Anda di halaman 1dari 15

REFERAT

ILMU PENYAKIT MATA

HORDEOLUM

Pembimbing:
dr. Teguh Anamani, Sp. M

Disusun oleh:
Filliana Savitri
G4A016141

SMF ILMU PENYAKIT MATA


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2017
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS REFERAT

HORDEOLUM

Disusun oleh:
Filliana Savitri
G4A016141

diajukan untuk memenuhi persyaratan mengikuti program profesi dokter pada SMF Ilmu
Penyakit Mata RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Telah disetujui dan dipresentasikan


Pada tanggal, September 2017

Pembimbing,

dr. Teguh Anamani, Sp. M

2
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena atas rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas referat ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para pengikut setianya.
Terima kasih penulis sampaikan kepada para pengajar, fasilitator, dan narasumber SMF Ilmu
Penyakit Mata, terutama dr. Teguh Anamani, Sp.M selaku pembimbing penulis. Penulis
menyadari referat ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaannya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga referat ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi yang
membacanya.

Purwokerto, September 2017

Penulis

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................2
KATA PENGANTAR..................................................................................................3
DAFTAR ISI.................................................................................................................4
I. PENDAHULUAN..................................................................................................5
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................6
A. Anatomi dan Fisiologi Palpebra.........................................................................6
B. Definisi.............................................................................................................10
C. Etiologi.............................................................................................................11
D. Epidemiologi....................................................................................................11
E. Patofisiologi.....................................................................................................12
F. Penegakan Diagnosis.......................................................................................12
G. Penatalaksanaan...............................................................................................14
H. Komplikasi.......................................................................................................15
I. Prognosis..........................................................................................................16
III.KESIMPULAN....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................18

4
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Palpebra berfungsi untuk melindungi bola mata serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya
yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang
berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar, dan pengeringan bola
mata. Palpebra mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan, sedangkan di bagian
belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Beberapa kelainan
palpebra adalah hordeolum (Camara et al., 2002).
Hordeolum merupakan inflamasi akut supuratif yang terjadi pada satu atau lebih kelenjar
palpebra oleh karena infeksi bakteri (Khurana, 2007). Hampir setiap orang beresiko terkena
hordeolum. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja mulai dari anak anak, dewasa, hingga
orang tua. Disebutkan bahwa angka kejadian pada usia dewasa lebih banyak dibandingkan
usia anak-anak. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk mengetahui tentang
hordeolum secara holistic untuk dapat mengenal hingga mencegah penyakit tersebut.

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Palpebra


Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra
merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap
trauma, trauma sinar, dan pengeringan bola mata. Palpebra superior dan inferior
merupakan modifikasi dari lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata
bagian anterior. Berkedip dapat melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi.
Palpebra superior berakhir pada alis mata, sementara palpebra inferior menyatu dengan
pipi. Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke profunda
terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (m. orbicularis oculi), jaringan areolar, jaringan
fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpabrae) (Vaughan, 2011).

Gambar 1. Anatomi Palpebra (Guaning et al., 2017).

6
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan elastis,
dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Musculus Orbicularis oculi
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissura
palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat
berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai
bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar
palpebra disebut bagian orbita. M. orbicularis oculi yang dipersarafi oleh N. facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah musculus orbicularis oculi, berhubungan degan lapis subaponeurotik
dari kulit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang disebut
tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan
kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah). Sudut lateral
dan medial dan juluran tarsus tertambat pada tepian orbita oleh ligament palpebra
lateralis dan medialis. Tarsus superior dan inferior juga tertambat oleh fascia tipis dan
padat pada margo atas dan bawah orbita. Fascia tipis ini membentuk septum orbita
5. Konjungtiva Palpebra
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang
melekat erat pada tarsus. Insisi bedah melalui garis kelabu dari margo palpebra
membelah palpebra menjadi lamela kulit dan musculus orbicularis okuli di anterior dan
lamella tarsal serta konjungtiva palpebra di posterior

