Anda di halaman 1dari 5

Nama : Desti Lara Melania

Nim : 181440112
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN INFEKSI


SALURAN PERNAPASAN ATAS (ISPA) KHUSUSNYA PNEUMONIA DI
BANGKA BELITUNG TAHUN 2014-2018.

Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), terutama pneumonia masih menjadi penyakit
utama yang menyebabkan kematian bayi dan balita. Insiden kematian yang disebabkan
pneumonia paling tinggi terdapat pada kelompok umur 12-23 bulan yaitu sebesar 21,7%
(Sari, Edison & Dasril, 2018). Pneumonia merupakaninfeksi akut yang mengenai
jaringan paru-paru (alveoli) yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti
virus, jamur dan bakteri (Riskesdas,2013).
WorldHealth Organization (WHO) tahun 2015, memaparkan bahwa pneumonia adalah
penyakit infeksi penyebab utama kematian anak-anak di bawah lima tahun yaitu sekitar
935.000 anak setiap tahun atau lebih dari 2.500 anak per hari. Pneumonia menjadi
penyebab sekitar 1 juta kematian balita di Afrika dan Asia Selatan yang telah membunuh
sekitar 2.400 anak per hari dengan besar 16% dari 5,6 juta kematian balita atau sekitar
880.000 balita pada tahun 2016 (Matthew, 2015 dalam Sari & Cahyati, 2019).
Berdasarkan data dari pofil kesehatan Republik Indonesia cakupan penemuan pneumonia
pada balitatahun 2013-2018 sebagai berikut :
Tabel 1.1
Jumlah Kasus Pneumonia pada balita di Indonesia pada tahun 2013-2018.
NO KASUS PNEUMONIAPADA BALITA
Tahun Persentase
1. 2013 24,42 %
2. 2014 29,47 %
3. 2015 63,45 %
4. 2016 65,27 %
5. 2017 51,19 %
6. 2018 56,51 %
(Sumber: profil kesehatan Republik Indonesia, 2018)
Berdasarkan tabel diatas, jumlah kasus pneumonia pada anak balita di Indonesia sejak
tahun 2013-2018 rata-rata terjadi sedikit penurunan, tetapi cakupan penemuan kasus
pneumonia masih tinggi.
Berdasarkan data dari profil Dinkes Provinsi Bangka Belitung didapatkan jumlah kasus
pneumonia pada anakdi Provinsi Bangka Belitung Tahun 2014-2018 sebagai berikut :
Tabel 1.2
Jumlah Kasus Pneumonia pada anak Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Bangka
Belitung pada tahun 2014-2018.

NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH KASUS/TAHUN


2014 2015 2016 2017 2018
1. Bangka 2.033 2.692 2.046 1.806 1625
2. Belitung 933 351 353 450 314
3. Bangka Barat 879 1.033 1.041 756 701
4. Bangka Tengah 851 822 815 460 348
5. Bangka Selatan 1.651 920 584 647 765
6. Belitung Timur 506 404 639 433 279
7. Pangkalpinang 1.331 1.636 1.722 1.123 1103
JUMLAH 8.184 7.858 7.222 5.675 5135
KASUS/TAHUN
(Sumber: profil dinkes Provinsi Bangka Belitung, 2018)
Berdasarkan data di atas kasus pneumonia pada anakdi Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dari tahun 2014-2018rata-rata mengalami penurunan, namun angka kejadian
kasus pneumonia pada anak masih cukup tinggi.
Berdasarkan data yang di dapatkan dari Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah
Depati Bahrin Sungailiat Tahun 2017-2019 di Ruang Kenanga didapatkan data mengenai
pneumonia yaitu pada tahun 2017 terdapat 28 kasus pneumonia pada anak, selanjutnya
pada tahun 2018 terdapat 31 kasus dan pada tahun 2019 terdapat 34 kasus pneumonia
pada anak (Rekam Medis RSUD Depati Bahrin, 2019).
Yuliastati dan Arnis Amelia tahun 2016, menyatakan komplikasi yang muncul pada
pneumonia yang tidak diberikan pengobatan antara lain: infeksi aliran darah, empiema,
abses paru atau paru bernanah, efusi pleura, endokarditis danmeningitis. Selain itu, tanda
dan gejala yang muncul pada pneumonia dimulai dari infeksi saluran saluran napas atas,
demam tinggi, batuk, pernapasan cepat, dyspnea, peningkatan suara napas, beresiko
mengalami distress pernapasan yang lebih berat, dan hipoksemia (Melati, Nurhaeni &
Chodidjah, 2018).

