Disusun oleh :
FAKULTAS PSIKOLOGI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan penilaian, pengukuran maupun tes.
Menurut Stufflebeam dan Shinkfield (dalam Eko Putro Widoyoko, 2009) menyatakan bahwa
evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai
pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang
dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu
pertanggungjawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan
tersebut, inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Griffin & Nix (dalam Eko Putro Widoyoko, 2009), menyatakan bahwa pengukuran,
penilaian dan evaluasi bersifat hierarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment),
sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai kegiatan
membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria, penilaian merupakan kegiatan menafiskan
dan mendeskripsikan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi merupakan penetapan nilai atau
implikasi perilaku.
The purpose of evaluation research is to measure the effect of program against the
goals it set out accomplish as a mena of contributing to subsuquest decision making
about the program and improving future programming.
Ada 4 hal yang ditekankan pada rumusan tersebut yaitu: 1) menunjuk pada
penggunaan metode penelitian, 2) menekankan pada hasil suatu program, 3) penggunaan
kriteria untuk menilai, dan 4) kontribusi terhadap pengambilan keputusan dan perbaikan
program di masa mendatang.
Dari beberapa definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi
adalah proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan,
mengintepretasikan dan menyajikan informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat
keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya. Adapun tujuan
evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program.
Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai,
efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu
untuk mengambil keputusan apakah dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Selain itu, juga
dipergunakan untuk kepentingan penyusunan progra berikunya maupun penyusunan
kebijakan yang terkait dengan program.
Wujud dari hasil evaluasi adalah adanya rekomendasi dari evaluator untuk
pengambilan keputusan (decision maker). Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin
(dalam Eko Putro Widoyoko, 2009) ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan
berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan program, yaitu:
a) Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada
manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana diharapkan.
b) Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan
(terdapat kesalahan tetapi hanya sedikit).
c) Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan bahwa segala
sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat
d) Menyebarluaskan program (melaksanakan program di tempat tempat lain atau
mengulangi lagi program di lain waktu), karena program tersebut berhasil dengan
baik maka jika dilaksanakan lagi di tempat dan waktu yang lain.
Menurut Djemari Mardapi (dalam Eko Putro Widoyoko, 2009) dalam bidang
pendidikan ditinjau dari sarananya, evaluasi ada yang bersifat makro dan ada yang mikro.
Evaluasi yang bersifat makro sasarannya adalah program pendidikan, yaitu program yang
direncanakan untuk memperbaiki bidang pendidikan. Evaluasi mikro sering digunakan di
tingkat kelas. Sasaran evaluasi mikro adalah program pembelajaran di kelas dan yang
menjadi penanggung jawab adalah guru untuk sekolah atau dosen untuk perguruan tinggi.
Guru mempunyai tanggung jawab menyusun dan melaksanakan program pembelajaran di
kelas, sedangkan pimpinan sekolah bertanggung jawab untuk mengevaluasi program
pembelajaran yang disusun dan dilaksanakan oleh guru.
2. Program pembelajaran
Menurut Eko Putro Widoyoko (2009) program diartikan sebagai serangkaian kegiatan
yang direncanakan dengan saksama dan dalam pelaksanaannya berlangsung dalam proses
yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan banyak orang.
Ada 4 unsur pokok untuk dapat dikategorikan sebagai program, yaitu :
a. Kegiatan yang direncanakan atau dirancang dengan saksama. Rancangan kegiatan
disusun dengan pemikiran yang cerdas dan cermat.
b. Kegiatan tersebut berlangsung secara berkelanjutan dari satu kegiatan ke kegiatan yang
lain. Dengan kata lain ada keterkaitan antar kegiatan sebelum dengan sesudahnya.
c. Kegiatan tersebut berlangsung dalam sebuah organisasi, baik organisasi formal maupun
organisasi non-formal.
d. Kegiatan tersebut dalam implementasi atau pelaksanaannya melibatkan banyak orang,
bukan kegiatan yang dilakukan oleh perorangan tanpa ada kaitannya dengan kegiatan
orang lain.