7
Gambar 2. Potongan Sagital Kelopak Mata (Lang, 2000)

Panjang tepian bebas palpebra adalah 25-30 mm dan lebar 2 mm. Tepian palpebra
dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian
anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi
kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula
Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.
Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara
kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal) (Ilyas,
2015).
Punctum lacrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra. Punctum ini
berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lacrimalis.
Fisura palpebra adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini berakhir
di cantus medialis dan lateralis. Cantus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan
membentuk sudut tajam.
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muscularis orbicularis yang terletak di
antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum

8
orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior;
septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.
Retractor palpebra berfungsi membuka palpebra. Pada palpebra superior, bagian otot
rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke
depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang
mengandung serat-serat otot polos dari musculus Muller (tarsalis superior). Pada palpebra
inferior, retractor utama adalah musculus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa
untuk membungkus musculus obliquus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus
inferior dan orbicularis oculi. Otot polos dari retractor palpebra dipersarafi oleh nervus
simpatis. Levator dan musculus rektus inferior dipersarafi oleh nervus okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebra adalah a. Palpebra. Persarafan sensorik
kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus trigeminus, sedangkan kelopak mata
bawah oleh cabang kedua nervus trigeminus. Pasokan darah palpebra datang dari arteri
lacrimalis dan arteri ophtalmica melalui cabang-cabang palpebra lateral dan medialnya.
Anastomosis di antara arteri palpebralis lateralis dan medialis membentuk cabang – cabang
tarsal yang terletak di dalam jaringan areolar submuskular. Drainase vena dari palpebra
mengalir kedalam vena ophtalmica dan vena yang membawa darah dari temporal. Vena-vena
tersebut tersusun dalam pleksus pratarsal dan pascatarsal. Pembuluh limfe segmen lateral
palpebra berjalan ke dalam kelenjar getah bening preaurikuler dan parotis. Pembuluh limfe
dari sisi medial palpebra mengalirkan isinya ke dalam getah bening submandibular.

B. Definisi
Hordeolum merupakan inflamasi akut supuratif yang terjadi pada satu atau lebih kelenjar
palpebra oleh karena infeksi bakteri. Hordeolum biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri
Staphylococcus aureus. Jika terjadi infeksi pada beberapa kelenjar, maka hordeolum disebut
hordeolosis. Berdasarkan jenis kelenjar yang terkena, hordeolum dibagi menjadi 2 jenis
yaitu:
1. Hordeolum interna : Infeksi hordeolum pada kelenjar Meibom dengan penonjolan
kearah konjungtiva tarsal.
2. Hordeolum eksterna : Infeksi hordeolum pada kelenjar Zeiss dan Moll dengan
penonjolan kearah kulit palpebra.

9
Gambar 4. Hordeolum Interna (Ehrenhaus, 2014)

Gambar 5. Hordeolum Eksternum (Lang, 2000)

C. Etiologi dan Faktor risiko


Hordeolum biasanya disebabkan oleh kuman Stafilokokus (Staphylococcus aureus adalah
penyebab pada 90 – 95% kasus). Bakteri lain yang dapat menyebabkan hordeolum antara lain
adalah Staphylococcus epidermidis, Streptococcus, dan Eschericia coli (Ilyas, 2015). Faktor
risiko seperti higienitas dan sanitasi yang kurang baik, Imunitas tubuh yang rendah, penyakit
sistemik lain, adanya penyakit lain yang menyertai misalnya dermatitis seboroik bisa
menyebabkan hordeoulm (Ehrenhaus, 2014).

