Anda di halaman 1dari 166

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S


DENGAN MASALAH KULIT PADA BAYI
DI PUSKESMAS KECAMATAN TAMBORA
JAKARTA BARAT
TAHUN 2018

Disusun oleh:
ARMA DIAN NUR SABRINA
P3.73.24.2.16.008

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D.III KEBIDANAN
TAHUN 2018
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S


DENGAN MASALAH KULIT PADA BAYI
DI PUSKESMAS KECAMATAN TAMBORA
JAKARTA BARAT
TAHUN 2018
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Praktik Klinik Kebidanan II

Disusun oleh:
ARMA DIAN NUR SABRINA
P3.73.24.2.16.008

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
TAHUN 2018

v
vi
vii
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

Nama penulis : Arma Dian Nur Sabrina


Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. S
Dengan Masalah Kulit Pada Bayi di Puskesmas
Kecamatan Tambora, Jakarta Barat Tahun 2018
Jumlah BAB dan halaman : V dan 134 Halaman

Gambaran Kasus

Kasus diambil di Puskesmas Kecamatan Tambora dari tanggal 05 Oktober 2018


sampai dengan 06 Desember 2018. Ny. S umur 31 tahun, HPHT 24 Januari 2018,
TP 31 Oktober 2018. Ny. S G2P1A0 mulai memeriksakan kehamilannya pada usia
16 minggu 2 hari di Puskesmas Kecamatan Tambora dilakukan pemeriksaan
penunjang dengan hasil HB 12,0 gr/dl, Protein Urin (-), Urin Reduksi (-), Golongan
darah B/+, sudah mendapatkan imunisasi TT 1 kali selama kehamilan ini. Penulis
melakukan ANC (Antenatal Care) 3 kali yang dimulai pada usia kehamilan 36
Minggu 2 hari – 39 minggu di Puskesmas Kecamatan Tambora. Masa kehamilan
Ny. S berjalan dengan baik tanpa komplikasi. Tanggal 27 Oktober 2018 Pukul
04.10 WIB Ny. S datang ke Puskesmas Kecamatan Tambora dengan keluhan mules
dan sudah keluar lendir darh. Hasil pemeriksaan Ny. S G2P1A0 hamil 39 minggu
inpartu kala I fase laten, keadaan ibu dan janin baik. Pukul 07.30 Ny. S mengeluh
mules semakin sering dan pinggang semakin terasa pegal, hasil pemeriksaan Ny. S
G2P1A0 hamil 39 minggu inpartu kala I fase aktif. Pukul 08.30 WIB Ny. S partus
kala II, keadaan ibu dan janin dalam keadaan baik. Pukul 08.45 WIB bayi lahir
spontan, menangis kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot baik, jenis kelamin laki-
laki, berat badan 3350 gram, panjang badan 47 cm, anus (+), meconium (-), cacat
negatif, dan BAK (+). Pukul 08.46 WIB Ny. S P2A0 partus kala III, keadaan ibu
baik. Pukul 08.50WIB plasenta lahir spontan lengkap. Pukul 08.51 WIB Ny. S
P2A0 partus kala IV, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung
kemih kosong. Selama masa nifas ibu dalam keadaan baik dan bayi Ny.S sempat
mengalami masalah pada kulitnya tepatnya pada hari ke 7 akan tetapi karena asuhan
yang diberikan dengan baik, masalah tersebut dapat teratasi dengan baik.

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus

yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.S Dengan Masalah

Kulit Pada Bayi di Puskesmas Kecamatan Tambora, Jakarta Barat Tahun

2018”. Maksud dan tujuan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata

kuliah Praktek Klinik Kebidanan II.

Dalam menyelesaikan laporan kasus ini penulis banyak sekali mendapatkan

bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan

ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada yang terhomat:

1. Ibu Erika Yulita Ichwan, S.S.T. M.Keb. selaku Ketua Jurusan Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta III yang telah

mencurahkan pemikirannya demi kemajuan Program Studi DIII Kebidanan

ini.

2. Ibu Hamidah, S.Pd., M.Kes. selaku ketua program studi DIII Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta III demi kemajuan

Program Studi DIII Kebidanan ini.

3. Ibu Nessi Meilan, S.S.T., M.Kes. selaku penanggung jawab mata kuliah

Praktik Klinik Kebidanan II.

4. Ibu Ns. Herlyssa, S.Kep, SST, MKM, selaku pembimbing dalam pembuatan

laporan studi kasus komprehensif ini, yang penuh perhatian dan selalu

memberi masukan- masukan yang membangun bagi penulis. Semoga Allah

vii
SWT senantiasa membalas amal baiknya dengan balasan yang berlipat

ganda yang telah mencurahkan pemikirannya demi kelancaran penyusunan

laporan ini.

5. Ibu Ns. Karningsih, S.Kep, M.Kes, selaku penguji studi kasus

komprehensif.

6. Bidan Reni dan Bidan Zia selaku CI Ruang Bersalin dan bidan pendamping

dalam proses persalinan Ny. S di Puskesmas Kecamatan Tambora, Jakarta

Barat telah mengizinkan dan membantu penulis dalam pelaksanaan studi

kasus ini.

7. Pembimbing lahan praktik di Puskesmas Kecamatan Tambora, Jakarta

Barat.

8. Ny. S dan Keluarga yang senantiasa dengan ikhlas ingin dijadikan pasien

komprehensif dan menjalin komunikasi dengan baik.

9. Kedua orang tuaku Bapak Isdiana dan Ibu Siti Nur Kasanah yang selalu

memberi doa. Terima kasih atas doa kalian yang tak pernah putus.

10. Kakak asuhku kak Fitridayani yang selalu memberi motivasi dan nasihat

atas pengalamannya, serta adik asuhku Astri Fauziah dan Susi Wulandari

terimakasih atas doa dan dukungan yang diberikan.

11. Teman-temanku Atika Zahara, Aura Puspaning Ratri, Dienda Khairunnisa

yang selalu memberikan dukungan dan doa demi kelancaran laporan ini.

Penulis sadar sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu penulis menerima kritik dan saran dari pembaca yang bersifat

viii
membangun. Harapan penulis semoga kasus ini berguna bagi penulis khususnya

dan pembaca umumnya.

Bekasi, 10 Desember 2018

Penulis

ix
DAFTAR ISI

COVER LAPORAN KASUS ......................................................................... i

JUDUL SPESIFIKASI LAPORAN KASUS ............................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iv

GAMBARAN KASUS ................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Tujuan ................................................................................................. 4
C. Waktu dan Tempat ............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................... 7
A. Kehamilan ............................................................................................ 7
B. Persalinan ........................................................................................... 21
C. Bayi Baru Lahir .................................................................................. 42
D. Nifas ................................................................................................... 53
BAB III PERKEMBANGAN KASUS ........................................................ 68
A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil ................................................... 68
B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin ................................................ 80
C. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir ......................................... 92
D. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas .................................................. 104
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................... 117
A. Kehamilan ........................................................................................ 117
B. Persalinan ......................................................................................... 121
C. Bayi Baru Lahir ................................................................................ 126

x
D. Nifas ................................................................................................. 129
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 132
A. Kesimpulan ...................................................................................... 132
B. Saran ................................................................................................. 133
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 135
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................ 139
A. Partograf
B. Surat Keterangan Lahir
C. Foto Buku KIA
D. Informed Consent
E. Dokumentasi
F. Lembar Observasi
G. Lembar Informasi
H. Informed Consent
I. Lembar Kosultasi

xi
12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah

meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia

yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam

lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan

kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Republik Indonesia

(Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025

adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, yang ditunjukkan oleh

indikator meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun

2005 menjadi 73,7 tahun pada tahun 2025, menurunnya Angka Kematian Bayi

(AKB) dari 32,3 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 15,5 per

1.000 kelahiran hidup pada tahun 2025, menurunnya Angka Kematian Ibu

(AKI) dari 262 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 74 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2025 dan menurunnya prevalensi gizi

kurang pada balita dari 26% pada tahun 2005 menjadi 9,5% pada tahun 2025

(Kementerian Kesehatan RI, 2015).


13

Pencapaian AKI di Indonesia pada tahun 2015 belum mencapai target

yang diharapkan. Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun

2012 menunjukkan AKI di Indonesia sebesar 359 per 100 ribu kelahiran hidup,

sementara tahun 2007 sebesar 228 per 100 ribu kelahiran hidup. Meningkatnya

AKI tersebut maka semakin jauh dari target Millenium Development Goals

(MDGs) tahun 2015 yakni menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran

hidup, sedangkan AKB tahun 2012 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup dari

target 23 per 1.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Tingginya kematian ibu salah satunya terjadi pada masa kehamilan.

Masa kehamilan merupakan masa yang sangat penting, karena pada masa ini

merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan janin selama sembilan

bulan (Suririnah, 2010). Namun, tidak semua kehamilan akan menunjukkan

tanda-tanda yang normal, ibu hamil dapat mengalami beberapa masalah serius

tentang kehamilannya.Terdapat beberapa tanda bahaya kehamilan seperti

perdarahan, nyeri perut yang berlebihan, mual muntah berlebihan dan sakit

kepala yang hebat (Jannah, 2012).

Salah satu profesi/tenaga kesehatan yang berperan penting di Indonesia

adalah bidan. Bidan adalah ujung tombak pembangunan keluarga sejahtera dari

sudut kesehatan dan pemberdayaan. Bidan terutama berperan dalam upaya

kesehatan ibu dan anak. Selain ikut membanti proses persalinan, bidan juga

membantu memonitor kehamilan, pasca persalinan, serta kondisi kesehatan

bayi/anak yang dilahirkan. Oleh karena itu kecukupan dan kompetensi bidan

menjadi hal penting (Kemenkes RI, 2014).


14

Filosofi asuhan kebidanan adalah meyakini bahwa proses reproduksi

perempuan merupakan proses alamiah dan normal yang dialami oleh setiap

perempuan. Bidan dalam memberikan asuhan harus bermitra dengan

perempuan, memberi kewenangan menerus dan berkelanjutan, praktik secara

otonom, dan mempraktikkan asuhan yang berbasis bukti (evidence based care)

(Aticeh, 2014).

Salah satu program pemerintahan, melalui kegiatan sebagai komunikasi

dan edukasi ”Safe Motherhood Pertnership and Family Approach” dan

mencanangkan program pelayanan Obstetric Neonatal Emergency Dasar

(PONED) upaya peningkatan kesehatan ibu terutama ibu hamil diharuskan

melakukan akses pelayanan Antenatal Care (ANC) sedini mungkin dengan

tujuan agar seorang ibu hamil dapat menyelesaikan kehamilannya dengan

aman dan memperoleh seorang bayi yang sehat. Pemeriksaan kehamilan

merupakan salah satu tahapan penting yang harus dilakukan oleh ibu hamil

menuju kehamilan yang hebat (Kemenkes RI, 2014).

ANC merupakan program terencana berupa observasi, edukasi, dan

penanganan medik pada ibu hamil, dengan tujuan : menjaga agar ibu sehat

selama kehamilan, persalinan, dan nifas serta mengusahakan bayi yang

dilahirkan sehat, proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan,

memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, merencanakan

penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi, dan

menurunkan morbilitas dan mortalitas ibu dan janin perinatal (Mufdilah,

2009).
15

Oleh karena itu, bidan termasuk memiliki peranan penting untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat

dengan cara menerapkan asuhan kebidanan pada masyarakat agar masyarakat

mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat

sehingga akan terwujudnya ibu dan bayi sehat (Kemenkes RI, 2014).

Dengan demikian, penulis ingin menerapkan asuhan kebidanan pada

Ny. S di Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat tahun 2018 selama masa

kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, dan nifas secara komprehensif.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. S dari ibu hamil

trimester III, bersalin, bayi baru lahir, dan nifas secara komprehensif di

Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat tahun 2018 melalui

pendokumentasian asuhan kebidanan dengan metode SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan Asuhan Kebidanan terhadap Ny. S selama masa

kehamilannya di Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat

tahun 2018.

b. Memberikan Asuhan Kebidanan terhadap Ny. S selama masa

bersalin di Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat tahun

2018.
16

c. Memberikan Asuhan Kebidanan terhadap Ny. S selama masa nifas

di Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat tahun 2018.

d. Memberikan Asuhan Kebidanan terhadap By. Ny. S di Puskesmas

Kecamatan Tambora Jakarta Barat tahun 2018

C. Waktu dan Tempat.

Pengambilan kasus dilakukan di ruang KIA dan RB Puskesmas

Kecamatan Tambora Jakarta Barat yang beralamatkan Jl. Krendang Utara No.

4, dengan menerapkan asuhan kebidanan yang dimulai tanggal :

1. 05 Oktober 2018 : Pemeriksaan kehamilan pertama

2. 17 Oktober 2018 : Pemeriksaan kehamilan kedua

3. 24 Oktober 2018 : Pemeriksaan kehamilan ketiga

4. 27 Oktober 2018 : Pertolongan persalinan

5. 27 Oktober 2018 : Pemantauan nifas 2 jam

6. 27 Oktober 2018 : Pemantauan nifas 6 jam

7. 03 November 2018 : Kunjungan rumah pertama, nifas 7 hari

8. 08 November 2018 : Kunjungan rumah kedua, nifas 12 hari

9. 16 November 2018 : Kunjungan rumah ketiga, nifas 20 hari

10. 06 Desember 2018 : Kunjungan rumah keempat, nifas 40 hari

11. 27 Oktober 2018 : Pemantauan bayi baru lahir 1 jam

12. 27 Oktober 2018 : Pemantauan bayi baru lahir 6 jam

13. 03 November 2018 : Kunjungan rumah pertama, bayi baru lahir 7 hari

14. 08 November 2018 : Kunjungan rumah kedua, bayi baru lahir 12 hari
17

15. 16 November 2018 : Kunjungan rumah ketiga, bayi baru lahir 20 hari

16. 06 Desember 2018 : Kunjungan rumah keempat, bayi baru lahir 40 hari
18

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

1. Definisi

Kehamilan adalah hasil dari “kencan” sperma dan sel telur. Dalam

prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul

penuh perjuangan. Dari sekitar 20-40 juta sperma yang dikeluarkan, hanya

sedikit yang survive dan berhasil mencapai tempat sel telur. Dari jumlah

yang sudah seditik itu, Cuma 1 sperma saja yang bisa membuahi sel telur

(Mirza, 2008).

Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38-42 minggu dan ini

merupakan periode terjadinya persalinan normal. Kehamilan lebih dari 43

minggu disebut kehamilan post matur (lebih bulan), sedangkan kehamilan

antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan premature (Prawirohardjo,

2014).

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester 1

berlangsung 12 minggu, trimester 2 belangsung 15 minggu (minggu ke-13

hingga ke-27), dan trimester 3 berlangsung 13 minggu (minggu ke-28

hingga ke-40). (Prawirohardjo, 2014).


19

2. Diagnosa Kehamilan

Menurut (Saifuddin, 2009), gambaran diagnose kehamilan dibuat untuk

menentukan hal-hal sebagai berikut:

a. Kehamilan Normal, gambarannya seperti :

1) Ibu sehat

2) Tidak ada riwayat obstetric buruk

3) Ukuran uterus sama/sesuai usia kehamilan

4) Pemeriksaan fisik dan laboratorium normal

b. Kehamilan dengan masalah

Seperti masalah keluarga atau psiko-sosial, kekerasan dalam rumah

tangga, kebutuhan finansial, dan lain-lain.

c. Kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan

untuk konsultasi dan atau kerjasama penanganannya, gambarannya

seperti : seperti hipertensi, anemia berat, preeklamsi, pertumbuhan janin

terhambat, infeksi saluran kemih, penyakit kelamin dan kondisi lain-lain

yang dapat memburuk selama kehamilan.

d. Kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan yang membutuhkan

rujukan segera, gambarannya seperti : seperti perdarahan, eklamsi,

ketuban pecah dini, atau kondisi-kondisi kegawatdaruratan lain pada ibu

dan bayi.
20

3. Perubahan-perubahan Pada Masa Kehamilan

a. Trimester Pertama

Segera setelah terjadi peningkatan hormon estrogen dan progesteron

dalam tubuh, maka akan muncul berbagai macam ketidaknyamanan

secara fisiologis pada ibu misalnya mual muntah, keletihan, dan

pembesaran pada payudara. Hal ini akan memicu perubahan psikologi

seperti berikut ini:

1) Ibu untuk membeci kehamilan, merasakan kekecewaan, penolakan,

kecemasan, dan kesedihan.

2) Mencari tahu secara aktif apakah memang benar-benar hamil

dengan memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan sering kali

memberitahukan orang lain apa yang dirahasiakannya.

3) Hasrat melakukan seks berbeda-beda pada setiap wanita.

4) Sedangkan bagi suami sebagai calon ayah akan timbul kebanggaan,

tetapi bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan untuk mencari

nafkah bagi keluarga.

b. Trimester Kedua

Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sudah terbiasa

dengan kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat

kehamilan sudah mulai berkurang. Perut ibu pun belum terlalu besar

sehingga belum dirasakan ibu sebagai beban. Ibu sudah menerima

kehamilannya dan dapat dimulai menggunakan energi dan pikirannya

secara lebih konstruktif. Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan
21

gerakan janinnya dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai

seseorang diluar dirinya dan dirinya sendiri. Banyak ibu yang

merasakan terlepas dari rasa kecemasan dan tidak nyaman seperti yang

dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya

libido (Marjati, 2011).

c. Trimester Ketiga

1) Sakit punggung disebabkan karena meningkatnya beban berat yang

anda bawa yaitu bayi dalam kandungan.

2) Pernapasan, pada kehamilan 33-36 minggu banyak ibu hamil yang

susah bernafas, ini karena tekanan bayi yang berada di bawah

diafragma menekan paru ibu, tapi setelah kepala bayi yang sudah

turun kerongga panggul ini biasanya pada 2-3 minggu sebelum

persalinan maka akan merasa lega dan bernafas lebih muda.

3) Sering buang air kecil, pembesaran rahm, dan penurunan bayi ke

PAP membuat tekanan pada kandung kemih ibu.

4) Kontraksi perut, brackton-hicks kontraksi palsu berupa rasa sakit

yang ringan, tidak teratur dan kadang hilang bila duduk atau

istirahat.

5) Cairan vaginan, peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah

normal. Cairan biasanya jernih, pada awal kehamilan biasanya agak

kental dan pada persalinan lebih cair (dr.Suririnah, 2005).


22

4. Tanda-tanda Bahaya pada Ibu Hamil

Menurut Saryono (2010) ada 7 tanda bahaya kehamilan, yaitu :

a. Perdarahan pervaginam

b. Sakit kepala yang hebat

c. Penglihatan kabur

d. Bengkak diwajah dan jari-jari tangan

e. Keluar cairan pervaginam

f. Gerakan janin tidak terasa

g. Nyeri abdomen yang hebat

5. Asuhan Antenatal Care (ANC)

Asuhan antenatal care adalah suatu program yang terencana berupa

observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk

memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman

dan memuaskan (Mufdillah, 2009).

Antenatal Care (ANC) Adalah pemeriksaan kehamilan untuk

menyiapkan diri sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu

dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan

mereka masa postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi

juga mental (Prawirohardjo, 2010).


23

6. Tujuan Asuhan Antenatal Care

Tujuan ANC adalah sebagai berikut:

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan

sosial ibu juga bayi.

c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara

umum, kebidanan, dan pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,

ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pmberian

ASI eksklusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

g. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perinatal.

7. Kunjungan Ibu Hamil

Menurut Saifuddin (2010) setiap wanita hamil menghadapi risiko

komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita

hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode

antenatal. Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali

selama kehamilan.
24

a. Satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-14 minggu).

b. Satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 15-28 minggu).

c. Dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan antara minggu 29-36

dan sesudah minggu ke 36).

Pada setiap kali kunjungan antenatal tersebut, perlu didapatkan informasi

yang sangat penting, yaitu:

a. Trimester pertama

1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan

dan ibu hamil.

2) Mendeteksi masalah dan menanganinya.

3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum,

anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktik tradisional yang

merugikan.

4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi

komplikasi.

b. Trimester kedua

Sama seperti di atas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai pre

eklampsia (tanya ibu tentang gejala-gejala pre eklampsia, pantau

tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui protein

uria).

c. Trimester ketiga

Sama seperti diatas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui

apakah ada kehamilan ganda.


25

d. Trimester ketiga

Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal,

atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.

8. Standar Asuhan Kebidanan

Menurut Depkes RI (2010), tujuan pelayanan antenatal terpadu

adalah pelayanan antenatal komprehenshif dan berkualitas yang diberikan

kepada semua ibu hamil. Ibu hamil berhak memperoleh pelayanan antenatal

yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat,

bersalin dengan selamat dan melahirkan bayi yang sehat. pelayanan

antenatal mencakup banyak hal namun dalam penerapan operasional

dikenal standar minimal “14T” yang terdiri dari:

a. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan

Berat badan ideal untuk ibu hamil sendiri tergantung dari IMT

(Indeks Masa Tubuh) ibu sebelum hamil. Indeks massa tubuh (IMT)

adalah hubungan antara tinggi badan dan berat badan. Berikut adalah

rumus untuk menentukan IMT ibu sebelum hamil :

IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (m))2

Hasil yang didapat dari rumus IMT, dapat ditentukan dalam kategori

pada tabel sebagai berikut :


26

Tabel. 2.1 Klasifikasi Nilai IMT

Kategori IMT Rekomendasi (kg)

Rendah < 19,8 12,5 – 18

Normal 19,8 – 26 11,5 – 16

Tinggi 26 – 29 7 – 11,5

Obesitas > 29 ≥7

Gemeli - 16 – 20,5

Sumber : Kementrian Kesehatan RI (2015)

Jika total peningkatan BB ibu tidak sesuai atau diluar batas normal

maka perlu dipikirkan ke arah adanya risiko seperti bengkak, kehamilan

kembar, hidramnion, dan bayi besar (Depkes RI, 2010).

Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi

faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan

keadaan rongga panggul. Tinggi badan ibu hamil <145 cm

meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD.

b. Ukur tekanan darah

Selama hamil tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90

mmHg. Kelainan ini dapat berlanjut menjadi pre eklamsia dan eklamsia

jika tidak ditangani dengan tepat (Depkes, 2010).

c. Ukur tinggi fundus uteri

Menurut Manuaba (2010) dan Saifudin (2009) mengatakan untuk

menetapkan usia kehamilan adalah dengan mengukur tingginya fundus

uteri. Beda tinggi fundus uteri dalam centimeter dengan usia kehamilan
27

adalah kurang lebih 2 cm atau juga dapat menggunakan jari dan

petunjuk-petunjuk badan. Tinggi fundus uteri dipantau setiap

pemeriksaan kehamilan, hal ini dilakukan untuk melihat kesesuaian

antara tinggi fundus uteri dengan usia kehamilan. Menentukan usia

kehamilan :

1) Pada usia kehamilan 12 minggu, fundus dapat teraba 1-2 jari di atas

simpisis

2) Pada usia kehamilan 16 minggu, fundus dapat teraba di antara

simpisis dan pusat

3) Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah

pusat

4) Pada usia kehamilan 24 minggu, fundus dapat teraba tepat di pusat

5) Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di atas

pusat

6) Pada usia kehamilan 32 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan

antara Prosesus Xipoideus dan pusat

7) Pada usia kehamilan 36 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah

Prosesus Xipoideus

8) Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan

antara Prosesus Xipoideus dan pusat.

Dalam menentukan taksiran berat janin dalam uterus

menggunakan rumus Lohnson yang rumusnya yaitu: TBJ = (TFU –

11/12/13) x 155 gram (Manuaba, 2010).


28

d. Pemberian imunisasi TT

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatrum, ibu hamil harus

mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama , ibu hamil harus

diskrining status imunisasi T-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu

hamil , disesuai dengan status imunisasi TT ibu saat ini. Ibu hamil

minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan perlindungan

terhadap infeksi tetanus . Ibu hamil dengan status imunisasi T5 ( TT

Long Life ) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi (IBI, 2016).

Berikut adalah interval dan perlindungan pemberian imunisasi TT,

yaitu:

Tabel 2.2 Pemberian Imunisasi TT

Antigen Interval (Selang Waktu Lama %

Minimal) Perlindungan Perlindungan

TT1 Pada kunjungan antenatal - -

pertama

TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80

TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95

TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99

TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/ 99

seumur hidup

Sumber: Saifuddin (2015)


29

e. Pemberian tablet zat besi

Pada dasarnya pemberian tablet zat besi dimulai dengan

pemberian satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang.

Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat

500 ug, minimal 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama

kopi atau teh karena akan mengganggu penyerapan (Saifuddin, 2010).

Kadar Fe dalam tubuh yang tidak cukup dapat menyebabkan

kekurangan Hb dalam darah yang diperlukan untuk membawa oksigen

pada janin dari sel ibu hamil (Manuaba, 2009).

f. Temu wicara (konseling)

Memberikan konseling sesuai dengan kebutuhan seperti

perawatan diri selama hamil, perawatan payudara, gizi ibu hamil, tanda-

tanda bahaya kehamilan dan janin sehingga ibu dan keluarga dapat

segera mengambil keputusan dalam perawatan selanjutnya dan

mendengarkan keluhan yang disampaikan, Gejala penyakit menular dan

tidak menular, Penawaran tes HIV, IMD dan pemberian ASI Ekslusif,

KB paska persalinan,Imunisasi dan peningkatan kesehatan intelegensia

pada kehamilan ( Brain Booster ) (IBI, 2016).

g. Nilai Status Gizi (LiLA)

Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh

tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko KEK.

Kurang energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami

kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/garing)


30

dimana LiLA <23,5 cm. Ibu dengan KEK akan dapat melahirkan bayi

berat lahir rendah (BBLR).

h. Tentukan Presentasi Janin dan DJJ

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika

Trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum

masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada

masalah lain. DJJ lambat kurang dari 120x/ menit atau DJJ cepat lebih

dari 160x/ menit menunjukkan adanya gawat janin (IBI , 2016).

i. Tatalaksana/Penanganan Kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal dan hasil pemeriksaan

laboratorium, setiap kelainan pada ibu hamil harus ditangani sesuai

standar dan kewenangan bidan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani

dirujuk sesuai dengan sistem rujukan. (IBI, 2016).

j. Tes Protein Urine dan Test Urine Reduksi

Pemeriksaan protein dalam urine pada ibu hamil dilakukan pada

trimester kedua dan ketiga atau atas indikasi. Pemeriksaan ditunjukan

untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria

merupakan salah satu indicator terjadinya pre-eklamsi pada ibu hamil .

(IBI , 2016)

k. Test Hb

Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil pertama

kali, lalu periksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb adalah


31

salah satu upaya untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil (Sari dkk,

2015).

Berikut adalah kadar Hb dari tiap trimester :

Jenis Kelamin Hb Normal

Lahir (aterm) 13.5-18.5

Perempuan dewasa tidak hamil 12.0-15.0

Perempuan dewasa hamil:

Trimester Pertama : 0-12 minggu 11.0-14.0

Trimester Kedua : 13-28 minggu 10.5-14.5

Trimester ketiga : 29 minggu-persalinan 11.0-14.0

Tabel 2.3 Kadar Hb

Sumber: Tarwoto (2007)

Hasil dari kadar Hb yang didapat dapat dimasukkan dalam kategori

sebagai berikut:

1) Hb 11 gr % : tidak anemia

2) Hb 9 gr % - 10 gr % : anemia ringan

3) Hb 7 gr % - 8 gr % : anemia sedang

4) Hb < 7 gr % : anemia berat

Bila pemeriksaan tidak tersedia, pemeriksaan fisik dengan kunjungtiva

pucat dan membran mukosa kuku dan telapak tangan pucat (Depkes

RI, 2008).
32

l. Tes TPHA

Treponema Pallidium Him Aglutinasi.Tes ini adalah tes darah

yang dilakukan untuk penyakit kelamin “sifilis”. (IBI , 2016)

m. Pemberian Terapi Kapsul Yoodium

Diberikan pada gangguan akibat kekurangan yodium di daerah

endemis yang dapat berefek buruk terhadap tumbuh kembang manusia

(Sari dkk, 2015).

n. Pemberian Anti Malaria

Diberikan kepada ibu hamil dengan gejala malaria yakni panas

tinggi disertai menggigil (Sari dkk, 2015).

B. Asuhan Kebidanan pada Persalinan

1. Definisi

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui

jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan

(kekuata sendiri) (Sulistyawati, 2010).

Persalinan imatur adalah persalinan saat kehamilan 20 -28 minggu

dengan berat janin antara 500-1000 gr. Persalinan premature adalah

persalinan saat kehamilan 28-36 minggu dengan berat janin antara 1000 –

2500 gr. Persalinan matures atau aterm adalah partus pada kehamilan 37-40

minggu , janin matur, berat badan diatas 2500 gr. Sedangkan, Persalinan
33

postmaturnus atau posterm adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau

lebih setelah waktu partus yang ditafsir. (Mochtar, 2012).

2. Jenis-jenis Persalinan

a. Menurut cara :

1) Persalinan Spontan

Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan

melalui jalan lahir.

2) Persalinan Buatan

Persalinan yang dibantu oleh tenaga dari luar misalnya ekstraksi

dengan forcep atau dilakukan operasi secsio sesaria.

3) Persalinan Anjuran

Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru

berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian oksitosin atau

prostaglandin (Rukiyah, dkk. 2009).

b. Menurut Umur Kehamilan dan BB bayi

1) Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin

dapat hidup (viable), berat janin ±500 gram, usia kehamilan dibawah

22 minggu.

2) Partus Immaturus adalah penghentian kehamilan sebelum janin

hidup atau berat janin antara 500-1000 gram dan usia kehamilan

antara 22 sampai dengan 28 minggu.


34

3) Persalinan Prematurus adalah persalinan dari konsepsi pada

kehamilan 26-36 minggu janin hidup tetapi premature, berat janin

1000-2500 gram.

4) Persalinan Mature atau Aterm (cukup bulan) adala persalinan pada

kehamilan 37-40 minggu, janin mature, berat badan diatas 2500

gram.

5) Persalinan Postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2

minggu atau lebih dari waktu persalinan yang ditafsirkan.

6) Partus Presipitatus adalah persalinan yang berlangsung cepat kurang

dari 3 jam.partus presipitatus akan menimbulkan berbagai

komplikasi terhadap ibu, diantaranya menimbulkan rupture uteri,

laserasi yang luas pada uterus, vagina, dan perineum, serta

perdarahan dari tempat implantasi plasenta (Prawirohardjo, 2012).

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jalannya Persalinan

Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Passenger (Penumpang)

Pada persalinan, kepala anak adalah bagian yang terpenting,

karena dalam persalinan perbandingan antara besarnya kepala dan

luasnya panggul merupakan hal yang menentukan. Jika kepala dapat

melalui jalan lahir, bagian-bagian lainnya dapat menyusul dengan

mudah (Manuaba, 2010).


35

2. Passage (Jalan Lahir)

a. Bagian lunak, yaitu terdiri dari otot dan ligament jaringan ikat.

b. Bagian keras, yaitu terdiri dari tulang panggul seperti :

1) Os coxae (dua tulang pangkal paha) terdiri dari : os ischium

(tulang duduk), os pubis (tulang kemaluan), os illium (tulang

usus).

2) Os sacrum (satu tulang kelangkang)

3) Os cocygis (satu tulang tungging (Manuaba, 2010).

3. Power (Kekuatan)

a. Kontraksi Uterus

Kontraksi adalah gerakan memendek dan menebal otot-otot

rahim yang terjadi untuk sementara waktu. Kontraksi ini terjadi

diluar sadar (involunter), dibawah pengendalian sistem saraf

simpatis dan secara tidak langsung dipengaruhi oleh endokrin.

b. Tenagan Mengedan

Refleks yang ditimbulkan oleh adanya kontraksi otot dinding

perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intra abdomen

sehingga klien menutup glotisnya, mengkontraksikan otot perut dan

menekan diafragmanya ke bawah, menekan uterus pada semua isi,

sebagai usaha untuk mengeluaran janin (Manuaba, 2010).

4. Psikologis

Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah

benar-benar terjadi realitas kewanitaan sejati yaitu munculnya rasa


36

bangga bisa melahirkan atau memproduksi anaknya, mereka seolah-

olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap

sebagai suatu keadaan yang belum pasti sekarang menjadi hal yang

nyata (Manuaba, 2010).

5. Penolong

Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah

mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada

ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan

penolong dalam menghadapi proses persalinan (Manuaba, 2010).

4. Tanda-tanda Persalinan

Berikut adalah tanda-tanda persalinan menurut Mochtar ( 2012 ) :

a. Lightening

Yaitu penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor. Pada

primigravida biasanya lightening terjadi sebelum persalinan. Lightening

menyebabkan tinggi fundus uteri menurun ke posisi yang sama dengan

posisi fundus pada usia kehamilan delapan bulan (Varney, 2008).

b. Perubahan Serviks

Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan intensitas

kontraksi Braxton hicks. Serviks menjadi matang selama periode yang

berbeda-beda selama persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan

kesiapannya untuk persalinan (Varney, 2007).


37

c. His persalinan ialah his pembukaan dengan sifat-sifatnya sebagai

berikut:

1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.

2) Semakin lama, semakin pendek intervalnya, dan semakin kuat

intensitasnya.

3) Kalau dibawa berjalan bertambah kuat

4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.

d. Bloody show (Lendir disertai darah dari jalan lahir)

Yaitu plak lendir disekresi serviks sebagai hasil poliferasi kelenjar

lendir serviks pada awal kehamilan. Plak lendir inilah yang dimaksud

sebagai bloody show. Bloody show paling sering terlihat sebagai rabas

lendir bercampur darah yang lengket dan harus dibedakan dengan

cermat dari perdarahan murni (Varney, 2008).

e. Premature Rupture of Membrane

Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari

jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek.

Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap

dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali.

Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil, malahan

kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun

demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air

ketuban keluar.
38

5. Tahapan Persalinan

a. Kala I / Kala Pembukaan

Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan satu sampai lengkap (Kemenkes, 2013). Berdasarkan

kemajuan pembukaan maka Kala I dibagi menjadi:

1) Fase laten, yaitu fase pembukaan yang sangat lambat ialah dari 0

sampai 3 cm yang membutuhkan waktu 8 jam.

2) Fase aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi lagi

menjadi:

a) Fase Accelerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm sampai

4 cm yang dicapai dalam 2 jam.

b) Fase Dilatasi Maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang

dicapai dalam 2 jam.

c) Fase Deselerasi (kurangnya kecepatan), dari pembukaan 9 cm

sampai 10 cm selama 2 jam.

Frekuensi minimal penilaian dan intervensi dalam persalinan normal,

Saifuddin (2010) :

1) Frekuensi pada fase laten :

a) Tekanan darah : setiap 4 jam

b) Suhu badan : setiap 4 jam

c) Nadi : setiap 60 menit

d) Denyut jantung janin : setiap 1 jam

e) Kontraksi : setiap 1 jam


39

f) Pembukaan serviks : setiap 4 jam

g) Penurunan : setiap 4 jam

2) Frekuensi pada fase aktif :

a) Tekanan darah : setiap 4 jam

b) Suhu badan : setiap 2 jam

c) Nadi : setiap 30 menit

d) Denyut jantung janin : setiap 30 menit

e) Kontraksi : setiap 30 menit

f) Pembukaan serviks : setiap 4 jam

g) Penurunan : setiap 4 jam

b. Kala II

Dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan

berakhir dengan lahirnya bayi , kala II dikenal juga sebagai kala

pengeluaran (Mochtar, 2012). Lama dari pembukaan lengkap sampai

bayi lahir pada multigravida adalah 1 jam (Kemenkes, 2013).

Prawirohardjo (2010), pada primigravida, kala II berlangsung rata-rata

1,5 – 2 jam dan multigravida ½ - 1 jam.

c. Kala III

Merupakan dimulai dari keluarnya janin sampai lahirnya plasenta

(Mochtar, 2012). Lama segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir

lengkap, sekitar 30 menit (Kemenkes, 2013).

d. Kala IV

Masa 1-2 jam setelah placenta lahir . (Mochtar, 2012).


40

6. Asuhan Persalinan

Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup

dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya ,

melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan

intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas

pelyanan dapat terjaga pada tingkat yang di inginkan ( Depkes, 2008 ).

a. Kala I

Penatalaksanaan Persalinan Kala 1 (Kurniati, 2010)

1) Menyiapkan Kelahiran

2) Menyiapkan Rujukan

3) Memberikan Asuhan Sayang Ibu

4) Pemeriksaan fisik

b. Kala II

1) Mengenali tanda dan gejala kala II (Kemenkes, 2013)

a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektu dan

atau vaginanya.

c) Perineum menonjol dan menipis.

d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.

2) Penatalaksanaan Kala II menurut JNPK-KR 2008:

a) Setelah terlihat tanda pasti kala dua, penolong beritahu ibu

bahwa hanya dorongan alamiah yang mengisyaratkan ibu untuk

meneran dan kemudian beristirahat diantara kontraksi


41

b) Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman

c) Membimbing ibu untuk meneran ketika ada his

d) Memantau kesejahteraan janin disaat his menurun

e) Pencegahan laserasi

f) Melahirkan kepala : saat bayi membuka vulva, letakkan duk

steril yang dilipat 1/3 nya dibawah bokong ibu dan siapkan kain

bersih diatas perut ibu. Lindungi perineum dengan satu tangan.

Tahan belakang kepala agar kepala bayi tetap dalam keadaan

fleksi saat keluar secara bertahap. Saat kepala bayi sudah keluar,

anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan bernapas cepat. Periksa

leher bayi apakah ada lilitan tali pusat.

g) Melahirkan bahu : setelah memeriksa lilitan tali pusat, tunggu

sampai kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepla bayi sambil

menekan kepala kearah bawah dan lateral tubuh bayi hingga

bahu depan melewati simpisis. Dan kemudian gerakkan kepala

keatas dan lateral tubuh bayi sehingga bahu bawah bayi lahir.

h) Melahirkan seluruh tubuh bayi.

c. Kala III

1) Tanda – tanda lepasnya plasenta

a) Terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri

b) Tali pusat memanjang atau terjulur keluar melalui vagina/vulva

c) Adanya semburan darah secara tiba-tiba


42

d) Manajemen aktif kala III

Tujuan manajemen aktif kala III adalh untuk menghasilkan

kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat

mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi

kehilangan darah kala III persalinan. Sebagian besar kasus

kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh

perdarahan pasca persalinan dimana sebagian disebabkan oleh

atonia uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat

dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala III. Tiga

langkah utama dalam manajemen aktif kala III

Pemberian oksitosin/uterotonika sesegera mungkin.

2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT).

3) Rangsangan taktil pada dinding uterus atau fundus uteri.

d. Kala IV

Menurut Manuaba (2010), kala IV dimaksudkan untuk melakukan

observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam

pertama. Observasi yang dilakukan meliputi tingkat kesadaran

penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,

pernapasan, kontraksi uterus, pengosongan kandung kemih, terjadinya

perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak

melebihi 400 sampai 500 cc.

Dalam klinik, atas pertimbangan-pertimbangan praktis masih

diakui adanya Kala IV persalinan meskipun masa setelah placenta lahir


43

adalah masa dimulainya masa nifas (puerperium), mengingat pada masa

ini sering timbul perdarahan (Kurniati, 2010). Persalinan kala IV

dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu. Hal

yang dilakukan setelah plasenta lahir :

1) Lakukan rangsangan taktil uterus untuk merangsang uterus kembali

berkontraksi baik dan kuat

2) Evaluasi tinggi fundus

3) Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan

4) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan perineum

5) Evaluasi keadaan umum ibu

6) Dokumentasikan semua asuhan kedalam partograf

Kemudian dilakukan pemantauan selama dua jam pertama pasca

persalinan dilakukan:

1) Pemantauan tanda-tanda vital, tinggi fundus, kontraksi uterus,

kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit selama satu

jam pertama dan setiap 30 menit selama satu jam kedua

2) Lakukan masase uterus jika uterus terasa lunak, masase fundus

berguna untuk mempertahankan kontraksi uterus dilakukan selama

15 detik dengan cara memutar searah jarum jam

3) Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus

dan jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan masase

jika uterus menjadi lembek


44

4) Membersihkan ibu dengan air DTT dan tempat tidur dengan air

Clorin 0,5% lalu menggantikan pakaian ibu dengan yang bersih dan

mengatur posisi ibu agar nyaman

5) Melakukan asuhan untuk bayi baru lahir (JNPK-KR, 2008).

7. Rupture Perineum

Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada jalan lahir

(Rukiyah,2010). Berikut ini adalah derajat rupture perineum menurut

Kemenkes ( 2013 ) :

a. Derajat 1 : Laserasi epitel vagina atau laserasi pada kulit perineum saja

b. Derajat II : Melibatkan kerusakan pada otot-otot perineum, tetapi tidak

melibatkan kerusakan sfingter ani

c. Derajat III : Kerusakan pada otot sfingter ani

d. Derajat IV : Robekan stadium tiga disertai robekan epitel anus

Faktor-faktor yang menyebabkan ruptur perineum :

a. Faktor Predisposisi

Faktor penyebab robekan perineum diantaranya adalah faktor ibu,

faktor janin, dan faktor persalinan pervaginam. Diantara faktor-faktor

tersebut dapat diuraikan sebagai berikut (PP IBI, 2016) :

1. Faktor Ibu

a) Paritas

Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah

mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat


45

jumlah anaknya Pada primipara robekan perineum hamper

selalu terjadi dan tidak jarang berulang padab persalinan

berikutnya.

b) Meneran

Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran

bila pembukaan sudah lengkap. ibu harus didukung meneran

dengan benar pada saat ia merasakan dorongan dan memang

ingin mengejan .

2) Faktor Janin

a) Berat Badan Bayi Baru Lahir

Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000

gram Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma

persalinan melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan

fleksus brakialis, patah tulang kalivikula, ndan kerusakan

jaringan lunak pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan robekan

pada perineum.

b) Presentasi

Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan

sumbu memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul

ibu. Presentasi digunakan untuk mekan bagian yang ada di

bagian bawah rahim yang dijumapai palpasi atau pada

pemeriksaan dalam. Macam-macam presentasi dapat dibedakan

menjadi presentasi muka, dahi, dan bokong.


46

3) Faktor Persalinan Pervaginam dengan tindakan

a) Vakum Ekstrasi

b) Ekstrasi Forceps

c) Embriotomi

d) Persalinan Presipitatus ( Pada persalinan ini terdapat bahay

laserasi perineum yang berat bsgi ibu dan bahaya intracranial

bagi bayinya yang terjadi karena pelintasan yang cepat melalui

jalan lahir yaitu dari pembukaan 1 ke pembukaan lengkap

kurang dari 3 jam ) ( Tiran,2006 ).

b. Faktor penolong persalinan

Penolong persalinan adalah seseorang yang mampu dan berwenang

dalam memberikan asuhan persalinan. Pimpin persalinan yang salah

merupakan salah satu penyebab terjadinya robekan perineum, sehingga

sangat diperlukan kerjasama dengan ibu dan penggunaan perasat

manual yang tepat dapat mengatur eksplusi kepala, bahu, dan seluruh

tubuh bayi untuk mencegah laserasi.

Selain itu, menurut Mochtar (2008), faktor yang menyebabkan

ruptur perineum meliputi yaitu paritas, umur ibu, jaringan parut pada

perineum, kelenturan jalan lahir, persalinan dengan tindakan.

Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam memimpin ibu bersalin

meneran untuk mencegah terjadinya robekan perineum (IBI, 2016),

diantaranya:
47

1) Menganjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan

alamiahnya selama kontraksi.

2) Tidak menganjurkan ibu untuk menahan nafas dan meneran dengan

kuat pada kala II. Mungkin ibu akan merasa lebih mudah untuk

meneran jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, menarik

lutut kearah ibu, dan menempelkan dagu ke dada.

3) Menganjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.

4) Tidak melakukan dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran

bayi. Dorongan ini dapat meningkatkan resiko distosia bahu dan

robekan uteri.

5) Pencegahan robekan perineum dapat dilakukan saat bayi dilahirkan

terutama saat kelahiran kepala, bahu, lengan, dan tungkai.

8. Penjahitan Robekan Perineum

Menurut IBI ( 2016 ) tujuan menjahit laserasi atau episiotomi adalah :

a. Menyatukan kembali jaringan tubuh (aproximasi).

b. Mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (Hemostatis).

