Anda di halaman 1dari 10

Fungsi Ma’rifatullah Bagi Seorang Muslim

Sebagai ilmu yang paling tinggi dan mulia derajatnya dibandingkan dengan pengetahuan-
pengetahuan yang ada di dunia ini, maka ma'rifatullah ini kiranya dapat menjadi pondasi dan
komitmen pokok yang harus dihayati dan diperhatikan oleh setiap orang muslim, yang
hasilnya nanti akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan, keselamatan, ketentraman
dan ketenangan jiwa raga, serta kelezatan dan kenikmatan beribadah kepada Allah Azza
Wajalla.
Al-Qur'an yang mulia sebagai sumber utama dalam masalah ini mengisyaratkan kepada kita
tentang pentingnya ma'rifatullah ini, sebagaimana bunyinya dalam surat Al-Zaariyat: 56:

Artinya : “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepada-Ku”.
(QS.Al-Zaariyat:56).[100]

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa jin dan manusia itu hanya dijadikan oleh
Allah Ta'ala untuk mengabdi dan mengenal-Nya semata. Akan tetapi apabila manusia itu
masih menutup mata kepala dan mata hatinya tidak mau mengerti akan eksistensi dirinya
sebagai makhluk ciptaan Allah Azza Wajalla, maka hal tersebut sungguh keterlaluan.
Adapun cara-cara manusia mengenal Allah ada dua cara yaitu dengan menggunakan akal
pikiran memeriksa apa saja hasil ciptaan Allah Swt secara teliti dan seksama, terhadap isi
alam ini, dan kedua dengan ma'rifat asma Allah, dan sifat-sifat-Nya.[101]
Dengan kedua cara tersebut itulah manusia akan dapat mengetahui dan mengenal Sang
Pencipta alam ini, dan manusia akan lebih dekat kepada Allah Swt. Oleh karena itu salah satu
cara mengenal Allah Swt yaitu dengan mengenal dan menganalisa terhadap existensi benda-
benda yang ada di alam raya ini.
Sebagaimana dijelaskan dalam surat Yunus ayat 101:

Artinya : “Katakanlah, periksalah olehmu sekalian apa-apa yang ada dilangit dan dibumi....”
(QS.Yunus:101).[102]
Dari ayat diatas Allah menganjurkan kepada manusia untuk berpikir tentang penciptaanNya,
seperti isi alam jagat raya. Karena pemikiran merupakan hasil (buah) yakni buah kajian dan
perasaan otak yang sangat berharga sekali. Berma'rifat dengan akal pikiran ini sering disebut
dengan berbicara dalam batin (suara hati). Berpikir adalah suatu jalan menuju kepada Allah
Ta'ala lewat berfikir, manusia akan teratur dan tersalurkan ilmunya dan ini disebut juga
bertafakkur; jadi lewat bertafakkur manusia akan dekat dengan Tuhannya. Berpikir sejenak
lebih utama dari sekedar mengingat Allah, sebab jangkauan tafakkur dan zikir atau
mengingat Allah, sungguhpun demikian zikir itu lebih utama dalam hati manusia. Hal inilah
yang dikatakan pemikiran merupakan hasil buah dan hasil dari akal yakni berpikir.
Bertafakkur sesaat lebih baik dari pada beribadah setahun, yaitu menambah rasa cinta dan
rindu kepada Allah Swt. Berpikir tentang hasil ciptaan Allah akan menambah keimanan dan
ketakwaan manusia kepada Sang Khalik dan bertambah dekat kepada-Nya. Jadi jelaslah
bahwa pengertian ayat tersebut kita semua diperintahkan untuk menggunakan akal pikiran
untuk menyelidiki segala yang telah diciptakan Allah Swt dilangit dan bumi ini.
Al-Qur'an yang mulia menghendaki akal pikiran itu selalu bergerak (dinamis), bekerja dan
melepaskan diri dari kekangan yang selalu mengekang manusia untuk merenung (bertafakur)
dan berpikir akan ciptaan Sang Pencipta.
Allah Swt menghendaki agar akal pikiran dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu
berpikir (memikirkan) segala sesuatu. Kalau tidak dikembangkan akal itu, manusia akan
menjadi bodoh (tolol), maka Allah Ta'ala menganggap (manusia) seperti binatang ternak saja,
tak beda sedikitpun dan bahkan lebih jelek (buruk) dari hewan tersebut.[103]
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-A’raf:179:

Artinya: “Dan sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin
dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-
ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai”.(QS.Al-A’raf:179).
[104]

