IMRAN
i
SKRIPSI
IMRAN
A111 12 266
ii
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Kajian Bagi Hasil Dan Pemanfaatan Pendapatan Nelayan Kec. Suppa Kab. Pinrang”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Serjana Ekonomi
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis
tingginya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta saya Ayahanda Amri dan Ibunda Nur, terima
kasih atas doa dan dukungan baik materi dan non materi yang tak pernah
putus dan semoga apa yang diinginkan semua pada saya bisa terwujud.
Terima kasih atas segala pengorbanan dan ilmu sabar yang diajarkan serta
limpahan kasih sayang yang tulus, kakanda saya Irma Ayu Wandira, terima
kasih atas segala perhatian, kasih sayang, marah – marah dan motivasi
serta doanya, dan semua keluarga besar saya tante dan om saya Om Dr.
menjadi orang tua kedua saya selama saya mengikuti jenjang pendidikan
S1, Almarhum Porda Karodda dan Tante Uma, Om Anwar dan Tante
Misna Wati, Om Kamaruddin Dan Tante Abbasia, Tante Nani, Tante Tini,
vi
Tante Enni, Tante Asma , Sepupu sepupu sy Sakiyah Mutia, Fauzia Mutia,
, Ibu Dr. Kartini S.E.,M.Si.,Ak.CA selaku wakil dekan II, dan Dr. Madris.
Ekonomi.
Dr. Sabir, SE., M.Si selaku pembimbing II dalam penyusunan skripsi ini,
4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi yang telah menginspirasi dan
Pak Masse, Pak Aspar, Pak Akbar, Pak Safar, Pak Tamsir, Pak dandu,
Pak Ambang dan pak Parman terima kasih telah membantu dalam
Amalia, Merlyn PD, Nurfaini Rofifah, Irmayati Aisyah Oesman, Putri Rezky
vii
Mujahidah, Andi Munashirah, Muthya Zulhira, Nurul Aulia Ananda, Nurul
Izza, Putri Widyastuti, Latifa Qalby, Andi Astrini S.Y, Andi Gaung Lessang,
“patah“), Abdul Rasul Umar (manusia ajaib lulusan SLB), Muh Ridhol AM
(manusia penuh bau kaos kaki dan paling kepala batu), Arung Pairunan
(manusia terkreatif mi ini dan teman pertama yang saya kenal di ekonomi
viii
Muh Dwiki Argawinata (ketua angkatan terandalan yang mati kiri)
Erudite.
11. Terima kasih juga buat andalancu Nurainun Wirfiana yang telah
kanda Ali akbar selaku Guru Spritualku, kanda Haidir Selaku Guru
Bela Diriku, Fahri Pratama Putra Dan Alif alfian selaku Guru
selaku ibu Rektornya KRESEK, Velop nda ku tau nama aslimu bela
HIMAJIE.
ix
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
terdapat dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik bagi pembaca demi kesempurnaan, skripsi ini. Penulis juga
Makassar, 14
Agustus 2018
IMRAN
x
ABSTRAK
IMRAN AMRI
BASO SISWADHARMA
SABIR
Kata kunci: Pola bagi hasil, Pemanfaatan pendapatan, Nelayan pemilik modal,
Nelayan buruh
xi
ABSTRACT
IMRAN AMRI
BASO SISWADHARMA
SABIR
This research is a qualitative research that aims to find out the pattern for
the results of fisherman owners of capital (punggawa) and fisherman
workers (mustard) and how the utilization of income obtained fisherman
workers (mustard) in the district Suppa Pinrang district. This research uses
qualitative approach with case study method. The data analyzed is the
result of interview with fisherman owner of capital (punggawa) and
fisherman of laborer (mustard) in subpres district of Pinrang Regency. The
results showed the distribution of results between the owners of capital
(punggawa) with the fisherman workers (mustard) is not the same and the
distribution of results between fellow workers (mustard) is not the same.