Pada saat menjahit laserasi atau episiotomy gunakan benang

secukupnya dan gunakan sesedikit mungkin penjahitan. Dianjurkan

melakukan teknik penjahitan jelujur. Keuntungan teknik penjahitan jelujur

a. Mudah dipelajari

b. Tidak terlalu nyeri bagi ibu


48

c. Menggunakan jahitan lebih sedikit

Penolong asuhan persalinan normal tidak dibekali keterampilan

menjahit derajat 3 dan 4 . Segera rujuk ke fasilitas rujukan. Berikut ini

adalah penjahitan laserasi perineum :

a. Cuci tangan secara seksama dan gunakan sarung tangan disinfeksi

tingkat atau steril. Ganti sarung tangan jika sudah terkontaminasi , atau

tertusuk jarum maupun peralatan tajam lainnya.

b. Pastikan semua peralatan sudah di proses secara benar.

c. Setelah memberikan anestesi local ( Lidokain 1% tanpa efineprin ), dan

memastikan daerah tersebut sudah dianastesi , pastikan batas-batas luka

dan nilai kedalaman luka secara hati-hati.

d. Buat jahitan pertama kurang dari 1 cm diatas ujung laserasi dibagian

dalam vagina. Benang hanya di potong pada bagian yang pendek saja

e. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit kebawah kearah

cincin himen.

f. Teruskan kearah bawah tapi tetap pada luka, menggunakan jahitan

jelujur hingga mencapai ujung laserasi pada perineum. Pastikan jaraka

setiap jahitan sama dan otot yang terluka telah dijahit.

g. Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan jarum keatas dan teruskan

penjahitan, menggunakan jahitan jelujur untuk menutup lapisan

subkutikuler . Jahitan ini akan menjadi jahitan lapis kedua. Periksa

lubang bekas jarum tetap terbuka berukuran 0,5 cm atau kurang. Luka

ini akan menutup dengan sendirinya pada saat penyembuhan luka.


49

h. Tusukkan jarum dari robekan perineum ke dalam vagina.

i. Ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina. Potong ujung

benang dan sisakan sekitar 1,5 cm . Pastikan tidak ada kasa atau

peralatan yang tertinggal di dalam.

Kemudian Nasehati ibu untuk :

a. Menjaga daerah perineum selalu bersih dan kering.

b. Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineum.

c. Cuci daerah perineum dengan air bersih 3-4x perhari.

d. Kembali 1-2 minggu untuk memeriksa penyembukan luka , dan segera

datang ke petugas bila ibu mengalami demam atau mengeluarkan cairan

yang berbau busuk dari daerah ukanya atau terasa sangat nyeri.

9. Teknik Pengurangan Rasa Nyeri

a. Pain Relief

Rasa sakit yang dirasakan ibu selama persalinan sangat

bervariasi tingkatannya tergantung dari keadaan jaringan saraf tubuh

ibu dalam menerima rangsangan sakit atau nyeri. Untuk itu juga

diperlukan dukungan yang baik selama persalinan agar dapat

menenangkan dan mengurangi rasa sakit tersebut. Pendekatan

pengurangan rasa sakit dapat dilakukan dengan pendekatan

nonfarmakologi dan farmakologi (Kurniati, 2010). Farmakologis

merupakan cara pengurangan rasa nyeri dengan pemberian obat-

obatan penghilang rasa sakit , sedangkan cara non farmakologis


50

adalah cara pengurangan rasa nyeri dengan tradisional (Tamsuri, 2006).

Metode mengurangi rasa nyeri yang dilakukan secara terus menerus

dalam bentuk dukungan harus dipilih yang bersifat sederhana, biaya

rendah, resiko rendah, membantu kemajuan persalinan, hasil kelahiran

bertambah baik dan bersifat sayang ibu. Ada beberapa teknik dukungan

untuk mengurangi rasa sakit yaitu: dengan kehadiran seseorang

pendamping yang terus menerus, sentuhan yang nyaman, dan dorongan

dari orang yang memberikan support, perubahan posisi dan pergerakan,

sentuhan dan massase, conterpreassure untuk mengurangi tegangan

pada ligamen, pijatan ganda pada pinggul, penekanan pada lutut,

kompres hangat dan dingin, berendam, pengeluaran suara, visualisasi

dan pemusatan perhatian, berdoa, dan musik yang lembut dan

menyenangkan ibu (Kurniati, 2010).

b. Teknik Effluarge

Effleurage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat,

dan panjang atau tidak putus-putus. Pijat cara lembut membantu ibu

merasa lebih segar, rileks, dan nyaman selama persalinan. Sebuah

penelitian menyebutkan, ibu yang dipijat 20 menit setiap jam selama

tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal itu terjadi karena

pijat merangsang tubuh melepaskan senyawa endorphin yang

merupakan pereda sakit alami. Endorphin juga dapat menciptakan

perasaan nyaman dan enak (Danuatmaja dan Meiliasari, 2008).


51

Dalam persalinan, pijat juga membuat ibu merasa lebih dekat

dengan orang merawatnya. Sentuhan seorang yang peduli dan ingin

menolong merupakan sumber kekuatan ibu saat sakit, lelah, dan takut.

Banyak bagian tubuh ibu bersalin dapat dipijat seperti kepala, leher,

punggung, dan tungkai. Saat memijat, pemijat harus memperhatikan

respon ibu, apakah tekanan yang diberikan sudah tepat. Umumnya, ada

dua teknik pemijatan dilakukan dalam persalinan, yaitu effleurage dan

counterpressure. effleurage dilakukan dengan menggunakan ujung jari

yang ditekan lembut dan ringan. Lakukan usapan dengan ringan dan

tanpa tekanan kuat, tetapi usahakan jari tidak lepas dari permukaan kulit.

c. Teknik pernapasan

Pengendalian napas bukanlanh pernapasan biasa. Latihan ini

biasanya terdiri dari empat tahap yang intinya terdiri dari berikut.

Menarik napas panjang ssecara perlahan untuk menerima energy utama.

Menahan napas yang bertujuan mempertahankan napas dalam tubuh.

Selama menhela napas, pikiran dan emosi dikosongkan melalui setiap

hembusan. Selama proses ini, seolah melepaskan energy kembali

keasalnya. (Danuatmaja dan Meiliasari, 2008).

Selain itu, memulai pernapasan yang baik, oksigen dapat, masuk ke

dalam tubuh secara optimal. Oksigen merupakan bahan bakar

terpenting, tidak saja untuk kinerja otot-otot rahim, tetapi juga untuk

janin.
52

Ada tiga teknik pernapasan yang membuat ibu hamil tenang

sekaligus membantu suksesnya persalinan yaitu pernapasan tidur (sleep

breathing), pernapasan perlahan/lambat (slow breathing), dan

pernapasan lanjut (birth breathing).Ketiga teknik pernapasan ini dapat

menyeimbangkan kondisi hormone dalam tubuh ibu hamil sehingga

membuat seluruh perangkat organ yang berkepentingan bias bekerja

pada waktu yang sama. Selain itu, dapat membantu memunculkan

insting alami dalam diri ibu dan membiarkan tubuh ibu hamil dan tubuh

janin yang mengontrol persalinan ketika ibu hamil dapat memasuki

kondisi rileks yang semakin dalam (Kuswandi, 2014).

1) Pernapasan tidur

Pernapasan tidur merupakan teknikk pernapasan yang lebih

sering gunakan pada awal latihan relaksasi. Teknik ini membantu

menghemat energy selama tahap pertama persalinan sehingga lebih

kuat menarik napas pada tahap kedua, saat menghantarkan kepala

bayi ke jalan lahir.

2) Pernapasan perlahan

Teknik pernapasan ini berupa tarikan napas panjang, tenang,

dan pelan yang langsung memfokuskan pada bayi dan membantu

pada setiap kontraksi. Tujuan napas panjang ini nagar dapat

menyesuaikan dengan panjangnya gelombang kontraksi. Selain itu,

pernapasan ini membuat dinding perut mengembang sebesar dan

setinggi mungkin serta membantu memaksimalkan efisiensi dari


53

kontraksi. Dengan membuat pengembangan gelombang kontraksi,

dapat membantu otot vertical di perut untuk mendorong naik ke atas

otot bwerbentuk melingkar yang terletak di bawah dan membuka

mulit rahim.

3) Pernapasan lanjut

Setelah napas teratur dan mampu membawa diri menuju

kondisi rileks dengan mudah. Dapat memperdalam relaksasi dengan

cepat menggunakan relaksasi lanjut.

C. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

1. Definisi

Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dengan berat badan

2400-4000 gram saat kelahiran, dengan masa kehmailan 37-42 minggu.

Umur 0-7 hari disebut neonatal dini, sedangkan umur 8-28 hari disebut

neonatal lanjut (Prawirohardjo, 2010).

Menurut M. Sholeh Kosim, bayi baru lahir normal adalah berat bayi

lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis dan

tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (Marmi dan

Rahardjo, 2015).

2. Asuhan segera pada Bayi Baru Lahir

Menurut Patricia, bayi baru lahir juga membutuhkan perawatan

yang dapat meningkatkan kesempatan menjalani masa transisi dnegan


54

berhasil. Tujuan asuhan kebidanan yang lebih luas selama masa

ini adalah memberikan perawatan komprehensif kepada bayi baru

lahir pada saat ia dalam ruang rawat, untuk mengajarkan orang tua

bagaimana merawat bayi mereka dan untuk memberi motivasi

terhadap upaya pasangan menjadi orang tua, sehingga orang tua

percaya diri dan mantap (Marmi dan Rahardjo, 2015).

Menurut Prawirohardjo (2014) tujuan utama perawatan bayi segera

sesudah lahir, adalah:

1. Membersihkan jalan nafas

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila

bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan

nafas dengan cara sebagai berikut:

a. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan

hangat.

b. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.

c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari

tangan yang dibungkus kasa steril.

d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit

bayi dengan kain.

2. Memotong dan Merawat Tali Pusat

Sebelum memotong tali pusat, dipastikan bahwa talipusat telah

diklem dengan baik, untuk mencegah terjadinya perdarahan,

membungkus ujung potongan tali pusat adalah tali pusat.


55

3. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi

Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu

badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya

tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat.

4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi

tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk

melaksanakan proses IMD selama 1 jam. Biarkan bayi mencari,

menemukan puting, dan mulai menyusu. Sebagian besar bayi akan

berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit, menyusu pertama

biasanya berlangsung pada menit ke 45-60 dan berlangsung selama

10-20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu payudara

(Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam,

posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit

dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya. Jika bayi masih belum

melakukan IMD dalam waktu 2 jam, lanjutkan asuhan perawatan

neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K, salep

mata, serta pemberian gelang pengenal) kemudian dikembalikan lagi

kepada ibu untuk belajar menyusu (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh

payudara yang dinamakan the gift of life. Kolostrum berupa cairan

dengan viscositas kental bewarna kuning-kuninga, lebih kuning


56

dibandingkan dengan susu matur. Kolostrum merupakan sel darah

putih dan antibodi yang mengandung imunoglobin A (IgA) yang

membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah

kuman memasuki bayi.

Kolostrum mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dan mengandung

semua unsure yang diperlukan oleh bayi serta zat anti infeksi.

Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi, karbohiidrat,

dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi pada bayi

pada hari-hari pertama setelah kelahirannya serta membantu

mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi pertama berwana hitam

kehijauan (IBI, 2016).

5. Memberi Vitamin K

Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada BBL

dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25–0,5 %. Untuk mencegah

terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi lahir normal dan cukup

bulan perlu diberi vitamin K peroral dengan dosis 1 mg / hari

selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K

parenteral dengan dosisi 0,5-1 mg IM (Prawirohadjo, 2008).

6. Memberi Obat Tetes / Salep Mata

Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan

infeksi mata. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis

(tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1% atau antibiotika lain). Pemberian

salep atau tetes mata harus tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya
57

pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam

setelah kelahiran (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

7. Memberi Imunisasi HB 0

Diberikan imunisasi HB 0 pada saat 2 jam bayi baru lahir (Dinkes,

2010).

8. Identifikasi Bayi

a. Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum: nama (bayi,

nyonya) tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama

lengkap ibu.

b. Disetiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan

nama, tanggal lahir, nomor identifikasi.

9. Pemantauan Bayi Baru Lahir

Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin

kelainan pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan

tetap berada di fasilitas tersebut selama 24 jam karena risiko terbesar

kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan. saat kunjungan

tindak lanjut (KN) yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur

4-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari (Kementerian Kesehatan RI,

2010).

3. Pengukuran Antropometri

Pengukuran antropometri meliputi:

1. Lakukan Penimbangan berat badan


58

Berat badan normal adalah 2500-4000 gram apabila BB kurang dari

2500 gram disebut bayi Premature dan apabila BB bayi lebih dari

4000 gram maka bayi disebut Macrosomia.

2. Lakukan Pengukuran panjang badan

Panjang badan normal bayi baru lahir adalah 48-52 cm.

3. Ukur lingkar kepala

Lingkar kepala normal adalah 33-37 cm.

4. Ukur lingkar dada

Lingkar dada normal adalah 30-38 cm. (Saifuddin, 2009).

4. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir

Melakukan pemeriksaan fisik dengan prinsip yaitu pemeriksaan

dilakukan dalan keadaan bayi tenang (tidak menangis), pemeriksaan

taidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan dan tarikan dinding

dada bawah, denyut jantung serta perut (Kemenkes, 2013).

Tabel 2.4 Pemeriksaan Fisik (Kemenkes, 2013)

Pemeriksaan fisik yang dilakukan Keadaan normal

Lihat postur, tonus danaktivitas Posisi tungkai dan lengan fleksi.

Bayi sehat akan bergerak aktif.

Lihat kulit berwarna merah muda, tanpa Wajah, bibir dan selaput lendir, dada

adanya kemerahan atau bisul. harus


59

Hitung pernapasan dan lihat tarikan Frekuensi napas normal 40-60 kali

dinding dada bahwa ketika bayi sedang permenit

tidak menangis.  Tidak ada tarikan dinding dada bawah

yang dalam

Hitung denyut jantung dengan meletakkan Frekuensi denyut jantung normal 120-

stetoskop di dada kiri setinggi apeks 160 kali permenit

kordis.

Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan Suhu normal adalah 36,5-37,5

thermometer

Lihat dan raba bagian kepala Bentuk kepala terkadang asimetris

karena penyesuaian pada saat proses

persalinan, umumnya hilang dalam 48

jam. Ubun-ubun besar rata atau tidak

membonjol, dapat sedikit membobjol

saat bayi menangis.

Lihat mata Tidak ada kotoran/secret

Lihat bagian dalam mulut  Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak

a. Masukkan satu jari yang menggunakan ada bagian yang terbelah

sarung tangan ke dalam mulut, raba langit- Nilai kekuatan isap bayi. Bayi akan

langit mengisap kuat jari pemeriksa

Lihat dan raba perut  Perut bayi datar, teraba lemas

Lihat tali pusat


60

 Tidak ada perdarahan, pembengkakan,

nanah, bau yang tidak enak pada tali

pusat, atau kemerahan sekitar tali pusat.

Lihat punggung dan raba tulang belakang Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang

dan benjolan pada tulang belakang

Lihat ekstremitas  Hitung jumlah jari tangan dan kaki, lihat

apakah kaki posisinya baik atau

bengkok ke dalam atau keluar, lihat

gerakan ekstremitas

Lihat lubang anus  Terlihat lubang anus dan periksa apakah

b. Hindari memasukkan alat atau jari dalam mekonium sudah keluar

memeriksa anus  Biasanya mekonium keluar dalam 24

c. Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah jam setelah lahir

buang air besar

Lihat dan raba alat kelamin keluar.  Bayi perempuan kadang terlihat cairan

d. Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah vagina berwarna putih atau kemerahan

buang air kecil  Bayi laki-laki terdapat lubang uretra

pada ujung penis.

Pastikan bayi sudah buang air kecil

dalam 24 jam setelah lahir

Timbang bayi  Berat lahir 2,5-4 kg

e. Timbang bayi dengan menggunakan Dalam minggu pertama, berat bayi

selimut, hasil dikurangi selimut mungkin turun terdahulu baru kemudian


61

naik kembali. Penurunan berat badan

maksimal 10%

Mengukur panjang dan lingkar kepala Panjang lahir normal 48-52 cm

bayi  Lingkar kepala normal 33-37 cm.

Menilai cara menyusui, minta ibu untuk Kepala dan ba dan dalam garis lurus,

menyusui bayinya wajah bayi menghadap payuidara, ibu

mendekatkan bayi ke tubuhnya

 Bibir bawah melengkung keluar,

sebagian besaraerola berada didalam

mulut bayi

 Menghisap dalam dan pelan kadang

disertai berhenti sesaat

5. Refleks Pada Bayi

Refleks adalah gerakan naluriah untuk melindungi bayi (IBI, 2016).

a. Refleks Glabella

Ketuk daerah pangkal hidung secara pelan dengan menggunakan jari

tekunjuk. Bayi akan mengedipkan mata pada 4 smapi 5 ketukan

pertama.

b. Refleks hisap

Tekanan pada mulut bayi pada langit bagian dalam gusi atas timbul

isapan yang kuat dan cepat. Dilihat pada waktu bayi tidur.
62

c. Refleks mencari (rooting)

Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi.

d. Refleks genggam

Dengan meletakkan jari telunjuk pada palmar, tekanan dengan gentle,

normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat.

5. Refleks babinsky

Gores telapak kaki, dimulai dari tumit, gores sisi lateral telapak kaki

kearah atas kemudian gerakkan jari sepanjang telapak kai. Bayi aka

merespon berupa semua jari kaki hyperekstensi dengan ibu jari

dorsifleksi.

6. Refleks moro

Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba

digerakkan atau dikejutkan dengan cara bertepuk tangan.

6. Kunjungan Bayi Baru Lahir

Terdapat minimal tiga kali kunjungan ulang bayi baru lahir (Kemenkes,

2013):

1. Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1).

2. Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2).

3. Pada usia 8-28 hari(kunjungan neonatal 3).


63

7. Komplikasi Pada Bayi Baru Lahir

a. Biang Keringat

Menurut Boediardja (2002) biang keringat adalah kelainan kulit

yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan kelenjar

keringat yaitu, di dahi, leher, bagian-bagian badan yang tertutup

pakaian (dada dan punggung), dapat diikuti rasa gatal seperti ditusuk,

kulit menjadi kemerahan dan disertai banyak gelembung kecil berair.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health

Organization, 2006) melaporkan tiap tahun terdapat 80% penderita

biang keringat (miliaria), diantaranya 65% terjadi pada bayi.

Sedangkan dari data kunjungan bayi dan anak pada 7 rumah sakit di 6

kota besar di Indonesia terdapat 282 kasus (22,79%) dari 8919 kasus

anak menderita penyakit kulit. miliaria. Miliaria menempati urutan ke-

7 dari 10 penyakit kulit bayi dan balita. Insiden penyakit kulit miliaria

ini akan meningkat sampai 50% pada iklim panas dan lembab.

Sedangkan penyebab Miliaria diantaranya :

a. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang

baik.

b. Pakaian yang terlalu lembab dan ketat. Pakaian banyak

memberikan pengaruh pada kulit, misalnya menimbulkan

pergeseran, tekanan yang berpengaruh terhadap terjadinya

peningkatan suhu tubuh.

c. Aktivitas yang berlebihan, misalnya berolahraga.


64

d. Setelah menderita sakit panas.

Untuk pencegahan miliaria dapat dilakukan dengan berbagai cara

seperti yang disebutkan Nadia (2009) :

a. Gunakan pakaian yang mudah menyerap keringat, seperti katun.

b. Gunakan pakaian yang longgar dan jangan terlalu ketat.

c. Perbaiki sirkulasi udara pada ruangan.

d. Mandikan bayi dengan teratur, 1 atau 2 kali setiap hari.

Tentunya jika bayi tersebut mengalami miliaria, efek yang

paling dirasakan bayi adalah perasaan tidak nyaman. Biang

keringat biasanya menyerang bagian wajah, terutama dahi juga

leher, selangkangan, dan lipatan lainnya, jika dibiarkan akan

menimbulkan lecet-lecet, bahkan infeksi. Sebenarnya biang

keringat bisa sembuh dengan sendirinya, yaitu sekitar 2-3 hari

dengan penanggulangan yang tepat (Siti Mardiyah, 2013).

D. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

1. Definisi

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil.

Lama masa nifas 6-8 minggu (Mochtar, 2010).

Masa nifas atau peurperium adalah setelah kala IV sampai dengan

enam minggu berikutnya (pulihnya alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil (IBI, 2016). Akan tetapi seluruh otot genetalia
65

baru pulih kembali seperti sebhelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.

Masa ini merupakan periode krisis baik bagi ibu maupun bayinya maka

perlu diperhatikan.

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) sesuai

dengan asuhan kebidanan pada ibu nifas secara sistematis yaitu

pengkajian, interpretasi data dan analisa masalah, perencanaan,

penatalaksanaan dan evaluasi. Sehingga dengan asuhan kebidanan

masa nifas dan menyusui dapat mendeteksi secara dini penyulit

maupun komplikasi yang terjadi pada ibu dan bayi.

c. Melakukan rujukan secara aman dan tepat waktu bila terjadi penyulit

atau komplikasi pada ibu dan bayinya ke fasilitas pelayanan rujukan.

d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

nifas dan menyusui, kebutuhan nutrisi, perencanaan pengaturan

jarak kelahiran, pemberian imunisasi kepada bayinya, perawatan

bayi sehat serta memberikan pelayanan keluarga berencana sesuai

dengan pilihan ibu.


66

3. Tahapan Masa Nifas

1. Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.

Pada masa ini merupakan fase kritis, sering terjadi insiden

perdarahan post partum karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan

perlu melakukan pemantauan secara kontinu, yang meliputi:

kontraksi uterus, pengeluaran lokia, kandung kemih, tekanan darah

dan suhu.

2. Periode early postpartum (>24 jam-1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan

normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam,

ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui

dengan baik.

3. Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan asuhan dan

pemeriksaan sehari-hari serta konseling perencanaan KB.

4. Remote puerperium

Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama

bila selama hamil atau bersalin memiliki penyulit atau komplikasi.


