Anda di halaman 1dari 23

PENDAHULUAN

A. Definisi dan Latar Belakang


Pengobatan Holistik: Pemberian berbagai pengobatan kepada pasien
dengan melihat pasien sebagai manusia seutuhnya. Prinsip umum yang
digunakan dalam hal ini adalah menyeimbangkan tubuh, pikiran, spiritual dan
emosi pasien. Pembagian pengobatan holistik berdasarkan American Board
of Holistic Medicine, terbagi menjadi:(1)
a. Tubuh, Kesehatan fisik dan lingkungan yang di pengaruhi oleh:
• Nutritional medicine (Nutrisi)
• Exercise medicine (Olahraga)
• Environmental medicine (Dukungan Lingkungan)
b. Pikiran
• Kesehatan mental dan emosional
• Behavioral medicine (Kebiasaan dan tingkah laku)
c. Spiritual
• Kesehatan Spiritual
• Keselarasan Spiritual
• Kesehatan Hubungan Sosial
Lebih khusus lagi, prinsip pengobatan holistik adalah : (1) Cinta dan
dukungan tanpa syarat adalah penyembuh terkuat. Semua orang memiliki
kekuatan penyembuhan alami. Penyembuhan menggunakan pendekatan tim
serta berbagai praktik perawatan kesehatan menyangkut semua aspek
kehidupan. Berfokus pada perbaikan kondisi, bukan hanya gejala
Adapun tujuannya adalah membawa semua bidang kehidupan individu
dan sebagian besar energi yang mengalir melalui tubuh kembali ke kondisi
harmoni serta berfokus pada sumber penyakit untuk mencegah kekambuhan.
Disisi lain, kematian ibu berdasarkan data WHO, menunjukkan angka
yang semakin hari semakin meningkat, penyebab tersering diakibatkan oleh
perdarahan pada saat proses persalinan, yang diikuti beberapa penyebab lain
yaitu infeksi, Preeklampsia, komplikasi saat proses persalinan dan aborsi
yang tidak aman(2). Faktor sosial turut berperan dalam kematian ibu, dimana
dapat diakibatkan keterlambatan mengenali tanda bahaya karena tidak
mengetahui bahwa kehamilannya dalam risiko yang cukup tinggi, terlambat

1
mencapai fasilitas untuk persalinan dan terlambat dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan. Selain itu juga dapat disebabkan beberapa faktor
seperti terlalu muda punya anak, terlalu banyak melahirkan, terlalu rapat jarak
melahirkan, terlalu tua punya anak dan kurangnya partisipasi masyarakat (3).
Kurangnya akses ibu bersalin terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas turut pula berperan. Kurangnya akses tersebut disebabkan
penyebaran tempat pelayanan kesehatan yang belum optimal, kualitas dan
efektifitas pelayanan kesehatan ibu belum memadai, sistem rujukan
kesehatan maternal belum mantap, dan lemahnya manajemen kesehatan di
berbagai tingkat(3),
Penelitian yang dilakukan oleh Omidvar, Switzerland pada tahun 2017
menunjukkan dari 445 ibu hamil memerlukan dukungan faktor psikososial
gaya hidup sehat selama kehamilan. Karena lima faktor psikososial yang
berupa kecemasan, stres, depresi, ketidakpuasan pernikahan, dan dukungan
sosial dikaitkan dengan enam domain gaya hidup sehat pada wanita hamil,
termasuk nutrisi, aktivitas fisik, tanggung jawab kesehatan, manajemen stres,
hubungan interpersonal, dan aktualisasi diri. Sehingga faktor psikososial
sangat mengintervensi kesehatan gaya hidup wanita hamil (4).
Sesuai dengan apa yang telah disampaikan sebelumnya, pengobatan
holistik memiliki tahapan yaitu: Mengobati keluhan/gejala, Mencari Etiologi,
Pencegahan penyakit, Nutrisi yang tepat, Menghindari bahan/zat kimia yang
mencemari tubuh, Pendekatan spiritual dan emosional. Pengobatan yang
baik, benar dan holistik akan menghasilkan efek samping yang sangat
minimal sehinga dapat menghasilkan penyembuhan dari krisis yang dialami.

B. SPIKES (Enam Langkah Menyampaikan Berita Buruk)


Dalam praktek klinis sehari-hari, seorang dokter dihadapi dengan
permasalahan untuk menyampaikan suatu berita buruk kepada pasien
mengenai penyakit yang di deritanya. Berita buruk dapat didefinisikan sebagai
informasi apapun yang dapat mempengaruhi pandangan individu mengenai
masa depannya. (5)
Terdapat 4 obyek yang harus dikumpulkan dalam menyampaikan berita
buruk yakni mengumpulkan informasi dari pasien, menyampaikan informasi