This research also found that the utilization of fisherman income of
Kecamatan Suppa Pinrang Regency is allocated mainly for daily
consumption, education cost and saving.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN................................................................................ v
PRAKATA .......................................................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... xi
ABSTRACT....................................................................................................... xii
xiii
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 27
3.1 Lokasi Penelitian................................................................................ 27
3.2 Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 27
3.3 Instrumen Penelitian .......................................................................... 27
3.4 Keabsahan dan Keajegan Penelitian ................................................. 29
3.4.1 Keabsahan Konstruk (Construct Validity).................................. 29
3.4.2 Keabsahan Internal (Internal Validity) ....................................... 30
3.4.3 Kebasahan Eksternal (Eksternal Validity) ................................ 30
3.4.4 Keajegan (Reabilitas................................................................. 30
3.5 Teknik Analisis Data .......................................................................... 31
3.5.1 Reduksi Data (Data Reduction) .............................................. 33
3.5.2 Penyajian Data (Data Display) ................................................ 35
3.5.3 Penarikan Kesimpulan (Conclusions) ..................................... 35
3.6 Definisi Operasional.......................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN............................................................................. 36
4.1 Karakteristik Wilayah Penelitian & Karakteristik Informan.................... 36
4.1.1 Kondisi Geografis dan Kependudukan Kabupaten Pinrang ..... 36
4.1.2 Karakteristik Informan ............................................................. 39
4.2 Informan Pertama (KP) ( Punggawa ) ................................................ 41
4.2.1 Coding (Pengkodean) Wawancara KP (Pemilik Modal) ......... 41
4.2.2 Ringkasan Coding Wawancara KP (Punggawa) .................... 43
4.2.3 Kategorisasi Pola Jawaban KP (Punggawa) .......................... 43
4.3 Informan kedua GS (Sawi) ................................................................ 44
4.3.1 Coding (Pengkodean) Wawancara GS (Abk Pengemudi Kapal 44
4.3.2 Ringkasan Coding Wawancara GS (Sawi) .............................. 45
4.3.3 Kategorisasi Pola Jawaban GS (Sawi) .................................... 46
4.4 Informan ketiga HS (Sawi) ................................................................ 47
4.4.1 Coding (Pengkodean) Wawancara GS (Sawi) ....................... 47
4.4.2 Ringkasan Coding Wawancara GS (Sawi) ............................. 49
xiv
4.4.3 Kategorisasi Pola Jawaban GS (Sawi) .................................. 49
BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................... 51
5.1 Pola Bagi Hasil ................................................................................. 51
5.2 Pendapatan Nelayan ........................................................................ 55
5.3 Pemanfaatan Pendapatan ................................................................ 56
BAB VI PENUTUP ............................................................................................ 58
5.1 Kesimpulan........................................................................................ 58
5.2 Saran................................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 59
LAMPIRAN........................................................................................................ 60
xv
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR GAMBAR
2.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian ................................................................. 26
2.1 Metode Analisis Data ................................................................................... 32
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu pulau
dengan wilayah laut yang lebih luas dari pada luas daratannya. Luas seluruh
wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima juta km2 terdiri dari luas
daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km 2, dan perairan kepulauan seluas
2,8 juta km2. Artinya seluruh laut Indonesia berjumlah 3,1 juta km 2 atau sekitar
62% dari seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, Indonesia juga merupakan
negara dengan garis pantai terpanjang di dunia dengan jumlah panjang garis
pantainya sekitar 81.000 km. Luas laut yang besar menjadikan Indonesia unggul
dalam sektor perikanan dan kelautan (Nontji, 2005). Tujuan pembangunan sektor
meningkatkan produksi dan pendapatan pada sektor perikanan. Hal ini sejalan
sumber daya alam yang melimpah baik yang ada di darat maupun yang ada di
laut. Sumberdaya dan tenaga yang dimiliki oleh masyarakat merupakan modal
1
2
hal ini, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari para penduduk yang
atau individu yang aktif dalam melakukan penangkapan ikan dan binatang air
miskin di semua negara dengan atribut “the poorest of poor’’ (termiskin diantara
jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama
satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan atau tahunan. Hal ini dapat
umumnya terjadi akibat tekanan sosial dan keterbatasan akses yang dimiliki.
Provinsi Sulawesi Selatan juga memiliki potensi laut yang cukup besar,
terbesar kedua dalam PDRB sektor pertanian wilayah ini. Hasil laut Sulawesi
Selatan terdiri dari beragam jenis ikan kualitas ekspor, bandeng, serta rumput
perikanan budidaya laut dengan hasil produksi tahun 2013 sebesar 1,6 juta ton.
Hasil perikanan budidaya lainnya terdiri atas tambak, kolam, karamba, jaring
apung dan sawah (mina padi) dengan hasil produksi terbesar hasil produksi
tambak sebesar 918.245 ton. Perikanan tangkap laut hasil produksinya sebesar
277.896 ton atau sebesar 10 persen dari total produksi perikanan di Sulsel.
adanya Punggawa dan Sawi yang merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat
4
peminjam atau pekerja atau juga dapat disebut buruh atau bahasa lainnya
menguntungkan, tetapi pola hubungan kerja ini anehnya demikian mapan dan
masyarakat nelayan yang lain adalah orang yang dihormati, disegani dan
dianggap sebagai penolong terutama pada saat para sawi amat memerlukan
Menurut Irawan (2011) jalinan hubungan antara punggawa dan sawi dalam
Bagang lebih terbentuk hubungan banyak benang jalinan tidak terbatas pada
beberapa orang sawi di dalam usaha Bagangnya, akan tetapi dalam pola
hubungan tersebut terjalin pula suatu hubungan sosial yang lebih bersifat intern
antara punggawa dengan sawinya. Dalam hubungan kerja yang dibangun oleh
punggawa dan sawi yang berdasarkan pada kesepakatan lisan tanpa ada
kontrak maupun perjanjian yang jelas dari segi hukum menyebabkan harus dapat
menerima apa yang telah ada atau ketidakberdayaan dalam menghadapi situasi
Modal yang diberikan oleh Punggawa tidak terbatas pada modal materi berupa
uang, namun juga dalam bentuk peralatan seperti kapal, mesin kapal, jaring,
masa sulit maka yang akan didatangi adalah punggawa. Sebab hampir sebagian
5
besar sawi tidak memiliki pekerjaan sehingga hanya mengandalkan bantuan dari
punggawa. Hal ini akan berlangsung berikutnya, punggawa sebagai yang diikuti
memiliki areal perikanan yang cukup potensial baik perikanan darat maupun
perikanan laut hal ini dapat dilihat dari banyaknya daerah pesisir pantai.