67

4. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Pemerintah melalui departemen kesehatan, telah memberikan

kebijakan sesuai dengan dasar kesehatan ibu pada masa nifas, yakni paling

sedikit 4 kali kunjungan masa nifas. Tujuan kebijakan itu adalah:

a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.

b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya

gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.

c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada

masa nifas.

d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu

kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas :

a. Kunjungan I (6-8 jam post partum) :

1) Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.

2) Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta

melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.

3) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara

mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.

4) Pemberian ASI awal.

5) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru

lahir.

6) Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.


68

7) Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan

harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran

atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.

b. Kunjungan II (6 hari setelah post partum) :

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilkus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak

ada bau.

2) Menilai adanya tanda–tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.

3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan

istirahat.

4) Memastikan ibu menyusui bayi dengan benar dan memperhatikan

tanda-tanda penyakit atau penyulit menyusui.

5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

c. Kunjungan III (2 minggu setelah post partum) :

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi,

fundus tidak teraba, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

2) Menilai adanya tanda–tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.

3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan

istirahat.
69

4) Memastikan ibu menyusui bayi dengan benar dan memperhatikan

tanda-tanda penyakit atau penyulit menyusui.

5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

d. Kunjungan IV (6 minggu post partum) :

1) Menanyakan ibu tentang penyakit-penyakit yang dialami.

2) Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama

masa nifas.

3) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

5. Adaptasi Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas

a. Fase taking in

Terjadi pada hari 1-2 post partum, perhatian ibu terhadap

kebutuhan dirinya, pasif dan tergantung. Ibu tidak menginginkan

kontak dengan bayinya bukan berarti tidak memperhatikan. Dalam

fase ini yang diperlukan ibu adalah informasi tentang bayinya,bukan

cara merawat bayinya.

b. Fase taking hold

Fase ini berlangsung sampai kira-kira 10 hari. Ibu berusaha

mandiri dan berinisiatif, perhatian terhadap dirinya mengatasi

tubuhnya, misalnya kelancaran miksi dan defikasi, melakukan

aktifitas duduk, jalan, belajar tentang perawatan diri dan bayinya,

timbul kurang percaya diri sehingga mudah mengatakan tidak mampu


70

melakukan perawatan. Pada saat ini sangat dibutuhkan sistem

pendukung karena pada fase ini sering dengan terjadinya post partum

blues.

c. Fase letting go

Dimulai pada minggu ke 5-6 pasca kelahiran. Tubuh ibu telah

sembuh, secara fisik ibu mampu menerima tanggung jawab normal

dan tidak lagi menerima peran sakit. Kegiatan seksualnya telah

dilakukan kembali (Dewi, 2011).

6. Adaptasi Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

Selama masa nifas terjadi berbagai perubahan pada ibu post partum

antara lain involusi uteri, pengeluaran lochea, perubahan pada serviks dan

vagina, laktasi serta perubahan pada sistem tubuh lainnya dan perubahan

psikis (Varney, 2008).

a. Alat genitalia

Alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-

angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil atau sering

disebut involusi,selain itu juga perubahan-perubahan penting

lain,yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi karena laktogenik

hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar mammae.

b. Lochea

Adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai

reaksi basa/ alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat


71

dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia

mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat

dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami

perubahan karena proses involusi. Perbedaan masing-masing lokia

dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.5 Macam-Macam Lochea dalam Selang Waktu

Lokia Waktu Warna Ciri-ciri

Terdiri dari sel desidua,

verniks caseosa, rambut


Rubra 1-3 hari Merah kehitaman
lanugo, sisa mekonium

dan sisa darah

Putih bercampur Sisa darah bercampur


Sanguilenta 3-7 hari
merah lendir

Lebih sedikit darah dan


Kekuningan/
Serosa 7-14 hari lebih banyak serum, juga
kecoklatan
terdiri dari leukosit

Mengandung leukosit,

selaput lendir serviks dan


Alba >14 hari Putih
serabut jaringan yang

mati.

Sumber: Ambarwati (2008)


72

c. Involusi uterus

Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses

dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Perubahan-perubahan

normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai berikut:

Tabel 2.6 Involusi Uterus

Tinggi Fundus Diameter


Involusi Uteri Berat Uterus
Uteri Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm

Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gram

Pertengahan pusat
7 hari (minggu 1) 500 gram 7,5 cm
dan simpisis

Tidak teraba
14 hari (minggu 2) 350 gram 5 cm
diatas simpisis

6 minggu Bertambah kecil 50 gram 2,5 cm

8 minggu Normal 30 gram

Sumber: Sofian, 2012

d. Serviks

Setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti corong

berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak kadang-kadang

terdapat perlukaan-perlukaan kecil, setelah bayi lahir, tangan masih bisa

masuk kedalam rongga rahim setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan

setelah 7 hari hanya bisa dilalui oleh 1 jari.


73

e. Ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang

selama kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur ciut

kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi

kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula

wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan karena

ligamenta, fasia, jaringan alat penunjang genetalia menjadi menjadi agak

kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat

genitalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul

dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post

partum sudah dapat diberikan fisioterapi. Keuntungan lain adalah

dicegahnya pula statis darah yang dapat mengakibatkan thrombosis masa

nifas.

7. Tanda Bahaya Nifas

1. Perdarahan berlebihan

2. Sekret vagina berbau

3. Demam

4. Nyeri perut berat

5. Kelelahan atau sesak

6. Bengkak di tangan, wajah, tungkai, atau sakit kepala atau

pandangankabur
74

7. Nyeri payudara, pembengkakan payudara,luka atau perdarahan

putting

8. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

a. Mobilisasi Dini

Tujuan :

a Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi peuperium

b Memperlancar involusi alat kandungan.

c Melancarkan fungsi alat gastro intensial dan alat perkemihan

d Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga

mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

b. Nutrisi

Tujuannya:

a Membantu memulihkan kondisi fisik

b Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi

c Mencegah konstipasi

d Memulai proses pemberian ASI eksklusif

Ibu nifas perlu tambahan 500 kalori tiap hari, dan kebutuhan

cairan/minum ±300 liter/hari dan tambahan pil zat besi selama 40 hari

postpartum, serta kapsul vitamin A 200.000 unit.

c. Ambulasi

Kenyataannya ibu yang baru melahirkan enggan banyak

bergerak, karena merasa lebih letih dan sakit. Pada persalinan normal
75

ambulasi dapat dilakukan 2 jam postpartum. Untuk pasien post SC

yaitu 24-36 jam postpartum. Tujuan ambulasi yaitu;

1) Melancarkan pengeluaran lochea

2) Faal usus dan kandung kemih lebih baik

3) Memungkinkan untuk mengajar ibu memelihara anaknya

4) Mempercepat involusi dan melancarkan peredaran darah.

4. Eliminasi

Ibu nifas hendaknya dapat berkemih spontan normal terjadi pada

8 jam postpartum. Anjurkan ibu untuk berkemih 6-8 jam postpartum

dan setiap 4 jam setelahnya, karena kandung kemih yang penuh dapat

mengganggu kontraksi dan involusi uterus. Bila ibu mengalami sulit

berkemih sebaiknya dilakukan toilet training untuk BAB, jika ibu

tidak biasa BAB lebih dari 3 hari maka perlu diberi laksan/pencahar.

BAB tertunda 2-3 hari postpartum dianggap fisiologis.

5. Istirahat

Bila istirahat kurang akan mempengaruhi:

1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

2) Memperlambat involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi

dan diri sendiri.

6. Kebersihan Diri / Personal Hygiene

Ibu nifas perlu menjaga kebersihan dirinya karena:

1) Mengurangi/mencegah infeksi
76

2) Meningkatkan perasaan nyaman dan kesejahteraan

3) Seksual/ Senggama

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu

darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya

ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu

tidak merasa nyeri, aman untuk memulai melakukan hubungan

seksual kapan saja ibu siap. Banyak budaya yang mempunyai tradisi

menunda hubungan seksual sampai masa waktu tertentu, misalnya 40

hari atau enam minggu setelah persalinan, keputusan bergantung pada

pasangan yang bersangkutan.

7. ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman

tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan (Kemenkes, 2013).

4) Tanda-tanda bahwa bayi mendapat cukup ASI

Untuk mencegah malnutrisi seorang ibu harus mengetahui tanda

kecukupan ASI, terutama pada bulan pertama. Setelah bulan

pertama tanda kecukupan ASI lebih tergambar melalui perubahan

berat badan bayi.

5) Tanda bahwa bayi ,mendapat cukup ASI adalah:

1) Produksi ASI akan berlimpah pada hari ke-2 sampai ke-4

setelah melahirkan, Nampak dengan payudara bertambah

besar, berat, lebih hangat dan seringkali menetes dengan

spontan.
77

2) Bayi menyusu 8-12 kali sehari, dengan pelekatan yang benar

pada setiap payudara dan menghisap secara teratur selama

minimal 10 menit pada setiap payudara.

3) Bayi akan tampak puas setelah menyusu dan seringkali tertidur

pada payudara kedua.

4) Frekuensi buang air kecil (BAK) bayi >6 kali sehari. Urin

bewarna jernih, tidak kekuningan. Butiran halus kemerahan

yang mungkin beberapa Kristal padfa urin) merupakan salah

satu tanda ASI kurang.

5) Frekuensi buang air besar (BAB) >4 kali sehari denga volume

paling tidak 1 sendok makan, tidak hanya berupa noda

membekas pada popok bayi, pada usia 4 hari-4 minggi. Seing

ditemukan bayi BAB setiap kali menyusu, dan hal ini

merupakan hal yang normal. Feses bewarna kuning dengan

butiran-butiran.

6) Putting payudara akan terasa sedikit sakit pada hari pertama

menyusui. Apabila disertai dengan lecet, hal ini merupakan

tanda bahwa bayi tidak melekat dengan baik saat menyusu.

Apabila tidak segera tidak diitangani dengan membetulkan

posisi dan pelekatan bayi ,akan hal ini akan menurunkan

produksi ASI.

7) Berat bdadan bayi tidak turun lebih dari 10% disbanding berat

lahir.
78

8) Berat bada bayi kembali seperti berat lahir pada usia 10 sampai

14 hari setelah lahir (IDAI, 2013).

8. Keluarga Berencana

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya dua

tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus memnetukan

sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang

keluarganya. Namun bidan dapat membantu merencanakan

kpeluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara

mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.

Biasanya ibu tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia

mendapatkan lagi haidnya selama meneteki (amenorhoei laktasi).

Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, penggunaan

kontrasepsi tetap lebih aman terutama bila ibu sudah tidak haid lagi.

Jika pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk

bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah

ada yang ingin ditanyakan oleh ibu atau pasangan dan untuk

mengetahui apakah metode tersebut bekerja dengan baik (PP IBI,

2016).
79

BAB III

PERKEMBANGAN KASUS

A. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

KUNJUNGAN PERTAMA ANC

Hari, tanggal : Jum’at, 05 Oktober 2018 Pukul : 09.00 WIB

Tempat : Ruang KIA

No. RM : 00.12.28

Identitas

Ny. S berumur 31 tahun yang beragama Islam dengan bersuku bangsa

Jawa, berpendidikan SMA. Ia adalah seorang ibu rumah tangga. Ny. S

memiliki suami bernama Tn. N berumur 45 tahun bersuku bangsa Padang. Tn.

N berpendidikan SMA. Suami Ny. S bekerja sebagai wiraswasta. Keluarga Tn.

N tinggal di Jl. Kali Sekertaris Pesing Koneng, RT 008/001 No. 87, Kedoya

Utara. Ny. S mempunyai nomer telfon 085695032249.

Data Subjektif

Alasan datang

Ibu datang untuk memeriksakan kehamilannya. Saat ini ibu tidak ada keluhan
80

Riwayat haid

HPHT pada tanggal 24 Januari 2018, lamanya 7 hari, banyaknya 3 kali

ganti pembalut. Tafsiran persalinan tanggal 31 Oktober 2018.

Riwayat perkawinan

Menikah sah 1x pada tahun 2009, sudah menikah selama 9 tahun .

pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami.

Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

Ini adalah kehamilannya yang kedua, anak pertama lahir cukup bulan pada

tanggal 31 Maret 2010 secara spontan ditolong oleh Bidan di kampung tidak

ada penyulit. Jenis kelamin perempuan dengan berat lahir 3500 gram ,Panjang

lahir 47 cm , memberikan ASI selama 2 tahun, belum pernah mengalami

keguguran. Ibu mengalami robekan jalan lahir.

Rencana persalinan/P4K

Tapsiran Penolong Tempat Pendamping Transportasi Pendonor

Persalinan

31 Oktober Bidan Puskesmas Suami Motor Keluarga

2018 Kecamatan

Tambora
81

Riwayat Keluarga Berencana (KB)

Sebelumnya ibu menggunakan kb suntik 3 bulan selama 2 tahun. Lalu

mengganti menjadi KB suntik 1 bulan selama 2 tahun. Alasan mengganti kb

suntik 3 bulan menjadi yang 1 bulan karena ibu ingin menstruasinya lancar.

Riwayat penyakit yang dan sedang diderita

Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya, seperti jantung, tuberculosis

(TBC), ginjal, asma, Diabetes Mellitus (DM), PMS, HIV/AIDS, hipertensi,

kelainan darah dan operasi

Riwayat dan kebiasaan sehari-hari : makan, personal hygiene, dan

eliminasi

Kebiasaan makan : sebelum hamil : makan 3 kali sehari dengan menu nasi,

lauk, sayur, buah. Setelah hamil : makan 3 kali sehari dengan menu nasi, lauk,

sayur, dan susu hamil 1 gelas per hari. Perubahan makan yang dialami : nafsu

makan sama seperti biasa. Minum air putih 7-8 gelas per hari. Kebiasaan

personal hygiene : mandi sehari 2 kali, 2-3 kali ganti pakaian. Kebiasaan

eliminasi : BAB 1 kali sehari, konsistensi normal, warna dan bau khas, BAK >6

kali sehari, konsistensi cair, warna : kuning jernih.

Riwayat psikososial

Ibu tidak pernah merokok, mengkonsumsi alkohol, meminum jamu saat

kehamilan dan menyangkal bahwa dia memiliki kepercayaan yang berkenaan


82

dengan kehamilan misalnya seperti mitos – mitos yang banyak beredar dan

dipercaya oleh masyarakat. Ibu mengatakan ini kehamilan yang diinginkan.

Riwayat kehamilan ini trimester I, II, III

Trimester I : Ibu merasa pada trimester I tidak muncul keluhan – keluhan yang

berarti, hanya mual muntah yang sering terjadi pada pagi hari. Ibu melakukan

pemeriksaan kehamilan di bidan klinik dan mendapatkan buku KIA.

Trimester II : Pada trimester II tidak ada keluhan-keluhan yang berarti. Ibu

melakukan pemeriksaan kehamilan pada tanggal 18-05-2018 dengan UK 16

minggu 2 hari, 25-06-2018 dengan UK 21 minggu 5 hari, serta tanggal 28-07-

2018 dengan UK 26 minggu 3 hari.

Trimester III : Perut ibu mulai terasa kencang-kencang dan sedikit sakit

dibagian bawah perut pada saat berjalan dan semakin sering BAK. Ibu

melakukan pemeriksaan kehamilan trimester III pada tanggal 28-08-2018

dengan UK 30 minggu 6 hari, 28-09-2018 dengan UK 35 minggu 2 hari, 05-10-

2018 dengan UK 36 minggu 2 hari, 17-10-2018 dengan UK 38 minggu, 24-10-

2017 dengan UK 39 minggu.

Riwayat Imunisasi TT

TT 1 Pada saat ibu masih bayi (berdasarkan pengakuan ibu saat ini)

TT 2 Pada saat ibu duduk dibangku SD (berdasarkan pengakuan ibu)

TT 3 Pada saat ibu hamil anak pertama

TT 4 Pada tanggal 28-08-2018


83

Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emotional

stabil, TTV : Tekanan Darah 100/60 mmHg, nadi 80 kali/menit, suhu

36,70C, pernapasan 21 kali/menit, tinggi badan 151 cm, berat badan

sebelum hamil 50 Kg, berat badan sekarang 59 Kg menurut IMT maka

dihitung 50 : 1,512 = 21, 92 kg/m2, LILA: 28,5 cm.

2. Pemeriksaan Fisik

Kelopak mata tidak ada pembengkakan, konjungtiva tidak pucat,

sklera tidak kuning. Mulut dan gigi : lidah tidak kotor, gigi tidak

berlubang, bibir tidak pecah-pecah. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar

tiroid. Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Payudara :

tidak teraba adanya benjolan pada payudara, puting susu bersih, menonjol,

aerola hiperpigmentasi, simetris kanan kiri, tidak ada pengeluaran, tidak

ada nyeri. Abdomen: terdapat pembesaran sesuai dengan usia kehamilan,

terdapat striae gravidarum , tidak terdapat luka bekas operasi.

Tinggi Fundus Uteri ( TFU ) 29 cm. Palpasi dilakukan secara

Leopold. Leopold I : Di fundus uteri teraba bagian agak bulat, lunak, tidak

melenting (Bokong). Leopold II : Sebelah kiri perut ibu teraba bagian

yang keras dan panjang seperti papan (Punggung), sebelah kanan perut

ibu teraba bagian-bagian kecil janin (Ekstremitas). Leopold III : Bagian

terendah teraba bulat, keras, melenting (kepala). Leopold IV : Kepala

belum masuk PAP. Auskultasi : Denyut jantung janin positif, frekuensi :


84

140 kali/menit, teratur, punctum maksimum terdengar di satu tempat,

sebelah kiri perut ibu. TBJ (29-12) x 155 gram = 2635 gram. Ekstremitas

atas : Pembengkakan (-), kekuatan sendi (+), ekstermitas bawah :

Pembengkakan (-), varises (-), kekuatan sendi (+), reflek patella (+),

Pemeriksaan genetalia tidak dilakukan

3. Pemeriksaan Penunjang dilakukan pada tanggal 05 September 2018 :

Hemoglobin 12,0 gr/dl, Glukosa/protein urine negative, HIV non reaktif,

HbsAg non reaktif.

Analisa

Ibu : G2P1A0 hamil 36 minggu 2 hari

Janin : Tunggal, hidup, intrauteri, presentasi kepala

Penatalaksanaan

1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada bahwa saat ini usia kehamilan 36

minggu 2 hari , keadaan ibu dan janin saat ini baik. Ibu mengerti dengan

penjelasan yang diberikan.

2. Mengingatkan tentang pentingnya personal hygine seperti : mandi 2 kali

sehari, menyikat gigi, membersihkan vagina serta mengganti pakaian

dalam minimal 2 kali sehari atau bila merasa lembab dan membersihkan

lipatan (ketiak, bawah payudara dan paha). Ibu mengerti dengan

penjelasan tentang personal hygine dan akan melakukannya dirumah.

3. Mengingatkan untuk tetap menjaga pola istirahatnya dengan tidur 2 jam

pada siang hari dan 8 jam pada malam hari. Ibu mengerti dan bersedia
85

4. Menjelaskan mengenai tanda bahaya kehamilan seperti : sakit kepala

hebat disertai pandangan kabur, perdarahan pervaginam, nyer hebat

dibagian bawah perut, gerak janin berkurang, batuk dalam waktu lama,

keluar air-air serta menganjurkan ibu untuk segera datang ke fasilitas

pelayanan kesehatan terdekat bila mengalami hal-hal yang telah

dijelaskan. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan

segera datang ke tenaga kesehatan jika terdapat tanda-tanda tersebut.

5. Memberikan terapi SF 60 mg (15 tablet) 1x1, Kalk 500 mg (15 tablet) 1x1,

AF (10 tablet) 1x1 diminum secara oral. Ibu berjanji akan minum obat

yang diberikan dengan teratur.

6. Menjelaskan mengenai efek samping yang mungkin akan dirasakan bila

meminum tablet tambah darah seperti rasa mual, konstipasi dan tinja akan

berwarna kehitaman serta menganjurkan untuk meminum tablet tambah

darah dengan air jeruk hangat untuk mengurangi rasa mual serta

mempercepat penyerapan, banyak minum air putih untuk mencegah

terjadinya konstipasi. Ibu mengerti yang dijelaskan serta bersedia

melakukan apa yang sudah dianjurtkan

7. Menganjurkan untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 17

Oktober 2018 di Ruang Bersalin lantai 1 karena usia kehamilan sudah

menjelang masa-masa persalinan, Puskesmas Kecamatan Tambora. Ibu

mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia untuk melakukan

kunjungan ulang.
86

KUNJUNGAN KEDUA ANC

Hari, Tanggal : Rabu, 17 Oktober 2018 Pukul : 10.00 WIB

Tempat : Ruang Bersalin lantai 1

Data Subjektif

Ibu datang untuk kunjungan ulang pemeriksaan kehamilannya. Saat ini

ibu mengatakan tidak ada keluhan yang berarti. Obat-obatan yang diberikan

semuanya diminum sesuai anjuran.

Data Objektif

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional

stabil. TTV: TD 110/70 mmHg, nadi 82 x/mnt, suhu 36,6oC, pernafasan

21 x/mnt, BB 62 kg.

2. Pemeriksaan fisik

Wajah tidak ada pembengkakan, Mata konjungtiva tidak pucat,

sklera tidak kuning. Bibir tidak pecah-pecah, lidah bersih. TFU 30 cm.

Palpasi secara leopold. Leopold I : Di fundus uteri teraba bagian agak

bulat, lunak, tidak melenting (Bokong). Leopold II : Sebelah kiri perut ibu

teraba bagian-bagian kecil janin (Ekstremitas), sebelah kanan perut ibu

teraba bagian yang keras dan panjang seperti papan (Punggung). Leopold

III : Bagian terendah teraba bulat, keras, melenting (kepala). Leopold IV

: Divergent, sudah masuk PAP 4/5 bagian. Auskultasi : Denyut jantung

janin positif, frekuensi : 143 kali/menit, teratur, punctum maksimum

terdengar di satu tempat, sebelah kanan perut ibu. TBJ (30-11) x 155 gram
87

= 2945 gram. Ekstremitas atas : Pembengkakan (-), kekuatan sendi (+),

ekstermitas bawah : Pembengkakan (-), varises (-), kekuatan sendi (+),

reflek patella (+), Pemeriksaan Genetalia tidak dilakukan.

