Anda di halaman 1dari 18

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Distribusi
Perusahaan yang melakukan kegiatan distribusi hendaknya melakukan
pendistribusian dengan baik karena kegiatan distribusi adalah salah satu bagian
yang sangat penting, karena proses pendistribusian merupakan salah satu dari
sistem operasional perusahaan. Oleh karena itu pendistribusian yang efektif dan
efisien sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja dan produktifitas
perusahaan. Distribusi yang efektif akan memperlancar arus atau akses barang
dari produsen ke konsumen sehingga dapat diperoleh kemudahan dalam
mendistribusikannya, disamping itu konsumen juga akan dapat memperoleh
barang sesuai dengan yang diperlukannya.
Pengertian distribusi adalah bagian yang bertanggung jawab terhadap
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian aliran material dari produsen ke
konsumen dengan suatu keuntungan. Jenis-jenis distribusi persedian terdiri
daridistribusi fisik, sistem distribusi Push and Pull dan Distribution Requirement
Planning (Mufti, 2012).

2.1.1 Konsep Distribution Requirement Planning


Distribution Requirement Planning adalah suatu metode untuk menangani
pengadaan persediaan dalam suatu jaringan distribusi multi eselon. Metode ini
menggunakan demand independent, dimana dilakukan peramalan untuk
memenuhi struktur pengadaannya. Berapapun banyaknya level yang ada dalam
jaringan distribusi, semuanya merupakan variabel yang dependent kecuali level
yang langsung memenuhi constumer.
Distribution Requiremeni Planning lebih menekankan pada aktivitas
pengendalian dari pada kegiatan pemesanan. DRP mengantisipasi kebutuhan
mendatang dengan perencanaan pada setiap level pada jaringan distribusi. Metode
ini dapat memprediksi masalah-masalah sebelum masalah-masalah tersebut benar
benar terjadi memberikan titik pandang terhadap jaringan distribusi (Andayani,
2007).

5
6

Distribusi dari produk sering menciptakan hirarki dari lokasi


penyimpanan, yang dapat meliputi: pusat-pusat produksi (manufakturing centers),
Pusat – pusat distribusi (distribution centers), dan pengecer (retailers). Distribusi
barang sering dikenal dengan istilah: logistik, nama yang sering digunakan dalam
lingkungan militer.
Distribusi dari barang yang mengacu pada hubungan yang ada diantara
titik produksi dan pelanggan akhir, yang sering terdiri dari beberapa jenis
invntoriyang harusnya dikelola.Tujuan utama dari manajemen distribusi inventori
adalah memperoleh inventori tempat yang tepat, pada waktu yang tepat,
spesifikasi kualitas yangtepat, serta pada ongkos yang memadai. Tujuan ini untuk
mencapai tingkat pelayanan pelanggan (Costumer Service Level) yang diinginkan
pada atau dibawah tingkat ongkos yang telah ditetapkan (Gasperz dan Vincent,
2004).
Keputusan-keputusan distribusi akan mempengaruhi:
1. Fasilitas
2. Transportasi
3. Investasi inventori
4. Frekuensi kehabisan stok (stocout)
5. Manufakturing
6. Komunikasi dan pemrosesan data

2.1.2 Fungsi Distribution Requirement Planning


Distribution Requirement Planning sangat berperan baik untuk sistem
distribusi manufaktur yang integrasi maupun sistem distribusi murni.Dengan
kebutuhan persediaan time phasing pada tiap level dalam jaringan distribusi, DRP
memiliki kemampuan untuk memprediksi suatu problem benar-benar terjadi.
Sistem Distribution Requirement Planning bekerja berdasarkan penjadwalan yang
telah dibuat untuk permintaan di masa yang akan datang sehingga mampu
mengantisipasi perencanaan masa depan dengan perencanaan yang lebih dini pada
setiap level distribusi. Untuk organisasi manufaktur, yang memproduksi untuk
memenuhi persediaan serta untuk dijual melalui jaringan distribusinya
7

sendiri.Performansi dapat ditingkatkan dengan mengintegrasikan sistem MRP dan


DRP sekaligus (Andayani, 2007).