Pembelajaran merupakan salah satu bentuk program, karena pembelajaran yang baik
memerlukan perencanaan yang matang dan dalam pelaksanaannya melibatkan berbagai
orang, baik guru maupun siswa, memiliki keterkaitan antara kegiatan pembelajaran yang satu
dengan kegiatan pembelajaran yang lain, yaitu untuk mencapai kompentensi bidang studi
yang pada akhirnya untuk mendukung pencapaian kompetensi lulusan, serta berlangsung
dalam organisasi. Agar pembelajaran bisa berjalan dengan efektif dan efisien, maka perlu
dibuat suatu program pembelajaran. Meskipun demikian program pembelajaran yang dibuat
tidak selamanya bisa efektif dan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga perlu diadakan
evaluasi program pembelajaran.
Evaluasi program pembelajaran menurut Eko Putro Widoyoko (2009) diartikan
sebagai proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan,
menginterpretasikan dan menyajikan informasi tentang implementasi rancangan program
pembelajaran yang telah disusun untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan,
menyusun kebijakan maupun menyusun program pembelajaran selanjutnya.
(RESPON SISWA)
Kelas : No :
Petunjuk :
TP : Tidak Pernah
JS : Jarang Sekali
J : Jarang
S : Sering
SS : Sangat Sering
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
9. Rangkuman Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa siswa kelas XI IPA dan XI IPS
kami menyimpulkan bahwa, siswa-siswi merasa bersemangat dalam mengikuti
pelajaran matematika meskipun mereka mengalami kesulitan dalam menghafal rumus
yang sangat banyak. Hal ini dikarenakan guru yang mengajar mereka memiliki cara
mengajar yang menyenangkan, misalnya saat mengajar diselingi dengan lelucon atau
cerita-cerita ringan dari guru tersebut. Guru matematika juga dekat dengan siswa -
siswinya dan dapat mengayomi dengan baik. Dinamika di kelas juga mendukung
mereka untuk semakin bersemangat belajar, karena semua anak dapat membaur
dengan baik, tidak ada yang berkelompok-kelompok. Fasilitas yang tersedia di SMA
Masehi 1 PSAK juga sudah cukup memadai, seperti sudah tersedianya papan tulis,
kapur/spidol, kursi dan meja yang dalam kondisi baik, serta kipas angin.
Beberapa siswa IPA yang kami wawancarai mengeluhkan tentang jam
pelajaran matematika. Mereka merasa kekurangan jam pelajaran matematika karena
ada kegiatan-kegiatan sekolah yang memotong jam pelajaran terutama pada hari
Senin. Hal ini menyebabkan mereka harus mengejar materi yang ada. Di samping itu,
para siswa IPS yang kami wawancarai juga menyampaikan bahwa, di luar kegiatan
belajar - mengajar mereka menginginkan pihak sekolah menyelengarakan acara yang
dapat menampung bakat seni mereka seperti diadakannya pentas seni atau
semacamnya.
BAB IV
ORIENTASI KANCAH
Peneliti memilih SMA Masehi 1 PSAK sebagai sekolah yang ingin dievaluasi.
Penelitian ini mengunakan skala dan kuisioner untuk memperoleh informasi dan data yang
akan dianalisis untuk program evaluasi. Kegiatan praobservasi dilakukan tanggal 2 Mei 2016
dan pengambilan data dilakukan pada 4 Mei 2016. Alasan melakukan penelitian di SMA
Masehi 1 PSAK karena mata pelajaran matematika yang umumnya menjadi mata pelajaran
yang tidak disenangi justru di sekolah ini menjadi mata pelajaran favorit.
Menurut hasil observasi dan wawancara dari siswa – siswi dan alumni SMA 1 PSAK,
peneliti memperoleh informasi bahwa selama perkembangannya SMA Masehi 1 PSAK
pernah mengikuti perlombaan di bidang matematika dan masuk juara 3 besar. Selain itu rata
– rata nilai matematika bagus dan hasil Ujian Nasional semuanya lulus.
Visi :
Menjadi lembaga pendidikan yang beriklim sejuk, demokratis, tertib, disiplin yang
memungkinkan tumbuh berkembangnya daya kreativitas dalam mengukir prestasi
berdasarkan nilai – nilai pendidikan Kristen.