Tabel 1.1
Jumlah tangkap
Kecamatan 2011 2012 2013 2014 2015
Suppa 5 669,49 5 710,82 5 749,97 6 243,53 6 302, 38
mattiro sompe 2 467,81 2 485,35 2 507,28 2 724,90 2 750,58
lanrisang 1 127,50 1 142,95 1 158,25 1 257,94 1 269,80
Cempa 197.57 215,21 236,92 257,74 260,17
Duapanua 1 133,11 1 147,67 1 167,42 1 265,63 1 277,56
Lembang 951,83 972,08 988,22 1 073,29 1 083,41
Jumlah 11.547,31 1.052.641 11.808,06 1.282,303 12.943,9
Sumber : Bps Kabupaten Pinrang
Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa data jumlah tangkap masyarakat
nelayan Kec. Suppa paling tinggi dari tahun 2011 sebanyak 5.669 ton sampai
tahun 2015 sebanyak 6.302 ton dibanding kecamatan mattiro sompe pada tahun
2011 sebanyak 2.467 ton sampai tahun 2015 sebanyak 2.750 ton, kecamatan
lasinrang pada tahun 2011 sebanyak 1.127 ton sampai tahun 2015 sebanyak
1.269 ton.
6
kecamatan, dan juga memiliki jumlah tangkap ikan laut yang paling tertinggi
nelayan tentu lebih baik yang tercermin dari kehidupan nelayan itu sendiri,
lebih baik. Namun pada kenyataan yang dilihat dari struktur sosial kehidupan
mencerminkan tingkat pendapatan nelayan itu lebih baik. Produksi ikan yang
peningkatan produksi ikan tidak selamanya atau tidak secara otomatis dapat
begitu begitu, tidak pernah meningkat biasa cuma 700 ribu,bahkan paling tinggi
itu 1 juta saya dapat sekali melaut”. Sehubungan dengan hal ini responden
kedua yang bernama RA (45 tahun, istri nelayan sawi)” pendapatan bapak setiap
bulannya itu cuma begitu saja apalagi kalua musim angin sedang kencang
biasanya bapak tidak melaut selain itu kapal yang bapak biasa ikuti cuma kapal
sawi)” saya punya pendapatan dari melaut itu tidak pernah banyak apalagi
7
sekarang saya sering sakit sakitan jadi saya pergi melaut itu sudah jarang”.
Berdasarkan dari hasil wawancara pra penelitian ini, dapat di gambarkan bahwa
masyarakat nelayan semakin menurun. Hal ini bisa terlihat dengan banyaknya
2002).
Kecamatan Suppa. Adapun judul penelitian ini adalah “Kajian Bagi Hasil Dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Nelayan
tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan
Sedangkan menurut (Mulyadi, 2005) yang dikatakan nelayan adalah orang yang
secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung (seperti
penebar dan pemakai jaring) maupun secara tidak langsung (seperti juru mudi
perahu layar, nahkoda kapal ikan bermotor, ahli mesin kapal, juru masak kapal
b) Kedua, dari cara segi hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong
keterampilan sederhana.
yang dilakukan usaha nelayan secara teknis ekonomis merupakan suatu proses
(Mubyarto, 1985). Namun demikian tidak mesti berarti bahwa usaha perikanan
1) Nelayan Sawi (buruh), adalah seorang yang sama sekali tidak memiliki
seorang punggawa yang memiliki modal, alat tangkap dan perahu serta
ikan di laut.
berupa pancing dan perahu katinting dan atau lepa-lepa (sampan) yang
tunggal, mereka terdiri dari beberapa kelompok. Dilihat dari segi kepemilikan alat
a. Nelayan buruh
Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik
orang lain.
b. Nelayan Juragan
c. Nelayan perorangan
dicapai karena sebagai institusi sosial, terdapat norma sosial yang mengikat,
institusi sosial dapat mengontrol dan menentukan tindakan, prilaku dan pola
aan teknologi yang sesuai dengan kebijakan harga pasar, pendidikan yang
tujuan
5. Distribusi pendapatan
hanya sebagian kecil di antara perikanan modern berskala besar yang kapitalistik
pemasaran ikan dilakukan diluar biaya operasional, seperti bahan bakar. Namun,
pembagian hasil bukan dilihat dari peran dan status, tetapi karena bantuan jasa
transportasi dan tenaga saat pemasaran. Salah satu bentuk insentif bagi nelayan
adalah pendapatan yang mereka peroleh dari kegiatan penangkapan, yang pada
kenyataannya sangat dipengaruhi oleh sistem bagi hasil yang berlaku. Jika
sistem bagi hasil menguntungkan semua pihak (pemilik modal dan pekerja
b) Nelayan pemilik ialah orang atau badan hukum yang dengan hak apapun
Persentase bagi hasil perikanan sebagai berikut : Usaha perikanan laut maupun
kepentingan bersama dari nelayan pemilik dan nelayan penggarap serta pemilik
masing menerima bagian dari hasil usaha itu sesuai dengan jasa yang
diberikannya.