Jadi jelaslah bahwa manusia telah diberikan akal pikiran oleh Allah Swt, untuk melakukan
penelitian ilmiah, akhirnya tentang alam raya ini yang nanti pada akhirnya manusia akan
mengetahui kebesaran Allah Swt sebagai Pencipta, ia manusia itu adalah makhluk yang
sangat kecil dan lemah sekali, juga sepatutnya manusia menyembahNya dan meminta
pertolongan kepada-Nya.
Akal pikiran memang salah satu cara untuk mengetahui dan mengenal Sang Pencipta alam,
tetapi jangkauannya sangatlah terbatas, hanya dapat memikirkan hasil ciptaan-Nya saja.
Sedangkan hakikat penciptaan Allah, tidak dapat dipikirkan secara pasti dari mana asal usul
kejadiannya, kecuali beberapa makhluk saja, seperti jin dan manusia. Al-Qur'an sangat
menganjurkan kepada ummat manusia supaya untuk selalu berpikir segala yang telah
diciptakan Allah Swt, dan melarang manusia berpikir tentang Zat Tuhan itu sendiri, yang
tidak sanggup dijangkau akal. Hal ini dalam Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 186
yang bunyinya:

Artinya : "Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadaMu (wahai Muhammad) tentang Aku,


maka sesungguhnya Aku dekat. Aku perkenankan do'a orang yang meminta pada diri-Ku,
maka ia haras mengikuti perintah-Ku, serta beriman kepada-Ku,agar mereka memperoleh
kebenaran".(QS.Al-Baqarah:186).[105]

Jadi maksud ayat diatas kalau sekiranya manusia mau melaksanakan seruan Allah tersebut,
maka manusia akan memahami rahasia-rahasia alam dan mampu memfaatkannya, dan begitu
pula apabila manusia ada yang mengingkari kenikmatan akal dan tidak suka
menggunakannya untuk sesuatu yang semestinya dikerjakan akal pikiran, bahkan melalaikan
nash-nash dan bukti-bukti tentang adaNya Allah dan kemahakuasaanNya Allah Swt, maka
orang-orang semacam ini patut sekali mendapat cemoohan dan hinaan.[106]
Al-Qur'an sebagai petunjuk yang nyata bagi manusia untuk mendapat apa yang dicarinya,
yaitu kebenaran hakiki. Apabila manusia mengkaji lebih dalam tentang isi kandungan Al-
Qur'an tersebut.
Al-Qur'an sangat mengharapkan kepada manusia supaya menggunakan akal pikiran untuk
bertafakur dan berpikir tentang segala sesuatu, baik tentang dunia ini, dirinya, tuhan-Nya
maupun tentang hari akhir yang akan datang ma'rifat Allah Swt dengan akal pikiran, akan
menghasilkan kebenaran yang selanjutnya mendapat petunjuk kepada kebenaran yang hakiki.
Sedangkan cara yang kedua yaitu mema'rifati nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta'ala yang
mulia dan tinggi, Cara inipun manusia bisa memperoleh kebenaran yang sebenarnya yakni
ma'rifatullah dan cara ini dianggap sebagai pembuka mata hati manusia untuk mengenal Sang
Penguasa secara pasti dan lebih dekat kepada-Nya.
Berma'rifat dengan cara ini, manusia dapat menemukan hakikat-hakikat yang dicarinya, dan
salah satu pembuka jalan rahasia-rahasia yang terselubung oleh tirai dalam dunia ini, untuk
mencapai akhirat nanti. Semua yang belum terungkap (tersembunyi) oleh kajian sains dan
mata kepala akan dapat dicapai dengan cara berma'rifat terhadap Allah Swt, orang-orang
yang sudah dapat mencapai tingkat ini, seolah-olah ia telah memandang Dzat Allah. Hal ini
akan memberi kenikmatan, kepuasan, jiwa yang luar biasa.
Adapun nama-nama Allah Ta'ala yang baik itu, yang sering disebut dengan Asmaul Husna
adalah 99 buah nama yang memiliki makna yang berbeda-beda dengan sifat-sifatNya.

Dalam surat Al-Isra' ayat 110 Allah berfirman:

Artinya : Katakanlah: "Serulah Allah atau Serulah Ar-Rahman. dengan nama yang mana saja
kamu seru, dia mempunyai Al Asmaul husna (nama-nama yang terbaik)… ".(QS.Al-
Isra’:110).[107]
Kemudian dalam surat yang lain lagi, yaitu surat Al-A'raf ayat 180 Allah berfirman:

Artinya: “Hanya milik Allah Asmaa-ul Husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut Asma-ul Husna itu….. ”( QS.Al-A’raf:180).[108]

