Pengertian
Kelenjar Adrenal (Suprarenal) atau yang sering disebut dengan kelenjar anak ginjal adalah
kelenjar yang berbentuk seperti segitiga yang terletak di atas ginjal. Berat kelenjar adrenal
adalah sekitar 4 – 5 gram. Kelenjar adrenal tidak mempunyai saluran, oleh karena itu disebut
kelenjar ductless. Melalui sekresi hormonnya, kelenjar adrenal memegang beberapa fungsi
penting di dalam tubuh. Pada manusia kelenjar ini terletak sejajar dengan tulang punggung
thorax ke 12.
Disfungsi kelenjar adrenal merupakan gangguan metabolic yang menunjukkan kelebihan /
defisiensi kelenjar adrenal (Rumohorbo Hotma, 1999).
3. Patofisiologi
Telah dibahas diatas bahwa penyebab sindrom cishing adalah peninggian kadar
glukokortikoid dalam darah yang menetap. Untuk lebih memahami manifestasi klinik
sindrom chusing, kita perlu membahas akibat-akibat metabolik dari kelebihan glikokorikoid.
Korteks adrenal mensintesis dan mensekresi empat jenis hormon:
Glukokortikoid : Glukokortikoid fisiologis yang disekresi oleh adrenal manusia adalah
kortisol.
Mineralokortikoid : Mineralokortikoid yang fisiologis yang diproduksi adalah aldosteron.
Androgen.
Estrogen.
Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan keadan-keadaan seperti dibawah ini:
Metabolisme protein dan karbohidrat.
Glukokortikoid mempunyai efek katabolik dan antianabolik pada protein, menyebabkan
menurunnya kemampuan sel-sel pembentUk protein untuk mensistesis protein, sebagai
akibatnya terjadi kehilangan protein pada jaringan seperti kulit, otot, pembuluh darah, dan
tulang. Secara klinis dapat ditemukan:
o Kulit mengalami atropi dan mudah rusak, luka-luka sembuh dengan lambat.
o Ruptura serabut-serabut elastis pada kulit menyebabkan tanda regang pada kulit berwarna
ungu (striae).
o Otot-otot mengalami atropi dan menjadi lemah.
o Penipisan dinding pembuluh darah dan melemahnya jaringan penyokong vaskule
menyebabkan mudah tibul luka memar.
o Matriks protein tulang menjadi rapuh dan menyebabkan osteoporosis, sehingga dapat
dengan mudah terjadi fraktur patologis.
Distribusi jaringan adiposa.
Distribusi jaringan adiposa terakumulasi didaerah sentral tubuh.
o Obesitas.
o Wajah bulan (moon face)
o Memadatnya fossa supraklavikulare dan tonjolan servikodorsal (punguk bison).
o Obesitas trunkus dengan ekstremitas atas dan bawaH yang kurus akibat atropi otot
memberikan penampilan klasik perupa penampilan Chusingoid.
Elektrolit
Kalau diberikan dalam kadar yang terlalu besar dapat menyebabkan retensi natrium dan
pembuangan kalium. Menyebabkan edema, hipokalemia dan alkalosis metabolik.
Sistem kekebalan
Glukokortikoid mengganggu pembentukan antibody humoral dan menghabat pusat-pusat
germinal limpa dan jaringan limpoid pada respon primer terhadap anti gen.
Gangguan respon imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut ini:
Proses pengenalan antigen awal oleh sel-sel sistem monosit makrofag
o Induksi dan proleferasi limfosit imunokompeten
o Produksi anti bodi
o Reaksi peradangan
o Menekan reaksi hipersensitifitas lambat.
Sekresi lambung
Sekresi asam hidroklorida dan pepsin dapat meningkat. Faktor-faktor protekitif mukosa
dirubah oleh steroid dan faktor-faktor ini dapat mempermudah terjadinya tukak.
Fungsi otak
perubahan psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini ditandai dengan oleh
ketidak stabilan emosional, euforia, insomnia, dan episode depresi singkat.
Eritropoesis
Involusi jaringan limfosit, ransangan pelepasan neutrofil dan peningkatan eritropoiesis.
Namun secara klinis efek farmakologis yang bermanfaat dari glukokortikoid adalah
kemampuannya untuk menekan reaksi peradangan. Dalam hal ini glukokortikoid: dapat
menghambat hiperemia, ekstra vasasi sel, migrasi sel, dan permeabilitas kapiler, menghambat
pelapasan kiniin yang bersifat pasoaktif dan menkan fagositosis.
Penekanan peradangan sangat deperlukan, akan tetapi terdapat efek anti inflamasi yang
merugikan penderita. Pada infeksi akut tubuh mungkin tidak mampu melindungi diri sebagai
layaknya sementara menerima dosis farmakologik. (Sylvia A. Price; Patofisiologi, hal 1090-
1091)
4. Klasifikasi
Sindrom Cushing dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu :
a. Penyakit Cushing
Merupakan tipe Sindroma Cushing yang paling sering ditemukan berjumlah kira-kira 70 %
dari kasus yang dilaporkan.Penyakit Cushing lebih sering pada wanita (8:1, wanita : pria) dan
umur saat diagnosis biasanya antara 20-40 tahun.
b. Hipersekresi ACTH Ektopik
Kelainan ini berjumlah sekitar 15 % dari seluruh kasus Sindroma Cushing. Sekresi ACTH
ektopik paling sering terjadi akigat karsinoma small cell di paru-paru; tumor ini menjadi
penyebab pada 50 % kasus sindroma ini tersebut. Sindroma ACTH ektopik lebih sering pada
laki-laki. Rasio wanita: pria adalah 1:3 dan tertinggi pada umur 40-60 tahun.
c. Tumor-tumor Adrenal Primer
Tumor-tumor adrenal primer menyebabkan 17-19 % kasus-kasus Sindroma Cushing.