2
medis, menyiapkan dukungan kepada pasien dan bekerja sama untuk
(5)
mengembangkan suatu strategi atau perawatan untuk masa depan.
Dibutuhkan 6 langkah untuk mencapai 4 tujuan tersebut yaitu (5)
 S – Setting
o Atur untuk kebutuhan privasi
o Libatkan orang-orang terkasih
o Duduk
o Buatlah koneksi dan membangun rapport dengan pasien
 P – perception of condition/ seriousness ( persepsi mengenai
kondisi atau keseriusan)
o Menentukan apa yang pasien ketahui mengenai kondisi
medis atau hal yang disangkakan.
o Dengar pengetahuan pasien tersebut
o Menerima penyangkalan tetapi tidak membantahnya pada
tahap ini
 I – Invitation from the patient to give information (undangan dari
pasien untuk memberikan informasi)
o Tanyakan pasien jika dia berharap mengetahu kondisi
medis atau terapinya secara mendetil
o Terima hak pasien yang memilih untuk tidak tahu
mengenai kondisinya
o Tawarkan untuk menjawab pertanyaan berikutnya jika
pasien bersedia.
 K- Knowledge ( memberikan fakta medis)
o Gunakan bahasa yang dimengerti pasien
o Pertimbangkan tingkat pendidikan, latar belakang budaya
dan kondisi emosional saat ini
o Berikan informasi sebagian kecil
o Periksa apakah pasien mengerti apa yang telah
disampaikan
o Berikan respon terhadap reaksi pasien
o Berikan aspek positif terlebih dahulu

3
o Berikan fakta yang akurat mengenai pilihan terapi,
prognosis atau biaya.
 E- explore emotions and sympathize
o Berikan respon empati melalui identifikasi emosi yang
diekspresikan pasien, identifikasi sumber dari emosi
tersebut dan berikan waktu kepada pasien untuk
mengekspresikan perasaannya.
 S- Strategy and summary
o Akhiri diskusi
o Tanya apakah ada sesuatu yang perlu diklarifikasikan
o Tawarkan jadwal pertemuan berikutnya

Oleh karena itu manajemen holistik tidak hanya berpusat pada cure
tetapi juga melihat suatu kasus secara individu dengan memperhatikan
seluruh aspek.

C. Tujuan Instruksional
a. Tujuan Instruksional Umum
Agar peserta didik dapat melakukan penilaian dan penatalaksanaan masalah
obstetri dan ginekologi.secara holistik.

b. Tujuan Instruksional Khusus


1. Agar peserta didik memahami arti holistik
2. Agar peserta didik mampu menilai dan menatalaksana kasus – kasus
obstetri dan ginekologi secara holistik
3. memandang pasien sebagai pribadi yang utuh baik mental, spiritual
maupun jasmaniahnya.

4
KASUS-KASUS HOLISTIK

Berikut ini akan diuraikan beberapa kasus yang memerlukan penanganan


secara holistik yaitu:
A. Pemeriksaan kehamilan yang benar (ANC)
B. Keguguran berulang
C. Penanganan perdarahan post partum
D. Disfungsi seksual
E. Infeksi Menular Seksual
F. Menopause
G. Lesi prakanker
H. Perawatan/ terapi paliatif pada kanker ginekologi

A. PEMERIKSAAN KEHAMILAN YANG BENAR (ANTE NATAL CARE)


a. Upaya Safe Motherhood dan Making Pregnancy Safer
Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan telah berupaya
melakukan percepatan penurunan angka kematian ibu dengan kebijakan
Making Pregnancy Safer (MPS) melalui tiga pesan kunci dan empat strategi.
Tiga pesan kunci tersebut adalah setiap persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih, setiap komplikasi obsetri dan neonatal ditangani secara
adekuat dan setiap usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan, serta penanggulangan komplikasi
keguguran. Sedangkan empat strateginya adalah peningkatan akses dan
kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir di tingkat dasar dan
rujukan, membangun kemitraan yang efektif, mendorong pemberdayaan
perempuan, keluarga dan masyarakat, serta meningkatkan sistem surveilans
monitoring dan informasi tentang kartu kesehatan ibu dan anak (KIA)(6).
Terdapat 3 komponen dalam proses kematian ibu. Yang paling dekat
dengan kematian dan kesakitan adalah kehamilan, persalinan, atau
komplikasinya. Komponen kehamilan, komplikasi, atau kematian ini secara