2.1.4. Pendapatan
dari kekayaan seperti sewa, bunga dan dividen, serta pembayaran transfer atau
sumber daya yang dimiliki. Penadapatan tengah seluruh rumah tangga adalah
Pada suatu tahun tertentu, setengah dari rumah tangga berada diatas
hasil berupa uang atau material lainnya, yang dicapai dari penggunaan kekayaan
faktor produksi secara tepat, sehingga dalam setiap usaha pengelola usaha
mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula.
konsumsi selama satu periode. Secara garis besar, pendapatan adalah jumlah
harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama
satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi. Defenisi pendapatan menurut ilmu
badan usaha awal peeriode dan menekankan pada jumlah nilai yang statis pada
Wild (2003), “economic income is typically measured as cash flow plus the
change in the fair value of net assets. Under this definition, income includes both
realized (cash flow) and unrealized (holding gain or loss) components”. Menurut
Wild, pendapatan secara khusus diukur sebagai aliran kas perubahan dalam nilai
menurut ekonomi mengindikasikan adanya suatu aliran dana (kas) yang terjadi
dari satu pihak kepada pihak lainnya. Menurut Rosyidi (1999) “pendapatan harus
sewa dan laba) muncul sebagai akibat jasa produktif (productive service) yang
diberikan kepada pihak business. Pendapatan bagi pihak business diperoleh dari
pembelian yang dilakukan oleh masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa
input proses produksi dengan harga yang berlaku di pasar faktor produksi. Hasil
faktor produksi di pasar faktor produksi (seperti halnya juga untuk barang-barang
(ii) warisan/pemberian
b) Harga per unit dari faktor-fakttor produksi. Harga harga yang ditentukan
mendukung kondisi alam maka semakin tinggi peluang untuk mendapatkan hasil
yang baik, sebaliknya semakin buruk kondisi alamnya maka semakin rendah
Pendapatan yang merupakan salah satu faktor ekonomi sangat bergantung pada
minimum (KFM) sangat ditentukan oleh pendapatan yang diterima. Sumber daya
taraf hidup dan kesejahteraan nelayan, namun pada kenyataannya masih cukup
mereka miskin. Hal ini dikarenakan: keterbatasan modal, skill, adanya tekanan
dari pemilik modal (sistem bagi hasil perikanan yang tidak adil), sistem
perdagangan atau pelelangan ikan yang tidak transparan (tidak ada regulasi
yang tepat dan lemahnya otoritas atau pemerintah), budaya kerja yang masih
dengan musim. Pada saat musim paceklik, tidak jarang para nelayan tidak
memperoleh hasil sama sekali. Sebaliknya pada saat musim ikan hasil
dan semua biaya (TC). Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan nelayan (TR) adalah
perkalian antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya
nelayan biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan
biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap
jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau
sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh
produksi yang diperoleh, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC
(Soekartawi, 2002).
1. Modal
Menurut Mubyarto (1973) modal adalah barang atau uang yang secara
bersama – sama faktor produksi, tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang
kuat dengan berhasil tidaknya suatu usaha produksi yang didirikan. Modal dapat
dibagi sebagai berikut : Modal Tetap adalah modal yang dapat dipakai untuk
proses produksi dalam jangka waktu yang relatif lama dan tidak terpengaruh oleh
besar kecilnya jumlah produksi, misalnya Modal perahu, modal jaring, dan lain
sebagainya. Modal Lancar adalah modal memberikan jasa hanya sekali dalam
proses produksi, bisa dalam bentuk bahan baku dan kebutuhan lain sebagai
penunjang usaha tersebut misalnya makanan, solar, rokok dan lain sebagainya.