Dari pengertian kedua ayat tersebut di atas itu, kita dapat memahami bahwa yang mempunyai
nama-nama yang baik lagi indah itu hanyalah Allah saja, sedangkah ciptaan-Nya tidak ada.
Dengan mema'rifati nama-nama tersebut secara benar dan baik, maka manusia akan lebih
dekat kepada Allah Swt, yang akhirnya akan mengenal-Nya secara pasti. Dalam mema'rifati
nama yang baik itu selalu diikuti oleh sifat-sifat-Nya yang mulia. Jadi jelaslah bagi manusia
bahwa dengan ma'rifatullah cara ini akan membuka pintu bathin (qalbu) nya untuk
mengetahui sesuatu yang dibalik tabir, yang selama ini selalu terhijab tidak pernah mengenal
Tuhannya secara dekat.
Pentingnya ma'rifatullah ini bagi seseorang muslim merupakan azas pokok yang di atasnya
didirikan segala aspek kehidupan, baik rohani maupun jasmaniah yang harus dipenuhi oleh
setiap insan yang bertaqwa dan beriman kepada Allah. Dengan kita mengenal Allah Ta'ala
berarti kita telah benar-benar menjalankan ajaran agama Islam yakni mematuhi Al-Qur'an
dan As-Sunnah Nabi Saw.
Prinsip Al-Qur'an dalam ma'rifatullah ini adalah memenangkan akal pikiran dan selalu
kembali kepada Al-Qur'an dan Al-Hadits Rasulullah Saw, yang tujuan akhirnya dapat
memperoleh segala yang didambakan yakni kebahagiaan, keselamatan, ketenangan dan
ketentraman jiwa raga di dunia dan di akhirat.
Berhubungan dengan hal ini Nabi Saw bersabda:
‫ إنا لسنا‬: ‫ قالوا‬,‫كان رسول هللا صلى هللا عليه و سلّم إذا أمرهم من األعمال بما يطيقون‬:‫عن عائشة رضى هللا عنها قالت‬
‫ (إن‬: ‫ ثم يقول‬,‫ فيغضب حتى يعرف الغضب في وجهه‬,‫ وما تأخر‬€‫ إن هللا قد غفر لك ما تقدم من ذمبك‬,‫كهيئتك يا رسول هللا‬
)‫أتقاكم وأعلمكم باهلل أنا) (رواه بخارى‬
Diriwayatkan dari Aisyah r.a. dia berkata: Rasulullah Saw. senantiasa memberikan perintah
kepada kaum muslim menurut kemampuan mereka, lalu suatu ketika mereka mengatakan:
"kami tidak seperti Anda Ya Rasulullah! karena Allah telah mengampuni dosa Anda yang
lalu dan yang akan datang". Maka Rasulullah Saw. marah sehingga kemarahan tersebut
tampak diwajah beliau, kemudian beliau bersabda: "Sesungguhnya orang yang paling takwa
dan paling mengenal Allah adalah Aku. (HR. Bukhari).[109]

Dari hadist tersebut di atas, orang yang paling dekat mengenal Allah adalah Rasulullah Saw,
yang selalu mengingat, beribadah kepada Allah untuk mengharap keridhaan-Nya. Begitu juga
manusia biasa sebagai makhluk ciptaan Allah juga sangat dituntut untuk selalu mengenal dan
beribadah kepada Sang Khalik. Supaya manusia nanti di akhirat kelak dapat memperoleh
kebahagiaan yang sesungguhnya yakni kebahagiaan yang hakiki.
SIAPA MANUSIA ITU?

Manusia adalah ciptaan Allah yang paling besar, untuk itu terlebih dahulu id harus mengenal
Nya. Kalau manusia itu sudah mengenal jiwanya pasti ia akan mengenal Tuhannya.
Pernyataan ini identik dengan bunyi suatu kalimat :

“Barang siapa sudah mengenal jiwanya, maka ia akan mengenal Tuhannya”

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” ( At-
Tiin : 4 )
Manusia ditinjau dari susunan postulat tubuhnya adalah ciptaan Allah yang paling sempurna
ditimbang makhluk hidup lainnya yang ada dimuka bumi.
Berangkai dari persepsi semacam itu maka eksistensi manusia balik yang bersifat ektern
maupun intern selalu memperlihatkan kesempurnaan dari ciptaan yang begitu mendetail
lewat gerakan anggota tubuhnya.
Manusia adalah makhluk yang tercipta berdasarkan ketentuan Allah, bukan secara kebetulan
dan serampangan. Ia tercipta untuk tujuan tertentu bukan untuk kesia-siaan.
Walaupun manusia dinobatkan sebagai khalifah karena dikaruniai pemberian, mempunyai
berbagai pengetahuan dan mampu menganalisa aspek-aspek penting dalam kekhalifahan dan
mengkaji hukum-hukum alam, namun ia masih tergolong sebagai makhluk yang lemah,
seringkali ditaklukan oleh hawa nafsu, dan tidak mengenal jiwanya.

“Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah dan kikir. Apabila ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah dan kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan
apabila ia mendapat kesenangan, ia amat kikir” (Al-Ma’arij 19-21)
Manusia yang mengagumkan ini tercipta dan bermula dari tiada, lalu ia menciptakan dari
debu ? dari setepul debu ini muncul keturunan bani Adam, Allah menciptakan manusia secara
bertahab, mengalami beberapa fase perkembangan dan evolusi, dari debu menjadi sperma
dan kemudian menjadi segumpal darah ? ini merupakan bukti kebesaran Allah.
Firman Allah S. Adz. Dzariyat : 20 – 21
Yang dimaksud manusia disini, ya manusia secara umum. Mereka diciptakan dari segumpal
darah dengan jenis dan ras yang berbeda beda, tapi mereka mempunyai proses penciptaan
yang sama, hal ini menunjukkan bahwa Allah mengistimewakan manusia, agar mereka ingat
dan menyadari bahwa Dia telah memberikan kemuliaan, melindungi peranan dan menjunjung
tinggi kedudukan mereka diantara makhluk-makhluk yang lain.
PROSES PENCIPTAAN ADAM
Allah menciptakan Adam berdasarkan kehendak dan Kekuasaan Nya. Proklamasi penciptaan
manusia dari tanah kepada para Malaikat adalah merupakan kehormatan pertama yang
diberikan oleh Allah kepada manusia. Proklamasi tentang kelebihan dan karunia besar dari
Allah untuk manusia. Apalagi setelah itu, Dia memproklamirkan bahwa Allah
memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada manusia ini. (Dlm QS Al-Hijr : 28-29)
Penobatan manusia sebagai khalifah di Bumi, adalah suatu kehormatan besar dari Allah
sebagai penciptanya, sehingga Dia memerintahkan para Malaikat untuk bersujud kepada
manusia. Yang lebih besar dari peristiwa inidan merupakan keistimewaan bagi manusia
adalah ditiupkan Nya roh (ciptaan) Allah kedalam dirinya. Ini sebagai sinyalemen bahwa asal
usul manusia itu suci, tercipta dari bahan yang berkualitas tinggi dan memiliki fitrah yang
murni.
Kehormatan inilah yang merupakan harta yang tak ternilai harganya bagi manusia yang
diperoleh secara langsung dari Allah yang Maha Agung.
Sebagian kerangka dasar Penciptaan Manusia:
1. Untuk memperlihatkan dan membuktikan keadilan dan kekuasaan Allah, maka Dia
ciptakan bumi sebagai tempat berpijak dan hidup manusia. Dia (Allah penuhi seluruh bekal
kehidupan manusia sebelum berperan dibumi)
2. Sebagai perwujudan dari sifat keadilan dan kebijaksanaan Allah, Dia sempurnakan
manusia sebelum turun keatas bumi. Adam tercipta sebagai bukti kelebihan dan kemutlakan
dari kekuasaan Allah yang dari Nya terpantul kebesaran zat yang Maha Pencipta. Dalam
penciptaan Adam terdapat berbagai macam pelajaran, kaca perbandingan yang mengandung
beribu hikmah dimana kita lihat kelebihan Adam dan anak cucunya dalam berbagai aspek
dan kita saksikan betapa Allah membedakannya dari makhluk yang lain:
a. Keistimewaan Adam yang diberikan oleh Allah terlihat pada saat Malaikat diperintahkan
untuk bersujud kepadanya.
b. Kelebihan Adam nampak ketika ia diciptakan oleh Allah dengan kedua tangan Nya (yakni
Kuasa Allah)
c. Bumi beserta isi alam semesta tunduk kepada Adam, agar ia boleh mengelola, merekayasa
dan mengembangkan kehidupan manusia.
d. Adam memiliki potensi intelektual dan kemampuan berkreasi untuk mendatangkan hasil
dari alam semesta ini demi kebaikan hidup didunia.