5
lengkap dipengaruhi oleh 5 determinan antara, yaitu status kesehatan, status
reproduksi, akses terhadap pelayanan kesehatan, perilaku kesehatan, dan
faktor lain yang tidak diketahui. Determinan antara ini dipengaruhi oleh
determinan jauh yang digolongkan sebagai komponen sosioekonomi dan
budaya. (7)
Berdasar kerangka konseptual ini, maka intervensi dapat dilakukan dengan (7)
 mengurangi kemungkinan seorang perempuan menjadi hamil dengan
upaya Keluarga Berencana.
 mengurangi kemungkinan seorang perempuan hamil mengalami
komplikasi dalam kehamilan, persalinan, atau masa nifas dengan
melakukan asuhan antenatal dengan persalinan yang bersih dan
aman.
 mengurangi kemungkinan komplikasi persalinan yang berakhir dengan
kematian atau kesakitan melalui Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Esensial Dasar dan Komprehensif
Upaya ini yang dilandasi intervensi pada determinan antara dan determinan
(8)
jauh. Dikenal sebagai 4 Pilar Upaya Safe Motherhood. (Gambar 1) 4 pilar
upaya Safe Motherhood telah berkembang menjadi 6 pilar, pada tahun 2015
(9)
(gambar 2) , tetapi hingga saat ini 4 pilar tersebut masih tetap digunakan.
WHO mengembangkan konsep “Four Pillars of Safe Motherhood” untuk
menggambarkan ruang lingkup upaya penyelamatan ibu dan bayi (WHO,
Mother-Bayi Package, 1994). Adapun keempat pilar tersebut adalah:(8)
1. Keluarga Berencana
Konseling dan pelayanan keluarga berencana harus tersedia untuk
semua pasangan dan individu. Dengan demikian pelayanan keluarga
berencana harus menyediakan informasi dan konseling yang lengkap dan
pilihan mentode kontrasepsi yang memadai termasuk kontrasepsi darurat.
Pelayanan ini harus merupakan bagian dari program komprehensif
pelayanan kesehatan reproduksi. Program keluarga berencana
mempunyai peranan dalam menurunkan risiko kematian ibu melalui
pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan, dan menjarangkan
kehamilan.
2. Pelayanan antenatal

6
 Petugas kesehatan harus memberi pendidikan pada ibu hamil tentang
cara menjaga diri agar tetap sehat pada masa tersebut.
 Membantu wanita hamil serta keluarganya untuk mempersiapkan
kelahiran bayi.
 Meningkatkan kesadaran mereka tentang kemungkinan adanya risiko
tinggi atau terjadinya komplikasi dalam kehamilan persalinan dan cara
mengenali komplikasi tersebut secara dini.
3. Persalinan yang bersih dan aman
 Wanita harus ditolong oleh tenaga kesehatan professional yang
memahami cara menolong persalinan secara bersih dan aman.
 Tenaga kesehatan juga harus mampu mengenali secara dini gejala
dan tanda komplikasi persalinan serta mampu melakukan
penatalaksanakan dasar terhadap gejala dan tanda tersebut.
 Tenaga kesehatan harus siap untuk melakukan rujukan komplikasi
persalinan yang tidak dapat diatasi ke tingkat pelayanan yang lebih
mampu.
4. Pelayanan obstetri esensial
Pelayanan obstetri-esensial bagi ibu yang mengalami kehamilan risiko
tinggi atau komplikasi persalinan yang tidak dapat diatasi ketingkat
pelayanan yang lebih mampu.(8)

7
Gambar 1. Empat pilar safe Motherhood(Saifuddin 2011)(8)

(9)
Gambar 2. Enam pilar Safe Motherhood ( the World Bank, 2016)

Walaupun berbagai upaya telah dilaksanakan, angka kematian ibu di


berbagai negara berkembang masih tetap tinggi atau penurunan nya sangat
lambat. Penyebab kesakitan dan kematian ibu dan bayi telah dikenal sejak

8
dahulu dan tidak berubah banyak. Penyebab kematian ibu adalah
pendarahan postpartum, eklampsia, infeksi, aborsi tidak aman, partus macet,
dan sebab-sebab lain seperti kehamilan ektopik dan mola hidatidosa.
Keadaan di atas diperkuat dengan kurang gizi, malaria, dan penyakit-penyakit
lain seperti tuberkulosis, penyakit jantung, hepatitis, asma, atau HIV. Pada
kehamilan remaja lebih sering terjadi komplikasi seperti anemia dan
persalinan preterm. (8)
Dengan demikian, peran sektor kesehatan pada upaya penurunan
mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi baru lahir meliputi hal-hal sebagai
berikut: (8)
 KIE dan pelayanan Keluarga Berencana yang berfokus pada klien,
termasuk pria dan remaja.
 Konseling kontrasepsi dan asuhan pascakeguguran.
 Asuhan ante dan postnatal yang lebih difokuskan pada Birth
Preparedness dan Complication Readiness. Asuhan postnatal
mencakup dukungan dan konseling pemberian ASI, pencegahan dan
deteksi dini komplikasi serta konseling kontrasepsi.
 Tersedianya tenaga kesehatan terlatih pada setiap persalinan, yang
mampu menangani persalinan bersih dan aman, dan menangani
komplikasi jika diperlukan.
 Pelayanan yang kuat di fasilitas rujukan, termasuk tersedianya fasilitas
transfusi darah dan tindakan seksio sesarea.
 Tersedianya akses dari semua perempuan hamil terhadap fasilitas
kesehatan tersebut, termasuk transportasi, faktor-faktor sosio-budaya,
dan kemampuan si Ibu untuk mengambil keputusan, faktor biaya,
perilaku terhadap pelayanan kesehatan, dan lain-lain.
Making Pregnancy Safer (MPS) merupakan strategi sektor kesehatan
yang fokus pada pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam
melaksanakan intervensi klinis dan pelayanan kesehatan. MPS dilaksanakan
berdasarkan upaya-upaya yang telah ada dengan penekanan pada
pentingnya kemitraan antara sektor pemerintah lembaga pembangunan,
sektor swasta, keluarga, dan anggota masyarakat. (8)

