Anda di halaman 1dari 2

Nama : Salsyabila Sukmaningrum

No Absen : 27
Kelas : XII MIPA 3
KASUS PELANGGARAN HAM BERAT

TRAGEDI TRISAKTI MEI 1998


(Artikel mengenai peristiwa pelanggaran HAM mei 1998 telah tayang di Kompas.com dengan judul
"20 Tahun Tragedi Trisakti, Apa yang Terjadi pada 12 Mei 1998 Itu?")

Pada tanggal 12 Mei 1998, peristiwa mencekam dan berdarah terjadi di kampus
Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat, saat mahasiswa melakukan demonstrasi
menentang pemerintahan Soeharto. Empat mahasiswa tewas dalam penembakan
terhadap peserta demonstrasi yang melakukan aksi damai, yaitu Elang Mulia
Lesmana, Hafidin Royan, Heri Hartanto, dan Hendriawan Sie. Sementara itu,
dokumentasi Kontras menulis, korban luka mencapai 681 orang dari berbagai
perguruan tinggi di Indonesia.

Penembakan terhadap mahasiswa diketahui tidak hanya berasal dari aparat


keamanan yang berada di hadapan peserta demonstrasi. Dalam berbagai
dokumentasi televisi, terlihat juga tembakan yang dilakukan dari atas fly over Grogol
dan jembatan penyeberangan. Aparat keamanan tidak hanya menembak dengan
menggunakan peluru karet. Pihak kampus pun menemukan adanya tembakan yang
terarah, dengan menggunakan peluru tajam.

Tragedi Trisakti menjadi simbol dan penanda perlawanan mahasiswa terhadap


pemerintahan Orde Baru. Setelah tragedi itu, perlawanan mahasiswa dalam
menuntut reformasi semakin besar, hingga akhirnya memaksa Presiden Soeharto
untuk mundur pada 21 Mei 1998. Kerusuhan yang bernuansa rasial sebenarnya
sempat terjadi sehari setelah Tragedi Trisakti, yaitu pada 13-15 Mei 1998. Namun,
kerusuhan itu tidak mengalihkan perhatian mahasiswa untuk tetap bergerak dan
menuntut perubahan. Hingga kemudian, pada 18 Mei 1998 mahasiswa berhasil
menguasai kompleks gedung MPR/DPR, dan beberapa hari kemudian menjatuhkan
pemerintahan yang berkuasa selama 32 tahun.
ANALISA MENGENAI TRAGEDI TRISAKTI :

Tragedi trisakti mei 1998 menjadi bukti kelam pemerintahan pada masa sebelum
orde baru. Pokok dari permasalahan dan kerusuhan ini timbul akibat pemerintah
yang tidak terima atas demontrasi yang dilakukan oleh mahasiswa yang menuntut
reformasi dan hak nya sebagai rakyat untuk di dengar suaranya. Padahal
demonstrasi yang dilakukan awalnya tertib. Orasi dan longmarch menuju gedung
DPR/MPR pun berjalan hingga pukul 5 sore tanpa ketegangan yang berarti. Namun
kerusuhan tiba - tiba muncul pada saat mahasiswa telah kembali ke kampus. Terjadi
letusan senjata dari arah aparat keamanan menuju gedung kampus trisakti dan
sontak menimbulkan kerusuhan dan kepanikan. Hal ini memakan korban jiwa dan
tergolong ke dalam pelanggaran HAM, terlebih dari adanya 681 korban luka - luka
dan 4 korban tewas akibat penembakan ini. Padahal saat itu, mahasiswa tidak
melawan, tidak melempar batu, dan tidak melakukan kekerasan.

Sampai saat ini pun kasus penembakan yang terjadi belum tuntas sepenuhnya. Pihak
kepolisian yang menjadi aparat keamanan meng-klaim hanya menggunakan tongkat
pemukul, peluru kosong, peluru karet, dan gas air mata. Persidangan terhadap enam
terdakwa beberapa tahun kemudian juga tidak dapat mengungkap siapa penembak
mahasiswa yang menggunakan peluru tajam dan motifnya. Enam terdakwa hanya
dituduh dengan sengaja tidak menaati perintah atasan. Ini merupakan bukti dari
penanganan kasus pelanggaran HAM di Indonesia masih sulit untuk dituntut
keadilannya, terlebih kasus yang melibatkan pemerintahan banyak sekali yang di
sabotase dan dipersulit pemecahan kasusnya. Tragedi trisakti ini merupakan satu
dari banyaknya kasus pelanggaran HAM yang sampai sekarang belum sepenuhnya
selesai penanganannya dan dibiarkan begitu saja.

Anda mungkin juga menyukai