Hakekat dan Martabat manusia dalam Islam


Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang misterius dan sangat menarik. Dikatakan
misterius karena semakin dikaji semakin terungkap betapa banyak hal-hal mengenai manusia
yang belum terungkapkan betapa banyak hal-hal mengenai manusia yang belum
terungkapkan. Dan dikatakan menarik karena manusia sebagai subjek sekaligus sebagai objek
kajian yang tiada henti-hentinya terus dilakukan manusia khususnya para ilmuwan. Oleh
karena itu ia telah menjadi sasaran studi sejak dahulu, kini dan kemudian hari. Hampir semua
lembaga pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak karyanya terhadap dirinya
sendiri, masyarakat dan lingkungan hidupnya.
Didalam Al-Qur’an manusia disebut antara lain dengan
a. Bani Adam (Q.S. Al-Isra’:70)
b. Basyar (Q.S. Al-Kahfi: 10)
c. Al-Insan (Q.S. Al-Insan: 1)
d. An-Nas (Q.S. an- Anas (114):1)
Berbagai rumusan tentang manusia telah pula diberikan orang. Salah satu diantaranya,
berdasarkan studi isi Al-Qur’an dan Al-Hadits, berbunyi (setelah disunting) sebagai berikut:
Al-insan (manusia) adalah makhluk ciptaan Allah yang memiliki potensi untuk beriman
(kepada Allah), dengan mempergunakan akalnya mampu memahami dan mengamalkan
wahyu serta mengamati gejala-gejala alam, bertanggung jawab atas segala perbuatannya dan
berakhlak (N.A Rasyid, 1983: 19)

Kelebihan Manusia Dari Makhluk Lainnya, Fungsi Dan Tanggung Jawab Manusia Dalam
Islam
Bertitik tolak dan rumusan singkat itu, menurut ajaran Islam, manusia, dibandingkan dengan
makhluk lain, mempunyai beberapa ciri utamanya adalah:
1. Makhluk yang paling unik, djadikan dalam bentuk yang paling baik, ciptaan Tuhan yang
paling sempurna. Firman Allah:
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya” (QS. At-Tin:4)
Karena itu pula keunikannya (kelainannya dari makhluk ciptaan Tuhan yang lain) dapat
dilihat pada bentuk struktur tubuhnya, gejala-gejala yang ditimbulkan jiwanya, mekanisme
yang terjadi pada setiap organ tubuhnya, proses pertumbuhannya melalui tahap-tahap
tertentu.
Hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan hidupnya, ketergantungannya pada
sesuatu, menunjukkan adanya kekuasaan yang berada diluar manusia itu sendiri. Manusia
sebagai makhluk ciptaan Allah karena itu seyogyanya menyadari kelemahannya. Kelemahan
manusia berupa sifat yang melekat pada dirinya disebutkan Allah dalam Al-Qur’an,
diantaranya adalah:
a. Melampaui batas (QS. Yunus:12)
b. Zalim (bengis, kejam, tidak menaruh belas kasihan, tidak adil, aniaya) dan mengingkari
karunia (pemberian) Allah (QS. Ibrahim: 34)
c. Tergesa-gesa (QS. Al-Isra’:11)
d. Suka membantah (QS. Al-Kahfi:54)
e. Berkeluh kesah dan kikir (QS. Al-Ma’arij:19-21)
f. Ingkar dan tidak berterima kasih (QS. Al-‘Adiyat: 6)
Namun untuk kepentingan dirinya manusia ia harus senantiasa berhubungan dengan
penciptanya, dengan sesama manusia, dengan dirinya sendiri, dan dengan alam sekitarnya.
2. Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin dikembangkan) beriman
kepada Allah. Sebab sebelum ruh (ciptaan) Allah dipertemukan dengan jasad di rahim
ibunya, ruh yang berada di alam ghaib itu ditanyain Allah, sebagaimana tertera dalam Al-
Qur’an:
Artinya: “apakah kalian mengakui Aku sebagai Tuhan kalian? (para ruh itu menjawab) “ya,
kami akui (kami saksikan) Engkau adalah Tuhan kami”). (QS. Al-A’raf:172)
3. Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya dalam Al-Qur’an surat Az-Zariyat:
Artinya: “tidaklah Aku jadikan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepada-Ku.” (QS.
Az-Zariyat:56)
Mengabdi kepada Allah dapat dilakukan manusia melalui dua jalur, jalur khusus dan jalur
umum. Pengabdian melalui jalur khusus dilaksanakan dengan melakukan ibadah khusus yaitu
segala upacara pengabdian langsung kepada Allah yang syarat-syaratnya, cara-caranya
(mungkin waktu dan tempatnya) telah ditentukan oleh Allah sendiri sedang rinciannya
dijelaskan oleh Rasul-Nya, seperti ibadah shalat, zakat, saum dan haji. Pengabdian melalui
jalur umum dapat diwujudkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang disebut
amal sholeh yaitu segala perbuatan positif yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat,
dilandasi dengan niat ikhlas dan bertujuan untuk mencari keridaan Allah.
4. Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi. Hal itu dinyatakan Allah
dalam firman-Nya. Di dalam surat al-Baqarah: 30 dinyatakan bahwa Allah menciptakan
manusia untuk menjadi khalifah-Nya di bumi. Perkataan “menjadi khalifah” dalam ayat
tersebut mengandung makna bahwa Allah menjadikan manusia wakil atau pemegang
kekuasaan-Nya mengurus dunia dengan jalan melaksanakan segala yang diridhai-Nya di
muka bumi ini (H.M. Rasjidi, 1972:71)
Manusia yang mempunyai kedudukan sebagai khalifah (pemegang kekuasaan Allah) di bumi
itu bertugas memakmurkan bumi dan segala isinya. Memakmurkan bumi artinya
mensejahterakan kehidupan di dunia ini. Untuk itu manusia wajib bekerja, beramal saleh
(berbuat baik yang bermanfaat bagi diri, masyarakat dan lingkungan hidupnya) serta menjaga
keseimbangan dan bumi yang di diaminya, sesuai dengan tuntunan yang diberikan Allah
melalui agama.
5. Disamping akal, manusia dilengkapi Allah dengan perasaan dan kemauan atau kehendak.
Dengan akal dan kehendaknya manusia akan tunduk dan patuh kepada Allah, menjadi
muslim. Tetapi dengan akal dan kehendaknya juga manusia dapat tidak dipercaya, tidak
tunduk dan tidak patuh kepada kehendak Allah, bahkan mengingkari-Nya, menjadi kafir.
Karena itu di dalam Al-Qur’an ditegaskan oleh Allah:
Artinya: “Dan katakan bahwa kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Barangsiapa yang mau
beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang tidak ingin beriman, biarlah ia kafir.”
(QS. Al-kahfi: 29)
Dalam surat Al-Insan juga dijelaskan:
Artinya: “Sesungguhnya kami telah menunjukinya jalan yang lurus (kepada manusia), ada
manusia yang syukur, ada pula manusia yang kafir.” (QS. Al-Insan: 3)
6. Secara individual manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Hal ini dinyatakan
oleh Allah dalam Al-Qur’an :