9
Dalam konteks obstetri, pengobatan holistik dimulai dari Ante Natal
Care (ANC), Penanganan komplikasi kehamilan sejak dini ditemukan,
perawatan intrapartum (saat ibu bersalin), perawatan neonatal, tindak lanjut
setelah persalinan dan tindakan penanganan komplikasi karena persalinan. (10)
Ante Natal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan
oleh bidan atau dokter kepada ibu selama masa kehamilan untuk
mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu
menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan kembalinya
kesehatan reproduksi secara wajar. (Manuaba, 1998). (10)
Ibu hamil dengan komplikasi berkontribusi sebanyak 20% pada
penyebab kematian bayi di negara maju. Namun dengan adanya kemajuan
teknologi di bidang OBGIN, maka saat ini beberapa kelainan dapat terdeteksi
dengan ultrasonografi (USG) saat ANC. Yang menjadi Tantangan untuk
dokter ahli kebidanan dan ahli Anak saat ini, adalah memberikan informasi
kepada keluarga untuk dapat menerima kenyataan diagnosis dan cara
merawat bayi agar terhindar dari kematian. Adapun beberapa komplikasi atau
kelainan terkait genetik yang sering terjadi adalah: (10)
 Anencephal
 Anomali skeletal
 Kelainan genetik seperti Triploidi, Trisomi 13,15 dan 18
 Anomali saluran ginjal bilateral, termasuk diantaranya Agenesis ginjal,
Ginjal multikistik/diplastik, Penyakit ginjal polikistik
Pada kasus-kasus bayi lahir mati, implikasi kematian perinatal
seringkali diabaikan dan dokter meremehkan dampak signifikan yang dapat
(10)
terjadi pada morbiditas orang tua, seperti:
 Gangguan stres pascatrauma
 Kecemasan
 Depresi
 Keinginan bunuh diri
Kelainan atau Anomali janin yang mematikan saat ante dan
intrapartum, memberikan pilihan sulit baik bagi org tua, keluarga dan dokter
apakah akan melanjutkan atau mengakhiri kehamilan. Butuh penanganan
individual dari setiap pasien untuk memenuhi kebutuhan obstetrik dan

10
psikososial. Diperlukan pendekatan tim multidisiplin: ahli kebidanan,
neonatologis, sonografer, layanan dukungan sosial dan dukungan perawatan.
(10)

Dukungan Emosional dan Psikologis terhadap orangtua/keluarga sejak


(10)
awal diagnosis melalui setiap tahapan sebagai berikut
 Tahap guncangan
 Penolakan
 Kemarahan
 Kesedihan
 Tahap adaptasi
 Sampai tahap penerimaan dimana pasien sudah dapat mengambil
aspek positif dari pengalaman tersebut
Hal ini merupakan interaksi tersulit dokter dengan pasien. Dan apabila
diagnosis kematian janin, janin letal atau anomali yang mematikan dicurigai,
maka sebaiknya dokter tetap jujur pada pasien, menginformasikan ke orang
tua tentang kekhawatiran dokter. Minta pasien membawa pasangan atau
orang lain yang dapat memberi dukungan, jelaskan ke pasien dengan
menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, dalam ruang
pribadi yang tepat, bila perlu lebih dari 1 kali, untuk mempermudah dapat
digunakan alat bantu visual dan usg, dan dijelaskan secara tertulis.

b. Komplikasi Kehamilan
Komplikasi kehamilan adalah aspek penting dalam penatalaksanaan
kehamilan. Pemeriksaan USG berulang dapat berdampak pada
kesejahteraan emosional ibu dan sangat diperlukan diagnosis komplikasi
kehamilan tepat waktu. Komplikasi kehamilan dapat berupa komplikasi yang
umum seperti preeklampsia, gestasional diabetes, atau anemia dalam
kehamilan, atau yang lebih spesifik seperti anomali yang terkait genetik,
contohnya seperti pada: (10)
 Polihidramnion dikaitkan dengan Anencephali dan Displasia skeletal.
 Hidrops fetalis dikaitkan dengan Trisomi 13, Polihidramnion dan
Preeklampsia onset dini yang parah.

11
c. Perawatan Intrapartum
Apabila didapatkan kejadian KJDR atau Anomali janin yang mematikan,
maka harus dipertimbangkan apakah bayi tersebut dapat lahir pervaginam
atau tidak. Jika sudah ada onset spontan, maka mungkin tidak dibutuhkan
induksi, namun jika belum ada onset spontan, dapat diberikan induksi dengan
mifepristone atau misoprostol. Namun apabila dari awal, memang tidak dapat
lahir pervaginam atau gagal induksi dapat dilakukan seksio sesarea. Disinilah
peran dokter atau bidan senior untuk menenangkan ibu dan keluarga melalui
konseling yang tepat dan terdokumentasi. (10)
Setiap kasus diperiksa secara individual, sesuai permintaan dan
kenyamanan ibu, dengan memperhatikan paritas, komplikasi, dan kebutuhan
induksi. Pertimbangkan juga praktik hukum dan etika serta dampak psikologis
persisten post tindakan. (10)