Modal dalam kegiatan nelayan sangat mutlak dibutuhkan, karena tanpa modal
nelayan tidak akan mendapatkan ikan/ memproduksi ikan. Dengan kata lain
seberapa besar modal yang di gunakan dalam melaut. Dengan modal yang
besar para nelayan akan mampu memproduksi hasil ikan tangkapnya dan
Modal adalah salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi setiap
usaha, baik skala kecil, menengah maupun besar. Dalam memulai suatu usaha,
modal merupakan salah satu faktor penting disamping faktor lainnya, sehingga
suatu usaha bisa tidak berjalan apabila tidak tersedia modal. Artinya, bahwa
suatu usaha tidak akan pernah ada atau tidak dapat berjalan tanpa adanya
modal. Hal ini menggambarkan bahwa modal menjadi faktor utama dan penentu
dari suatu kegiatan usaha. Karenanya setiap orang yang akan melakukan
kegiatan usaha, maka langkah utama yang dilakukannya adalah memikirkan dan
2. Lama Kerja
a) Pola penangkapan lebih dari satu hari Penangkapan ikan seperti ini
lamanya melaut.
sekitar jam 03.00 dini hari atau setelah Subuh, dan kembali pagi harinya
waktu yang lebih lama dan lebih jauh dari daerah sasaran tangkapan ikan
yang lebih banyak dan tentu memberikan pendapatan yang lebih besar
akan menyerap tenaga kerja. Selain itu konsumsi harus sama dengan
otomatis gaji para pekerja akan naik sehingga daya beli mereka meningkat.
karena tenaga kerja merupakan faktor penggerak faktor input yang lain, tanpa
adanya tenaga kerja maka faktor produksi lain tidak akan berarti. Dengan
Aset utama para usaha nelayan, hanya tenaga kerja dan keterampilan,
serta kreatifitas yang relaitif masih rendah. Meskipun pekerjaan sebagai nelayan
memerlukan tenaga kerja, banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan harus sesuai
biaya melaut (lebih efisien) yang diharapkan pendapatan tenaga kerja akan lebih
tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan kerja. Curahan tenaga kerja
4. Faktor Pengalaman
Faktor pengalaman, faktor ini secara teoritis dalam buku, tidak ada yang
5. Faktor Teknologi
menangkap ikan dengan mengunakan alat tangkap yang sederhana, mulai dari
22
ikan dengan alat yang lebih modern ialah kapal ikan dengan alat tangkap
modern.
tingkatan dilihat dari kapasitas teknologi (alat tangkap dan armada), orientasi
pasar dan karakteristik pasar. Keempat kelompok tersebut, antara lain nelayan
penangkapan ikan yang lebih maju, seperti motor tempel atau kapal motor;
(Satria, 2002).
Adhar ( 2012 ) data yang digunakan adalah data primer dengan jumlah
responden 51 orang,. Variabel dalam penelitian ini adalah modal kerja, tenaga
hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Hasil penelitian ini
menyusun kebijakan dan strategi yang efektif dan efisien untuk kegiatan
Bone.
Sedangkan St. Aisyah (2016) data yang digunakan adalah data primer
dengan jumlah responden sebanyak 30 orang yang terdiri dari 19 punggawa dan
11 sawi. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif
sistem pembagian hasil antara punggawa dan sawi yaitu sebesar 50:50. Akan
tetapi punggawa juga ikut dalam proses melaut, sehingga punggawa juga
mendapatkan bagian diluar dari pendapatan sebagai punggawa. Oleh karena itu,
Bagi Hasil.
kerja perikanan yang semakin langka, dan timpangnya sistem bagi hasil
kerja pada usaha perikanan tuna. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis
hubungan kerja antara pemilik kapal dan tenaga kerjanya pada usaha perikanan
kepada 30 orang informan dengan status sebagai pemilik kapal, nahkoda dan
anak buah kapal (ABK). Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Hasil
kajian menunjukan bahwa sistem perekrutan tenaga kerja terjadi melalui jalur
dengan tenaga kerja nahkoda. Hubungan kerja antara pemilik kapal dan
pada proses penjualan ikan. Peningkatan posisi tawar pelaku usaha dapat
Ida Ayu Sukma Dewi dan Surya Dewi Rustariyunu (2000) nelayan sangat
pendapatannya di saat musim ikan dan musim sepi ikan serta mengetahui
pengaruh jumlah tanggungan, jam kerja, umur dan jarak tempuh melaut terhadap
perbedaan yang signifikan antara pendapatan nelayan buruh pada saat musim
ikan dan musim sepi ikan. Jumlah tanggungan, jam kerja, usia dan jarak tempuh
secara parsial hanya usia dan jarak tempuh yang berpengaruh signifikan.
Aktivitas sehari-hari mereka menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut yang
Pola Bagi hasil dalam masyarakat pesisir merupakan suatu sistem yang
meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana (punggawa) dan
pengelola dana (sawi), penyedia dana dan pengelola dana dapat melakukan
kesepakatan dalam bagi hasil usaha yang dijalankan. Dalam kehidupan sawi,
masalah yang paling mendasar dan sangat mengikat adalah pembagian hasil
punggawa memiliki bagian yang lebih besar dibandingkan dengan sawi serta
Punggawa.