2.1.3 Sistem Distribusi Dorong (Push) dan Tarik (Pull)


Dalam distribusi "dorong" PDU menentukan apa dan berapa yang perlu
didistribusikan dan di kirim ke PDR atau PDL, sedangkan dalam sistem distribusi
"tarik" masing-masing pusat distribusi pada tingkat bawah menentukan apa yang
diperlukan dan itu yang dipesan ke PDU untuk dikirim (Andayani, 2007).
Ada dua (2) perbedaan penting bila kita berbicara tentang penimbunan
persediaan, yaitu sistem Pull dan sistem Push. Kedua sistem ini dapat
didefinisikan sebagai berikut:
1. Sistem Tarik (Pull)
Adalah suatu sistem di mana operasi (produksi, pengadaan, pemindahan
material,distribusi, produk, dan sebagainya) terjadi sebagai respon atas
tanda atau isyarat yang diberikan oleh pemakai pada eselon yang lebih
rendah dari sistem (distribusi). Tujuan sistem ini adalah untuk membeli,
menerima, memindahkan, membuat dengan tepat apa yang dibutuhkan,
dan agar tidak terjadi penyimpanan atas item yang tidak dibutuhkan.
2. Sistem Dorong (Push)
Adalah suatu sistem dimana operasi-operasi di atas terjadi sebagai respon
atas jadwal yang telah dibuat sebelumnya tanpa harus mempertimbangkan
status nyata dari operasi tersebut.Tujuan seperti ini adalah untuk menjaga
konsistensi jadwal yang telah dibuat.

2.2 Distribusi Persediaan


Persediaan merupakan semua barang dan bahan yang dipakai dalam proses
produksi dan distribusi perusahaan. Jadi distribusi persediaan adalah suatu
aktifitas perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian proses produksi dan
distribusi perusahaan dari produsen hingga sampai ke konsumen untuk
memperoleh suatu keuntungan.
Distribusi sangatlah penting, sebab pada umumnya pemasok pabrikan, dan
pelanggan yang potensial tersebar luas secara geografis dengan meluasnya pasar,
8

tentunya akan diikuti dengan peningkatan volume produksi, maka biaya


pembelian atau biaya produksi akan berkurang, sehingga akan meningkatkan
keuntungan perusahaan untuk mendukung hal tersebut dibutuhkan sistem
distribusi yang baik. Beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi adalah
saluran distribusi, jenis pasar yang akan dilayani, karakteristik produk, jenis
transportasi yang digunakan. Distribusi persediaan adalah suatu aktifitas
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian proses produksi dan distribusi
perusahaan dari produsen hingga sampai ke konsumen untuk memperoleh suatu
keuntungan.
Distribusi persediaan sangatlah penting, sebab pada umumnya pemasok
pabrikan dan pelanggan yang potensial tersebar luas secara geografis dengan
meluasnya pasar, tentunya akan diikuti dengan peningkatan volume produksi,
maka biaya pembelian atau biaya produksi akan berkurang, sehingga akan
meningkatkan keuntungan perusahaan untuk mendukung hal tersebut dibutuhkan
sistem distribusi yang baik.

2.2.1 Fungsi Persediaan


Persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarikan. Beberapa fungsi
persediaan adalah sebagai berikut:
1. Fungsi independensi
2. Fungsi ekonomis
3. Fungsi antisipasi
4. Fungsi fleksibilitas
Persediaan mempunyai beberpa fungsi dalam memenuhi kebutuhan,
diantaranya adalah sebagai berikut (Assauri, 1993) :
1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan
yang dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga
harus di kembalikan.
9

2.2.2 Jenis Persedian


Persediaan dapat dibedakan dalam lima jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Persediaan bahan baku (raw materials stock) yaitu persediaan dari barang-
barang yang digunakan dalam proses produksi, dimana barang tersebut
diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari supplier yang
menghasilkan bahan baku bagiperusahaan yang menggunakannya.
2. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in
process) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap proses yang
kemudian diproses kembali menjadi barang jadi.
3. Persediaan barang-barang pembantu atau perlengkapan (supplier stock)
yaitupersediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi
untuk membantu menghasilkan produk tetapi tidak merupakan bagian
komponen dari barang jadi.
4. Persediaan komponen produk (components stock) yaitu persediaan barang-
barang yangterdiri dari komponen-komponen diterima dari perusahaan
lain, yang dapat secaralangsung di-assembling dengan komponen lain,
tanpa melalui proses produksi sebelumnya.
5. Persediaan barang jadi (finished good stock) yaitu persediaan barang-
barang yang telah selesai diproses dan siap untuk dijual kepada pelanggan
atau perusahaan lain.