Artinya: “Setiap orang terikat (bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.” (QS. At-
Thur: 21)
7. Berakhlaq. Berakhlaq adalah ciri utama manusia dibanding mahkluk lain. Artinya manusia
adalah makhluk yang diberikan Allah kemampuan untuk membedakan yang baik dengan
yang buruk. Dalam islam kedudukan akhlaq sangat penting, ia menjadi komponen ketiga
dalam Islam. Kedudukan ini dapat dilihat dalam sunah yang menyatakan bahwa beliau diutus
hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq manusia yang mulia.
Dari ungkapan Al-Qur’an itu jelaslah bahwa manusia berasal dari zat yang sama yaitu tanah.
Pada kesempatan lain Al-Qur’an mengatakan bahwa manusia diciptakan dari air(mani) yang
terpencar dari tulang sulbi(pinggang) dan tulang dada (QS. At-Thariq: 6-7), begitu juga
segala sesuatu (alam).
Dan dalam masa 40 hari mani yang telah terpadu, berangsur menjadi darah segumpal. Untuk
melihat contoh peralihan berangsur kejadian itu, dapatlah kita memecahkan telur ayam yang
sedang dierami induknya. Tempatnya aman dan terjamin, panas seimbang dengan dingin,
didalam rahim bunda kandung, itulah “qararin makin”, tempat yang terjamin terpelihara.
Lepas 40 hari dalam bentuk segumpal air mani berpadu itu diapun bertukar rupa menjadi
segumpal darah. Ketika ibu telah hamil setengah bulan. Penggeligaan itu sangat berpengaruh
atas badan si ibu, pendingin, pemarah, berubah-ubah perangai, kadang-kadang tak enak
makan. Dan setelah 40 hari berubah darah, dia berangsur membeku terus hingga jadi
segumpal daging, membeku terus hingga berubah sifatnya menjadi tulang. Dikelilingi tulang
itu masih ada persediaan air yang kelaknya menjadi daging untuk menyelimuti tulang-tulang
itu.
Mulanya hanya sekumpul tulang, tetapi kian hari telah ada bentuk kepala, kaki dan tangan
dan seluruh tulang-tulang dalam badan. Kian lama kian diselimuti oleh daging. Pada saat itu
dianugerahkan kepadanya “ruh”, maka bernafaslah dia. Dengan dihembuskan nafas pada
sekumpulan tulang dan daging itu, berubahlah sifatnya. Itulah calon yang akan menjadi
manusia. (Dudung Abdullah; 1994: 3)
Tentang ruh (ciptaan-Nya) yang ditiupkan kedalam rahim wanita yang mengandung embrio
yang terbentuk dari saripati (zat) tanah itu, hanya sedikit pengetahuan manusia, sedikitnya
juga keterangan kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang
manusia dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka,
apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalam ruh
(ciptaan)Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan sujud(Al-Hijr(15): 28-29). Yang
dimaksud “dengan bersujud” dalam ayat ini bukanlah menyembah, tapi memberi
penghormatan.
Al-Qur’an tidak memberi penjelasan tentang sifat ruh. Tidak pula ada larangan didalam Al-
Qur’an untuk menyelidiki ruh yang ghaib itu, sebab penyelidikan tentang ruh, mungkin
berguna, mungkin pula tidak berguna. Dalam hubungan dengan masalah ruh ini, Tuhan
berfirman dalam surat Al-Isra’: 85
Artinya : “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah (kepada
mereka) bahwa ruh itu adalah urusan Tuhanku dan kamu tidak diberi pengetahuan kecuali
hanya sedikit” (Mahmud Syalhut, 1980: 116)
Dari uraian singkat mengenai asal manusia itu dapatlah diketahui bahwa manusia, menurut
agama Islam, terdiri dari 2 unsur yaitu unsur materi dan unsur immateri. Unsur materi adalah
tubuh yang berasal dari air tanah. Unsur immateri adalah ruh yang berasal dari alam ghaib.
Proses kejadian manusia itu secara jelas disebutkan dalam Al-Qur’an (dan Al-Hadits) yang
telah dibuktikan kebenarannya secara ilmiah oleh Maurice Bucaile dalam bukunya Bibel,
Qur’an dan Sains Modern terjemahan H.M. Rasjidi (1978)
Al-Qur’an yang mengungkapkan proses kejadian manusia itu antara lain terdapat didalam
surat Al-Mu’minun ayat 12-14(sebagaimana dikutip pada halaman 25), secara ringkas
adalah :
1) Diciptakan dari saripati tanah (sulalatin min thin), lalu menjadi
2) Air mani (nutfhah disimpan dalam rahim), kemudian menjadi
3) Segumpal darah (alaqah), diproses
4) Kami jadikan menjadi segumpal daging (mudhghah)
5) Tulang belulang (‘idhaman)
6) Dibungkus dengan daging (rahman).
7) Makhluk yang (berbentuk) lain (janin?). (Q.S. Al-Mukminun; 12-14)
Ditiup roh (dari Allah) pada hari yang ke 120 usia kandungan
9) Lalu lahir sebagai bayi (Q.S. Al-Hajj; 5)
10) Dia jadikan pendengaran, penglihatan dan hati (Q.S. An-Nahl; 78)
11) Tumbuh anak-anak, lalu dewasa, tua (pikun) (Q.S. Al-Hajj; 5)
12) Kemudian mati (Q.S. Almukminun; 15)
13) Dibangkit (dari kubur) di hari kiamat (Q.S. Al-Mukminun; 16)