D. Epidemiologi

10
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan jenis
penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada praktek kedokteran.
Insidensi tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin. Dapat mengenai semua usia, tapi lebih
sering pada orang dewasa muda (Lindsey, 2013)

E. Patofisiologi
Infeksi pada hordeolum disebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus aureus. Bakteri
yang masuk ke palpebra ini kemudian menyerang dan menyumbat kelenjar kelenjar yang ada
di palpebra. Infeksi yang terdapat pada kelenjar Meibom menimbulkan hordeolum interna.
Sedangkan hordeolum externa timbul dari blokade dan infeksi kelenjar Zeiss dan Moll.
Reaksi peradangan yang terjadi akibat infeksi bakteri tersebut akan mengaktifkan sistem
imunitas tubuh sehingga penjamu akan merespon hal tersebut dengan melepaskan mediator-
mediator inflamasi seperti warna kemerahan, bengkak dan nyeri (Vaughan, 2011; Bessete,
2010).

F. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Secara umum, gejala yang sering dikeluhkan oleh penderita hordeolum adalah adanya
keluhan berupa pembengkakan pada palpebra, terdapat bengkak pada kelopak mata, nyeri
tekan pada palpebra, kemerahan pada kelopak mata, perasaan mengganjal apabila mata
digerakan. Pada hordeolum interna, pembengkakan berada pada permukaan konjungtiva.
Sedangkan hordeolum externa pembengkakan terjadi pada permukaan kulit palpebra
(Ilyas, 2015).

2. Pemeriksaan Fisik
Secara umum, dalam melakukan pemeriksaan fisik mata terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan visus untuk mengetahui apakah terjadi gangguan visus pada pasien atau
tidak. Kemudian, dilakukan pemeriksaan fisik selanjutnya sebagai berikut:
a. Hordeolum Internal
Tanda yang muncul pada hordeolum internal berupa (Ilyas, 2015 ; Ehrenhaus, 2012):
1) Terdapat penonjolan yang mengarah ke daerah konjungtiva tarsal

11
2) Ukurannya lebih besar dibandingkan hordeolum eksternal
3) Pembengkakan biasanya terlokalisasi pada bagian tarsal plate
4) Terdapat kemerahan pada bagian luar kelopak mata yang terkena hordeolum
5) Nyeri tekan yang amat sangat apabila dilakukan palpasi pada kelopak mata yang
terkena
b. Hordeolum Eksternal
Tanda yang muncul pada hordeolum eksternal berupa (Ilyas, 2015 ; Ehrenhaus,
2012):
1) Terdapat penonjolan di daerah kulit kelopak mata atas atau bawah
2) Terkadar terlihat nanah yang keluar melalui pangkal rambut (bulu mata) berwarna
kuning
3) Biasanya terlokalisasi di sekitar folikerl bulu mata
4) Nyeri tekan saat dilakukan palpasi

G. Diagnosis Banding
1) Kalazion
2) Basal sel karsinoma

H. Penatalaksanaan
1. Hordeolum
a. Medikamentosa
Pada pasien hordeolum interna atau eksterna, dapat diberikan salep antibiotik
Neomicyn 3,5 gram sebanyak 3-4 kali sehari. Dapat juga diberikan obat anti inflamasi
per oral Natrium Diklofenak 100mg sebanyak 3 kali sehari. Dan untuk meredakan
rasa sakit, dapat diberikan obat analgesik Paracetamol 500mg sebanyak 3 kali sehari.
Bila terdapat infeksi Staphilococcus aureus di bagian tubuh lain sebaiknya diberikan
antibiotik sistemik yaitu Ciprofloksasin 250-500 mg atau Amoxicillin 3 kali sehari.
b. Non-Medikamentosa
Untuk mempercepat peradangan, kelenjar dapat diberikan kompres hangat
sebanyak 3 atau 4 kali sehari selama 10-15 menit sampai pus keluar. Pencabutan bulu
mata juga dapat memberi jalan untuk drainase

12
c. Pembedahan
Apabila penatalaksanaan dengan kompres hangat selama 48 jam tidak terjadi
perbaikan, indikasi penatalaksanaan selanjutnya adalah dengan melakukan insisi dan
drainase hordeolum (Vaughan, 2011). Pada insisi hordeolum, terlebih dahulu
diberikan anestesi lokal dengan patokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi
dengan lidokain didaerah hordeolum dan kemudian dilakukan insisi dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Hordeolum interna : dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada
tarsal konjungtiva untuk menghindari cidera pada kelenjar Meibom..
2) Hordeolum eksterna : dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra untuk
meninggalkan bekas luka yang minimal..
Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase isi jaringan radang
didalam kantong dan kemudian diberi salep antibiotic di bagian post insisi.