2.2.3 Biaya-biaya Dalam Sistem Persediaan


Tujuan dari adanya pengaturan persedian adalah untuk menentukaan
bahan baku dan barang jadi pada jumlah yang tepat, waktu yang tepat dan biaya
rendah, untuk itu ada empat parameter yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
1. Biaya pembelian (Purchasing Cost)
Biaya pembelian adalah biaya yang keluarkan untuk membeli
barang.Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang
dibeli dan harga satuan. Biaya pembelian manjadi faktor penting ketika
harga yang tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini akan
diistilahkan sebagai quantity discount atau price break, dimana harga
barang perunit akan turun bila jumlah barang yang dibeli meningkat.
10

Dalam kebanyakan teori persediaan, komponen biaya pembelian ini tidak


dimasukkan kedalam total biaya sistem persediaan karena diasumsikan
bahwa harga barang per unit tidak dipengaruhi oleh jumlah barang yang
dibeli sehingga komponen biaya pembelian untuk periode waktu tertentu
(misalnya 1tahun) konstan akan hal ini tidak akan mempengaruhi jawaban
optimal tentang berapa banyak barang yang harus disimpan.
2. Biaya Pengadaan (Procurement Cost)
Biaya pengadaan dibedakan atas dua jenis sesuai asal usul barang, yaitu
biaya pemesanan (Ordering Cost) bila barang yang diperlukan diperoleh
dari pihak luar (Supplier) dan biaya pembuatan (Setup Cost) bila barang
diperoleh dengan memproduksi sendiri.
3. Biaya Pemesanan (Ordering Cost)
Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk
mendatangkan barang dari luar.Biaya ini meliputi biaya menentukan
pemasok (Supplier), pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya
pengangkutan, biaya pengiriman dan seterusnya.Biaya ini di asumsikan
konstan untuk setiap kali pesan.
4. Biaya Penyimpanan (Holding Cost/Carrying Cost)
Biaya penyimpanan yaitu semua pengeluaran yang timbul akibat
menyimpan barang atau biaya yang diperlukan untuk mengadakan dan
memelihara persediaan.

2.2.4 Ukuran Lot dan Persediaan Pengamanan


Ukuran lot adalah jumlah minimum pesanan yang didasarkanatas
ketetntuan pemasok. Hal ini hanya sebagian yang benar karena sebetulnya ukuran
lot ditentukan oleh beberapa faktor yaitu (richardus, 2003):
1. Ketentuan Pemasok
2. Perhitungan Ekonomis (EOQ)
3. Ukuran Kontainer Pengiriman
4. Total Ukuran Beras atau Volume
Dalam hal persediaan pengaman, perlu diperhaikan bahwa pengadaan
persediaan pengaman ini berbeda antara sistem distribusi satu tingkatatau tunggal
11

dengan sistem distribusi multingkat. Dalam distribusi multingkat, harus dihindari


adanya duplikasi penimbunan persediaan pengaman.
Teknik-teknik penentuan ukuran lot diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Economic Order Quantity ( EOQ)
2. Lot Or Lot ( LFL)
3. Fixed Order Interval (FOI)
4. Period Order Quantity ( POQ)
5. Least Uni Cost
6. Part Period Balancing
7. Wagner Within Algoritma
8. Fixed Period Requirement
Ukuran lot tidak didasarkan pola minimasi biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan, bila biaya penyimpanan tidak didefinisikan baik secara marginal
maupun incremental. Bahwa untuk menetapkan biaya kehabisan persediaan
adalah sangat sulit, kalau tidak dapat dikatakan hampir tidak mungkin. Misalnya
dalam suatu perusahaan manufaktur didapatkan situasi seperti berikut ini.karena
sering kali harga komponen suku cadang tidak dijual secara individual, maka
nilai nyata dalam proses produksi sulit ditentukan. Apabila karena terjadi
kehabisan persediaan, lalu hal ini menyebabkan timbulnya kendala atau
berhentinya suatu proses produksi, maka nilai kerugiannya juga sangat sulit
dihitung. Di samping itu tidak realistis bila, biaya karena kehabisan persediaan
sebanyak dua buah suku cadang tertentu sama dengan dua kali biaya karena
kehabisan persediaan sebanyak dua buah suku cadang tertentu sama dengan dua
kali biaya karena kehabisan persediaan sebuah suku cadang bukan merupakan
suatu konstanta. Oleh karena itu ada pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu
dengan menggunakan konsep tinghkat layanan (service level).
Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Apabila suatu perusahaan
menetapkan layanan sebesar 95%, berarti perusahaan tersebut bersedia
menanggung kemungkinan kehabisan persediaan sebesar 5%, dan seterusnya.
12