Pendapatan nelayan sangat bergantung dari bagi hasil yang diterima dari
digunakan untuk kebutuhan sehari hari dan tidak adanya usaha yang dilakukan
nelayan selain dari melaut. Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini :
26
Gambar 2.1
Bagi Hasil
Pendapatan
Pemnafaatan Pendapatan
27
BAB III
METODE PENELITIAN
lokasi penelitian yang dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa lokasi
Jenis dan sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi
karena lebih sensitif dan adaptif terhadap peran dan berbagai pengaruh
hasil penelitian.
bantu, yaitu:
1. Pedoman wawancara
2. Alat Pendokumentasian
kamera digital. Perekam suara berguna sebagai alat bantu pada saat
gambar yang dapat menjadi bukti fisik bahwa peneliti benar-benar melakukan
suatu penelitian pendekatan kualitatif. Empat hal tersebut adalah sebagai berikut:
yang berukur benar- benar merupakan variabel yang ingin di ukur. Keabsahan ini
juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data
itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Menurut Patton (dalam Sulistiany 1999) ada 3 macam triangulasi sebagai teknik
1. Triangulasi data
wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu
2. Triangulasi Pengamat
3. Triangulasi Teori
yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori
data tersebut.
Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses analisis dan interpretasi yang tepat.
Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif akan selalu berubah dan tentunya
akan mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Walaupun telah dilakukan uji
berbeda.
sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, tetapi penelitiaan kualitatif dapat dikatakan
penelitian yang sama, sekali lagi. Dalam penelitian ini, keajegan mengacu pada
penelitian dilakukan sekali lagi dengan subjek yang sama. Hal ini menujukan
31
pemahaman tentang kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan bagi
analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat
kualitatif, metode analisis data merupakan proses yang kompleks dan melibatkan
penalaran induktif dan deduktif, serta deskripsi dan interpretasi sehingga tidak
menjadi tiga bagian, yakni data reduction, data display dan conclusions.
32
Gambar 3.1
Suwandi, 2008). Data yang diperoleh dari proses wawancara diseleksi dan
diorganisir melalui coding dan tulisan ringkas. Dalam mereduksi data, data-data
yang tidak relevan dipisahkan dari data yang relevan dengan penelitian.
memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya serta
membuang yang tidak perlu. Jadi, data yang digunakan diharapkan benar- benar
data yang valid. Reduksi data mencakup beberapa kegiatan seperti berikut:
1. Organisasi data
dalam penelitian ini adalah hasil wawancara yang berkaitan dengan pertanyaan
Kabupaten Sidrap dan bagaimana taraf hidup petani sidrap setelah beralih ke
2. Coding data
memberikan label pada teks dalam rangka memperoleh informasi dan tema-tema
umum yang terkandung di dalam data. Tujuan dari proses pengkodean adalah
langkah berikut:
orang ini? “Cari makna yang tersirat dan tuliskan di pinggir dalam bentuk
cara menandai dengan tanda kurung dan beri kode berupa kata atau
dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan
informan.
Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, maka peneliti mulai
landasan teori pada bab II, sehingga dapat dicocokan apakah ada kesamaan
antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak
memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-
dalam bentuk uraian (naratif), tabel, charts, networks dan format gambar lainnya.
Hal ini berfungsi untuk memberi kemudahan dalam membaca dan menarik
kesimpulan. Dalam penelitian ini peneliti menyajikan data dalam bentuk uraian
informan untuk membaca kembali hasilnya. Hal ini bertujuan untuk menghindari
sesuai berdasarkan data yang diperoleh peneliti di lapangan. Hal ini disebut
nelayan (sawi) dan punggawa atau bagian dari hasil usaha yang
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan analisis data terhadap hasil wawancara
peneliti dengan informan terkait pola bagi hasil dan pemanfaatan pendapatan
sesuai dengan teknik analisis data yang telah dijabarkan pada bab III yakni
utara ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, berada pada posisi 3°19’13” sampai
4°10’30” lintang selatan dan 119°26’30” sampai 119°47’20” bujur timur. Secara
Makassar,
pantai, pada dataran rendah didominasi oleh areal persawahan, bahkan sampai
satu periode yang sama, untuk wilayah Kecamatan Suppa dan Lembang
dipengaruhi oleh musim sektor barat dan lebih dikenal dengan sektor peralihan
masing :
a. Kecamatan Batulappa
b. Kecamatan Cempa
c. Kecamatan Duampanua
d. Kecamatan Lanrisang
e. Kecamatan Lembang
f. Kecamatan Mattirobulu
g. Kecamatan Mattirosompe
h. Kecamatan Paleteang
i. Kecamatan Patampanua
j. Kecamatan Suppa
k. Kecamatan Tiroang
l. Kecamatan Watangsawitto
38
menunjukkan jumlah penduduk pada tahun 2013 sebanyak 361.293 jiwa, lalu
meningkat pada tahun 2014 mencapai 364.087 jiwa. Periode 5 tahun terakhir
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Kabupaten Pinrang
Tahun 2011 - 2015
tahun 2015 sebnayak 9.122 jiwa, dengan rumah tangga terbanyak berada di
kecamatan suppa yaitu sebayak 4 324 jiwa dibanding 11 Kecamatan lainnya. Hal
Tabel 4.2
Jumlah Rumah Tangga Perikanan Laut tahun 2015
No. Kecamatan Perikanan Laut
1. Batulappa -
2. Cempa 341
3. Duampanua 986
4. Lanrisang 825
5. Lembang 887
6. Mattirobulu -
7. Mattirosompe 1.759
8. Paleteang -
9. Patampanua -
10. Suppa 4.324
11. Tiroang -
12. Watangsawitto -
Jumlah 9.122
Sumber: Pinrang dalam angka 2015
mengenai para nelayan yang berkaitan dengan pola bagi hasil yang ia lakukan
Tabel 4.3
Karakteristik Informan
Pengalaman Tingkat
No Informan Umur Jenis Kelamin
melaut Pendidikan
1. KP (punggawa) 57 Laki-laki 30th SMK
2. 50 Laki-laki 29th SMP
GS ( sawi )
3. HS ( sawi ) 52 Laki-laki 30th SMP
Sumber : Data primer, Agustus 2017
Umur adalah lamanya waktu hidup yang terhitung sejak lahir sampai
sekarang. Kategori umur pada umumnya dikategorikan menjadi dua yaitu tua
dan muda. Dalam hal produktivitas, kelompok muda adalah mereka yang
40
dilihat dari sudut pandang umur sendiri informan masuk dalam kelompok tua,
namun dari umur informan tersebut dapat diketahui bahwa informan memiliki
pengalaman yang lebih banyak dan lebih lama dalam menggeluti dunia nelayan.