3. Pemeriksaan Penunjang sudah dilakukan pada tanggal 05 September 2018

Analisa

Ibu : G2P1A0 hamil 38 minggu

Janin : Tunggal, hidup, intrauteri, presentasi kepala

Penatalaksanaan

1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa kehamilan sudah masuk usia 38

minggu, keadaan ibu dan janin saat ini baik. Ibu menegerti dengan

penjelasan yang diberikan.

2. Mengingatkan kembali tentang pentingnya personal hygine. Ibu mengerti

dengan penjelasan tentang personal hygine dan akan melakukannya

dirumah.

3. Mengingatkan untuk tetap menjaga pola istirahatnya dengan tidur 2 jam

pada siang hari dan 8 jam pada malam hari. Ibu mengerti dan bersedia

4. Mengingatkan kembali mengenai tanda bahaya kehamilan serta

menganjurkan ibu untuk segera datang ke fasilitas pelayanan kesehatan

terdekat bila mengalami hal-hal yang telah dijelaskan. Ibu mengerti yang

dijelaskan dan bersedia

5. Mengingatkan tentang tanda-tanda persalinan seperti : keluar lendir darah,

mulas yang semakin sering, kuat, dan teratur atau keluar air-air
88

pervaginam. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan berjanji

akan segera datang ke tenaga kesehatan jika terdapat tanda-tanda tersebut.

6. Mengingatkan mengenai persiapan kebutuhan menjelang persalinan

seperti : pakaian ibu dan bayi, tempat, penlong, pendamping, ransportasi,

dana atau jaminan kesehatan, serta donor darah. Ibu dan suami sudah

mempersiapkan kebutuhan menjelang persalinan dan sudah memiliki

kartu jaminan kesehatan

7. Memberikan terapi SF 60 mg (10 tablet) 1x1, Kalk 500 mg (10 tablet) 1x1,

Vitamin C 25mg (10 tablet) 1x1 diminum secara oral. Ibu berjanji akan

minum obat yang diberikan dengan teratur.

8. Menganjurkan untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 24

Oktober 2018 di Ruang Bersalin lantai 1 Puskesmas Kecamatan Tambora.

Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia untuk

melakukan kunjungan ulang.

KUNJUNGAN KETIGA ANC

Hari, tanggal : Rabu, 24 Oktober 2018 Pukul : 10.15 WIB

Tempat : Ruang Bersalin lantai 1

Data Subjektif

Ibu datang untuk kunjungan ulang kehamilannya. Ibu mengatakan pada

tanggal 18 Oktober 2018 sudah keluar lendir darah tidak disertai mulas. Pada

tanggal 19 Oktober 2018 ibu mengeluh merasa mulas dan ibu memeriksakan ke
89

BPM. Ibu mengatakan saat diperiksa di BPM belum terdapat pembukaan. Obat-

obatan diminum sesuai anjuran.

Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional

stabil. TTV: Tekanan Darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/mnt, suhu 36,6oC,

pernafasan 20 x/mnt, BB 62 kg.

2. Pemeriksaan Fisik

Wajah tidak ada pembengkakan, Mata: konjungtiva tidak pucat,

sklera tidak ikterik. Bibir tidak pecah-pecah, lidah bersih. Tinggi Fundus

Uteri ( TFU ) 33 cm. Palpasi secara Leopold. Leopold I : Di fundus uteri

teraba bagian agak bulat, lunak, tidak melenting (Bokong). Leopold II :

Sebelah kiri perut ibu teraba bagian-bagian kecil janin (Ekstremitas),

sebelah kanan perut ibu teraba bagian yang keras dan panjang seperti

papan (Punggung) . Leopold III : Bagian terendah teraba bulat, keras,

melenting (kepala). Leopold IV : Divergen, kepala sudah masuk PAP 4/5

bagian. Auskultasi: Denyut jantung janin positif, frekuensi : 142

kali/menit, teratur, punctum maksimum terdengar di satu tempat, sebelah

kanan perut ibu. TBJ (33-11) x 155 = 3410 gram. His palsu. Ekstremitas

atas : Pembengkakan (-), kekuatan sendi (+), ekstermitas bawah :

Pembengkakan (-), varises (-), kekuatan sendi (+), reflek patella (+).

Pemeriksaan anogenital oleh bidan jaga : vulva vagina tak ada keluhan,
90

Portio tebal lunak, Pembukaan 1 cm, Ketuban (+), presentasi kepala,

Penurunan H1, molase 0, terdapat pengeluaran pervaginam.

Analisa

Ibu : G2P1A0 hamil 39 minggu belum inpartu

Janin : Tunggal, hidup, intrauteri, presentasi kepala

Penatalaksanaan

1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa saat ini keadaan ibu dan janin

baik, untuk tanda-tanda persalinan dari hasil pemeriksaan dalam terdapat

pembukaan 1 cm. Ibu mengerti dan senang mendengar hasil pemeriksaan.

2. Menganjurkan untuk melakukan duduk sila telapak kaki bertemu dan

melakukan kegiatan mengepel lantai dengan posisi merangkak untuk

membantu kepala bayi cepat turun. Ibu mengerti dan bersedia

melakukannya dirumah.

3. Menjelaskan tentang tanda-tanda persalinan. Ibu mengerti dengan

penjelasan yang diberikan dan berjanji akan segera datang ke tenaga

kesehatan apabila mengalami tanda-tanda tersebut.

4. Mengingatkan kembali tentang pentingnya personal hygine. Ibu mengerti

dengan penjelasan tentang personal hygine dan akan melakukannya

dirumah.

5. Mengingatkan untuk tetap menjaga pola istirahatnya dengan tidur 2 jam

pada siang hari dan 8 jam pada malam hari. Ibu mengerti dan bersedia.
91

6. Mengingatkan kembali mengenai persiapan kebutuhan menjelang

persalinan. Ibu dan suami sudah mempersiapkan kebutuhan saat dan

sesudah persalinan.

7. Menganjurkan untuk memantau gerakan janinnya apakah mengalami

pengurangan gerak janin atau tidak, his semakin sering atau tidak, lendir

darah yang semakin banyak atau keluarnya air-air pervaginam, bila

mengalami hal-hal tersebut dianjurkan untuk segera datang ke puskesmas

segera. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

8. Memberikan terapi SF 60 mg (10 tablet) 1x1, Kalk 500 mg (10 tablet) 1x1,

Vitamin C 25mg (20 tablet) 2x1, Vitamin B Com (20 tablet) 2x1 diminum

secara oral. Ibu berjanji akan minum obat yang diberikan dengan teratur.

9. Menganjurkan untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 31

Oktober 2018 di Ruang Bersalin lantai 1 Puskesmas Kecamatan Tambora.

Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia untuk

melakukan kunjungan ulang.

B. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Hari, tanggal : Sabtu, 27 Oktober 2018 Pukul : 04.10 WIB

Tempat : Ruang Bersalin lantai 1

KALA 1

Data Subjektif

Ibu datang ke Puskesmas Kecamatan Tambora pada tanggal 27 Oktober

2018 pada pukul 04.00 WIB. Ibu mengeluh mulas sejak pukul 19.00 WIB
92

tanggal 26 Oktober 2018, keluar lendir darah pukul 17.00 WIB, belum keluar

air-air. Pergerakan janin aktif. Ibu mengatakan telah diperiksa oleh bidan jaga

dengan hasil ibu dan janin dalam keadaan baik dan ibu sudah pembukaan 3 cm.

Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional

stabil. TTV: Tekanan Darah 110/70 mmHg, nadi 82 x/mnt, suhu 36,7oC,

pernafasan 21 x/mnt.

2. Pemeriksaan Fisik

Wajah tidak ada pembengkakan , Mata: konjungtiva tidak pucat,

sklera tidak ikterik. Bibir tidak pecah-pecah, lidah bersih. Tinggi Fundus

Uteri (TFU) 33 cm. Palpasi secara Leopold. Leopold I : Di fundus uteri

teraba bagian agak bulat, lunak, tidak melenting (Bokong). Leopold II :

Sebelah kiri perut ibu teraba bagian-bagian kecil janin (Ekstremitas),

sebelah kanan perut ibu teraba bagian yang keras dan panjang seperti

papan (Punggung) . Leopold III : Bagian terendah teraba bulat, keras,

melenting (kepala). Leopold IV : Divergen, kepala sudah masuk PAP 4/5

bagian. .Auskultasi : Denyut jantung janin positif, frekuensi : 142

kali/menit, teratur, punctum maksimum terdengar di satu tempat, sebelah

kanan perut ibu. TBJ (33-11) x 155 = 3410 gram. His 3x10’x30”, teratur,

dominasi fundus. Ekstremitas atas : Pembengkakan (-), kekuatan sendi

(+), ekstermitas bawah : Pembengkakan (-), varises (-), kekuatan sendi

(+), reflek patella (+). Pemeriksaan anogenital oleh bidan jaga : vulva
93

vagina tak ada keluhan, Portio tipis lunak, Pembukaan 3 cm, Ketuban (+),

presentasi kepala, Penurunan H1, molase 0, terdapat pengeluaran

pervaginam.

Analisa

Ibu : G2P1A0 hamil 39 minggu 3 hari inpartu kala 1 fase laten

Janin : Tunggal, hidup, intrauteri, presentasi kepala

Penatalaksanaan

1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa pembukaan

sudah 3 cm dan menyarankan suami tetap mendampingi ibu untuk

memberikan semangat. Ibu mengerti dan suami mendampingi ibu.

2. Menyarankan ibu jika masih kuat untuk jalan-jalan kecil atau duduk sila

telapak kaki bertemu untuk membantu penurunan kepala. Ibu mengerti

dan bersedia melakukannya.

3. Melakukan informed consent kepada ibu dan keluarga sebagai persetujuan

tindakan pertolongan persalinan. Ibu dan keluarga mengerti dan

menyetujui tindakan.

4. Mengajarkan ibu teknik relaksasi pernafasan yang baik apabila ada his

yaitu tarik nafas lewat hidung dan hembuskan secara perlahan lewat

mulut. Ibu dapat melakukannya dengan baik.

5. Menganjurkan ibu untuk posisi miring kiri bila sedang beristirahat agar

kepala janin cepat turun dan janin mendapat suplay oksigen yang cukup.

Ibu bersedia melakukannya.


94

6. Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi nutrisi dan hidrasi saat tidak ada

his agar ibu memiliki tenaga saat proses persalinan nanti. Ibu bersedia

melakukannya.

7. Mengobservasi Tekanan Darah 4 jam sekali, suhu 2 jam sekali, nadi dan

DJJ setiap 1 jam, HIS , dan pembukaan 4 jam sekali. Observasi sudah

dilakukan

Hari, tanggal : Sabtu, 27 Oktober 2018 Pukul : 07.30 WIB

KALA I

Data Subjektif

Ibu mengeluh mulas semakin sering, pinggang semakin terasa pegal.

Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional

stabil. TTV: Tekanan Darah 110/80 mmHg, nadi 84 x/mnt, suhu 36,8oC,

pernafasan 22 x/mnt.

2. Pemeriksaan Fisik

Wajah tidak ada pembengkakan , Mata: konjungtiva tidak pucat,

sklera tidak ikterik. Bibir tidak pecah-pecah, lidah bersih. Tinggi Fundus

Uteri (TFU) 33 cm. Palpasi secara Leopold. Leopold I : Di fundus uteri

teraba bagian agak bulat, lunak, tidak melenting (Bokong). Leopold II :

Sebelah kiri perut ibu teraba bagian-bagian kecil janin (Ekstremitas),

sebelah kanan perut ibu teraba bagian yang keras dan panjang seperti
95

papan (Punggung) . Leopold III : Bagian terendah teraba bulat, keras,

melenting (kepala). Leopold IV : Divergen, kepala sudah masuk PAP 4/5

bagian. .Auskultasi : Denyut jantung janin positif, frekuensi : 147

kali/menit, teratur, punctum maksimum terdengar di satu tempat, sebelah

kanan perut ibu. TBJ (33-11) x 155 = 3410 gram. His 3x10’x35”, teratur,

dominasi fundus. Ekstremitas atas : Pembengkakan (-), kekuatan sendi

(+), ekstermitas bawah : Pembengkakan (-), varises (-), kekuatan sendi

(+), reflek patella (+). Pemeriksaan anogenital oleh bidan jaga : vulva

vagina tak ada keluhan, Portio tipis lunak, Pembukaan 6 cm, Ketuban (+),

presentasi kepala, Penurunan H II, posisi UUK kiri depan, molase 0,

terdapat pengeluaran pervaginam.

Analisa

Ibu : G2P1A0 hamil 39 minggu 3 hari inpartu kala 1 fase aktif

Janin : Tunggal, hidup, intrauteri, presentasi kepala

Penatalaksanaan

1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah 6 cm dan

menyarankan suami tetap mendampingi ibu untuk memberikan semangat.

Ibu mengerti dan suami mendampingi ibu.

2. Mengingatkan ibu teknik relaksasi pernafasan yang baik apabila ada his

yaitu tarik nafas lewat hidung dan hembuskan secara perlahan lewat

mulut. Ibu dapat melakukannya dengan baik.


96

3. Mengingatkan ibu untuk posisi miring kiri bila sedang beristirahat agar

kepala janin cepat turun dan janin mendapat suplay oksigen yang cukup.

Ibu bersedia melakukannya.

4. Mengingatkan untuk tetap memenuhi nutrisi dan hidrasi saat tidak ada his

agar ibu memiliki tenaga saat proses persalinan nanti. Ibu bersedia

melakukannya.

5. Mengobservasi Tekanan Darah 4 jam sekali, suhu 2 jam sekali, nadi dan

DJJ setiap 30 menit, HIS , dan pembukaan 4 jam sekali. Observasi sudah

dilakukan

6. Menyiapkan perlengkapan ibu dan bayi. Kebutuhan ibu dan bayi sudah

disiapkan.

Hari, tanggal : Sabtu, 27 Oktober 2018 Pukul : 08.30 WIB

KALA II

Data Subjektif

Ibu mengeluh mulas semakin sering, rasanya seperti ingin BAB. Ibu sudah ingin

meneran

Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil.

TTV: Tekanan Darah 120/80 mmHg, nadi 84 x/mnt, suhu 36,7oC,

pernafasan 21 x/mnt. Sudah ada tanda-tanda kala II yaitu : dorongan

mengejan, tekanan anus, perineum menonjol, vulva vagina membuka.


97

2. Pemeriksaan auskultasi DJJ 140 x/mnt, HIS 4x10’x45”. Pemeriksaan

dalam vulva vagina tidak ada kelainan, portio tidak teraba, pembukaan 10

cm, ketuban (+), posisi UUK depan, molase (-), penurunan H III+

Analisa

Ibu : G2P1A0 hamil 39 minggu 3 hari partus kala II

Janin : Tunggal, hidup, intrauteri, presentasi kepala

Penatalaksanaan

1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah 10 cm, tanda-

tanda persalinan sudah ada dan menyarankan suami tetap mendampingi

untuk memberikan semangat. Ibu mengerti dan suami mendampingi ibu.

2. Memfasilitasi ibu posisi yang nyaman saat proses persalinan. Ibu memilih

posisi setengah duduk.

3. Melakukan amniotomi didampingi oleh bidan jaga. Tindakan telah

dilakukan, warna ketuban jernih.

4. Mengatur posisi ibu dengan cara kedua tangan merangkul kedua paha

sampai sampai batas siku, kepala diangkat, dagu menempel ke dada, mata

melihat kearah perut, gigi dirapatkan dan menganjurkan untuk meneran

pada saat ada his dan pada saat kepala sudah mulai terlihat 5-6 cm didepan

vulva ibu dipimpin untuk meneran dan istirahat saat tidak ada his. Ibu

mengerti kemudian mengedan disaat kontraksi dan istirahat saat tidak ada

kontraksi.

5. Observasi DJJ saat tidak ada his. Observasi telah dilakukan dan hasilnya

140 x/menit.
98

6. Menganjurkan keluarga untuk memberikan minum teh manis pada ibu

saat tidak ada his untuk menambah energy selama proses persalinan.

Keluarga bersedia dan ibu mau minum.

7. Memimpin dan menolong persalinan pervaginam secara APN. Bayi lahir

spontan pada pukul 08.45 WIB menangis kuat, warna kulit kemerahan,

tonus otot aktif, jenis kelamin laki-laki, cacat negative, anus positif, dan

sudah BAK.

8. Segera mengeringkan bayi kecuali 2 telapak tangan. Di perut ibu tindakan

telah dilakukan.

9. Meletakkan bayi diatas dada ibu dengan kontak kulit ibu dan bayi untuk

dilakukan inisiasi menyusui dini (IMD). IMD telah dilakukan, bayi

berhasil menemukan putting susu ibunya ± 60 menit setelah bayi lahir.

Hari, tanggal : Sabtu, 27 Oktober 2018 Pukul : 08.46 WIB

KALA III

Data Subjektif

Ibu mengatakan perut masih terasa mulas dan senang atas kelahiran bayi laki-

lakinya.

Data Objektif

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil.

TTV: Tekanan Darah 110/80 mmHg, nadi 83 x/mnt, suhu 36,7oC, pernafasan

22 x/mnt. TFU sepusat, kontraksi uterus baik, tidak ada janin kedua, kandung

kemih kosong, tampak tali pusat menjulur didepan vulva.


99

Analisa

Ibu : P2A0 partus kala III

Masalah : Tidak ada

Penatalaksanaan

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik, dan

memberitahu bahwa plasenta akan dilahirkan. Ibu mengerti dengan

penjelasan yang diberikan.

2. Melakukan manajemen aktif kala III:

a. Menyuntikan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 vastus lateralis. Telah

dilakukan.

b. Melakukan peregangan tali pusat terkendali.

c. Melahirkan plasenta. Plasenta lahir spontan, lengkap pukul 08.50

WIB.

d. Melakukan massase fundus uterus selama 15 detik dan mengajarkan

ibu teknik massase uterus agar kontraksinya tetap baik. Ibu mengerti

dan melakukannya dan fundus tetap keras.

3. Memeriksa kelengkapan plasenta. Selaput ketuban lengkap, kotiledon

tidak ada yang tertinggal, diameter ±18 cm, tebal ±3 cm, insersi tali pusat

marginalis, panjang tali pusat ±47 cm.

4. Mengajari cara masase fundus uteri. Ibu dapat melakukannya.

5. Pengeluaran darah pervaginam ±250 cc.


100

Hari, tanggal : Sabtu, 27 Oktober 2018 Pukul : 08.51 WIB

KALA IV

Data Subjektif

Ibu senang atas kelahiran bayi laki-lakinya, merasa lemas, perut masih terasa

mulas.

Data Objektif

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil.

TTV: Tekanan Darah 110/80 mmHg, nadi 83 x/mnt, suhu 36,6oC, pernafasan

21 x/mnt.

TFU 2 jari dibawah pusat, uterus teraba keras, kandung kemih kosong,

terdapat laserasi jalan lahir : robekan mengenai kulit perineum, pengeluaran

darah pervaginam ±100 cc.

Analisa

Ibu : P2A0 partus kala IV dengan rupture kulit perineum

grade I

Masalah : Robekan perineum grade I

Diagnosa potensial : Perdarahan postpartum dan infeksi jalan lahir

Tindakan segera : Melakukan penjahitan pada robekan jalan lahir

Penatalaksanaan

1. Memberitahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, menjelaskan

bahwa terdapat robekan jalan lahir dan harus dilakukan penjahitan agar
101

tidak terjadi perdarahan akibat robekan jalan lahir. Ibu menyetujui

tindakan yang akan dilakukan.

2. Melakukan anastesi lidocain 2% disuntikkan di bagian kulit perineum.

Anastesi sudah dilakukan.

3. Melakukan heacting dengan jelujur dan satu-satu. Heacting telah

dilakukan.

4. Memeriksa jahitan dan memeriksa kemungkinan adanya perdarahan.

Telah dilakukan ekspolarasi dan sumber perdarahan sudah tidak ada.

5. Membersihkan, merapihkan dan mengganti pakaian serta memakaikan

pembalut demi kenyamanan ibu. Ibu telah dibersihkan dari sisa darah dan

telah dipakaikan baju baru.

6. Melakukan pengawasan selama 2 jam postpartum dengan mengobservasi

TFU, kontraksi, TD, nadi, kandung kemih dan jumlah darah yang keluar

setiap 15 menit pada satu jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam

kedua, dan mengukur suhu tiap satu jam. Hasil pemantauan keadaan Ibu

normal dan stabil dan dicatat dalam partograf.

7. Mengajarkan cara memassase uterus bila uterus tidak berkontraksi dengan

baik yaitu dengan memassase uterus searah dengan jarum jam sampai

uterus terasa keras. Ibu dan keluarga dapat memasase uterus dengan baik.

8. Menjelaskan bahwa mulas yang terjadi merupakan suatu proses

pengecilan rahim kembali ke bentuk semula dan hal tersebut normal. Ibu

mengerti.
102

9. Menganjurkan untuk sering menyusui bayinya agar uterus dapat segera

kembali seperti semula. Ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin.

10. Menganjurkan untuk ambulasi dan mobilisasi, seperti miring kanan dan

miring kiri, duduk, kemudian berjalan perlahan. Ibu mampu ambulasi dan

mobilisasi dengan baik.

11. Menganjurkan untuk tidak menahan BAK. Ibu mengerti dan sudah BAK

60 menit setelah bersalin di kamar mandi dengan dibantu suami.

12. Menginformasikan tentang tanda bahaya nifas seperti pusing, lemas,

terasa keluar darah banyak dari kemaluan, nyeri perut bagian bawah

sampai panggul serta memberitahu agar segera memberitahu petugas. Ibu

mengerti dan akan memberitahu petugas bila hal tersebut terjadi.

13. Memberitahukan untuk menjaga personal hygiene dengan membersihkan

bagian vagina dari depan ke belakang dan mengeringkannya, serta

membersihkan dibagian luka jahitan dan sering mengganti celana dalam

dan pembalut. Ibu mengatakan mengerti dan akan melakukannya.

14. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum. Ibu mau makan dan minum.

15. Memberikan vitamin A (200.000 unit) 1 kali segera setelah melahirkan,

dan 1 kali setelah 24 jam setelah melahirkan, amoxcilin 500 mg 3x1,

Asam Mafenamat 500 mg 3x1, SF 1x1. Ibu berjanji akan meminumnya

secara teratur.

