NIM : 18.02.11.1618
KELAS : C/PAK/IV
MK : TEOLOGI PL
Perjamuan paskah atau yang sering dikenal dengan perjamuan sederhana merupakan
bentuk dasar dari Perjamuan Kudus di dalam Perjanjian Lama. Dalam perjamuan
paskah, darah dan daging memiliki makna keselamatan bagi umat yang merayakannya.
Domba paskah yang disembelih itu menandakan kurban persembahan kepada Allah,
dimana dagingnya dimakan
dan darahnya dibubuhkan di ambang pintu. Ritus ini bukan hanya sekedar sebagai ritus
keagamaan belaka, tetapi juga memiliki dampak yang positif bagi komunitas yang
merayakannya. Sama seperti dalam perjamuan Kudus yang diamanatkan oleh Kristus,
PERJAMUAN PASKAH
perjamuan paskah dirayakan oleh suatu keluarga atau kumpulan beberapa keluarga.
Simbol darah dan daging memang tidak begitu mencolok, tetapi maknanya bisa dilihat
dari pembagian daging dan roti tidak beragi yang mereka olah dalam perayaan tersebut.
Perjamuan paskah mengingatkan bangsa Israel akan penyertaan Allah bagi mereka
ketika keluar dari perbudakan di Mesir. Ini merupakan peristiwa pembebasan sebagai
wujud nyata keadilan sosial,
tidak boleh terjadi perbudakan di hadapan Allah. Darah yang dioleskan di ambang pintu
merupakan darah anak domba paskah, dimana fungsinya adalah sebagai permohonan
pengampunan dosa dan permohonan terselamatkan dari Allah ketika malaikat-Nya
melewati pintu mereka. Ini ada kemiripan dengan perjamuan kudus, di mana darah
Kristus memberikan pengampunan dosa bagi manusia yang meminumnya, Perjamuan
makan merupakan peristiwa
yang unik di dalam Perjanjian Lama, dimana dalam perjamuan tersebut setiap orang
yang berkumpul dipersatukan dalam persekutuan yang saling mengasihi. Persekutuan
ini terjadi
langsung di hadapan Allah sendiri, dan memang persekutuan itu diciptakan dan diikat
oleh Allah sendiri. Dalam perjamuan paskah, setiap orang mendapatkan makanan dan
minuman sesuai dengan apa yang diamanatkan Tuhan, dan tidak boleh ada yang tersisa.
Ini merupakan suatu pesta besar, sehingga ketika ada keluarga yang tidak mampu untuk
merayakannya
karena tidak mampu membeli domba, orang-orang yang kaya akan memberikan bantuan
kepada mereka. Atau, keluarga-keluarga yang tidak mampu berkumpul dan mereka
membeli domba secara bersama (kollektif). Di sinilah letak keadilan jelas terlihat,
bahwa paskah benar-benar bukan hanya untuk makan-makan saja. Tetapi, dalam acara
makan tersebut,
kesejahteraan setiap orang diperhatikan oleh setiap orang pula, sehingga tidak ada yang
hanya memikirkan dirinya sendiri, karena paskah adalah milik Tuhan. Melalui
perjamuan paskah, umat
yang merayakannya akan mengetahui arti penting dari pembebasan, sehingga mereka
pun diamanatkan untuk menjadi para pembebas dalam hidup sehari-hari, Perjamuan
makan tersebut juga dilaksanakan dalam suasana yang penuh damai, sebab setiap orang
memiliki
pekerjaannya masing-masing, dan saling membutuhkan. Ini mirip sekali dengan
perjamuan
kasih yang dilakukan oleh para diaken. Jadi, perjamuan paskah menciptakan suasana
yangdamai, penuh kasih, Persekutuan, dan puncak dari semuanya adalah keadilan sosial
sebagaimana pembebasan yang telah dilakukan Tuhan pada bangsa itu.
IBADAH DALAM PL
Kata “ ibadah “ dalam Perjanjian lama dipakai sebanyak 34 kali, dan kata “ ibadah “
muncul pertama kali dalam Keluaran 3:12. Dalam versi bahasa aslinya, ada dua kata
yang digunakan untuk menunjukkan kata ibadah ini, yaitu ta’ abduwn dan sachah. Ta
abduwn berasal dari kata “abad” yang secara etimologi berarti mengerjakan (dalam
banyak pengertian, perasaan ), yang berimplikasi meladeni, melayani atau menjalankan,
mengerjakan dalam perbudakan, ikatan atau mengikat, memaksa/ mendorong,
mendengar, melaksanakan, memelihara, kebaktian, ditempa atau dibuat ( iron besi ),
memuja.[1] Sementara shachah berarti “ menundukkan diri“ sedangkan dalam bahasa
Yunaninya adalah “ proskuneo “ yang berarti menyembah atau mencium tangan
kepada ... “[2]. Jika kedua pengertian tersebut digabungkan, maka ibadah itu berarti
pengungkapan diri yang muncul dari kesadaran, perasaan dan keputusan. Dari kedua
kata di atas bisa disimpulkan bahwa ibadah merupakan satu bentuk kegiatan meladeni,
melayani, mendengar, melaksanakan, memelihara, memuja, menundukkan diri,
menyembah, seseorang atau oknum yang lebih tinggi yang dalam hal ini adalah Tuhan
Allah. Dengan kata lain, ibadah merupakan suatu respon manusia terhadap apa yang
sudah Tuhan lakukan baginya.
Secara semantik, ibadah adalah suatu bentuk aktifitas yang membawa perbuatan, hati,
dan menyenangkan hati Tuhan. Menurut Browning, ibadah merupakan bentuk hormat
kita kepada Allah (Kel 20:1-6) namun yang dinyatakan dalam gerak isyarat dan
perkataan tepat, pantas, yang juga dilaksanakan dalam sikap perbuatan dan hidup (Am
5:21-24)[3]. Tujuannya adalah supaya umat beribadah kepada Allah (Kel. 7:16, 8:1).
Ibadah dipahami sebagai tanggapan hati yang percaya kepada Allah. Ketika kita
berbicara tentang ibadah, maka kita tidak bisa lepas dari istilah kultus, yaitu untuk
menyebut aspek-aspek formal dan ritual dari peribadatan dalam Perjanjian Lama.
Kultus atau upacara ibadah hanya merupakan bentuk tanggapan Israel terhadap
penyingkapan Allah. Upacara ibadah yang ditentukan Allah bagi Israel harus menjadi
pengungkapan yang nyata dari iman mereka. Allah memberi tahu kepada umat-Nya
mengenai cara beribadah kepada-Nya, bukan hanya karena mereka tidak tahu caranya
tetapi karena mereka tidak layak untuk beribadah