Proses peradangan dari pneumonia mengakibatkan produksi sekret meningkat sampai


menimbulkan manifestasi klinis yang ada sehingga muncul masalah keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan napas. Ketidakefektifan bersihan jalan napas merupakan
keadaan dimana individu tidak mampu mengeluarkan sekret dari saluran napas untuk
mempertahankan kepatenan jalan napas. (Potter & Perry, 2006 dalam Amelia, 2018).
Prioritas masalah yang diatasi adalah dengan menjamin kebersihan jalan napas, hal ini
dikarenakan salah satu dampak pneumonia pada jalan napas adalah terjadinya gangguan
atau sumbatan jalan napas akibat adanya infeksi (Iqomh, dkk. 2016).
Tindakan mandiri keperawatan yang dapat dilakukan pada anak dengan pneumonia yang
mengalami masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas yaitu dengan pemberian terapi
inhalasi nebulizer. Terapi inhalasi adalah pemberian obat secara inhalasi (hirupan) ke
dalam saluran pernapasan menggunakan obat cair dengan tujuan memberikan efek
bronkodilatasi untuk menghancurkan dahak (Wahyuni, 2014 dalam Astuti, 2019).
Upaya yang di lakukan pemerintah terkait penyakit pneumonia ini yaitu pelaksanaan
program pemberantasan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi saluran
pernapasan melalui program pencegahan dan pemberantasan (P2) penyakit menular
seperti manajemen perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), khususnya cuci tangan pakai
sabun (CTPS). Upaya lain yangdilakukan untuk menekan angka kematian balita akibat
pneumonia, antara lain penerapan Manajemen Terpadu Balita Sehat (MTBS), pemberian
air susu ibu (ASI) secara ekslusif, perbaikan lingkungan dan pemberian imunisasi Hib
dan IPD. Walaupun saat ini pemerintah sudah melakukan upaya terkait pencegahan dan
pemberantasan penyakit pneumonia, namun kasus terjadinya pneumonia pada balita
masih tinggi.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana asuhan keperawatan anak pada pasien ISPA khususnya Pneumonia di
wilayah Bangka Belitung ?
2. Bagaimanakah peran orang tua dalam perawatan pneumonia pada anak ?
Tujuan Penelitian
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN INFEKSI
SALURAN PERNAPASAN ATAS (ISPA) KHUSUSNYA PNEUMONIA DI
BANGKA BELITUNG TAHUN 2014-2018.
Tujuan umum :
1. Menggambarkan asuhan keperawatan anak dengan masalah ISPA khususnya
Pneumonia di Bangka Belitung.
Tujuan khusus :
1. Menjelaskan pengkajian asuhan keperawatan anak dengan gangguan ISPA
khususnya pneumonia.
2. Mengidentifikasi gambaran pneumonia di Bangka Belittung.
3. Menjelaskan kejadian pneumonia di Bangka Belitung.
Manfaat Penelitian
1. Hasil dari penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu penegtahuan kesehatan
khususnya dibidang kesehatan anak dan balita.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan masukan dalam rangka
meningkatakan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA
khususnya pneumonia di Bangka Belitung.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan kepada mahasiswa dalam
memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan ISPA khususnya
pneumonia.

1. Variabel yang diteliti : bayi, anak, balita


2. Jenis variabel menurut sifat yang digunakan adalah : variabel numerik (kuantitatif)
3. Jenis variabel menurut skala pengukuran yang digunakan adalah : skala rasio
4. Jenis variabel menurut hubungan antara yang digunakan adalah : variabel dependen
(kematian bayi – ISPA)
Definisi Oprasional
Variabel DO
Umur Umur responden yang dihitung sejak
tanggal lahir sampai dengan waktu
penelitian yang dinyatakan dalam tahun
dan bulan
Pneumonia Merupakan infeksi akut yang mengenai
jaringan paru-paru (alveoli) yang dapat
disebbkan oleh berbagai mikroorganisme
seperti virus, jamur, dan bakteri
(Riskesdes,2013)
Simtom Dimulai dari infeksi saluran napas atas,
demam tinggi, batuk, pernapasan cepat,
dyspnea, peningkatan suara napas,
beresiko mengalami distress pernapasan
yang lebih berat, dan hipoksemia
(Melati,Nurhaeni & Chodidja,2018)

Anda mungkin juga menyukai