16. Memindahkan ibu dan bayi setelah 2 jam postpartum ke ruang nifas untuk

rawat gabung (rooming in). Ibu dan bayi telah dipindahkan ke ruang

perawatan pada pukul 11.15 WIB.


103

C. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

Pemantauan Bayi Baru Lahir 1 jam

Hari, tanggal : Sabtu, 27 Oktober 2018 Pukul : 09.45 WIB

Data Subjektif

Ibu bersedia bayinya dilakukan pemeriksaan fisik, pengukuran

antropometri, pemberian salep mata, dan meminta izin untuk dilakukan

penyuntikan vitamin K dan penyuntikan HB 0.

Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum dan Pengukuran

Keadaan umum baik, TTV: DJB : 148x/ menit, pernapasan 48

x/menit, suhu : 36,6oC, gerakan aktif, warna kulit kemerahan.

Pengukuranan : Berat badan : 3350 gram, Panjang badan : 47 cm, lingkar

kepala 34 cm, lingkar dada 33 cm, lingkar perut 34 cm, jenis kelamin laki-

laki.

2. Pemeriksaan fisik

Kepala: tidak teraba adanya benjolan, rambut dan kepala bersih,.

Mata : simetris, sklera tidak kuning, konjungtiva kemerahan, tidak keluar

pus refleks labirin (+), refleks glabella (+). Telinga : simetris, terdapat

lubang telinga, tidak ada lipatan berlebih pada daun telinga, tidak ada

sekret. Hidung : terdapat septum di tengah, tidak ada secret dan tidak ada

pernapasan cuping hidung. Mulut : warna bibir kemerahan, refleks rooting

(+), refleks sucking (+), refleks swallowing (+). Leher : tidak ada

pembengkakan kelenjar tiroid. Dada: tidak ada pernapasan retraksi


104

dinding dada kedalam. Abdomen : tidak cekung dan cembung, tidak ada

kembung,. Ekstermitas : Atas : Jumlah jari 10 yaitu 5 di sebelah kanan dan

5 di sebelah kiri, refleks grasp (+). Bawah : Jumlah jari 10 yaitu 5 di

sebelah kanan dan 5 di sebelah kiri, refleks babinski (+). Umbilikus : tidak

terjadi infeksi yaitu tidak ada perdarahan serta tidak bau. Genetalia : Testis

sudah turun ke skrotum. Punggung tidak ada nyeri tekan dan tidak

berlubang , anus : lubang anus (+), mekonium (-), BAK (+).

Analisa

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 jam

Penatalaksanaan

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa keadaan bayi baik dan normal.

Ibu dan keluarga senang mendengar hasil pemeriksaan.

2. Menjaga kehangatan tubuh bayi dengan membungkus kain bersih dan

hangat, serta pakaikan topi bayi. Bayi telah dibungkus dengan kain bersih

dan dipakaikan topi.

3. Memberikan salep mata oxytetracycline 1% untuk pencegahan infeksi

pada mata bayi dan menyuntikkan vitamin K1 (Phytomenadion 2 mg/mL)

𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑣𝑖𝑡 𝐾 1 𝑚𝑔
dengan dosis = = 2 𝑚𝑔/𝑚𝐿 = 0,5 mL secara IM pada 1/3 otot vastus
𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

lateralis paha kiri bayi untuk mencegah perdarahan. Salep mata

oxytetracycline 1% dan Vitamin K1 sudah diberikan.

4. Melakukan perawatan tali pusat dengan prinsip bersih dan kering tanpa

diberi betadine, alkohol atau yang lainnya. Tali pusat di rawat dengan

prinsip bersih dan kering.


105

5. Memantau suhu bayi. Hasil suhu bayi dalam batas normal yaitu 36,6°C.

6. Menganjurkan ibu untuk segera menyusui sesuai kemauan bayi tidak

perlu dibatasi atau dijadwalkan agar involusi uterus berjalan dengan baik.

Ibu mengatakan akan menyusui bayinya.

7. Memberikan penkes tentang tanda-tanda bahaya pada bayi dan segera

datang ke tenaga kesehatan apabila menemukan salah satu tanda-tanda

bahaya, yaitu seperti, bayi tampak lemah, tidak mau menyusu, pernapasan

cepat, bayi tampak gelisah, berat badan bayi cepat menurun, terjadi diare,

pergerakan aktifitas bayi makin menurun, kejang dan suhu bayi di bawah

36,5 0C atau diatas 37,50C, bagian yang berwarna putih pada mata,

berubah menjadi kuning, kecoklatan, tali pusat bengkak dan berbau,

muntah terus menerus, dan BAB berlendir atau berdarah atau tidak BAB

selama 3 hari. Ibu mengerti dan akan ke tenaga kesehatan bila terjadi hal

tersebut

8. Merencanakan pemberian imunisasi Hb0 0,5 cc secara IM di 1/3 paha

kanan bayi satu jam kemudian ( Pukul 10.45 WIB).

9. Memfasilitasi ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi dengan menyatukan

ibu dalam 1 ruangan (rooming in). Telah dilakukan, ibu dan bayi

dipindahkan keruang perawatan.


106

KUNJUNGAN BAYI BARU LAHIR 6 JAM

Hari, Tanggal : Sabtu, 27 Oktober 2018 Pukul : 15.45 WIB

Data Subjektif

Ibu mengatakan tidak terdapat tanda-tanda bahaya pada bayinya seperti

tidak mau menyusu, badan panas, nafas bayi sesak, bayi kejang dan muntah.

Ibu mengatakan bayinya sudah mau menyusu dan diberikan ASI setiap bayinya

menangis atau minimal 1 jam sekali dan dapat menghisap dengan baik, gerakan

bayi juga aktif. Bayi belum BAB dan sudah BAK.

Data Objektif

Keadaan umum baik, suhu 36,6oC, DJB 138 x/mnt, pernafasan 40 x/mnt,

kulit kemerahan, bergerak aktif. BAB/BAK : -/+, tali pusat bersih terbungkus

kassa , tidak ada tanda-tanda infeksi dan perdarahan

Analisa

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 6 jam

Penatalaksanaan

1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa bayi saat ini dalam keadaan baik.

Ibu mengerti dan merasa senang.

2. Melakukan perawatan tali pusat dan memberitahu ibu cara perawatan tali

pusat dengan membalutnya dalam keadaan kering dan bersih dengan

kassa steril tanpa diberi betadine atau yang lainnya. Telah dilakukan dan

ibu mengerti.
107

3. Mengingatkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi untuk mencegah

hipotermi dengan memakaikan pakaian bayi, popok, bedong, dan topi

bayi. Ibu mengerti dan dapat melakukannya .

4. Memberikan penkes tentang personal hygene pada bayi yaitu

membersihkan daerah lipatan kulit bayi, membersihkan dan mengganti

popok, pakaian, bedong bayi sesegera mungkin jika lembab, basah atau

kotor. Ibu mengerti.

5. Mengingatkan ibu untuk menyusui anaknya sesering mungkin tanpa

dijadwal dan memberikan ASI eksklusif yaitu ASI saja tanpa tambahan

apapun sampai usia bayi 6 bulan. Ibu mengerti dan akan melakukannya.

6. Mengajarkan ibu untuk menyendawakan bayinya, segera setelah

menyusui agar bayi tidak gumoh. Ibu mengerti dan bisa melakukannya.

7. Mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar dan menganjurkan ibu

untuk menyusui bayinya sesering mungkin, serta setelah disusui

punggung bayi di masase secara lembut sampai bersendawa agar bayi

tidak muntah. Ibu dapat menerapkan dengan baik

8. Mengingatkan ibu tanda bahaya pada bayi yaitu sesak nafas, frekuensi

pernapasan >60x/mnt, gerak retraksi di dada, malas minum, panas atau

suhu bayi rendah (dingin), kurang aktif. Ibu mengatakan mengerti dan

akan lapor ke tenaga kesehatan jika ditemukan salah satu tanda.

9. Merencanakan kunjungan ulang bayi usia 6 hari tanggal 02 November

2018 atau apabila ada keluhan.


108

KUNJUNGAN KEDUA BAYI BARU LAHIR 7 HARI

Hari, Tanggal : Sabtu, 03 November 2018 Pukul : 19.00 WIB

Tempat : Rumah pasien

Data Subjektif

Kunjungan dilakukan di rumah pasien. Ibu mengatakan kulit bayinya

seperti biang keringat tersebar di dahi dan leher bayi, bayi dalam keadaan baik

gerak aktif, bayi menyusu dengan kuat dan sering. Bayi BAK ±8 kali/hari dan

BAB ± 3 kali/hari.

Data Objektif

Keadaan umum baik, suhu 36,7oC, DJB 140x/mnt, pernafasan 41x/mnt,

BB 3750 gram, PB 47 cm, kulit dahi dan leher bayi terdapat bintik kemerahan

seperti biang keringat, mata bersih dan tidak ikterik, tali pusat sudah puput dan

tidak ada infeksi dan tidak ada tanda-tanda infeksi, BAB/BAK : +/+ lancar dan

tidak ada keluhan,

Analisa

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa kehamilan umur 7 hari

Masalah : Kulit seperti biang keringat

Diagnosa Potensial : Infeksi pada Kulit

Penatalaksanaan

1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan

bayi baik. Ibu dan keluarga mengerti.


109

2. Mengingatkan untuk tetap menjaga kehangatan bayi serta segera

mengganti popok bayi jika bayi BAK atau BAB. Suhu tubuh bayi dalam

batas normal yaitu 36,7oC.

3. Mengingatkan untuk menyusui bayinya sesering mungkin atau jika bayi

terus tertidur sebaiknya dibangunkan untuk disusui dan memberikan ASI

eksklusif/ASI saja tanpa tambahan minuman/makanan apapun sampai

usia 6 bulan. Ibu telah menyusui bayinya.

4. Mengingatkan tentang personal hygine bayi, memandikan bayi secara

teratur dengan menggunakan air hangat. Ibu mengerti dengan penjelasan

yang diberikan.

5. Memberitahu untuk menjemur bayinya di pagi hari dalam upaya

mencegah ikterus neonatorum dan membantu penyerapan Vitamin D yang

maksimal sekitar pukul 07.00-08.00 WIB selama 15 menit. Ibu mengerti

dan akan menjemur bayinya setiap pagi.

6. Menganjurkan untuk mengganti sabun mandi bayi yang hypoalergic

dikarenakan kulit bayi yang sensitive sesuai saran bidan. Serta

menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan didaerah tempat tidur bayi.

Ibu sudah mengganti sabun bayi dengan lactacid baby.

7. Menganjurkan ibu untuk segera datang ke bidan atau dokter jika biang

keringat dikulit bayi semakin banyak. Ibu mengerti dan bersedia

8. Merencanakan kunjungan bayi 14 hari tanggal 10 November 2018 atau

apabila ada keluhan.


110

KUNJUNGAN KEDUA BAYI BARU LAHIR 12 HARI

Hari, Tanggal : Kamis, 08 November 2018 Pukul : 19.00 WIB

Tempat : Rumah pasien

Data Subjektif

Ibu mengatakan bayinya masih seperti biang keringat, untuk dibagian

dahi dan leher biang keringat sudah mulai hilang dan saat ini berpindah ke

bagian paha bayi. Ibu mengatakan saat ini menggunakan lactacid baby untuk

memandikan bayi.

Data Objektif

Keadaan umum baik, suhu 36,5oC, DJB 138x/mnt, pernafasan 43x/menit,

BB 4150 gram, PB 47 cm, kulit dahi dan leher bayi sudah mulai hilang biang

keringat, paha bayi terdapat biang keringat, mata bersih dan tidak ikterik, tali

pusat sudah puput dan tidak ada infeksi dan tidak ada tanda-tanda infeksi,

BAB/BAK : +/+ lancar dan tidak ada keluhan.

Analisa

Diagnosa : Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan

usia 12 hari

Masalah : Kulit seperti biang keringat

Diagnosa Potensial : Infeksi pada kulit

Penatalaksanaan

1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan

bayi baik. Ibu dan keluarga mengerti.


111

2. Mengingatkan untuk tetap menjaga kehangatan bayi serta segera

mengganti popok bayi jika bayi BAK atau BAB. Suhu tubuh bayi dalam

batas normal yaitu 36,5oC.

3. Mengingatkan untuk menyusui bayinya sesering mungkin atau jika bayi

terus tertidur sebaiknya dibangunkan untuk disusui dan memberikan ASI

eksklusif/ASI saja tanpa tambahan minuman/makanan apapun sampai

usia 6 bulan. Ibu telah menyusui bayinya.

4. Mengingatkan tentang personal hygine bayi, memandikan bayi secara

teratur dengan menggunakan air hangat. Ibu mengerti dengan penjelasan

yang diberikan.

5. Mengingatkan untuk menjemur bayinya di pagi hari dalam upaya

mencegah ikterus neonatorum an membantu penyerapan Vitamin D yang

maksimal sekitar pukul 07.00-08.00 WIB selama 15 menit. Ibu mengerti

dan akan menjemur bayinya setiap pagi.

6. Mengingatkan untuk menjaga kebersihan didaerah tempat tidur bayi. Ibu

sudah mengganti sabun bayi dengan lactacid baby.

7. Mengingatkan untuk segera konsultasi dengan dokter atau bidan jika

biang keringat dikulit bayi semakin banyak. Ibu mengerti dan bersedia

8. Menganjurkan untuk tetap menjaga kebersihan pada bayinya seperti

mengganti pakaian atau celana bayi jika telah basah agar kulit bayi tidak

menjadi lembab sehingga menyebabkan banyak bakteri yang masuk ke

kulit bayi. Ibu mengerti dan bersedia.


112

9. Merencanakan kunjungan bayi 40 hari tanggal 06 Desember 2018 atau

apabila ada keluhan. Ibu mengerti dan bersedia.

KUNJUNGAN KETIGA BAYI BARU LAHIR 20 HARI

Hari, Tanggal : Jum’at, 16 November 2018 Pukul : 17.00 WIB

Tempat : Rumah pasien

Data Subjektif

Ibu mengatakan biang keringat yang terdapat pada paha bayi sudah mulai kering

dan sedikit-sedikit ada yang sudah mulai hilang.

Data Objektif

Keadaan umum baik, suhu 36,7oC, DJB 138x/mnt, pernafasan 41x/menit,

BB terakhir 4350 gram, PB 47 cm, biang keringat bagian dahi dan leher sudah

hilang dan pada paha bayi sudah mulai mengering dan sudah ada yang mulai

menghilang, mata bersih dan tidak ikterik, tali pusat sudah puput dan tidak ada

infeksi dan tidak ada tanda-tanda infeksi, BAB/BAK : +/+ lancar dan tidak ada

keluhan.

Analisa

Diagnosa : Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan usia 20

hari

Masalah : Kulit seperti biang keringat

Potensi Masalah : Infeksi pada kulit


113

Penatalaksanaan

1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan

bayi baik. Ibu dan keluarga mengerti.

2. Mengingatkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi serta segera

mengganti popok bayi jika bayi BAK atau BAB. Suhu tubuh bayi dalam

batas normal yaitu 36,7oC.

3. Mengingatkan untuk menyusui bayinya sesering mungkin atau jika bayi

terus tertidur sebaiknya dibangunkan untuk disusui dan memberikan ASI

eksklusif/ASI saja tanpa tambahan minuman/makanan apapun sampai

usia 6 bulan. Ibu telah menyusui bayinya.

4. Mengingatkan tentang personal hygine bayi, memandikan bayi secara

teratur dengan menggunakan air hangat. Ibu mengerti dengan penjelasan

yang diberikan.

5. Mengingatkan untuk menjemur bayinya di pagi hari dalam upaya

mencegah ikterus neonatorum an membantu penyerapan Vitamin D yang

maksimal sekitar pukul 07.00-08.00 WIB selama 15 menit. Ibu mengerti

dan akan menjemur bayinya setiap pagi.

6. Mengingatkan untuk menjaga kebersihan didaerah tempat tidur bayi. Ibu

sudah mengganti sabun bayi dengan lactacid baby.

7. Mengingatkan untuk segera konsultasi dengan dokter atau bidan jika

biang keringat dikulit bayi semakin banyak. Ibu mengerti dan bersedia

8. Mengingatkan untuk tetap menjaga kebersihan pada bayinya seperti

mengganti pakaian atau celana bayi jika telah basah agar kulit bayi tidak
114

menjadi lembab sehingga menyebabkan banyak bakteri yang masuk ke

kulit bayi. Ibu mengerti dan bersedia.

9. Merencanakan kunjungan bayi 40 hari tanggal 06 Desember 2018 atau

apabila ada keluhan. Ibu mengerti dan bersedia.

KUNJUNGAN KETIGA BAYI BARU LAHIR 40 HARI

Hari, Tanggal : Kamis, 06 Desember 2018 Pukul : 17.00 WIB

Tempat : Rumah pasien

Data Subjektif

Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada bayinya. Bayi dalam keadaan baik

dan gerakannya aktif. Bayi menyusu dengan kuat dan sering. Bayi BAK ±7

kali/hari dan BAB ±3 kali. Ibu mengatakan bintik merah pada kulit bayinya

telah hilang sejak 17 hari yang lalu. Pada tanggal 27 November 2018 bayi sudah

di imunisasi BCG dan polio 1 di Puskesmas Pesing.

Data Objektif

Keadaan umum baik, Suhu 36,7oC, DJB 138 x/menit, Pernapasan 40

x/menit, kulit kemerahan dan tidak kuning, mata bersih dan tidak ikterik, tidak

ada tanda-tanda infeksi, BAB/BAK : +/+ lancar dan tidak ada keluhan.

Analisa

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Usia 40 hari

Penatalaksanaan

1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan

bayi baik. Ibu dan keluarga mengerti.


115

2. Mengingatkan untuk tetap menjaga kehangatan bayi. suhu tubuh bayi

normal 36,7oC.

3. Mengingatkan untuk menyusui bayinya sesering mungkin dan

memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan. Ibu mengerti dan

akan terus berusaha memberikan ASI eksklusif.

4. Mengingatkan untuk tetap menjaga personal hygiene bayi karna riwayat

kulit bayi yang sensitif. Ibu bersedia menjaga personal hygiene bayi.

5. Mengingatkan untuk imunisasi bayinya saat berusia 2 bulan yaitu DPT-

HB-Hib 1 dan polio 2 di Puskesmas Kecamatan Tambora. Ibu berjanji

akan melaksanakannya.

D. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

KUNJUNGAN PERTAMA NIFAS 6 JAM

Hari, Tanggal : Sabtu, 27 Oktober 2018 Pukul : 15.45 WIB

Data Subjektif

Ibu mengatakan perutnya masih merasa mulas, nyeri pada luka jahitan dan

ibu mengatakan sudah melakukan mobilisasi bertahap seperti tidur setengah

duduk, miring kiri-kanan dan berjalan. Ibu mengatakan tidak merasakan tanda

bahaya nifas. Ibu mengatakan sudah buang air kecil, ibu sudah mengganti

pembalutnya dan belum buang air besar.


116

Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional

stabil, TTV : TD 120/70 mmHg, Suhu 36,5˚C, Nadi 83 kali/menit,

Pernapasan 20 kali/menit.

2. Pemeriksaan Fisik

Wajah tidak ada pembengkakan. Mata : kelopak mata tidak ada

pembengkakan, konjungtiva kemerahan, sklera tidak kuning. Leher : tidak

ada pembesaran kelenjar tiroid. Payudara : bersih, payudara simetris, tidak

ada benjolan, putting susu menonjol, pengeluaran kolostrum (+).

Abdomen : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih

kosong. Genetalia : vulva vagina tidak ada kelainan, luka jahitan basah,

lochea rubra. Ekstremitas : Atas: Pembengkakan (-), kebiruan (-),

kekuatan sendi (+). Bawah : pembengkakan (-), sianosis (-), varises (-),

kekuatan sendi (+), reflek patella (+/+).

Analisa

Diagnosa : P2A0 postpartum 6 jam

Masalah : Luka jahitan masih basah

Diagnosa Potensial : Infeksi luka jahitan

Penatalaksanaan

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu saat ini baik. Ibu

mengerti dengan penjelasan yang diberikan.


117

2. Menjelaskan bahwa mulas yang dirasakan merupakan hal yang normal/

fisiologis yang dialami ibu nifas. Rasa mulas diakibatkan karena kontraksi

uterus untuk mencegah pendarahan. Ibu mengatakan mengerti.

3. Mengingatkan untuk tetap memperhatikan konsistensi uterus agar tetap

keras dengan cara masase fundus uteri. Ibu mengerti dan ibu dapat

mempraktikan masase pada fundus.

4. Mengingatkan untuk menjaga kebersihan diri terutama daerah kemaluan

dengan cara membersihkan kemaluan ibu dengan air bersih dari arah

depan kebelakang kemudian mengeringkannya, serta mengingatkan ibu

untuk mengganti pakaian dalam dan pembalut jika merasa lembab atau

tidak nyaman. Ibu mengerti dan akan melakukannya.

5. Mengingatkan untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi yaitu

konsumsi makanan bergizi dan tinggi protein seperti tahu, tempe, ikan,

daging,telur, susu, untuk mempercepat penyembuhan luka jahitan,

konsumsi cukup karbohidat seperti nasi atau kentang, serta konsumsi

makanan berserat seperti sayuran dan buah-buahan serta minum air putih

7 gelas sehari serta jangan ada pantangan makanan. Ibu mengerti dan telah

makanan yang disediakan dan akan mengkonsumsi makanan yang telah

dijelaskan tersebut dirumah nanti.

6. Mengingatkan untuk istirahat yang cukup dan beristirahat disaat bayi

tertidur. Ibu dapat beristirahat cukup.

7. Mengingatkan untuk memberikan ASI setiap 2 jam atau kapanpun bila

bayi menginginkannya dan memberitahu manfaat menyusui agar involusi


118

uterus berkontraksi dengan baik, dan mempererat hubungan antara ibu dan

bayi serta mencegah terjadinya hipotermi pada bayi. Ibu mengerti dengan

penjelasan yang diberikan dan akan menyusui bayinya.

8. Menganjurkan untuk memberikan bayinya ASI eksklusif yaitu

memberikan ASI saja untuk bayi selama 6 bulan tanpa tambahan makanan

atau minuman apapun karena ASI adalah nutrisi yang paling baik untuk

bayi. Ibu mengerti dan akan memberikan ASI eksklusif.