d. Perawatan Neonatal
Pada penanganan bayi baru lahir, hindari upaya resusitasi yang tidak
pantas, bahas dengan orang tua mengenai rencana perawatan yang
disepakati bersama dan didokumentasikan. Setengah jam pertama
merupakan waktu yang sangat penting bagi terbentuknya ikatan ibu dan
anak, yang mana bayi masih terasa lembut dan hangat, kenyamanan,
kehangatan dan sentuhan ibu ke bayi paling baik untuk menenangkan dan
menciptakan ikatan ibu dan bayi, lalu dorong ibu untuk melakukan Inisiasi
Menyusui Dini selain bermanfaat bagi terbentuknya ikatan awal ibu dan anak,
(10)
juga mengenalkan dan memberikan nutrisi awal bagi bayi baru lahir.
Kematian pada bayi baru lahir umumnya disebabkan oleh tidak
kuatnya dan tidak tepatnya asuhan pada kehamilan dan persalinan,
khususnya pada saat-saat kritis persalinan. Penyebab utama kematian bayi
baru lahir adalah infeksi (tetanus, sepsis. meningitis, pneumonia, sifilis
kongenital), asfiksia, dan trauma sewaktu persalinan, prematuritas atau berat
badan lahir rendah, dan kelainan bawaan. Konsumsi alkohol dan merokok
merupakan penyebab kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir yang

12
seharusnya dapat dicegah. Ibu perokok berhubungan dengan komplikasi
seperti perdarahan, ketuban pecah dini dan persalinan preterm. Juga dapat
berakibat pertumbuhan janin terhambat, berat badan lahir rendah serta
kematian janin. Konsumsi alkohol selama kehamilan berhubungan dengan
abortus, kematian, prematuritas dan kelainan bawaan. (10)
Intervensi seyogyanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih,
teknologi sederhana dan sumber daya terbatas. Perdarahan postpartum
dicegah dengan mengobati anemia dalam kehamilan, penanganan aktif kala
III dan pemberian obat-obat seperti misoprostol. Infeksi dicegah dengan
mempraktekkan kewaspadaan standar dengan persalinan bersih dan aman,
aborsi tidak aman yang dicegah dengan asuhan pasca keguguran, eklampsia
diatasi dengan MgSO4 dan terminasi kehamilan, persalinan macet dengan
PONEK. Penyebab kematian neonatal seperti infeksi dapat dicegah dengan
imunisasi tetanus toksoid, kewaspadaan standar, ASI eksklusif, asfiksia dan
trauma persalinan dicegah dengan PONED. Persalinan prematur atau BBLR
dengan deteksi dini, untuk penanganan komplikasi Bayi lahir mati dapat di
intervensi dengan penanganan efektif komplikasi obstetrik dan asuhan
antenatal yang baik. (10)
Penanganan efektif komplikasi obstetrik bukan saja dapat mencegah
kematian, tetapi juga dapat mencegah morbiditas. Misalnya rujukan yang
tepat pada partus macet dapat mencegah fistula vesiko atau rektovaginal.
Contoh lain intervensi gizi, menghentikan merokok atau konsumsi alkohol,
vaksinasi rubella sebelum kehamilan pertama. mengurangi beban fisik pada
trimester ketiga kehamilan dapat mengurangi kesakitan ibu. Peran sektor
kesehatan dalam upaya menurunkan kematian dan kesakitan ibu dan bayi
baru lahir dalam menjalin tersedianya pelayanan obstetri neonatal esensial
yang bermutu baik. Tersedianya tenaga kesehatan terlatih pada persalinan
sangat penting untuk deteksi dini dan penanganan cepat-tepat komplikasi
yang dapat terjadi. (10)
Dengan demikian, peran sektor kesehatan dalam upaya penurunan
morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir meliputi hal-hal sebagai
berikut: (10)
 KIE dan pelayanan Keluarga Berencana yang berfokus pada klien,
termasuk pria dan remaja.

13
 Konseling kontrasepsi dan asuhan pasca keguguran.
 Asuhan ante dan postnatal yang lebih difokuskan pada Birth
Preparedness dan Complication Readiness. Asuhan postnatal
mencakupi pula dukungan dan konseling pemberian ASI, pencegahan
dan deteksi dini komplikasi, dan konseling kontrasepsi.
 Tersedianya tenaga kesehatan terlatih pada setiap persalinan, yang
mampu menangani persalinan bersih dan aman, dan menangani
komplikasi jika diperlukan.
 Pelayanan yang kuat di fasilitas rujukan, termasuk tersedianya fasilitas
transfusi darah dan tindakan seksio sesarea.
Tersedianya akses dari semua perempuan hamil terhadap fasilitas kesehatan
tersebut, termasuk transportasi, faktor-faktor sosio-budaya, dan kemampuan
si Ibu untuk mengambil keputusan, faktor biaya, perilaku terhadap pelayanan
kesehatan, dan lain-lain. (10)