nelayan dalam menggeluti dunia melaut mulai dari awal ia memutuskan untuk
terjun ke dunia melaut hingga dengan saat ini. Semakin lama suatu usaha maka
bagi setiap orang maka juga akan mempengaruhi dalam bertingkah laku dan
mengambil keputusan.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pengalaman melaut dari ketiga
informan yaitu diatas 29 tahun. Sehingga dari segi pengalaman melaut, para
informan sudah melewati berbagai tahap dalam proses melaut. Nelayan yang
sudah lebih lama bertani memiliki pengalaman yang lebih banyak daripada
oleh seseorang melalui pendidikan formal yang dipakai oleh pemerintah serta
Dari data tabel 4.3 di atas diketahui bahwa tingkat pendidikan ketiga
informan adalah setingkat SMP dan SMA atau 10 – 13 tahun waktu yang
melaut, pendidikan terakhir lulusan SMK dan telah melaut selama 30 tahun,
dengan nama usahanya Cahaya Lero. Jumlah kapal yang dimilik Bapak KP
itu di hitung mi berapa sisanya terus di bagimi untuk yang punyak kapal
dan untuk abk
T : apa apa yang termasuk dalam biaya makan sama biaya kapal ?
J : jadi biaya itu seperti:
1. Solar
2. Es balok
3. Beras
4. Minyak
5. Rokok
6. Oli
7. Gula pasir
8. Kopi
9. Rompong ( alat tangkap ikan )
b. Pendapatan
b) Pendapatan
1. Hasil penjualan 30 sampai 50 juta sekali melaut
2. Pembagian untuk peliki kapal kurang lebih 5 juta untuk perorang
3. 10 sampai 30 juta untuk dibagi ke abk
4. Untuk pengemudi kapal 2 juta dan abk biasa 1 juta
1. Perhitungan biaya
abk
b. Pendapatan
melaut, pendidikan terakhir lulusan SMP dan telah melaut selama 29 tahun,
T : apa apa yang termasuk dalam biaya makan sama biaya kapal ?
J : Solar, Es balok, Beras, Minyak, Rokok, Oli, Gula pasir, Kopi,Rompong (
alat tangkap ikan )
J : biasa satu dua bulan baru diambil tapi biasa juga kalau butuh sekali ki
langsung jki mintaip
b. Pendapatan
J : tidak ada jadi kalau pulang mi dari melaut itu tinggal mi sj di rmh
c. Pemanfaatan pendapatan
J : kalau itu dek paling itu untuk beli beras apa, sayaur pokoknya untuk
keluarga bapak ?
J : Alhamdulillah cukupji untuk beli makanan sama kasi sekolah anak anak
46
abk
b. Pendapatan
melaut
2 juta
c. Pemanfaatan pendapatan
1. Perhitungan biaya
abk
b. Pendapatan
c. Pemanfaatan pendapatan
1. Konsumsi
2. Tabungan
3. Pendidikan anak
melaut, pendidikan terakhir lulusan SMP dan telah melaut selama 30 tahun,
ABK ) yang bekerja di salah satu kapal laut yang ada di daerahnya.
T : apa apa yang termasuk dalam biaya makan sama biaya kapal ?
J : Solar, Es balok, Beras, Minyak, Rokok, Oli, Gula pasir, Kopi,Rompong
(alat tangkap ikan )
b. Pendapatan
J : tidak ada kalau usaha sy punya dek ituji saja pergi melaut
49
c. Pemanfaatan pendapatan
T : hasil dari pembagian hasil yang diterima bapak pergunakan untuk apa ?