9. Mengingatkan untuk meminum vitamin yang diberikan oleh bidan serta

memberitahu ibu cara meminum obat tablet SF dosis 60 mg pada malam

hari 1 x 1 tablet, amoxilin dosis 500 mg 3 x 1 tablet, vitamin A 200.000

IU 1 x 1 kapsul, paracetamol 500 mg 3 x 1 tablet. Beritahu ibu untuk tidak

mengkonsumsi obat bersamaan dengan the, susu, kopi atau minuman

ringan lainnya, tapi minumlah obat dengan air putih dan secara teratur.

Ibu mengatakan akan meminum tablet yang diberikan.

10. Mengajarkan teknik mencuci tangan yang benar dengan 6 langkah. Ibu

dapat mempraktikan cara cuci tangan yang benar.

11. Mengajarkan mengenai perawatan payudara. Ibu mengerti dan ibu

bersedia melakukannya.

12. Memberitahu mengenai tanda bahaya pada masa nifas. Yaitu diantaranya:

Kontraksi uterus yang lemah ditandai dengan kontrkasi uterus yang

lembek yang dapat berakibat pada perdarahan (perdarahan postpartum),

adanya perdarahan pervaginam yang terus – menerus, lochea yang berbau

busuk (bau dari vagina), pusing dan lemas yang berlebihan, suhu tubuh
119

ibu lebih dari 37,50C.Ibu mengerti dan akan konsultasi ke tenaga

kesehatan jika terjadi salah satu tanda bahaya nifas.

13. Memberitahu serta meminta ijin Ibu bahwa akan dilakukan kunjungan

rumah nifas 7 hari di Rumah ibu pada tanggal 03 November 2018 atau

apabila ada keluhan. Ibu mengerti dan bersedia.

KUNJUNGAN KEDUA IBU NIFAS 7 HARI

Hari, Tanggal : Sabtu, 03 November 2018 Pukul : 19.00 WIB

Tempat : Rumah pasien

Data Subjektif

Kunjungan nifas 6 hari dilakukan di rumah pasien. Ibu mengatakan tidak

ada keluhan dan tidak merasakan tanda-tanda bahaya nifas. Ibu merasa senang

dengan perkembangan bayinya dan mengatakan bahwa ibu mampu merawat

bayinya. BAB dan BAK ibu lancar. Mobilisasi ibu baik, ibu mengatakan tidak

memantang makanan yang di konsumsi dan ibu terkadang bangun malam untuk

menyusui bayinya.

Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional

stabil, TTV: TD 120/80 mmHg, Suhu 36,5˚C, Nadi 80 kali/menit,

Pernapasan 21 kali/menit.
120

2. Pemeriksaan fisik

Wajah tidak ada pembengkakan. Mata : Konjungtiva kemerahan dan

sklera tidak kuning, Leher : tidak terdapat adanya pembesaran kelenjar

tiroid, payudara : simetris, tidak teraba adanya benjolan, tidak ada nyeri

tekan, ASI (+), Bendungan ASI (-), Abdomen : TFU pertengahan pusat-

simfisis, kontraksi baik, kandung kemih kosong. Genetalia : vulva vagina

tidak ada kelainan, luka jahitan baik, tidak ada tanda infeksi, dan lochea

sanguilenta. Ekstermitas : Atas : Odema (-), sianosis (-), kekuatan sendi

(+). Bawah : pembengkakan (-), kebiruan (-), varises (-), kekuatan sendi

(+), reflek patella (+/+).

Analisa

P2A0 postpartum 7 hari

Penatalaksanaan

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu saat ini baik. Ibu

mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

2. Mengingatkan untuk tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi dan

buah-buahan. Ibu mengerti dan mengkonsumsi makanan bergizi.

3. Menganjurkan untuk menjaga kebersihan payudara agar tetap bersih,

kering, dan menggunakan BH yang dapat menyokong payudara. Ibu

mengerti dan melakukan hal yang dianjurkan.

4. Mengajarkan cara melakukan perawatan payudara yang baik dan benar.

Ibu bisa melakukannya dan akan mencoba sendiri.


121

5. Mengingatkan untuk tetap menjaga kebersihan diri terutama di daerah

sekitar kemaluan. Ibu mengerti dan mengganti pambalut dan pakaian

dalam bila terasa tidak nyaman, lembab, basah atau kotor.

6. Mengingatkan untuk istirahat yang cukup dan beristirahat saat bayi tidur.

Ibu beristirahat cukup.

7. Mengingatkan untuk meminum vitamin yang diberikan secara teratur. Ibu

mengatakan akan meminumnya secara teratur.

8. Mengingatkan mengenai tanda bahaya pada masa nifas. Yaitu

diantaranya: Kontraksi uterus yang lemah ditandai dengan kontrkasi

uterus yang lembek yang dapat berakibat pada perdarahan (perdarahan

postpartum), adanya perdarahan pervaginam yang terus – menerus, lochea

yang berbau busuk (bau dari vagina), pusing dan lemas yang berlebihan,

suhu tubuh ibu lebih dari 37,50c.Ibu mengerti dan akan konsultasi ke

tenaga kesehatan jika terjadi salah satu tanda bahaya nifas.

9. Memberitahu serta meminta ijin Ibu bahwa akan dilakukan kunjungan

rumah nifas 14 hari di Rumah ibu pada tanggal 10 November 2018 atau

apabila ada keluhan. Ibu mengerti dan bersedia.


122

KUNJUNGAN KETIGA NIFAS 12 HARI

Hari, Tanggal : Kamis, 08 November 2018 Pukul : 19.00 WIB

Tempat : Rumah Pasien

Data Subjektif

Kunjungan nifas 12 hari dilakukan dirumah Pasien. Ibu mengatakan sempat

tidak bisa BAB, ibu mengatakan darah nifas yang keluar sudah jarang-jarang.

Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : baik, kesadaran : compos mentis, keadaan

emosional : stabil. TTV : TD : 110/80 mmHg, Nadi : 82 x/menit,

Pernapasan : 21 x/menit, Suhu : 36,6oC.

2. Pemeriksaan Fisik

Wajah tidak ada pembangkakan. Mata : kelopak mata tidak oedema,

konjungtiva merah muda, sklera tidak kuning. Leher : tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid. Payudara : bersih, payudara simetris, tidak ada

benjolan, areola hiperpigmentasi, putting susu menonjol, pengeluaran ASI

(+) lancar dan banyak. Abdomen : TFU tidak teraba, kontraksi baik,

kandung kemih kosong. Genetalia : vulva vagina tidak ada kelainan, luka

jahitan kering dan tidak ada infeksi, lochea serosa. Ekstremitas : Atas :

Pembengkakan (-), kekuatan sendi (+). Bawah : pembengkakan (-),

varises (-), kekuatan sendi (+), reflek patella (+/+).

Analisa

P2A0 postpartum 12 hari


123

Penatalaksanaan

1. Memberitahu bahwa saat ini ibu dalam keadaan baik. Ibu mengerti dengan

penjelasan yang diberikan.

2. Menganjurkan untuk menambah nutrisi seperti lebih banyak makan sayur-

sayuran dan buah-buahan agar proses pencernaan ibu 123ancer. Ibu

mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

3. Mengingatkan untuk tetap melakukan perawatan payudara. Ibu sudah

dapat melakukannya sendiri dirumah.

4. Memotivasi untuk terus memberikan ASI EKSKLUSIF pada bayinya

sampai berusia 6 bulan tanpa memberikan makanan atau minuman

tambahan. Ibu mengatakan akan berusaha memberikan ASI eksklusif

pada bayinya.

5. Mengingatkan untuk tetap menjaga personal hygiene mandi 2 kali/hari,

selalu menjaga kebersihan genetalia dan luka jahitan. Ibu mengerti

penjelasan yang diberikan.

6. Memberikan penkes mengenai KB. Ibu mengatakan akan mendiskusikan

dengan suami.

7. Memberitahu serta meminta ijin Ibu bahwa akan dilakukan kunjungan

rumah nifas 40 hari di Rumah ibu pada tanggal 06 Desember 2018 atau

apabila ada keluhan. Ibu mengerti dan bersedia.


124

KUNJUNGAN KETIGA NIFAS 20 HARI

Hari, Tanggal : Jum’at, 16 November 2018 Pukul : 17.00 WIB

Tempat : Rumah Pasien

Data Subjektif

Ibu mengatakan BAB ibu sudah lancar. Ibu mengatakan anak yang pertama

terkadang suka merasa iri pada adiknya.

Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : baik, kesadaran : compos mentis, keadaan

emosional : stabil. TTV : TD : 110/70 mmHg, Nadi : 80 x/menit,

Pernapasan : 21 x/menit, Suhu : 36,5oC.

2. Pemeriksaan Fisik

Wajah tidak ada pembengkakan. Mata : kelopak mata tidak oedema,

konjungtiva merah muda, sklera tidak kuning. Leher : tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid. Payudara : bersih, payudara simetris, tidak ada

benjolan, areola hiperpigmentasi, putting susu menonjol, pengeluaran ASI

(+) lancar dan banyak. Abdomen : TFU tidak teraba, kontraksi baik,

kandung kemih kosong. Genetalia : vulva vagina tidak ada kelainan, luka

jahitan kering dan tidak ada infeksi, lochea alba. Ekstremitas : Atas :

Pembengkakan (-), kekuatan sendi (+). Bawah : pembengkakan (-),

varises (-), kekuatan sendi (+), reflek patella (+/+), reflek Homan (-).

Analisa

Diagnosa : P2A0 postpartum 20 hari


125

Masalah : Sibling pada anak

Penatalaksanaan

1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa saat ini ibu dalam keadaan baik.

Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

2. Mengingatkan untuk tetap mengonsumsi makanan yang bergizi seperti

sayur, lauk pauk dan buah-buahan. Serta tidak memantang makanan

kecuali ibu alergi. Ibu mengerti dan akan tetap melakukan anjuran yang

diberikan.

3. Mengingatkan kembali untuk tetap istirahat yang cukup. Ibu mengerti

4. Menjelaskan mengenai cara mengatasi sibling pada anak, yaitu : tidak

membeda-bedakan antara seorang kakak dan seorang adik, jika

memberikan barang atau makanan jangan hanya pada satu anak tetapi dua-

duanya, melibatkan seorang kakak dalam mengurus adiknya agar terjalin

ikatan saling menyayangi antara kakak dan adik. Ibu mengerti dan akan

belajar untuk lebih bersikap adil.

5. Menanyakan kembali pada ibu ingin menggunakan KB apa. Ibu masih

rundingin lagi dengan suaminya.

6. Mengingatkan untuk tetap memberikan ASI pada bayinya sesering

mungkin. Ibu tetap akan menyusui bayinya sesering mungkin.

7. Memberitahu serta meminta ijin Ibu bahwa akan dilakukan kunjungan

rumah nifas 40 hari di Rumah ibu pada tanggal 06 Desember 2018 atau

apabila ada keluhan. Ibu mengerti dan bersedia.


126

KUNJUNGAN KEEMPAT NIFAS 40 HARI

Hari, Tanggal : Kamis, 06 Desember 2018 Pukul : 17.00 WIB

Tempat : Rumah Pasien

Data Subjektif

Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Ibu mengatakan ASI nya semakin banyak.

Sampai saat ini ibu belum menggunakan kontrasepsi KB.

Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : baik, kesadaran : compos mentis, keadaan

emosional : stabil. TTV : TD 110/70 mmHg, Nadi 80 x/menit, Pernapasan

20 x/menit, Suhu 36,7oC.

2. Pemeriksaan Fisik

Wajah tidak ada pembengkakan. Mata : kelopak mata tidak ada

pembengkakan, konjungtiva merah muda, sklera tidak kuning,. Leher : tidak

ada pembesaran kelenjar tiroid. Payudara : bersih, payudara simetris, tidak

ada benjolan, putting susu menonjol, pengeluaran ASI (+) lancar. Abdomen

: TFU tidak teraba, kandung kemih kosong. Genetalia : vulva vagina tidak

ada kelainan, luka jahitan kering. Ekstremitas : Atas : odema (-), kekuatan

sendi (+). Bawah : odema (-), varises (-), kekuatan sendi (+), reflek patella

(+).

Analisa

P2A0 postpartum 40 hari


127

Penatalaksanaan

1. Memberitahu bahwa saat ini ibu dalam keadaan baik. Ibu mengerti dengan

penjelasan yang diberikan.

2. Mengingatkan untuk tetap makan-makanan yang bergizi seimbang,

sayuran hijau, lauk-pauk, buah-buahan. Ibu berjanji akan berusaha

mengkonsumsi makanan bergizi.

3. Mengingatkan untuk tetap menjaga personal hygiene. Ibu ingat dan akan

menjaga personal hygiene.

4. Menjelaskan kembali mengenai kontrasepsi yang baik untuk ibu

menyusui. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.


128

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Dalam bab ini penulis akan membahas manajemen asuhan kebidanan

yang telah dilakukan pada Ny. S mulai dari kehamilan, bersalin, nifas, dan bayi

baru lahir di Puskesmas Kecamatan Tambora dan kunjungan ke rumah Ny. S.

Asuhan kebidanan ini telah diamati sejak usia kehamilan 36 minggu 2 hari

sampai dengan nifas 40 hari.

A. Kehamilan

Kehamilan Ny. S berlangsung selama 39 minggu 3 hari yang berarti

usia kehamilan dalam batas normal atau aterm karena menurut

Prawirohardjo (2014) kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38-42

minggu dan ini merupakan periode terjadinya persalinan normal. Kehamilan

lebih dari 43 minggu disebut kehamilan post matur (lebih bulan), sedangkan

kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan premature.

Usia kehamilan pada Ny. S ditentukan berdasarkan hasil pengkajian

HPHT yaitu pada tanggal 24-01-2018. Kemudian penulis menentukan

taksiran persalinan menggunakan rumus Neagle, yaitu HPHT + 7, bulan +

9, tahun +0. Maka dapat ditentukan taksiran persalinan pada tanggal 31-10-

2018.

Selama kehamilan Ny. S memeriksakan kehamilannya secara rutin.

Pada kehamilan trimester I sebanyak 1 kali, trimester II sebanyak 3 kali, dan

trimester 3 sebanyak 5 kali. Hal ini sesuai dengan menurut Saifuddin (2010)
129

setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam

jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat

kali kunjungan selama periode antenatal. Kunjungan antenatal sebaiknya

dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan, yaitu : Satu kali pada

trimester pertama (usia kehamilan 0-14 minggu), satu kali pada trimester

kedua (usia kehamilan 15-28 minggu), dua kali pada trimester ketiga (usia

kehamilan antara minggu 29-36 dan sesudah minggu ke 36). Dalam hal ini

Ny. S memenuhi kunjungan ibu hamil yang disarankan. Faktor yang

mendukung terpenuhinya kunjungan ini adalah dukungan dari suami,

kehamilan yang diinginkan, dan tingginya inisiatif ibu dalam pemeriksaan

kehamilan.

Hasil pemeriksaan IMT, Ny. S didapatkan IMT = 21,92 dimana

termasuk kategori normal dengan rekomendasi total peningkatan BB ibu

selama hamil adalah 11,5-16 kg. (Kemenkes RI, 2015) BB pemeriksaan

pertama kali adalah 50 kg dan pemeriksaan kehamilan terakhir sebelum

persalinan (UK 39 minggu) 62 kg, sehingga total kenaikan BB Ny. S adalah

12 kg. Dengan demikian kenaikan berat badan pada Ny. S sesuai batas

rekomendasi.

Pada pemeriksaan Tekanan Darah Ny. S selalu dalam keadaan

normal, yaitu 100/60 – 110/70 mmHg. Dilakukannya pengukuran tekanan

darah adalah bertujuan untuk mendeteksi adakah kelainan yang mengacu

pada Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK). Selama hamil tekanan darah

dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg (Depkes, 2010).


130

Pengukuran TFU pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur

kehamilan (PP IBI). TFU yang normal untuk usia kehamilan 20 – 36 minggu

dapat diperkirakan dengan rumus (usia kehamilan dalam minggu ±2) cm

(Kemenkes, 2013). Dari tingggi fundus uteri dan penurunan kepala janin

dapat diperoleh taksiran berat janin yang dihitung menggunakan rumus

Johnson dalam Kemenkes (2013), yaitu: Berat janin (gram) = TFU (cm) –

n x 155 dengan n=12 bila vertex belum lewat spina ischiadika dan n=11 bila

vertex sudah melewati spina ischiadika. Pada pemeriksaan terakhir Ny.S,

TFU yang didapatkan yaitu 33 cm dan bagian terendah janin sudah masuk

PAP (teraba 4/5 bagian), sehingga diperoleh TBJ Ny.S pada akhir

kehamilannya adalah (32-11) x 155 = 3410 gram. Artinya, pertumbuhan

janin Ny.S sesuai dengan usia kehamilan.

Pada Ny. S didapatkan hasil bahwa bagian terendah janin selalu diisi

oleh kepala, dan pada kunjungan terakhir yang dilakukan oleh penulis,

didapati bahwa kepala janin sudah memasuki pintu atas panggul. Hal

tersebut menandakan tidak adanya masalah pada letak ataupun panggul ibu,

sesuai dengan PP IBI (2016) jika pada trimester III bagian janin bukan

kepala, atau kepala janin belum masuk panggul, berarti ada kelainan letak,

panggul sempit, atau masalah lain.

Selain itu, pada hasil pemeriksaan selama hamil, DJJ Ny. S selalu

dalam kondisi normal yaitu kisaran antara 140-142 kali per menit. Adapun
131

dikatakan gawat janin apabila DJJ lambat kurang dari 120 kali per menit

atau DJJ cepat lebih dari 160 kali per menit (PP IBI, 2016).

Pada pemeriksaan Hb Ny. S saat usia kehamilan 32 minggu yaitu

12,0 gr/dl. Hal ini menunjukan bahwa Hb Ny. S dalam batas normal. Hal ini

sesuai menurut Tarwoto (2007) yaitu Hb normal pada ibu hamil 11,0 – 14,0

gr/dl. Hal ini didukung dengan rajinnya ibu dalam pengonsumsian tablet Fe

yang diberikan. Disarankan kepada ibu tetap mengonsumsi tablet Fe 1x1

secara rutin. Pemeriksaan laboratoriun protein urine, reduksi urine, HIV dan

HbsAg non reaktif.

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal dan laboratorium, setiap

ada kelainan pihak puskesmas akan melakukan penanganan dan anjuran

untuk ibu. Pada masa kehamilan, ibu telah melaksanakan kunjungan ANC

minimal 4 kali, pemberian tablet zat besi, imunisasi TT dan status imunisasi

TT ibu sudah sampe TT 4, pengukuran TFU menggunakan pita ukur dalam

cm, dan pelaksanaan standar asuhan kebidanan yaitu selama pemeriksaan

kehamilan ibu telah melaksanakan 12 T di Puskesmas Kecamatan Tambora

namu ini tidak sesuai dengan teori menurut (Depkes RI, 2010) yaitu pada

pemeriksaan kehamilan bidan wajib memberikan 14 T. Alasan kenapa

hanya memakai 12 T karena bukan di daerah endemis.


132

B. Persalinan

1. Kala I

Tanggal 27 Oktober 2018 pukul 04.10 WIB Ny. S datang ke

Puskesmas Kecamatan Tambora. Ny. S datang dengan keluhan mulas-

mulas sejak pukul 19.00 WIB tanggal 26 Oktober 2018, keluar lendir

darah pukul 17.00 WIB, belum keluar air-air. Pergerakan janin aktif. Ny.

S telah diperiksa oleh bidan jaga dengan hasil ibu dan janin dalam

keadaan baik dan sudah pembukaan 3 cm.

Selain itu perlu dilakukan pengkajian awal lainnya yaitu

memastikan kondisi ibu dan janin dalam keadaan normal dengan

memeriksa tanda-tanda penting untuk hipertensi dan memeriksa detak

jantung janin (Prawirohardjo, 2014). Dari hasil pemeriksaan objektif,

didapatkan bahwa kondisi ibu tidak hipertensi yaitu tekanan darah ibu

110/70 mmHg. Dan menurut hasil pemeriksaan, denyut jantung janin

yaitu 142x/menit dan teratur. Sesuai dengan Kemenkes (2013), denyut

jantung janin yang normal yaitu 120-160 kali per menit. Artinya, kondisi

ibu dan janin tidak dalam kondisi gawat.

Dari hasil periksa dalam vulva vagina tidak ada kelainan, portio

tipis lunak, pembukaan 3 cm longgar, ketuban (+), presentasi kepala,

penurunan Hodge I. His: 3 kali dalam 10 menit lamanya 30 detik.

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut Ny. S telah memasuki inpartu

kala I fase laten. Tanda dan gejala inpartu termasuk diantaranya, adanya

his, keluar lendir dan bercampur darah. Hal ini menunjukan bahwa Ny.
133

S sebentar lagi akan melalui proses persalinan. Hasil pemeriksaan Ny.

S tercatat dalam lembar observasi dan dalam batas normal.

Pada pukul 07.30 WIB dilakukan periksa dalam kembali,

didapatkan hasil vulva vagina tidak ada kelainan, porsio tipis lunak,

pembukaan 6 cm, ketuban (+), presentasi kepala, penurunan H II, posisi

UUK kiri depan, molase tidak ada. Dan pada pukul 08.30 WIB

dilakukan pemeriksaan dalam kembali pada Ny. S, didapatkan hasil

vulva vagina tidak ada kelainan, porsio tidak teraba, pembukaan 10 cm,

ketuban (+), penurunan H III+, posisi UUK depan, molase tidak ada.

Lamanya kala I fase laten ke kala I fase aktif 3 jam 30 menit,

dan lamanya kala I fase aktif ke kala II 1 jam. Penulis tidak dapat menilai

berapa lama dari Kala I fase laten ke kala I fase aktif dikarenakan pada

pemeriksaan dalam kedua pembukaan 6 cm. sedangkan pembukaan

aktif di mulai saat pembukaan 4 cm (Kemenkes, 2013). Lamanya kala I

sampai kala II lebih cepat dari seharusnya yaitu menurut (Kemekes,

2013) lamanya kala I sampai kala II ialah 14 jam. Hal ini bisa

disebabkan karena beberapa faktor yaitu his yang adekuat ataupun

pengaruh dari riwayat persalinan sebelumnya sehingga menyebabkan

dari kala I sampai kala II menjadi lebih cepat.