Adenoma-adenoma adrenal yang mensekresi glukokortikoid lebih sering terjadi pada wanita,
tetapi bila kita menghitung semua tipe, maka insidens keseluruhan lebih tinggi pada laki-laki.
Usia rata-rata pada saat diagnosis dibuat adalah 38 tahun, 75 % kasus terjadi pada orang
dewasa.
d. Sindroma Cushing pada Masa Kanak-kanak
Sindroma Cushing pada masa kanak-kanak dan dewasa jelas lebih berbeda. Karsinoma
adrenal merupakan penyebab yang paling sering dijumpai (51 %), adenoma adrenal terdapat
sebanyak 14 %. Tumor-tumor ini lebih sering terjadi pada usia 1 dan 8 tahun. Penyakit
Cushing lebih sering terjadi pada populasi dewasa dan berjumlah sekitar 35 % kasus,
sebagian besar penderita-penderita tersebut berusia lebih dari 10 tahun pada saat diagnosis
dibuat, insidens jenis kelamin adalah sama.
6. Komplikasi
a. Krisis Addisonia
b. Efek yang merugikan pada aktivitas koreksi adrenal
c. Patah tulang akibat osteoporosis
i. Penatalaksanaa
a. Terapi Operatif
o Hipofisektomi Transfenoidalis : Operasi pengangkatan tumor pada kelenjar hipofisis
o Adrenalektomi : terapi pilihan bagi pasien dengan hipertrofi adrenal primer
b. Terapi Medis
Preparat penyekot enzim adrenal (metyrapon, aminoglutethimide, mitotane, ketokonazol)
digunakan untuk mengurangi hiperadrenalisme jika sindrom tersebut disebabkan oleh sekresi
ektopik ACTH oleh tumor yang tidak dapat dihilangkan secara tuntas.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN GANGGUAN ADRENAL
A. Pengkajian
Pengumpalan riwayat dan pemeriksaan kesehatan difokuskan pada efek tubuh dari hormone
korteks adrenal yang konsentrasinya tinggi dan pada kemampuan korteks adrenal untuk
berespons terhadap perubahan kadar kortisol dan aldosteron.
a. Data Biografi : nama, usia, jenis kelamin
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Data subjektif
· Amenorea
· Nyeri punggung
· Mudah lelah / kelemahan otot
· Sakit kepala
· Luka sukar sembuh
2) Data objektif
a. Integumen
· Penipisan - Kulit Striae
· Petechie - Hirsutisme (pertumbuhan bulu bulu wajah)
· Ekimosis - Edema pada ekstremitas
· Jerawat - Hiperpigmentasi
· Moonface
· Punuk kerbau (buffalo hump) pada posterior leher
b. Kardiovaskuler
· Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
· Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 4-5 mid klavikula
· Perkusi : Pekak
· Auskultasi : S1 S2 Terdengar tunggal
c. Sistem Pernapasan
· Inspeksi : Pernapasan cuping hidung kadang terlihat, tidak terlihat retraksi intercouste
hidung, pergerakan dada simetris
· Palpasi : Vocal premilis teraba rate, tidak terdapat nyeri tekan
· Perkusi : Suara sonor
· Auskultasi : Terdengar bunyi nafas normal, tidak terdengar bunyi nafas tambahan
ronchi wheezing
d. Muskuloskeletal
· Kelemahan otot
· Miopati
· Osteoporosis
e. Reproduktif: Pembesaran klitoris
f. Makanan dan cairan
· Obesitas
· Hipokalemia
· Retensi natrim
g. Psikiatrik
· Perubahan emosi
· Psikosis
· Depresi
· Penurunan konsentrasi
h. Pembelajaran
· Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, prognosis dan pengobatannya.
B. Diagnosis
a. Kelebihan volume cairan b.d sekresi kortisol berlebih karena sodium dan retensi cairan
b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot dan perubahan metabolisme protein
c. Resiko infeksi b.d penurunan respon imun, respon inflamasi
d. Resiko cidera b.d kelemahan
e. Gangguan integritas kulit b.d kerusakan proses penyembuhan, penipisan dan kerapuhan
kulit
b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot dan perubahan metabolisme protein
Tujuan : Klien menunjukkan aktifitaskembali normal setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan klien dalam 1. Mengetahui tingkat perkembangan
melakukan aktifitas klien dalam melakukan aktivitas
2. Tingkatkan tirah baring / duduk 2. Periode istirahat merupakan tehnik
penghematan energi
3. Catat adanya respon terhadap
aktivitas seperti :takikardi, dispnea, 3. Respon tersebut menunjukkan
fatique. peningkatan O2, kelelahan dan kelemahan
4. Tingkatkan keterlibatan pasien 4. Menambah tingkat keyakinan pasien
dalam beraktivitas sesuai dan harga dirinya secar baik sesuai dengan
kemampuannya tingkat aktivitas yang ditoleransi
5. Berikan bantuan aktivitas sesuai 5. Memenuhi kebutuhan aktivitas klien
dengan kebutuhan
6. Meningkatkan relaksasi dan
6. Berikan aktivitas hiburan yang penghematan energi, memusatkan kembali
tepat seperti : menonton TV dan perhatian dan meningkatkan koping
mendengarkan radi
D. Evaluasi
a. Kebutuhan volume cairan kembali adekuat.
b. Klien toleransi terhadap aktivitas.
c. Infeksi tidak terjadi.
d. Cedera tidak terjadi.
e. Integritas kulit klien kembali normal.
DAFTAR PUSTAKA