Melalui sunahnya, Nabi Muhammad menjelaskan pula proses kejadian manusia, antara lain
dalam hadits berbunyi sebagai berikut:
Artinya : “Sesungguhnya, setiap manusia dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya
selama empat puluh hari sebagai muthfah (air mani), empat puluh hari sebagai ‘alaqah
(segumpal darah) selama itu pula sebagai mudhgah (segumpal daging). Kemudian Allah
mengutus malaikat untuk meniupkan ruh (ciptaan) Allah ke dalam tubuh (janin) manusia
yang berada dalam rahim itu (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dari ungkapan Al-Qur’an dan Al-Hadits yang dikutip diatas, kita dapat mengetahui bahwa
ketika masih berbentuk janin sampai berumur 4 bulan, embrio manusia belum mempunyai
ruh. Ruh itu ditiupkan kedalam janin setelah janin itu berumur 4 bulan (3 x 40 hari). Namun,
dari teks atau nash itu dapat dipahami kalau orang mengatakan bahwa kehidupan itu sudah
ada sejak manusia berada dalam bentuk nuthfah (H.M. Rasjidi, 1984: 5)
Dari proses kejadian dan asal manusia menurut Al-Qur’an itu, Ali Syari’ati, sejarawan dan
ahli sosiologi Islam, yang dikutip oleh Mohammad Daud Ali, mengemukakan pendapatnya
berupa interpretasi tentang hakikat penciptaan manusia. Menurut beliau ada simbolisme
dalam penciptaan manusia dari tanah dan dari ruh (ciptaan) Allah. Makna simbiolisnya
adalah, manusia mempunyai 2 dimensi (bidimensional) : dimensi ketuhanan, dan dimensi
kerendahan atau kehinaan. Makhluk lain hanya mempunyai satu dimensi saja (uni-
dimensional).
Dalam pengertian simbiolis, lumpur (tanah) hitam, menunjuk pada keburukan, kehinaan yang
tercemin pada dimensi kerendahan. Disamping itu, dimensi lain yang dimiliki manusia adalah
dimensi keilahian yang tercemin dari perkataan ruh (ciptaan)-Nya itu. Dimensi ini menunjuk
pada kecenderungan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah, mencapai asaluruh
(ciptaan) Allah dan atau Allah sendiri.
Karena hakekat penciptaan inilah maka manusia pada suatu saat dapat mencapai derajat yang
tinggi, tetapi pada saat yang lain dapat meluncur ke lembah yang dalam, hina dan rendah.
Fungsi kebebasan manusia untuk memilih, terbuka baik kejalan Tuhan maupun sebaliknya,
kejurang hinaan. Kehormatan dan arti penting manusia, dalam hubungan ini, terletak dalam
kehendak bebas (free will)nya untuk menentukan arah hidupnya.
Hanya manusialah yang dapat menentukan tuntutan dan sifat nalurinya, mengendalikan
keinginan dan kebutuhan fisiologisnya untuk berbuat baik atau jahat, patuh atau tidak patuh
kepada hukum hukum Tuhan.