2. Kala II

Pukul 08.30 WIB ibu mengeluh mulas semakin sering dan ibu

merasa ingin meneran seperti ingin BAB dan terlihat kepala janin sudah

di depan pintu jalan lahir dan ketuban masih utuh. Saat pembukaan
134

lengkap penulis melakukan amniotomi dengan didampingi bidan dan

mulai memimpin persalinan dengan kondisi sudah memakai APD. Saat

kala II, posisi yang pertama diterapkan ibu yaitu posisi setengah duduk.

Ibu merasa lebih nyaman pada poisisi ini. Saat kepala mengalami

penurunan dan 2 cm di depan vulva pada, pukul 08.45 WIB bayi lahir

segera menangis, tonus otot kuat, dan kulit kemerahan, jenis kelamin

laki-laki. Lama dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir hanya 15

menit, sedangkan jika menurut (Kemenkes, 2013) lama Kala II pada

multigravida adalah 1 jam. Lamanya kala II juga didukung oleh

beberapa faktor yaitu tenaga menejan ibu, jalan lahir ibu, ataupun

keadaan janin itu sendiri.sehingga dapat disimpulkan bahwa pada saat

proses bersalin ibu melakukan Cara mengejan ibu dengan baik dan ibu

sangat kooperatif , jalan lahir yang mendukung. dapat mempermudah

jalan lahir.

3. Kala III

Kala III dimulai pukul 08.46 WIB. Pada Asuhan Persalinan

Normal kala III dilakukan manajemen aktif kala III. Tujuan manajemen

aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih

efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan

dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan. Sebagian besar

kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh

perdarahan pasca persalinan dimana sebagian disebabkan oleh atonia


135

uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah dengan

melakukan manajemen aktif kala III (Kemenkes, 2013).

Tiga langkah utama dalam manajemen aktif kala III yaitu

pemberian oksitosin/uterotonika sesegera mungkin, melakukan

penegangan tali pusat terkendali (PTT), dan rangsangan taktil pada

dinding uterus atau fundus uteri (Asuhan Persalinan Normal). Dalam

waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin 10 unit IM

di sepertiga paha atas bagian distal lateral. Setelah melahirkan plasenta

penulis melakukan massase selama 15 detik dan kontraksi ibu baik.

Selain memeriksa kontraksi uterus, memeriksa kelengkapan plasenta

dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa keduanya lengkap.

Sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal di dalam

uterus akan menghalangi kontraksi uterus sepenuhnya. Jika uterus

tidak sepenuhnya berkontraksi, maka ibu bisa kehilangan banyak darah

(Kurniati, 2010). Pukul 08.50 WIB plasenta lahir dengan PTT dan

plasenta lahir lengkap. Lama kala III yaitu 4 menit dikarenakan

kontraksi ibu yang cukup baik dan hal ini sesuai menurut (Kemenkes,

2013) bahwa lama kala III sekitar 30 menit.

4. Kala IV

Menurut Manuaba (2010), kala IV dimaksudkan untuk

melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering

terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan meliputi tingkat

kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah,


136

nadi, pernapasan, kontraksi uterus, pengosongan kandung kemih,

terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila

jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

Pukul 08.51 WIB , Setelah kontraksi uterus baik dan plasenta

lahir lengkap, masih terdapat darah yang aktif. Penulis memeriksa

adanya laserasi pada perineum, vagina, dan vulva untuk mengetahui

apakah ada robekan. Ketika memeriksa robekan jalan lahir, terdapat

rupture perineum grade I. Derajat laserasi perineum yaitu derajat I

laserasi pada kulit perineum, derajat II laserasi pada otot-otot perineum,

derajat III lasetasi pada otot sfingter ani, dan derajat IV laserasi pada

sfingter ani dan epitel anus (Kemenkes, 2013). Menurut IPI IBI 2016

salah satu faktor terjadinya laserasi adalah persalinan presipitatus dan

penolong persalinan . Dengan demikian kemungkinan salah satu yang

menyebabkan terjadinya ruptur perineum Ny. S yaitu lintasan persalinan

yang terjadi begitu cepat atau faktor penolong persalinan yang salah

dalam memimpin persalinan.

Untuk memberhentikan perdarahan aktif harus dilakukan

heacting di bagian laserasi (Kemenkes, 2013). Proses penjahitan

dilakukan sesuai asuhan sayang ibu yaitu dengan menggunakan anestesi

berupa lidokain 2%. stimasi perdarahan pasca salin yaitu ± 350 cc.

Setelah perdarahan tidak aktif, penulis melakukan observasi 2

jam setelah postpartum. Memantau tekanan darah, nadi, kontraksi

uterus, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam


137

pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Memeriksa suhu setiap 2

jam pertama pascasalin (Kemenkes, 2013). Selama pemantauan,

tekaanan darah, nadi, kontraksi uterus, dan kandung kemih ibu dalam

keadaan baik. Untuk mencegah terjadinya perdarahan, penulis

mengajarkan ibu dan suami untuk melakukan massase uteri agar

kontraksi uterus ibu baik dan memberitahu ibu tanda bahaya

postpartum.

C. Bayi Baru Lahir

Bayi lahir spontan pukul 08.45 WIB segera menangis, tonus otot

kuat, dan kulit kemerahan, jenis kelamin laki-laki. Pada Asuhan Persalinan

Normal (APN) asuhan yang diberikan ketika bayi lahir, bayi difasilitasi

IMD untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi didada minimal 1 jam..Setelah

1 jam pertama, bayi dilakukan pemeriksaan fisik, pemberian Vit K dan salep

mata. Hasil dari pemeriksaan fisik bayi dalam keadaan sehat dan tidak cacat.

Berat badan lahir yaitu 3350 gram, PB 47 cm, LK 34 cm, LD 33 cm, dan

LP 34 cm. Pemberian Vit K dan salep mata dilakukan pukul 09.45 WIB.

Penulis memberikan salep mata oxytetracycline 1% untuk pencegahan

infeksi pada mata bayi dan menyuntikkan vitamin K1 (Phytomenadion 2

𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑣𝑖𝑡 𝐾 1 𝑚𝑔
mg/mL) dengan dosis = = 2 𝑚𝑔/𝑚𝐿 =0,5 mL secara IM pada 1/3 otot
𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

vastus lateralis paha kiri bayi untuk mencegah perdarahan ( IBI,2016 ).

Salep mata oxytetracycline 1% dan Vitamin K1 sudah diberikan. . Setelah

satu jam pemberian Vit K, bayi diberi imunisasi HB0 untuk mencegah
138

infeksi hepatitis B (Kemenkes, 2013). Akan tetapi selama 1 jam bayi belum

dapat menemukan putting ibu.

Selama kunjungan BBL, bayi Ny. S dalam keadaan sehat. Bayi

menyusu aktif, dalam sehari menyusu lebih dari 8 kali, BAK bayi dalam

sehari lebih dari 6 kali bewarna jernih dan BAB lebih dari 3 kali,

konsistensinya lunak, bewarna kuning dan terdapat butiran-butiran seperti

biji cabai. berat badan bayi saat usia 7 hari mengalami kenaikan sebesar 400

gram, kulit bayi tidak kuning, dan kulit bayi terdapat bintik-bintik merah

seperti biang keringat disekitar dahi dan leher. Ibu mengatakan biang

keringat timbul sudah dari 1 hari yang lalu. Untuk itu penulis menyarankan

pada ibu untuk menjaga kebersihan tempat tidur untuk bayinya,

memakaikan pakaian pada bayinya dengan baju yang berbahan menyerap

keringat, dan menyarankan ibu untuk mengganti sabun bayinya karena

ditakutkan bayi alergi dengan produk sabun bayi. Penulis juga menyarankan

pada ibu jika bintik-bintik merah semakin menyebar segera konsultasikan

ke bidan atau dokter agar bisa ditindak lanjuti.

Pada saat kunjungan 12 hari berat badan bayi naik menjadi 4150

gram. Ibu mengatakan ruam merah pada kulit bayi berpindah tempat

dibagian paha bayi. Untuk di bagian dahi dan leher sudah mulai kering dan

mulai menghilang. Ibu mengatakan belum berkonsultasi dengan bidan atau

dokter, tetapi ibu sudah mengganti sabun bayi dengan lactacid baby untuk

kulit alergi. Dari pemeriksaan didapatkan Bayi Ny. S mengalami infeksi

kulit yang berdasarkan ciri-cirinya mengarahkan kemungkinan biang


139

keringat, karena mendiagnosa dengan pasti bukannya wewenang penulis

sebagai bidan harus berkolaborasi dengan dokter. Menurut Boediardja

(2002) miliaria atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat

keringat berlebihan disertai sumbatan kelenjar keringat yaitu, di dahi, leher,

bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada dan punggung), dapat

diikuti rasa gatal seperti ditusuk, kulit menjadi kemerahan dan disertai

banyak gelembung kecil berair.

Kunjungan berikutnya 20 hari berat badan bayi naik menjadi 4350

gram. Ibu mengatakan bintik merah yang terdapat pada dahi dan leher bayi

sudah mengilang, dan yang terdapat pada paha bayi sudah mulai mengering

dan menghilang. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health

Organization, 2006) Miliaria menempati urutan ke-7 dari 10 penyakit kulit

bayi dan balita. Insiden penyakit kulit miliaria ini akan meningkat

sampai 50% pada iklim panas dan lembab.

Penyebab Miliaria diantaranya :

1. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang

baik.

2. Pakaian yang terlalu lembab dan ketat. Pakaian banyak memberikan

pengaruh pada kulit, misalnya menimbulkan pergeseran, tekanan

yang berpengaruh terhadap terjadinya peningkatan suhu tubuh.

3. Aktivitas yang berlebihan, misalnya berolahraga.

4. Setelah menderita sakit panas.


140

Untuk pencegahan miliaria dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti

yang disebutkan Nadia (2009) :

1. Gunakan pakaian yang mudah menyerap keringat, seperti katun.

2. Gunakan pakaian yang longgar dan jangan terlalu ketat.

3. Perbaiki sirkulasi udara pada ruangan.

4. Mandikan bayi dengan teratur, 1 atau 2 kali setiap hari.

Tentunya jika bayi tersebut mengalami miliaria, efek yang paling

dirasakan bayi adalah perasaan tidak nyaman. Biang keringat

biasanya menyerang bagian wajah, terutama dahi juga leher,

selangkangan, dan lipatan lainnya, jika dibiarkan akan menimbulkan

lecet -lecet, bahkan infeksi. Sebenarnya biang keringat bisa sembuh

dengan sendirinya, yaitu sekitar 2-3 hari dengan penanggulangan yang tepat

(Siti Mardiyah, 2013).

Pada hari ke 40 keadaan bayi dalam keadaan baik, bintik-bintik

merah yang terdapat pada kulit bayi telah hilang sejak 17 hari yang lalu.

Bayi Ny. S telah melakukan imunisasi BCG dan Polio 1 pada tanggal 27

November 2018 di Puskesmas Pesing.

D. Nifas

Selama masa nifas terjadi berbagai perubahan pada ibu post partum

antara lain involusi uteri, pengeluaran lochea, perubahan pada serviks dan

vagina, laktasi serta perubahan pada sistem tubuh lainnya dan perubahan

psikis (Varney, 2008). Pada involusi uteri selama nifas ibu mengalami
141

perubahan yang fisiologis. Saat bayi lahir (6 jam postpartum) TFU ibu

berada di 2 jari di bawah pusat, postpartum 7 hari TFU pertengahan pusat-

simfisis, postpartum 12 hari sudah tidak teraba, postpartum 20 hari sudah

tidak teraba, dan postpartum 40 hari ibu dalam keadaan baik dan tidak ada

penyulit selama masa nifas. Hal ini menunjukkan bahwa proses perubahan

yang terjadi tidak ada masalah sesuai dengan teori (Sofian, 2012) yaitu saat

bayi lahir TFU setinggi pusat, plasenta lahir 2 jari dibawah pusat, 1 minggu

berada di pertengahan pusat dan simpisis, 2 minggu sudah tidak teraba, 6

minggu bertambah kecil, dan 8 minggu uterus sudah kembali normal.

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan

vagina dalam masa nifas (Varney, 2008). Perubahan Lochea yang terjadi

pada Ny. S saat postpartum 6 jam masih bewarna merah (lochea rubra) dan

TFU 2 jari di bawah pusat, postpartum 7 hari berwarna merah kecokelatan

(lochea sanguilenta) dan TFU pertengahan pusat-simfisis, 12 hari berwarna

kuning (lochea serosa) dan TFU tidak teraba, 20 hari berwarna putih (lochea

alba) dan TFU tidak teraba. 40 hari sudah bersih ibu dalam keadaan baik

dan tidak ada penyulit selama masa nifas. Luka jahitan ibu tidak mengalami

infeksi dan sudah kering pada saat nifas 12 hari.

Penulis memberi edukasi mengenai KB saat nifas hari ke 12. Pada

saat nifas hari ke 12 ibu masih bingung alat KB apa yang digunakan. Penulis

memberitahu cara pemasangan, efek samping dan yang boleh digunakan

oleh ibu menyusui. Alat kontrasepsi pascasalin yang tidak mengganggu

proses menyusui menurut (Kemenkes, 2013) yaitu metode amenore laktasi,


142

AKDR (IUD), implant, suntikan progestin, minipil, kondom, dan

kontrasepsi mantap. . Saat postpartum 20 hari ibu masih memikirkan ingin

menggunakan KB apa dan ibu akan membicarakan lagi dengan suaminya.

Pada kunjungan 40 hari ternyata ibu masih belum menggunakan KB.

Karena ibu masih memikirkan ingin menggunakan alat kontrasepsi apa yang

baik penulis memberikan saran untuk sementara menggunakan metode

amenore laktasi.
143

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam melaksanakan studi kasus ini penulis telah memberikan asuhan

kebidanan secara komperhensif dan berkesinambungan pada Ny. S sejak masa

kehamilan trimester III, persalinan, nifas dan bayi baru lahir di Puskesmas

Kecamatan Tambora Jakarta Barat. Asuhan yang telah diberikan kepada Ny. S

dapat disimpulkan, sebagai berikut :

1. Asuhan kebidanan pada masa kehamilan Ny. S sudah diberikan dengan

baik dengan standar 12 T di Puskesmas Kecamatan Tambora. Pada

pemeriksaan IMT, Ny. S didapatkan hasil dalam katagori yang sesuai

dengan yang dianjurkan.

2. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin telah dilaksanakan, Ny. S melahirkan

secara pervaginam tanpa ada komplikasi dan ibu mengalami robekan jalan

lahir grade I dan dilakukan penjahitan dengan anestesi.

3. Asuhan kebidanan pada masa nifas Ny. S berjalan dengan baik dan tidak

ditemukan tanda-tanda bahaya pada masa nifas. Ibu meminum Vit A,

Amoxicillin, Asam Mafenamat dan SF yang diberikan secara teratur. Ibu

mau melaksanakan anjuran yang diberikan untuk kesehatan ibu pada masa

nifas.

4. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, didapatkan hasil pada hari ke 7

bayi mengalami bintik-bintik merah seperti biang keringat. Penulis sudah


144

menyarankan kepada ibu untuk menjaga kebersihan didaerah tempat tidur

bayi, memakaikan pakain yang berbahan menyerap keringat, mengganti

sabun mandi, dan menyarankan untuk berkonsultasi pada bidan atau

dokter jika bintik-bintik merah semakin menyebar. Namun sampai dengan

hari ke 14 ibu belum juga berkonsultasi dengan bidan atau dokter hanya

saja mengganti sabun mandi bayi. Dan pada hari ke 20 bintik-bintik merah

yang ada pada kulit bayi mulai mengering dan menghilang.

B. Saran

Mengingat pentingnya asuhan yang dilakukan secara berkesinambungan

pada masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir maka saran yang

dapat diberikan adalah :

1. Bagi klien dan keluarga

Diharapkan klien mendapatkan informasi dan edukasi yang jelas

tentang kehamilan, persalinan, nifas dan asuhan bayi baru lahir sehingga

asuhan-asuhan yang sudah penulis berikan dapat di implementasikan

dalam kehidupan sehari-hari. Dan keluarga diharapkan membantu klien

dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan kesehatannya,

serta memberikan dukungan yang optimal kepada klien dalam melewati

masa-masa kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga proses yang dijalani

dapat berjalan secara fisiologis.


145

2. Lahan Praktik

Diharapkan Puskesmas Kecamatan Tambora dapat menerapkan

14T segera agar penatalaksaan ANC dapat berjalan lebih baik. Serta

mengimlementasikan asuhan berdasarkan evidence based.

3. Bidan

Diharapkan dalam memberikan asuhan yang diberikan bidan bisa

lebih baik lagi, lebih memperhatikan lagi kondisi pasien yang masih

belum mengerti tentang kondisinya, dan mengembangkan serta

menerapkan asuhan-asuhan berdasarkan evidence based terbaru.

4. Penulis

Diharapkan penulis lebih teliti dan lebih baik lagi dalam

melakukan asuhan yang diberikan. Seperti, mengingatkan pasien tentang

asuhan apa saja yang dilakukan oleh ibu saat dirumah.


146

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia

Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Astusi Dwi. 2017. Hubungan Mutu Pelayanan Anc Dengan Frekuensi Kunjungan

Ulang Anc Di Bidan Praktek Swasta Parjiah Juwangi Boyolali. Diakses dari

: http://akbidmr.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/13-20-HUBUNGAN-

MUTU-PELAYANAN-ANC-DENGAN-FREKUENSI-KUNJUNGAN-

ULANG-ANC-DI-BIDAN-PRAKTEK-SWASTA-PARJIAH-JUWANGI-

BOYOLALI-FINAL.pdf diakses pada tanggal 02 Desember 2018

Depkes RI. 2008. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar.


Jakarta: Departemen kesehatan

Depkes RI. 2010. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan

Desitriany Annisa. 2016. Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. A G2P1A0

Gravida 39 Minggu Di BPM Hj.W Desa Cilampeni Kecamatan Katapang

Kabupaten Bandung Tahun 2016. Bandung. Diakses dari :

http://repository.stikes-

aisyiyahbandung.ac.id/file.php?file=mahasiswa&id=493&cd=0b2173ff6ad

6a6fb09c95f6d50001df6&name=Laporan%20Kompre%20Annisa%20D.p

df diakses pada tanggal 02 Desember 2018

Karisma Riski Candra, dkk. 2017. Kesembuhan Miliaria Pada Bayi Usia 0 -12

Bulan Dengan Pemberian Vco (Virgin Coconut Oil) Di Desa Purwoasri

Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Malang : diakses dari


147

https://akbidbup.ac.id/jurnal/VOL8NO2_2.pdf diakses pada tanggal 02

Desember 2018

Kementrian Kesehatan RI.2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu dan Fasilitas

Kesehatan Dasar dan Rujukan: Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan.Jakarta:

Kementrian Kesehatan.

Kementrian Kesehatan RI.2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu dan Fasilitas

Kesehatan Dasar dan Rujukan: Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan.Jakarta:

Kementrian Kesehatan.

Kemenkes RI.2014.Profil Kesehatan Indonesia.Jakarta: Kemenkes RI

________.2015.Profil Kesehatan Indonesia.Jakarta: Kemenkes RI

________.2016.Profil Kesehatan Indonesia.Jakarta: Kemenkes RI

Kurniati, Citra. 2010. Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Purwokerto.


Diakses dari:

http://www.academia.edu/10576871/Diktat_Ajar_Asuhan_Kebidanan_II_0 pada

tanggal 01 Desember 2018

Kuswandi, Lanny. 2014. Hypnobithting a Gentle Way to Give Birth. Jakarta:


Pustaka Bunda, Grup Puspa Swara, Anggota IKAPI

Manuaba, IGB. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga

Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Mochtar, Rustam.2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC


148

Monari Alprida. 2016. Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. S G2P1A0 di

Puskesmas DTP Banjaran. Bandung: Diakses dari http://repository.stikes-

aisyiyahbandung.ac.id/file.php?file=mahasiswa&id=491&cd=0b2173ff6ad

6a6fb09c95f6d50001df6&name=LAPORAN%20KOMPRE%20MONA%

20D3%20KEBIDANAN.pdf diakses pada tanggal 30 November 2018

Prawiroharjo,S.2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo.

Prawiroharjo,S.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo.

____________.2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo.

_______. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

PP IBI.2016.Buku Acuan Midwifery Update.Jakarta: PP IBI

PP IBI.2016.Buku Acuan Midwifery Update.Jakarta: PP IBI

Saiffudin, Abdu Bari.2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Materal

dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

_________________.2015. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Materal

dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo


149

Sari Puspita, Rimandini. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas (Posnatal Care).

Jakarta: CV. Trans Info Media

Sofian, Amru. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Sondakh, Mid Clin. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.

Jakarta: Erlangga

Walyani Elisabeth S. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta:

PUSTAKA BARU PRESS

Wahyuni Dwi E. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: Diakses

dari http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-

content/uploads/2018/09/Asuhan-Kebidanan-Nifas-dan-Menyusui_SC.pdf

diakses pada tanggal 01 Desember 2018

Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed.4. Jakarta : EGC
150

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Partograf
151
152

B. Surat Keterangan Lahir


153
154

C. Foto Buku KIA


155
156
157
158

D. Dokumentasi
159
160
161

E. LEMBAR OBSERVASI

Jam Tekanan Nadi RR Suhu DJJ HIS Keterangan

Darah

04.00 110/70 82 21 36,70C 142 3x10’x30” Vulva vagina tak

mmHg x/mnt x/mnt x/mnt ada kelainan,

Portio tipis

lunak,

Pembukaan 3

cm, Ketuban (+),

presentasi

kepala,

Penurunan H1,

molase 0

05.00 83 135 3x10’x30”

x/mnt x/mnt

06.00 82 36,70C 140 3x10’x30”

x/mnt x/mnt

07.00 84 145 3x10’x35”

x/mnt x/mnt

07.30 110/80 84 22 36,80C 147 3x10’x35” Vulva vagina tak

mmHg x/mnt x/mnt x/mnt ada kelainan,

Portio tipis

lunak,
162

Pembukaan 6

cm, Ketuban (+),

presentasi

kepala,

Penurunan HII,

molase 0
163

F. Lembar Informasi
164

G. Informed Consent
165

H. Lembar Konsultasi
166
167

Anda mungkin juga menyukai