2.2.5 Sistem Persediaan Demand Independent Model Determinitik


Dalam sistem persediaan demand independent model deterministik terdiri
dari sistem economic order quantity (EOQ) single item dan economic order
quantity (EOQ) multi item.
1. Sistem Economic Order Quantity (EOQ) Single Item
Ukuran dari sebuah order yang meminimumkan total biaya persediaan
dikenai sebagai Economic Order Quantity (EOQ). Model persediaan klasik dari
EOQ dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Model Persediaan Klasik


Dimana :
Q = Ukuran Lot
Q/2 = Rata-rata persediaan
B = Titik order kembali
Ac = ce = Intervaantarlorder
Ab = cd =ef = lead time
Untuk mendapatkan ukuran lot dengan biaya minimum (EOQ), diturunkan
total biaya annual terhadap ukuran lot (Q) dan semakin mendekati hasil nol.

.................................................................................(2.1)
Sehingga didapatkan rumusnya EOQ:

..............................................................................(2.2)
13

Setelah EOQ diketahui dapat ditentukan ekspektasi jumlah order m:

.............................................................................(2.3)

Rata-rata tenggang waktu dan order T, rumusnya:

.........................................................................(2.4)
Titik pemesanan kembali didapatkan dengan menentukan demand yang
akan terjadi selama periode Lead Time. Jika Lead Time L dinyatakan dalam bulan,
rumus titik order:

.........................................................................................(2.5)
Total biaya minimum didapatkan dengan mensubsitusikan nilai Qo pada Q
dalam pemesanan total biaya manual dan dapat dilihat pada Gambar 2.2.
TC(Q*) = PR + HQ*

Gambar 2.2 Kurva Total Cost Minimum


2. Economic Order Quantity (EOQ) Multi Item
Ada beberapa jenis itemyang merupakan model EOQ yaitu sebagai
berikut:
a. Tingkat permintaan untuk setiap jenis item bersifat konstan dan
diketahui dengan pasti, lead time juga diketahui dengan pasti. Oleh
karena itu, tidak ada stock out.
14

b. Lead timenya sama untuk semua item, dimana semua item yang dipesan
akan dating pada satu titik waktu yang sama untuk setiap siklus.
c. Holding cost, harga per-unit dan ordering untuk setiap item yang
diketahui.

2.3 Peramalan
Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa
datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu, dan
lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa.
Peramalan tidak terlalu dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang stabil,
karena perubahan permintaan relatif kecil. Dalam kondisi pasar bebas,
permintaan pasar lebih bersifat kompleks dan dinamis karena permintaan tersebut
tergantung dari keadaan sosial, ekonomi, politik, aspek teknologi, produk pesaing,
dan produk subtitusi. Oleh karena itu peramalan yang akurat merupakan informasi
yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan manajemen.
Peramalan memerlukan berbagai kegiatan untuk mengenali dan memantau
berbagai sumber permintaan akan produk dan jasa, yang meliputi peramalan,
mencatat pesanan, membuat janji penyerahan, menentukan kebutuhan unit-unit
operasional untuk mengkordinasikan seluruh kegiatan secara terpadu. Sasaran
peramalan dapat dikategorikanberdasarkan jangka waktunya ke dalam sasaran
jangka panjang, jangka menengah, jangka pendek, dan segera (Baroto, 2003).

2.3.1 Peran Teknik Peramalan


Komitmen tentang peramalantelah tumbuh karena beberapa faktor:
1. Karena meningkatnya kompleksitas organisasi dan lingkungan hal ini akan
menjadikan semakin sulit bagi pengambil keputusan untuk memperhatikan
semua faktor secara memuaskan.
2. Dengan meningkatkan ukuran organisasi, maka bobot dan kepentingan
suatu keputusan telah meningkat pula, lebih banyak keputusan yang
memerlukan peramalan khusus.
3. Lingkungan dari kebanyakan organisasi telah berubah dengan cepat
sehingga keterkaitan yang harus dimengerti oleh organisasi berubah-ubah
15

dan pengalaman memungkinkan bagi organisasi untuk memperlajari


keterkaitan yang melibatkan klasifikasi tindakan secara gambling
(eksplisit).