J : yah paling itu untuk kebutuhan sehari hari ji dek, beli beras apa kaya
begitu ji heheheheh
J : kalau tabungan iye adaji di simpan tasedikit di bank sama istri kasian
keluarga bapak ?
J : yah kalau diliat cukup ji karena sampai sekarang Alhamdulillah bisa jeki
kapal
melaut
abk
dibanding abk
b. Pendapatan
melaut
c. Pemanfaatan pendapatan
3. Menyekolahkan anak
dengan abk
b. Pendapatan
c. Pemanfaatan pendapatan
1. Konsumsi
2. Tabungan
3. Pendidikan anak
51
BAB V
PEMBAHASAN
Setelah melakukan tahap analisis data pada bab IV, akhirnya peneliti
kondisi alami dari suatu fenomena, seperti yang dikatakan Nasution (2003)
akhirnya peneliti memperoleh makna mengenai pola bagi hasil yang diterapkan,
Bagi hasil merupakan suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian
hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana. Penyedia dana dan
pengelolah dana dapat melakukan kesepakatan dalam bagi hasil usaha yang
dimana pihak-pihak yang bekerja sama saling mengikat diri untuk bekerja sama
52
sesuai dengan kesepakatan tertentu yang telah disetujui antara pemilik modal
(punggawa) dan nelayan buruh (sawi). Adapun pengelola dana atau punggawa
yang ada di Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang tidak ikut serta dalam proses
penangkapan.
J : kalau saya nda ikut ka, saya cuma tinggal dirumah saja
Terjemahan : “pemilik kapal tidak ikut serta dalam proses melaut, dia hanya
tinggal di rumah“
pinrang yaitu:
1. Perhitungan Biaya
hari yang tentunya memakai biaya. Biaya yang dikeluarkan dapat berubah-ubah
bergantung pada jauh dan jumlah operasi penangkapan dalam semusim. Dalam
J : pertama itu di hitungi dulu biaya makannya sama biaya kapalnya juga
selamai melaut, kalau kapal itu tetap mi sewa memang jadi kalau sudah
itu di hitung mi berapa sisanya terus di bagimi untuk yang punya kapal
Setelah semua biaya dihitung oleh pemilik kapal maka hasil itulah yang
besar dibanding abk. Hal ini disebabkan karena pemilik modal merupakan
penyedia dana sekaligus pengelola dana sedangkan abk hanyala penyedia jasa.
J : tidak sama kalau pemilik kapal lebih banyak pembagiannya karena kita
J : tidak samai lebih banyak bagiannya pemilik kapal e karena kita cuma kerja
jeki saja kalau pemilik kapal e kan dia semua yang punya
dibandingan dia“
kapal dimana pembagian untuk pengemudi kapal lebih banyak dibanding abk
biasa. Pengemudi kapal yang ditunjuk biasanya merupakan orang yang sudah
terjadi selama melaut, dan dipercaya dapat memimpin operasi penangkapan ikan
54
dengan sebaik mungkin agar mendapat hasil tangkapan yang maksimal. Berikut
dibagi lagi itu ada 2 orang yang pengemudi kapal jadi itumi nnt yang lebih
abk. Hasil pembagian tersebut diserahkan paling lama dua bulan, hal ini
disebabkan karena adanya beberapa abk yang memiliki utang ke pemilik modal
wawancara KP:
J : tidak dulu, karena ada juga biasa abk yang na simpan dulu uangnya sama
ada juga yang biasa ambil panjar jadi itu nanti di hitungi semua sama gaji
J : biasa itu na ambil i paling lama dua bulan biasa i juga kalau butuh sekali
mi langsung ji na minta
di serahkan paling lama 2 bulan karena adanya abk yang memiliki utang dan
Pendapatan merupakan jumlah uang yang diterima dari suatu aktivitas yang
begantung pada hasil penjualan dari ikan yang mereka tangkap. jika hasil
penjualan tinggi maka bagi hasil yang mereka dapatkan juga tinggi, berikut
“pembagian hasil itu sangat tergantung dari ikan yang di tangkap kalau
jumlah ikan yang di tangkap banyak makanya yang didapat juga banyak “
TABEL 5.1
N Jabatan Pendapatan
o
diperoleh dari hasil melaut. Hal tersebut diakibatkan dari tidak adanya mata
J : tidak ada jadi kalau pulang mi dari melaut itu tinggal mi sj di rmh lagi
Terjemahan : “ dia tidak memiliki usaha selain melaut jika dia pulang dari
dialokasikan untuk :
1. Konsumsi sehari-hari
untuk apa ?
J : yah paling itu untuk kebutuhan sehari hari ji dek, beli beras
beras “
2. Tabungan
3. Pendidikan anak
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
buruh (sawi) tidak sama, dan pembagian hasil antara sesama nelayan
5.2 Saran
nelayan dilapangan.
Nama : imran
Nomor HP : 081242187679
Riwayat Pendidikan
Imran
DAFTAR PUSTAKA