I. Komplikasi
Komplikasi paling sering pada kejadian hordeolum adalah terjadinya infeksi sekunder
sehingga menginduksi terjadinya kalazion. Selain itu, hordeolum yang terjadi di palpebral
superior juga dapet menginduksi terjadinya deformitas kosmetik seperti kasus yang paling
sering adalah terjadinya blepharoptosis. Pada beberapa kasus, ketika pus pada hordeolum
terutama hordeolum interna mengenai bagian bola mata, seringkali terjadi komplikasi berupa
iritasi kornea (Ilyas, 2013).

J. Prognosis
Hordeolum biasanya sembuh spontan dalam waktu 1-2 minggu. Resolusi lebih cepat
dengan penggunaan kompres hangat dan ditutup bersih. Hordeolum internal terkadang
berkembang menjadi kalazion, sehingga dalam penatalaksanaannya sangat memerlukan
penggunaan steroid topikal atau insisi hordeolum (Wessels, 2010).

13
III. KESIMPULAN

1. Hordeolum merupakan peradangan supuratif yang terjadi pada satu atau lebih kelenjar
palpebra oleh karena infeksi akut bakteri.
2. Apabila infeksi hordeolum terjadi pada kelenjar Meibom maka disebut dengan hordeolum
interna, sedangkan apabila infeksi hordeolum terjadi pada kelenjar Zeiss dan Moll
makadisebut dengan hordeolum eksterna. Jika terjadi infeksi pada beberapa kelenjar, maka
hordeolum disebut hordeolosis.
3. Hordeolum biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus aureus.
4. Penatalaksanaan pada hordeolum baik hordeolum interna ataupun hordeolum eksterna pada
dasarnya memiliki prinsip yang sama. Yang membedakan adalah cara melakukan insisi pada
penatalaksanaan pembedahan.
5. Komplikasi pada jenis penyakit ini juga memiliki komplikasi yaitu apabila terus dibiarkan
tanpa penatalaksanaan yang baik, maka akan mengarah kepada terjadinya keganasan. Begitu
juga dengan prognosis kedua penyakit ini, apabila ditatalaksana dengan baik maka akan
menghasilkan hasil terapi yang baik. Akan tetapi, apabila tidak ditatalaksana dengan baik,
maka akan menginduksi terjadinya keganasan.
.

14
DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Ophtalmology. 2014. Orbital, Eyelids, and Lacrimal System


American Optometric Association. 2014. Age-Related Macular Degeneration
Bessete, M. 2010. Hordeolum and Stye. Available from :
http://medicine.medscape.com/article/798940-overview#a0104
Ehrenhaus, Miachel. 2014. Hordeolum Available from
http://emedicine.medscape.com/article/1213080-overview#showall diakses pada tanggal 15
September 2017.
Ilyas, S. 2015. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FK UI
Jogi, R. 2009. Basic Ophthalmology 4th Edition. Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd:
New Delhi
Khurana, A.K. 2007. Comprehensive Ophtalmology 4th Edition. New Age International: New
Delhi
Lang GK: ophthalmology : a pocket textbook atlas. Ed 2. New York. 2000.
Lindsey, Kristina. 2013. Intervention for acute internal hordeolum. NIH public Access. Volume
9.
Vaughan. 2011. General Ophtalmology. 18th edition. The McGraw-Hill Companies, Inc: United
States
Wessels, I.F. 2010. Chalazion. Taken from: www.emedicine.com

15

Anda mungkin juga menyukai