e. Tindak Lanjut Setelah Melahirkan


Berikan dukungan dan bantu ibu dalam perawatan pasca kelahirannya,
untuk mengatasi masalah-masalah baik dari segi emosional dan fisiknya
seperti lokia, luka perineum atau luka operasi dan laktasi agar tidak terjadi
pembengkakan payudara(10)

f. Tindakan Penanganan Komplikasi Persalinan


Pada kasus pasca salin post mortem, berikan dukungan dalam proses
penerimaan ibu dan keluarga, lakukan penanganan trauma dan post trauma.
Apabila orang tua dan keluarga sudah bisa menerima, dapat disampaikan
peluang untuk kehamilan berikut dan bantu orang tua untuk mengatasi
masalah fisik dan emosional untuk persiapan kehamilan berikutnya, misalnya
untuk masalah fisik setelah Melahirkan, dapat diperhatikan lokia, luka jahitan,
masalah laktasi untuk mencegah pembengkakan payudara dan kebutuhan
obat untuk menghentikan ASI. Pada pemeriksaan lanjutan untuk keperluan
penegakan diagnosis dapat dilakukan biopsi plasenta atau tali pusat dan
pemeriksaan sitogenetika dan DNA sehingga dapat dilakukan pencegahan
bagi kehamilan berikutnya. Untuk masalah emosional, perlu dilakukan

14
konseling dan diskusi untuk membantu mengatasi depresi dan kecemasan,
konseling pemeriksaan genetik untuk mencari penyebab. Dan setelah orang
tua sudah bisa menerima, dapat dilakukan konseling untuk persiapan
kehamilan berikutnya atau penundaan kehamilan dengan pemilihan KB yang
sesuai. Semua hal ini membutuhkan dukungan multidisiplin sehingga dapat
memberikan hasil yang optimal bagi penerimaan orang tua. (10)

B. KEGUGURAN BERULANG
Keguguran berulang (recurrent miscarriage) adalah kejadian keguguran
sebanyak dua kali atau lebih berturut-turut pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram(11)
Kejadian keguguran spontan berdasarkan data yang dikumpulkan di
rumah sakit pada umumnya berkisar antara 15-20%. kejadian keguguran
berulang diperkirakan akan dialami oleh sekitar 0.3- 0.4% pasangan. Namun
faktanya angka kejadian keguguran berulang ternyata ditemukan lebih tinggi,
yaitu antara 1-2% pasangan. (11)

(12)
a. Etiologi keguguran berulang
 Faktor genetik (kelainan kromosom)
 Kelainan anatomi uterus (Malformasi uterus kongenital , leiomioma
uterus, dan adhesi intrauterine)
 Gangguan imunologi (mekanisme autoimun dan aloimun)
 Gangguan Endokrin [penyakit tiroid, diabetes mellitus, sindrom
ovarium polikistik (PCOS), dan defisiensi fase luteal]

15
 Infeksi virus dan bakteri
 Faktor Lingkungan dan gaya hidup (kebiasaan merokok, alkohol,
dan konsumsi kopi)
 Faktor idiopatik

b. Penatalaksanaan keguguran berulang


 Dukungan nutrisi: kerjasama dengan ahli gizi guna mengatur diet
tepat guna mengatasi masalah inflamasi, kekurangan anti oksidan
serta kelebihan gula darah dapat membantu mengatasi penyebab
keguguran akibat faktor endokrin.(13)
 Pengurangan stres, memberikan waktu untuk berduka dan
memulihkan diri serta kepercayaan diri pasien dengan konsultasi
psikologi atau interaksi komunitas serta aktivitas seperti yoga dan
meditasi dapat mengurangi stress akan membantu pasien pulih dan
segera hamil.
 Terapi secara klinis (biomedis). (13)

(12,13,14)
c. Pemantauaan setelah keguguran
 Pemantauan kondisi fisik dan laboratorium penting sebelum
perencanaan kehamilan.
 Terapi berdasarkan penyebab terjadinya keguguran dimulai sesegera
mungkin setelah penyebab diketahui.
 Pemantauan psikis pasien dan pasangan harus dilakukan guna
mengatasi serta menyingkirkan faktor stress.

d. SPIKES (Enam Langkah Menyampaikan Berita Buruk) pada


Keguguran Berulang
S- Setting Siapkan tempat yang nyaman, dan privasi
terjaga
Dalam keadaan duduk
Didampingi oleh suami ataupun keluarga
Bangun hubungan yang baik dengan pasien
P- Persepsi Tanyakan hal apa saja yang pasien ketahui
mengenai kondisi keguguran berulang yang
telah dialaminya
Dengarkan jawaban pasien

16
Menerima sikap penolakan dari pasien
I- Invitation Tanyakan dan jelaskan kepada pasien
(Undangan untuk mengenai keguguran berulang
memberikan Menerima hak pasien
informasi) Berikan jawaban dari pertanyaan pasien
K-Knowledge Gunakan bahasa yang mudah dimengerti
(pengetahuan) Perhatikan tingkat pendidikan, latar
belakang budaya, dan keadaan emosional
pasien
Menanyakan kembali apakah pasien
memahami penjelasan dari dokter
E-Explore ( menggali Berikan respon empati kepada pasien
emosi dan simpati)
S-Strategi dan Akhiri diskusi
kesimpulan Tanyakan apakah ada hal yang kurang
dimengerti
Atur jadwal pertemuan berikutnya

DAFTAR PUSTAKA

1. Patrick C. What are the principles of holistic medicine [Internet]. 2018.


Available from: https://www.webmd.com/

2. Kementrian kesehatan (kemenkes). ‘Infodatin Pusat Data dan Informasi


Kementerian Kesehatan RI’, Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI. 2014 : Penyebab Kematian Ibu, pp. 1–2.