2.3.2 Model-model Peramalan


Terdapat dua jenis model peramalan yang utama yaitu: model deret
berkala (time series) dan model regresi (kausal). Pada jenis pertama, pendugaan
masa depan dilakukan berdasarkan nilai masa lalu dari suatu variabel atau
kesalahan masa lalu. Tujuan metode peramalan deret berkala adalah menentukan
pola dalam deret histori dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan.
Model kausal di pihak lain mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan
menunjukkan suatu hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel bebas.
Langkahpenting dalam memilih suatu metode deret berkala (time series) yang
tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang
paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji. Pola data dapat dibedakan menjadi
empat jenis dan dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut ini:
1. Pola Horizontal (H)
2. Pola Musiman (S)
3. Pola Siklus (C)
4. Pola Trend (T)

Gambar 2.3 Jenis Pola Data


16

2.3.3 Metode Peramalan


Metode peramalan merupakan suatu metode atau teori pendekatan
kemungkinan akan terjadinya suatu kejadian di masa yang akan datang dengan
menganalisa keadaan waktu-waktu yang lalu. Penyusunan peramalan yang
berdasarkan pada data historis yang ada seringkali menggunakan trend untuk
melaksanakan perhitungan peramalan penjualan.
1. Model Peramalan Kualitatif
2. Model Peramalan Kuantitatif
3. Metode Double Moving Average (Moving Average With Trend)

2.3.4 Pengujian Peramalan


Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode MRC (Moving
Range Chart).Tujuannya adalah untuk memeriksa peramalan-peramalan yang
telah dilakukan, apakah data hasil peramalan sudah dalam kondisi yang terkecil
atau belum. Langkah-langkah dalam pembuatan MRC adalah sebagai berikut:
1. Menghitung rentang bergerak (Moving Range)

...................................................(2.6)
Dimana :
Y t = data aktual tahun tertentu
Y = data hasil peramalan tahun tertentu
2. Menghitung rata-rata rentang bergerak

.......................................................................(2.7)
3. Menghitung batas-batas kontrol

.........................................................(2.8)
17

2.3.5 Reorder Point System (ROP)


Dalam sistem ROP setiap pusat distribusi pada tingkat lebih rendah
meramalkan permintaan untuk produk guna melayani pelangganya,
kemudianmemesan dari pusat distribusi pada tingkat lebih tinggi (main
warehouse) apabila kuantitas dalam stock pada pusat distribusi pada tingkat lebih
rendah (branch warehouse) mencapai ROP. ROP dan stock pengaman ditentukan
secara konvensional.
Sistem tarik dengan ROP menimbulkan Cascading effect, yaitu: input ke
setiap tingkat adalah output dari tingkat atau tahap sebelumnya, sehingga
menyebabkan saling ketergantungan di antara tingkat-tingkat dalam sistem
distribusi.
Pada dasarnya metode ROP merupakan suatu teknik pengisian kembali
inventori apabila total stock on-hand plus on-order jatuh atau berada dibawah titik
pemesanan kembali (reorder point = ROP). ROP merupakan metode inventori
yang menempatkan suatu pesanan untuk lot tertentu apabila kuantitas on-hand
berkurang sampai tingkat yang ditentukan terlebih dahulu yang dikenal sebagai
titik pemesanan kembali (ROP). ROP dihitung berdasarkan formula sebagai
berikut:
ROP = DLT + SS ...............................................................................................(2.9)
Dimana:
ROP = Titik pemesanan kembali (Reorder Point)
LT = Permintaan selama waktu tunggu (Demand During Lead Time )
SS = Stock pengaman (Safety Stock)
Ada empat faktor yang menentukan ROP yaitu:
1. Tingkat permintaan
2. Waktu tunggu
3. Ketidakpastian dalam permintaan dan waktu tunggu pengisian kembali
4. Kebijaksanaan manajemen berkaitan denga tingkat pelayanan pelangaan
yang dapat diterima.
18