Misi :
Berdasarkan visi dan misi sekolah, sekolah mengutamakan suasana lingkungan untuk
memperoleh keefektivan pembelajaran. Psikologis sekolah yang nyaman sangat menunjang
proses pembelajaran yang produktif. Iklim sekolah yang nyaman meningkatkan konsentrasi
guru dalam penyampaian materi maupun siswa untuk meraih prestasi akademik. Untuk
menciptakan rasa aman tersebut, maka konstruksinya harus kuat, sirkulasi udara dan cahaya
cukup, ukuran perabot dan letak bangunan yang strategis. Sekolah memiliki alat pemadam
kebakaran, penjaga sekolah, pagar keliling, jauh dari tempat maksiat dan tempat-tempat yang
dapat menimbulkan rasa tidak aman. Keadaan sekitar lokasi SMA 1 Masehi PSAK yang
berada di wilayah perumahan cukup tenang karena bukan langsung berada di tengah kota
yang dilalui berbagai kendaraan. Ruangan kepala sekolah, guru – guru dan staf Tata Usaha
berada tidak jauh dari gerbang pintu masuk. Kelas – kelas yang ada berjajar dan di tengah-
tengah komplek kelas terdapat sebuah lahan yang ditanami pohon dan tanaman hijau.
Lapangan yang digunakan untuk upacara dan olah raga berada di samping komplek kelas.
Kantin berada di belakang berdekatan dengan lapangan. Selain itu ada empat kamar mandi
yang letaknya strategis dan dilengkapi dengan adanya wastafel dan cermin. Pintu kelas besar
dan dapat dibuka lebar. Ventilasi udara yang cukup karena terdapat jendela yang dapat
dibuka dan jendela kecil diatas jendela tidak dapat dibuka. Penerangan ruang kelas yang
cukup dan terdapat tirai untuk menghadang silaunya matahari yang memasuki ruangan kelas.
Di dalam kelas terdapat tiga buah kipas angin dan dua lampu LED panjang dan dua papan
tulis, namun karena jumlah murid kurang ideal akibatnya banyak meja kursi yang tidak
terpakai. Dari keseluruhan observasi dan wawancara yang dilakukan diambil kesimpulan
bahwa visi dan misi dari SMA Masehi 1 PSAK sudah terpenuhi.
ANALISIS DATA KUANTITATIF-KUALITATIF DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data di ketahui bahwa rata – rata total dari kinerja guru dalam
kelas adalah 4,225 dengan klasifikasi sangat baik. Hal ini berarti bahwa kemampuan
guru dalam menunjukan keterampilan atau kompetensi pada waktu mengajar di kelas
sudah sangat baik dan dapat di jadikan contoh bagi guru lainnya. Sedangkan, dari
hasil rerata peritem di ketahui bahwa item dengan rerata tertinggi yaitu item nomor 5
(x= 4,75) dan terendah adalah item nomor 6 (x= 3,205).
Kedua item tersebut adalah bagian dari sub – komponen penguasaan strategi
belajar. Item nomor 5 berisi tentang guru yang membuat lelucon untuk menyegarkan
suasana pembelajaran matematika dan nomor 6 adalah penggunaan alat peraga dalam
mengajar matematika. Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa
strategi pembelajaran matematika dengan membuat lelucon adalah strategi
pembelajaran yang sangat baik dan membuat siswa menyukai pelajaran matematika
sedangkan item nomor 6 tentang alat peraga mendapat klasifikasi cukup yang berarti
bahwa penggunaan alat atau media pembelajaran masih perlu sedikit perbaikan agar
pembelajaran matematika bisa lebih baik lagi.
Dari sub komponen kinerja guru matematika di ketahui bahwa penguasaan
materi matematika (x = 4,295), pemahaman karakteristik siswa (x = 4,568), dan
penguasaan hasil belajar (x = 4,273) memiliki klasifikasi sangat baik sehingga bisa
menjadi contoh bagi guru lainnya. Sub komponen pengelolaan pembelajaran (x =
4,157) dan penguasaan strategi pembelajaran (x = 3,977) sudah termasuk dalam
klasifikasi baik dan tidak memerlukan perbaikan. Namun, apabila ingin di jadikan
contoh bagi guru lainnya bisa di tingkatkan terlebih dahulu.