3. Global Causes of Maternal Death: A WHO Systematic Analysis. Say L,


Chou D, Gemmill A, Tunçalp Ö, Moller AB, Daniels JD, et al. Lancet Global
Health. 2014;2(6): e323-e333

4. Omidvar S, Faramarzi M, Hajian-Tilak K, Nasiri Amiri F. Associations of


psychosocial factors with pregnancy healthy life styles. PLoS ONE 13(1):
e0191723. https://doi.org/10.1371/ journal.pone.0191723 (2018)

5. Baile WF, Buckman R, Lenzi R, Glober G, Beale EA, Kudelka AP. SPIKES
– A Six Step Protocol for Delivering Bad News: Application to the Patient with
Cancer. The Oncologist 2000;5:302-311

17
6. Depkes RI. Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di
Indonesia 2001-2010. Jakarta : Departemen kesehatan & WHO: 2010

7. Martaadisoebrata D. Psikosomatik Dalam Obstetri dan Ginekologi. In:


Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2011.

8. Saifuddin A. Upaya Safe Motherhood dan Making Pregnancy Safer. In:


Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2011. p. 221.

9. The World Bank. Safe Motherhood and Maternal Health. 2016. Available
from
:http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/TOPICS/EXTHEALTHNUTRI
TIONANDPOPULATION/EXTPRH/0,,contentMDK:20200213~menuPK:54845
7~pagePK:148956~piPK:216618~theSitePK:376855,00.html. Di unggah pada
19 April 2019.

10. Mcnamara K, Greene RA. Antenatal and intrapartum care of pregnancy


complicated by lethal fetal anomaly. R Coll Obstet Gynaecol. 2013;15:189–
94.

11. Baziad A, Sumapraja K, Santoso B. Panduan Tata Laksana Keguguran


Berulang. Jakarta: HIFERI; 2010.

12. Hachem H El, Crepaux V, May-panloup P, Descamps P, Legendre G.


Recurrent pregnancy loss : current perspectives. Int J Women’s Heal.
2017;9:331–45.

13. Heller B. Recurrent Pregnancy Loss – A Holistic View Pulling Down the
Moon [Internet]. 2018 [cited 2018 Oct 21]. Available from:
https://www.pullingdownthemoon.com/

14. Handono B, Firman F, Mose J. Abortus Berulang. Bandung: Refika


Adiatama; 2009.

15. Hadijono S. Manajemen dan Rujukan Perdarahan Post Partum Dalam


Upaya Penurunan Morbiditas dan Mortalitas Maternal. Semarang; 2016.

16. Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar. 2015.

18
17. Pangkahila W. Peranan Seksologi Dalam Kesehatan Reproduksi. In:
Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2011. p. 64-65;69-72;77-85.

18. Clayton AH, Margarita E, Juarez V. Female Sexual Dysfunction. Psychiatr


Clin NA [Internet]. 2017;1–18. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.psc.2017.01.004

19. Pangkahila W. Psychogenic Aspect o Female Sexual Dysfunction. In: 8th


International Meeting the Federation of Asean Urological Associations.
Denpasar;

20. Faubion SS, Rullo JE, Clinic M. Sexual Dysfunction in Women: A Practical
Approach. Am Acad Fam Physicians. 2015;92(4):281–8.

21.Allahdadi KJ, C.A. R, Tostes, Webb RC. Female Sexual Dysfunction:


Therapeutic Options and Experimental Challenges Kyan. Natl Inst Heal Public
Access. 2010;7(4):260–9.

22. Health Department Republic of South Africa. Sexually Transmitted


Infections. Management Guidelines. 2015. South Africa.

23. Daili SF dkk. Pedoman Tatalaksana Sifilis Untuk Pnegendalian Sifilis


Dilayanan Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
2013. Jakarta.

24. World Health Organization. Sexually Transmitted Diseasa :Policies And


Principles For Prevention And Care. Unaids best practice collection. Unaids.
2011

25. Hunter M. Bio-psycho-socio-cultural perspectives on menopause. Best


Practice & Research Clinical Obstetrics and Gynaecology Vol. 21, No. 2, pp.
261e274, 2007

26. HOGI. Buku Panduan Belajar Kursus Manajemen Deteksi Lesi Prekanker
Serviks. Mahendra I, Julianti R, Loho D, editors. Makassar; 2017. 1,23,32-41.