2.4 Penelitian Terdahulu


Berikut ini merupakan penelitian-penelitian sebelumnya yang digunakan
sebagai acuan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Dini wahyuni (2013), Dengan judul penelitian “Perencanaan dan
Penjadwalan Aktivitas Distribusi dengan Menggunakan Distribution
Requirement Planning (DRP) di PT XYZ”. Sistem distribusi merupakan
salah satu pilar yang penting dalam kelangsungan dan keberhasilan
perusahaan. Oleh karena itu diperlukan manajemen yang baik untuk
mengatur sistem distribusi agar bekerja dengan baik. Kinerja sistem
distribusi yang baik dapat dilihat dari ketersediaan barang pada setiap
distribution center. Sistem distribusi di perusahaan tempat penelitian telah
cukup baik dimana adanya sistem pencatatan yang terintegrasi dan
terkomputerisasi dalam setiap aktivitas distribusi yang terjadi. Namun
dalam hal penjadwalan aktivitas distribusi masih terjadi inefisiensi yang
dapat diidentifikasi dari biaya transportasi sebesar 5,6 milyar rupiah per
tahun. Metode yang digunakan untuk merancang perbaikan sistem
distribusi adalah metode Distribution Requirement Planning (DRP).
Metode ini dimulai dengan peramalan permintaan 1 tahun ke depan.
Permintaan tersebut kemudian dialokasikan ke dalam DRP worksheet
menggunakan software Cargowiz sehingga didapatkan jadwal perencanaan
distribusi yang optimal. Dari hasil perancangan yang dilakukan,
didapatkan bahwa dengan menerapkan DRP pada sistem distribusi
perusahaan dapat diperoleh penghematan biaya transportasi sebesar
7,87%. Diharapkan dengan menggunakan sistem ini perusahaan dapat
mengurangi biaya distribusinya dan proses distribusi produk menjadi
semakin lancar.
2. M.Ridho Akmal (2013), Dengan judul penelitian “Usulan Perbaikan
Sistem Penjadwalan Distribusi menggunakan metode Distribution
Requirement Planning (DRP)”. Suatu perusahaan akan dihadapkan pada
masalah yang berhubungan dengan sistem distribusi. Masalah ini timbul
karena konsumen berada pada lokasi terpisah secara geografis, hal ini
mengakibatkan pentingnya penyimpanan persediaan pada beberapa lokasi
19

PT. Coca Cola Amatil Cabang Pekanbaru merupakan main dealer


(distributor) resmi sebuah perusahaan dagang yang bergerak didalam
bidang pemasaran minuman ringan tanpa alkohol, perusahaan ini memiliki
berbagai jenis produk, namun dalam penelitian ini kami mengambil jenis
produk Coca–Cola, Sprite,Fanta dan Frestea (dalam kemasan krat).
Pengiriman produk dilakukan sesuai dengan permintaan masing-masing
konsumen dengan menggunakan sarana transportasi darat. Sistem
distribusi PT. Coca Cola Amatil Cabang Pekanbaru yang saat ini
dijalankan oleh perusahaan memiliki beberapa kelemahan. Diantaranya
adalah sering terjadinya kelebihan atau kekurangan terhadap permintaan
produk dan keterlambatan pengiriman produk atas suatu pesanan. Dengan
adanya masalah tersebut, maka dilakukan penelitian dengan metode
Distribution Requirement Planning (DRP) dengan harapan dapat
dilakukan pendistribusian produk dari pabrik ke kota– kota distribusi
secara optimal. Distribution Requirement Planning adalah suatu metode
untuk menangani pengadaan persediaan dalam suatu jaringan distribusi
multi eselon. Tujuan dari Distribution Requirement Planning (DRP), yaitu
melakukan perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi yang baik,
sehingga keberhasilan dalam pemenuhan permintaan pelanggan akan
menjadi lebih optimal. Hasil Penelitian ini berupa penjadwalan yang dapat
digunakan untuk mendukung aktifitas distribusi supaya lebih terkelola
dengan baik dan dapat mengurangi stock out dan over stock.
3. Amiruddin (2015), Dengan judul penelitian “Perencanaan dan
Penjadwalan Aktivitas Distribusi menggunakan Distribution requirement
planning (DPR) di PT Semen Tonasa”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektifitas perencanaan penjadwalan Distribution Requirement
Planning (DRP) 2008-2013 dalam menurunkan total biaya yang terkait
dengan aktivitas distribusi, selain itu penelitian ini bertujuan untuk
memproyeksikan penjualan dengan melakukan perencanaan penjadwalan
Distribution Requirement Planning (DRP) periode 2014-2018. Data
penelitian ini diperoleh dari perusahaan terutama biro penjualan PT Semen
Tonasa, studi kepustakaan laporan tahunan perseroan, dan observasi, Dari
20

