan puskesmas setempat
d. Risiko Utama
1) Pelaksanaan kesiapsiagaan desa dalam penanganan COVID-19 tidak
mengikuti protokol kesehatan;
2) Penatausahaan penggunaan Dana Desa untuk kegiatan kesiapsiagaan
desa dalam penanganan COVID-19 tidak dilakukan secara memadai
e. Hasil Pengawasan BPKP
1) Deputi PPKD saat ini sedang menyusun draft Petunjuk Pelaksanaan
Evaluasi Penyaluran dan Penggunaan Dana Desa Tahun 2020, yang
disesuaikan dengan peraturan yang baru.
2) Deputi PPKD melakukan update Aplikasi Sistem Keuangan Desa
(Siskeudes) untuk disesuaikan dengan terbitnya Instruksi Menteri Dalam
Negeri Nomor 3 Tahun 2020 tentang Penanggulangan COVID-19 di desa
dengan menggunakan APBDesa. Menu dan Fitur Aplikasi Siskeudes telah
diperbaiki untuk mengakomodasi beberapa hal terkait kegiatan
penanggulangan COVID-19 di desa diantaranya Penambahan Fitur
posting Perkades perubahan APBDes untuk penambahan kegiatan
pencegahan COVID-19, Program Padat Karya Tunai Desa, dan Program
BLT-Dana Desa.
3) Deputi PPKD sedang melakukan kompilasi hasil audit atas Bantuan
Langsung Tunai Dana Desa.
E. Dukungan Pemulihan Ekonomi/Industri
1. Kondisi Terkini
Alokasi Dana dari APBD untuk Dukungan Industri dan Pemulihan Ekonomi
Pemda antara lain diperuntukkan bagi pengadaan bahan pangan dan
kebutuhan pokok dalam rangka menjaga ketahanan pangan, pemberian insentif
18
pengurangan atau pembebasan pajak daerah, dan pemberian stimulus
penguatan modal usaha kepada UMKM.
Di samping itu, terdapat skema dukungan APBN untuk Pemulihan Ekonomi
Daerah dengan beberapa bentuk sebagai berikut:
a. Penyiapan tambahan dukungan berupa Dana lnsentif Daerah (DID) yang
bersumber dari cadangan BUN untuk mendukung percepatan pemulihan
perekonomian di daerah;
b. Penyediaan fasilitas pinjaman program kepada Pemerintah Daerah untuk
mendukung pemulihan ekonomi di daerah;
c. Penggunaan cadangan DAK Fisik untuk program pembangunan fislk
(antara lain untuk perumahan dan pemukiman, serta pertanian) dengan
metode swakelola, padat karya, tenaga tokat, dan selesai dalam kurun
waktu 3 s.d 4 buIan;
d. Penggunaan cadangan BUN untuk hibah kompensasi pembebasan pajak
hotel dan restoran.
2. Harapan Stakeholder
19
f. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 28/PMK.03/2020 tentang Pemberian
Fasilitas Pajak Terhadap Barang dan Jasa yang Diperlukan Dalam Rangka
Penanganan Pandemi COVID-19.
g. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23/PMK.03/2020 tentang Insentif
Sektor Industri.
h. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang
Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical
Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019.
4. Risiko Utama
a. Stimulus KUR yang diberikan tidak tepat sasaran dan adanya kemungkinan
kredit macet di kemudian hari.
b. Penyalahgunaan anggaran tambahan, khususnya untuk mendukung
pemulihan ekonomi nasional.
c. Restrukturisasi kredit UMKM tidak tepat sasaran.
d. Data pelaku UMKM di daerah belum sepenuhnya tersedia dan up to date.
e. Belum adanya data yang akurat mengenai masyarakat yang terdampak
atau memiliki risiko sosial
f. Dana untuk Pemulihan Ekonomi/Industri pada Pemerintah Daerah belum
sepenuhnya tersedia dan tidak memberikan dampak yang signifikan.
g. Terganggunya aktivitas ekonomi terutama kalangan usaha yang berpotensi
menurunkan kinerja usaha dan terjadinya pemutusan hubungan kerja.
5. Hasil Pengawasan BPKP
Jumlah Pemda
Dari total PDAM sebanyak 393, diantaranya 170 PDAM atau 43,26% telah
turut serta berperan dalam percepatan penanganan COVID-19 dengan
melakukan perlindungan sosial melalui kegiatan relaksasi atas tagihan
rekening air PDAM berupa:
a. Pemberian keringanan pasang baru;
b. Pemberian diskon/keringanan/ pembebasan tagihan rekening air;
c. Kelonggaran/penundaan penagihan, pembebasan denda;
d. Penyediaan air melalui mobil tangki/tandon kepada kelompok masyarakat
pelanggan tertentu yang terdampak pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID 19).
2. Harapan Stakeholder
BUMD dapat berperan dalam pencegahan dan penanggulangan wabah
Covid-19 dengan memperhatikan tata kelola perusahaan yang baik, melalui
penyaluran bantuan dan pemanfaatan bagian laba berupa Corporate Social
Responsibility (CSR).
21
3. Kebijakan yang telah dilakukan pemerintah
Untuk mendorong akuntabilitas BUMD dalam melaksanakan dukungan
penanganan COVID-19 beberapa BUMD telah menerbitkan kebijakan direksi
untuk ikut berperan aktif dalam Percepatan Penanganan COVID-19.
4. Risiko Utama
a. Ketidaktepatan sasaran dan tumpang tindih penerima bantuan yang
disebabkan kurangnya koordinasi BUMN/D dengan Pemda setempat
b. Menurunnya penerimaan Pemda dari keuntungan BUMD yang
disebabkan fokus usaha BUMD yang terpengaruh pandemi Covid 19
c. Pemberian bantuan APD dan alat kesehatan dari BUMN/D tidak tepat
sasaran.
d. Terbatasnya kemampuan Bank Daerah (BUMD) untuk melakukan
restrukturisasi kredit kepada debitur terdampak Covid-19.
e. Jangkauan pemberian bantuan oleh BUMD terbatas.
f. Bantuan dari BUMD tidak teradministrasikan dengan baik dan tidak
akuntabel.
g. Tidak tersedia anggaran pada BUMD untuk kegiatan penanganan Covid-
19
h. Keterbatasan PDAM dalam menjaga pasokan air pada fasilitas umum dan
rumah masyarakat
22
G. Hal Lain Yang Telah Dilakukan
Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas keuangan dalam penanganan Covid-19
khususnya terkait penatausahaan dan pertanggungjawaban Belanja Tidak
Terduga (BTT) dalam penanganan Covid-19, Deputi PPKD pada tanggal 4 Juni
2020 melaksanakan Workshop Online atas pemutakhiran (update) Aplikasi
SIMDA Keuangan Versi 2.7.0.14R2 terkait penatausaan Buku Kas Umum (Covid-
19) Bendahara Pengeluaran SKPD Fungsional Pengusul RKB dengan
menggunakan BTT dengan mekanisme pengeluaran TU. Workshop Online diikuti
oleh 210 peserta dari 33 Perwakilan BPKP di seluruh Indonesia.
23