27. NYU LangoneHealth. Management of Vaginal Precancerous Lesions NYU


Langone Health [Internet]. 2018 [cited 2011 Aug 20]. Available from:
https://nyulangone.org/

19
28. Terzioglu F, Sahan FU. Palliative Care in Gynecologic Cancers Journal of
Palliative Care & Medicine. J Palliat Care Med. 2016;6(5):25–7.

Lampiran
DAFTAR TILIK
1. Station Number
2. Title Manajemen Obstetri Sosial yang Holistik
3. Duration 10 minutes
4. Objective To overcome obstetric social problems according to holistic and
reasonable management
5. Competencies Mampu menjelaskan permasalahan penyebab tingginya AKI
Mampu menjelaskan langkah strategis penurunan AKI
Mampu menjelaskan permasalahan tingginya angka kelahiran
Mampu menjelaskan langkah strategis penurunan angka kelahiran
Mampu menjelaskan permasalahan penyebab kekerasan terhadap
perempuan
Mampu menjelaskan beberapa hak reproduksi yang relevan dalam
menangkal kekerasan terhadap perempuan
6 Categories 1. Kegawat-daruratan
2. Ketrampilan Bedah
3. Penanganan kasus Obstetri
4. Penanganan kasus Ginekologi
5. Manajemen Problem Obstetri yang Holistik
7 Instruction for Clinical scenario:
candidates Masalah sosial kesehatan reproduksi di Indonesia masih
memprihatinkan, merupakan suatu kondisi yang mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan sebagian besar warga masyarakat
sebagai sesuatu yang tidak diinginkan dan karenanya dirasakan
perlu segera untuk ditangani.

Masalah tersebut antara lain Angka Kematian Ibu (AKI) yang masih
tinggi, Angka Kelahiran yang tinggi, seks bebas dan dampaknya
angka HIV/AIDS terus meningkat, hingga kasus kekerasan

20
terhadap perempuan yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Instructions for candidates:


Saudara diminta menganalisa permasalahan dan langkah strategis
yang bisa diambil dalam menghadapi masalah sosial kesehatan
reproduksi di atas.
1. Menurut analisa saudara, apa permasalahan AKI yang
masih tinggi serta bagaiman langkah strategis yang bisa
diambil untuk mengatasinya ?
2. Menurut analisa saudara, apa permasalahan Angka
kelahiran yang masih tinggi serta bagaiman langkah
strategis yang bisa diambil untuk mengatasinya ?
3. Menurut analisa saudara, apa permasalahan kekerasan
terhadap perempuan yang masih tinggi serta bagaiman
langkah strategis yang bisa diambil untuk mengatasinya?

8 Instruction for Mampu menjelaskan permasalahan penyebab tingginya AKI


examiner 1. Disparitas akses pelayanan kesehatan bagi ibu
- Fasilitas
- Tenaga kesehatan
- Jaminan pembiayaan
2. Upaya preventif dan promotif belum optimal
- Kualitas ANC
- Cakupan ANC dan pertolongan persalinan oleh
tenaga terlatih
- Proosi kesehatan di masyarakat
3. Manajemen pelayanan kesehatan
- Sistem registrasi
- Sistem rujukan maternal
Mampu menjelaskan langkah strategis penurunan AKI
1. Penguatan aksesdan kualitas pelayanan kesehatan
- Peningkatan Puskesmas dan RS
- Perluasan cakupan pembiayaan persalinan
2. Penigkatan upaya promotif-preventif

21
- Posyandu
- Pemberdayaan masyarakat, LSM
3. Perbaikan manajemen pelayanan kesehatan
- Pengembangan system registrasi terpadu
- Melakukan Akreditasi
- Sistem pelayanan kesehatan maternal yang
memenuhi continuum of care
Mampu menjelaskan permasalahan tingginya angka kelahiran
1. Berubahnya nilai jumlah anak ideal dalam keluarga
2. Melemahnya pembinaan dan kepesertaan KB aktif sehingga
angka drop off tinggi

Mampu menjelaskan langkah strategis penurunan angka kelahiran


1. Peningkatan kepesertaan melalui intensifikasi peningkatan
anggaran
2. Menjamin ketersediaaan alat
3. Mewajibkan setiap nakes mampu melayani KB
4. Harmonisasi dengan program lainnya (Mis. IUD pasca
plasenta pada persalinan dengan pembiayaan oleh Negara)
Mampu menjelaskan permasalahan penyebab kekerasan terhadap
perempuan
- Pandangan tentang keunggulan laki-laki
berdasarkan faktor biologis dan sosial sehingga
menjadikan fungsi reproduksi sebagai
penghambat dan kelemahan perempuan
Mampu menjelaskan beberapa hak reproduksi yang relevan dalam
menangkal kekerasan terhadap perempuan
- Hak Mendapatkan Pelayanan & Perlindungan
Kesehatan
- . Hak untuk Bebas dari Penganiayaan dan
Perlakuan Buruk
Termasuk hak dilindungi dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan
dan pelecehan seksual

9. Refferances Buku Obstetri dan Ginekologi Sosial

22
23

Anda mungkin juga menyukai