2. Fasilitas Pembelajaran
Berdasarkan data dari tabel di ketahui bahwa rerata total dari fasilitas
pembelajaran matematika dengan klasifikasi baik adalah 4,0454. Dapat diartikan
bahwa segala fasilitas yang mendukung proses pembelajaran dalam keadaan baik dan
bisa di gunakan tanpa adanya perbaikan. Fasilitas yang baik sangat berpengaruh
terhadap pembelajaran di kelas. Item ke – 5 (x = 3,364) mengenai alat peraga dan ke –
10 (x= 3,432) mengenai buku matematika yang tersedia termasuk kedalam klasifikasi
cukup. Hal ini berarti bahwa harus ada sedikit perbaikan dalam kedua item tersebut
agar mendapatkan klasifikasi sangat baik.
Item soal 1 (x = 4,295) tentang penerangan di kelas,3 (x= 4,295) tentang
kelayakan dan jumlah meja kursi, 8 (x = 4,318) tentang media pembelajaran, 9 (x =
4,341) tentang kemudahan peminjaman buku mendapat klasifikasi sangat baik dan
dapat di gunakan sebagai contoh bagi fasilitas di ruang atau di sekolahan lain..
3. Iklim Kelas
Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa rata – rata total dari iklim kelas
dengan klasifikasi baik adalah 4,1908. Dapat di artikan bahwa hubungan antara guru
matematika dengan siswa dan antar sesama siswa sudah baik dan mendukung pembelajaran
yang terjadi. Item yang memiliki rerata tertinggi adalah item nomer ke – 10 (x = 4,886)
mengenai guru matematika yang selalu membantu ketika siswa mengalami kesulitan belajar.
Artinya guru matematika memiliki hubungan yang sangat baik dengan siswa dan hal ini bisa
menjadi contoh bagi guru lainnya.
Sub komponen mengenai kekompakan siswa (x = 4,591) dan dukungan guru
dalam pembelajaran (4,734667) mendapat klasifikasi sangat baik. Hal ini berarti
bahwa dalam pembelajaran matematika komponen yang berkaitan dengan kedua
komponen tersebut dapat di jadikan contoh yang bisa di tiru di kelas atau mata
pelajaran lain.
4. Sikap Siswa
Dari data yang telah di sajikan di ketahui bahwa rerata sikap siswa terhadap
pembelajaran matematika termasuk dalam klasifikasi baik ( x = 3,85). Artinya
pemahaman, perasaan dan kecenderungan siswa terhadap pembelajaran matematika
sudah bagus dan tidak perlu ada perbaikan yang sifatnya mendesak. Item soal pertama
(x = 4,205) mengenai materi matematika sebagai bekal hidup, item ke dua (x = 4,341)
mengenai pentingnya pelajaran matematika untuk di pelajari, dan item soal ke
sembilan (x = 4,273) tentang kemauan siswa untuk bertanya pada siswa lain ketika
mendapat nilai rendah masuk dalam klasifikasi sangat baik. Di lihat dari rerata sub
komponen dapa di simpulkan bahwa sikap siswa terhadap pembelajaran Matematika
sudah baik dan tidak mendesak untuk di lakukan perbaikan.
Antisipasi kegagalan
3,75 (baik)
Inovasi 3,863667 (baik)
Dari data di atas di ketahui bahwa rerata dari motivasi belajar siswa (x =
3,616) termasuk dalam klasifikasi baik. Artinya siswa memiliki dorongan dalam diri
untuk belajar serta mengerjakan tugas dengan klasifikasi yang sudah baik dan tidak di
perlukan perbaikan yang sifatnya mendesak. Namun, ketika di tinjau dari rerata per
item di dapati ada satu item yang termasuk dalam klasifikasi kurang yaitu item ke 3 (x
= 2,182). Item ke 3 adalah item tentang bersantai itu penting walau di kejar tugas. Hal
ini berarti bahwa masih banyak siswa yang memilih untuk bersantai walau tugas
menumpuk, artinya perlu banyak perbaikan dalam hal ini. Dalam sub – komponen
tanggung jawab siswa (x= 3,333333) masuk dalam klasifikasi cukup dan
membutuhkan sedikit perbaikan agar siswa lebih bertanggung jawab terhadap tugas
yang berkaitan dengan pembelajaran matematika.
KESIMPULAN
SARAN