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan mengeluarkan total


biaya terkait aktivitas distribusi sebesar Rp. 7,536,728,631,621, dan
dengan menggunakan metode Distribution Requirement Planning (DRP)
diperoleh total biaya periode 2009-2013 sebesar 7,395,451,989,731.00.
Dari penelitian ini diperoleh penurunan total biaya sebesar Rp.
141,276,641,890.00 atau 2% dibandingkan metode perusahaan.Hal ini
menunjukkan bahwa Distribution Requirement Planning (DRP) efektif
menurunkan total biaya terkait aktivitas distribusi PT Semen Tonasa. Dari
hasil perencanaan penjadwalan menggunakan Distribution Requirement
Planning (DRP) periode 2014-2018 didapatkan peramalan penjualan,
sebesar 5,316,430 ton pada tahun 2014, 5,930,110 ton pada tahun 2015,
6,338,030 ton tahun 2016, 6,745,940 ton pada tahun 2017, dan 7,153,860
ton tahun 2018 dan proyeksi persediaan sebesar 0 atau tanpa persediaan.
21

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Masalah Variabel Hasil Penelitian

1 Dini Wahyuni 2013 Perencanaan dan Dalam hal penjadwalan Data permintaan Dari hasil perancangan yang
Penjadwalan aktivitas distribusi masih produk, harga dilakukan, didapatkan bahwa dengan
Aktivitas Distribusi terjadi inefisiensi yang produk, biaya menerapkan DRP pada sistem
dengan dapat diidentifikasi dari pemesanan, biaya distribusi perusahaan dapat diperoleh
Menggunakan biaya transportasi sebesar penyimanan, biaya penghematan biaya transportasi
Distribution 5,6 milyar rupiah per tahun. pengiriman, data sebesar 7,87%.
Requirement lead time
Planning (DRP) di
PT XYZ

2 M. Ridho 2013 Usulan Perbaikan Sering terjadinya kelebihan Data permintaan Hasil Penelitian ini berupa
Akmal Sistem atau kekurangan terhadap produk, harga penjadwalan yang dapat digunakan
Penjadwalan permintaan produk dan produk, biaya untuk mendukung aktifitas distribusi
Distribusi keterlambatan pengiriman pemesanan, biaya supaya lebih terkelola dengan baik dan
menggunakan produk atas suatu pesanan. penyimanan, biaya dapat mengurangi stock out dan over
metode pengiriman, data stock.
Distribution lead time.
Requirement
Planning (DRP) di
PT. Coca Cola
Amatil Cabang
22

Pekanbaru.

3 Amiruddin 2015 Perencanaan dan Tingginya total biaya yang Data permintaan Dari penelitian ini diperoleh
Penjadwalan terkait dengan aktivitas produk, harga penurunan total biaya sebesar Rp.
Aktivitas Distribusi distribusi serta produk, biaya 141,276,641,890.00 atau 2%
menggunakan memproyeksikan penjualan pemesanan, biaya dibandingkan metode perusahaan.
Distribution dengan melakukan penyimanan, biaya Dari hasil perencanaan penjadwalan
Requirement perencanaan penjadwalan pengiriman, data menggunakan Distribution
Planning (DPR) di Distribution Requirement lead time Requirement Planning (DRP) periode
PT Semen Tonasa Planning (DRP) periode 2014-2018 didapatkan peramalan
2014-2018 penjualan, sebesar 5,316,430 ton pada
tahun 2014, 5,930,110 ton pada tahun
2015, 6,338,030 ton tahun 2016,
6,745,940 ton pada tahun 2017, dan
7,153,860 ton tahun 2018 dan
proyeksi persediaan sebesar 0 atau
tanpa persediaan.