Dari uraian tersebut diatas dapatlah disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan
Allah yang terdiri dari jiwa dan raga, berwujud fisik dan ruh (ciptaan) Allah. Sebagai
makhluk illahi hidup dan kehidupannya berjalan melalui 5 tahap, masing-masing tahap
tersebut “alam” yaitu :
1) Di alam ghaib (alam ruh atau arwah)
2) Di alam rahim
3) Di alam dunia (yang fana ini)
4) Di dalam barzakh dan
5) Di alam akhirat (yang kekal = abadi) yakni alam tahapan terakhir hidup dan kehidupan
(ruh) manusia.

Dari kelima tahapan kehidupan manusia itu, tahap kehidupan ketiga yakni tahap kehidupan di
dunia merupakan tahap kehidupan yang menentukan (melalui iman, taqwa, amal dan sikap)
nasib manusia dalam tahap-tahap kehidupan selanjutnya (4 dan 5) dan keempatnya diakhirat
nanti.
Tidak sedikit ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang manusia, bahkan manusia adalah
makhluk pertama yang disebut dua kali dalam rangkaian wahyu pertama (Q.S. Al-Alaq: 1-5).
Di satu sisi manusia sering mendapat pujian Tuhan. Dibandingkan dengan makhluk-makhluk
lain, ia mempunyai kapasitas yang paling tinggi (Q.S. Hud: 3), mempunyai kecenderungan
untuk dekat kepada Tuhan melalui kesadarannya tentang kehadiran Tuhan yang terdapat jauh
di alam sadarnya (Q.S. Ar-Rum: 43). Manusia diberi kebebasan dan kemerdekaan serta
kepercayaan penuh untuk memilih jalannya masing-masing (Q.S. Al-Ahzab: 72; Al-Ihsan : 2-
3)
Ia diberi kesadaran moral untuk memilih mana yang baik mana yang buruk, sesuai dengan
hati nuraninya atas bimbingan wahyu (Q.S. Asy-Syams(91):7-8). Manusia dimuliakan Tuhan
dan diberi kesempurnaan dibandingkan dengan makhluk lain (Q.S. Al-Isra:70), diciptakan
Tuhan dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tiin(95):4)
Namun disisi lain, manusia ini juga mendapat celaan Tuhan, amat aniaya dan mengikari
nikmat (Q.S. Ibrahim: 34), sangat banyak membantah (Q.S. Al-Hajj: 67) dan kelemahan lain
yang telah disebut didepan. Dengan mengemukakan sisi pujian dan celaan tidak berarti
bahwa ayat-ayat Al-Qur’an bertentangan satu sama lain, tetapi hal itu menunjukkan potensi
manusiawi untuk menempati tempat terpuji, atau meluncur ke tempat tercela.
Al-Qur’an seperti telah disebut di muka, menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah,
kemudian setelah sempurna kejadiannya, Tuhan menghembuskan kepadanya ruh ciptaan-Nya
(Q.S. Sad: 71-72). Dengan “tanah” manusia dipengaruhi oleh kekuatan alam seperti makhluk-
makhluk lain sehingga butuh makanan, minuman, hubungan kelamin, dan sebagainya.
Dengan ruh (ciptaan) Tuhan, ia diantar kearah tujuan non materi yang tidak terbobot, tidak
bersubstansi dan tidak dapat diukur di laboratorium, tidak dikenal oleh alam materi.
Sebenarnya masih banyak lagi kajian tentang manusia,uraian diatas hanya sebagian kecil
tentang manusia yaitu ditinjau dari kacamata Islam,pantaslah istilah diatas mengatakan
“Kenalilah dirimu maka engkau akan kenal siapa Tuhanmu.”
Referensi :
1, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( Buku Teks Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Pada
Universitas Gunadarma ),Penerbit : Universitas Gunadarma,2003.
2.Sumber-sumber lain yang terkait.

Anda mungkin juga menyukai