Anda mungkin juga menyukai

  • LAPORAN
    LAPORAN
    Dokumen31 halaman
    LAPORAN
    muhammad luthfi alfikri nasution
    Belum ada peringkat
  • Pemba Has An
    Pemba Has An
    Dokumen22 halaman
    Pemba Has An
    Aji Suhada Sinaga
    Belum ada peringkat
  • Bahan 4
    Bahan 4
    Dokumen15 halaman
    Bahan 4
    DaraM
    Belum ada peringkat
  • dd1 171020174521
    dd1 171020174521
    Dokumen29 halaman
    dd1 171020174521
    muhammad luthfi alfikri nasution
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen2 halaman
    COVER
    muhammad luthfi alfikri nasution
    Belum ada peringkat
  • Traveloka Terbaru
    Traveloka Terbaru
    Dokumen24 halaman
    Traveloka Terbaru
    muhammad luthfi alfikri nasution
    Belum ada peringkat
  • Pemba Has An
    Pemba Has An
    Dokumen22 halaman
    Pemba Has An
    Aji Suhada Sinaga
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen2 halaman
    COVER
    muhammad luthfi alfikri nasution
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii Fix
    Bab Iii Fix
    Dokumen5 halaman
    Bab Iii Fix
    muhammad luthfi alfikri nasution
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Ginanjar Prawira Utama
    Belum ada peringkat
  • Bab I Fix
    Bab I Fix
    Dokumen4 halaman
    Bab I Fix
    muhammad luthfi alfikri nasution
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    muhammad luthfi alfikri nasution
    Belum ada peringkat
  • Lembaran Pengesahan Jurusan Fix
    Lembaran Pengesahan Jurusan Fix
    Dokumen1 halaman
    Lembaran Pengesahan Jurusan Fix
    muhammad luthfi alfikri nasution
    Belum ada peringkat
  • Lembaran Pengesahan Penguji Fix
    Lembaran Pengesahan Penguji Fix
    Dokumen1 halaman
    Lembaran Pengesahan Penguji Fix
    muhammad luthfi alfikri nasution
    Belum ada peringkat
  • Bab I Fix
    Bab I Fix
    Dokumen3 halaman
    Bab I Fix
    muhammad luthfi alfikri nasution
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    muhammad luthfi alfikri nasution
    Belum ada peringkat
  • Peta Proses Operasi Fix
    Peta Proses Operasi Fix
    Dokumen3 halaman
    Peta Proses Operasi Fix
    muhammad luthfi alfikri nasution
    100% (1)
  • Daftar Isi Fix
    Daftar Isi Fix
    Dokumen3 halaman
    Daftar Isi Fix
    muhammad luthfi alfikri nasution
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pernyataan Fix
    Lembar Pernyataan Fix
    Dokumen1 halaman
    Lembar Pernyataan Fix
    muhammad luthfi alfikri nasution
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii Fix
    Bab Ii Fix
    Dokumen29 halaman
    Bab Ii Fix
    muhammad luthfi alfikri nasution
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii Fix
    Bab Ii Fix
    Dokumen29 halaman
    Bab Ii Fix
    muhammad luthfi alfikri nasution
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv Fix
    Bab Iv Fix
    Dokumen1 halaman
    Bab Iv Fix
    muhammad luthfi alfikri nasution
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii Fix Mlan
    Bab Iii Fix Mlan
    Dokumen50 halaman
    Bab Iii Fix Mlan
    muhammad luthfi alfikri nasution
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii Fix Mlan
    Bab Iii Fix Mlan
    Dokumen50 halaman
    Bab Iii Fix Mlan
    muhammad luthfi alfikri nasution
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kerja Praktik Full Penentuan Umur Ekonomis Mesin First Press
    Laporan Kerja Praktik Full Penentuan Umur Ekonomis Mesin First Press
    Dokumen93 halaman
    Laporan Kerja Praktik Full Penentuan Umur Ekonomis Mesin First Press
    muhammad luthfi alfikri nasution
    Belum ada peringkat
  • Bab I Fix
    Bab I Fix
    Dokumen3 halaman
    Bab I Fix
    muhammad luthfi alfikri nasution
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kerja Praktik Full Penentuan Umur Ekonomis Mesin First Press
    Laporan Kerja Praktik Full Penentuan Umur Ekonomis Mesin First Press
    Dokumen93 halaman
    Laporan Kerja Praktik Full Penentuan Umur Ekonomis Mesin First Press
    muhammad luthfi alfikri nasution
    Belum ada peringkat